Download - Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
1/42
Page 1 of42
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan jenis flora dan fauna
dengan tipe hutan yang bervariasi di dunia, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara
mega biodiversity ketiga setelah Brazil dan Zaire. Keanekaragaman yang tinggi ini
didukung oleh wilayah yang luas dengan banyak kepulauan dan berada di daerah tropis
yang memiliki pedoagroklimat yang sesuai. Indonesia memiliki sekitar 17.508 pulau
dengan panjang pantai sekitar 81.000 km (Gambar 1), masing-masing mempunyai ciri khas
tersendiri dan memiliki potensi sumberdaya yang produktif. Diperkirakan Indonesia jugamemiliki 90 tipe ekosistem, baik di daratan maupun perairan dan terdapat 15 formasi hutan
alam yang tersebar dari ujung barat di Sabang sampai ujung Timur di Merauke yang
merupakan habitat utama banyak spesies tumbuhan dan hewan.
Salah satu formasi hutan tersebut adalah hutan pantai. Hutan pantai yang dimaksud
disini tidak termasuk hutan mangrove. Di Indonesia, formasi hutan ini mempunyai
keunikan tersendiri. Hutan pantai juga merupakan bagian dari ekosistem pesisir dan laut
yang menyediakan sumberdaya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang
mineral maupun energi, media komunikasi dan edukasi maupun kawasan rekreasi atau
pariwisata serta penemuan produkbiochemical.
Namun, seiring dengan laju pertambahan penduduk dan dinamika pembangunan
regional yang tidak taat asas kelestarian lingkungan hidup, tipe hutan tersebut akhir-akhir
ini mulai mengalami kerusakan yang berarti. Data menunjukkan bahwa luas vegetasi
pantai dari tahun ke tahun cenderung menurun, jika pada tahun 1996 luas vegetasi pantai
mencapai 180.000 ha sampai tahun 2004 hanya tersisa 78.000 ha.
Rusaknya ekosistem hutan pantai dapat menimbulkan berbagai permasalahan
terutama berkaitan dengan abrasi pantai, intrusi air laut, perubahan iklim mikro, dan
turunnya nilai produktivitas hayati di ekosistem pantai. Pada tahun 1997 tercatat lebih dari
60 lokasi pantai dan muara di 17 propinsi telah terjadi bencana abrasi pantai diantaranya di
seluruh pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, dan pantai Sulawesi Selatan. Selain itu
juga kekhawatiran berbagai pihak akan tenggelamnya 2.000 pulau di Indonesia pada tahun
2030 akibat naiknya permukaan air laut seiring dengan perubahan iklim global dan
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
2/42
Page 2 of42
rusaknya ekosistem pesisir bukanlah hal yang tidak mungkin jika keadaan ini terus
berlanjut.
Manusia merupakan komponen lingkungan alam yang bersama-sama dengan
komponen alam lainnya, hidup bersama dan mengelola lingkungan dunia. Karena manusia
adalah makhluk yang memiliki akal dan pikiran, peranannya dalam mengelola lingkungan
sangat besar. Manusia dapat dengan mudah mengatur alam dan lingkungannya sesuai
dengan yang diinginkan melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
yang dikembangkannya. Akibat perkembangan ilmu IPTEK yang sangat pesat,
kebudayaan manusia pun berubah dimulai dari budaya hidup berpindah-pindah (nomad),
kemudian hidup menetap dan mulai mengembangkan buah pikirannya yang terus
berkembang sampai saat ini. Hasilnya berupa teknologi yang dapat membuat manusia lupa
akan tugasnya dalam mengelola bumi. Sifat dan perilakunya semakin berubah dari zaman
ke zaman. Sekarang ini manusia mulai bersifat boros, konsumtif dan cenderung merusak
lingkungannya.
Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung berarti
kemampuan lingkungan untuk dapat memenuhi kebutuhan sejumlah makhluk hidup agar
dapat tumbuh dan berkembang secara wajar didalamnya. Daya lenting berarti kemampuan
untuk pulih kembali kepada keadaan setimbang. Kegiatan manusia sangat berpengaruh
pada peningkatan atau penurunan daya dukung maupun daya lenting lingkungan. Manusia
dapat meningkatkan daya dukung lingkungan, tetapi karena keterbatasan kemampuan dan
kapasitas lingkungan, maka tidak mungkin terus ditingkatkan tanpa batas, sehingga
manusia secara sadar ataupun tidak menyebabkan ketidaksetimbangan atau kerusakan
lingkungan.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan pantai di Indonesia mulai muncul
pasca tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004. Di beberapa daerah di Indonesia, gerakanpenyelamatan hutan pantai dalam bentuk penanaman telah dan sedang dilakukan. Gerakan-
gerakan tersebut muncul atas inisiatif individu, kelompok, lembaga-lembaga non
pemerintah, maupun yang dikelola pemerintah daerah setempat. Untuk terus menggugah
masyarakat Indonesia, baru-baru ini Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara (GPTP)
2010 telah mengadakan Konferensi dan Pameran Nasional dengan tema Penyelamatan
Hutan Pantai dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir bertempat di Gedung
Manggala Wanabakti (Gedung Kementerian Kehutanan RI) Jakarta pada Tanggal 23-25
November 2010. Kegiatan tersebut dibuka resmi oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
3/42
Page 3 of42
Dr. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY dalam sambutannya menyatakan bahwa
penyelamatan hutan pantai bisa membantu masyarakat Indonesia di kawasan pesisir keluar
dari lilitan kemiskinan dan saatnya melakukan rehabilitasi terhadap hutan pantai dan
mangrove yang rusak serta perlu perlindungan terhadap garis pantai Indonesia.
Menyadari parahnya kerusakan lingkungan hidup dan hutan yang memiliki arti
penting bagi keberlangsungan hidup seluruh mahluk hidup, baik untuk generasi sekarang
maupun yang akan datang maka perlu ada gerakan moral dari semua komponen bangsa
untuk terus membangun kesadaran kolektif anak bangsa demi menjaga dan melestarikan
lingkungan hidup. Salah satu gerakan yang telah dan sedang dilakukan di Indonesia adalah
gerakan pendidikan konservasi.
Pendidikan konservasi bertujuan untuk menanamkan pengetahuan dan kesadaran
akan pentingnya lingkungan hidup dan hutan, mengembangkan keterampilan dan
menumbuhkan kepedulian dan sikap hidup ramah lingkungan. Pendidikan ini diarahkan
kepada seluruh lapisan masyarakat, terutama bagi para siswa atau generasi muda umumnya
yang sedang menuntut ilmu pengetahuan, serta mereka yang berperan, baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penentuan kebijakan dan atau usaha pembangunan
kawasan hutan dan konservasi serta para pelaku ekonomi dan sebagainya. Output akhir
dari pendidikan konservasi ini adalah kita merasa terpanggil untuk turut mengabdikan diri
dalam upaya mengurangi kemerosotan sumber daya hutan dan kerusakan lingkungan
hidup.
B. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan dari kegiatan kunjungan ke pantai Ujunggenteng Kabupaten Sukabumi
yang dilakukan oleh Mahasiswa Pendidikan Biologi Sekolah Pascasarjana Universatas
Pendidikan Indonesia ini adalah untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh dikelas dandiharapkan mahasiswa dapat mengetahui kondisi sumber daya pantai yang bisa
dimanfaatkan sebagai sumber referensi pembelajaran biologi, khususnya dalam pendidikan
lingkungan.
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
4/42
Page 4 of42
C. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
Hari : Jumat Sabtu
Tanggal : 23 24 Nopember 2012
Waktu : 01.00 WIB 12.00 WIB
Tempat : Pantai Ujunggenteng Kabupaten Sukabumi
D. PESERTA DAN PEMBIMBING
Peserta yang akan mengikuti kegiatan kuliah lapangan Pendidikan Lingkungan ke
Pantai Ujunggenteng Sukabumi ini sebanyak 25 orang, dengan rincian sebagai berikut:
1. Pembimbing kegiatan : Prof. Dr. H. Achmad Munandar, M.Pd.
Dr. H. Ama Rustama, M.Sc.
Drs. H. Eman Abdurachman
2. Peserta kegiatan : 19 mahasiswa S2 pendidikan Biologi semester 3 kelas A,
SPS UPI. 3 mahasiswa tamu dari Ethiopia, (2 mahasiswa
Biologi Dan 1 orang mahasiswa fisika).
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
5/42
Page 5 of42
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Jenis Hutan Pantai di Indonesia
Pantai merupakan suatu wilayah yang dimulai dari titik terendah air laut pada
waktu surut hingga arah ke daratan sampai batas paling jauh gelombang atau ombak
menjulur ke daratan yang ditandai dengan garis pantai. Garis pantai (shore line)
merupakan tempat pertemuan antara air laut dan daratan. Garis pantai ini setiap saat
berubah-ubah sesuai dengan perubahan pasang surut air laut.
Umumnya morfologi dan tipe pantai sangat ditentukan oleh intensitas, frekuensi
dan kekuatan energi yang menerpa pantai tersebut. Daerah yang berenergi rendah,biasanya landai, bersedimen pasir halus atau lumpur, sedangkan yang terkena energi
berkekuatan tinggi biasanya terjal, berbatu atau berpasir kasar (Soegiarto, 1993).
Berdasarkan klasifikasi pantai dari Shepard (Snead, 1982 dalam Sunarto, 2000),
bentuk - bentuk pantai secara alami dapat dibedakan menjadi pantai primer dan pantai
sekunder. Pantai primer adalah pantai yang morfologinya lebih dipengaruhi oleh proses
proses terestrial seperti erosi, deposisi, vulkanisme dan diatrofisme, sedangkan pantai
sekunder sangat dipengaruhi oleh proses marin dan organisme. Pantai sekunder bisa jadi
dahulunya pantai primer sebelum dipengaruhi oleh proses marin.
Pantai primer dapat dibedakan menjadi 4 (empat) bentuk yaitu (1) pantai erosi
daratan, merupakan pantai yang bentuk lahannya mengalami erosi dan sebagian
mengalami penggenangan laut. Contohnya : lembah sungai yang tenggelam, pantai erosi
glasial yang tenggelam, atau topografi karst yang tenggelam., (2)pantai pengendapan dari
darat, merupakan pantai yang terbentuk dari akumulasi endapan sungai, endapan glasial,
endapan angin, maupun longsoran yang langsung mengendap di laut (3) pantai gunung
api, adalah pantai yang terbentuk sebagai akibat dari proses vulkanik meliputi pantai
leleran larva, pantai tefra, pantai runtuhan gunung api atau patahan kaldera dan (4)pantai
struktural, merupakan pantai yang terbentuk oleh pelipatan, penyesaran atau pantai intrusi
sedimen.
Pantai sekunder dapat dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu (1) pantai erosi
gelombang, merupakan pantai yang terbentuk oleh kerja gelombang. Pantai ini dapat
memiliki garis pantai yang lurus atau tidak beraturan tergantung pada komposisi dan
struktur batuan (2) pantai pengendapan dari laut, merupakan pantai yang terbentuk oleh
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
6/42
Page 6 of42
pengendapan sedimen laut, seperti beting gisik, pulau penghalang, bura, rataan lumpur atau
rawa garaman dan (3) pantai bentukan organisme, yakni pantai yang terbentuk oleh
binatang dan tumbuhan laut, seperti terumbu yang dibangun oleh alga dan ositer serta rawa
mangrove.
Secara umum kondisi dan jenis pantai di Indonesia berdasarkan letak, kondisi dan
posisi pantai dapat dikelompokan atas pantai berpasir, pantai berlumpur, pantai berawa dan
pantai berbatu (Sugiarto dan Ekariyono, 1996). Berikut ini penjelasan keempat bentuk
pantai tersebut :
a. Pantai Berpasir
Pantai berpasir merupakan pantai yang didominasi oleh hamparan atau dataran
pasir, baik yang berupa pasir hitam, abu-abu atau putih. Selain itu terdapat lembah-
lembah diantara beting pasir. Pantai berpasir tidak menyediakan substrat tetap
untuk melekat bagi organisme, karena aksi gelombang secara terus menerus
menggerakan partikel substrat.
