laporan kimia analitik

41
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur- unsur utama lain yang merupakan penyusun boisfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer. Pada kerak bumi, keberadaan fosfor relatif sedikit dan mudah mengendap. Fosfor juga merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan algae, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi tumbuhan dan algae akuatik serta sangat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan. Pada praktikum ini konsentrasi fosfat diidentifikasi menggunakan sebuah metoda Spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari

Upload: chandradewangi

Post on 02-Jan-2016

156 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LAPORAN MODUL 2 KANAL PENGUKURAN FOSFAT

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KIMIA ANALITIK

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Karakteristik

fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang merupakan penyusun boisfer

karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer. Pada kerak bumi, keberadaan fosfor relatif sedikit

dan mudah mengendap. Fosfor juga merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat

tinggi dan algae, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi tumbuhan dan algae

akuatik serta sangat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan.

Pada praktikum ini konsentrasi fosfat diidentifikasi menggunakan sebuah metoda

Spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada

pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang

gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan

detektor fototube.

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel

sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer

ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri

Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi

yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada

berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum

tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.

1.2 Tujuan

Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, diharapkan mahasiswa mampu :

1. Membuat larutan yang dibutuhkan dalam analisa posfat

2. Menganalisis kandungan posfat inorganik terlarut dalam sampel air laut menggunakan

spektrofotometer

Page 2: LAPORAN KIMIA ANALITIK

1.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Hari dan Tanggal : Sabtu, 19 Oktober 2013

Waktu Pelaksanaan : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi Penelitian : Laboraturium Pesisir dan Oseanografi Tropis

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Diponegoro

Page 3: LAPORAN KIMIA ANALITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nutrien

Keberadaan ekosistem yang kompleks, pola aliran arus antar pulau yang dinamis dan

aktifitas di kawasan tersebut mempunyai pengaruh terhadap kandungan nutrien serta pola

sebarannya. Kandungan nutrien di suatu daerah perairan selain berasal dari perairan itu

sendiri juga tergantung pada keadaan sekelilingnya, seperti sumbangan dari daratan melalui

sungaiserta serasah mangrove dan lamun (Tomascik et al, 1997). Nutrien adalah dirujukkan

kepada elemen-elemen, atom-atom, dan ion-ion yang terdapat dalam tanah diserap oleh

organisme laut sebab berpengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup organisme

seperti fitoplankton, terutama nitrat dan posfat. Kedua zat hara ini berperan penting terhadap

sel jaringan jasad hidup organism serta dalam proses fotosintesis. Tinggi rendahnya

kelimpahan fitoplankton di suatu perairan tergantung pada kandungan zat hara di perairan

antara lain nitrat dan posfat meskipun sangat penting namun ketersediaan nutrien nitrogen

dan posfat adalah sangat terbatas (Tomascik et al, 1997).

Nutrien hanya bisa dimanfaatkan pada zona fotik namun beberapa faktor fisik tertentu

menghambat pemanfaatan zat hara ini. Suatu komponen lain diperlukan agar sumber nutrien

yang terdapat jauh di bawah permukaan dapat dimanfaatkan, yaitu mekanisme yang

mengakibatkan percampuran air oleh angin (turbulensi) dan dengan demikian mengangkut

air yang kaya nutrient kea rah zona eufotik (Yannea, 2006).

Nutrien sendiri dibagi menjadi 2 yaitu, makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien

adalah nutrient yang tersebar dilautan dan konsentrasinya melebihi 1ppm denga kata lain

nutrient jenis ini melimpah dilautan.(contoh:C, N, P, O, Si, Mg, K, Na). Mikronutrien adalah

nutrient yang tersebar dilaut dan konsentrasinya kurang dari 1 ppm dengan kata lain nutrient

jenis ini penyebrannya terbatas atau sedikit dilaut (contoh:Fe,Cu, Mn, Ze). Elemen makro

esensial adalah C dan elemen mikro esensial adalaha N, P,Si (Dzul, 2011).

Mikronutrien organik merupakan kombinasi dari beberapa vitamin yang berbeda-beda.

Vitamin tersebut antara lain B12, B1 dan Biotin. Mikronutrien tersebut digunakan

fitoplankton untuk berfotosintesis. Disamping cahaya, fitoplankton juga sangat tergantung

dengan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhannya. Nutrisi-nutrisi ini terutama makronutrisi

Page 4: LAPORAN KIMIA ANALITIK

seperti nitrat, posfat atau asam silikat, yang ketersediaannya diatur oleh kesetimbangan

antara mekanisme yang disebut pompa biologis dan upwelling pada air bernutrisi tinggi dan

dalam. Akan tetapi, pada beberapa tempat di Samudra Dunia seperti di Samudra bagian

Selatan, fitoplankton juga dipengaruhi oleh ketersediaan mironutrisi besi (Dzul, 2011).

