laporan kuliah lapangan ujunggenteng kls a

Upload: kiki-zakiah-khairany

Post on 08-Jan-2016

107 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

KuLap

TRANSCRIPT

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    1/42

    Page 1 of42

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan jenis flora dan fauna

    dengan tipe hutan yang bervariasi di dunia, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara

    mega biodiversity ketiga setelah Brazil dan Zaire. Keanekaragaman yang tinggi ini

    didukung oleh wilayah yang luas dengan banyak kepulauan dan berada di daerah tropis

    yang memiliki pedoagroklimat yang sesuai. Indonesia memiliki sekitar 17.508 pulau

    dengan panjang pantai sekitar 81.000 km (Gambar 1), masing-masing mempunyai ciri khas

    tersendiri dan memiliki potensi sumberdaya yang produktif. Diperkirakan Indonesia jugamemiliki 90 tipe ekosistem, baik di daratan maupun perairan dan terdapat 15 formasi hutan

    alam yang tersebar dari ujung barat di Sabang sampai ujung Timur di Merauke yang

    merupakan habitat utama banyak spesies tumbuhan dan hewan.

    Salah satu formasi hutan tersebut adalah hutan pantai. Hutan pantai yang dimaksud

    disini tidak termasuk hutan mangrove. Di Indonesia, formasi hutan ini mempunyai

    keunikan tersendiri. Hutan pantai juga merupakan bagian dari ekosistem pesisir dan laut

    yang menyediakan sumberdaya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang

    mineral maupun energi, media komunikasi dan edukasi maupun kawasan rekreasi atau

    pariwisata serta penemuan produkbiochemical.

    Namun, seiring dengan laju pertambahan penduduk dan dinamika pembangunan

    regional yang tidak taat asas kelestarian lingkungan hidup, tipe hutan tersebut akhir-akhir

    ini mulai mengalami kerusakan yang berarti. Data menunjukkan bahwa luas vegetasi

    pantai dari tahun ke tahun cenderung menurun, jika pada tahun 1996 luas vegetasi pantai

    mencapai 180.000 ha sampai tahun 2004 hanya tersisa 78.000 ha.

    Rusaknya ekosistem hutan pantai dapat menimbulkan berbagai permasalahan

    terutama berkaitan dengan abrasi pantai, intrusi air laut, perubahan iklim mikro, dan

    turunnya nilai produktivitas hayati di ekosistem pantai. Pada tahun 1997 tercatat lebih dari

    60 lokasi pantai dan muara di 17 propinsi telah terjadi bencana abrasi pantai diantaranya di

    seluruh pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, dan pantai Sulawesi Selatan. Selain itu

    juga kekhawatiran berbagai pihak akan tenggelamnya 2.000 pulau di Indonesia pada tahun

    2030 akibat naiknya permukaan air laut seiring dengan perubahan iklim global dan

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    2/42

    Page 2 of42

    rusaknya ekosistem pesisir bukanlah hal yang tidak mungkin jika keadaan ini terus

    berlanjut.

    Manusia merupakan komponen lingkungan alam yang bersama-sama dengan

    komponen alam lainnya, hidup bersama dan mengelola lingkungan dunia. Karena manusia

    adalah makhluk yang memiliki akal dan pikiran, peranannya dalam mengelola lingkungan

    sangat besar. Manusia dapat dengan mudah mengatur alam dan lingkungannya sesuai

    dengan yang diinginkan melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

    yang dikembangkannya. Akibat perkembangan ilmu IPTEK yang sangat pesat,

    kebudayaan manusia pun berubah dimulai dari budaya hidup berpindah-pindah (nomad),

    kemudian hidup menetap dan mulai mengembangkan buah pikirannya yang terus

    berkembang sampai saat ini. Hasilnya berupa teknologi yang dapat membuat manusia lupa

    akan tugasnya dalam mengelola bumi. Sifat dan perilakunya semakin berubah dari zaman

    ke zaman. Sekarang ini manusia mulai bersifat boros, konsumtif dan cenderung merusak

    lingkungannya.

    Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung berarti

    kemampuan lingkungan untuk dapat memenuhi kebutuhan sejumlah makhluk hidup agar

    dapat tumbuh dan berkembang secara wajar didalamnya. Daya lenting berarti kemampuan

    untuk pulih kembali kepada keadaan setimbang. Kegiatan manusia sangat berpengaruh

    pada peningkatan atau penurunan daya dukung maupun daya lenting lingkungan. Manusia

    dapat meningkatkan daya dukung lingkungan, tetapi karena keterbatasan kemampuan dan

    kapasitas lingkungan, maka tidak mungkin terus ditingkatkan tanpa batas, sehingga

    manusia secara sadar ataupun tidak menyebabkan ketidaksetimbangan atau kerusakan

    lingkungan.

    Kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan pantai di Indonesia mulai muncul

    pasca tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004. Di beberapa daerah di Indonesia, gerakanpenyelamatan hutan pantai dalam bentuk penanaman telah dan sedang dilakukan. Gerakan-

    gerakan tersebut muncul atas inisiatif individu, kelompok, lembaga-lembaga non

    pemerintah, maupun yang dikelola pemerintah daerah setempat. Untuk terus menggugah

    masyarakat Indonesia, baru-baru ini Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara (GPTP)

    2010 telah mengadakan Konferensi dan Pameran Nasional dengan tema Penyelamatan

    Hutan Pantai dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir bertempat di Gedung

    Manggala Wanabakti (Gedung Kementerian Kehutanan RI) Jakarta pada Tanggal 23-25

    November 2010. Kegiatan tersebut dibuka resmi oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    3/42

    Page 3 of42

    Dr. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY dalam sambutannya menyatakan bahwa

    penyelamatan hutan pantai bisa membantu masyarakat Indonesia di kawasan pesisir keluar

    dari lilitan kemiskinan dan saatnya melakukan rehabilitasi terhadap hutan pantai dan

    mangrove yang rusak serta perlu perlindungan terhadap garis pantai Indonesia.

    Menyadari parahnya kerusakan lingkungan hidup dan hutan yang memiliki arti

    penting bagi keberlangsungan hidup seluruh mahluk hidup, baik untuk generasi sekarang

    maupun yang akan datang maka perlu ada gerakan moral dari semua komponen bangsa

    untuk terus membangun kesadaran kolektif anak bangsa demi menjaga dan melestarikan

    lingkungan hidup. Salah satu gerakan yang telah dan sedang dilakukan di Indonesia adalah

    gerakan pendidikan konservasi.

    Pendidikan konservasi bertujuan untuk menanamkan pengetahuan dan kesadaran

    akan pentingnya lingkungan hidup dan hutan, mengembangkan keterampilan dan

    menumbuhkan kepedulian dan sikap hidup ramah lingkungan. Pendidikan ini diarahkan

    kepada seluruh lapisan masyarakat, terutama bagi para siswa atau generasi muda umumnya

    yang sedang menuntut ilmu pengetahuan, serta mereka yang berperan, baik secara

    langsung maupun tidak langsung dalam penentuan kebijakan dan atau usaha pembangunan

    kawasan hutan dan konservasi serta para pelaku ekonomi dan sebagainya. Output akhir

    dari pendidikan konservasi ini adalah kita merasa terpanggil untuk turut mengabdikan diri

    dalam upaya mengurangi kemerosotan sumber daya hutan dan kerusakan lingkungan

    hidup.

    B. TUJUAN KEGIATAN

    Tujuan dari kegiatan kunjungan ke pantai Ujunggenteng Kabupaten Sukabumi

    yang dilakukan oleh Mahasiswa Pendidikan Biologi Sekolah Pascasarjana Universatas

    Pendidikan Indonesia ini adalah untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh dikelas dandiharapkan mahasiswa dapat mengetahui kondisi sumber daya pantai yang bisa

    dimanfaatkan sebagai sumber referensi pembelajaran biologi, khususnya dalam pendidikan

    lingkungan.

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    4/42

    Page 4 of42

    C. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN

    Hari : Jumat Sabtu

    Tanggal : 23 24 Nopember 2012

    Waktu : 01.00 WIB 12.00 WIB

    Tempat : Pantai Ujunggenteng Kabupaten Sukabumi

    D. PESERTA DAN PEMBIMBING

    Peserta yang akan mengikuti kegiatan kuliah lapangan Pendidikan Lingkungan ke

    Pantai Ujunggenteng Sukabumi ini sebanyak 25 orang, dengan rincian sebagai berikut:

    1. Pembimbing kegiatan : Prof. Dr. H. Achmad Munandar, M.Pd.

    Dr. H. Ama Rustama, M.Sc.

    Drs. H. Eman Abdurachman

    2. Peserta kegiatan : 19 mahasiswa S2 pendidikan Biologi semester 3 kelas A,

    SPS UPI. 3 mahasiswa tamu dari Ethiopia, (2 mahasiswa

    Biologi Dan 1 orang mahasiswa fisika).

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    5/42

    Page 5 of42

    BAB II

    LANDASAN TEORETIS

    A. Jenis Hutan Pantai di Indonesia

    Pantai merupakan suatu wilayah yang dimulai dari titik terendah air laut pada

    waktu surut hingga arah ke daratan sampai batas paling jauh gelombang atau ombak

    menjulur ke daratan yang ditandai dengan garis pantai. Garis pantai (shore line)

    merupakan tempat pertemuan antara air laut dan daratan. Garis pantai ini setiap saat

    berubah-ubah sesuai dengan perubahan pasang surut air laut.

    Umumnya morfologi dan tipe pantai sangat ditentukan oleh intensitas, frekuensi

    dan kekuatan energi yang menerpa pantai tersebut. Daerah yang berenergi rendah,biasanya landai, bersedimen pasir halus atau lumpur, sedangkan yang terkena energi

    berkekuatan tinggi biasanya terjal, berbatu atau berpasir kasar (Soegiarto, 1993).

    Berdasarkan klasifikasi pantai dari Shepard (Snead, 1982 dalam Sunarto, 2000),

    bentuk - bentuk pantai secara alami dapat dibedakan menjadi pantai primer dan pantai

    sekunder. Pantai primer adalah pantai yang morfologinya lebih dipengaruhi oleh proses

    proses terestrial seperti erosi, deposisi, vulkanisme dan diatrofisme, sedangkan pantai

    sekunder sangat dipengaruhi oleh proses marin dan organisme. Pantai sekunder bisa jadi

    dahulunya pantai primer sebelum dipengaruhi oleh proses marin.

    Pantai primer dapat dibedakan menjadi 4 (empat) bentuk yaitu (1) pantai erosi

    daratan, merupakan pantai yang bentuk lahannya mengalami erosi dan sebagian

    mengalami penggenangan laut. Contohnya : lembah sungai yang tenggelam, pantai erosi

    glasial yang tenggelam, atau topografi karst yang tenggelam., (2)pantai pengendapan dari

    darat, merupakan pantai yang terbentuk dari akumulasi endapan sungai, endapan glasial,

    endapan angin, maupun longsoran yang langsung mengendap di laut (3) pantai gunung

    api, adalah pantai yang terbentuk sebagai akibat dari proses vulkanik meliputi pantai

    leleran larva, pantai tefra, pantai runtuhan gunung api atau patahan kaldera dan (4)pantai

    struktural, merupakan pantai yang terbentuk oleh pelipatan, penyesaran atau pantai intrusi

    sedimen.

    Pantai sekunder dapat dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu (1) pantai erosi

    gelombang, merupakan pantai yang terbentuk oleh kerja gelombang. Pantai ini dapat

    memiliki garis pantai yang lurus atau tidak beraturan tergantung pada komposisi dan

    struktur batuan (2) pantai pengendapan dari laut, merupakan pantai yang terbentuk oleh

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    6/42

    Page 6 of42

    pengendapan sedimen laut, seperti beting gisik, pulau penghalang, bura, rataan lumpur atau

    rawa garaman dan (3) pantai bentukan organisme, yakni pantai yang terbentuk oleh

    binatang dan tumbuhan laut, seperti terumbu yang dibangun oleh alga dan ositer serta rawa

    mangrove.

