laporan praktikum lapangan mata kuliah biologi laut

64
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN MATA KULIAH BIOLOGI LAUT

Upload: muhammad-albar-ghiffar

Post on 02-Dec-2015

259 views

Category:

Documents


32 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Biologi Laut, Pulau Pari

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN MATA KULIAH

BIOLOGI LAUT

Program Studi Ilmu Kelautan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Padjadjaran

2014

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN MATA KULIAH BIOLOGI LAUT

Disusun Oleh : kelompok 1

Yanthi Christin F 230210130011

Khoirotun Nisa 230210130019

Agung Ramos F 230210130028

Ynry Ani S 230210130038

Arya Narendra 230210130044

Muhammad Albar G 230210130060

Aulia Gustal P 230210130068

Syarifudin Nur 230210130074

Mikhael Fredrik T 230210130083

Gelantara Wira P 230210130087

Program Studi Ilmu Kelautan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Padjadjaran

2014

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN MATA KULLIAH BIOLOGI LAUT

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Kelautan

Pembimbing II

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum

lapangan mata kuliah biologi laut ini dalam bentuk maupun isinya. Semoga

laporan praktikum lapangan ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan,

petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam kegiatan belajar mengajar.

telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan

berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan praktikum

lapangan ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan laporan

praktikum lapangan ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari bahwa laporan

praktikum lapangan ini belum lengkap dan masih banyak kekurangan baik dari

segi penyusunan, bahasa, tulisan maupun isinya. Oleh kerena itu kami

mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang

bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan praktikum lapangan ini.

Jatinangor, 05 Mei 2015

Penyusun

Daftar Isi

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………..i

KATA PENGANTAR…………………………………...………………………..ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii

DAFTAR TABEL………………………...……………………………………….v

DAFTAR GAMBAR……………………………...……………………….……..vi

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………...…………...…………vii

BAB I PENDAHULUAN……………………….………………..……………….1

1.1 Latar Belakang………………………………………………….…1

1.2 Tujuan………………………………………………….………….2

1.3 Manfaat………………………………………………………..…..2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….……….3

2.1 Tinjauan Umum Lokasi Pelaksanaan Praktikum………………….3

2.2 Tinjauan Umum Lokasi Pengambilan Sampel………………….....6

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM………………………………………....7

3.1 Waktu dan Tempat………………………………………………...7

3.2 Alat dan Bahan…………………………………………………….7

3.2.1 Alat………………………………………………………...7

3.2.2 Bahan………………………………………………………7

3.3 Prosedur Sampling………………………………………………...8

3.3.1 Ekosistem Lamun………………………………………….8

3.3.2 Makrozoobenthos……………………………………….…8

3.4 Prosedur Analisis Data…………………………………………….8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………….9

4.1 Data Hasil Makrozoobenthos……………………………………...9

4.2 Data Hasil Lamun………………………………………………..18

4.3 Pembahasan…………………………………………………..…..25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….32

5.1 Kesimpulan………………………………………………………32

5.2 Saran…………………………………………………………..….32

LAMPIRAN……………………………………………………………………...33

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....35

1.1

Daftar Tabel

Tabel 1 Hasil Makrobenthos Kelompok 1………………….18

Tabel 2 Hasil Makrobenthos Kelompok 2………………….19

Tabel 3 Hasil Makrobenthos Kelompok 3………………….20

Tabel 4 Hasil Makrobenthos Kelompok 4………………….21

Tabel 5 Hasil Makrobenthos Kelompok 5………………….23

Tabel 6 Hasil Makrobenthos Kelompok 6………………….24

Tabel 7 Hasil Makrobenthos Kelompok 7………………….25

Tabel 8 Hasil Makrobenthos Kelompok 8………………….26

Tabel 9 Hasil Lamun Kelompok 1………………………….27

Tabel 10 Hasil Lamun Kelompok 2………………………….29

Tabel 11 Hasil Lamun Kelompok 3………………………….29

Tabel 12 Hasil Lamun Kelompok 4………………………….30

Tabel 13 Hasil Lamun Kelompok 5………………………….31

Tabel 14 Hasil Lamun Kelompok 6………………………….31

Tabel 15 Hasil Lamun Kelompok 7………………………….32

Tabel 16 Hasil Lamun Kelompok 8………………………….33

Daftar Gambar

Gambar 1 Peta Letak Pulau Pari ………………………12

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Dokumentasi selama analisis dilaboratorium ……………..42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara geografi Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan dengan

kekayaan sumber daya alam laut yang banyak berpotensi untuk dimanfaatkan.

Sumber daya alam laut tersebut antara lain terdiri dari berbagai jenis ikan,

moluska dan crustacea. Banyak masyarakat pesisir yang telah lama memanfaatkan

sumber daya alam laut tersebut sebagai sumber makanan, mineral, obat-obatan

dan energi (Gordon et al 2000). Ekosistem di dasar laut tropis penyusun utamanya

adalah biota laut penghasil kapur seperti karang batu (Coral), Alga berkapur,

Mollusca, Sponge, Crustacea dan Polyhchaeta yang berasosiasi dengan biota-biota

lain didalamnya seperti jenis ikan karang, alga, echinodermata dan plankton.

Pada praktikum lapangan yang dilakukan di Pulau Pari Kepulauan seribu,

biota yang di identifikasi yaitu makrozoobentos. Makrozoobentos berasal dari 2

kata yaitu makro dan zoobentos yang berarti hewan dasar yang berukuran besar.

Kelompok hewan-hewan tersebut antara lain asteroid (bintang laut), echinoidea

(bulu babi), holthutroidea (teripang) dan gastropoda (keong). Tumbuhan laut yang

di identifikasi yaitu lamun. Lamun adalah tumbuhan tingkat tinggi yang hidup

terbenam di air laut yang mempunyai akar, daun dan bunga. Lamun dipengaruhi

oleh salinitas, penetrasi cahaya dan CO2 terlarut.

