laporan kuliah kerja lapangan pj

36
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN PENGINDRAAN JAUH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Penginderaan Jauh Yang dibina oleh Bapak Purwanto Oleh Nicho Taniaone 110721435106 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI Desember 2013

Upload: den-nicho

Post on 28-Nov-2015

223 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

PENGINDRAAN JAUH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Penginderaan Jauh

Yang dibina oleh Bapak Purwanto

Oleh

Nicho Taniaone

110721435106

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

Desember 2013

Page 2: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengindraan jauh adalah ilmu atau seni cara merekam suatu objek tanpa kontak

fisik dengan menggunakan alat pada pesawat terbang, balon udara, satelit, dan lain-lain.

Dalam hal ini yang direkam adalah permukaan bumi untuk berbagai kepentingan

manusia. Sedangkan arti dari citra adalah hasil gambar dari proses perekaman

penginderaan jauh (inderaja) yang umumnya berupa foto.Permasalahan yang sedang

terjadi di Indonesia yaitu perubahan penggunaan lahan yang setiap tahunnya terjadi

secara meningkat. Banyak hutan-hutan yang ditebang untuk dijadikan lahan perkebunan

ataupun untuk pemukiman warga, disini jelas sekali dampak yang akan terjadi

menyebabkan global warming (pemanasan global). Dari permasalahan pemanasan global

ini maka akibat yang ditimbulkan akan merusak alam dan merugikan manusia.Kita bisa

mengetahui perubahan tata guna lahan tanpa harus langsung ke lapangan, karena bisa

diidentifikasi dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh melalui citra satelit.

Dalam interpretasi citra pengenalan objek merupakan bagian yang sangat penting.

Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan karakteristik pada citra.

Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut

unsure interpretasi citra.Teknologi penginderaan jauh merupakan teknologi yang

mempunyai dapat mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat. Kemampuan

penyediaan data dan informasi kebumian yang bersifat dinamik bermanfaat dalam

pembangunan di era Otonomi Daerah. Data dan informasi mutakhir sangat diperlukan.

Ketersediaan data dan informasi yang diimbangi dengan pengolahan data menjadi

informasi wilayah dapat dilakukan dengan sistem informasi geografis (SIG).Data-data

penggunaan lahan juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain misalnya untuk

pembangunan, untuk mengetahui seberapa besar perubahan penggunaan lahan di suatu

wilayah, juga dapat digunakan untuk keperluan perencanaan wilayah apakah lahan

tersebut sesuai atau tidak.

Analisis penggunaan lahan dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk

penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya dan

lindung. Selain itu, dengan analisis ini dapat diketahui besarnya fluktuasi intensitas

kegiatan di suatu kawasan, perubahan, perluasan fungsi kawasan, okupasi kegiatan

Page 3: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

tertentu terhadap kawasan, benturan kepentingan sektoral dalam pemanfaatan ruang,

kecenderungan pola perkembangan kawasan budidaya dan pengaruhnya

terhadap perkembangan kegiatan sosial ekonomi serta kelestarian lingkungan.Howard

(1996) menyatakan keterkaitan SIG dan penginderaan jauh adalah sebagai berikut,

informasi yang diturunkan dari analisis citra penginderaan jauh dilakukan untuk

diintegrasikan dengan data yang disimpan dalam bank data SIG. Tujuan utama integrasi

penginderaan jauh dan SIG berasal dari ahli penginderaan jauh. Keinginan ini

ditunjukkan dalam pertumbuhan jumlah sistem analisis citra digital berkapasitas kecil

dengan kemampuan SIG. Biasanya masukkan dari data penginderaan jauh (data rekaman)

pada sistem SIG harus dilengkapi dengan intervensi manusia pada analisisnya. Dalam

klasifikasi dan ketepatan letak, analisis data penginderaan jauh lebih kasar dibandingkan

klasifikasi yang dibutuhkan oleh para pengguna SIG. Hal ini disebabkan ukuran piksel

dari data penginderaan jauh lebih kasar dariyang dibutuhkan di dalam sistem informasi

geografis.

A. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana hasil interpretasi penggunaan lahan di kawasan Pantai Ungapan

dengan citra landsat ?

2. Bagaimana hasil interpretasi penggunaan lahan di kawasan Pantai Ungapan

dengan citra quickbird ?

B. TUJUAN

Kuliah kerja lapangan ini, bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui hasil interpretasi peta tematik penggunaan lahan satelit landsat

2. Untuk mengetahui hasil interpretasi peta tematik penggunaan lahan satelit

quickbrid

3. Untuk mengetahui hasil interpretasi peta tentatif penggunaan lahan satelit landsat

4. Untuk mengetahui hasil interpretasi peta tentatif penggunaan lahan satelit

quickbrid

Page 4: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

BAB II

DASAR TEORI

1. PENGINDERAAN JAUH LANDSATDAN QUICKBIRD

a. LANDSAT

Karkateristik citra satelit landsat

Landsat 7 adalah satelit terakhir dari seri satelit Landsat. Pertama kali diluncurkan

pada tahun 1972 dengan dua sensor pengindera yaitu return beam vidicon (RBV) dan

Multispectral Scanner (MSS) dengan resolusi spasial 80 m. Landsat 2 and 3, diluncurkan

pada tahun 1975 dan 1978. Pada tahun 1984, Landsat 4 diluncurkan dengan membawa

sensor MSS dan sensor baru yang dinamakan Thematic Mapper (TM).Sensor baru ini

mempunyai resolusi spasial 30 meter dan terdapat 3 saluran baru didalamnya. Landsat 5,

merupakan duplkat dari Landsat 4, yang diluncurkan tahun 1984. Landsat 6, membawa

sensor pankromatik dengan resolusi spasial 15 meter, yang diluncurkan pada tahun 1993.

Yang terkahir adalah Landsat 7 diluncurkan pada tahun 1998.

Landsat-7 ETM+ resolusi spasial 30 x 30 m, resolusi temporalnya 1 hari per 18 hari

maksudnya adalah pada daerah yang sama dilalui setiap 18 hari sekali, Landsat-7 TM

resolusi radiometriknya 8 bit. The orbit of Landsat 7 is repetitive, circular, Sun-

synchronous,dan dekat kutub,ketinggiannya 705 km (438 miles) di Equator. Satelit tegak

lurus Equator dari utara ke selatan, merekam pada waktu lokal sekitar jam 10:00

Mengitari bumi dengan kecepatan 7.5 km/detik, sekali mengorbit membutuhkan waktu

sekitar 99 menit.Satelit mengorbit sebanyak 14 kali sehari, dan membutuhkan 16 hari

untuk meliput seluruh bumi.

