laporan praktikum kimia
DESCRIPTION
Perbandingan Sift Senyawa kovalen dan Senyawa ionTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
PERCOBAAN II
PERBANDINGAN SIFAT SENYAWA ION DAN SENYAWA KOVALEN
NAMA : DEVI PRAMANIK LISNASURI
NIM : J1C112029
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : DARU DWI CHRISTIAN
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2012
PERCOBAAN II
PERBANDINGAN SIFAT SENYAWA ION DAN SENYAWA KOVALEN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan
menjelaskan pengaruh jenis ikatan suatu senyawa terhadap sifat fisis dan sifat kimia
dari senyawa tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sebuah senyawa tidak menyerupai unsur-unsur dari mana senyawa itu
terbentuk. Sebuah senyawa harus dianggap sebagai zat yang unik (tak ada duanya).
Ciri-ciri suatu senyawa bergantung banyak pada macam ikatan kimia yang
menyatukan atom-atom itu (Keenan, 1984 ).
Suatu senyawa terbentuk karena adanya tarik-menarik antara atom jenis yang
satu dengan jenis yang lain. Pada umumnya, atom tidak berada dalam keadaan bebas,
tetapi menyatu dengan atom lain membentuk suatu senyawa. Hal ini merupakan
suatu bukti bahwa atom yang bergabung lebih stabil daripada menyendiri.
Penggabungan itu disebut ikatan kimia. Atom yang melepaskan elektron akan
menjadi ion positif, sebaliknya atom yang menerima elektron akan menjadi ion
negatif (Syukri, 1999).
Ikatan kimia adalah daya tarik-menarik antara atom yang menyebabkan suatu
senyawa kimia dapat bersatu. Macam-macam ikatan kimia yang dibentuk oleh atom
tergantung dari struktur elektron atom. Misalnya, energi ionisasi dan kontrol afinitas
elektron dimana atom menerima atau melepaskan elektron. Ikatan kimia dapat dibagi
menjadi dua kategori besar : ikatan ion dan ikatan kovalen. Ikatan ion terbentuk jika
terjadinya perpindahan elektron di antara atom untuk membentuk partikel yang
bermuatan listrik dan mempunyai daya tarik-menarik. Daya tarik menarik di antara
ion-ion yang bermuatan berlawanan merupakan suatu ikatan ion. Ikatan kovalen
terbentuk dari terbaginya (sharing) elektron di antara atom-atom. Dengan kata lain,
daya tarik-menarik inti atom pada elektron yang terbagi di antara elektron itu
merupakan suatu ikatan kovalen (Brady, 1999).
1. Ikatan Ionik
Kimiawan Jerman Albrecht Kossel (1853-1927) menganggap kestabilan gas
mulia disebabkan konfigurasi elektronnya yang penuh. Ia berusaha memperluas
interpretasinya ke atom lain. Atom selain gas mulia cenderung mendapatkan muatan
listrik (elektron) dari luar atau memberikan muatan listrik ke luar. Bila suatu atom
kehilangan elektron maka ia akan menjadi kation yang memiliki jumlah elektron
yang sama dengan gas mulia terdekat, sementara bila atom mendapatkan elektron,
atom tersebut akan menjadi anion yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan
jumlah atom gas mulia terdekatnya. Ia menyimpulkan bahwa gaya dorong
pembentukan ikatan kimia adalah gaya elektrostatis antara anion dan kation. Ikatan
kimia yang dibentuk disebut ikatan ionik (Takeuchi, 2006).
Alasan utama yang menyebabkan senyawa ion stabil adalah adanya daya tarik-
menarik antara ion, yang terjadi apabila senyawa kimia terbentuk dan menghasilkan
energi potensial (Brady, 1999). Dalam pembentukan ikatan ion, atom logam menjadi
ion bermuatan positif (kation) dan atom bukan logam menjadi ion bermuatan negatif
(anion). Atom bukan logam memperoleh sejumlah elektron yang cukup untuk
menghasilkan anion dengan konfigurasi elektron gas mulia. Senyawa ion tidak
tersusun dari pasangan ion sederhana atau sekelompok kecil ion, kecuali dalam
keadaan gas. Dalam keadaan pada setiap ion dikelilingi oleh ion-ion yang muatannya
berlawanan, membentuk suatu susunan yang disebut kristal ( Petrucci, 1985).