    Secara umum kondisi dan jenis pantai di Indonesia berdasarkan letak, kondisi dan

    posisi pantai dapat dikelompokan atas pantai berpasir, pantai berlumpur, pantai berawa dan

    pantai berbatu (Sugiarto dan Ekariyono, 1996). Berikut ini penjelasan keempat bentuk

    pantai tersebut :

    a. Pantai Berpasir

    Pantai berpasir merupakan pantai yang didominasi oleh hamparan atau dataran

    pasir, baik yang berupa pasir hitam, abu-abu atau putih. Selain itu terdapat lembah-

    lembah diantara beting pasir. Pantai berpasir tidak menyediakan substrat tetap

    untuk melekat bagi organisme, karena aksi gelombang secara terus menerus

    menggerakan partikel substrat.

    Umumnya fauna di wilayah pantai berpasir ditemukan dalam jumlah sedikit dan

    terbatas (McLachlan & Brown, 2006). Fauna yang ditemukan adalah organisme

    infauna makro (berukuran 1-10 cm) yang mampu menggali liang di dalam pasir dan

    organisme meiofauna mikro (berukuran 0,1-1 mm) yang hidup di antara butiran

    pasir. Secara umum ditemukan tiga zonasi dimana organisme hadir dalam jumlah

    besar, yaitu 1) zona bagian atas dihuni oleh kepiting dari genus Ocypode,

    Amphipoda dan Crustacea dari famili Talitridae, 2) zona pertengahan dihuni oleh

    moluska genus Donax dan beberapa spesies isopoda dan 3) zona yang lebih rendah

    dihuni oleh spesies keong (gastropoda), kepiting dan bulu babi (Echinoid) (Dahuri,

    2003; McLachlan & Brown, 2006).

    Pantai berpasir umumnya dijadikan kawasan wisata pantai karena keindahanalamnya. Kawasan pantai berpasir yang sudah berkembang seperti : kawasan pantai

    Sanur dan Kuta (Bali), Pantai Pangandaran, Carita & Pelabuhan Ratu (Jawa Barat),

    Parang Tritis (Yogyakarta), Pantai Natsepa & Liang (Maluku). Tumbuhan yang

    dominan tumbuh adalah kelapa (Cocos nucifera L.), cemara laut (Casuarina

    equisetifolia), waru laut (Hibiscus tiliaceus) dan ketapang (Terminalia catappa).

    Pada daerah pantai berpasir juga terdapat perbedaan pada butiran pasir, ditemukan

    pantai berpasir kasar dan pantai berpasir halus.

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    7/42

    Page 7 of42

    Parameter utama yang sangat mempengaruhi daerah pantai berpasir adalah 1) pola

    arus yang dinamis, 2) gelombang yang akan melepaskan energinya di pantai, 3)

    angin yang juga merupakan pengangkut pasir, 4) kisaran suhu yang luas, 5)

    kekeringan, 6) partikel yang padat (kekeruhan), dan 7) substrat yang tidak stabil

    (Hutabarat et al., 2009).

    Perbedaan pantai berpasir kasar dan halus

    Pantai berpasir

    kasarPerbedaan

    Pantai berpasir

    halus

    Curam

    Tinggi

    Rendah

    TinggiTinggi

    Sedikit

    Rendah

    Kemiringan

    Aksi gelombang

    Kapilaritas

    PermeabilitasOksigen

    Bakteri

    Bahan Organik

    Landai

    Rendah

    Tinggi

    RendahRendah

    Banyak

    Tinggi

    b. Pantai Berlumpur

    Pantai berlumpur merupakan hamparan lumpur sepanjang pantai yang dihasilkan

    dari proses sedimentasi atau pengendapan, biasanya terletak di dekat muara sungai.

    Lumpur tersebut terdiri atas partikel-partikel halus yang mengandung humus atau

    gambut. Tanah pantai ini mempunyai kandungan oksigen yang rendah dan hanya

    terdapat pada lapisan permukaan. Sedangkan kandungan asam sulfidanya cukup

    tinggi sehingga dapat mereduksi senyawa besi (ferri) di dalam tanah menjadi

    senyawa ferrosulfida (FeS2) atau firit.

    Umumnya organisme yang menempati daerah ini mengadaptasikan dirinya dengan

    dua cara yaitu menggali substrat dan membuat saluran habitat. Adaptasi terhadap

    kondisi anaerobik dan makanan dilakukan dengan cara membuat beberapa jalanyang dapat mengalirkan air dari permukaan yang mengandung oksigen ke bawah.

    Adaptasi terhadap rendahnya ketersediaan oksigen adalah dengan membentuk alat

    pengangkut (misalnya, hemoglobin) yang dapat terus menerus mengangkut oksigen

    dengan konsentrasi yang lebih baik dibandingkan dengan pigmen yang sama pada

    organisme lain (Hutabarat et al., 2009).

    Tanah pantai berasal dari endapan lumpur yang di bawah oleh aliran sungai.

    Lumpur yang berasal dari laut mengandung cangkang-cangkang foraminifera,

    fragmen-fragmen karang, cangkang molusca dan bahan lain yang menjadi sumber

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    8/42

    Page 8 of42

    kapur yang penting bagi pantai berlumpur. Struktur dan komposisi tumbuhan di

    kawasan pantai berlumpur Indonesia merupakan formasi hutan mangrove yang

    didominasi oleh Rhizophora sp., Avicennia sp., Bruguiera sp., Ceriops tagal.,

    Sonneratia sp., danXylocarpus sp.

    c. Pantai Berawa

    Pantai berawa merupakan daerah yang tergenang air, baik secara permanen ataupun

    temporer. Tanah dan air pantai ini memiliki tingkat keasaman yang tinggi. Hutan

    berawa umumnya ditumbuhi oleh jenis tumbuhan seperti nipah (Nypa fruticans),

    nibung (Oncosperma tigillaria), sagu (Metroxylon sago), medang (Decassia

    cassia), jelutung (Dyera sp.), dll.

    d. Pantai Berbatu

    Pantai berbatu merupakan pantai yang berbatu-batu memanjang ke laut dan

    terendam di air. Umumnya terdiri dari bongkahan-bongkahan batuan granit. Pantai

    ini merupakan satu dari lingkungan pesisir dan laut yang cukup subur. Kombinasi

    substrat keras untuk penempelan, seringnya aksi gelombang dan perairan yang

    jernih menciptakan suatu habitat yang menguntungkan bagi biota laut.

    Fauna yang ditemukan di pantai berbatu digolongkan dalam tiga zona yakni 1)

    zona supralitoral, terletak di atas air pasang yang masih menerima percikan air

    laut, ditemukan siput, Cyanobacteria, kadang-kadang algae merah (Porphyra) atau

    algae coklat (Fucus).2) zona eulitoral, berada antara air pasang dan surut. Pada

    zona ini hidup kerang (Balanus sp.), Kerang (Mytilus) dan algae coklat (Fucus sp),

    siput gastropoda, kepiting (Carcinus) dan bulu babi.3). zona sublitoralberada di

    bawah air surut, ditemukan berbagai organisme; algae koralin, tunicata, ikan, dan

    sebagainya.

    Komunitas biota di daerah berbatu jauh lebih kompleks dari daerah lain karenabervariasinya relung (niche) ekologis yang disediakan oleh genangan air, celah-

    celah batu, permukaan batu dsb, dan hubungan mereka yang bervariasi terhadap

    cahaya, gerakan air, perubahan suhu dan faktor lainnya (Hutabarat et al., 2009).

    Hal yang sama dijelaskan oleh Mackinnan et al., (2000) bahwa biota atau fauna

    yang ditemukan di pantai berbatu-batu dapat menyesuaikan diri untuk bertahan

    terhadap kekuatan gelombang, kekeringan berkala, suhu tinggi dan salinitas yang

    berubah-ubah. Fauna tersebut mempunyai sarana yang efisien untuk

    mempertahankan pegangannya.

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    9/42

    Page 9 of42

    Parameter utama yang sangat mempengaruhi kondisi pantai berbatu adalah :

    a) fenomena pasang, dinamikanya sangat berpengaruh terhadap biota yang

    menginginkan kondisi alam yang bergantian antara tergenang dan terbuka, dan

    b) gelombang, energi yang dihempaskan bisa merusak komunitas biota yang

    menempel di batu-batuan, terutama pada batu yang langsung menghadap ke laut

    (Dahuri et al., 2003).

    B. Ekologi Hutan Pantai Indonesia

    Indonesia merupakan salah satu negara dengan garis pantai terluas di Asia

    Tenggara (81.000 km). Di sepanjang pantai tersebut ditumbuhi oleh berbagai vegetasi

    pantai. Salah satunya adalah vegetasi hutan pantai. Istilah hutan pantai pertama kalidisebutkan oleh Whitford (1911) sebagai salah satu tipe hutan. Kondisi hutan pantai

    umumnya berbentuk substrat pasir serta ditemukan beberapa jenis tumbuhan pioneer.

    Umumnya lebar hutan pantai tidak lebih dari 50 meter dan tidak jelas batas zonasinya

    dengan tipe hutan lainnya serta memiliki tinggi pohon mencapai 25 meter (Goltenboth et

    al., 2006).

    Soerianegara dan Indrawan (2005) menyebutkan beberapa ciri khas hutan pantai,

    antara lain 1) tidak terpengaruh iklim, 2) tanah kering (tanah pasir, berbatu karang, atau

    lempung), 3) tumbuh di pantai (tanah rendah pantai), 4) pohon-pohon kadang penuh

    dengan epifit antara lain paku-pakuan dan anggrek di Indonesia banyak ditemukan di

    pantai selatan Pulau Jawa, pantai barat daya Pulau Sumatera dan Pantai Sulawesi.

    Secara umum hutan pantai memiliki keragaman jenis yang rendah. Biasanya di

    hutan pantai ditemukan jenis conifer (daun jarum), liana serta tumbuhan (pohon) berbunga

    yang disertai dengan kelimpahan Pandanus sp. danBarringtonia sp. Beberapa jenis epifit

    juga ditemukan dibatang Barringtonia seperti dari jenis Myrmecodia sp. Di hutan pantai

    tidak ditemukan komunitas vertebrata yang spesifik. Meskipun demikian, hutan pantai juga

    dijadikan sebagai habitat favorit jenis langka seperti Cacatua sp., Tanygnathus sp., atau

    Megapodius sp. dan lain-lain.

    Karakteristik suksesi hutan pantai biasanya didahului oleh dominasi tumbuhan

    merambat yakni Ipomoea pes-caprae yang selanjutnya disebut dengan formasiPes-caprae.

    Di belakang formasi tersebut ditemukan formasi vegetasi inti hutan pantai yakni formasi

    Barringtonia. Kedua formasi tersebut tentunya memiliki komunitas tumbuhan yang khas

    sebagai penciri dari masing-masing formasi dan ditemukan pada 2 (dua) bahan induk yakni

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    10/42

    Page 10 of42

    pada pantai berpasir dan pantai berbatu. Pola penyebaran benih beberapa jenis vegetasi

    hutan pantai biasanya dibantu oleh air laut (Barringtonia sp., Terminalia catappa dan

    Callophyllum inophyllum), burung seperti kelelawar (Terminalia catappa dan

    Callophyllum inophyllum) (Mabberley 1990 dalam Monk et al ., 2000) dan Scaevola

    taccada (Leenhout, 1959 dalam Whitten et al., 1987) serta dibantu oleh angin seperti pada

    jenisHeritiera sp. (Goltenboth et al., 2006).

    1. Pantai Berpasir

    Pantai berpasir sangat dinamik sesuai dengan kondisi musim. Kondisi musim

    sangat berpengaruh terhadap profil pantai, gradient pantai dan ukuran butiran pasir

    (Wong, 1981 dalam Wong, 2005). Butiran pasir ada yang terbentuk dari sedimen

    volkanik hitam yang ditemukan di pantai Bali, Senggigi Lombok, Davao Bult (yang

    berasal dari material peggunungan Apo) (Bird, 1985 dalam Wong 2005). Selain itu,

    juga dijumpai jenis butiran pasir yang berasal dari pecahan karang seperti yang

    ditemukan di pulau Seribu.