Teknologi penginderaan jauh satelit dipelopori oleh NASA Amerika Serikat dengan

diluncurkannya satelit sumberdaya alam yang pertama, yang disebut ERTS-1 (Earth

Resources Technology Satellite) pada tanggal 23 Juli 1972, menyusul ERTS-2 pada tahun

1975, satelit ini membawa sensor RBV (Retore Beam Vidcin) dan MSS (Multi Spectral

Scanner) yang mempunyai resolusi spasial 80 x 80 m. Satelit ERTS-1, ERTS-2 yang

kemudian setelah diluncurkan berganti nama menjadi Landsat 1, Landsat 2, diteruskan

dengan seri-seri berikutnya, yaitu Landsat 3, 4, 5, 6 dan terakhir adalah Landsat 7 yang

diorbitkan bulan Maret 1998, merupakan bentuk baru dari Landsat 6 yang gagal

mengorbit.

Landsat 5, diluncurkan pada 1 Maret 1984, sekarang ini masih beroperasi pada orbit

polar, membawa sensor TM (Thematic Mapper), yang mempunyai resolusi spasial 30 x

Page 5: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

30 m pada band 1, 2, 3, 4, 5 dan 7. Sensor Thematic Mapper mengamati obyek-obyek di

permukaan bumi dalam 7 band spektral, yaitu band 1, 2 dan 3 adalah sinar tampak

(visible), band 4, 5 dan 7 adalah infra merah dekat, infra merah menengah, dan band 6

adalah infra merah termal yang mempunyai resolusi spasial 120 x 120 m. Luas liputan

satuan citra adalah 175 x 185 km pada permukaan bumi. Landsat 5 mempunyai

kemampuan untuk meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada setiap 16 hari,

pada ketinggian orbit 705 km (Sitanggang, 1999 dalam Ratnasari, 2000).

Program Landsat merupakan tertua dalam program observasi bumi. Landsat dimulai

tahun 1972 dengan satelit Landsat-1 yang membawa sensor MSS multispektral.Setelah

tahun 1982, Thematic Mapper TM ditempatkan pada sensor MSS. MSS dan TM

merupakan whiskbroom scanners.Pada April 1999 Landsat-7 diluncurkan dengan

membawa ETM+scanner.Saat ini, hanya Landsat-5 dan 7 sedang beroperasi.

Sistem Landsat merupakan milik Amerika Serikat yang mempunyai tiga instrument

pencitraan, yaitu RBV (Return Beam Vidicon), MSS (multispectral Scanner) dan TM

(Thematic Mapper). (Jaya, 2002)

• RBV

Merupakan instrumen semacam televisi yang mengambil citra .snapshot.dari permukaan

bumi sepanjang track lapangan satelit pada setiap selang waktu tertentu.

• MSS

Merupakan suatu alat scanning mekanik yang merekam data dengan cara men-scanning

permukaan bumi dalam jalur atau baris tertentu

• TM

Juga merupakan alat scanning mekanis yang mempunyai resolusi spectral, spatial dan

radiometric.

Perkembangan Satelit Landsat

Satelit Landsat merupakan salah satu satelit sumber daya bumi yang

dikembangkan oleh NASA dan Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat. Satelit

ini terbagi dalam dua generasi, yaitu:

1. Generasi pertama, yaitu satelit Landsat 1, Landsat 2, dan Landsat 3. Generasi ini

merupakan satelit percobaan (eksperimental).

Page 6: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

2. Generasi kedua, yaitu Landsat 4 dan Landsat 5, merupakan satelit operasional

(Lindgren, 1985), sedangkan Short (1982) menamakan sebagai satelit penelitian

dan pengembangan (Sutanto, 1994).

Satelit Landsat senantiasa berkembang di tiap generasi. Secara lengkapnya,

satelit Landsat yang telah diluncurkan adalah sebagai berikut:

1. Landsat 1 (mulanya dinamakan Earth Resources Technology Satellite 1),

diluncurkan 23 Juli 1972 Operasi berakhir tahun 1978.

2. Landsat 2, diluncurkan 22 Januari 1975. Operasi berakhir tahun 1981.

3. Landsat 3, diluncurkan 5 Maret 1978. Operasi berakhir tahun 1983.

Page 7: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

4. Landsat 4, diluncurkan 16 Juli 1982. Operasi berakhir tahun 1993.

5. Landsat 5, diluncurkan 1 Maret 1984. Satelit ini masih berfungsi.

6. Landsat 6, diluncurkan 5 Oktober 1993. Satelit ini gagal mencapai orbit.

Page 8: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

7. Landsat 7, diluncurkan 15 April 1999. Satelit ini masih berfungsi.

Page 9: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

Kegunaan Satelit Landsat

Terdapat banyak aplikasi yang dapat diterapkan dari data Landsat, diantaranya

adalah untuk pemetaan penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan

tanah, pemetaan geologi, pemetaan suhu permukaan laut dan lain-lain. Untuk

pemetaan penutupan dan penggunaan lahan, data Landsat TM lebih dipilih daripada

data SPOT multispektral karena terdapat band infra merah menengah. Landsat TM

adalah satu-satunya satelit non-meteorologi yang mempunyai band inframerah

thermal. Data thermal diperlukan untuk studi proses-proses energi pada permukaan

bumi seperti variabilitas suhu tanaman dalam areal yang diirigasi.

b. QUICKBIRD

Setelah kegagalan EarlyBird, satelit Quickbird diluncurkan tahun 2000 oleh

DigitalGlobe.Namun, kembali gagal. Akhirnya Quickbird-2 berhasil diluncurkan 2002

dan dengan resolusi spasial lebih tinggi, yaitu 2,4 meter (multispektral) dan 60 sentimeter

(pankromatik). Citra Quickbird beresolusi spasial paling tinggi dibanding citra satelit

komersial lain.

Quickbird merupakan satelit penginderaan jauh yang diluncurkan pada tanggal

18 Oktober 2001 di California, U.S.A. Dan mulai memproduksi data pada bulan Mei

2002. Quickbird diluncurkan dengan 98º orbit sun-synchronous dan misi pertama kali

Page 10: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

satelit ini adalah menampilkan citra digital resolusi tinggi untuk kebutuhan komersil yang

berisi informasi geografi seperti sumber daya alam.