Nutrien anorganik utama yang diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang

biak ialah nitrogen (dalam bentuk nitrat NO3-) dan fosfor (dalam bentuk PO3

4-). Nutrien lain,

baik anorganik maupun organik mungkin diperlukan dalam jumlah kecil atau sangat kecil,

namun pengaruhnya terhadap produktivitas tidak sebesar nitrogen dan fosfor. Kedua unsure

ini sangat penting artinya karena kadarnya dalam air laut sangat kecil. Kedua unsur inilah

yang merupakan faktor pembatas bagi produktivitas fitoplankton pada kondisi laut yang

biasa terdapat. Silikon (dalam bentuk silikat, SiO2) dibutuhkan oleh fitoplankton khususnya

kelas diatom untuk pembentukan cangkang (Nybakken, 1992).

Page 5: LAPORAN KIMIA ANALITIK

Nutrien sangat dibutuhkan oleh fitoplankton dalam perkembangannya dalam jumlah besar

maupun dalam jumlah yang relatif kecil. Setiap unsur hara mempunyai fungsi khusus pada

pertumbuhan dan kepadatan tanpa mengesampingkan pengaruh kondisi lingkungan. Unsur

N, P, dan S penting untuk pembentukan protein dan K berfungsi dalam metabolisme

karbohidrat. Fe dan Na berperan dalam pembentukan klorofill, sedangkan Si dan Ca

merupakan bahan untuk pembentukan dinding sel atau cangkang (Isnansetyo & Kurniastuty,

1995).

2.1.1 Fosfat

Fosfor (P) merupakan nutrien penting dalam reaksi biokimia pada tubuh makluk

hidup (Westheimer 1987). Menurut Saeni (1991) senyawa fosfat merupakan salah satu

senyawa esensial untuk pembentuk protein, pertumbuhan alge dan pertumbuhan

organisme perairan. Di perairan alam fosfat terdapat dalam tiga bentuk yaitu fosfat

organic (tidak terlarut), polifosfat (setengah terlarut) dan ortofosfat (terlarut).

Di perairan unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen,

melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan

senyawa organik yang berupa partikulat. Senyawa fosfor membentuk kompleks ion besi

dan kalsium pada kondisi aerob, bersifat tidak larut, dan mengendap pada sedimen

sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh algae akuatik (Jeffries dan Mill dalam Effendi

2003).

Posfat adalah senyawa fosfor yang anionnya mempunyai atom fosfor yang

dilengkapi oleh empat atom oksigen yang terletak pada sudut tetrahedron (PO43).

Posfat di laut berada dalam bentuk Posfat anorganik terlarut, Posfat organik terlarut,

dan patikulat posfat (Levinton, 1984). Fitoplankton secara normal dapat

mengasimilasi secara langsung posfat anorganik terlarut (ion orthophosfat) dan

kadang-kadang menggunakan posfat organik terlarut. Posfat berperan dalam

mentransfer energy dalam sel fitoplankton (misalnya dalam phosphorylation) dari

energy ADP (Adenosine Diphospate) rendah menjadi ATP (Adenosine Triphosphate)

tinngi (Tomasick et al., 1997). Kandungan posfat di perairan laut yang normal

berkisar antara 0.01 - 4 g-at P/L (Ulqodry dkk,. 2009).

Page 6: LAPORAN KIMIA ANALITIK

Damanhuri (1997) menyatakan bahwa kadar fosfat akan semakin tinggi dengan

menurnya kedalaman. Konsentrasi fosfat relatif konstan pada perairan dalam biasanya

terjadi pengendapan sehingga nutrien meningkat seiring dengan waktu karena proses

oksidasi f dan bahan organik. Adanya proses run off yang berasal dari daratan akan

mensuplai kadar fosfat pada lapisan permukaan, tetapi ini tidak terlalu besar.

Penambahan terbesar dari lapisan dalam melalui proses kenaikan masa air.

Keberadaan fosfor diperairan alami biasanya relative kecil, dengan kadar yang

lebih sedikit dari pada kadar nitrogen. Fosfor tidak bersifat toksik bagi manusia, hewan,

dan ikan. Keberadaan fosfor secara berlebihan yang disertai dengan keberadaan nitrogen

dapat menstimulir ledakan pertumbuhan algae di perairan (algae bloom). Algae yang

berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada permukaan air, yang selanjutnya dapat

menghambat penetrasi oksigen dan cahaya mathari sehingga kurang menguntungkan

bagi ekosistem perairan. Pada saat perairan cukup mengandung fosfor, algae

mengakumulasi fosfor di dalam sel melebihi kebutuhannya. Fenomena yang demikian

dikenal istilah konsumsi berlebih (luxury consumption). Kelebihan fosfor yang diserap

akan dimanfaatkan pada saat perairan mengalami defisiensi fosfor, sehingga algae masih

dapat hidup untuk beberapa waktuselama periode kekeurangan pasokan fosfor (Effendi

2003).