    Di Asia Tenggara (termasuk Indonesia), terdapat 2 (dua) formasi vegetasi pantai

    berpasir yakni formasi Pes-caprae dan formasi Baringtonia. Formasi Pes-caprae

    diambil dari nama jenis herba berbunga ungu, merambat dengan daun tebal seperti

    kaki kambing,Ipomoea pes-caprae. Formasi ini biasanya berada pada daerah pasang

    tertinggi dan pada semua pantai terbuka di daerah tropika yang sering ditumbuhi

    kelompok spesies perintis yang terpisah-pisah, yang masing-masing mungkin

    mempunyai kerapatan yang agak rendah. Beberapa di antara tumbuhan ini tumbuh

    dari biji yang terapung-apung yang terbawa ombak sampai ke batas pasang surut

    tertinggi. Leeuwan (1927) dalam Monk et al (2000) menjelaskan bahwa jenis

    Ipomoea pes-caprae biasanya tidak berbuah di tempat yang jauh dari garis pantai,

    karena jenis ini tampaknya mengalami penyerbukan olehXylocopa danHymenopteralainnya.

    Zona ini memiliki jenis tumbuhan yang mampu tumbuh di tanah yang berkadar

    garam (salinitas) tinggi, mempunyai kemampuan menyesuaikan diri pada keadaan

    pasir yang kering, terhadap angin, terhadap tanah yang miskin unsur hara dan

    terhadap suhu tanah yang tinggi serta memiliki akar yang dalam (Anwaret al., 1984;

    Wong, 2005).

    Tumbuhan yang biasa ditemukan pada formasi ini adalah 1) jenis-jenis legum,

    diantaranya Canavalia maritima dan Vigna marina, 2) rumput-rumputan, diantaranya

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    11/42

    Page 11 of42

    Cyperus maritima dan 3) semak-semakan yang menjalar di atas pasir, diantaranya

    Spinefex littoreus, Andropogon zizanioides dan Thuarea involuta. Marga vegetasi

    yang ditemukan dominan pada formasi ini adalah Ipomoea (Convolvulaceae) dan

    Canavalia (Fabaceae). Pada kebanyakan pantai di Indonesia ditemukan tegakan

    cemara laut (Casuarina equisetifolia) yang berasosiasi dengan formasi pes-caprae

    (Monket al., 2000; Wong, 2005). Selain itu juga ditemukan pohon kelapa (Cocos

    nucifera) dari famili Palmae yang tumbuh di wilayah pantai. Goltenboth et al.,

    (2006) menyebutkan bahwa pohon kelapa merupakan jenis asli dan tumbuh baik di

    wilayah Asia Tenggara dan bukan penghuni asli ekosistem pantai. Pada zona ini

    sering ditemukan kepiting dan laba-laba. Secara umum, formasi ini ditemukan

    hampir di seluruh daerah di Indonesia (Anwar et al., 1984; Whitten et al., 1987;

    Whitten et al., 1999; Monket al., 2000; Johns et al., 2006).

    Bagi praktisi rehabilitasi pesisir, keberadaan Ipomoea pes-caprae dijadikan

    sebagai indikator biologis yang menandakan bahwa lokasi tersebut memiliki

    kesesuaian yang tinggi untuk ditanami cemara, nyamplung, bintaro, ketapang, putat

    laut, waru dan jenis tanaman pantai lainnya (Wibisono dan Suryadiputra, 2006).

    Pengalaman ini telah dilakukan pada kegiatan rehabilitasi pantai pasca tsunami di

    Aceh.

    Beberapa jenis tumbuh-tumbuhan yang menyusun struktur dan komposisi formasi

    Pes-caprae antara lain :

    Nama Ilmiah/Jenis Nama daerah Familia

    Ipomoea pes-caprae (L.) Sweet. Katang-katang Convolvulaceae

    Canavalia maritima Thou. Fabaceae

    Vigna marina Kacang laut Fabaceae

    Cyperus pedunculatus (R. Br) Kern Teki laut Cyperaceae

    Spinifex littoreus Merril Rumput angin Poaceae

    Vetiveria zizanioides Akar wangi Poaceae

    Sesuvium portulacatrum (L.) L. Gelang laut Aizoaceae

    Ischaemum muticum L. Rumput tembaga Poaceae

    Formasi Baringtonia, formasi ini merupakan zona terakhir yang berbatasan

    dengan tipe ekosistem hutan lainnya, terdapat pada daerah lepas pantai dengan kadar

    salinitas agak sedikit rendah. Makin jauh dari tepi pantai ke arah daratan semakin

    banyak ditemukan belukar dan pepohonan. Tumbuhan pada zona ini berdaun tebal

    dan mengkilap serta didominasi oleh Barringtonia sehingga kemudian disebut

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    12/42

    Page 12 of42

    dengan formasi Baringtonia. Anwar et al., (1984) menjelaskan bahwaBarringtonia

    asiatica sebagai penciri zona ini tidak selalu terdapat di formasi ini. Buah dari

    pepohonan pada formasi ini mempunyai kemampuan untuk tetap mengembang di

    atas air sehingga mudah terbawa oleh arus laut. Fairchild (1943) dalam Monket al

    (2000) menyebutkan buah Barringtonia dapat mengapung selama berminggu-

    minggu atau berbulan-bulan tanpa mengalami kerusakan.

    Jenis tumbuhan yang menyusun struktur dan komposisi zona ini adalah Butun

    (Barringtonia asiatica), nyamplung (Calophyllum inophyllum), ketapang (Terminalia

    catappa), Hernandia peltata, Cerbera manghas, Erythrina orientalis, Pongamia

    pinnata, Hibiscus tiliaceus, Guettarda speciosa, Morinda citrifolia, Sophora

    tomentosa, dan lain-lain. Vegetasi yang lain adalah Euphorbia atoto, Vitex ovata,

    Scaevola taccada, Tournefortia argentea, Crinum asiaticum L, Pandanus tectorius

    dan Opuntia elatiorMill. Secara umum jenis vegetasi pohon (berkayu) yang tumbuh

    di hutan pantai dapat ditemukan di hutan pantai Asia Tenggara. Vegetasi pada zona

    ini toleran terhadap hembusan garam (air asin), terhadap tanah yang miskin hara dan

    masa kering secara musiman (Anwaret al ., 1984). Fauna yang lazim ditemukan di

    zona ini adalah kadal dan penyu.

    Zona ini juga rentan terhadap gangguan, terutama aktivitas pengambilan kayu

    bakar dan kegiatan eksploitasi lainnya. Formasi Barringtonia biasanya menempati

    areal yang tidak luas yaitu 25 - 50 m pada daerah yang landai dan akan berkurang

    luasnya di pantai yang terjal dan berbatu-batu. Menurut Sogiarto & Polunin (1981),

    area pantai yang tidak terganggu pada formasi ini biasanya ditumbuhi dengan pohon

    yang kanopinya dan kehadiran tumbuhan bawah yang cukup rapat. Jika terganggu

    dan terbuka, maka biasanya daerah ini ditumbuhi oleh paku-pakuan, rumput, jahe-

    jahean dan herba.2. Pantai Curam dan Berbatu

    Tipe pantai ini dominan terdapat di wilayah Sulawesi, paparan Sunda, bagian

    Selatan Sumatera dan Jawa. Biasanya tipe ini berasosiasi dengan jalur pegunungan

    dekat pantai (Wong, 2005). Pantai berbatu dijumpai pada daerah pantai dimana

    terdapat batu-batuan keras dan tahan terhadap benturan ombak laut. Tipe pantai ini

    biasanya curam sampai ke bawah permukaan laut dan tidak terbentuk satu pantai

    yang lebar (Anwaret al., 1984).

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    13/42

    Page 13 of42

    Menurut Wong (2005) bahwa ada beberapa tipe batuan pantai pada wilayah pantai

    berbatu di Indonesia diantaranya 1) granit, ditemukan di Bangka, Belitung, Pulau

    Bintan dan kepulauan Riau Lingga, 2) sandstones, ditemukan di Bako (Sarawak), 3)

    limestones tua, ditemukan di pulau Kaloatoa di Pantai Flores dan 4) Volcanic rock

    ditemukan di pulau Lembeh.

    Tipe pantai dengan bentuk batuan cadas umumnya langsung ke laut dan tidak

    berpasir serta biasanya tidak kaya dengan vegetasi pantai (Whitten et al., 1999).

    Hutan pada pantai ini umumnya tergolong formasi Baringtonnia yang terdiri atas

    butun (Barringtonia), cemara (Casuarina), nyamplung (Calophyllum), merbau

    (Intsia), ara (Ficus) dan pandan (Pandanus) (Whitten et al., 1999; Goltenboth et al.,

    2006).

    C. Faktor Habitat Hutan Pantai

    Habitat di pesisir pantai sangat menentukan aktivitas hidup makluk hidup baik

    tumbuhan maupun hewan. Kondisi habitat sangat dipengaruhi oleh angin kencang dengan

    hembusan garam, kadar garam yang tinggi dalam tanah, penggenangan oleh air laut, aerasi

    tanah dan stabilitas tempat tumbuh (Ewusie 1990). Goltenboth et al., (2006) menambahkan

    bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi habitat diantaranya hembusan garam melalui

    udara, temperatur tinggi, kandungan hara rendah dan pergerakan (mobilitas) substrat pasir

    yang tinggi. Kondisi ekstrim seperti ini dapat membatasi tanaman yang akan ditanami

    maupun yang sudah tumbuh.

    1. Hembusan angin dan Garam

    Angin yang bertiup dari laut merupakan ciri khas pantai. Angin merupakan

    parameter lingkungan penting sebagai gaya penggerak dari aliran skala besar yang

    terdapat baik di atmosfir maupun lautan. Angin ini membawa butiran-butiran garam

    dari laut yang selanjutnya akan meningkatkan kandungan garam pasir pantai dan akan

    mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di wilayah itu. Jumlah terbanyak dari garam

    tersebut meresap ke dalam tunas karena abrasi mekanis dan ion kloridanya terkumpul

    dalam ujung ranting dan daun sampai kadar yang merugikan. Akibatnya terjadi

    nekrosis daun dan menghambat pertumbuhan tanaman yang mempunyai toleransi

    yang rendah terhadap garam. Griffiths & Orians (2004) dalam Takle (2006)

    menjelaskan bahwa seberapa besar pengaruh garam terhadap pertumbuhan tanaman

    sangat dipengaruhi oleh jenis tanaman (tumbuhan).

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    14/42

    Page 14 of42

    Menurut Ghafoor et al ., (2004) dalam Sopandie (2006) menjelaskan bahwa,

    salinitas menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui :

    (a) penurunan potensial osmotik larutan tanah sehingga mengurangi ketersediaan air

    bagi tanaman, (b) peningkatan konsentrasi ion yang bersifat racun bagi tanaman atau

    memacu ketidakseimbangan dalam metabolisme hara, dan (c) perubahan struktur fisik

    dan kimia tanah.

    Untuk menjaga keseimbangan kadar garam di dalam tanaman, maka tanaman

    mempunyai mekanisme toleransi terhadap salinitas. Mekanisme tersebut diantaranya

    mekanisme ekslusi dan inklusi. Tanaman yang memiliki mekanisme eksklusi

    menyimpan garam dalam konsentrasi yang rendah dalam tajuk karena tanaman

    mampu menahan garam di daerah perakaran. Tanaman dengan mekanisme inklusi

    akan menyimpan garam dalam konsentrasi tinggi dalam tajuk. Seaman (2004) dan

    Pitman & Lauchli (2007) mengelompokkan toleransi tanaman terhadap salinitas baik

    secara ekslusi maupun inklusi menjadi toleransi pada tingkat selular, jaringan dan

    tanaman.

    Bentuk toleransi tanaman terhadap salinitas.

    Morfologi Pengurangan jumlah dan ukuran daun, pengurangan jumlah stomata

    per satuan luas, peningkatan sukulensi, penebalan kutikula dan lapisan

    lilin, peningkatan tyloses serta peningkatan lignifikasi akar

    Fisiologis Peningkatan sintesis osmolit kompatibel, penurunan rasio K+/Na+,

    peningkatan kompartementasi Na+ ke dalam vakuola, sekresi garam

    Biokimia Peningkatan produksi ABA dan peningkatan aktivitas enzim

    Molekular Aktivitas gen yang berhubungan dengan selektivitas transport ion dan

    integritas membran

    Sumber : Seaman (2004) dalam Sopandie (2006)

    Selain menghembuskan garam ke daratan, angin juga memiliki gaya yang dapat

    melepaskan butiran tanah dari satu tempat ke tempat lain yang baru untuk diendapkan

    (deposistion). Kemampuan melepaskan butiran tanah oleh angin sangat dipengaruhi

    oleh kondisi kekasaran permukaan tanah dan besar butiran partikel tanah atau pasirnya

    (Baveret al., 1976; Troeh et al., 1980 dalam Sukresno, 2007) serta keceptan angin itu

    sendiri (Schwab et al., 1981 dalam Sukresno, 2007).