Satelit Quickbird mampu untuk men-download citra dari stasiun three mid-

latitude yaitu Jepang, Itali dan U.S (Colorado). Quickbird juga memperoleh data tutupan

lahan atau kebutuhan lain untuk keperluan GIS berdasarkan kemampuan Quickbird untuk

menyimpan data dalam ukuran besar dengan resolusi tertinggi dan medium-inclination,

non – polar orbit.

Setelah mengorbit selama 90 hari, Quickbird akan memperoleh citra dengan nilai

resolusi, Panchromatic sebesar 61 cm dan Multispectral sebesar 2.44 meter. Pada resolusi

61 cm bangunan, jembatan, jalan-jalan serta berbagai infrastruktur lain dapat terlihat

secara detail. Quickbird dapat digunakan untuk berbagai aplikasi terutama dalam hal

perolehan data yang memuat infrastruktur, sumber daya alam bahkan untuk keperluan

pengelolaan tanah (manajemen, pajak).Sedangkan untuk keperluan industri, citra

Quickbird dapat memperoleh cakupan daerah yang cukup luas sebesar 16.5 km atau 10.3

mil.

Selain resolusi spasial sangat tinggi, keempat sistem pencitraan satelit memiliki

kemiripan cara merekam, ukuran luas liputan, wilayah saluran spectral yang digunakan,

serta lisensi pemanfaatan yang ketat. Keempat sistemmenggunakan linear array CCD-

biasa disebut pushbro om scanner. Scanner ini berupa CCD yang disusun linier dan

bergerak maju seiring gerakan orbit satelit.

Jangkauan liputan satelit resolusi tinggi seperti Quickbird sempit (kurang dari 20

km) karena beresolusi tinggi dan posisi orbitnya rendah, 400-600 km di atas Bumi.

Berdasarkan pengalaman penulis, dengan luas liputan 16,5 x 16,5 km², data Quickbird

untuk 4 saluran ditambah 1 saluran pankromatik telah menghabiskan tempat 1,8 gigabyte.

Data sebesar ini disimpan dalam 1 file tanpa kompresi pada resolusi radiometrik 16 bit

per pixel.

Semua sistem menghasilkan dua macam data: multispektral pada empat saluran

spektral (biru, hijau, merah, dan inframerah dekat atau B, H, M, dan IMD), serta

pankromatik (PAN) yang beroperasi di wilayah gelombang tampak mata dan

perluasannya. Semua saluran pankromatik, karena lebar spektrumnya mampu

menghasilkan resolusi spasial jauh lebih tinggi daripada saluran-saluran multispektral.

Page 11: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

Resolusi spasial tinggi ditujukan untuk mendukung aplikasi kekotaan, seperti

pengenalan pola permukiman, perkembangan dan perluasan daerah terbangun. Saluran-

saluran spektral B, H, M, IMD, dan PAN cenderung dipilih, karena telah terbukti efektif

dalam menyajikan variasi fenomena yang terkait dengan kota. Kondisi vegetasi tampak

jelas pada komposisi warna semu (false color), yang tersusun atas saluran-saluran B, H,

IMD ataupun H, M, IMD yang masing-masing ditandai dengan urutan warna biru, hijau,

dan merah.Pada citra komposit warna ini, vegetasi dengan berbagai tingkat kerapatan

tampak bergradasi kemerahan.Untuk lahan pertanian, NDVI terkait dengan umur,

kesehatan, dan kerapatan tanaman semusim, sehingga seringkali dipakai untuk menaksir

tingkat produksi secara regional.

Resolusi 60 cm bila dipadukan dengan saluran multispektralnya akan

menghasilkan pan-sharped image, yang mampu menonjolkan variasi obyek hingga marka

jalan dan tembok penjara. Citra ini mudah sekali diinterpretasi secara visual.Meski

demikian, para pakar inderaja saat ini masih bergulat dengan pengembangan metode

ekstraksi informasi otomatis berbasis citra resolusi tinggi seperti Quickbird.Resolusi

spasial yang sangat tinggi pada Quickbird telah melahirkan masalah baru dalam inderaja

digital, di mana respons spektral obyek tidak berhubungan langsung dengan karakter

obyek secara utuh, melainkan bagian-bagiannya.

Citra multispektral SPOT-5 beresolusi 10 meter, maka dengan relatif mudah

jaringan jalan dapat kita klasifikasi secara otomatis ke dalam kategori-kategori ’jalan

aspal, ’jalan beton, dan jalan tanah, karena jalan-jalan selebar sekitar 5 hingga 12 meter

akan dikenali sebagai piksel-piksel dengan nilai tertentu. Namun, pada resolusi 60 cm,

jalan selebar 15 meter akan terisi dengan pedagang kaki lima, marka jalan, pengendara

motor, dan bahkan koran yang tergeletak di tengah jalan. (Danoedoro, 2004)

Page 12: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

Gambar: Ilustrasi Satelit Quickbird

a. Peluncuran Quickbird

Pada 18 Oktober 2001, DigitalGlobe (sebelumnya bernama Earthwatch) berhasil

meluncurkan apa yang akan kemudian menjadi sejarah pertama satelit di dunia resolusi

komersial, QuickBird, dari sebuah tempat di Vandenberg Air Force Base di California,

Amerika Serikat ( dua dari upaya peluncuran sebelumnya dari Svobodny dan Plesetsk,

Rusia telah mengalami kegagalan ) . sampai sekarang QuickBird masih beroperasional.

Pada tahun 2002, Earthwatch berubah nama menjadi DigitalGlobe, Inc -

perubahan nama ini bertujuan untuk memposisikan tingkat keakuratan satelit tersebut di

bandingkan satelit-satelit pendahulunya, ini tercermin dari tujuan perusahaan untuk

menciptakan sebuah posisi terdepan dari dunia digital virtual.