Biologi laut adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang makhluk-

makhluk hidup yang berada di dalam laut dari ukuran yang paling kecil (Plankton

dan fitoplankton) sampai ukuran yang paling besar (paus), organisme laut yang

meliputi flora dan fauna laut dan adaptasi terhadap lingkungannya. Lautan di

dunia merupakan kesatuan ekosistem di mana serangkaian komunitas dapat

mempengaruhi faktor-faktor fisik dan kimia air laut di sekelilingnya. Ekosistem

yang besar ini dapat di bagi menjadi daerah-daerah kecil dimana parameter fisika

dan kimia mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap populasi dari daerah

tersebut (Nyabakken, 1998).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum lapangan biologi laut ini yaitu agar mahasiswa dapat

mengetahui habitat organisme laut dan dapat mengidentifikasi biota-biota yang

berada di zona lamun secara langsung.

1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum lapangan ini adalah menambah pengetahuan,

mendapatkan data mengenai organisme laut yang hidup di daerah pantai dan dapat

mengetahui biota-biota laut.

Bab II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Lokasi Pelaksanaan Praktikum

Pulau Pari, Kepulauan Seribu Selatan, Kepulauan Seribu

Pulau Pari

Pulau Pari

Lokasi di Indonesia

Koordinat: 6°0′14″LU 106°46′44″BT

Negara Indonesia

Provinsi Jakarta

Kabupaten Kepulauan Seribu

Kecamata

n

Kepulauan Seribu Selatan

Kode pos 14520

Gambar 1. Letak Pulau Pari(Sumber : Wikipedia)

Pulau Pari adalah salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu

Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta, Indonesia. Pulau ini berada di

tengah gugusan pulau yang berderet dari selatan ke utara perairan Jakarta. Dengan

pantainya yang berpasir putih dan berair bening kehijauan, Pulau Pari menjadi

salah satu objek wisata di Kepulauan Seribu.

Letak Geografis

Dengan kapal cepat, Pulau Pari bisa ditempuh 1-1,5 jam dari Dermaga

Marina di Ancol atau dari Pelabuhan Kaliadem di Muara Angke, Jakarta Utara.

Pulau ini relatif dekat dengan Pulau Rambut, Lancang, Tidung, dan Pulau

Pramuka yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Seribu. Dari

beberapa pulau itu, Pari bisa ditempuh kurang dari 30 menit. Pari menjadi salah

satu titik singgah kapal-kapal cepat angkutan umum milik Dinas Perhubungan

DKI Jakarta yang melayani rute Muara Angke-Kepulauan Seribu dua kali sehari.

Pulau Pari dinamai pari karena bentuk pulau ini jika dilihat dari foto udara

nampak seperti ikan pari. Pulau Pari adalah destinasi sempurna untuk merasakan

keindahan panorama pantai dalam balutan ketenangan di salah satu gugusan di

Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Dengan suasana pulau

yang masih asri dan belum ramai wisatawan, pulau ini menjadi pilihan sempurna

yang menjanjikan kesegaran dan kepuasan. Di Pulau Pari, ada sebuah pantai yang

begitu elok dan pantai itu bernama Pantai Pasir Perawan. Pantai ini berupa sebuah

lagoon atau wilayah laut yang tenang dengan kedalaman hingga 5 meter dan

dikelilingi pulau-pulau dan batu karang sepanjang pinggiran slope-nya.

Pantai yang begitu tenang, bersih, dan indah tersebut telah melenakan

banyak wisatawan yang menyambanginya. Pantai Pasir Perawan memiliki

lingkungan yang masih asri dan tenang. Menghadap ke utara Laut Jawa, struktur

pesisirnya memanjang berkelak-kelok dengan pasir putih begitu lembut.

Keindahan ini dilengkapi panorama bibir pantai berupa hutan bakau yang rindang

begitu indah sekaligus unik. Keunikan dari Pulau Pari adalah memiliki keunikan

berupa cekungan yang mampu menampung serapan air hujan yang jatuh ke

permukaan. Akibatnya air di Pulau Pari menjadi air tawar tidak seperti di pulau

lain yang memiliki standar terbaik berupa air payau.

Adanya cekungan di daratan Pulau Pari telah berdampak pada

heterogenitas vegetasi pulau ini. Apabila umumnya pulau di pesisir hanya dapat

ditemui vegetasi berupa mangrove dan pohon kelapa maka di Pulau Pari jika

Anda perhatikan seksama dapat ditemukan pohon pisang, pohon pinus, pohon

cemara, pohon buah naga, pohon mangga, pohon jambu air, petai cina, palem,

pohon srikaya, pohon jamblang, dan sebagainya. Jelas itu bukan vegetasi khas

wilayah pesisir tetapi jutru di Pulau Pari mampu tumbuh dengan baik. Pulau Pari

terbagi dua bagian wilayah, yaitu bagian kepala (timur pulau) dan bagian badan

hingga ekor (barat pulau).

Dua wilayah ini berbeda fungsinya dimana di bagian barat berupa

cekungan menjadi lokasi pemukiman penduduk dan vegetasi air tawar. Sementara

itu, pada bagian timur berupa pesisir pantai yang luas dan begitu elok untuk

ditelusuri dengan berjalan kaki. Di bagian ini terdapat hutan mangrove alami yang

dijaga kelestariannya oleh masyarakat sebagai penahan abrasi laut. Pulau Pari

sendiri memiliki luas sekira 43 hektare dengan populasi penduduk sekira 700

orang. Pulau ini tidak seramai Pulau Pramuka atau pun Pulau Tidung tetapi

suasananya yang sepi dan rapi membuat banyak wisatawan jatuh hati. Tata ruang

dan kebersihan lingkungan pulau ini sangat diperhatikan penduduknya. Di Pulau

Pari pemukiman penduduk ditumbuhi pepohonan rindang dengan jarah

antarrumah yang tidak berdempetan.

Hal ini berbeda sekali dengan Pulau Tidung atau Pulau Pramuka yang

padat pemukiman dan penginapan. Jumlah wisatawan ke Pulau Pari maksimal 300

pengunjung. Hal ini berbeda dengan Pulau Tidung dimana setiap minggunya

mencapai rata-rata 1500 pengunjung, bahkan dapat mencapai 4000 orang saat

liburan panjang. Pulau Pari dikembangkan menjadi salah satu pulau dengan

konsep ekowisata karena memiliki kekayaan dan keanekaragaman hayati

ekosistem laut. Di sini terdapat rumah konservasi penelitian biota laut dan riset

pengembangan untuk kelestarian perairan di Teluk Jakarta.