Umumnya fauna di wilayah pantai berpasir ditemukan dalam jumlah sedikit dan
terbatas (McLachlan & Brown, 2006). Fauna yang ditemukan adalah organisme
infauna makro (berukuran 1-10 cm) yang mampu menggali liang di dalam pasir dan
organisme meiofauna mikro (berukuran 0,1-1 mm) yang hidup di antara butiran
pasir. Secara umum ditemukan tiga zonasi dimana organisme hadir dalam jumlah
besar, yaitu 1) zona bagian atas dihuni oleh kepiting dari genus Ocypode,
Amphipoda dan Crustacea dari famili Talitridae, 2) zona pertengahan dihuni oleh
moluska genus Donax dan beberapa spesies isopoda dan 3) zona yang lebih rendah
dihuni oleh spesies keong (gastropoda), kepiting dan bulu babi (Echinoid) (Dahuri,
2003; McLachlan & Brown, 2006).
Pantai berpasir umumnya dijadikan kawasan wisata pantai karena keindahanalamnya. Kawasan pantai berpasir yang sudah berkembang seperti : kawasan pantai
Sanur dan Kuta (Bali), Pantai Pangandaran, Carita & Pelabuhan Ratu (Jawa Barat),
Parang Tritis (Yogyakarta), Pantai Natsepa & Liang (Maluku). Tumbuhan yang
dominan tumbuh adalah kelapa (Cocos nucifera L.), cemara laut (Casuarina
equisetifolia), waru laut (Hibiscus tiliaceus) dan ketapang (Terminalia catappa).
Pada daerah pantai berpasir juga terdapat perbedaan pada butiran pasir, ditemukan
pantai berpasir kasar dan pantai berpasir halus.
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
7/42
Page 7 of42
Parameter utama yang sangat mempengaruhi daerah pantai berpasir adalah 1) pola
arus yang dinamis, 2) gelombang yang akan melepaskan energinya di pantai, 3)
angin yang juga merupakan pengangkut pasir, 4) kisaran suhu yang luas, 5)
kekeringan, 6) partikel yang padat (kekeruhan), dan 7) substrat yang tidak stabil
(Hutabarat et al., 2009).
Perbedaan pantai berpasir kasar dan halus
Pantai berpasir
kasarPerbedaan
Pantai berpasir
halus
Curam
Tinggi
Rendah
TinggiTinggi
Sedikit
Rendah
Kemiringan
Aksi gelombang
Kapilaritas
PermeabilitasOksigen
Bakteri
Bahan Organik
Landai
Rendah
Tinggi
RendahRendah
Banyak
Tinggi
b. Pantai Berlumpur
Pantai berlumpur merupakan hamparan lumpur sepanjang pantai yang dihasilkan
dari proses sedimentasi atau pengendapan, biasanya terletak di dekat muara sungai.
Lumpur tersebut terdiri atas partikel-partikel halus yang mengandung humus atau
gambut. Tanah pantai ini mempunyai kandungan oksigen yang rendah dan hanya
terdapat pada lapisan permukaan. Sedangkan kandungan asam sulfidanya cukup
tinggi sehingga dapat mereduksi senyawa besi (ferri) di dalam tanah menjadi
senyawa ferrosulfida (FeS2) atau firit.
Umumnya organisme yang menempati daerah ini mengadaptasikan dirinya dengan
dua cara yaitu menggali substrat dan membuat saluran habitat. Adaptasi terhadap
kondisi anaerobik dan makanan dilakukan dengan cara membuat beberapa jalanyang dapat mengalirkan air dari permukaan yang mengandung oksigen ke bawah.
Adaptasi terhadap rendahnya ketersediaan oksigen adalah dengan membentuk alat
pengangkut (misalnya, hemoglobin) yang dapat terus menerus mengangkut oksigen
dengan konsentrasi yang lebih baik dibandingkan dengan pigmen yang sama pada
organisme lain (Hutabarat et al., 2009).
Tanah pantai berasal dari endapan lumpur yang di bawah oleh aliran sungai.
Lumpur yang berasal dari laut mengandung cangkang-cangkang foraminifera,
fragmen-fragmen karang, cangkang molusca dan bahan lain yang menjadi sumber
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
8/42
Page 8 of42
kapur yang penting bagi pantai berlumpur. Struktur dan komposisi tumbuhan di
kawasan pantai berlumpur Indonesia merupakan formasi hutan mangrove yang
didominasi oleh Rhizophora sp., Avicennia sp., Bruguiera sp., Ceriops tagal.,
Sonneratia sp., danXylocarpus sp.
c. Pantai Berawa
Pantai berawa merupakan daerah yang tergenang air, baik secara permanen ataupun
temporer. Tanah dan air pantai ini memiliki tingkat keasaman yang tinggi. Hutan
berawa umumnya ditumbuhi oleh jenis tumbuhan seperti nipah (Nypa fruticans),
nibung (Oncosperma tigillaria), sagu (Metroxylon sago), medang (Decassia
cassia), jelutung (Dyera sp.), dll.
d. Pantai Berbatu
Pantai berbatu merupakan pantai yang berbatu-batu memanjang ke laut dan
terendam di air. Umumnya terdiri dari bongkahan-bongkahan batuan granit. Pantai
ini merupakan satu dari lingkungan pesisir dan laut yang cukup subur. Kombinasi
substrat keras untuk penempelan, seringnya aksi gelombang dan perairan yang
jernih menciptakan suatu habitat yang menguntungkan bagi biota laut.
Fauna yang ditemukan di pantai berbatu digolongkan dalam tiga zona yakni 1)
zona supralitoral, terletak di atas air pasang yang masih menerima percikan air
laut, ditemukan siput, Cyanobacteria, kadang-kadang algae merah (Porphyra) atau
algae coklat (Fucus).2) zona eulitoral, berada antara air pasang dan surut. Pada
zona ini hidup kerang (Balanus sp.), Kerang (Mytilus) dan algae coklat (Fucus sp),
siput gastropoda, kepiting (Carcinus) dan bulu babi.3). zona sublitoralberada di
bawah air surut, ditemukan berbagai organisme; algae koralin, tunicata, ikan, dan
sebagainya.
Komunitas biota di daerah berbatu jauh lebih kompleks dari daerah lain karenabervariasinya relung (niche) ekologis yang disediakan oleh genangan air, celah-
celah batu, permukaan batu dsb, dan hubungan mereka yang bervariasi terhadap
cahaya, gerakan air, perubahan suhu dan faktor lainnya (Hutabarat et al., 2009).
Hal yang sama dijelaskan oleh Mackinnan et al., (2000) bahwa biota atau fauna
yang ditemukan di pantai berbatu-batu dapat menyesuaikan diri untuk bertahan
terhadap kekuatan gelombang, kekeringan berkala, suhu tinggi dan salinitas yang
berubah-ubah. Fauna tersebut mempunyai sarana yang efisien untuk
mempertahankan pegangannya.
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
9/42
Page 9 of42
Parameter utama yang sangat mempengaruhi kondisi pantai berbatu adalah :
a) fenomena pasang, dinamikanya sangat berpengaruh terhadap biota yang
menginginkan kondisi alam yang bergantian antara tergenang dan terbuka, dan
b) gelombang, energi yang dihempaskan bisa merusak komunitas biota yang
menempel di batu-batuan, terutama pada batu yang langsung menghadap ke laut
(Dahuri et al., 2003).
B. Ekologi Hutan Pantai Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan garis pantai terluas di Asia
Tenggara (81.000 km). Di sepanjang pantai tersebut ditumbuhi oleh berbagai vegetasi
pantai. Salah satunya adalah vegetasi hutan pantai. Istilah hutan pantai pertama kalidisebutkan oleh Whitford (1911) sebagai salah satu tipe hutan. Kondisi hutan pantai
umumnya berbentuk substrat pasir serta ditemukan beberapa jenis tumbuhan pioneer.
Umumnya lebar hutan pantai tidak lebih dari 50 meter dan tidak jelas batas zonasinya
dengan tipe hutan lainnya serta memiliki tinggi pohon mencapai 25 meter (Goltenboth et
al., 2006).
Soerianegara dan Indrawan (2005) menyebutkan beberapa ciri khas hutan pantai,
antara lain 1) tidak terpengaruh iklim, 2) tanah kering (tanah pasir, berbatu karang, atau
lempung), 3) tumbuh di pantai (tanah rendah pantai), 4) pohon-pohon kadang penuh
dengan epifit antara lain paku-pakuan dan anggrek di Indonesia banyak ditemukan di
pantai selatan Pulau Jawa, pantai barat daya Pulau Sumatera dan Pantai Sulawesi.
Secara umum hutan pantai memiliki keragaman jenis yang rendah. Biasanya di
hutan pantai ditemukan jenis conifer (daun jarum), liana serta tumbuhan (pohon) berbunga
yang disertai dengan kelimpahan Pandanus sp. danBarringtonia sp. Beberapa jenis epifit
juga ditemukan dibatang Barringtonia seperti dari jenis Myrmecodia sp. Di hutan pantai
tidak ditemukan komunitas vertebrata yang spesifik. Meskipun demikian, hutan pantai juga
dijadikan sebagai habitat favorit jenis langka seperti Cacatua sp., Tanygnathus sp., atau
Megapodius sp. dan lain-lain.
Karakteristik suksesi hutan pantai biasanya didahului oleh dominasi tumbuhan
merambat yakni Ipomoea pes-caprae yang selanjutnya disebut dengan formasiPes-caprae.
Di belakang formasi tersebut ditemukan formasi vegetasi inti hutan pantai yakni formasi
Barringtonia. Kedua formasi tersebut tentunya memiliki komunitas tumbuhan yang khas
sebagai penciri dari masing-masing formasi dan ditemukan pada 2 (dua) bahan induk yakni
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
10/42
Page 10 of42
pada pantai berpasir dan pantai berbatu. Pola penyebaran benih beberapa jenis vegetasi
hutan pantai biasanya dibantu oleh air laut (Barringtonia sp., Terminalia catappa dan
Callophyllum inophyllum), burung seperti kelelawar (Terminalia catappa dan
Callophyllum inophyllum) (Mabberley 1990 dalam Monk et al ., 2000) dan Scaevola
taccada (Leenhout, 1959 dalam Whitten et al., 1987) serta dibantu oleh angin seperti pada
jenisHeritiera sp. (Goltenboth et al., 2006).
1. Pantai Berpasir
Pantai berpasir sangat dinamik sesuai dengan kondisi musim. Kondisi musim
sangat berpengaruh terhadap profil pantai, gradient pantai dan ukuran butiran pasir
(Wong, 1981 dalam Wong, 2005). Butiran pasir ada yang terbentuk dari sedimen
volkanik hitam yang ditemukan di pantai Bali, Senggigi Lombok, Davao Bult (yang
berasal dari material peggunungan Apo) (Bird, 1985 dalam Wong 2005). Selain itu,
juga dijumpai jenis butiran pasir yang berasal dari pecahan karang seperti yang
ditemukan di pulau Seribu.
Di Asia Tenggara (termasuk Indonesia), terdapat 2 (dua) formasi vegetasi pantai
berpasir yakni formasi Pes-caprae dan formasi Baringtonia. Formasi Pes-caprae
diambil dari nama jenis herba berbunga ungu, merambat dengan daun tebal seperti
kaki kambing,Ipomoea pes-caprae. Formasi ini biasanya berada pada daerah pasang
tertinggi dan pada semua pantai terbuka di daerah tropika yang sering ditumbuhi
kelompok spesies perintis yang terpisah-pisah, yang masing-masing mungkin
mempunyai kerapatan yang agak rendah. Beberapa di antara tumbuhan ini tumbuh
dari biji yang terapung-apung yang terbawa ombak sampai ke batas pasang surut
tertinggi. Leeuwan (1927) dalam Monk et al (2000) menjelaskan bahwa jenis
Ipomoea pes-caprae biasanya tidak berbuah di tempat yang jauh dari garis pantai,
karena jenis ini tampaknya mengalami penyerbukan olehXylocopa danHymenopteralainnya.