Setelah sukses peluncuran citra QuickBird, DigitalGlobe mulai membangun

jaringan mitra bisnis yang luas melayani baik pemerintah dan pasar komersial. Dari

catatan adalah perjanjian untuk menyediakan citra resolusi tinggi untuk Keyhole

Corporation, dan kemudian diakuisisi oleh Google pada tahun 2004, komponen kunci

dalam penciptaan dan komersial adalah buah dari keberhasilan Google Earth untuk

memulai proliferasi portal pemetaan online.

b. Spesifikasi

Satelit Quickbird memiliki spesifikasi tertentu sebagai berikut :

Page 13: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

Peluncuran

Tanggal: 18 Oktober 2001

Range waktu Peluncuran: 1851-1906 GMT (1451-1506 EDT)

Roket Peluncur: Delta II

Lokasi Peluncuran: SLC-2W, Vandenberg Air Force Base,

California

Orbit

Tinggi: 450 km, 98 derajat, sun-synchronous inclination

Putaran ke lokasi yg sama : 2-3 hari tergantung posisi Lintang

Periode orbit : 93.4 minutes

Perekaman Per Orbit ~128 gigabits (sekitar 57 image area tunggal)

Lebar Sapuan & Luas

Area

Lebar Sapuan : 16.5 kilometer di atas nadir dan kemampuan

sapuan tanah : 544 km di pusat daerah lintasan satelit (hingga ~30°

off-nadir) Areas of interest

Single Area: 16.5 km x 16.5 km

Strip: 16.5 km x 115 km

Ketelitian Kesalahan radius 23 meter, dan kesalahan linear 17 meter (tanpa

titik kontrol)

Resolusi Sensor &

Spectral Bandwidth

Pankromatik:

61 centimeter (2 ft) Ground Sample Distance (GSD) pada nadir

Black & White: 445 s/d 900 nanometer

Multispektral:

2.4 meter (8 ft) GSD pada nadir

Blue: 450 – 520 nanometer

Green: 520 – 600 nanometer

Red: 630 – 690 nanometer

Near-IR: 760 – 900 nanometer

Dynamic Range 11-bit per pixel

Kapasitas

Penyimpanan

128 gigabit

Dimensi & Umur

Satelit

Perkiraan usia : s/d tahun 2010

Bobot : 1050 Kg, panjang 3.04-meter (10-ft).

Dengan resolusi spasial yang tinggi, citra satelit Quickbird mampu menyajikan

penampakan objek cukup detail dan bisa menampilkan objek hingga skala 1 : 2,500.

Page 14: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

Karakteristik

Satelit Quickbird, diluncurkan pada bulan Oktober 2001, memperoleh gambar

hitam dan putih dengan resolusi 61 cm dan gambar berwarna (4 band) dengan

resolusi 2,44 m dengan luas permukaan sebesar 16,5 km x 16,5 km.

PEMANFAATAN CITRA “QUICKBIRD”

Produk

Akurasi

Horisontal

(CE 90) (CE 90)

Koreksi tingkat Contoh aplikasi

Basic + / – 23 m Koreksi radiometrik dan

koreksi untuk distorsi

karena detector

Precision fotogrametri

berdasarkan parameter

yang disediakan (sikap,

ephemeris dan informasi

mengenai model

instrumen)

Standard + / – 23 m Koreksi radiometrik dan

koreksi untuk distorsi

karena detektor koreksi

geometris menurut jenis

proyeksi peta tertentu

Untuk area permukaan

kecil atau aplikasi yang

tidak memerlukan tingkat

akurasi yang tinggi lokasi

Memerlukan alat

pengolahan citra

Orthorectified + / – 12,7 m Koreksi radiometrik dan

koreksi untuk distorsi

karena detektor koreksi

geometris menurut jenis

proyeksi peta tertentu.

Penghapusan distorsi karena

bantuan melalui DEM dan

titik kontrol tanah (yang

kadang-kadang diberikan

oleh pengguna)

Produk ini dapat langsung

terintegrasi dalam SIG:

sebuah mendasari ideal

untuk membuat dan

memperbarui peta GIS dan

basis data Ubah deteksi

dan analisis lain yang

membutuhkan tingkat

akurasi yang tinggi lokasi

Page 15: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

a. Tema (Penggunaan Lahan)

Istilah penggunaan lahan (land use), berbeda dengan istilah penutup lahan (land

cover). Penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan sudah

dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan

mencakup segala jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan

tertentu. Penggunaan lahan merupakan aspek penting karena penggunaan lahan

mencerminkan tingkat peradaban manusia yang menghuninya.

Townshend dan Justice (1981) juga memiliki pendapat mengenai penutupan lahan,

yaitu penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam,

dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan

manusia terhadap obyek tersebut. Sedangkan Barret dan Curtis, tahun 1982, mengatakan

bahwa permukaan bumi sebagian terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan lahan)

seperti vegetasi, salju, dan lain sebagainya. Dan sebagian lagi berupa kenampakan hasil

aktivitas manusia (penggunaan lahan).

Suatu unit penggunaan lahan mewakili tidak lebih dari suatu mental

construct yang didesain untuk memudahkan inventarisasi dan aktivitas pemetaan

(Malingreau dan Rosalia, 1981). Interpretasi penggunaan lahan dari foto udara ini

dimaksudkan untuk memudahkan deliniasi. Untuk dapat mempercepat hasil inventarisasi

dengan hasil yang cukup baik, digunakan pemanfaatan data penginderaan jauh, karena

dari data penginderaan jauh memungkinkan diperoleh informasi tentang penggunaan

lahan secara rinci.selain itu, adanya perrubahan pemanfaatan lahan kota yang cepat dapat

pula dimonitor dari data penginderaan jauh.

Identifikasi, pemantauan, dan evaluasi penggunaan lahan perlu selalu dilakukan

pada setiap periode tertentu, karena ia dapat menjadi dasar untuk penelitian yang

mendalam mengenai perilaku manusia dalam memanfaatkan lahan. Dengan demikian,

penggunaan lahan menjadi bagian yang penting dalam usaha melakukan perencanaan dan

pertimbangan dalam merumuskan kebijakan keruangan di suatu wilayah. Prinsip

kebijakan terhadap lahan perkotaan bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan

dan pengadaan lahan untuk menampung berbagai aktivitas perkotaan. Dalam

hubungannya dengan optimalisasi penggunaan lahan, kebijakan penggunaan lahan

diartikan sebagai serangkaian kegiatan tindakan yang sitematis dan terorganisir dalam

penyediaan lahan, serta tepat pada waktunya, untuk peruntukan pemanfaatan dan tujuan

lainnya sesuai dengan kepentingan masyarakat (Suryantoro, 2002).

Page 16: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

Menurut Malingreau (1979), penggunaan lahan merupakan campur tangan manusia

baik secara permanen atau periodik terhadap lahan dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan, baik kebutuhan kebendaan, spiritual maupun gabungan keduanya.