Pulau Pari juga dikenal karena keberhasilannya dalam budidaya rumput

laut apalagi setelah beroperasinya Pusat Pengembangan Oseanografi (P2O)

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 1997. Di pulau ini ditemukan

banyak terumbu karang hidup seperti soft corals, brain corals, labirith corals,

pakis laut, dan lainnya. Lagoon yang luas di Pulau pari dilengkapi hutan bakau

yang lebat menjadikan tempat ini ideal bagi ikan-ikan untuk berkembang biak.

Oleh karena itu pula, bahkan rumpon-rumpon di sini sering dihuni ikan-ikan besar

saat sedang musimnya.

2.2 Tinjauan Umum Lokasi Pengambilan Sampel

Lokasi pengambilan sampel pada pulau pari terlihat baik untuk

melaksanakan praktikum lapangan, hanya saja terkadang lamun yang ada

didaerah pantai pulau pari jika terkena kulit kaki akan sedikit merasa gatal. Dan

biota laut dalam lokasi ini kebanyakan dari Jenis kerang-kerangan.

BAB III

METODOLOGI PRATIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat

Pratek lapangan mata kuliah Biologi Laut ini dilaksanakan pada tanggal 24 April 2015 pukul 09.00 WIB, dan bertempat di Dermaga LIPI Pulau Pari, Kepulauan Seribu.

3.2. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktek lapangan biologi laut adalah sebagai berikut:

3.2.1. Alat

1. Kamera digital

2. Life form Lamun

3. Transek kuadran ukuran 1x1m

4. Alat tulis menulis

5. Rol meter

6.Tali raffia dengan panjang 20 meter 

7. Saringan

3.2.2. Bahan.

1. Ekosistem padang  lamum

2. Makrozoobenthos  

3. Formalin

3.3.       Prosedur Sampling

3.3.1 Ekosistem Lamum- Dibentangan transect garis (20 meter dari rapia) dibuat tiga plot

pengamatan (transekt kuadran 1 m x 1 m).- Dilakukan Pengamatan pada tiap bagian transek kuadran.- Diamati dan catat, tiap penutup spesies vegetasi lamun yang terdapat

pada plot pengamatan. Catat juga berapa banyak tegakan lamun. - Identifikasi jenis lamun dan hitung ada berapa spesies- Dilakukan 3 kali sampling dengan tempat yang berbeda, dengan 1 kali

sampling mengambil 3 kuadran.

3.3.2. Makrozoobenthos

- Buat bentangan stasiun berupa garis utama 20 meter menggunakan tali rapia, buat tiga plot.menggunakan transek kuadran dengan luas 1 m x 1 m. Bagi 5 bagian pada transek kuadran

- Pada setiap bagian transek kuadran, saring subtrat menggunakan saringan. Lalu cari makrozoobenthos yang ada

- Hitung dan identifikasi makrozoobenthos yang ada dalam saringan.

3.4. Prosedur Analisis Data

Analisis data dilakukan di dalam laboratorium, sampel yang dianalisis

adalah makrozoobentos.

- Identifikasi makrozoobenthos yang telah didapat.- Gambar pada lembar kerja dan lengkapi beserta klasifikasinya- Lalu awetkan sampel makrozoobenthos.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Makrozoobentos

A. Data Kelompok

DATA HASIL SAMPLING MAKROZOOBENTOS KELOMPOK 1

Waktu sampling : Pukul 08:54 WIB

Tempat sampling : Barat daya pulau Pari,dekat dermaga LIPI

Posisi : - 5,863470 ; 106,609250

Transek Jenis/Spesies Jumlah

Individ

u

Dalam

Transek

Jumlah

Total

Individ

u

Jumlah

Kuadran

Tempat

Ditemukan

Spesies

Tersebut

Kelimpahan

(Individu/

Transek)

Kepadatan(Indi

vidu/m2)

1 Proclava

pieferi

120 163 5 24 163

Aceton Sp 20 5 4

Anadara Sp 13 5 2,6

Fellina Sp 10 4 2,5

2 Codokia Sp 7 42 3 2,3 42

Agprapa Sp 14 4 3,5

Bintang laut 2 1 2

Comitia

rotelina

9 3 3

3 Proclava

pieferi

109 141 5 21,5 141

Aceton Sp 24 5 4,8

Anadara Sp 7 3 2,3

Bintang laut 1 1 1

B. Data Kelas

1. DATA HASIL SAMPLING MAKROZOOBENTOS KELOMPOK 2

Stasiun Transek Jenis/Spesies

Jumlah Individu Dalam

Transek

Jumlah Total

Individu

Jumlah Kuadran Tempat

Ditemukan Spesies Tersebut

Kelimpahan (Individu/ Transek)

Kepadatan (Individu/m2)

Trocus Sp 20 5 4Turbo Sp 20 5 4Prototeastea nodulocus 1 5 0,2Proclava pfefferi 7 5 1,4Tellina sp. 15 5 3Turbo Sp 48 5 9,6Acteon Sp 5 5 1Anadara sp 4 5 0,8Turbo Sp 30 5 6Acteon Sp 21 5 4,2Trocus Sp 37 2 18,5Anadara sp 1 2 0,5kepiting 1 1 1Cacing 1 1 1Codakia tigerina 1 1 1Turbo Sp 40 5 8Turbo Sp 59 5 11,8Anadara sp 1 2 0,5Trocus Sp 31 1 31Turbo Sp 57 5 11,4Trocus Sp 18 5 3,6

85

89

II

1 43 43

2 81 81

3 85

Posisi : 05°86'35,09"S 106° 60'90,7"BT

I

1 48 48

2 72 72

3 89

Hasil Sampling Makrobenthos Kelompok 3

Transe

k

Jenis/Spesies Jumlah

Individ

u

dalam

transek

Jumlah

total

individ

u

Jumlah

kuadran

tempat

ditemuka

n spesies

tersebut

Kelimpahan

(individu/trans

ek

Kepadatan

(individu/

m2)