Berdasarkan kadar fosfat total, perairan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:

perairan dengan tingkat kesuburan rendah yang memiliki kadar fosfat total berkisar

antara 0 – 0.02 mg/liter; perairan dengan tingkat kesuburan sedang memiliki kadar fosfat

0.021 – 0.05 mg/liter; dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi, memiliki kadar

fosfat total 0.051 – 0.1 mg/liter (Effendi, 2003) .

Fosfor merupakan bagian protoplasma yang penting, cenderung “beredar”,

senyawa-senyawa organik terurai dan akibatnya menghasilkan fosfat yang kembali

tersedia bagi tumbuh-tumbuhan. Reservoir yang tersbesar dari fosfor adalah bukan

udara, melainkan batu-batuan atau endapan-endapan lain yang telah terbentuk pada

abad-abad geologis yang telah lalu. Dan semua itu berangsur-angsur  terkikis,

melepaskan fosfat kedalam ekosistem-ekosistem, tetapi banyak juga yang lepas kedalam

laut, dimana sebagian dari padanya di endapkan dalam sedimen-sedimen dangkal, dan

sebagian lagi hilang ke sedimen-sedimen yang lebih dalam. Cara-cara pengendalian

Page 7: LAPORAN KIMIA ANALITIK

fosfor kedaurnya sekarang atau yang ada kurang mencukupi untuk mengganti yang

hilang (Odum, 1993).

Fosfor tidak bergerak secara merata dan lancar dari organisme ke lingkungan dan

kembali ke organisme. Umumnya laju pengambilan lebih cepat dari pada laju pelepasan.

Tumbuh-tumbuhan siap mengambil fosfor dalam keadaan gelap maupun keadaan-

keadaan lain apabila mereka tidak dapat mempergunakannya. Selama periode

pertumbuhan yang cepat dari produsen-rodusen yang sering kali terjadi dalam musim

semi, semua fosfor yang tersedia sudah terikat dalam produsen-produsen dan konsumen-

konsumen. Konsentrasi fosfor pada sesuatu saat dapat mempunyai sedikit hubungan

dengan produktifitas ekosistem. Tingkat yang rendah dari fosfat yang larut berarti bahwa

sistemnya dimiskinkan atau sistemnya secara metabolisme sangat giat, hanya dengan

pengukuran laju dari pemasukan keadaan sebenarnya dapat ditentukan (Odum, 1993).

2.1.2 Sumber Fosfat di Perairan

Fosfor merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam

pertumbuhan tanaman. Fosfor tidak terdapat secara bebas di alam. Fosfor ditemukan

sebagai fosfat dalam beberapa mineral, tanaman dan merupakan unsur pokok dari

protoplasma. Fosfor terdapat dalam air sebagai ortofosfat. Sumber fosfor alami dalam air

berasal dari pelepasan mineral-meneral dan biji-bijian (Bausch, 1974).

Reservoir yang besar dari posfat bukanlah udara, melainkan batu-batu atau

endapan-endapan sedimen lain (Ulqodry dkk,. 2009). Posfat yang ada di batuan ini akan

ditranspor ke laut melalui run off ataupun saat terjadi hujan. Selain dari sedimen adalah

deposit fosfor, industri, limbah domestik, aktivitas pertanian dan pertambangan batuan

posfat serta penggundulan hutan (Ruttenberg 2004). Fosfor di perairan dan sedimen

berada dalam bentuk senyawa posfat, yang terdiri atas posfat terlarut dan posfat

partikulat. Posfat terlarut terbagi atas posfat organik (dissolved organic phosphate, DOP)

dan posfat anorganik (dissolved inorganic phosphate, DIP), yang terdiri atas ortoposfat

dan poliposfat (McKelvie 1999).

Page 8: LAPORAN KIMIA ANALITIK

Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme 

untuk pertumbuhan dan sumber energi. Fosfor di dalam air laut, berada dalam bentuk

senyawa organik dan anorganik. Dalam bentuk senyawa organik, fosfor dapat berupa gula

fosfat dan hasil oksidasinya, nukloeprotein dan fosfo protein. Sedangkan dalam bentuk

senyawa anorganik meliputi ortofosfat dan polifosfat. Senyawa anorganik fosfat dalam air

laut pada umumnya berada dalam bentuk ion (orto) asam fosfat (H3PO4), dimana 10%

sebagai ion fosfat dan 90% dalam bentuk HPO42-. Fosfat merupakan unsur yang penting

dalam pembentukan protein dan membantu proses metabolisme sel suatu organisme

(Hutagalung et al, 1997).