Zona ini memiliki jenis tumbuhan yang mampu tumbuh di tanah yang berkadar
garam (salinitas) tinggi, mempunyai kemampuan menyesuaikan diri pada keadaan
pasir yang kering, terhadap angin, terhadap tanah yang miskin unsur hara dan
terhadap suhu tanah yang tinggi serta memiliki akar yang dalam (Anwaret al., 1984;
Wong, 2005).
Tumbuhan yang biasa ditemukan pada formasi ini adalah 1) jenis-jenis legum,
diantaranya Canavalia maritima dan Vigna marina, 2) rumput-rumputan, diantaranya
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
11/42
Page 11 of42
Cyperus maritima dan 3) semak-semakan yang menjalar di atas pasir, diantaranya
Spinefex littoreus, Andropogon zizanioides dan Thuarea involuta. Marga vegetasi
yang ditemukan dominan pada formasi ini adalah Ipomoea (Convolvulaceae) dan
Canavalia (Fabaceae). Pada kebanyakan pantai di Indonesia ditemukan tegakan
cemara laut (Casuarina equisetifolia) yang berasosiasi dengan formasi pes-caprae
(Monket al., 2000; Wong, 2005). Selain itu juga ditemukan pohon kelapa (Cocos
nucifera) dari famili Palmae yang tumbuh di wilayah pantai. Goltenboth et al.,
(2006) menyebutkan bahwa pohon kelapa merupakan jenis asli dan tumbuh baik di
wilayah Asia Tenggara dan bukan penghuni asli ekosistem pantai. Pada zona ini
sering ditemukan kepiting dan laba-laba. Secara umum, formasi ini ditemukan
hampir di seluruh daerah di Indonesia (Anwar et al., 1984; Whitten et al., 1987;
Whitten et al., 1999; Monket al., 2000; Johns et al., 2006).
Bagi praktisi rehabilitasi pesisir, keberadaan Ipomoea pes-caprae dijadikan
sebagai indikator biologis yang menandakan bahwa lokasi tersebut memiliki
kesesuaian yang tinggi untuk ditanami cemara, nyamplung, bintaro, ketapang, putat
laut, waru dan jenis tanaman pantai lainnya (Wibisono dan Suryadiputra, 2006).
Pengalaman ini telah dilakukan pada kegiatan rehabilitasi pantai pasca tsunami di
Aceh.
Beberapa jenis tumbuh-tumbuhan yang menyusun struktur dan komposisi formasi
Pes-caprae antara lain :
Nama Ilmiah/Jenis Nama daerah Familia
Ipomoea pes-caprae (L.) Sweet. Katang-katang Convolvulaceae
Canavalia maritima Thou. Fabaceae
Vigna marina Kacang laut Fabaceae
Cyperus pedunculatus (R. Br) Kern Teki laut Cyperaceae
Spinifex littoreus Merril Rumput angin Poaceae
Vetiveria zizanioides Akar wangi Poaceae
Sesuvium portulacatrum (L.) L. Gelang laut Aizoaceae
Ischaemum muticum L. Rumput tembaga Poaceae
Formasi Baringtonia, formasi ini merupakan zona terakhir yang berbatasan
dengan tipe ekosistem hutan lainnya, terdapat pada daerah lepas pantai dengan kadar
salinitas agak sedikit rendah. Makin jauh dari tepi pantai ke arah daratan semakin
banyak ditemukan belukar dan pepohonan. Tumbuhan pada zona ini berdaun tebal
dan mengkilap serta didominasi oleh Barringtonia sehingga kemudian disebut
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
12/42
Page 12 of42
dengan formasi Baringtonia. Anwar et al., (1984) menjelaskan bahwaBarringtonia
asiatica sebagai penciri zona ini tidak selalu terdapat di formasi ini. Buah dari
pepohonan pada formasi ini mempunyai kemampuan untuk tetap mengembang di
atas air sehingga mudah terbawa oleh arus laut. Fairchild (1943) dalam Monket al
(2000) menyebutkan buah Barringtonia dapat mengapung selama berminggu-
minggu atau berbulan-bulan tanpa mengalami kerusakan.
Jenis tumbuhan yang menyusun struktur dan komposisi zona ini adalah Butun
(Barringtonia asiatica), nyamplung (Calophyllum inophyllum), ketapang (Terminalia
catappa), Hernandia peltata, Cerbera manghas, Erythrina orientalis, Pongamia
pinnata, Hibiscus tiliaceus, Guettarda speciosa, Morinda citrifolia, Sophora
tomentosa, dan lain-lain. Vegetasi yang lain adalah Euphorbia atoto, Vitex ovata,
Scaevola taccada, Tournefortia argentea, Crinum asiaticum L, Pandanus tectorius
dan Opuntia elatiorMill. Secara umum jenis vegetasi pohon (berkayu) yang tumbuh
di hutan pantai dapat ditemukan di hutan pantai Asia Tenggara. Vegetasi pada zona
ini toleran terhadap hembusan garam (air asin), terhadap tanah yang miskin hara dan
masa kering secara musiman (Anwaret al ., 1984). Fauna yang lazim ditemukan di
zona ini adalah kadal dan penyu.
Zona ini juga rentan terhadap gangguan, terutama aktivitas pengambilan kayu
bakar dan kegiatan eksploitasi lainnya. Formasi Barringtonia biasanya menempati
areal yang tidak luas yaitu 25 - 50 m pada daerah yang landai dan akan berkurang
luasnya di pantai yang terjal dan berbatu-batu. Menurut Sogiarto & Polunin (1981),
area pantai yang tidak terganggu pada formasi ini biasanya ditumbuhi dengan pohon
yang kanopinya dan kehadiran tumbuhan bawah yang cukup rapat. Jika terganggu
dan terbuka, maka biasanya daerah ini ditumbuhi oleh paku-pakuan, rumput, jahe-
jahean dan herba.2. Pantai Curam dan Berbatu
Tipe pantai ini dominan terdapat di wilayah Sulawesi, paparan Sunda, bagian
Selatan Sumatera dan Jawa. Biasanya tipe ini berasosiasi dengan jalur pegunungan
dekat pantai (Wong, 2005). Pantai berbatu dijumpai pada daerah pantai dimana
terdapat batu-batuan keras dan tahan terhadap benturan ombak laut. Tipe pantai ini
biasanya curam sampai ke bawah permukaan laut dan tidak terbentuk satu pantai
yang lebar (Anwaret al., 1984).
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
13/42
Page 13 of42
Menurut Wong (2005) bahwa ada beberapa tipe batuan pantai pada wilayah pantai
berbatu di Indonesia diantaranya 1) granit, ditemukan di Bangka, Belitung, Pulau
Bintan dan kepulauan Riau Lingga, 2) sandstones, ditemukan di Bako (Sarawak), 3)
limestones tua, ditemukan di pulau Kaloatoa di Pantai Flores dan 4) Volcanic rock
ditemukan di pulau Lembeh.
Tipe pantai dengan bentuk batuan cadas umumnya langsung ke laut dan tidak
berpasir serta biasanya tidak kaya dengan vegetasi pantai (Whitten et al., 1999).
Hutan pada pantai ini umumnya tergolong formasi Baringtonnia yang terdiri atas
butun (Barringtonia), cemara (Casuarina), nyamplung (Calophyllum), merbau
(Intsia), ara (Ficus) dan pandan (Pandanus) (Whitten et al., 1999; Goltenboth et al.,
2006).
C. Faktor Habitat Hutan Pantai
Habitat di pesisir pantai sangat menentukan aktivitas hidup makluk hidup baik
tumbuhan maupun hewan. Kondisi habitat sangat dipengaruhi oleh angin kencang dengan
hembusan garam, kadar garam yang tinggi dalam tanah, penggenangan oleh air laut, aerasi
tanah dan stabilitas tempat tumbuh (Ewusie 1990). Goltenboth et al., (2006) menambahkan
bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi habitat diantaranya hembusan garam melalui
udara, temperatur tinggi, kandungan hara rendah dan pergerakan (mobilitas) substrat pasir
yang tinggi. Kondisi ekstrim seperti ini dapat membatasi tanaman yang akan ditanami
maupun yang sudah tumbuh.
1. Hembusan angin dan Garam
Angin yang bertiup dari laut merupakan ciri khas pantai. Angin merupakan
parameter lingkungan penting sebagai gaya penggerak dari aliran skala besar yang
terdapat baik di atmosfir maupun lautan. Angin ini membawa butiran-butiran garam
dari laut yang selanjutnya akan meningkatkan kandungan garam pasir pantai dan akan
mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di wilayah itu. Jumlah terbanyak dari garam
tersebut meresap ke dalam tunas karena abrasi mekanis dan ion kloridanya terkumpul
dalam ujung ranting dan daun sampai kadar yang merugikan. Akibatnya terjadi
nekrosis daun dan menghambat pertumbuhan tanaman yang mempunyai toleransi
yang rendah terhadap garam. Griffiths & Orians (2004) dalam Takle (2006)
menjelaskan bahwa seberapa besar pengaruh garam terhadap pertumbuhan tanaman
sangat dipengaruhi oleh jenis tanaman (tumbuhan).
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
14/42
Page 14 of42
Menurut Ghafoor et al ., (2004) dalam Sopandie (2006) menjelaskan bahwa,
salinitas menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui :
(a) penurunan potensial osmotik larutan tanah sehingga mengurangi ketersediaan air
bagi tanaman, (b) peningkatan konsentrasi ion yang bersifat racun bagi tanaman atau
memacu ketidakseimbangan dalam metabolisme hara, dan (c) perubahan struktur fisik
dan kimia tanah.
Untuk menjaga keseimbangan kadar garam di dalam tanaman, maka tanaman
mempunyai mekanisme toleransi terhadap salinitas. Mekanisme tersebut diantaranya
mekanisme ekslusi dan inklusi. Tanaman yang memiliki mekanisme eksklusi
menyimpan garam dalam konsentrasi yang rendah dalam tajuk karena tanaman
mampu menahan garam di daerah perakaran. Tanaman dengan mekanisme inklusi
akan menyimpan garam dalam konsentrasi tinggi dalam tajuk. Seaman (2004) dan
Pitman & Lauchli (2007) mengelompokkan toleransi tanaman terhadap salinitas baik
secara ekslusi maupun inklusi menjadi toleransi pada tingkat selular, jaringan dan
tanaman.
Bentuk toleransi tanaman terhadap salinitas.
Morfologi Pengurangan jumlah dan ukuran daun, pengurangan jumlah stomata
per satuan luas, peningkatan sukulensi, penebalan kutikula dan lapisan
lilin, peningkatan tyloses serta peningkatan lignifikasi akar
Fisiologis Peningkatan sintesis osmolit kompatibel, penurunan rasio K+/Na+,
peningkatan kompartementasi Na+ ke dalam vakuola, sekresi garam
Biokimia Peningkatan produksi ABA dan peningkatan aktivitas enzim
Molekular Aktivitas gen yang berhubungan dengan selektivitas transport ion dan
integritas membran
Sumber : Seaman (2004) dalam Sopandie (2006)
Selain menghembuskan garam ke daratan, angin juga memiliki gaya yang dapat
melepaskan butiran tanah dari satu tempat ke tempat lain yang baru untuk diendapkan
(deposistion). Kemampuan melepaskan butiran tanah oleh angin sangat dipengaruhi
oleh kondisi kekasaran permukaan tanah dan besar butiran partikel tanah atau pasirnya
(Baveret al., 1976; Troeh et al., 1980 dalam Sukresno, 2007) serta keceptan angin itu
sendiri (Schwab et al., 1981 dalam Sukresno, 2007).