1 Donaxfaba 2 12 1 0.17 12

Codokia

tigerina

2 1 0.17

Protoreaster 3 2 0.25

Proclavapfeffe

ri

5 4 0.41

2 Codokia

tigerina

3 17 2 0.17 17

Proclava

pfefferi

8 5 0.47

Protoreaster 3 2 0.17

Acteon sp 3 1 0.17

3 Codokia

tigerina

3 15 2 0.2 15

Polinices

Hemirganus

5 3 0.33

Comitia

rotellina

5 4 0.33

Lotona faba 2 1 0.13

Hasil Sampling Makrobenthos Kelompok 4

Plot Trans

ek

Jenis/Spesies Jumlah

Individu

dalam

Transek

Jumlah

Total

Individu

Jumlah

Kuadran

Tempat

ditemukan

spesies

tersebut

Kelimpa

han

(individu

/transek)

Kepada

tan

(individ

u/m2)

1 1 Proclava

pfefferi

17 32 5 17 32

Tellina sp 5 2 5

Comitia

rotellina

2 2 2

Acteon sp 8 5 8

2 Proclava

pfefferi

23 33 5 23 33

Tellina sp 5 3 5

Codakia

tigerina

5 2 5

3 Proclava

pfefferi

15 29 5 15 29

Tellina sp 4 2 4

Adula atrata 3 1 3

Polinices

flemingianus

7 1 7

2 4 Proclava

pfefferi

16 28 5 16 28

Tellina sp 7 5 7

Acteon sp 5 3 5

5 Proclava

pfefferi

15 36 5 15 36

Tellina sp 9 5 9

Comitia

rotellina

5 2 5

Acteon sp 7 3 7

6 Codakia

tigerina

2 26 1 2 26

Tellina sp 5 1 5

Polinices

flemingianus

2 1 2

Proclava

pfefferi

17 5 17

Hasil Sampling Makrobenthos Kelompok 5

Stasiun

Transek

Jenis/Spesies

Jumlah Individ

u Dalam Transe

k

Jumlah Total

Individu

Jumlah Kuadran Tempat

Ditemukan Spesies Tersebut

Kelimpahan

(Individu/ Transek)

Kepadatan (Individu/m2

)

I

1

Codakia tigerina

2

8

2 2

8Comatia rotellina

2 1 2

Proclava pfefferi

4 5 4

2

Cacing 1

4

1 1

4Kepiting 1 1 1Codakia tigerina

2 2 2

3

Latona faba 1

9

1 1

9

Kepiting 1 1 1Proclava pfefferi

5 5 5

Codakia tigerina

2 3 2

II

1

Tellina sp. 1

6

1 1

6Proclava pfefferi

3 5 3

Codakia tigerina

2 2 2

2

Codakia tigerina

24

1 24

Proclava pfefferi

2 5 2

3

Codakia tigerina

25

2 25

Proclava pfefferi

3 5 3

Data Kelimpahan Makrozoobentos KELOMPOK 6

Tempat Sampling : Pulau Pari

Transek Jenis/Spesies Jumlah Individu dalam

Transek

Jumlah Total

Individu

Jumlah Kuadran Tempat

ditemukan spesies tersebut

Kelimpahan

(individu/transek)

Kepadatan

(individu/m2)

1 Proclava pfefferi 9 19 3 9 19Chlamys Farreri 3 1 3Tellina sp 5 2 5Acteon sp 2 3 2

2 Lactona faba 4 17 2 4 17Codakia tigerina 2 1 2Tellina sp 4 2 4

Proclava pfefferi 7 3 7

3 Polinices Flemingianus

4 21 3 4 21

Proclava pfefferi 9 5 9Codakia tigerina 2 2 2Lactona faba 6 4 6

4 Acteon sp 2 15 1 2 15Comitia Rotellina 3 3 3Tellina sp 4 2 4Proclava pfefferi 6 5 6

5 Codakia tigerina 2 14 2 2 14Chlamys Farreri 4 4 4Acteon sp 2 2 2Proclava pfefferi 6 5 6

6 Lactona faba 3 15 1 3 15Codakia tigerina 4 3 4Proclava pfefferi 6 5 6Polineses Flemiganus

2 1 2

Posisi : Sebelah Barat Pulau Pari (-5.8644040106.6081160)

Data Kelimpahan Makrozoobentos KELOMPOK 7

Tempat Sampling : Pulau Pari

Transek Jenis/Spesies Jumlah Individu dalam

Transek

Jumlah Total

Individu

Jumlah Kuadran Tempat

ditemukan spesies tersebut

Kelimpahan

(individu/transek)

Kepadatan

(individu/m2)

1 Proclava pfefferi 5 12 1 5 12Comitia rotellina 2 1 2Crustacea 1 3 1Annelida 2 2 2Adula atrata 1 2 1Kerang bambu 1 2 1

2 Proclava pfefferi 1 2 4 1 2Annelida 1 1 1

3 Proclava pfefferi 3 6 2 3 6Comitia rotellina 1 5 1Acteon sp 1 3 1Synapta maculate 1 2 1

4 Acteon sp 3 6 1 3 6Annelida 3 2 3

5 Annelida 6 10 2 6 10Trocus 1 4 1Proclava pfefferi 3 1 3

6 Proclava pfefferi 5 12 3 5 12Acteon sp 2 3 2Annelida 1 2 1Comitia rotellina 4 5 4

Posisi : Sebelah Barat Pulau Pari (-5.864778° ; 106.607219°)

Data Kelimpahan Makrozoobentos Kelompok 8

Tempat Sampling : Pulau Pari

Transek Jenis/Spesies Jumlah

Individu

dalam

Transek

Jumlah

Total

Individu

Jumlah

Kuadran

Tempat

ditemukan

spesies

tersebut

Kelimpah

an

(individu/

transek)

Kepadat

an

(individ

u/m2)

1 Proclava pfefferi 21 28 2 21 28

Acteon sp 1 1 1

Tellina sp 5 4 5

Comitia rotellina 1 2 1

2 Lactona faba 1 26 5 1 26

Tellina sp 4 1 4

Annelida sp 2 3 2

Proclava pfefferi 19 4 19

3 Codakia tigerina 4 5 3 4 5

Tellina sp 1 2 1

Posisi : Sebelah Barat Pulau Pari (-5.8645310 , 106.6076750)