Penggunaan lahan merupakan unsur penting dalam perencanaan wilayah. Bahkan

menurut Campbell (1996), disamping sebagai faktor penting dalam perencanaan, pada

dasarnya perencanaan kota adalah perencanaan penggunaan lahan.

Kenampakan penggunaan lahan berubah berdasarkan waktu, yakni keadaan

kenampakan penggunaan lahan atau posisinya berubah pada kurun waktu tertentu.

Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi secara sistematik dan non-sistematik.

Perubahan sistematik terjadi dengan ditandai oleh fenomena yang berulang, yakni tipe

perubahan penggunaan lahan pada lokasi yang sama. Kecenderungan perubahan ini dapat

ditunjukkan dengan peta multiwaktu. Fenomena yang ada dapat dipetakan berdasarkan

seri waktu, sehingga perubahan penggunaan lahan dapat diketahui. Perubahan non-

sistematik terjadi karena kenampakan luasan lahan yang mungkin bertambah, berkurang,

ataupun tetap. Perubahan ini pada umumnya tidak linear karena kenampakannya berubah-

ubah, baik penutup lahan maupun lokasinya (Murcharke, 1990).

Penggunaan lahan mencerminkan sejauh mana usaha atau campur tangan manusia

dalam memanfaatkan dan mengelola lingkungannya. Data penggunaan/tutupan lahan ini

dapat disadap dari foto udara secara relatif mudah, dan perubahannya dapat diketahui dari

foto udara multitemporal. Teknik interpretasi foto udara termasuk di dalam sistem

penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh

informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh

dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau gejala yang

dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1997).

Penggunaan foto udara sebagai sumber informasi sudah meluas dalam berbagai

aplikasi. Hanya saja untuk dapat memanfaatkan foto udara tersebut diperlukan

kemampuan mengamati keseluruhan tanda yang berkaitan dengan objek atau fenomena

yang diamati. Tanda-tanda tersebut dinamakan kunci pengenalan atau biasa disebut

dengan unsur-unsur interpretasi.Unsur-unsur tersebut meliputi : rona/warna, tekstur,

bentuk, ukuran, pola, situs, asosisasi, dan konvergensi bukti (Sutanto, 1997). Untuk dapat

melakukan interpretasi penggunaan lahan secara sederhana dan agar hasilnya mudah

dipahami oleh orang lain (pengguna), diperlukan panduan kerja berupa sistem klasifikasi

penggunaan lahan/tutupan lahan.

Page 17: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

Klasifikasi penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses

interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan

jauh. Tujuan klasifikasi supaya data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah

dipahami. Sedangkan para ahli berpendapat Penggunaan lahan yaitu segala macam

campur tangan manusia, baik secara menetap maupun berpindah-pindah terhadap suatu

kelompok sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, yang secara keseluruhan disebut

lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual, ataupun

kedua-duanya (Malingreau, 1978).

Pengelompokan objek-objek ke dalam kelas-kelas berdasarkan persamaan dalam

sifatnya, atau kaitan antara objek-objek tersebut disebut dengan klasifikasi. Menurut

Malingreau (1978), klasifikasi adalah penetapan objek-objek kenampakan atau unit-unit

menjadi kumpulan-kumpulan di dalam suatu sistem pengelompokan yang dibedakan

berdasarkan sifat-sifat yang khusus berdasarkan kandungan isinya. Klasifikasi

penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses interpretasi apabila data

pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi

supaya data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah dipahami.

Sistem klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan adalah sistem klasifikasi

penggunaan lahan menurut Malingreu. Dalam suatu kerangka kerja, menurut Dent (1981)

dalam membuat klasifikasi penggunaan lahan dibagi menjadi tingkatan-tingkatan ynag

terbagi menjadi kelompok-kelompok sebagai berikut

Tabel: Klasifikasi Liputan Lahan/ Penggunaan Lahan Menurut Malingreau

Jenjang I Jenjang II Jenjang III Jenjang IV Simbol

1. Daerah

Bervegetasi

A. Daerah

Pertanian

1. Sawah Irigasi Si

2. Sawah Tadah

Hujan

St

3. Sawah Lebak Sl

4. Sawah pasang

surut

Sp

5. Ladang/Tegal L

6. Perkebunan - Cengkeh C

- Coklat Co

- Karet K

Page 18: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

- Kelapa Ke

- Kelapa Sawit Ks

- Kopi Ko

- Panili P

- Tebu T

- Teh Te

- Tembakau Tm

7. Perkebunaan

Campuran

Kc

8. Tanaman

Campuran

Te

B. Bukan

Daerah

Pertanian

1. Huatan lahan

kering

- Hutan bambu Hb

- Hutan campuran Hc

- Hutan jati Hj

- Hutan pinus Hp

- Hutan lainnya Hl

2. Hutan lahan

basah

- Hutan bakau Hm

- Hutan campuran Hc

- Hutan nipah Hn

- Hutan sagu Hs

3. Belukar B

4. Semak S

5. Padang Rumput Pr

6. Savana Sa

7. Padang alang-

alang

Pa

8. Rumput rawa Rr

II. Daerah tak

bervegetasi

C. Bukan

daerah

pertanian

1. Lahan terbuka Lb

2. Lahar dan Lava Ll

3. Beting Pantai Bp

4. Gosong sungai Gs

5. Gumuk pasir Gp

Page 19: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

III. Permukiman

dan lahan bukan

pertanian

D. Daerah

tanpa

liputan

vegetasi

1. Permukiman Kp

2. Industri In

3. Jaringan jalan

4. Jaringan jalan KA

5. Jaringan listrik

tegangan tinggi

6. Pelabuhan udara

7. Pelabuhan laut

IV. Perairan E. Tubuh

perairan

1. Danau D

2. Waduk W

3. Tambak ikan Ti

4. Tambak garam Tg

5. Rawa R

6. Sungai

7. Anjir pelayaran

8. Saluran irigasi

9. Terumbu karang

10. Gosong pantai

Selain dari Malingreau terdapat beberapa klasifikasi peggunaan lahan menurut

beberapa ahli seperti Ida Made Sandhi (UI) , Krostowizsky (Polandia), Sutanto (UGM),

dan sebagainya. Beberapa pemerintah daerah melalui Bapeda juga membuat klasifikasi

pengunaan lahan agar sesuai dengan kondisi setempat.