2. Kadar garam dan Unsur Hara dalam tanah/pasir
Kadar garam dalam tanah/pasir berkurang dengan bertambahnya jarak dari laut
sehingga berpengaruh terhadap zona tumbuhan (daya adaptasi terhadap salinitas)
dimana jenis tumbuhan yang tahan (toleran) terhadap kadar garam cenderung terdapat
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
15/42
Page 15 of42
di dekat laut. Unsur hara dalam tanah atau pasir di hutan pantai sangat dipengaruhi
oleh : 1) masukan dari pelapukan mineral, 2) masukan dari atmosfer, 3) akibat
pencucian unsur hara, 4) Siklus flora dan fauna dan 5) mineral yang tersimpan dalam
tanah atau pasir (Ranwell 1972 dalam McLachlan & Brown, 2006). Goltenboth et al.,
(2006) menyebutkan bahwa peningkatan kesuburan tanah dan perbaikan struktur tanah
dapat dilakukan dengan cara ameliorasi bahan organik dan fiksasi nitrogen dari
tumbuhan famili fabaceae (Pongamia pinnata dan Erythrina orientalis) atau
Casuarina equisetifolia.
Sedangkan rantai makanan yang terjadi dalam ekosistem gumuk pasir di daerah
pantai terjadi melalui tiga bentuk yakni melalui pengembalaan ternak (grazers),
pelapukan (detritivores) dan biota dalam tanah (interstitial fauna)
3. Penggenangan sesekali oleh air laut
Tumbuhan pada zona perintis seringkali tergenang oleh air laut akibat aktivitas
ombak. Penggenangan ini akan meninggalkan garam di sekitar daun tumbuhan yang
menambah tegangan air dalam tumbuhan tersebut. Kasus kematian vegetasi pasca
tsunami di Aceh salah satu penyebabnya adalah genangan air laut dalam waktu
beberapa hari dan umumnya penggenangan air laut ini melanda lokasi yang jauh dari
pantai. Penggenangan dengan tingkat salinitas yang sangat tinggi menyebabkan
dedaunan menguning, kering dan gugur dan pada akhirnya akan mengalami kematian.
4. Aerasi dan Porositas tinggi
konsekuensi dari butiran pasir yang besar dan rongga antar butiran yang besar pula
menyebabkan air yang berasal dari hembusan garam maupun dari sumber lain menjadi
cepat terserap ke bawah dengan sedikit yang tertahan untuk dikonsumsi tumbuhan
yang hidup di sekitar pesisir untuk pertumbuhannya. Dengan kondisi ini maka dapat
dikatakan tumbuhan pantai mirip dengan tumbuhan gurun yang tumbuh dalam
lingkungan yang kering. Tumbuhan yang bertahan pada kondisi ini beradaptasi dengan
memanfaatkan air embun pagi atau dengan kemampuan akar untuk menyerap air pada
kedalaman tertentu.
5. Stabilitas tempat Tumbuh
Hal ini terjadi karena aktivitas ombak yang dengan mudah sekali menggerakan
pasir sehingga stabilitas tempat tumbuh tumbuhan tidak mantap. Gerakan ombak dapat
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
16/42
Page 16 of42
menyapu pasir sehingga dapat mengubur tumbuhan. Untuk mengatasi keadaan
tersebut, beberapa jenis tumbuhan cenderung untuk melata (merambat) di atas pasir
dan berakar pada buku-bukunya. Strategi ini juga dapat membantu menahan gumuk
pasir yang dibentuk oleh angin. Contoh tumbuhan : Ipomoea spp., Canavalia
obtusifolia dan C. rosea.
D. Fungsi Hutan Pantai
Selama ini masyarakat Indonesia menganggap remeh fungsi dan manfaat yang
diberikan oleh hutan pantai sehingga banyak menimbulkan situasi dimana sumber alam ini
menjadi terabaikan. Masyarakat Indonesia mulai sadar setelah melihat dan merasakan
manfaat hutan pantai melindungi masyarakat beserta harta milik mereka dari serangantsunami dan bencana pantai lainnya. Masih banyak fungsi dan manfaat lain dari
keberadaan ekosistem hutan pantai yang selama ini telah dirasakan oleh manusia. Masing-
masing fungsi tersebut digolongkan di dalam fungsi fisik, ekologi maupun ekonomi-sosial.
1. Fungsi Fisik Hutan Pantai
Beberapa fungsi hutan pantai yang terkait dengan fisik pantai antara lain :
a. Meredam Pukulan Gelombang Tsunami
Hutan pantai bersama dengan hutan mangrove mampu meredam amukan
gelombang tsunami dengan dua cara yakni, pertama, hutan pantai memecah
gelombang air laut yang datang dan memperlambat kecepatan arus laut dan kedua,
hutan pantai berperan sebagai kanal alami sehingga memperkecil volume air yang
masuk ke wilayah daratan. Hutan pantai juga, menghambat material laut yang
terikut oleh arus gelombang tsunami seperti sampan (perahu), batang kayu dan
kapal kargo serta puing-puing lainnya. Sebagai contoh bagaimana hutan pantai
melindungi masyarakat di daerah Lhok Pawoh, Sawang, Aceh Selatan, yang
selamat dari tsunami karena memiliki padang lamun, pantai berbatu dan terumbu
karang yang masih baik (WIP, 2005). WI-IP (2005) juga menemukan fakta bahwa
Desa Ladang Tuha, Aceh Selatan yang memiliki hutan pantai yang rapat dan
kompak juga selamat dari tsunami. Parameter penting dari hutan pantai yang dapat
mereduksi amukan ombak tsunami adalah ketebalan hutan (forest width),
kerapatan pohon (tree density), umur dan diameter pohon (age and tree diameter),
tinggi (tree height) dan komposisi jenis (species composition) (Forbes and
Broadhead, 2007).
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
17/42
Page 17 of42
b. Mereduksi Terjadinya Abrasi Pantai
Faktor yang menentukan terjadinya abrasi adalah energi arus atau gelombang laut,
kondisi fisik tanah dan tingkat penutupan lahan. Tingkat penutupan oleh vegetasi
pantai menjadi penentu terjadinya abrasi pantai melalui mekanisme pengikatan dan
stabilisasi tanah pantai. Jika abrasi ini tidak dikendalikan selain menyulut
peyusutan laut ke daratan juga mengkatalis terjadinya sedimentasi di sekitar pesisir
pantai
c. Melindungi ekosistem darat dari terpaan angin dan badai sekaligus sebagai
pengendali erosi pasir pantai
Vegetasi pantai dapat melindungi bangunan dan budidaya tanaman pertanian
dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam dengan cara
menghambat kecepatan dan memecah tekanan terpaan angin yang menuju ke
pemukiman penduduk. Mekanisme tersebut terjadi karena pohon-pohon di hutan
pantai umumnya besar (tinggi) dan rindang (Goltenboth et al., 2006). Selain itu,
keberadaan hutan pantai mampu memodifikasi iklim mikro pada daerah yang
kecil dan menekan pergerakan salju, debu dan pasir. Di beberapa negara seperti
Australia, New Zealand, Rusia, Cina dan Amerika Serikat memanfaatkan hutan
pantai untuk melindungi tanaman pertaniannya.
Secara umum pengendalian kecepatan aliran angin dapat dilakukan dengan 2
(dua) cara yakni cara mekanik dan cara vegetatif (Caborn, 1957 dalam Sukresno,
2007). Menurut Brandle et al. (2000) dalam Takle et al. (2006) bahwa ada
beberapa karakteristik vegetasi pantai penting yang berkontribusi terhadap
efektivitas hutan pantai sebagai tanggul angin. Faktor-faktor tersebut adalah tinggi
(Height), kerapatan (density), panjang (length), lebar atau ketebalan (width),
kontinyuitas (continuity), orientasi (orientation) dan bentuk penampang melintang(cross-sectional shape).
d. Sebagai daerah pengontrol siklus air dan proses intrusi air laut.
Mekanisme ini dapat terjadi melalui dua cara yakni dengan mempertahankan
muka air tawar (air tanah) dan mencegah masuknya air pasang ke sungai.
Keberadaan vegetasi di wilayah Pantai akan menjaga ketersediaan cadangan air
permukaan yang mampu menghambat terjadinya intrusi air laut ke arah daratan.
Kerapatan jenis vegetasi di sempadan pantai dapat mengontrol pergerakan
material pasir akibat pergerakan arus setiap musimnya
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
18/42
Page 18 of42
2. Fungsi Ekologi Hutan Pantai
a. Sebagai Habitat Flora dan Fauna
Hutan pantai merupakan habitat hidup berbagai flora dan fauna baik yang
berstatus dilindungi, khas maupun endemik. Berbagai jenis vegetasi yang tumbuh
baik di ekosistem hutan pantai adalah jenis vegetasi dari formasi pes-caprae yaitu
Ipomoea pescaprae, Canavalia maritima, Vigna marina, Spinefex littoreus,
Ischaemum muticum, Cyperus maritima serta dari formasi Barringtonia
diantaranya Barringtonia asiatica, Calophyllum inophyllum, Manilkara kauki,
Intsia bijuga, Terminalia catappa, Hernandia peltata, Cerbera manghas, Erytrina
orientalis, Pongamia pinnata, Hibiscus tiliaceus, Guettarda speciosa, Morinda
citrifolia, Sophora tomentosa, dan lain-lain.
Sedangkan fauna yang hidup di hutan pantai diantaranya harimau sumatera
(Panthera tigris sumatrae), kucing mas (Catopuma temminckii), Gajah Sumatera
(Elephas maximum sumatranus), tapir (Tapirus indicus), Rusa sambar (Cervus
unicolor), Siamang (Hylobates syndactylus), babi hutan (Sus spp.), Badak Jawa
(Rhinoceros sondaicus), Banteng (Bos javanicus), penyu sisik (Eretmochelys
imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu belimbing (Dermochelys
coriacea). Selain itu, juga ditemukan fauna dari jenis reptil seperti biawak
(Varanus salvator), ular sanca (Phyton sp.,), ular edhor (Calloselasma
rhodostoma), primata/kera ekor panjang (Macaca fascicularis) dan burung pantai.
Burung pantai (shorebirds) merupakan sekelompok burung air yang secara
ekologis bergantung kepada kawasan pantai sebagai tempat mereka mencari makan
dan atau berkembangbiak. Di Indonesia, telah diidentifikasi sebanyak 65 jenis dari
214 jenis burung pantai yang ada di dunia.
b. Sebagai Tempat BertelurHutan pantai dijadikan sebagai tempat penting bagi berbagai jenis penyu untuk
bertelur. Salah satu faktor pendukungnya adalah tekstur pasir kwarsa yang
didominasi oleh vegetasi pantai berupa tanaman pandan (Pandanus tectorius).
Hasil penelitian di beberapa pantai menunjukan bahwa sarang-sarang telur penyu
yang padat ditemukan pada persentase penutupan oleh tumbuhan pandan
(Pandanus tectorius) sebesar 40,4-85,2%. Ada sekitar 43 pantai di Indonesia yang
dijadikan tempat untuk bertelur penyu (Jauhari et al. 1999). Bahkan salah satu
kawasan pantai di Indonesia yang merupakan salah satu dari 6 tempat peneluran
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
19/42
Page 19 of42
terbesar di dunia yakni kawasan pantai Jamursba Medi, Sorong (Heng & Chark,
1989 dalam Triantoro & Kuswadi, 2005).