4.2 Data Hasil Lamun

A. Data Kelompok

DATA HASIL SAMPLING LAMUN KELOMPOK 1

DATA HASIL SAMPLING LAMUN

STASIUN 1

Lokasi : Barat daya pulau Pari, dekat dermaga LIPI

Posisi : - 5,863470 ; 106,60925o

Waktu sampling : Pukul 08:54 WIB

Kedalaman : 40 cm – 60 cm

Sedimen : Pasir Berlumpur

Transek Spesies Spesies/ o/0

Komposisi

Tutupan

0/0 Tutupan Jumlah

Tegakan

1 Enhalus

acoroides

100 0/0 Enhalus

acoroides

59% 59 Tegakan

2 Enhalus

acoroides

100% Enhalus

acoroides

16% 16 Tegakan

3 Enhalus

acoroides

100% Enhalus

acoroides

66% 66 Tegakan

STASIUN 2

Lokasi : Barat daya pulau Pari, dekat dermaga LIPI

Posisi : - 5,863480 ; 106,609310

Waktu sampling : Pukul 09:13 WIB

Kedalaman : 40 cm – 60 cm

Sedimen : Pasir berlumpur

Transek Spesies Spesies/ o/0 0/0 Tutupan Jumlah

Komposisi

Tutupan

Tegakan

1 Enhalus

acoroides

100 0/0 Enhalus

acoroides

62% 62 Tegakan

2 Enhalus

acoroides

100% Enhalus

acoroides

42% 42 Tegakan

3 Enhalus

acoroides

100% Enhalus

acoroides

72% 72 Tegakan

STASIUN 3

Lokasi : Barat daya pulau Pari, dekat dermaga LIPI

Posisi : - 5,863480 ; 106,609390

Waktu sampling : Pukul 10:12 WIB

Kedalaman : 40 cm – 60 cm

Sedimen : Pasir berlumpur

Transek Spesies Spesies/ o/0

Komposisi

Tutupan

0/0 Tutupan Jumlah

Tegakan

1 Enhalus

acoroides

100 0/0 Enhalus

acoroides

56% 56Tegakan

2 Enhalus

acoroides

100% Enhalus

acoroides

60% 60 Tegakan

3 Enhalus

acoroides

100% Enhalus

acoroides

32% 32 Tegakan

B. Data Kelas

1. DATA HASIL SAMPLING LAMUN KELOMPOK 2

Lokasi : Barat pulau Pari

Posisi : 05°86'35,09"S 106° 60'90,7"BT

Stasiun Transek SpesiesSpesies /

%Komposisi Tutupan

%TutupanJumlah

Tegakan

1 Enhalus sp. 50% 662 Enhalus sp. 80% 573 Enhalus sp. 70% 571 Enhalus sp. 70% 852 Enhalus sp. 72% 563 Enhalus sp. 30% 301 Enhalus sp. 45% 442 Enhalus sp. 30% 433 Enhalus sp. 23% 40

I

II

III

2. DATA HASIL SAMPLING LAMUN KELOMPOK 3

Stasiun Transe

k

Spesies Spesies/%

Komposis

i

Tutupan

%Tutupa

n

Jumlah

Tegaka

n

Lokasi 1 1 Enhalus

acoroide

s

100% 95% 120

Posisi S

05o86’38,3”

E

10

6o60’89,0”

Waktu

Sampling

9.00 WIB 2 Enhalus

acoroide

100% 85% 84

sKedalama

n

1. 50 cm

2. 55 cm

3. 70 cm

Sedimen Lumpur

Berpasir

3 Enhalus

acoroide

s

100% 70% 61

3. DATA HASIL SAMPLING KELOMPOK 4

Stasiun 05.86407o

S

106.6086

8o E

Transe

k

Spesies Spesies/

%

Komposis

i

Tutupan

%

Tutupa

n

Jumlah

Tegaka

n

Lokasi Pulau Pari 1 Enhalus

acoroide

s

Enhalus

acoroides

55%

55% 37

Posisi Dekat

dermaga

Waktu

Sampling

Jumat, 25

April

2014

pukul

08.59

WIB

2 Enhalus

acoroide

s

Enhalus

acoroides

75%

75% 53

Kedalama

n

83 cm 3 Enhalus

acoroide

s

Enhalus

acoroides

63%

63% 85

Sedimen Lumpur

berpasir

4. DATA HASIL SAMPLING LAMUN KELOMPOK 5

Stasiun Transek SpesiesSpesies /

%Komposisi Tutupan

%TutupanJumlah

Tegakan

1 Enhalus sp. 65% 922 Enhalus sp. 50% 723 Enhalus sp. 60% 891 Enhalus sp. 55% 712 Enhalus sp. 70% 953 Enhalus sp. 65% 74

I

II

5. DATA HASIL SAMPLING KELOMPOK 6

Posisi : Sebelah Barat Pulau Pari (-5.8644040106.6081160)

Stasiun 1 Transek

Spesies Spesies/ % Komposisi Tutupan

% Tutupan

Jumlah Tegakan

Lokasi Pulau Pari1

Enhalus Acoroides

100%

39% 29

Posisi Sebelah Barat, Pulau Pari-5.8644040

106.6081160

Waktu Sampling

24 April 2015, pukul 10.11 WIB

250% 49

Kedalaman

50 cm

Sedimen Lumpur berpasir 3

64% 52

6. DATA HASIL SAMPLING KELOMPOK 7

Stasiun 1 Transek Spesies Spesies/ % Komposisi Tutupan

% Tutupan

Jumlah Tegakan

Lokasi Pulau Pari1

Enhalus Acoroides

100%

40% 30

Posisi Sebelah Barat, Pulau Pari (-5.864778° ; 106.607219°)