Sumber fosfat diperairan laut pada wilayah pesisir dan paparan benua adalah

sungai. Karena sungai membawa hanyutan sampah maupun sumber fosfat daratan

lainnya, sehingga sumber fosfat dimuara sungai lebih besar dari sekitarnya. Keberadaan

fosfat di dalam air akan terurai menjadi senyawa ionisasi, antara lain dalam bentuk ion

H2PO4-, HPO4

2-, PO43-. Fosfat diabsorpsi oleh fitoplankton dan seterusnya masuk kedalam

rantai makanan. Senyawa fosfat dalam perairan berasal daari sumber alami seperti erosi

tanah, buangan dari hewan dan pelapukan tumbuhan, dan dari laut sendiri. Peningkatan

kadar fosfat dalam air laut, akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi (blooming)

fitoplankton yang akhirnya dapat menyebabkan kematian ikan secara massal. Batas

optimum fosfat untuk pertumbuhan plankton adalah 0,27 – 5,51 mg/liter (Hutagalung et

al, 1997).

Sumber fosfor di perairan dan sedimen adalah deposit fosfor, industri, limbah

domestik, aktivitas pertanian dan pertambangan batuan fosfat serta penggundulan hutan

(Ruttenberg 2004). Phillips et al. (1993) mengemukakan bahwa senyawa P dalam

perairan dapat berasal dari limbah penduduk, limbah industri dan limbah pertanian. Di

daerah pertanian ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai

melalui drainase dan aliran air hujan.

Posfat dapat ditemukan di bumi di dalam air, tanah dan sedimen. Tidak seperti

senyawa materi lain siklus fosfor tidak dapat ditemukan di udara yang mempunyai

tekanan tinggi. Hal ini karena fosfor biasanya cair pada suhu dan tekanan normal. Hal

ini terutama melakukan siklus kembali melalui air, tanah dan sedimen. Dalam suasana

siklus fosfor terutama dapat ditemukan sebagai partikel debu yang sangat kecil. bergerak

Page 9: LAPORAN KIMIA ANALITIK

perlahan-lahan dari endapan di darat dan di sedimen, organisme hidup, dan jauh lebih

lambat daripada kembali ke tanah air dan sedimen (Putra, 2010).

Sumber : www.scribd.com

2.1.4 Peranan Fosfat di Perairan

Posfat adalah bentuk fosfor yang dimanfaatkan oleh tumbuhan di dalam perairan.

Posfat di laut berada dalam bentuk Posfat anorganik terlarut, Posfat organik terlarut, dan

patikulat posfat (Levinton, 1984 ; Parsons et al., 1984). Fitoplankton secara normal

dapat mengasimilasi secara langsung posfat anorganik terlarut (ion orthophosfat) dan

kadang-kadang menggunakan posfat organik terlarut. Posfat berperan dalam mentransfer

energy dalam sel fitoplankton (misalnya dalam phosphorylation) dari energy ADP

(Adenosine Diphospate) rendah menjadi ATP (Adenosine Triphosphate) tinngi

(Tomasick et al., 1997). Selain berguna dalam fotosintesis, posfat juga mampu

memberikan pertahanan alkalinitas pada perairan laut.

Di laut dalam kebanyakan posfat berbentuk inorganik. Di musim dingin hampir

semua posfat adalah inorganik. Variasi di perairan pantai terjadi karena proses upwelling

Page 10: LAPORAN KIMIA ANALITIK

dan kelimpahan fitoplankton apabila tidak diimbangi dengan faktor lain seperti oksigen

terlarut dan nitrogen akan mengakibatkan blooming fitoplankton yang tidak terkendali

sehingga berdampakm negative pada lingkingan. Pencampuran yang terjadi di

permukaan pada musim dingin dapat disebabkan oleh bentuk linier di air dangkal.

Setelah musim dingin dan musim panas kelimpahan posfat akan sangat berkurang.

Ketika posfat di badan air berlebih, posfat akan kembali terdeposisi ke dalam pori

sedimen melalui berbagai proses antara lain sedimentasi, adsorpsi dan presipitasi

(Willams & Mayer 1972; Carignan 1982; Carignan & Kalff 1982; Riber 1984; Young &

Comstock 1986). Dengan demikian, sedimen memiliki peranan penting terhadap proses

eutrofikasi karena sedimen pada suatu perairan bertindak sebagai sumber dan sekaligus

sebagai penampung posfat. Oleh karena itu, untuk memonitor dan mengkontrol

eutrofikasi di badan air perlu dikaji interaksi antara sedimen dan badan air dengan

mengukur konsentrasi dan mengkarakterisasi spesies senyawa posfat di sedimen yang

berpotensi menjadi sumber posfat bagi alga di badan air. Akan tetapi, analisa posfat

organik dan poliposfat dari sampel sedimen maupun air sering tidak menyatakan

keadaan yang sebenarnya karena sifat senyawa posfat organik dan poliposfat serta sifat

sedimen yang mudah berubah karena perubahan suhu, pH dan konsentrasi oksigen.