    2. Kadar garam dan Unsur Hara dalam tanah/pasir

    Kadar garam dalam tanah/pasir berkurang dengan bertambahnya jarak dari laut

    sehingga berpengaruh terhadap zona tumbuhan (daya adaptasi terhadap salinitas)

    dimana jenis tumbuhan yang tahan (toleran) terhadap kadar garam cenderung terdapat

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    15/42

    Page 15 of42

    di dekat laut. Unsur hara dalam tanah atau pasir di hutan pantai sangat dipengaruhi

    oleh : 1) masukan dari pelapukan mineral, 2) masukan dari atmosfer, 3) akibat

    pencucian unsur hara, 4) Siklus flora dan fauna dan 5) mineral yang tersimpan dalam

    tanah atau pasir (Ranwell 1972 dalam McLachlan & Brown, 2006). Goltenboth et al.,

    (2006) menyebutkan bahwa peningkatan kesuburan tanah dan perbaikan struktur tanah

    dapat dilakukan dengan cara ameliorasi bahan organik dan fiksasi nitrogen dari

    tumbuhan famili fabaceae (Pongamia pinnata dan Erythrina orientalis) atau

    Casuarina equisetifolia.

    Sedangkan rantai makanan yang terjadi dalam ekosistem gumuk pasir di daerah

    pantai terjadi melalui tiga bentuk yakni melalui pengembalaan ternak (grazers),

    pelapukan (detritivores) dan biota dalam tanah (interstitial fauna)

    3. Penggenangan sesekali oleh air laut

    Tumbuhan pada zona perintis seringkali tergenang oleh air laut akibat aktivitas

    ombak. Penggenangan ini akan meninggalkan garam di sekitar daun tumbuhan yang

    menambah tegangan air dalam tumbuhan tersebut. Kasus kematian vegetasi pasca

    tsunami di Aceh salah satu penyebabnya adalah genangan air laut dalam waktu

    beberapa hari dan umumnya penggenangan air laut ini melanda lokasi yang jauh dari

    pantai. Penggenangan dengan tingkat salinitas yang sangat tinggi menyebabkan

    dedaunan menguning, kering dan gugur dan pada akhirnya akan mengalami kematian.

    4. Aerasi dan Porositas tinggi

    konsekuensi dari butiran pasir yang besar dan rongga antar butiran yang besar pula

    menyebabkan air yang berasal dari hembusan garam maupun dari sumber lain menjadi

    cepat terserap ke bawah dengan sedikit yang tertahan untuk dikonsumsi tumbuhan

    yang hidup di sekitar pesisir untuk pertumbuhannya. Dengan kondisi ini maka dapat

    dikatakan tumbuhan pantai mirip dengan tumbuhan gurun yang tumbuh dalam

    lingkungan yang kering. Tumbuhan yang bertahan pada kondisi ini beradaptasi dengan

    memanfaatkan air embun pagi atau dengan kemampuan akar untuk menyerap air pada

    kedalaman tertentu.

    5. Stabilitas tempat Tumbuh

    Hal ini terjadi karena aktivitas ombak yang dengan mudah sekali menggerakan

    pasir sehingga stabilitas tempat tumbuh tumbuhan tidak mantap. Gerakan ombak dapat

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    16/42

    Page 16 of42

    menyapu pasir sehingga dapat mengubur tumbuhan. Untuk mengatasi keadaan

    tersebut, beberapa jenis tumbuhan cenderung untuk melata (merambat) di atas pasir

    dan berakar pada buku-bukunya. Strategi ini juga dapat membantu menahan gumuk

    pasir yang dibentuk oleh angin. Contoh tumbuhan : Ipomoea spp., Canavalia

    obtusifolia dan C. rosea.

    D. Fungsi Hutan Pantai

    Selama ini masyarakat Indonesia menganggap remeh fungsi dan manfaat yang

    diberikan oleh hutan pantai sehingga banyak menimbulkan situasi dimana sumber alam ini

    menjadi terabaikan. Masyarakat Indonesia mulai sadar setelah melihat dan merasakan

    manfaat hutan pantai melindungi masyarakat beserta harta milik mereka dari serangantsunami dan bencana pantai lainnya. Masih banyak fungsi dan manfaat lain dari

    keberadaan ekosistem hutan pantai yang selama ini telah dirasakan oleh manusia. Masing-

    masing fungsi tersebut digolongkan di dalam fungsi fisik, ekologi maupun ekonomi-sosial.

    1. Fungsi Fisik Hutan Pantai

    Beberapa fungsi hutan pantai yang terkait dengan fisik pantai antara lain :

    a. Meredam Pukulan Gelombang Tsunami

    Hutan pantai bersama dengan hutan mangrove mampu meredam amukan

    gelombang tsunami dengan dua cara yakni, pertama, hutan pantai memecah

    gelombang air laut yang datang dan memperlambat kecepatan arus laut dan kedua,

    hutan pantai berperan sebagai kanal alami sehingga memperkecil volume air yang

    masuk ke wilayah daratan. Hutan pantai juga, menghambat material laut yang

    terikut oleh arus gelombang tsunami seperti sampan (perahu), batang kayu dan

    kapal kargo serta puing-puing lainnya. Sebagai contoh bagaimana hutan pantai

    melindungi masyarakat di daerah Lhok Pawoh, Sawang, Aceh Selatan, yang

    selamat dari tsunami karena memiliki padang lamun, pantai berbatu dan terumbu

    karang yang masih baik (WIP, 2005). WI-IP (2005) juga menemukan fakta bahwa

    Desa Ladang Tuha, Aceh Selatan yang memiliki hutan pantai yang rapat dan

    kompak juga selamat dari tsunami. Parameter penting dari hutan pantai yang dapat

    mereduksi amukan ombak tsunami adalah ketebalan hutan (forest width),

    kerapatan pohon (tree density), umur dan diameter pohon (age and tree diameter),

    tinggi (tree height) dan komposisi jenis (species composition) (Forbes and

    Broadhead, 2007).

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    17/42

    Page 17 of42

    b. Mereduksi Terjadinya Abrasi Pantai

    Faktor yang menentukan terjadinya abrasi adalah energi arus atau gelombang laut,

    kondisi fisik tanah dan tingkat penutupan lahan. Tingkat penutupan oleh vegetasi

    pantai menjadi penentu terjadinya abrasi pantai melalui mekanisme pengikatan dan

    stabilisasi tanah pantai. Jika abrasi ini tidak dikendalikan selain menyulut

    peyusutan laut ke daratan juga mengkatalis terjadinya sedimentasi di sekitar pesisir

    pantai

    c. Melindungi ekosistem darat dari terpaan angin dan badai sekaligus sebagai

    pengendali erosi pasir pantai

    Vegetasi pantai dapat melindungi bangunan dan budidaya tanaman pertanian

    dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam dengan cara

    menghambat kecepatan dan memecah tekanan terpaan angin yang menuju ke

    pemukiman penduduk. Mekanisme tersebut terjadi karena pohon-pohon di hutan

    pantai umumnya besar (tinggi) dan rindang (Goltenboth et al., 2006). Selain itu,

    keberadaan hutan pantai mampu memodifikasi iklim mikro pada daerah yang

    kecil dan menekan pergerakan salju, debu dan pasir. Di beberapa negara seperti

    Australia, New Zealand, Rusia, Cina dan Amerika Serikat memanfaatkan hutan

    pantai untuk melindungi tanaman pertaniannya.

    Secara umum pengendalian kecepatan aliran angin dapat dilakukan dengan 2

    (dua) cara yakni cara mekanik dan cara vegetatif (Caborn, 1957 dalam Sukresno,

    2007). Menurut Brandle et al. (2000) dalam Takle et al. (2006) bahwa ada

    beberapa karakteristik vegetasi pantai penting yang berkontribusi terhadap

    efektivitas hutan pantai sebagai tanggul angin. Faktor-faktor tersebut adalah tinggi

    (Height), kerapatan (density), panjang (length), lebar atau ketebalan (width),

    kontinyuitas (continuity), orientasi (orientation) dan bentuk penampang melintang(cross-sectional shape).

    d. Sebagai daerah pengontrol siklus air dan proses intrusi air laut.

    Mekanisme ini dapat terjadi melalui dua cara yakni dengan mempertahankan

    muka air tawar (air tanah) dan mencegah masuknya air pasang ke sungai.

    Keberadaan vegetasi di wilayah Pantai akan menjaga ketersediaan cadangan air

    permukaan yang mampu menghambat terjadinya intrusi air laut ke arah daratan.

    Kerapatan jenis vegetasi di sempadan pantai dapat mengontrol pergerakan

    material pasir akibat pergerakan arus setiap musimnya

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    18/42

    Page 18 of42

    2. Fungsi Ekologi Hutan Pantai

    a. Sebagai Habitat Flora dan Fauna

    Hutan pantai merupakan habitat hidup berbagai flora dan fauna baik yang

    berstatus dilindungi, khas maupun endemik. Berbagai jenis vegetasi yang tumbuh

    baik di ekosistem hutan pantai adalah jenis vegetasi dari formasi pes-caprae yaitu

    Ipomoea pescaprae, Canavalia maritima, Vigna marina, Spinefex littoreus,

    Ischaemum muticum, Cyperus maritima serta dari formasi Barringtonia

    diantaranya Barringtonia asiatica, Calophyllum inophyllum, Manilkara kauki,

    Intsia bijuga, Terminalia catappa, Hernandia peltata, Cerbera manghas, Erytrina

    orientalis, Pongamia pinnata, Hibiscus tiliaceus, Guettarda speciosa, Morinda

    citrifolia, Sophora tomentosa, dan lain-lain.

    Sedangkan fauna yang hidup di hutan pantai diantaranya harimau sumatera

    (Panthera tigris sumatrae), kucing mas (Catopuma temminckii), Gajah Sumatera

    (Elephas maximum sumatranus), tapir (Tapirus indicus), Rusa sambar (Cervus

    unicolor), Siamang (Hylobates syndactylus), babi hutan (Sus spp.), Badak Jawa

    (Rhinoceros sondaicus), Banteng (Bos javanicus), penyu sisik (Eretmochelys

    imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu belimbing (Dermochelys

    coriacea). Selain itu, juga ditemukan fauna dari jenis reptil seperti biawak

    (Varanus salvator), ular sanca (Phyton sp.,), ular edhor (Calloselasma

    rhodostoma), primata/kera ekor panjang (Macaca fascicularis) dan burung pantai.

    Burung pantai (shorebirds) merupakan sekelompok burung air yang secara

    ekologis bergantung kepada kawasan pantai sebagai tempat mereka mencari makan

    dan atau berkembangbiak. Di Indonesia, telah diidentifikasi sebanyak 65 jenis dari

    214 jenis burung pantai yang ada di dunia.

    b. Sebagai Tempat BertelurHutan pantai dijadikan sebagai tempat penting bagi berbagai jenis penyu untuk

    bertelur. Salah satu faktor pendukungnya adalah tekstur pasir kwarsa yang

    didominasi oleh vegetasi pantai berupa tanaman pandan (Pandanus tectorius).

    Hasil penelitian di beberapa pantai menunjukan bahwa sarang-sarang telur penyu

    yang padat ditemukan pada persentase penutupan oleh tumbuhan pandan

    (Pandanus tectorius) sebesar 40,4-85,2%. Ada sekitar 43 pantai di Indonesia yang

    dijadikan tempat untuk bertelur penyu (Jauhari et al. 1999). Bahkan salah satu

    kawasan pantai di Indonesia yang merupakan salah satu dari 6 tempat peneluran

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    19/42

    Page 19 of42

    terbesar di dunia yakni kawasan pantai Jamursba Medi, Sorong (Heng & Chark,

    1989 dalam Triantoro & Kuswadi, 2005).