Waktu Sampling

24 April 2015, pukul 10.10 WIB

225% 26

Kedalaman

50 cm

Sedimen Lumpur berpasir 3

70% 51

7. DATA HASIL SAMPLING LAMUN KELOMPOK 8

Stasiun 1 Transe

k

Spesies Spesies/ %

Komposisi

%

Tutupan

Jumlah

Tegakan

Tutupan

Lokasi Pulau Pari

1

Enhalus

Acoroides

100%

100% 103

Posisi Sebelah

Barat,

Pulau Pari

-5.8645390

106.60762

30

2

25% 12

Waktu

Sampling

24 April

2015,

pukul

10.00

WIB

3

85% 41

Kedalam

an

85 cm

1 Enhalus

Acoroides 100%

90% 71

Sedimen Berpasir

dan

berlumpur

2

60% 37

3

80% 55

4.3 Pembahasan

Pada laporan praktikum ini,praktikan akan membahas 2 topik yaitu topik

tumbuhan lamun dan makrozoobentos. Untuk kegiatan sampling lamun lokasi

yang dipilih di bagian barat daya pulau Pari dekat dermaga LIPI. Praktikan

mendapat wilayah pengerjaan observasi di plot 1 yaitu pada titik koordinat -

5,863470 ; 106,60925o, ,- 5,863480 ; 106,609310 , - 5,863480 ; 106,609390 dengan 3

kali pengambilan data dengan transek kuadran . Jangkauan observasi kami

sepanjang 20 meter dengan menggunakan patok dan tali secara vertikal dari

wilayah pantai. Metode yang digunakan ialah menggunakan transek kuadran

dengan luasan 1x1 m dengan model transek diagonal.

Berdasarkan hasil pengamatan, vegetasi jenis lamun yang mendominasi

ialah spesies Enhalus acoroides dengan persen komposisi tutupan sebesar 100%.

Pada hasil data kelompok praktikan memasukan data 3 stasiun dengan koordinat

yang berbeda pada 1 plot. Koordinat-koordinat tersebut meliputi; Stasiun 1 -

5,863470 ; 106,60925o , Stasiun 2 - 5,863480 ; 106,609310 , Stasiun 3 - 5,863480 ;

106,609390 . Bila diambil nilai rata-rata jumlah tegakan pada stasiun 1 sebanyak

47 tegakan Enhalus acoroides, pada stasiun 2 sebanyak 58,6 tegakan dan pada

stasiun 3 sebanyak 49,3 tegakan. Tak jauh berbeda dengan data kelas yang telah

dikumpulkan praktikan, dominansi pun didominasi oleh vegetasi lamun dari

spesies Enhalus acoroides dengan karakteristik jumlah yang banyak.

Enhalus acoroides merupakan salah satu jenis lamun yang paling

melimpah di perairan Indonesia dan mempunyai ukuran morfologi yang besar.

Lamun jenis Enhalus acoroides merupakan spesies yang umum tumbuh di

substrat lumpur. Jenis Enhalus acoroides dapat tumbuh menjadi padang yang

monospesifik. Sebaran vertikal jenis Enhalus acoroides dapat tumbuh mencapai

kedalaman 25 m. Enhalus acoroides merupakan naungan yang penting bagi ikan-

ikan muda. Kelebihan yang dimiliki oleh Enhalus acoroides yaitu dalam

pertumbuhannya terbilang lebih cepat dibandingkan jenis lamun yang lainnya.

Klasifikasi lamun Enhalus acoroides menurut Den Hartog (1970) :

Divisi : Antophyta

Kelas : Angiospermae

Sub kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Helobiae

Famili : Hydrocaritaceae

Genus : Enhalus

Spesies : Enhalus acoroides

Ukuran : panjang daun sekitar 30–150 cm, lebar daun antara 1.2–1.4 cm

Ciri morfologi :

- Daun berbentuk pita dengan penebalan di tepi daun

- Ujung daun membulat dan sering kali rusak karena terpapar sinar matahari

langsung

- Tulang-tulang daun sejajar, tiap tunas terdiri dari 2 – 6 daun

- Hidup pada sedimen yang lembut (berlumpur)

- Biasanya terdapat di daerah pasang surut

Habitat : tumbuh diperairan dangkal dengan substrat berpasir dan

berlumpur atau kadang-kadang di pecahan terumbu karang.

Pertumbuhan lamun dapat dilihat dari pertambahan panjang bagian-bagian

tertentu seperti daun dan rhizomanya (Gilang, 2013). Namun pertumbuhan

rhizoma lebih sulit diukur pada jenis-jenis tertentu karena umumnya berada

dibawah substrat, penelitian pertumbuhan daun lamun berada di atas substrat,

sehingga lebih mudah diamati (Azkab dan Kiswara, 1994). Pertumbuhan daun

lamun berbeda-beda antara lokasi yang satu dengan yang lainnya, hal ini

dikarenakan kecepatan atau laju pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor faktor

internal seperti fisiologi, metabolisme dan faktor-faktor eksternal seperti zat-zat

hara, tingkat kesuburan substrat dan parameter lingkungan lainnya.

Laju pertumbuhan daun lamun Enhalus acoroides (mm/hari, cm/hari) pada

beberapa lokasi penelitian :

LOKASI PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN SUMBER

(cm/hari) (mm/hari)

Pulau Pari

(Kepulaun

Seribu)

5,2 - 12,1 Azkab (1988)

Pulau Panjang

(Teluk Banten )

3,2 - 3,9 Moro (1988)

Barang Lompo

(Kepulauan

Spermonde,

Makassar)

15,5 - 16,5 Erftmeijer

(1992) dalam

Hamid (1996)

Gusung Tallang

(Ujung Pandang)

23,0 - 39,0 Erftmeijer

(1992) dalam

Hamid (1996)

Lombok selatan 6,4 - 26,8 Azkab dan

Kiswara

(1994)

Teluk Grenyang

(Bojonegara-

Banten)

4,2 - 14,6 Hamid (1996)

Pantai Sayang

Heulang Garut

0,32 – 0,74 Deviyana

(2012)

Pulau Pari

(Kepulauan

Seribu)

0,50 – 0,82 Gilang (2013)

Pulau Pari

( Kepulauan

Seribu)

0,50 – 1,01 Rahayu

(2013)

Selain melakukan transek lamun,praktikan juga melakukan pengukuran

secara in situ mengenai kualitas air di sekitar padang lamun tersebut. Parame

kualitas air yang diambil meliputi suhu, pH,DO, dan salinitas. Data dari

parameter-parameter tersebut dilakukan secara 3 kali pengulangan

pengukuran,sehingga didapat rata-rata nilai dari setiap parameter sebagai berikut :

Parameter KualitaAir In Situ Nilai

Suhu 290 C

Sslinitas 30,3%O

pH 8,13

DO 4,3mg/L

Menurut Nontji (1987), pengaruh suhu terhadap sifat fisiologi organisme

perairan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fotosintesis. Kisaran

suhu yang optimal bagi spesies lamun untuk tumbuh yaitu 28°C - 30°C,

sedangkan untuk fotosintesis lamun membutuhkan suhu optimum 25°C - 35°C.