Untuk menghindari perubahan fisik dan kimia dari sampel maka analisa seharusnya

dilakukan secara in situ. (Willams & Mayer 1972)

Kelebihan fosfat di perairan menyebabkan peristiwa peledakan pertumbuhan alga

(eutrofikasi) dengan efek samping menurunnya konsentrasi oksigen dalam badan air

sehingga menyebabkan kematian biota air. Disamping itu, alga biru yang tumbuh subur

karena melimpahnya fosfat mampu memproduksi senyawa racun yang dapat meracuni

badan air. Meskipun konsentrasi fosfat di badan air dikurangi, eutrofikasi masih dapat

terjadi karena adanya mobilisasi fosfat dari sedimen melalui proses fisika, kimia dan

biokimia (Bostrom et al. 1988).

Ketika fosfat di badan air berlebih, fosfat akan kembali terdeposisi ke dalam pori

sedimen melalui berbagai proses antara lain sedimentasi, adsorpsi dan presipitasi

(Willams & Mayer 1972; Carignan 1982; Carignan & Kalff 1982; Riber 1984; Young &

Comstock 1986).

Page 11: LAPORAN KIMIA ANALITIK

Menurut Ryding dan Rast (1989) dan Kibra et al. (1996) kadar fosfat yang tinggi

dalam perairan melebihi kebutuhan normal organisme akan menyebabkan eutrofikasi

yang memungkinkan plankton berkembang dalam jumlah yang melimpah kemudian

akan menyebabkan kematian.

Page 12: LAPORAN KIMIA ANALITIK

III. MATERI METODE

3.1 Alat dan Bahan

Tabel 1. Alat dan Bahan

Nama Gambar Kegunaan

Spektrofotometer

UV-Vis

Alat untuk menguji absorbansi dari

suatu larutan dengan konsentrasi

yang berbeda- beda

Gelas beker 50

ml

Untuk menempatkan larutan setelah

dihomegenisasi

Cuvet Wadah larutan, yang kemduian

untuk diuji didalam spektofoto-

meter

Pipet gondok 1

ml, 2ml, 5 ml, 10

ml

Untuk mengambil larutan dengan

volume tertentu

Labu ukur 100 ml Wadah larutan sekaligus tempat

untuk dilakukannya homogenisasi

Page 13: LAPORAN KIMIA ANALITIK

Tabung ( 2) Wadah larutan sebelum

dipindahkan ke kuvet

Air AC Sebagai pengencer larutan dan

untuk mencuci alat yang telah

digunakan agar steril kembali

Larutan mix

reagen

Sebagai reagen campuran

Larutan standar

posfat

Sebagai larutan standar

Vacuum pump

Alat untuk menjalankan filter

holder

Filter Holder

Alat untuk menyaring padatan

tersuspensi yang terkandung pada

air

Page 14: LAPORAN KIMIA ANALITIK

3.2 Metode

1. Membuat larutan blank

o Masukkan 100 ml air AC ke dalam labu ukur

o Menuangkan 50 ml air AC dari labu ukur ke dalam gelas beker

o Kemudian masukkan 10 ml air AC dari gelas beker ke dalam tabung

o Menambahkan 1 ml larutan mix reagen ke dalam tabung, kocok pelan

o Mendiamkan larutan selama 15 menit

o Tahap akhirnya yaitu menuangkan 10 ml air AC dari gelas beker ke dalam

cuvet

2. Membuat larutan standar 3 ml, 9 ml, 15 ml, 30 ml

Mengambil 3 ml larutan standar posfat dengan pipet gondok, kemudian

masukkan ke dalam labu ukur

Menambahkan air AC ke dalam labu ukur sampai batas tera dan lakukan

homogenisasi

Menuangkan 10 ml larutan standart posfat ke dalam tabung

Menambahkan 1 ml larutan mix reagen kedalam larutan standart posfat

kemudian dikocok pelan

Mendiamkan larutan dalam tabung selama 15 menit

Menuangkan larutan 10 ml dari tabung ke dalam cuvet

Lakukan langkah seperti di atas untuk membuat larutan 5 ml, 3 ml, 1 ml

dengan mengganti volume pewarna yang dimasukkan sesuai konsentrasi yang

dibutuhkan untuk diuji absorbansinya menggunakan spektrofotometer dengan

panjang gelombang 885 nm.