Umumnya penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu belimbing
(Dermochelys coriacea) dan penyu hijau (Chelonia mydas) bertelur di Pantai
Pangumbahan Sukabumi, Suaka Margasatwa Cikepuh (Jawa Barat), Taman
Nasional Kepulauan Seribu, TN. Meru Betiri, TN. Alas Purwo, TN. Komodo, TN
Bunaken, TN Manusela serta TN Cendrawasih. Selain penyu, pantai juga dijadikan
tempat bertelur oleh burung seperti Maleo (Macrocephalon maleo) yang hampir
ditemukan di seluruh pantai di Sulawesi dan Maluku.
c. Jasa kesehatan lingkungan
Hutan pantai juga berfungsi sebagai pengendali pemanasan global dan
perubahan iklim, melalui penyerapan karbon dan memelihara iklim mikro.
Mekanisme tersebut terjadi melalui proses fotosintesis yang terjadi pada daun
tanaman dimana tumbuhan akan menyerap karbondioksida (CO2) dan melepaskan
zat oksigen (O2). Keberadaan oksigen menjadi sangat penting bagi kesehatan
makhluk hidup di bumi termasuk manusia.
d. Estetika daerah Perkotaan
Penanaman pohon pada wilayah perkotaan menjadi sangat penting ditengah
pesatnya konsumsi masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Penanaman vegetasi
pantai seperti jenis cemara laut (Casuarina Equisetifolia) dan bintaro (Cerbera
manghas) sepanjang jalan raya atau ditanam di taman-taman perkantoran.
Keberadaan tanaman tersebut, selain untuk menambah keindahan kota juga
menyerap CO2 dan gas- gas lainnya yang dihasilkan oleh kendaran bermotor. Kita
tahu bersama bahwa kendaraan bermotor menimbulkan kebisingan dan
menghasilkan gas-gas tertentu (memakai bahan bakar fosil) yang berdampaknegatif terhadap lingkungan perkotaan.
3. Fungsi Sosial dan Ekonomi Hutan Pantai
a. Wisata Pantai dan Tempat berkemah
Wisata pantai merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata bahari atau wisata
kelautan. Wisata pantai sendiri didefinisikan sebagai wisata yang objek dan daya
tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape) maupun bentang darat
pantai (coastal landscape). Pada bentang laut dapat dilakukan kegiatan wisata
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
20/42
Page 20 of42
diantaranya berenang (swimming), memancing (fishing), bersampan yang meliputi
mendayung (boating) dan snorkeling, berselancar yang meliputi selancar air (wave
surfing) dan selancar angin (wind surfing), dll. Sedangkan pada bentang darat
kegiatan yang dapat dilakukan berupa olahraga susur pantai, bola volly pantai,
bersepeda pantai, panjat tebing pada dinding terjal pantai (cliff) dan menelusuri gua
pantai. Disamping itu, bermain layanglayang, berjemur, berjalan-jalan melihat
pemandangan, berkuda atau naik dokar pantai merupakan kegiatan lain dari
rekreasi bentang darat pantai.
Umumnya pantai berpasir di Indonesia dijadikan sebagai kawasan pariwisata
pantai yang menarik karena keindahan alamnya, seperti pantai Sanur dan Kuta
(Bali), Pantai Pangandaran, Carita & Pelabuhan Ratu (Jawa Barat), Parang Tritis
(Yogyakarta), Pantai Natsepa & Liang (Maluku). Diharapkan dengan pengelolaan
pariwisata pantai dengan baik dan benar maka akan dapat mendatangkan
pendapatan asli daerah (PAD) yang tinggi serta meningkatkan ekonomi
masyarakat di sekitar kawasan pariwisata.
Selain wisata pantai, kegiatan berkemah juga dapat dilakukan di pantai. Sambil
berkemah, pengunjung dapat mendengarkan deburan ombak laut, kicauan burung
dan makan ikan bakar. Beberapa daerah pantai yang dijadikan sebagai tempat
berkemah yaitu Taman Nasional (TN) Alas Purwo, TN Karimunjawa dan TN
Wakatobi.
Ekowisata penyu pada habitat alami penyu juga menjadi daya tarik tersendiri.
Kegiatan ekowisata yang dapat dilakukan yaitu melihat penyu mendarat pada
malam hari, melihat dan mengamati penyu bertelur, cara pengambilan dan
penanaman telur (penetasan secara semi alami), melihat dan memberi pakan tukik
dalam bak pemeliharaan serta pelepasan tukik.
b. Penghasil bahan baku industri kosmetik dan biodisel
Jenis tumbuhan yang tumbuh di hutan pantai mengandung bahan-bahan kimia
yang dapat digunakan untuk kepentingan industri kosmetik, diantaranya : keben
(Barringtonia asiatica), ketapang (Terminalia catappa), dll. Sedangkan tanaman
pantai yang berpotensi untuk dijadikan sebagai biodisel adalah nyamplung
(Calophyllum inophyllum) dan kranji (Pongamia pinnata Merril). Biji nyamplung
segar mengandung minyak 40-55 %-b dan jika dalam kondisi kering mengandung
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
21/42
Page 21 of42
70-73%-b. Bahan aktif yang terkandung dalam biji nyamplung adalah Inophylum
A-E, Calophylloide dan asid calophynic. Minyak dari biji tanaman nyamplung ini
sudah lama digunakan untuk penerangan di beberapa daerah seperti Maluku.
c. Sebagai Penghasil Obat-obatan
Vegetasi yang tumbuh baik di ekosistem hutan pantai memiliki potensi
ekonomi yang tinggi karena banyak mengandung zat bioaktif tinggi di bidang
kedokteran. Beberapa jenis diantaranya : Calophyllum lanigerumberkasiat untuk
anti virus HIV (sudah dipatenkan oleh USA dan Malaysia), Calophyllum cannum
dan Calophyllum dioscorii untuk anti kanker.
d. Sumber Penghasil Bioenergi
Vegetasi hutan pantai dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bangunan,
kayu bakar, arang, pulp dan kertas, Dll. Contoh : Pongamia pinnata, Calophylum
inophylum, Terminalia catappa, Casuarina equisetifolia, Intsia bijuga dll. Jenis
Casuarina equisetifolia pada umur 7-15 tahun produksi kayu bakarnya dapat
mencapai 37-74 ton per hektar (Sukresno, 2007).
e. Sebagai Tempat Budidaya Pertanian
Anggapan sebagian besar masyarakat Indonesia bahwa lahan pasir tidak dapat
dijadikan sebagai lahan budidaya pertanian karena sulit mengikat air,
penguapannya tinggi, kandungan bahan organik dan unsur hara yang sangat
rendah, ternyata keliru. Hal ini terjawab dengan budidaya pertanian di beberapa
daerah di Indonesia. Budidaya pertanian di lahan pasir di Desa Bugel Kecamatan
Panjatan, Kulon Progo merupakan salah contoh daerah yang telah mengolah lahan
pasir terlantar menjadi lokasi budidaya tanaman cabai, semangka, sayur mayur,kentang, ubi, bawang dan labu. Petani di daerah ini telah menerapkan pertanian
berkelanjutan melalui penerapan teknologi ramah lingkungan dan
mengintegrasikan pertanian dengan peternakan (integrated farming system) dengan
cara mencampur tanah dengan bahan organik sehingga terjadi peningkatan
produksi.
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
22/42
Page 22 of42
f. Mendukung kegiatan penelitian dan pendidikan
Daerah pantai merupakan laboratorium hidup yang sempurna untuk belajar
ilmu lingkungan, geografi, sejarah dan banyak bidang studi lain karena
kompleksitas ekosistem alami yang dimiliki.
g. Kekayaan Sumberdaya Mineral.
Sumber daya mineral terdiri atas tiga kelas yaitu kelas A (mineral strategis :
minyak, gas dan batubara serta bahan-bahan galian radioaktif lainnya; nikel, kobalt
dan timah), kelas B (mineral vital : besi, mangan, bauksit, tembaga, timbal, seng;
emas, platina, perak, dan belerang, dll), serta kelas C (mineral industri : batu
permata, batu setengah permata; pasir kwarsa, kaolin, batu apung, marmer, batu
tulis; batu kapur, dolomit, granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat dan pasir
sepanjang tidak mengandung unsur-unsur golongan a maupun b dalam jumlah
yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
E. Potensi Rumput Laut di Indonesia
Rumput laut atau makro algae sudah sejak lama di Indonesia dikenal sebagai bahan
makanan tambahan, sayuran dan obat tradisional. Rumput laut menghasilkan senyawa
koloid yang disebut fikokoloid yakni agar, al-gin dan karaginan. Pemanfaatannya
kemudian berkembang untuk kebutuhan bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi
dan kedokteran. Potensi rumput laut di Indonesia ikut andil dalam peningkatan pendapatan
masyarakat pesisir antara lain Riau, Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi dan Maluku meskipun masih dalam skala kecil. Kebutuhan
rumput laut dari tahun ke tahun selalu meningkat.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman jenis
rumput laut yang sangat tinggi, bahkan oleh para ahli rumput laut mengatakan sebagai
lumbung rumput laut. Perkembangan kearah industrialisasi rumput laut, Indonesia masih
jauh ketinggalan dengan negara lain seperti Jepang, Korea, Taiwan dan China. Di Indone-
sia sendiri, hasil produksi rumput laut masih sebatas industri makanan dan bahan baku
komoditi ekspor. Dalam upaya pemanfaatan rumput laut sebagai bahan industri makanan,
kosmetik, farmasi, kedokteran dan pertanian masih perlu belajar kepada negara-negara
yang telah ahli dalam pengolahan rumput laut. Oleh karena itu, tindakan kedepan masih
perlu penelitian pemanfaatan rumput laut yang berkesinambungan.
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
23/42
Page 23 of42
Rumput laut di perairan pantai diberbagai daerah di Indonesia sekarang ini telah
mengalami penurunan, terutama kuantitas kehadiran jenis dan panenan tegakan (stand-ing
crops ) berat basah yang diperoleh dalam satu meter kwadrat. Penurunan ini disebabkan
oleh beberapa indikasi yang terjadi didaerah pertumbuhan rumput laut. Salah satu faktor
yang umum yakni adanya pencemaran air yang berasal buangan limbah kota melalui aliran
sungai yang terbawa arus dan tersebar di berbagai perairan pulau-pulau kecil disekitarnya.
Tingkat perusakan yang pal-ing fatal dan bersifat permanen ini, dilakukan oleh para
penambang batu karang masyarakat setempat yang digunakan sebagai bahan bangunan.
Apabila kejadian ini di biarkan terus-menerus, maka akan terjadi erosi pantai serta
hilangnya subtrat rumput laut dan biota lainnya.
1. Sebaran dan Habitat Rumput Laut
Kehadiran rumput laut di perairan Indonesia banyak dijumpai di perairan pantai
yang mempunyai paparan terumbu. Distribusi dan kepadatannya tergantung pada tipe
dasar perairan, kondisi hidrografis musim dan kompetisi jenis (Soegiarto, 1977).
Sebaran rumput laut di berbagai perairan Indonesia mempunyai habitat yang berbeda-
beda yakni substrat berlumpur, grave-pasir kasar dan batu karang. Rumput laut yang
tumbuh menancap di tempat berlumpur atau pasir-lumpuran kebanyakan dari marga
Halimeda, Avrainvillea dan Udotea thallus basal mempunyai karakteristik berubi atau
"Bulbous". Kehadiran jenis ini dapat diketahui dari perairan pantai Kepulauan Riau,
Selat Sunda, Kepulauan Seribu, Karimunjawa dan pulau-pulau di Kalimantan Timur
dan Sulawesi Selatan. Pasir merupakan substrat bagi tempat tumbuh hampir semua
jenis rumput laut dengan cara holfast menancap, menempel atau mengikat partikel-
partikel pasir. Pengikat substrat ini kebanyakan dimiliki oleh marga Caulerpa,
Gracilaria, Eucheuma dan Acanthophora, tumbuh di seluruh perairan pantai di
Indonesia. Substrat batu karang dapat dijumpai pada pulau-pulau yang mempunyai arusderas dan ombak besar dan berfungsi secara tidak langsung untuk menahan erosi
pantai. Rumput laut yang tumbuh dengan cara melekat menggunakan holdfast
berbentuk cakram, kebanyakan berada di daerah tubir, dari marga Gelidium,
Gelidiopsis, Gelidiella, Hypnea, Laurecia, Hormophysa, Turbinaria dan Sargassum.