Pengaruh suhu bagi lamun sangat besar, suhu mempengaruhi proses-proses

fisiologis lamun, yaitu fotosintesis, laju respirasi, pertumbuhan, dan reproduksi

(Berwick, 1983). Data suhu yang dimiliki oleh praktikan yang dimiliki oleh

praktikan yaitu 290 C dan masih masuk ke dalam rentang suhu optimum

kehidupan lamun dan suhu optimum pada fotosintesis lamun.

Hutomo (1999) menjelaskan bahwa lamun memiliki kemampuan toleransi

yang berbeda terhadap salinitas, namun sebagian besar memiliki kisaran yang

lebar yaitu 10-40‰. Nilai salinitas yang optimum untuk lamun adalah 35‰.

Walaupun spesies lamun memiliki

toleransi terhadap salinitas yang berbeda-beda, namun sebagian besar memiliki

kisaran yang tinggi terhadap salinitas yaitu antara 10-30 ‰. Penurunan salinitas

akan menurunkan kemampuan fotosintesis. (Dahuri et al, 2001).

Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

organisme perairan sehingga dipergunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan

baik buruknya suatu perairan. Menurut Nybakken (1992), kisaran pH yang

optimal untuk air laut antara 7,5-8,5. Kisaran pH yang baik untuk lamun ialah

pada saat pH air laut 7,5-8,5 , karena pada saat kondisi pH berada dikisaran

tersebut maka ion bikarbonat yang dibutuhkan oleh lamun untuk fotosintesis

dalam keadaan melimpah (Phillip dan Menez, 1988). Pada data nilai yang dimiliki

oleh praktikan nilai pH yang terkandung di dalam air sampel paerairan sebesar

8,13 dan nilai tersebut berada di luar jangkauan untuk pH optimum pertumbuhan

lamun.

Kelarutan oksigen dalam air laut dipengaruhi oleh tekanan parsial gas-gas

yang ada dalam air dan udara, suhu, pH, dan turbulensi. Kandungan oksigen

dalam air berasal dari difusi udara dan hasil fotosintesis organisme berklorofil

(termasuk lamun) yang hidup di perairan. Perairan yang hangat memiliki

kandungan oksigen terlarut yang rendah dibandingkan dengan perairan yang lebih

dingin, dimana konsentrasi kejenuhan oksigen terlarut menurun antara 0,2 dan 0,3

mg/l untuk setiap kenaikan temperatur derajat celcius (Arnell, 2002).Kandungan

oksigen terlarut di perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (1)

interaksi antara permukaan air dan atmosfir (2) kegiatan biologis seperti

fotosintesis, respirasi dan dekomposisi bahan organik (3) arus dan proses

percampuran massa air (4) fluktuasi suhu (5) salinitas perairan (6) masuknya

limbah organik yang mudah terurai. Pada data nilai DO yang dimiliki oleh

praktikan yaitu 4,3 mg/L. Padang lamun merupakan lingkungan yang kaya akan

oksigen sehingga cocok bagi makrofauna untuk melakukan kolonisasi ke habitat

ini (Zulkifli, 2000). Oksigen terlarut dimanfaatkan untuk respirasi tumbuhan dan

hewan air, dekomposisi bahan organik (BOD atau biochemical oxygen dermand),

dan oksidasi amonia menjadi nitrat dan nitrit.

Substrat merupakan medium dari mana tumbuhan secara normal

memperoleh nutrien. Substrat dapat didefinisikan pula sebagai medium alami

untuk pertumbuhan tanaman yang tersusun atas mineral, bahan organik, dan

organisme hidup. Jenis substrat yang ditemukan untuk wilayah plot observasi

merupakan substrat pasir berlumpur. Menurut Rohanipah (2009) Pasir Berlumpur

= Substrat pasir berlumpur memiliki komposisi pasir 49-84% dari seluruh

komposisi substrat, dimana kelompok ini memiliki komposisi terbanyak pasir

namun ada sedikit campuran lumpur. Dengan ukuran partikel 0,096-0434 mm.

pada penelitian (Rahayu, 2013) menyatakan pertumbuhan Enhalus acoroides di

Pulau Pari Kepulauan Seribu pada substrat pasir memiliki nilai tertinggi daripada

substrat berlumpur.

Pantai berpasir merupakan lingkungan yang sangat dinamis, dimana

struktur fisik habitatnya digambarkan dengan adanya interaksi antara pasir,

gelombang, dan pasang surut air laut. Pantai berlumpur merupakan pantai yang

memiliki substrat yang sangat halus dan berada pada daerah yang terlindung dari

hempasan gelombang secara langsung. Pantai berlumpur dicirikan oleh ukuran

butiran sedimen halus, tingkat bahan organik yang tinggi, serta pengaruh pasang

surut yang mengaduk sedimen secara periodik. Organisme yang umum ditemukan

di pantai berpasir dan berlumpur adalah organisme penggali substrat (Nybakken,

1998)

Substrat sangat mempengaruhi komunitas organisme, karena substrat

perairan merupakan sumber makanan dan tempat hidup (Yeanny M.S, 2007).

Penyebaran organisme bentos erat sekali hubungannya dengan kondisi perairan

dimana organisme ini ditemukan (Knox, 2001).