Page 20: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

BAB III

METODELOGI

METODE

1. DIAGRAM ALIR

Mulai Studi Literatur Pengumpulan Citra Udara

Digitasi Peta Mencetak Peta Hasil Digitasi

Pengamatan di Lapangan

Analisis Data Pembahasan Selesai

Memasukkan

Peta Pada

Arcmap

Membuat

Shapefile

Penggunaan

Lahan di Arc

Menabahkan

Shapefile

Penggunaan Lahan di

Arcmap

Melakukan

Digitasi

Penggunaan

Lahan

Setelah Selesai

Digitasi Lalu

Disimpan

Page 21: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

2. ALAT DAN BAHAN

Citra Satelit Quickbird

Alat dan Bahan

A. Citra satelit Quicbird

B. Software ArcGis

Cara kerja

A. Siapkan citra satelit Quicbird dalam bentuk soft file

B. Siapkan Program ArcGis yang digunakan untuk membuka soft file citra

C. Buka file dalam program ArcGis melalui toolbar add data

D. Klik layers properties simbology centang display background

value ok

Kemudian interpretasi penggunaan lahan pada citra tersebut

Citra Satelit Landsat

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan interpretasi citra satelit adalah sebagai

berikut:

1) Citra satelit berwarna 1:100.000

2) Program Arcgis 10.1

Cara Kerja

1) Buka program Arcmap 10.1

2) Gunakan blank map

3) Add data citra satelit landsat 8

4) Deliniasi objek yang tergambar dalam citra satelit tersebut

Penggunaan Lahan Citra (Citra Quickbird)

Tambak udang dan tambak bandeng

1. Rona dan warna

Rona pada objek yang tampak adalah gelap dengan warna hitam keabu-abuan.

Hal ini diperkirakan bahwa tambak tersebut disebabkan oleh air yang keruh atau

karena adanya material-material padat yang menumpuk pada tambak sehingga rona

yang tampak adalah gelap dengan warna lebih sedikit abu-abu. Namun, ada beberapa

petak tanah di sekitar tambak yang memiliki rona terang dengan warna coklat keabu-

abuan. Hal ini diperkirakan bahwa objek tersebut merupakan bekas tambak yang

Page 22: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

dikeringkan atau mungkin lahan yang akan dijadikan tambak , tetapi belum diisi oleh

air.

2. Bentuk

Objek yang tampak berbentuk persegi dengan jumlah 46 petak yang terisi air

dan 27 yang kering. Hal ini diasumsikan karena tambak dalam pengolahannya

memerlukan perhitungan antara luas lahan yang digunakan dengan bibit udang yang

akan disebar. Jadi, untuk memudahan perhitungan hasil panen dan mengoptimalkan

penggunaan lahan maka tambak dibuat dengan bentuk persegi/persegi panjang.

3. Ukuran

4. Tekstur

Tekstur objek tersebut adalah halus/sedang. Hal ini karena objek yang tampak

(tambak) memiliki pola seragam sehingga teksturnya cenderung halus/sedang.

5. Pola

Pola objek tersebut adalah teratur, berpetak petak.

6. Bayangan

Tidak terdapat bayangan.

7. Ketinggian

Tidak terdapat ketinggian.

8. Situs

Situs tambak mengumpul di sebelah pertanian padi, dekat dengan muara

sungai dan dekat dengan laut. Hal ini dikarenakan, tambak biasanya menggunakan air

payau yaitu percampuran dari air tawar dengan air laut sehingga daerah yang cocok

digunakan untuk tambak udang/ikan bandeng adalah daerah yang memiliki sumber air

payau cukup dan dekat dengan muara sungai untuk pergantian air di tembak tersebut.

9. Asosiasi

Tambak diasosiasikan dengan kincir angin. Hal ini tampak dalm citra bahwa

dalam area petak-petak tambak terdapat objek dengan rona terang dan berwana putih.

Diasumsikan bahwa objek tersebut adalah kincir air yang berfungsi menambah kadar

oksigen dalam tambak tersebut. Rata-rata pada masing-masing tambak terdapat 4 buah

kincir air meskipun ada 9 dari 46 petak tambak yang belum dipasang kincir air.

Page 23: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

a. Permukiman penduduk

1. Rona dan warna

Rona cerah tedapat pada daerah pemukiman akibat pantulan dari atap

pemukiman. Bentuknya kotak dengan ukuran kecil dibandingkan objek lainya.

Pemukiman penduduk terlihat ronanya memancarkan warna orange di bagian atapnya.

2. Bentuk

Bentuk huruf I atau linear mengikuti jalan. Pemukiman ini cenderung

memanjang sepanjang jalan. Karena berada di daerah perkotaan yang mendekati garis

pantai.

3. Ukuran

Ukuran lebih kecil di bandingkan objek lain seperti perkebunan dll.

4. Tekstur

Teksturnya kasar pada foto udara menunjukkan pantulan yang dihamburkan dan

pola memusat di lokasi tertentu. Perumahan dicirikan pada daerah datar dengan

dikelilingi vegetasi.

5. Pola

Permukiman memanjang sepanjang jalan. Pola pemukiman ini terlihat teratur,

dan umumnya terdapat pada kawasan pemukiman yang direncanakan atau

dikembangkan. Pemukiman ini terlihat seperti di kota yaitu ukuran dan jaraknya

seragam. Masing-masing menghadap ke jalan.

6. Bayangan

Tidak terdapat bayangan.

7. Ketinggian

Tidak terdapat ketinggian, hamper sama rata tingginya.

8. Situs

Situs permukiman memanjang sepanjang tepi jalan, sungai dan lahan pertanian.

9. Asosiasi

Permukiman penduduk diasosiasikan dengan jalan

b. Pertanian padi

1. Rona dan warna

Rona pada pertanian padi terlihat hijau muda, warna (cerah) warna cerah

menandakan sawah masih ditumbuhi tanaman muda/renggang.

Page 24: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

2. Bentuk

Bentuk kenampakan pertanian padi telihat berpetak-petak atau persegi, Bentuk

sawah berupa kotak-kotak kecil yang pada lapangan menandakan petak-petak sawah.

3. Ukuran

Luasnya lebih kecil dari perkebunan pisang, karena hanya terlihat sebuah petak-

petak kecil jika dibandingkan dengan perkebunan yang terlihat luas dan sejajar.

4. Tekstur

Teksturnya halus menunjukkan tanaman muda atau renggang dan kasar

menunjukkan tanaman tua atau rapat.