Catatan hasil penelitian P2O-LIPI menunjukan bahwa sebaran dan habitat rumput laut
di beberapa paparan terumbu di Indonesia, kehadirannya banyak dijumpai di perairan
Selat Sunda, Jawa bagian selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, pulau-
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
24/42
Page 24 of42
pulau di Sulawesi Selatan dan Utara serta perairan Maluku. Rumput laut ini tumbuh
pada perairan pantai yang jernih banyak ombak dan arus deras
2. Produksi Rumput Laut
Di Indonesia, rumput laut yang dihasilkan dari sediaan alami maupun hasil
budidaya, kadang-kadang produksinya menurun yang disebabkan oleh faktor musim
yang tidak menguntungkan dan sering terjadinya serangan hama dan penyakit. Faktor
lain adalah karena keengganan dari petani rumput laut untuk menanam kembali setelah
panen, karena harga jual yang terlalu murah sehingga banyak beralih usaha ke bidang
lain. Kondisi seperti ini juga terjadi pada pulau-pulau terpencil yang potensi produksi
rumput laut alamnya sangat melimpah, bahkan eksploitasi para nelayan pencari rumput
laut alam sangat sedikit. Kedala utama dalam budidaya rumput laut tersebut adalah
sulitnya menjual hasil produksi, sedangkan jika dijual pada pasar lokal tidak laku,
kemudian transportasi antar pulau masih jarang. Penduduk setempat kebanyakan tidak
tertarik dan lebih memilih mecari ikan atau biota lain yang langsung bisa dikonsumsi.
Sejak tahun 1977 kondisi pasang surut produksi rumput laut mulai berubah, sejak
dirintis oleh Lembaga Oseanologi Nasional (LON)-LIPI yang kemudian berganti nama
menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi (P3O)-LIPI dan sekarang
menjadi Pusat Penelitian Oseanografi (P2O)-LIPI. Saat itu LON-LIPI berusaha untuk
meningkatkan produksi rumput laut melalui pilot project dan percobaan budidaya di
Kepulauan Seribu dan Bali. Pola budidaya ini kemudian berkembang di berbagai
daerah seperti Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Utara serta Maluku.
Peningkatan intensifikasi budidaya rumput laut dilakukan kembali pada tahun 1998 -
2000 dilakukan oleh P3O-LIPI kepada para petani rumput laut melalui pelatihan dan
pratek lapangan penanaman rumput laut langsung. Metode yang digunakan dengan
tehnologi tepat guna budidaya rumput laut di berbagai daerah antara lain Lampung,Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lombok, Sumbawa dan Padang. Menurut
Mubaraket al (1998) ar-eal potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut di
perairan Indonesia diperkirakan 8.600 ha. DOTY (1987) produksi untuk jenis
Eucheuma cottonii 74-104 ton/ha/tahun. Dalam kisaran produksi yang umum biasanya
hanya mencapai 15-30 ton/ha/tahun.
Di Indonesia, mempunyai musim panen rumput laut produksi alam sepanjang
tahun, banyak dijumpai didaerah Cilurah - Pandeglang. Hasil panen Gelidium
sepanjang tahun produksinya mencapai 1-3 ton/bulan. Di perairan Jawa bagian selatan,
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
25/42
Page 25 of42
yaitu di daerah pantai Pameungpeuk-Garut panen Gelidium dan Sargassum di musim
kemarau produksinya mecapai 2-3 ton/bulan. Di pulau Bali terdapat di Nusa Penida
dan di Nusa Tenggara Barat. Di Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi panen rumput laut
jatuh pada bulan Agustus Oktober. Sedangkan di Propinsi Maluku hampir sepanjang
tahun.
3. Manfaat Rumput Laut
Di Indonesia, rumput laut sudah sejak lama dikonsumsi secara langsung baik
dimakan mentah sebagai lalap atau dijadikan kue oleh masyarakat Jawa, Bali, NTB,
NTT, Sulawesi dan Maluku. Ada beberapa kelompok rumput laut yang telah dikenal
dalam dunia perdagangan dan telah dimanfaatkan sebagai bahan bakau industri
farmasi, kosmetik, bahan campuran berbagai industri, makanan serta beberapa jenis
yang berkhasiat sebagai bahan obat.
a. Rumput Laut Hijau (Chlorophyta)
Rumput laut hijau dikenal sebagai bahan sayur mayur dengan karakteristik
thalli mengandung khlorofil a, b, lambda, beta, gama, karoten, santhofil dan
thilakoid. Komposisi plastida terdapat pirenoid, dinding sel mengandung
sellulose dan mannan. Persedian makanan didalam thalli berupa kanji (starch),
protein, asam amino dan lemak. Kandungan kimia esensial yang paling
menonjol adalah vitamin C banyak dijumpai dari marga Caulerpa mencapai
1000 - 32001.U/mg dan rumput laut hijau mengandung koloid berkadar rendah
(Dubinsky et al1978). Di bidang peternakan rumput laut hijau sebagai bahan
industri pakan campuran ternak. Di beberapa negara rumput laut ini digunakan
dalam industri makanan yakni sebagai pembungkus makanan dan langsung
dapat dimakan. Di restoran Cina disajikan dalam bentuk segar sebagai sayuran
dan lalap. Kelompok rumput laut hijau dikenal sebagai "Sea vegetable"sebagaiobat anti jamur, anti bakteri dan tekanan darah tinggi (Smith and Yonge1955;
Trono & Ganzon1988).
b. Rumpu Laut Coklat (Phaeophyta)
Rumput laut ini lebih dikenal sebagai penghasil algin dan iodine. Karakteristik
kandungan thalli lebih didominasi oleh pigmen dengan khlorofil a, c, beta
karoten, violassantin dan fucosantin. Plastida terdapat pirenoid dan thilakoid.
Persediaan makanan dalam thalli berupa laminarin (beta 1-3 ikatan glucan).
Dinding sel mengandung asam alginik dan garam alginat. Kandungan koloid
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
26/42
Page 26 of42
yang paling utama adalah algin yang diekstrak dari marga Sargassum,
Turbinaria dan Macrocystis. Koloid algin dalam dunia perdagangan disebut
asam alginik. Algin dalam bentuk derivat garam dinamakan garam alginat
terdiri dari sodium alginat, potasium alginat dan amonium alginat. Garam
alginat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan alkali. Koloid Fucoidin
terdapat dalam Macrocystis danLaminaria dalam bentuk ester dari kandungan
polisacharida dan asam sulflrik. Kandungan koloid algin dalam industri
kosmetik digunakan sebagai bahan pembuat sabun,fomade, cream, body lotion,
sampo dan cat rambut. Di bidang industri farmasi, digunakan sebagai bahan
pembuat pembuat kapsul obat, tablet, salep, emulsifier, suspensi dan stabilizer.
Di bidang pertanian sebagai bahan campuran insektisida dan pelindung kayu,
sedangkan di bidang industri makanan digunakan sebagai bahan saus, dan
campuran mentega. Manfaat lainnya digunakan dalam industri fotografi, kertas,
tekstil dan keramik. Di bidang kesehatan iodine yang terkandung di dalam
rumput laut coklat dari kelompok "Alginofit" dapat digunakan sebagai obat
pencegah penyakit gondok.
c. Rumput Laut Merah (Rhodophyta)
Rumput laut merah ini di kenal sebagai penghasil karagenan dan agar.
Karakteristik thalli mengandung figmen ficobilin dari ficoerithrin yang
berwarna merah dan bersifat adaptasi kromatik. Proforsi pigmen dapat
menimbulkan bermacam-macam warna thalli seperti warna coklat, violet,
merah tua, merah muda, dan hijau. Dinding sel terdapat sellulose, agar,
karagenan, profiran, dan furselaran. Persedian makanan dalam thalli berupa
kanji (floridan starch). Rumput laut merah mempunyai kandungan koloid utama
adalah karagenan dan agar. Karagenan diekstrak dari marga Eucheuma,Gigartina, Rhodimenia dan Hypnea. Koloid agar diekstrak dari Gracilaria,
Gelidium, Gelidiopsis dan Gelidiella. Di dunia perdagangan rumput laut merah
ada dua kelompok yakni karagenofit dan agarofit. Karagenan lebih dikenal
sebagai asam karagenik. Koloid karagenan dalam bentuk derivat garam
dinamakan karagenat terdiri dari potasium karagenat dan calcium karagenat.
Rumput laut merah penghasil agar sering disebut sebagai asam sulfirik atau
asam agarinik. Bentuk derivat garam berupa calcium agarinat, magnesium
agarinat,potasium agarinatdansodium agarinat.
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
27/42
Page 27 of42
1) Kelompok Agaroflt
Kelompok Agaroflt yakni rumput laut merah penghasil koloid agar dan
asam agarinik, diperoleh dari marga utama Gracilaria, Ahnfeltis,
Acanthopeltis, Gelidium, Gelidiopsis dan Gelidiella. Di dunia industri
kelompok ini dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di bidang kedokteran
"Agar"atau sering disebut "Agar Rose" jenis ini digunakan untuk media
biakan bakteri. Di sektor pertanian digunakan sebagai media tumbuh
jaringan tanaman (tissue-culture), sedangkan di bidang kesehatan sebagai
obat anti desentri/diare dan anti gondok.
2) Kelompok Karagenofit
Kelompok karagenofit yakni rumput laut merah penghasil koloid karagenan,
asam karagenik dan garam karagenat. Koloid karagenan mempunyai fraksi
iota dan kappa. Fraksi iota kandungan koloid karagenan larut dalam air
dingin, dapat diperoleh dari jenis Eucheuma spinosum, Eucheuma isiforme
dan Eucheuma uncinatum. Fraksi kappa kandungan koloid karagenan larut
dalam air panas, dapat diperoleh dari jenis Eucheuma cottonii, Eucheuma
edule danAcanthophora. Karagenan dari kelompok ini dimanfaatkan dalam
industri makanan. Karaginan dapat dimanfaatkan seperti algin, sebagai
bahan kosmetik, farmasi, pasta gigi dan salep. Khasiat lain dari marga
Acanthophora dapat digunakan sebagai obat alami anti mikroba dan anti
kesuburan (Wahidulla et al. 1986).
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
28/42
Page 28 of42
BAB III
METODOLOLOGI
A. Prosedur Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara berkelompok sesuai dengan tugas yang telah
dibebankan dalam pembagian tugas sebelum pergi ke lapangan. Pembagian
kelompok didasarkan pada aspek-aspek biota yang memiliki potensi untuk diamati
dari lingkungan sekitar pantai Ujunggenteng kabupaten Sukabumi. Kelompok
pengamatan terbagi menjadi 3 kelompok utama dengan masing memiliki 2 tugas
pengamatan, yaitu kelompok pengamatan tumbuhan khas pantai, kelompok
pengamatan algae, dan kelompok pengamatan hewan (invertebrata dan vertebrata)
laut. Masing-masing kelompok mendapat 1 tugas tambahan yaitu pengamatan
konservasi penyu.
Pengamatan yang dilakukan hanya sekedar mengamati tanpa mengambil
sampel untuk dirusak dan selanjutnya dibuang sembarangan. Pengamatan
keanekaragaman tumbuhan khas pantai dilakukan untuk mengumpulkan jenis
tumbuhan pantai yang ada, dipandu oleh ahli tumbuhan UPI, Drs. H. Eman
Abdurrachman. Pengamatan fauna laut dilakukan pada pantai karang pada kondisi
laut sedang surut, dipandu oleh Dr. H. Ama Rustama, M.Sc. Pengamatan Algae
Laut dilakukan di pantai karang bersama-sama dengan pengamatan kelompok
fauna khas pantai baik invertebrata maupun vertebrata, dipandu oleh Prof. Dr. H
Achmad Munandar, M.Pd.