Berdasarkan ukuran, bentos dibagi menjadi empat, yaitu megabentik

(ukuran >20 cm), makrobentik (ukuran >0,5 mm – 20 cm), meiobentik (ukuran

>50 µm – 0,5 mm), dan mikrobentik (5 µm – 50 µm). Makrobentik kemudian

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu makrofita dan makrozoobentos. Makrofita

merupakan kelompok produsen bentik yang berukuran besar, sedangkan

makrozoobentos merupakan kelompok hewan bentik yang sebagian atau seluruh

siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun

menggali lubang. Contoh makrofita antara lain lamun dan makroalga, sedangkan

contoh makrozoobentos antara lain Mollusca dan Echinodermata (Hakim, 2011;

Lampert & Sommer, 2007; Meadows & Campbell, 1990).

Dari data diatas pada Pulau Pari yang pantainya memiliki subtrak berpasir

terdapat satu famili yang mendominasi, yang menyebabkan rendahnya nilai

keanekaragaman. Dalam praktikum ini, pada pantai berpasir ditemukan famili

dengan jumlah individu terbanyak yaitu Cerithiidae. Cerithiidae mendominansi di

pantai dengan persentase kemunculan yang lebih besar dibandingkan dengan

famili lain.

Cerithiidae merupakan famili terbesar dari superfamili Cerithiodea.

Cerithidae ditemukan hampir di seluruh dunia di perairan laut yang hangat dan

dangkal pada iklim tropis dan non tropis. Cerithiidae memiliki cangkang yang

tinggi, sempit dan whorl yang melingkar dengan ornamentasi nodule yang timbul

serta memiliki sifonal kanal di bagian anterior. Operculum berbentuk oval dengan

outer lip yang datar. Cerithiidae menempati banyak substrat, mulai dari substrat

pasir, batuan, karang sampai perairan berlumpur. Pada sebagian lokasi khususnya

di daerah tropis dan subtropis, famili Cerithiidae merupakan gastropoda dominan

yang ditemukan pada ekosistem pesisir. (Tunnel W J dkk, 2010)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ada berbagai macam macrozoobenthos yang dapat ditemukan di pesisir

pantai pulau Pari, seperti: Proclava pieferi, Aceton sp. ; Anadara sp. ; Fellina sp. ;

Codakia sp. ; Turbo sp. ; Trocus sp. ; bintang laut dan kepiting. Menurut data hasil

sampling kelompok 1, spesie Proclava pieferi paling banyak ditemukan. Banyak

ditemukan pula spesies Aceton sp. Menurut data kelas, spesies yang paling

banyak ditemukan adalah spesies Turbo sp. dan Trocus sp.

Menurut data hasil sampling lamun di pesisir pantai pulau pari, lamun

yang tumbuh di pesisir hanya spesies Enhalus acoroides. Tegakan terbanyak

terdapat pada stasiun kedua yaitu sebanyak 176 tegakan. Lamun dapat tumbuh

subur di pesisir ini karena hasil uji kualitas air menunjukan data sebagai berikut:

kecerahan: 100%, Suhu: 29oC, salinitas: 30,3‰, dan DO 4,3 mg/L. semua

parameter mendukung untuk lamun tumbuh secara optimal.

5.2 Saran

Pemantauan kondisi lingkungan pesisir pulau pari tetap berkelanjutan agar

kelestarian lingkungannya tetap terjaga. Praktikan lebih berhati-hati dalam

melakukan sampling agar tidak merusak ekosistem seperti halnya menginjak-injak

lamun sehingga menyebabkan kerusakan ekosistem.

Lampiran

Gambar 1, 2, 3

( Sampel air yang

telah diolah,

diberi pereaksi dan

akan

disentrifugasi)

Gambar 4 (Alat yang digunakan untuk mensentrifugasi)

Gambar 5 (Proses pengolahan sampel air)

Gambar 6 (kiri) (Sampel air yang berada pada botol dengan kondisi tertutup

lakban agar menghindari cahaya masuk); Gambar 7 (tengah) (Sampel air yang

telah diolah yang nantinya diberi pereaksi); Gambar 8 (kanan) (Proses

penyaringan sampel air agar mendapatkan fitoplankton)

DAFTAR PUSTAKA

Media Unpad. . Bab II Kajian Pustaka.

http://media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090081_2_4179.pdf .

Diakses pada 2 Mei 2015, pk. 21.00 WIB.

Bengen,D.G. 2004. Sinopsis ekosistem dan sumberdaya alam pesisir.PusatKajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Instititut Pertanian Bogor, Bogor: 37

hlm.

Nybakken, J.W. 1998. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia

Pustaka Utama Jakarta. 459 hlm. (Diterjemahkan oleh Eidman, H.M. et

al)

Philippoff, Joanna & Cox Erin.Measuring Abundance: Transects and Quadrats: 5

hlm. http://www.hawaii.edu/gk-12/opihi/classroom/measuring.pdf.

Diakses pada 10 Oktober 2014 pk 20.08 WIB.

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif : Metode Analisis Populasi dan

Komunitas. Jakarta : Penerbit Usaha Nasional

Yeanny, Mayang Sari. 2007. Keanekaragaman makrozoobenthos di muara sungai

Belawan. Jurnal Biologi Sumatra.2(2).37-41 hlm.

Sampul Luar (sampul luar ga pake nama) ARYASampul Dalam ARYALembar Pengesahan ARYAKata Pengantar ARYADaftar IsiDaftar Tabel Nunggu Semua Selesei ynryDaftar GambarDaftar LampiranBab I Pendahuluan MBAK NISA

1.1 Latar Belakang Praktikum1.2 Tujuan Praktikum1.3 Manfaat Praktikum

Bab II Tinjauan Pustaka YANTO2.3 Tinjauan Umum Lokasi Pelaksanaan Praktikum2.4 Tinjauan Umum Lokasi Pengambilan Sampel MASIH BELUM

Bab III Metodologi Praktikum AUL3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum3.2 Alat Bahan3.3 Prosedur sampling3.4 Prosedur analis data

Bab IV Hasil dan Pembahasan4.1 Hasil GELANTARA

4.1.1 Data hasil sampling makrobentos4.1.2 Data hasil sampling lamun4.1.3 Data hasil sampling mangrove

4.2 Pembahasan YNRYBab V Kesimpulan dan Saran AGUNG

5.1 Kesimpulan5.2 Saran