Page 15: LAPORAN KIMIA ANALITIK

3.3 Diagram Alir Praktikum

1. Membuat larutan blank

Air AC dimasukkan kedalam labu ukur sebayak 100ml

Tuangkan 50 ml Air AC dari labu ukur ke gelas beker

Tuangkan Air AC yang berada pada labu ukur ke tabung

Pindahkan Air AC yang didalam tabung ke kuvet

Mulai

Selesai

Page 16: LAPORAN KIMIA ANALITIK

2. Membuat larutan standar 3 ml, 9 ml, 15 ml, 30 ml

- Membuat larutan standar 3 ml

Ambil 3 ml larutan standart posfat

dengan pipet gondok

Masukkan dalam labu ukur

Menambahkan air AC sampai batas

tera

Lakukan homogenisasi

Ambil 10 ml yg telah dihomogenisasi

masukkan dalam tabung

Tambahkan 1 ml larutan mix reagen

lalu kocok pelan

Diamkan larutan dalam tabung

selama 15 menit

Pindahkan larutan dari tabung ke

kuvet

Mulai

Selesai

Page 17: LAPORAN KIMIA ANALITIK

- Membuat larutan standar 9 ml

Ambil 9 ml larutan standart posfat

dengan pipet gondok

Masukkan dalam labu ukur

Menambahkan air AC sampai batas

tera

Lakukan homogenisasi

Ambil 10 ml yg telah dihomogenisasi

masukkan dalam tabung

Tambahkan 1 ml larutan mix reagen

lalu kocok pelan

Diamkan larutan dalam tabung

selama 15 menit

Pindahkan larutan dari tabung ke

kuvet

Mulai

Selesai

Page 18: LAPORAN KIMIA ANALITIK

- Membuat larutan standar 15 ml

Ambil 1 ml larutan standart posfat

dengan pipet gondok

Masukkan dalam labu ukur

Menambahkan air AC sampai batas

tera

Lakukan homogenisasi

Ambil 10 ml yg telah dihomogenisasi

masukkan dalam tabung

Tambahkan 1 ml larutan mix reagen

lalu kocok pelan

Diamkan larutan dalam tabung

selama 15 menit

Pindahkan larutan dari tabung ke

kuvet

Mulai

Selesai

Page 19: LAPORAN KIMIA ANALITIK

- Membuat larutan standar 30 ml

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ambil 30 ml larutan standart posfat

dengan pipet gondok

Masukkan dalam labu ukur

Menambahkan air AC sampai batas

tera

Lakukan homogenisasi

Ambil 10 ml yg telah dihomogenisasi

masukkan dalam tabung

Tambahkan 1 ml larutan mix reagen

lalu kocok pelan

Diamkan larutan dalam tabung

selama 15 menit

Pindahkan larutan dari tabung ke

kuvet

Mulai

Selesai

Page 20: LAPORAN KIMIA ANALITIK

4.1 Hasil

Berdasarkan prak tikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Data hasil pengamatan

Tabel2. Data pengamatan nilai absorbansi

Larutan yang diamati

(100 µm)

Nilai

absorbansi

Panjang

gelombang (nm)

Volume

Larutan standar

Larutan Blank 0 883 0

Larutan standar 1 0.013 883 3

Larutan standar 2 0.036 883 9

Larutan standar 3 0.062 883 15

Larutan standar 4 0.138 883 30

Larutan Sampel 0.047 883 10

R2 0.9892

Persamaan garis

regresi

y = 0.0044x + 0.001

b. Perhitungan

Larutan Standar 1

D1 : V1 = 3 ml

V2 = 100 ml

N1 = 30 µm = 3 . 10-6 mol

D2 : N2 … ?

D3 : V1.N1 = V2.N2

3 ml . 3 . 10-6 mol = 100 ml . N2

Page 21: LAPORAN KIMIA ANALITIK

N2 =3 ml

100 ml . 3 . 10-6 mol

N2 = 9. 10-8 mol

Larutan Standar 2

D1 : V1 = 9 ml

V2 = 100 ml

N1 = 30 µm = 3 . 10-6 mol

D2 : N2 … ?

D3 : V1.N1 = V2.N2

9 ml . 3 . 10-6 mol = 100 ml . N2

N2 =9ml

100 ml . 3 . 10-6 mol

N2 = 27 x 10-8 mol

Larutan Standar 3

D1 : V1 = 15 ml

V2 = 100 ml

N1 = 30 µm = 3 . 10-6 mol

D2 : N2 … ?

D3 : V1.N1 = V2.N2

15 ml . 3 . 10-6 mol = 100 ml . N2

N2 =15 ml

100 ml . 3 . 10-6 mol

N2 = 45 x 10-8 mol

Larutan Standar 4

D1 : V1 = 30 ml

V2 = 100 ml

N1 = 30 µm = 3 . 10-6 mol

D2 : N2 … ?

D3 : V1.N1 = V2.N2

10 ml . 3 . 10-6 mol = 100 ml . N2

N2 =30 ml

100 ml . 3 . 10-6 mol

N2 = 9 . 10-7 mol

Page 22: LAPORAN KIMIA ANALITIK

Grafik

0 5 10 15 20 25 30 350

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

f(x) = 0.00443189368770764 x + 0.00104916943521596R² = 0.989248741617361

Absorbansi

AbsorbansiLinear (Absorbansi)

Grafik 1. Grafik Absorbansi

4.2 Pembahasan

Pada praktikum Kimia Analitik modul 2 tentang pengukuran posfat inorganik terlarut,

praktikan diminta untuk membuat larutan yang akan digunakan dalam praktikum. Larutan

tersebut terdiri atas larutan standar posfat dengan volume masing- masing (0 ml, 3 ml,9 ml,

15 ml, dan 30 ml ) yang kemudian masing-masing ditambahkan 1 ml larutan mix reagen.