5. Pola

Kenampakan pola pertanian padi terlihat mengumpul di suatu tempat, tidak

tersebar atau dipisahkan oleh objek lain. Kondisi lahan pertaniannya pun terlihat

berpetak-petak.

6. Bayangan

Tidak terdapat bayangan

7. Ketinggian

Tidak terdapat ketinggian

8. Situs

Situs pertanian padi mengumpul di sekitar permukiman dan perkebunan pisang

9. Asosiasi

Perkebunan pisang diasosiasikan dengan sawah

c. Ekowisata

1. Rona dan warna

Pantai rona cerah

Warna biru muda

2. Bentuk

Tidak berbentuk

3. Ukuran

Paling luas daripada penggunaan lahan lain

4. Tekstur

halus

5. Pola

Pola memanjang di tepi

6. Bayangan

Page 25: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

Tidak memiliki bayangan

7. Ketinggian

Tidak memiliki ketinggian

8. Situs

Situs ekowisata memanjang di sekitar tambak, perkebunan pisang

9. Asosiasi

Ekowisata diasosiasikan dengan pantai dan villa

d. Perkebunan pisang

1. Rona dan warna

Rona sedang

Warna hijau

2. Bentuk

Bentuk lingkaran berblok-blok

3. Ukuran

Lebih luas daripada pertanian dan permukiman penduduk

4. Tekstur

Kasar

Page 26: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

BAB III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL

PETA TEMATIK PENGGUNAAN LAHAN

a. Quickbird

Page 27: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj
Page 28: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

b. Landsat

Penggunaan Lahan

Dari hasil revisi interpretasi menggunakan citra Quickbird, dapat diperoleh 13

jenis penggunaan lahan yaitu hutan, Jalan, Ladang, Lahan terbuka, Laut, Pariwisata,

pemukiman, perkebunan, rawa, sawah irigasi, sungai, tambaak garam, dan tempat

pemakaman.

Klasifikasi penggunaan lahan antara lain :

a) Hutan

Page 29: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

Hutan adalah bagian dari lahan bervegetasi yang tak diusahakan. Selain itu warna

pada citra juga sangat mendukung bahwa daerah tersebut merupakan hutan karena

warnanya hijau yang terdiri dari pohon-pohon yang bergerombol.

b) Jalan

bagian jalan ini terlihat di citra dengan warna gelap. Menandakan daya pantul

cahanya rendah.

c) Ladang

pada klasifikasi ladang disimbolkan dengan (L)

d) Lahan terbuka

Dengan melihat warnanya yang hijau dan biasanya terang dan bertekstur halus.

e) Laut

Tingkat klasifikasinya sampai pada tingkat III, yang merupakan bagian dari tubuh

perairan. Pada citra nampak berwarna biru dengan tekstur yang sangat halus.

f) Tempat pariwisata

Tempat pariwisata ini sebagian besar berada di sepanjang pantai malang selatan

(ungapan). Pada citra warnanya terlihat agak terang kekuningan.

g) Pemukiman

Tingkat klasifikasinya sampai pada tingkat II yang merupakan pemukiman

perkotaan, ditandai dengan bangunan dan jalan yang kompleks dan rapat. Warna yang

ditunjukkan dalam citra tersebut tidak terlalu jelas, namun menunjukkan bentuk yang

mengelompok, bertekstur kasar, serta terdapat jaringan jalan.

h) Perkebunan

Tingkat klasifikasinya sampai pada tingkat III, yang merupakan bagian dari lahan

bervegetasi yang diusahakan. Jumlah vegetasi pada daerah perkebunan ini lebih

renggang/lebih sedikit daripada daerah hutan alami. Warna yang terdapat pada citra

juga lebih terang dibandingkan dengan hutan alami.

i) Rawa

Terlihat tampak gelap. Hal ini menandakan bahwa air rawanya yang jernih.

j) Sawah

Tingkat klasifikasinya sampai pada tingkat III, yang merupakan bagian dari lahan

bervegetasi yang diusahakan. Sawah ini tidak begitu jelas terlihat bentuknya, namun

berasosiasi dengan sungai. Sehingga dimungkinkan sawah ini merupakan sawah

irigasi.

k) Sungai

Page 30: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

Terlihat memanjang utara-selatan. Warnanya agak gelap dan pada tempat

tertentu berasosiasi dengan pemukiman.

l) Tambak Garam

Terlihat seperti kotak-kotak dengan warna yang gelap.

m) Pemakaman

Terlihat sangat terang. Karena daya pantul cahayanya yang kuat. Hal ini

menandakan bahwa sebagian besar kuburan sudah menggunakan keramik atau

porselin.

2. PEMBAHASAN

Struktur Tampilan ArcGis

ArcView mengorganisasikan project beserta tools yang tersedia kedalam bentuk

sistem windows, menu, button, dan icon. Setiap tipe dokumen (view, table, chart, layout,

dan script) ArcView memiliki tampilan yang berbeda. Struktur tampilan pada ArcView

terdiri dari:

a) Tampilan pada Project

Project merupakan window yang paling awal muncul untuk bekerja dengan ArcView.

Menu-menu yang terdapat pada window menyediakan fasilitas-fasilitas untuk

mengatur project yang akan dibuat.

Isi menu pada dokumen Project

File Project Window Help

New Project

Ctrl+N

Open Project…

Close Project

Save Project

Ctrl+S

Save Project As

Extensions…

Exit

Properties…

Customize…

Rename

‘View1’… Ctrl+R

Delete ‘View1’…

Del

Add Table…

Import…

SQL Connect

Tile

Cascade

Arrange Icons

Show Symbol

Window…Ctrl+P

1 Untitled

Help

Topics…

How to Get

Help

About

ArcView

b) Tampilan pada View

View merupakan representasi grafis informasi spasial dan dapat menampung

beberapa layer/theme informasi spasial (titik, garis, polygon, atau citra raster).