    Umumnya penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu belimbing

    (Dermochelys coriacea) dan penyu hijau (Chelonia mydas) bertelur di Pantai

    Pangumbahan Sukabumi, Suaka Margasatwa Cikepuh (Jawa Barat), Taman

    Nasional Kepulauan Seribu, TN. Meru Betiri, TN. Alas Purwo, TN. Komodo, TN

    Bunaken, TN Manusela serta TN Cendrawasih. Selain penyu, pantai juga dijadikan

    tempat bertelur oleh burung seperti Maleo (Macrocephalon maleo) yang hampir

    ditemukan di seluruh pantai di Sulawesi dan Maluku.

    c. Jasa kesehatan lingkungan

    Hutan pantai juga berfungsi sebagai pengendali pemanasan global dan

    perubahan iklim, melalui penyerapan karbon dan memelihara iklim mikro.

    Mekanisme tersebut terjadi melalui proses fotosintesis yang terjadi pada daun

    tanaman dimana tumbuhan akan menyerap karbondioksida (CO2) dan melepaskan

    zat oksigen (O2). Keberadaan oksigen menjadi sangat penting bagi kesehatan

    makhluk hidup di bumi termasuk manusia.

    d. Estetika daerah Perkotaan

    Penanaman pohon pada wilayah perkotaan menjadi sangat penting ditengah

    pesatnya konsumsi masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Penanaman vegetasi

    pantai seperti jenis cemara laut (Casuarina Equisetifolia) dan bintaro (Cerbera

    manghas) sepanjang jalan raya atau ditanam di taman-taman perkantoran.

    Keberadaan tanaman tersebut, selain untuk menambah keindahan kota juga

    menyerap CO2 dan gas- gas lainnya yang dihasilkan oleh kendaran bermotor. Kita

    tahu bersama bahwa kendaraan bermotor menimbulkan kebisingan dan

    menghasilkan gas-gas tertentu (memakai bahan bakar fosil) yang berdampaknegatif terhadap lingkungan perkotaan.

    3. Fungsi Sosial dan Ekonomi Hutan Pantai

    a. Wisata Pantai dan Tempat berkemah

    Wisata pantai merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata bahari atau wisata

    kelautan. Wisata pantai sendiri didefinisikan sebagai wisata yang objek dan daya

    tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape) maupun bentang darat

    pantai (coastal landscape). Pada bentang laut dapat dilakukan kegiatan wisata

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    20/42

    Page 20 of42

    diantaranya berenang (swimming), memancing (fishing), bersampan yang meliputi

    mendayung (boating) dan snorkeling, berselancar yang meliputi selancar air (wave

    surfing) dan selancar angin (wind surfing), dll. Sedangkan pada bentang darat

    kegiatan yang dapat dilakukan berupa olahraga susur pantai, bola volly pantai,

    bersepeda pantai, panjat tebing pada dinding terjal pantai (cliff) dan menelusuri gua

    pantai. Disamping itu, bermain layanglayang, berjemur, berjalan-jalan melihat

    pemandangan, berkuda atau naik dokar pantai merupakan kegiatan lain dari

    rekreasi bentang darat pantai.

    Umumnya pantai berpasir di Indonesia dijadikan sebagai kawasan pariwisata

    pantai yang menarik karena keindahan alamnya, seperti pantai Sanur dan Kuta

    (Bali), Pantai Pangandaran, Carita & Pelabuhan Ratu (Jawa Barat), Parang Tritis

    (Yogyakarta), Pantai Natsepa & Liang (Maluku). Diharapkan dengan pengelolaan

    pariwisata pantai dengan baik dan benar maka akan dapat mendatangkan

    pendapatan asli daerah (PAD) yang tinggi serta meningkatkan ekonomi

    masyarakat di sekitar kawasan pariwisata.

    Selain wisata pantai, kegiatan berkemah juga dapat dilakukan di pantai. Sambil

    berkemah, pengunjung dapat mendengarkan deburan ombak laut, kicauan burung

    dan makan ikan bakar. Beberapa daerah pantai yang dijadikan sebagai tempat

    berkemah yaitu Taman Nasional (TN) Alas Purwo, TN Karimunjawa dan TN

    Wakatobi.

    Ekowisata penyu pada habitat alami penyu juga menjadi daya tarik tersendiri.

    Kegiatan ekowisata yang dapat dilakukan yaitu melihat penyu mendarat pada

    malam hari, melihat dan mengamati penyu bertelur, cara pengambilan dan

    penanaman telur (penetasan secara semi alami), melihat dan memberi pakan tukik

    dalam bak pemeliharaan serta pelepasan tukik.

    b. Penghasil bahan baku industri kosmetik dan biodisel

    Jenis tumbuhan yang tumbuh di hutan pantai mengandung bahan-bahan kimia

    yang dapat digunakan untuk kepentingan industri kosmetik, diantaranya : keben

    (Barringtonia asiatica), ketapang (Terminalia catappa), dll. Sedangkan tanaman

    pantai yang berpotensi untuk dijadikan sebagai biodisel adalah nyamplung

    (Calophyllum inophyllum) dan kranji (Pongamia pinnata Merril). Biji nyamplung

    segar mengandung minyak 40-55 %-b dan jika dalam kondisi kering mengandung

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    21/42

    Page 21 of42

    70-73%-b. Bahan aktif yang terkandung dalam biji nyamplung adalah Inophylum

    A-E, Calophylloide dan asid calophynic. Minyak dari biji tanaman nyamplung ini

    sudah lama digunakan untuk penerangan di beberapa daerah seperti Maluku.

    c. Sebagai Penghasil Obat-obatan

    Vegetasi yang tumbuh baik di ekosistem hutan pantai memiliki potensi

    ekonomi yang tinggi karena banyak mengandung zat bioaktif tinggi di bidang

    kedokteran. Beberapa jenis diantaranya : Calophyllum lanigerumberkasiat untuk

    anti virus HIV (sudah dipatenkan oleh USA dan Malaysia), Calophyllum cannum

    dan Calophyllum dioscorii untuk anti kanker.

    d. Sumber Penghasil Bioenergi

    Vegetasi hutan pantai dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bangunan,

    kayu bakar, arang, pulp dan kertas, Dll. Contoh : Pongamia pinnata, Calophylum

    inophylum, Terminalia catappa, Casuarina equisetifolia, Intsia bijuga dll. Jenis

    Casuarina equisetifolia pada umur 7-15 tahun produksi kayu bakarnya dapat

    mencapai 37-74 ton per hektar (Sukresno, 2007).

    e. Sebagai Tempat Budidaya Pertanian

    Anggapan sebagian besar masyarakat Indonesia bahwa lahan pasir tidak dapat

    dijadikan sebagai lahan budidaya pertanian karena sulit mengikat air,

    penguapannya tinggi, kandungan bahan organik dan unsur hara yang sangat

    rendah, ternyata keliru. Hal ini terjawab dengan budidaya pertanian di beberapa

    daerah di Indonesia. Budidaya pertanian di lahan pasir di Desa Bugel Kecamatan

    Panjatan, Kulon Progo merupakan salah contoh daerah yang telah mengolah lahan

    pasir terlantar menjadi lokasi budidaya tanaman cabai, semangka, sayur mayur,kentang, ubi, bawang dan labu. Petani di daerah ini telah menerapkan pertanian

    berkelanjutan melalui penerapan teknologi ramah lingkungan dan

    mengintegrasikan pertanian dengan peternakan (integrated farming system) dengan

    cara mencampur tanah dengan bahan organik sehingga terjadi peningkatan

    produksi.

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    22/42

    Page 22 of42

    f. Mendukung kegiatan penelitian dan pendidikan

    Daerah pantai merupakan laboratorium hidup yang sempurna untuk belajar

    ilmu lingkungan, geografi, sejarah dan banyak bidang studi lain karena

    kompleksitas ekosistem alami yang dimiliki.

    g. Kekayaan Sumberdaya Mineral.

    Sumber daya mineral terdiri atas tiga kelas yaitu kelas A (mineral strategis :

    minyak, gas dan batubara serta bahan-bahan galian radioaktif lainnya; nikel, kobalt

    dan timah), kelas B (mineral vital : besi, mangan, bauksit, tembaga, timbal, seng;

    emas, platina, perak, dan belerang, dll), serta kelas C (mineral industri : batu

    permata, batu setengah permata; pasir kwarsa, kaolin, batu apung, marmer, batu

    tulis; batu kapur, dolomit, granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat dan pasir

    sepanjang tidak mengandung unsur-unsur golongan a maupun b dalam jumlah

    yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.

    E. Potensi Rumput Laut di Indonesia

    Rumput laut atau makro algae sudah sejak lama di Indonesia dikenal sebagai bahan

    makanan tambahan, sayuran dan obat tradisional. Rumput laut menghasilkan senyawa

    koloid yang disebut fikokoloid yakni agar, al-gin dan karaginan. Pemanfaatannya

    kemudian berkembang untuk kebutuhan bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi

    dan kedokteran. Potensi rumput laut di Indonesia ikut andil dalam peningkatan pendapatan

    masyarakat pesisir antara lain Riau, Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa

    Tenggara Timur, Sulawesi dan Maluku meskipun masih dalam skala kecil. Kebutuhan

    rumput laut dari tahun ke tahun selalu meningkat.

    Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman jenis

    rumput laut yang sangat tinggi, bahkan oleh para ahli rumput laut mengatakan sebagai

    lumbung rumput laut. Perkembangan kearah industrialisasi rumput laut, Indonesia masih

    jauh ketinggalan dengan negara lain seperti Jepang, Korea, Taiwan dan China. Di Indone-

    sia sendiri, hasil produksi rumput laut masih sebatas industri makanan dan bahan baku

    komoditi ekspor. Dalam upaya pemanfaatan rumput laut sebagai bahan industri makanan,

    kosmetik, farmasi, kedokteran dan pertanian masih perlu belajar kepada negara-negara

    yang telah ahli dalam pengolahan rumput laut. Oleh karena itu, tindakan kedepan masih

    perlu penelitian pemanfaatan rumput laut yang berkesinambungan.

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    23/42

    Page 23 of42

    Rumput laut di perairan pantai diberbagai daerah di Indonesia sekarang ini telah

    mengalami penurunan, terutama kuantitas kehadiran jenis dan panenan tegakan (stand-ing

    crops ) berat basah yang diperoleh dalam satu meter kwadrat. Penurunan ini disebabkan

    oleh beberapa indikasi yang terjadi didaerah pertumbuhan rumput laut. Salah satu faktor

    yang umum yakni adanya pencemaran air yang berasal buangan limbah kota melalui aliran

    sungai yang terbawa arus dan tersebar di berbagai perairan pulau-pulau kecil disekitarnya.

    Tingkat perusakan yang pal-ing fatal dan bersifat permanen ini, dilakukan oleh para

    penambang batu karang masyarakat setempat yang digunakan sebagai bahan bangunan.

    Apabila kejadian ini di biarkan terus-menerus, maka akan terjadi erosi pantai serta

    hilangnya subtrat rumput laut dan biota lainnya.

    1. Sebaran dan Habitat Rumput Laut

    Kehadiran rumput laut di perairan Indonesia banyak dijumpai di perairan pantai

    yang mempunyai paparan terumbu. Distribusi dan kepadatannya tergantung pada tipe

    dasar perairan, kondisi hidrografis musim dan kompetisi jenis (Soegiarto, 1977).

    Sebaran rumput laut di berbagai perairan Indonesia mempunyai habitat yang berbeda-

    beda yakni substrat berlumpur, grave-pasir kasar dan batu karang. Rumput laut yang

    tumbuh menancap di tempat berlumpur atau pasir-lumpuran kebanyakan dari marga

    Halimeda, Avrainvillea dan Udotea thallus basal mempunyai karakteristik berubi atau

    "Bulbous". Kehadiran jenis ini dapat diketahui dari perairan pantai Kepulauan Riau,

    Selat Sunda, Kepulauan Seribu, Karimunjawa dan pulau-pulau di Kalimantan Timur

    dan Sulawesi Selatan. Pasir merupakan substrat bagi tempat tumbuh hampir semua

    jenis rumput laut dengan cara holfast menancap, menempel atau mengikat partikel-

    partikel pasir. Pengikat substrat ini kebanyakan dimiliki oleh marga Caulerpa,

    Gracilaria, Eucheuma dan Acanthophora, tumbuh di seluruh perairan pantai di

    Indonesia. Substrat batu karang dapat dijumpai pada pulau-pulau yang mempunyai arusderas dan ombak besar dan berfungsi secara tidak langsung untuk menahan erosi

    pantai. Rumput laut yang tumbuh dengan cara melekat menggunakan holdfast

    berbentuk cakram, kebanyakan berada di daerah tubir, dari marga Gelidium,

    Gelidiopsis, Gelidiella, Hypnea, Laurecia, Hormophysa, Turbinaria dan Sargassum.