Fungsi penambahan larutan mix reagen adalah untuk mereduksi posfat menjadi molybdenum

biru. Jumlah kompleks biru molybdenum terbentuk sebanding dengan konsentrasi posfor

yang ada dalam air laut sebagai ortophosfat. Intensitas yang terbentuk kemudian dilakukan

dengan mengabsorbansi enggunakan spektrofotometer yang panjang gelombangnya

meyesuaikan warna pada yang di pancarkan posfat (biru) yaitu 883 nm agar posfat dapat

terdeteksi. Hasil yang didapat yaitu pada volume 0 ml nilai absorbansinya adalah 0, volume

0 digunakan sebagai Larutan blank yang berperan sebagai pembanding antara larutan standar

dengan volume tertentu pada saat dimasukkan dalam spektrofotometer. Selanjutnya pada

volume 3 ml nilai absorbansinya adalah 0,013 ; volume 9 ml nilai absorbansinya 0,036 ;

volume 15 ml nilai absorbansinya 0,062 dan pada volume 30 ml nilai absorbansi sebesar

0,138.

Pengukuran pospat di air sangat penting bila dibandingkan dengan total pospat karena

pengukuran pospat di air tidak terpengaruh oleh partikel-partikel zat lainnya sehingga bila

Page 23: LAPORAN KIMIA ANALITIK

dilakukan pengukuran menghasilkan akurasi yang baik. Sedangkan pada total pospat masih

mengandung partikel-partikel lainnya sehingga bila dilakukan pengukuran menghasilkan

akurasi yang kurang sesuai.

Nilai absorbansi dari kelima konsentrasi larutan standar posfat yang berbeda selanjutnya

dibuat kurva standar dengan menghitung persamaan garis antara konsentrasi dengan

absorbannya. Data yang diperoleh hasil absorbansi spektrofotometer sebagai berikut :

Larutan yang diamati

(100 µm)

Nilai

Absorbansi

Panjang

gelombang (nm)

Volume

Larutan standar

Larutan Blank 0 883 0

Larutan standar 1 0.013 883 3

Larutan standar 2 0.036 883 9

Larutan standar 3 0.062 883 15

Larutan standar 4 0.138 883 30

Air Sampel 0.047 883 10

R2 0.9892

Persamaan garis

regresi

y = 0.0044x + 0.001

Metode yang digunakan dalam percobaan ini menghitung persamaan garis dengan metode

grafik, absorban sebagai sumbu x dan konsentrasi pewarna sebagai sumbu y. Sehingga

persamaan garisnya adalah y = 0.0044x + 0.001 dan r = 0.9892. Dalam kurva hasil

absorbansi terlihat garis linier yang signifikan dimana semakin besar konsentrasi semakin

besar pula niali absorbansi, hal ini menggambarkan kurva kalibrasi yang benar. Nilai regresi

juga didapatkan 0.9892 dimana nilai tersebut mendekati nilai 1 sehingga dapat dikatakan

pengukuran kandungan posfat inorganic terlarut kelompok 5 berhasil.

Kandungan fosfat di perairan laut yang normal berkisar antara 0.01 - 4 g-at P/L (Ulqodry

dkk,. 2009). Fosfat merupakan unsure hara terpenting untuk pertumbuhan fitoplankton.

Page 24: LAPORAN KIMIA ANALITIK

Kadar fosfat yang optimal untuk pertumbuhan fitoplankton adalah 0,27 mg/l – 5,51mg/l.

Fosfat merupakan factor pembatas dibawah 0,02 mg/l (Mackentum, 1969 dalam Haerlina,

1978).

V. KESIMPULAN

Page 25: LAPORAN KIMIA ANALITIK

1) Mahasiswa telah mampu membuat larutan standar dalam analisa posfat berbagai macam

konsentrasi yang berbeda-beda dari satu laturan sampel yang sama melalui proses

pengenceran, dan dengan volume awal yang berbeda-beda, yakni 0 ml, 3 ml, 9 ml, 15 ml

dan 30 ml.

2) Mahasiswa mampu menganalisis kandungan posfat inorganik terlarut dalam sampel air

dengan menggunakan spektrofotometer.

3) Konsentrasi dan nilai absorbansi pada larutan tersebut yaitu :

Larutan blank memiliki konsentrasi 0 dan nilai absorbansi juga 0.

Larutan standar 3 ml memiliki konsentrasi 1,8 µm dengan nilai absorbansi 0,013.

Larutan standar 9 ml memiliki konsentrasi 5,4 µm dengan nilai absorbansi 0,036.

Larutan standar 15 ml memiliki konsentrasi 9 µm dengan nilai absorbansi 0,062.

Larutan standar 30 ml memiliki konsentrasi 18 µm dengan nilai absorbansi 0,138

Larutan tersebut memiliki hasil R2 yaitu 0,9892 dengan persamaan garis regresi y =

0,0044x + 0,0001.