Page 31: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

Isi menu pada dokumen View

File Edit View Theme

Close

Close All

Set Working

Directory…

Save Project Ctrl+S

Save Project As

Extensions…

Print…

Print Setup…

Export…

Manage Data Sources

Exit

Cut Themes

Copy Themes

Delete Themes

Undo Graphic Edit

Ctrl+Z

Cut Graphics

Ctrl+X

Copy Graphics

Ctrl+C

Delete Graphics Del

Combine Graphics

Union Graphics

Subtract Graphics

Intersect Graphics

Paste Ctrl+V

Select All Graphics

Properties…

Add Theme…

Ctrl+T

Geocode

Adresses

Add Event

Theme…

New Theme…

Theme On

Theme Off

Layout…

TOC Style…

Full Extent

Zoom In

Zoom Out

Zoom To

Themes

Zoom To

Selected

Zoom To

Previous

Find… Ctrl+F

Locate

Adress…

Properties…

Start Editing

Save Edits

Save Edits As

Convert to

Shapefile…

Edit Legend…

Hide/Show Legend

Re-match

Adresses…

Auto-label Ctrl+L

Remove Labels

Ctrl+R

Remove

Overlapping Labels

Convert Overlapping

Labels Ctrl+O

Table…

Query… Ctrl+Q

Select by Theme…

Create Buffer…

Clear Selected

Feature

Graphics Window Help

Properties…

Text and Label Defaults…

Size and Position…

Tile

Cascade

Arrange Icons

Help

Topics…

How to Get

Page 32: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

Align… Ctrl+A

Bring to Front

Send to Back

Group Ctrl+G

Ungroup Ctrl+U

Attach Graphics

Detech Graphics

Show Symbol

Window…Ctrl+P

1 Untitled

Help

About

ArcView

Toolbar View

Keterangan :

1. menyimpan project 11. zoom to selected 21. select feature

2. menambah theme 12. zoom in 22. zoom in

3. theme properties 13. zoom out 23. zoom out

4. edit legend 14. zoom to previous extent 24. pan

5. open tabel theme 15. feature dengan grafik 25. measure

6. find 16. clear selection feature 26. hotlink

7. location address 17. help 27. area of interest

8. query 18. indentify 28. label

9. zoom to full extent 19. pointer 29. create text

10. zoom to active theme 20.edit vertex 30. draw point

c) Tampilan pada Tabel

Dokumen Tabel dilengkapi dengan fasilitas menu, button, dan toolbar. Sebuah

tabel merupakan representasi data ArcView. Tabel berisi informasi deskriptif

mengenai layer tertentu yang terdiri dari baris data (record) dan kolom (field). Baris

Page 33: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

data (record) mendefinisikan sebuah entry, sedangkan kolom (field) mendefinisikan

atribut atau karakteristik dari entry.

Isi menu pada dokumen Tables

File Edit Table Field

Close

Close All

Set Working Directory…

Save Project Ctrl+S

Save Project As

Extensions…

Print…

Print Setup…

Export…

Manage Data Sources

Exit

Cut Ctrl+X

Copy Ctrl+C

Paste Ctrl+V

Undo Edit Ctrl+Z

Redo Edit Ctrl+Y

Add Field…

Add Record Ctrl+A

Delete Field

Delete Records

Select All

Select None

Switch Selection

Properties…

Chart…

Stop Editing

Save Edits

Save Edits As…

Find… Ctrl+F

Query… Ctrl+Q

Promote

Join Ctrl+J

Remove All Joins

Link

Remove All Links

Refresh

Sort Ascending

Sort Descending

Create Index

Summarize…

Calculate…

Statistics…

d) Tampilan pada Chart

Chart merupakan representasi grafis dari resume tabel data. Chart juga bisa

merupakan hasil suatu query terhadap suatu tabel data.

Isi menu pada dokumen Chart

File Edit Galery Chart

Close

Close All

Set Working Directory…

Save Project Ctrl+S

Save Project As

Extensions…

Print…

Print Setup…

Undo

Erase

Area…

Bar…

Column…

Line…

Pie…

XY Scatter

Properties…

Series From Fields

Find… Ctrl+F

Hide Title

Hide Legend

Show X Axis

Show X Axis

Page 34: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

Export…

Manage Data Sources

Exit

e) Tampilan pada Layout

Layout digunakan untuk menggabungkan semua dokumen (view, table, dan chart)

ke dalam suatu dokumen yang siap cetak (hardcopy).

Isi menu pada dokumen Layout

File Edit Layout Graphics

Close

Close All

Set Working Directory…

Save Project Ctrl+S

Save Project As

Extensions…

Print…

Print Setup…

Export…

Manage Data Sources

Exit

Undo Ctrl+Z

Cut Ctrl+X

Copy Ctrl+C

Paste Ctrl+V

Delete Del

Select All

Properties…

Page Setup…

Zoom to Page

Zoom to Actual

Zoom to Selected

Zoom In

Zoom Out

Show Grid

Hide Margins

Add Neatline…

Use Template…

Store As Template…

Store North Arrows

Properties…

Text Tool Defaults…

Size and Position…

Align… Ctrl+A

Bring to Front

Send to Back

Group Ctrl+G

Ungroup Ctrl+U

Simplify

Page 35: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil interpretasi diketahui bahwa penggunaan lahan di kabupaten

Malang sebagian besar digunakan untuk pemukiman yang berasosiasi dengan vegetasi.

Untuk melakukan pembuktian tepat tidaknya interpretasi yang dilakukan, harus

dilakukan uji lapangan dengan menggunakan GPS. Berdasarkan dari hasil cek lapangan

dengan menggunakan GPS diketahui bahwa lokasi yang ditunjukkan pada GPS sesuai

dengan interpretasi tata guna dilapangan.

Jadi dalam, citra satelit landsat dan Quickbird dapat digunakan untuk

mempermudah dalam menginterpretasi penggunaan lahan. Akan tetapi, untuk melakukan

pembuktian kebenaran dalam interpretai harus dilakukan uji cek lapangan (Kuliah Kerja

Lapangan)

Page 36: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Pj

DAFTAR PUSTAKA

Indraja. Definisi Citra Penginderaan Jauh. (online), (http://www.Definisi-pengertian-citra

penginderaan-jauh-indraja-menurut-para-ahli.htm), diakses 12Desember 2013

Anonim. Manfaat Citra Satelit. (online), (http://www.manfaat-citra-satelit_03.html), diakses

14 Desember 2013

Anonim. 2009. Resolusi Citra. (online), (http://www.Resolusi Citra « Agrica.htm), diakses 16

Desember 2013

Ralo. 2010. Apa perbedaan antara citra satelit dengan foto udara?. (online),

(http://www.candmstore.blogspot.com), diakses 15 Desember 2013

Sutanto, prof. 1998. Penginderaan jauh, Jilid I. Fakultas Geografi: Gajah Mada University

Press

Rudianto, Bambang. 2010. Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m

dan Ikonos RS 1,0 m. Bandung. Jurnal Rekayasa Institut tekhnologi Nasional

Bandung.