    Catatan hasil penelitian P2O-LIPI menunjukan bahwa sebaran dan habitat rumput laut

    di beberapa paparan terumbu di Indonesia, kehadirannya banyak dijumpai di perairan

    Selat Sunda, Jawa bagian selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, pulau-

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    24/42

    Page 24 of42

    pulau di Sulawesi Selatan dan Utara serta perairan Maluku. Rumput laut ini tumbuh

    pada perairan pantai yang jernih banyak ombak dan arus deras

    2. Produksi Rumput Laut

    Di Indonesia, rumput laut yang dihasilkan dari sediaan alami maupun hasil

    budidaya, kadang-kadang produksinya menurun yang disebabkan oleh faktor musim

    yang tidak menguntungkan dan sering terjadinya serangan hama dan penyakit. Faktor

    lain adalah karena keengganan dari petani rumput laut untuk menanam kembali setelah

    panen, karena harga jual yang terlalu murah sehingga banyak beralih usaha ke bidang

    lain. Kondisi seperti ini juga terjadi pada pulau-pulau terpencil yang potensi produksi

    rumput laut alamnya sangat melimpah, bahkan eksploitasi para nelayan pencari rumput

    laut alam sangat sedikit. Kedala utama dalam budidaya rumput laut tersebut adalah

    sulitnya menjual hasil produksi, sedangkan jika dijual pada pasar lokal tidak laku,

    kemudian transportasi antar pulau masih jarang. Penduduk setempat kebanyakan tidak

    tertarik dan lebih memilih mecari ikan atau biota lain yang langsung bisa dikonsumsi.

    Sejak tahun 1977 kondisi pasang surut produksi rumput laut mulai berubah, sejak

    dirintis oleh Lembaga Oseanologi Nasional (LON)-LIPI yang kemudian berganti nama

    menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi (P3O)-LIPI dan sekarang

    menjadi Pusat Penelitian Oseanografi (P2O)-LIPI. Saat itu LON-LIPI berusaha untuk

    meningkatkan produksi rumput laut melalui pilot project dan percobaan budidaya di

    Kepulauan Seribu dan Bali. Pola budidaya ini kemudian berkembang di berbagai

    daerah seperti Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Utara serta Maluku.

    Peningkatan intensifikasi budidaya rumput laut dilakukan kembali pada tahun 1998 -

    2000 dilakukan oleh P3O-LIPI kepada para petani rumput laut melalui pelatihan dan

    pratek lapangan penanaman rumput laut langsung. Metode yang digunakan dengan

    tehnologi tepat guna budidaya rumput laut di berbagai daerah antara lain Lampung,Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lombok, Sumbawa dan Padang. Menurut

    Mubaraket al (1998) ar-eal potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut di

    perairan Indonesia diperkirakan 8.600 ha. DOTY (1987) produksi untuk jenis

    Eucheuma cottonii 74-104 ton/ha/tahun. Dalam kisaran produksi yang umum biasanya

    hanya mencapai 15-30 ton/ha/tahun.

    Di Indonesia, mempunyai musim panen rumput laut produksi alam sepanjang

    tahun, banyak dijumpai didaerah Cilurah - Pandeglang. Hasil panen Gelidium

    sepanjang tahun produksinya mencapai 1-3 ton/bulan. Di perairan Jawa bagian selatan,

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    25/42

    Page 25 of42

    yaitu di daerah pantai Pameungpeuk-Garut panen Gelidium dan Sargassum di musim

    kemarau produksinya mecapai 2-3 ton/bulan. Di pulau Bali terdapat di Nusa Penida

    dan di Nusa Tenggara Barat. Di Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi panen rumput laut

    jatuh pada bulan Agustus Oktober. Sedangkan di Propinsi Maluku hampir sepanjang

    tahun.

    3. Manfaat Rumput Laut

    Di Indonesia, rumput laut sudah sejak lama dikonsumsi secara langsung baik

    dimakan mentah sebagai lalap atau dijadikan kue oleh masyarakat Jawa, Bali, NTB,

    NTT, Sulawesi dan Maluku. Ada beberapa kelompok rumput laut yang telah dikenal

    dalam dunia perdagangan dan telah dimanfaatkan sebagai bahan bakau industri

    farmasi, kosmetik, bahan campuran berbagai industri, makanan serta beberapa jenis

    yang berkhasiat sebagai bahan obat.

    a. Rumput Laut Hijau (Chlorophyta)

    Rumput laut hijau dikenal sebagai bahan sayur mayur dengan karakteristik

    thalli mengandung khlorofil a, b, lambda, beta, gama, karoten, santhofil dan

    thilakoid. Komposisi plastida terdapat pirenoid, dinding sel mengandung

    sellulose dan mannan. Persedian makanan didalam thalli berupa kanji (starch),

    protein, asam amino dan lemak. Kandungan kimia esensial yang paling

    menonjol adalah vitamin C banyak dijumpai dari marga Caulerpa mencapai

    1000 - 32001.U/mg dan rumput laut hijau mengandung koloid berkadar rendah

    (Dubinsky et al1978). Di bidang peternakan rumput laut hijau sebagai bahan

    industri pakan campuran ternak. Di beberapa negara rumput laut ini digunakan

    dalam industri makanan yakni sebagai pembungkus makanan dan langsung

    dapat dimakan. Di restoran Cina disajikan dalam bentuk segar sebagai sayuran

    dan lalap. Kelompok rumput laut hijau dikenal sebagai "Sea vegetable"sebagaiobat anti jamur, anti bakteri dan tekanan darah tinggi (Smith and Yonge1955;

    Trono & Ganzon1988).

    b. Rumpu Laut Coklat (Phaeophyta)

    Rumput laut ini lebih dikenal sebagai penghasil algin dan iodine. Karakteristik

    kandungan thalli lebih didominasi oleh pigmen dengan khlorofil a, c, beta

    karoten, violassantin dan fucosantin. Plastida terdapat pirenoid dan thilakoid.

    Persediaan makanan dalam thalli berupa laminarin (beta 1-3 ikatan glucan).

    Dinding sel mengandung asam alginik dan garam alginat. Kandungan koloid

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    26/42

    Page 26 of42

    yang paling utama adalah algin yang diekstrak dari marga Sargassum,

    Turbinaria dan Macrocystis. Koloid algin dalam dunia perdagangan disebut

    asam alginik. Algin dalam bentuk derivat garam dinamakan garam alginat

    terdiri dari sodium alginat, potasium alginat dan amonium alginat. Garam

    alginat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan alkali. Koloid Fucoidin

    terdapat dalam Macrocystis danLaminaria dalam bentuk ester dari kandungan

    polisacharida dan asam sulflrik. Kandungan koloid algin dalam industri

    kosmetik digunakan sebagai bahan pembuat sabun,fomade, cream, body lotion,

    sampo dan cat rambut. Di bidang industri farmasi, digunakan sebagai bahan

    pembuat pembuat kapsul obat, tablet, salep, emulsifier, suspensi dan stabilizer.

    Di bidang pertanian sebagai bahan campuran insektisida dan pelindung kayu,

    sedangkan di bidang industri makanan digunakan sebagai bahan saus, dan

    campuran mentega. Manfaat lainnya digunakan dalam industri fotografi, kertas,

    tekstil dan keramik. Di bidang kesehatan iodine yang terkandung di dalam

    rumput laut coklat dari kelompok "Alginofit" dapat digunakan sebagai obat

    pencegah penyakit gondok.

    c. Rumput Laut Merah (Rhodophyta)

    Rumput laut merah ini di kenal sebagai penghasil karagenan dan agar.

    Karakteristik thalli mengandung figmen ficobilin dari ficoerithrin yang

    berwarna merah dan bersifat adaptasi kromatik. Proforsi pigmen dapat

    menimbulkan bermacam-macam warna thalli seperti warna coklat, violet,

    merah tua, merah muda, dan hijau. Dinding sel terdapat sellulose, agar,

    karagenan, profiran, dan furselaran. Persedian makanan dalam thalli berupa

    kanji (floridan starch). Rumput laut merah mempunyai kandungan koloid utama

    adalah karagenan dan agar. Karagenan diekstrak dari marga Eucheuma,Gigartina, Rhodimenia dan Hypnea. Koloid agar diekstrak dari Gracilaria,

    Gelidium, Gelidiopsis dan Gelidiella. Di dunia perdagangan rumput laut merah

    ada dua kelompok yakni karagenofit dan agarofit. Karagenan lebih dikenal

    sebagai asam karagenik. Koloid karagenan dalam bentuk derivat garam

    dinamakan karagenat terdiri dari potasium karagenat dan calcium karagenat.

    Rumput laut merah penghasil agar sering disebut sebagai asam sulfirik atau

    asam agarinik. Bentuk derivat garam berupa calcium agarinat, magnesium

    agarinat,potasium agarinatdansodium agarinat.

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    27/42

    Page 27 of42

    1) Kelompok Agaroflt

    Kelompok Agaroflt yakni rumput laut merah penghasil koloid agar dan

    asam agarinik, diperoleh dari marga utama Gracilaria, Ahnfeltis,

    Acanthopeltis, Gelidium, Gelidiopsis dan Gelidiella. Di dunia industri

    kelompok ini dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di bidang kedokteran

    "Agar"atau sering disebut "Agar Rose" jenis ini digunakan untuk media

    biakan bakteri. Di sektor pertanian digunakan sebagai media tumbuh

    jaringan tanaman (tissue-culture), sedangkan di bidang kesehatan sebagai

    obat anti desentri/diare dan anti gondok.

    2) Kelompok Karagenofit

    Kelompok karagenofit yakni rumput laut merah penghasil koloid karagenan,

    asam karagenik dan garam karagenat. Koloid karagenan mempunyai fraksi

    iota dan kappa. Fraksi iota kandungan koloid karagenan larut dalam air

    dingin, dapat diperoleh dari jenis Eucheuma spinosum, Eucheuma isiforme

    dan Eucheuma uncinatum. Fraksi kappa kandungan koloid karagenan larut

    dalam air panas, dapat diperoleh dari jenis Eucheuma cottonii, Eucheuma

    edule danAcanthophora. Karagenan dari kelompok ini dimanfaatkan dalam

    industri makanan. Karaginan dapat dimanfaatkan seperti algin, sebagai

    bahan kosmetik, farmasi, pasta gigi dan salep. Khasiat lain dari marga

    Acanthophora dapat digunakan sebagai obat alami anti mikroba dan anti

    kesuburan (Wahidulla et al. 1986).

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    28/42

    Page 28 of42

    BAB III

    METODOLOLOGI

    A. Prosedur Pengamatan

    Pengamatan dilakukan secara berkelompok sesuai dengan tugas yang telah

    dibebankan dalam pembagian tugas sebelum pergi ke lapangan. Pembagian

    kelompok didasarkan pada aspek-aspek biota yang memiliki potensi untuk diamati

    dari lingkungan sekitar pantai Ujunggenteng kabupaten Sukabumi. Kelompok

    pengamatan terbagi menjadi 3 kelompok utama dengan masing memiliki 2 tugas

    pengamatan, yaitu kelompok pengamatan tumbuhan khas pantai, kelompok

    pengamatan algae, dan kelompok pengamatan hewan (invertebrata dan vertebrata)

    laut. Masing-masing kelompok mendapat 1 tugas tambahan yaitu pengamatan

    konservasi penyu.

    Pengamatan yang dilakukan hanya sekedar mengamati tanpa mengambil

    sampel untuk dirusak dan selanjutnya dibuang sembarangan. Pengamatan

    keanekaragaman tumbuhan khas pantai dilakukan untuk mengumpulkan jenis

    tumbuhan pantai yang ada, dipandu oleh ahli tumbuhan UPI, Drs. H. Eman

    Abdurrachman. Pengamatan fauna laut dilakukan pada pantai karang pada kondisi

    laut sedang surut, dipandu oleh Dr. H. Ama Rustama, M.Sc. Pengamatan Algae

    Laut dilakukan di pantai karang bersama-sama dengan pengamatan kelompok

    fauna khas pantai baik invertebrata maupun vertebrata, dipandu oleh Prof. Dr. H

    Achmad Munandar, M.Pd.