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: LAPORAN KIMIA ANALITIK

Ahmad Gulbuddin Dzul. 2011. http://dzuloceano.blogspot.com/2011/11/resume-nutrien.html. Di

akses pada Rabu, 23 Oktober 2013 Pukul 17.00 WIB

Bostrom BJ. M Andersen, S Fleischer & M. Jansson 1988. Exchange of Phosphorus Across the

Sediment-Water Interface. Hydrobiologia 170: 229-244.

Carignan R. 1982. An Empirical Model to Estimate the Relative Importance of Roots in

Phosphorus Uptake by Aguatic Macrophytes. Can. J. Fish. Aquat. Sci. 39: 243-247.

Dharma. 2010. Siklus fosfor di alam. http://dhamadharma.wordpress. com/2010/02/11/siklus-

fosfor-di-alam/ . diakses pada tanggal 22 Oktober 2013, pukul 20.00 WIB, Semarang.

Diianadia. 2010. Siklus fosfor. http://www.slideshare.net/diianadia/siklus-fosfor . diakses pada

tanggal 22 Oktober 2013, pukul 20.00 WIB, Semarang.

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius

Hutagalung, Horas P, Deddy Setiapermana, dan Hadi Riyono. 1997. Metode Analisis Air Laut,

Sedimen, dan Biota. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Isnansetyo Alim dan Kurniastuty (1995),Teknik Kultur Phytoplankton Zooplankton. Pakan Alam

untuk pembenihan organism laut, Kanisius,Yokyakarta.

Levinton, J. S., 1982. Marine Ecology. Printice – Hall inc.

Mahadewa, Putra. 2010. Fosfat.  http://wwwputramahadewa.wordpress.com/2010/06/01/fosfat/.

diakses pada tanggal 22 Oktober 2013, pukul 20.00 WIB, Semarang.

Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologi. Alih bahasa oleh M. Eidman,

Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo & S. Sukarjo. Gramedia . Jakart. 459 hal.

Odum, Eugene P. 1993. Dasar – Dasar Ekologi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Phillips, M.J., R.Clarke. and A. Mowat. l993. Phosphorous Leaching from Atlantic Salmon

Diets. Aquaculture Enginering, 12. 47-54.

Riber HH. 1984. Phosphorus Uptake from Water by the Macrophyte-Epiphyte Complex in a

Danish Lake: Relationship to Plankton. Verh. int. Ver. Limnol.22: 790-794.

Page 27: LAPORAN KIMIA ANALITIK

Ryding, S.O dan W. Rast. 1989. The Control of Eutrophication of Lakes and Reservoir. The

Parthenon Publishing Group. New Jersey.

Saeni, M.S. l989. Kimia Lingkungan. Departemen P dan K. Dirjen Pendidikan Tinggi. PAU Ilmu

Hayat. IPB.

Tomascik, T., A. J. Mah, A. Nontji and M. K, Moosa, 1997. The Ecology of Indonesian Seas.

The Ecology of Indonesian Series. Vol. VII. Periplus Eds. (HK) Ltd.

T. Zia Ulqodry. Yulisman. Muhammad Syahdan dan Santoso. 2009. Karakterisitik dan Sebaran

Nitrat, Posfat, dan Oksigen Terlarutdi Perairan Karimunjawa Jawa Tengah. Jurnal

Penelitian Sains. Volume 13 Nomer 1(D) 13109.

Williams JDH & T Mayer 1972. Effects of Sediment Diageneis and Regeneration of Phosphorus

with Special Reference to Lakes Eire and Ontarion. Nutrients in Natural Waters. New

York, John Wiley & Sons: 281-315.

Yannea, Dwi. 2006. Distribusi Vertikal Klorofil-a Dan Hubungannya dengan Nutrien di Perairan

Laut Bali dan Selat Lombok

Young TC & WG Comstock 1986. Direct Effects and Interactions Involving Iron and Humic

Acid during Formation of Colloidal Phosphorus. Sediments and Water Interactions. PG.

Sly. New York, Springer-Verlag.

Page 28: LAPORAN KIMIA ANALITIK

LAMPIRAN

Page 29: LAPORAN KIMIA ANALITIK

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Pembuatan Larutan Standar

Nama Mahasiswa : Chandra Leveraeni Dewangi

NIM : 26020212140092

Jurusan/Prodi : Ilmu Kelautan/Oseanografi

Page 30: LAPORAN KIMIA ANALITIK

Mengesahkan

Asisten Praktikum

Sri Rejeki Hutasoit

K2E 009 075

PENGUKURAN KONSENTRASI FOSFAT INORGANIK TERLARUT

(DIP)

Oleh:

Chandra Leveraeni Dewangi

26020212140092

Sri Rejeki Hutasoit

K2E 009 075

Page 31: LAPORAN KIMIA ANALITIK

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013