Pengamatan penyu dilakukan bersama-sama di lokasi penangkaran Penyu di
pantai pangumbahan. Kegiatan ini dipandu langsung oleh petugas balai konservasi
pangumbahan.
B. Instrumen Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan menggunakan instrumen pengamatan antara lain :
- Lembar kerja pengamatan masing-masing kelompok yang sudah dibuat oleh
kelompok yang bersangkutan
- Wawancara yang dilakukan kepada masyarakat sekitar pantai, pegawai balai
konservasi penyu.
- Kunci identifikasi tumbuhan khas pantai dan Kunci determinasi genus alga laut.
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
29/42
A. Keanekaragaman Fl
Keanekaragaman t
lingkungan yang teramati
jenis algae, dan keanekarag
1. Keanekaragaman alga
No Nama Jenis/Genus
1 Ulva lactuca
2 Ulva reticulata
3 Cladophora
4 Valonia
BAB IV
HASIL OBSERVASI
ra (Tumbuhan)
umbuhan yang dapat dijadikan sumber
di pantai Ujunggenteng Sukabumi terdiri da
aman tumbuhan biji khas pantai.
pantai Ujunggenteng
Kelompok alga
Deskripsi Ciri-ci
Hijau
Coklat
Merah
Thalus berbentuk lembarberwarna hijau. Talus tidberkapur, tidak berronggaberupa daun atau pipih te
dari dua lapis sel
Thalus berbentuk lembarberwarna hijau membentseperti jaring.Talus tidak berkapur, tidaberrongga, thallus berupa
atau pipih terdiri dari dusel
Bagian dalam thallus tidaberongga Thallus berbentfilamen yang terdiri dari sderetan sel berseptum, bePercabangan bebas, anak-cabang pendek dengan cacabang lateral yang kadandichotom
Thallus tidak berkapurBagian dalam thallus berThallus terdiri dari satu s(unicellular) yangmenggelembung berbentatau lonjong melekat padbasal. Antara rhizoid & sdibatasi oleh septum
Page 29 of42
pembelajaran dari
ri keanekaragaman
ri Manfaat
n tipis k , thallus
rdiri
SumberMakanan.Produsenekosistem
laut
n tipis k
k
daun
lapis
SumberMakanan.Produsenekosistemlaut
uk
atu cabang.
anak bang- g
SumberMakanan.Produsenekosistemlaut
ngga
l
k bulat sel
l basal
Produsenekosistemlaut
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
30/42
No Nama Jenis/Genus
5 Halimeda
6 Sargassum
7 Turbinaria
8 Padina
9 Gracilaria
Kelompok alga
Deskripsi Ciri-ci
Hijau
Coklat
Merah
Thallus berkapurThallus terdiri dari ruas-dan dan bercabang
Cabang thallus bentuknyadan tidak dichotom, thalluberrhizoma, mempunyai cang bentuknya khusus. D
rongga udara (vesicle) letadan bentuknya bervariasi, tsudah terdiferensiasi berbebatang, daun dan rhizoid
Thallus bersel banyak, metiga bentuk, yaitu bentuk sakar, seperti batang dan sedaun. Daun merupakan beseperti corong, di dalamnyterdapat sebuah rongga udVesicle, daun daun jugamerupakan alat biak(reseptakulum). Reseptaku
tumbuh pada ketiak daun.pelekat merupakan akar decabang-cabang yang pende
melekat pada karang
Thallus pipih berbentuk kiterbuka. Permukaan thalluterdapat daerah-daerah rayang konsentris yang memwarna lebih tua. Thallus bpercabangan dalam satu bibagian bawah thallus menmenyerupai tangkai, berbudengan alat pelekat padat.pada karang atau karang pdengan rhizoid. Warna thacoklat dan coklat tua
Thallus berbentuk silinderpipih, bercabang banyak, cyang tegak ke atas tumbuhcabang yang merebah (rhizSubstrat berupa karang atapasir
Page 30 of42
ri Manfaat
ruas
khusus s tidak
bang aun dan
terpisah hallus tuk
Kandungan
Alginat dapatdimanfaatkan
utk bidang
industri.
punyai perti
erti ntuk a
ara
lum
Alat ngan
k dan
Kandungan
Alginat dapat
dimanfaatkan
utk bidang
industri.
as s but
punyai rcabang;
dang, empit
lu tebal Melekat
asir llus
Kandungan
Alginat dapat
dimanfaatkanutk bidang
industri.
sampai abang
dari oma), u karang
Dapat diolah
menjadi
bahan pangan
dan industri
(Agar-agar)
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
31/42
No Nama Jenis/Genus
10 Rhodymenia
11 Gigartina
12 Acanthophora
13 Codium
2. Keanekaragaman Tum
No Nama Jenis/Genus
1 Pandanus tectorius(Pandanaceae)Pandan laut
Kelompok alga
Deskripsi Ciri-ci
Hijau
Coklat
Merah
Thallus berbentuk pipih, sedaun, dapat bercabang atabercabang. Korteks tebalndari 2 3 lapis sel. Thallustegak pada karang denganpelekat yang berbentuk caatau merebah pada karangperantaraan rhizoma
Thallus berbentuk pipih sedaun, Thallus yang terbaw(tangkai daun) bentuknyasilinder, bercabang; percab
tak teratur dengan anak-ancabang, umumnya bagian tatau ujung atas daun yangmerupakan anak-anak dauPermukaan daun terdapatkecil berupa duri
Sumbu thallus (axis) berbesilinder, bercabang, danpercabangan alternatus. Acabang yang ke arah sampibentuknya seperti duri daberkelompok. Tumbuh teg
merebah pada karang atau
pasir dengan alat pelekatberbentuk cakram, warnamerah.
Thallus tidak berkapur, badalam thallus tidak berongsilinder, berbentuk spons
buhan khas pantai di Ujunggenteng
Kelompok
DeskripsiDikotil
Mono-
kotil
Gymno
sperm
Tumbuhan pengisi vegetasitunjang yang mengelilingi b
membentuk seperti kerucu
dengan pinggir daun berdubuah sawit, kadang berbe
berwarna orange
Page 31 of42
ri Manfaat
perti tak
a terdiri tumbuh
alat ram,
dengan
Dapat diolahmenjadi
bahan pangan
dan industri
(Agar-agar)
erti ah
gak angan
ak epi daun
n.
apilla
Dapat diolah
menjadi
bahan pangan
dan industri
(Agar-agar)
tuk
ak-anak ng
tumbuh ak atau
karang
ang thallus
Dapat diolah
menjadi
bahan pangan
dan industri
(Agar-agar)
ian ga,
Produsen dilingkungan
perairan laut
Ciri-ciri
pantai ini memiliki akar atangnya sehingga kadang
. Daun-daunnya panjang
ri. Buah majemuk seperti ntuk bola. Yang matang
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
32/42
Page 32 of42
No Nama Jenis/Genus
Kelompok
Deskripsi Ciri-ciriDikotil
Mono-
kotil
Gymno
sperm
2 Callophylluminophyllum(Clusiaceae)
Nyamplung
Merupakan pohon besar dan rindang, berkerabat
dengan manggis. Berbatang besar, tidak teratur dan
tidak teratur. Memiliki daun licin, mengkilap ukuran
besar, berurat banyak dan agak kaku. Bunga
berbentuk malai berwarna putih, buahnya berbentukbulat, keras dan licin. Memiliki getah juga.
3 Pongamia pinnata
(Fabaceae)Kibangkong, kipahang
Semak atau pohon bercabang melebar. Daun menyirip
gasal, merah muda saat muda, hijau tua mengkilap di
atas dan hijau pudar dengan urat menonjol di bawah
saat tua; anak daun bulat telur, menjorong atau
melonjong. Perbungaan tandan, berpasang-pasangdengan bunga yang sangat harum; mahkota bunga
putih sampai pink, ungu di dalam. Buahnya polongbertangkai pendek, menyerong-melonjong sampai
menjorong, tidak merekah bila masak, berbiji 1-2. Biji
membulat telur.
4 Crinum asiaticum(Amaryllidaceae)
Bakung
Herba berbatang kokoh dan tegak, berukuran besar,
tinggi sekitar 1 meter dengan posisi daun melingkar,bentuk daun memanjang pipih. Bunga berwarna putih
besar berbau harum
5 Calotropis gigantea(Asclepiadaceae)Biduri
Herba tegak, batang silindris, memiliki getah putih.
Daun berukuran besar, permukaan atas berambut,
bagian bawah berwarna putih. Bunga besar, dengan
jumlah kelopak 5 sepal, mahkota 5 petal, benangsari 5
stamen,
6 Momordica charantia(Cucurbitaceae)Paria, pare
Tanaman merambat. Batang dengan sulur berbentukspiral untuk merambat. Bercabang banyak. Daun
tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm, letak
berseling, bentuknya bulat panjang, dengan panjang
3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkal
berbentuk jantung, warnanya hijau tua. Bungatunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai
panjang, berwarna kuning. Buah bulat memanjang,
dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak
beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit
7 Premna corymbosa(Verbenaceae)
Kiseungeut
Tanaman perdu, dengan daun tunggal agak besarberbentuk oval terbaik, tepi rata agakbergelombang, ujung daun runcing, letaknya
berhadapan silang. Bunga dalam bentukmemayung (corymbus) berwarna putih.
8 Scaevola taccada(Goodeniaceae)Babakoan
Semak tegak atau pohon kecil. Daun berseling,sebagian besar berkumpul di ujung dahan,menyudip sampai membundar telur sungsang.Perbungaan aksilar, percabangan jarang. Bunga
berwarna putih sampai kuning muda. Buah pelokberdaging, putih saat matang, berbiji 2
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
33/42
Page 33 of42
No Nama Jenis/Genus
Kelompok
Deskripsi Ciri-ciriDikotil
Mono-
kotil
Gymno
sperm
9 Ipomoea pes-caprae(Convolvulaceae)Daun tapal kuda/Kangkung laut
Liana bertahun, kadang-kadang membelit, batang
menjalar berrongga, berakar pada ruas-ruasnya. Daun
sering meruncing ke satu sisi, bervariasi, membundar
telur, menjorong, membundar, mengginjal.
Perbungaan terbatas 1 dengan bunga tidak banyak,daun kelopak tidak sama, agak menjangat, mahkota
mencorong, ungu sampai ungu kemerahan.
10 Ischaemum muticum(Poaceae)Rumput tembaga
Rumput yang tumbuh menjalar biasanya bercabang
banyak. daun kecil.
11 Spinifex littoreus(Poaceae)
Rumput angin
Tumbuh di atas pasir pantai. Perawakan agak kaku.Daun berdaging agak kaku tepinya agak berduri.
Bulir-bulir bunga majemuk berbentuk bongkol, bulatseperti bola. Jika sudah matang maka bongkol akan
ditinggal oleh bijinya dan mudah tertiup angin
sehingga mudah melompat-lompat.
12 Tridax procumbens(Kembang Goyang)
Kembang goyang
Herba merambat, dengan daun kecil, tepi daun
bergeiri lebar, bentuk daun oval. Bunga dalambongkol dengan tangkai bunga yang panjang.
13 Terminalia catappa(Combretaceae)
Katapang
Tanaman berbentuk pohon. Batang berbanir pada
pangkal. Daun berseling, bertangkai pendek,
mengumpul pada ujung cabang, biasanya berbentuk
telur sungsang, agak menjorong, mengkilap. Bungaberbulir tumbuh pada ketiak daun. Buah pelok
membulat telur atau menjorong, agak pipih, hijau ke
kuning dan merah saat matang. Buah batu dikelilingi
lapisan daging berair.