    Pengamatan penyu dilakukan bersama-sama di lokasi penangkaran Penyu di

    pantai pangumbahan. Kegiatan ini dipandu langsung oleh petugas balai konservasi

    pangumbahan.

    B. Instrumen Pengamatan

    Pengamatan yang dilakukan menggunakan instrumen pengamatan antara lain :

    - Lembar kerja pengamatan masing-masing kelompok yang sudah dibuat oleh

    kelompok yang bersangkutan

    - Wawancara yang dilakukan kepada masyarakat sekitar pantai, pegawai balai

    konservasi penyu.

    - Kunci identifikasi tumbuhan khas pantai dan Kunci determinasi genus alga laut.

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    29/42

    A. Keanekaragaman Fl

    Keanekaragaman t

    lingkungan yang teramati

    jenis algae, dan keanekarag

    1. Keanekaragaman alga

    No Nama Jenis/Genus

    1 Ulva lactuca

    2 Ulva reticulata

    3 Cladophora

    4 Valonia

    BAB IV

    HASIL OBSERVASI

    ra (Tumbuhan)

    umbuhan yang dapat dijadikan sumber

    di pantai Ujunggenteng Sukabumi terdiri da

    aman tumbuhan biji khas pantai.

    pantai Ujunggenteng

    Kelompok alga

    Deskripsi Ciri-ci

    Hijau

    Coklat

    Merah

    Thalus berbentuk lembarberwarna hijau. Talus tidberkapur, tidak berronggaberupa daun atau pipih te

    dari dua lapis sel

    Thalus berbentuk lembarberwarna hijau membentseperti jaring.Talus tidak berkapur, tidaberrongga, thallus berupa

    atau pipih terdiri dari dusel

    Bagian dalam thallus tidaberongga Thallus berbentfilamen yang terdiri dari sderetan sel berseptum, bePercabangan bebas, anak-cabang pendek dengan cacabang lateral yang kadandichotom

    Thallus tidak berkapurBagian dalam thallus berThallus terdiri dari satu s(unicellular) yangmenggelembung berbentatau lonjong melekat padbasal. Antara rhizoid & sdibatasi oleh septum

    Page 29 of42

    pembelajaran dari

    ri keanekaragaman

    ri Manfaat

    n tipis k , thallus

    rdiri

    SumberMakanan.Produsenekosistem

    laut

    n tipis k

    k

    daun

    lapis

    SumberMakanan.Produsenekosistemlaut

    uk

    atu cabang.

    anak bang- g

    SumberMakanan.Produsenekosistemlaut

    ngga

    l

    k bulat sel

    l basal

    Produsenekosistemlaut

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    30/42

    No Nama Jenis/Genus

    5 Halimeda

    6 Sargassum

    7 Turbinaria

    8 Padina

    9 Gracilaria

    Kelompok alga

    Deskripsi Ciri-ci

    Hijau

    Coklat

    Merah

    Thallus berkapurThallus terdiri dari ruas-dan dan bercabang

    Cabang thallus bentuknyadan tidak dichotom, thalluberrhizoma, mempunyai cang bentuknya khusus. D

    rongga udara (vesicle) letadan bentuknya bervariasi, tsudah terdiferensiasi berbebatang, daun dan rhizoid

    Thallus bersel banyak, metiga bentuk, yaitu bentuk sakar, seperti batang dan sedaun. Daun merupakan beseperti corong, di dalamnyterdapat sebuah rongga udVesicle, daun daun jugamerupakan alat biak(reseptakulum). Reseptaku

    tumbuh pada ketiak daun.pelekat merupakan akar decabang-cabang yang pende

    melekat pada karang

    Thallus pipih berbentuk kiterbuka. Permukaan thalluterdapat daerah-daerah rayang konsentris yang memwarna lebih tua. Thallus bpercabangan dalam satu bibagian bawah thallus menmenyerupai tangkai, berbudengan alat pelekat padat.pada karang atau karang pdengan rhizoid. Warna thacoklat dan coklat tua

    Thallus berbentuk silinderpipih, bercabang banyak, cyang tegak ke atas tumbuhcabang yang merebah (rhizSubstrat berupa karang atapasir

    Page 30 of42

    ri Manfaat

    ruas

    khusus s tidak

    bang aun dan

    terpisah hallus tuk

    Kandungan

    Alginat dapatdimanfaatkan

    utk bidang

    industri.

    punyai perti

    erti ntuk a

    ara

    lum

    Alat ngan

    k dan

    Kandungan

    Alginat dapat

    dimanfaatkan

    utk bidang

    industri.

    as s but

    punyai rcabang;

    dang, empit

    lu tebal Melekat

    asir llus

    Kandungan

    Alginat dapat

    dimanfaatkanutk bidang

    industri.

    sampai abang

    dari oma), u karang

    Dapat diolah

    menjadi

    bahan pangan

    dan industri

    (Agar-agar)

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    31/42

    No Nama Jenis/Genus

    10 Rhodymenia

    11 Gigartina

    12 Acanthophora

    13 Codium

    2. Keanekaragaman Tum

    No Nama Jenis/Genus

    1 Pandanus tectorius(Pandanaceae)Pandan laut

    Kelompok alga

    Deskripsi Ciri-ci

    Hijau

    Coklat

    Merah

    Thallus berbentuk pipih, sedaun, dapat bercabang atabercabang. Korteks tebalndari 2 3 lapis sel. Thallustegak pada karang denganpelekat yang berbentuk caatau merebah pada karangperantaraan rhizoma

    Thallus berbentuk pipih sedaun, Thallus yang terbaw(tangkai daun) bentuknyasilinder, bercabang; percab

    tak teratur dengan anak-ancabang, umumnya bagian tatau ujung atas daun yangmerupakan anak-anak dauPermukaan daun terdapatkecil berupa duri

    Sumbu thallus (axis) berbesilinder, bercabang, danpercabangan alternatus. Acabang yang ke arah sampibentuknya seperti duri daberkelompok. Tumbuh teg

    merebah pada karang atau

    pasir dengan alat pelekatberbentuk cakram, warnamerah.

    Thallus tidak berkapur, badalam thallus tidak berongsilinder, berbentuk spons

    buhan khas pantai di Ujunggenteng

    Kelompok

    DeskripsiDikotil

    Mono-

    kotil

    Gymno

    sperm

    Tumbuhan pengisi vegetasitunjang yang mengelilingi b

    membentuk seperti kerucu

    dengan pinggir daun berdubuah sawit, kadang berbe

    berwarna orange

    Page 31 of42

    ri Manfaat

    perti tak

    a terdiri tumbuh

    alat ram,

    dengan

    Dapat diolahmenjadi

    bahan pangan

    dan industri

    (Agar-agar)

    erti ah

    gak angan

    ak epi daun

    n.

    apilla

    Dapat diolah

    menjadi

    bahan pangan

    dan industri

    (Agar-agar)

    tuk

    ak-anak ng

    tumbuh ak atau

    karang

    ang thallus

    Dapat diolah

    menjadi

    bahan pangan

    dan industri

    (Agar-agar)

    ian ga,

    Produsen dilingkungan

    perairan laut

    Ciri-ciri

    pantai ini memiliki akar atangnya sehingga kadang

    . Daun-daunnya panjang

    ri. Buah majemuk seperti ntuk bola. Yang matang

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    32/42

    Page 32 of42

    No Nama Jenis/Genus

    Kelompok

    Deskripsi Ciri-ciriDikotil

    Mono-

    kotil

    Gymno

    sperm

    2 Callophylluminophyllum(Clusiaceae)

    Nyamplung

    Merupakan pohon besar dan rindang, berkerabat

    dengan manggis. Berbatang besar, tidak teratur dan

    tidak teratur. Memiliki daun licin, mengkilap ukuran

    besar, berurat banyak dan agak kaku. Bunga

    berbentuk malai berwarna putih, buahnya berbentukbulat, keras dan licin. Memiliki getah juga.

    3 Pongamia pinnata

    (Fabaceae)Kibangkong, kipahang

    Semak atau pohon bercabang melebar. Daun menyirip

    gasal, merah muda saat muda, hijau tua mengkilap di

    atas dan hijau pudar dengan urat menonjol di bawah

    saat tua; anak daun bulat telur, menjorong atau

    melonjong. Perbungaan tandan, berpasang-pasangdengan bunga yang sangat harum; mahkota bunga

    putih sampai pink, ungu di dalam. Buahnya polongbertangkai pendek, menyerong-melonjong sampai

    menjorong, tidak merekah bila masak, berbiji 1-2. Biji

    membulat telur.

    4 Crinum asiaticum(Amaryllidaceae)

    Bakung

    Herba berbatang kokoh dan tegak, berukuran besar,

    tinggi sekitar 1 meter dengan posisi daun melingkar,bentuk daun memanjang pipih. Bunga berwarna putih

    besar berbau harum

    5 Calotropis gigantea(Asclepiadaceae)Biduri

    Herba tegak, batang silindris, memiliki getah putih.

    Daun berukuran besar, permukaan atas berambut,

    bagian bawah berwarna putih. Bunga besar, dengan

    jumlah kelopak 5 sepal, mahkota 5 petal, benangsari 5

    stamen,

    6 Momordica charantia(Cucurbitaceae)Paria, pare

    Tanaman merambat. Batang dengan sulur berbentukspiral untuk merambat. Bercabang banyak. Daun

    tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm, letak

    berseling, bentuknya bulat panjang, dengan panjang

    3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkal

    berbentuk jantung, warnanya hijau tua. Bungatunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai

    panjang, berwarna kuning. Buah bulat memanjang,

    dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak

    beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit

    7 Premna corymbosa(Verbenaceae)

    Kiseungeut

    Tanaman perdu, dengan daun tunggal agak besarberbentuk oval terbaik, tepi rata agakbergelombang, ujung daun runcing, letaknya

    berhadapan silang. Bunga dalam bentukmemayung (corymbus) berwarna putih.

    8 Scaevola taccada(Goodeniaceae)Babakoan

    Semak tegak atau pohon kecil. Daun berseling,sebagian besar berkumpul di ujung dahan,menyudip sampai membundar telur sungsang.Perbungaan aksilar, percabangan jarang. Bunga

    berwarna putih sampai kuning muda. Buah pelokberdaging, putih saat matang, berbiji 2

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    33/42

    Page 33 of42

    No Nama Jenis/Genus

    Kelompok

    Deskripsi Ciri-ciriDikotil

    Mono-

    kotil

    Gymno

    sperm

    9 Ipomoea pes-caprae(Convolvulaceae)Daun tapal kuda/Kangkung laut

    Liana bertahun, kadang-kadang membelit, batang

    menjalar berrongga, berakar pada ruas-ruasnya. Daun

    sering meruncing ke satu sisi, bervariasi, membundar

    telur, menjorong, membundar, mengginjal.

    Perbungaan terbatas 1 dengan bunga tidak banyak,daun kelopak tidak sama, agak menjangat, mahkota

    mencorong, ungu sampai ungu kemerahan.

    10 Ischaemum muticum(Poaceae)Rumput tembaga

    Rumput yang tumbuh menjalar biasanya bercabang

    banyak. daun kecil.

    11 Spinifex littoreus(Poaceae)

    Rumput angin

    Tumbuh di atas pasir pantai. Perawakan agak kaku.Daun berdaging agak kaku tepinya agak berduri.

    Bulir-bulir bunga majemuk berbentuk bongkol, bulatseperti bola. Jika sudah matang maka bongkol akan

    ditinggal oleh bijinya dan mudah tertiup angin

    sehingga mudah melompat-lompat.

    12 Tridax procumbens(Kembang Goyang)

    Kembang goyang

    Herba merambat, dengan daun kecil, tepi daun

    bergeiri lebar, bentuk daun oval. Bunga dalambongkol dengan tangkai bunga yang panjang.

    13 Terminalia catappa(Combretaceae)

    Katapang

    Tanaman berbentuk pohon. Batang berbanir pada

    pangkal. Daun berseling, bertangkai pendek,

    mengumpul pada ujung cabang, biasanya berbentuk

    telur sungsang, agak menjorong, mengkilap. Bungaberbulir tumbuh pada ketiak daun. Buah pelok

    membulat telur atau menjorong, agak pipih, hijau ke

    kuning dan merah saat matang. Buah batu dikelilingi

    lapisan daging berair.

    14 Wedelia biflora(Asteraceae/Compositae)Seruni

    Merupakan herba liar, tumbuh gerombolan. Batang

    bersegi dan daun berbentuk oval, tepinya bergerigi.

    Ukuran daun panjang maksimal 5 cm lebar maksimal3 cm. Posisi daun berhadapan, bunga berbentuk

    bongkol (majemuk) sekerabat dengan bunga matahari.

    15 Guettarda speciosa(Rubiaceae)Jati pasir

    Susunan daun tunggal, berhadapan. Daun berbentuk

    oval besar 15-23 cm (6-9 in) panjang dengan 10-18

    cm (4-7 in) lebar. Hijau gelap dan halus di atas

    dengan urat menonjol pucat, mereka berbulu halus dibawahnya. Bunga putih muncul dalam kelompok pada

    tangkai panjang (6-9 cm) dari axils daun, denganmahkota panjang tabung

    16 Eupatorium odoratum(Asteraceae /Compositae)Kirinyuh

    Tumbuhan herba dengan bentuk daun oval, pinggir

    daun bergerigi, letaknya berhadapan silang.

    Perbungaan majemuk. Tumbuhan ini memiliki

    kekerabatan yang dekat dengan bunga matahari.

    17 Ardisia humilis(Myrsinaceae)Lampeni

    Semak atau pohon kecil mencapai tinggi 5-10 m.

    Daun membundar telur sungsang sampai oblong

    sempit, dengan banyak bintik-bintik kelenjar.Perbungaan tandan di ketiak, berbentuk payungan;

    mahkota kemerahan-ungu.

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    34/42

    Page 34 of42

    No Nama Jenis/Genus

    Kelompok

    Deskripsi Ciri-ciriDikotil

    Mono-

    kotil

    Gymno

    sperm

    18 Disopyros sp /Diospyros maritima(Ebenaceae)

    Tumbuhan Perdu. Dengan posisi daun berseling. Daun

    memiliki tangkai yang pendek, bentuk daun agak

    lanset, tepi daun rata, permukaan daun mengkilap.

    Bunga muncul di ketiak daun. Daun membundar telur-

    menjorong sampai lonjong-lanset. Perbungaanterbatas dengan 3-8 bunga jantan, dan 1-3 bunga

    betina. Buah membulat.

    19 Mallotus sp(Euphorbiaceae)

    Tumbuhan perdu. Daun besar berbentuk oval, agak

    berelombang, tepi daun rata. Bunga dalam tandan,

    menghasilkan getah

    20 Passiflora foetida(Passifloraceae)

    Permot

    Tumbuhan merambat dari kerabat dari konyal dan

    markisa. Bentuk daun seperti jantung, daun agak

    berambut. Buah dilindungi semacam serabut, yangbila matang buah berwarna kuning dan dapat dimakan

    21 Barringtonia asiatica(Lecythidaceae)Keben/butun

    Pohon tumbuh tegak, batang tampak bekas tempelan

    daun yang besar. Daun bulat telur sungsang atau

    lonjong-membulat telur sungsang. Perbungaan

    berbentuk tandan dan letaknya di ujung, jarang di

    ketiak, kelopak bunga hijau seperti tabung panjang,

    daun mahkota putih, menjorong, benang sari memerah

    di ujung, putik memerah di ujung. Buahnya

    membundar telur, menirus ke ujung, tetragonal tajam

    ke pangkal, bila muda berwarna hijau setelah tua

    menjadi coklat

    22 Hibiscus tiliaceus

    (Malvaceae)Waru laut

    Tanaman berbentuk Pohon. Daun agak membulat,

    atau bagian atas membundar telur. Bunganya tunggal,terminal, mengkilap, kelopak menggenta, mahkota

    besar, kuning dengan ungu menghati, berubah

    menjadi oranye-merah.

    23 Stachytarpheta indica(Verbenaceae)Pecut kuda / jarong

    Terna tahunan, tumbuh tegak, tinggi 50 cm, tumbuh

    liar. Daun letak berhadapan, bentuk bulat telur, tepi

    bergerigi, tidak berambut. Bunga duduk tanpa tangkai

    pada bulir-bulir yang berbentuk seperti pecut, panjang

    4-20 cm. Bunga mekar tidak berbarengan, kecil-

    kecil warna ungu dan putih

    B. Keanekaragaman Fauna (Hewan)

    Dalam pengamatan hewan, lebih difokuskan pada keanekaragaman hewan laut.

    Beberapa jenis hewan laut yang diperoleh antara lain beberapa hewan dari kelompok

    arthropoda, mollusca, echinodermata, coelenterata dan pisces.

    Dikarenakan kekurangan instrumen identifikasi, hewan yang diperoleh tidak bisa

    teridentifikasi sampai nama jenisnya. Namun berdasarkan pengetahuan yang dimiliki

    masing-masing kelompok observasi, pengelompokkan hewan tersebut ke dalam kelompok-

    kelompok tersebut lebih berdasarkan pada pengetahuan ciri-ciri umum kelompok hewan

    baik arthropoda, echinodermata, mollusca, pisces dan coelenterata.

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    35/42

    Page 35 of42

    Beberapa contoh Arthropoda yang diperoleh antara lain udang, kepiting, kelumang

    dengan karakteristik tubuh memiliki segmen, kaki-kakinya berbuku. Mollusca yang

    diperoleh antara lain siput laut, cumi-cumi, beberapa kerang (diperoleh hanya

    cangkangnya) yang memiliki karakteristik tubuhnya lunak. Echinodermata yang diperoleh

    antara lain, mentimun laut (holothuroidea), bintang ular laut (ophiuroidea), bulu babi

    (echinodea), dengan karakteristik tubuh umumnya memiliki duri.

    Kelompok pisces mendominasi perairan, namun beberapa oragnisme dari

    kelompok yang diperoleh antara lain belut laut berukuran panjang 20 cm dan diameter

    tubuh + 1 cm.

    C. Konservasi Penyu

    Hasil kegiatan kunjungan dan observasi di penangkaran penyu pantai

    Pangumbahan Ujunggenteng Sukabumi dilakukan 2 kegiatan, yaitu pelepasan tukik ke laut

    dan pengamatan langsung proses penyu bertelur.

    1. Pelepasan Tukik ke Laut

    Sebelum pelepasan tukik ke lautan lepas, telur penyu ditempatkan di tempat

    pengeraman yang aman dari predator. Selama 60-80 hari telur penyu dierami di

    dalam pasir yang kondisinya sama dengan tempat asal pengambilannnya. Setelah 60-

    80 hari dierami, telur menetas dan berkembang menjadi tukik, selanjutnya dirawat di

    tempat perawatan khusus tukik. Proses pelepasan tukik ke lautan dilakukan bersama

    petugas balai konservasi penyu pangumbahan. Dilakukan pada sore hari menjelang

    malam tanggal 23 Nopember 2012 pukul 17.30 wib, sekitar 150 200 ekor tukik

    dilepas ke samudera Hindia. Pada pelepasan tukik ke samudera Hindia ini semua

    tukik berhasil mencapai dan tersapu air laut ke tengah samudera. Namun menurut

    petugas, tidak semua bahkan hanya sekitar 30% saja yang selamat dari predator danberkembang menjadi penyu dewasa.

    2. Pengamatan Penyu Bertelur.

    Pengamatan proses penyu bertelur dilakukan dengan berkoordinasi terlebih dahulu

    dengan pihak kantor konservasi. Informasi yang diperoleh baik dari literatur maupun

    informasi dari petugas bahwa antara bulan Agustus sampai Desember merupakan

    musim penyu mendarat dan bertelur dan sebelum kunjungan dilakukan telah banyak

    penyu yang mendarat dan bertelur. Proses mendarat dan bertelurnya seekor penyumembutuhkan waktu sekitar 3 sampai 5 jam dari proses mendarat, memilih area

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    36/42

    Page 36 of42

    bertelur, menggali lubang untuk, bertelur, mengubur telur, membuat lubang

    penyamar, recovery dan kembali ke laut.

    Foto Proses pelepasan tukik ke lautan lepas (samudera Hindia)

    Area pantai yang menjadi pilihan penyu mendarat pun tidak sembarangan pantai.

    Pantai yang menjadi tempat penyu mendarat dan bertelur adalah pantai dengan

    karakteristik pantai pasir yang sangat halus, bersih, agak sepi jauh dari kebisingan

    kendaraan bermotor maupun mesin-mesin yang menghasilkan suara yang dapat

    mengganggu dengan vegetasi hutan pantai yang ditumbuhi berbagai flora khas

    pantai, diantaranya Guettarda speciosa, Premna corymbosa, Pandanus tectorius,

    Calophyllum inophyllum dan lain-lain.

    Adapun proses pengamatan terjadi pada malam hari. Sekitar pukul 21.30, pihak balai

    konservasi memberikan informasi bahwa petugas lapangan mendapatkan seekor

    penyu sedang mendarat dan mempersiapkan diri untuk bertelur. Selama proses ini

    tidak diperkenankan menyalakan lampu atau alat yang dapat mengeluarkan cahaya,

    ribut/berisik. Hal ini dikarenakan jika hal itu terjadi maka kemungkinan besar akan

    kembali ke lautan dan tidak bertelur, karena terjadi gangguan fisiologis yang

    disebabkan gangguan instinktifnya.

    Proses pengamatan dan pengamanan penyu untuk bertelur dipantau oleh petugas

    lapangan dari jarak sekitar 200 m. Pada proses ini petugas hanya mengamati sekitar 1

    jam dimana penyu membuat lubang untuk badannya, dan lubang untuk telur-

    telurnya. Setalah sekitar 1 sampai 1,5 jam, penyu diprediksi sudah mengeluarkan

    telurnya. Fase ini merupakan fase yang aman untuk mendekati dan mengamati proses

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    37/42

    Page 37 of42

    bertelurnya penyu dengan bebas, karena apapun yang terjadi secara fisiologis telur-

    telur penyu siap untuk dikeluarkan, sekalipun ada cahaya, ribut, berisik, penyu akan

    menyimpan telurnya sampai habis. Dari hasil identifikasi ciri-ciri penyu yang

    bertelur, penyu tersebut merupakan jenis penyu hijau (Chelonia mydas) dengan

    ukuran panjang lengkung karapaks sekitar 1,4 meter dan lebar lengkungnya 1 meter.

    Kesimpulan bahwa jenis penyu yang bertelur adalah penyu hijau, diperoleh dari ciri-

    ciri tubuhnya, terutama karapaksnya yang relatif rata berwarna hitam dengan

    campuran warna hijau.

    Proses penyu bertelur diperkirakan selesai pukul 23.30 wib. Pada proses bertelur

    malam itu, penyu hijau mengeluarkan telur sebanyak 123 telur. Penghitungan

    dilakukan oleh petugas balai setelah sekitar 15 menit penyu mengubur telurnya dan

    sedikit memaksa penyu untuk segera pergi kembali ke lautan bebas. Petugas

    mengumpulkan telur yang dikeluarkan penyu dan memindahkan ke tempat

    pengeraman, hal ini dilakukan untuk menghindarkan telur penyu dari pemangsa.

    Adapun bentuk telur penyu berbentuk sepreti bola tenis meja.

    Berikut beberapa momen yang diabadikan melalui camera digital maupun kamera

    handphone.

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    38/42

    Beberapa gambar ang berkaitan dengan penyu bertelur di pant

    Pada tanggal 23 Nopember 2012

    A B

    C

    D

    E

    Keterangan :

    A - B : Penyu sedang

    C : Penyu telah sel

    mengubur telu

    D : penyu menutu

    membuat luba

    sebelum pergiE : petugas balai k

    mengambil telu

    dipindahkan ke

    penangkaran/p

    Page 38 of42

    ai Pangumbahan

    ertelur

    esai bertelur dan

    nya

    lubang telur dan

    g samaran,

    nservasi

    r untuk

    tempat

    engeraman.

  • 7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A

    39/42

    Page 39 of42

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :

    1. Dilihat dari kondisi alam yang ada dan hasil wawancara, perbincangan dengan

    masyarakat sekitar pantai Ujunggenteng Kab. Sukabumi, kawasan ini sudah

    berubah kondisi alamnya. Pada tahun 70an, wilayah pantai Ujunggenteng

    merupakan hutan pantai yang masih alami, akan tetapi saat ini ka