14 Wedelia biflora(Asteraceae/Compositae)Seruni
Merupakan herba liar, tumbuh gerombolan. Batang
bersegi dan daun berbentuk oval, tepinya bergerigi.
Ukuran daun panjang maksimal 5 cm lebar maksimal3 cm. Posisi daun berhadapan, bunga berbentuk
bongkol (majemuk) sekerabat dengan bunga matahari.
15 Guettarda speciosa(Rubiaceae)Jati pasir
Susunan daun tunggal, berhadapan. Daun berbentuk
oval besar 15-23 cm (6-9 in) panjang dengan 10-18
cm (4-7 in) lebar. Hijau gelap dan halus di atas
dengan urat menonjol pucat, mereka berbulu halus dibawahnya. Bunga putih muncul dalam kelompok pada
tangkai panjang (6-9 cm) dari axils daun, denganmahkota panjang tabung
16 Eupatorium odoratum(Asteraceae /Compositae)Kirinyuh
Tumbuhan herba dengan bentuk daun oval, pinggir
daun bergerigi, letaknya berhadapan silang.
Perbungaan majemuk. Tumbuhan ini memiliki
kekerabatan yang dekat dengan bunga matahari.
17 Ardisia humilis(Myrsinaceae)Lampeni
Semak atau pohon kecil mencapai tinggi 5-10 m.
Daun membundar telur sungsang sampai oblong
sempit, dengan banyak bintik-bintik kelenjar.Perbungaan tandan di ketiak, berbentuk payungan;
mahkota kemerahan-ungu.
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
34/42
Page 34 of42
No Nama Jenis/Genus
Kelompok
Deskripsi Ciri-ciriDikotil
Mono-
kotil
Gymno
sperm
18 Disopyros sp /Diospyros maritima(Ebenaceae)
Tumbuhan Perdu. Dengan posisi daun berseling. Daun
memiliki tangkai yang pendek, bentuk daun agak
lanset, tepi daun rata, permukaan daun mengkilap.
Bunga muncul di ketiak daun. Daun membundar telur-
menjorong sampai lonjong-lanset. Perbungaanterbatas dengan 3-8 bunga jantan, dan 1-3 bunga
betina. Buah membulat.
19 Mallotus sp(Euphorbiaceae)
Tumbuhan perdu. Daun besar berbentuk oval, agak
berelombang, tepi daun rata. Bunga dalam tandan,
menghasilkan getah
20 Passiflora foetida(Passifloraceae)
Permot
Tumbuhan merambat dari kerabat dari konyal dan
markisa. Bentuk daun seperti jantung, daun agak
berambut. Buah dilindungi semacam serabut, yangbila matang buah berwarna kuning dan dapat dimakan
21 Barringtonia asiatica(Lecythidaceae)Keben/butun
Pohon tumbuh tegak, batang tampak bekas tempelan
daun yang besar. Daun bulat telur sungsang atau
lonjong-membulat telur sungsang. Perbungaan
berbentuk tandan dan letaknya di ujung, jarang di
ketiak, kelopak bunga hijau seperti tabung panjang,
daun mahkota putih, menjorong, benang sari memerah
di ujung, putik memerah di ujung. Buahnya
membundar telur, menirus ke ujung, tetragonal tajam
ke pangkal, bila muda berwarna hijau setelah tua
menjadi coklat
22 Hibiscus tiliaceus
(Malvaceae)Waru laut
Tanaman berbentuk Pohon. Daun agak membulat,
atau bagian atas membundar telur. Bunganya tunggal,terminal, mengkilap, kelopak menggenta, mahkota
besar, kuning dengan ungu menghati, berubah
menjadi oranye-merah.
23 Stachytarpheta indica(Verbenaceae)Pecut kuda / jarong
Terna tahunan, tumbuh tegak, tinggi 50 cm, tumbuh
liar. Daun letak berhadapan, bentuk bulat telur, tepi
bergerigi, tidak berambut. Bunga duduk tanpa tangkai
pada bulir-bulir yang berbentuk seperti pecut, panjang
4-20 cm. Bunga mekar tidak berbarengan, kecil-
kecil warna ungu dan putih
B. Keanekaragaman Fauna (Hewan)
Dalam pengamatan hewan, lebih difokuskan pada keanekaragaman hewan laut.
Beberapa jenis hewan laut yang diperoleh antara lain beberapa hewan dari kelompok
arthropoda, mollusca, echinodermata, coelenterata dan pisces.
Dikarenakan kekurangan instrumen identifikasi, hewan yang diperoleh tidak bisa
teridentifikasi sampai nama jenisnya. Namun berdasarkan pengetahuan yang dimiliki
masing-masing kelompok observasi, pengelompokkan hewan tersebut ke dalam kelompok-
kelompok tersebut lebih berdasarkan pada pengetahuan ciri-ciri umum kelompok hewan
baik arthropoda, echinodermata, mollusca, pisces dan coelenterata.
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
35/42
Page 35 of42
Beberapa contoh Arthropoda yang diperoleh antara lain udang, kepiting, kelumang
dengan karakteristik tubuh memiliki segmen, kaki-kakinya berbuku. Mollusca yang
diperoleh antara lain siput laut, cumi-cumi, beberapa kerang (diperoleh hanya
cangkangnya) yang memiliki karakteristik tubuhnya lunak. Echinodermata yang diperoleh
antara lain, mentimun laut (holothuroidea), bintang ular laut (ophiuroidea), bulu babi
(echinodea), dengan karakteristik tubuh umumnya memiliki duri.
Kelompok pisces mendominasi perairan, namun beberapa oragnisme dari
kelompok yang diperoleh antara lain belut laut berukuran panjang 20 cm dan diameter
tubuh + 1 cm.
C. Konservasi Penyu
Hasil kegiatan kunjungan dan observasi di penangkaran penyu pantai
Pangumbahan Ujunggenteng Sukabumi dilakukan 2 kegiatan, yaitu pelepasan tukik ke laut
dan pengamatan langsung proses penyu bertelur.
1. Pelepasan Tukik ke Laut
Sebelum pelepasan tukik ke lautan lepas, telur penyu ditempatkan di tempat
pengeraman yang aman dari predator. Selama 60-80 hari telur penyu dierami di
dalam pasir yang kondisinya sama dengan tempat asal pengambilannnya. Setelah 60-
80 hari dierami, telur menetas dan berkembang menjadi tukik, selanjutnya dirawat di
tempat perawatan khusus tukik. Proses pelepasan tukik ke lautan dilakukan bersama
petugas balai konservasi penyu pangumbahan. Dilakukan pada sore hari menjelang
malam tanggal 23 Nopember 2012 pukul 17.30 wib, sekitar 150 200 ekor tukik
dilepas ke samudera Hindia. Pada pelepasan tukik ke samudera Hindia ini semua
tukik berhasil mencapai dan tersapu air laut ke tengah samudera. Namun menurut
petugas, tidak semua bahkan hanya sekitar 30% saja yang selamat dari predator danberkembang menjadi penyu dewasa.
2. Pengamatan Penyu Bertelur.
Pengamatan proses penyu bertelur dilakukan dengan berkoordinasi terlebih dahulu
dengan pihak kantor konservasi. Informasi yang diperoleh baik dari literatur maupun
informasi dari petugas bahwa antara bulan Agustus sampai Desember merupakan
musim penyu mendarat dan bertelur dan sebelum kunjungan dilakukan telah banyak
penyu yang mendarat dan bertelur. Proses mendarat dan bertelurnya seekor penyumembutuhkan waktu sekitar 3 sampai 5 jam dari proses mendarat, memilih area
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
36/42
Page 36 of42
bertelur, menggali lubang untuk, bertelur, mengubur telur, membuat lubang
penyamar, recovery dan kembali ke laut.
Foto Proses pelepasan tukik ke lautan lepas (samudera Hindia)
Area pantai yang menjadi pilihan penyu mendarat pun tidak sembarangan pantai.
Pantai yang menjadi tempat penyu mendarat dan bertelur adalah pantai dengan
karakteristik pantai pasir yang sangat halus, bersih, agak sepi jauh dari kebisingan
kendaraan bermotor maupun mesin-mesin yang menghasilkan suara yang dapat
mengganggu dengan vegetasi hutan pantai yang ditumbuhi berbagai flora khas
pantai, diantaranya Guettarda speciosa, Premna corymbosa, Pandanus tectorius,
Calophyllum inophyllum dan lain-lain.
Adapun proses pengamatan terjadi pada malam hari. Sekitar pukul 21.30, pihak balai
konservasi memberikan informasi bahwa petugas lapangan mendapatkan seekor
penyu sedang mendarat dan mempersiapkan diri untuk bertelur. Selama proses ini
tidak diperkenankan menyalakan lampu atau alat yang dapat mengeluarkan cahaya,
ribut/berisik. Hal ini dikarenakan jika hal itu terjadi maka kemungkinan besar akan
kembali ke lautan dan tidak bertelur, karena terjadi gangguan fisiologis yang
disebabkan gangguan instinktifnya.
Proses pengamatan dan pengamanan penyu untuk bertelur dipantau oleh petugas
lapangan dari jarak sekitar 200 m. Pada proses ini petugas hanya mengamati sekitar 1
jam dimana penyu membuat lubang untuk badannya, dan lubang untuk telur-
telurnya. Setalah sekitar 1 sampai 1,5 jam, penyu diprediksi sudah mengeluarkan
telurnya. Fase ini merupakan fase yang aman untuk mendekati dan mengamati proses
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
37/42
Page 37 of42
bertelurnya penyu dengan bebas, karena apapun yang terjadi secara fisiologis telur-
telur penyu siap untuk dikeluarkan, sekalipun ada cahaya, ribut, berisik, penyu akan
menyimpan telurnya sampai habis. Dari hasil identifikasi ciri-ciri penyu yang
bertelur, penyu tersebut merupakan jenis penyu hijau (Chelonia mydas) dengan
ukuran panjang lengkung karapaks sekitar 1,4 meter dan lebar lengkungnya 1 meter.
Kesimpulan bahwa jenis penyu yang bertelur adalah penyu hijau, diperoleh dari ciri-
ciri tubuhnya, terutama karapaksnya yang relatif rata berwarna hitam dengan
campuran warna hijau.
Proses penyu bertelur diperkirakan selesai pukul 23.30 wib. Pada proses bertelur
malam itu, penyu hijau mengeluarkan telur sebanyak 123 telur. Penghitungan
dilakukan oleh petugas balai setelah sekitar 15 menit penyu mengubur telurnya dan
sedikit memaksa penyu untuk segera pergi kembali ke lautan bebas. Petugas
mengumpulkan telur yang dikeluarkan penyu dan memindahkan ke tempat
pengeraman, hal ini dilakukan untuk menghindarkan telur penyu dari pemangsa.
Adapun bentuk telur penyu berbentuk sepreti bola tenis meja.
Berikut beberapa momen yang diabadikan melalui camera digital maupun kamera
handphone.
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
38/42
Beberapa gambar ang berkaitan dengan penyu bertelur di pant
Pada tanggal 23 Nopember 2012
A B
C
D
E
Keterangan :
A - B : Penyu sedang
C : Penyu telah sel
mengubur telu
D : penyu menutu
membuat luba
sebelum pergiE : petugas balai k
mengambil telu
dipindahkan ke
penangkaran/p
Page 38 of42
ai Pangumbahan
ertelur
esai bertelur dan
nya
lubang telur dan
g samaran,
nservasi
r untuk
tempat
engeraman.
-
7/17/2019 Laporan Kuliah Lapangan Ujunggenteng Kls A
39/42
Page 39 of42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Dilihat dari kondisi alam yang ada dan hasil wawancara, perbincangan dengan
masyarakat sekitar pantai Ujunggenteng Kab. Sukabumi, kawasan ini sudah
berubah kondisi alamnya. Pada tahun 70an, wilayah pantai Ujunggenteng
merupakan hutan pantai yang masih alami, akan tetapi saat ini ka