Suatu ion akan terbentuk dengan mudah apabila struktur ion yang terjadi stabil,
muatan ionnya kecil, bila atom yang membentuk anion kecil atau atom yang
membentuk kation kasar. Senyawa ion memiliki beberapa sifat yaitu :
a. Dalam keadaan padat tidak tersusun dari molekul-mulekul tetapi tersusun dari
ion-ion,
b. Senyawa-senyawa ion berupa zat padat yang keras,
c. Senyawa-senyawa ion berupa elektrolit,
d. Larutan atau leburannya dapat menghantarkan arus listrik
e. Mempunyai titik lebur dan titik didih yang tinggi,
f. Dapat larut dalam pelarut polar (contohnya air atau pelarut-pelarut sejenis) dan
tidak larut dalam pelarut non polar (contohnya benzen atau pelarut organik)
(Sukardjo, 1990).
2. Ikatan Kovalen
Sekitar tahun 1916, dua kimiawan Amerika, Gilbert Newton Lewis (1875-
1946) dan Irving Langmuir (1881-1957), secara independen menjelaskan apa yang
tidak terjelaskan oleh teori Kossel dengan memperluasnya untuk molekul non polar.
Titik krusial teori mereka adalah penggunaan bersama elektron oleh dua atom
sebagai cara untuk mendapatkan kulit terluar yang diisi penuh elektron. Penggunaan
bersama pasangan elektron oleh dua atom atau ikatan kovalen adalah konsep baru
saat itu (Takuechi, 2006).
Sifat-sifat senyawa kovalen antara lain kebanyakan menunjukkan titik leleh
rendah, pada suhu kamar berbentuk cairan atau gas, larut dalam pelarut non polar dan
sedikit larut dalam air, sedikit menghantarkan listrik, mudah terbakar dan banyak
yang berbau. Ikatan kovalen adalah ikatan antar atom elektronegatif yang
berdasarkan pada penggunaan bersama pasangan elekton. Jika pasangan elektron
yang digunakan hanya satu pasang akan diperoleh ikatan tunggal, sedangkan bila dua
pasang akan diperoleh ikatan rangkap dua dan jika tiga pasang diperoleh ikatan
rangkap tiga. Bila pasangan elektron berasal dari kedua belah pihak atom yang
berikatan disebut ikatan kovalen biasa atau ikatan kovalen saja. Sedangkan bila
bersumber dari salah satu pihak atom saja dinamakan ikatan kovalen koordinasi atau
ikatan donor akseptor. Atom pemberi pasangan elektron disebut atom donor dan
yang menerima disebut akseptor (Syukri, 1999).
Bila suatu zat tersusun dari molekul-molekul kovalen bentuk padatannya amorf
atau kristal mulekuler. Tiap-tiap atom dalam molekul terikat dengan ikatan kovalen
dan tiap-tiap molekul dalam kristal terikat oleh gaya antara molekul lemah, yaitu
gaya-gaya van der Walls. Kristal molekul terdapat pada senyawa-senyawa organik
dan unsur-unsur non-metal. Zat-zat yang mempunyai bentuk-bentuk kristal
molekuler bertitik lebur dan bertitik didih rendah karena gaya-gaya antara molekul
lemah. Energi untuk memecah kristal-kristal sedikit. Banyak zat-zat yang berbentuk
cair dan gas. Pada temperatur kamar, bila berbentuk padat pada umumnya bersifat
lunak. Zat-zat ini bukan elektrolit, umumnya larut dalam benzena atau pelaru-pelarut
organik, tidak larut dalam air atau pelarut polar lainnya. Zat-zat kovalen yang larut
dalam air seperti HCl, disebabkan karena zat ini bereakasi dengan air (Sukardjo,
1990).
Kekuatan ikatan antar partikel menyebabkan perbedaan titik leleh senyawa
kovalen dan senyawa ion, gaya tarik Van Der Walls yang ada diantara molekul
dalam kovalen jauh lebih lemah dibanding dalam senyawa ion. Bila suatu senyawa
kovalen menguap, molekul melepaskan diri dari tetangganya. Gaya tarik lemah
antara molekul dikalahkan, tetapi ikatan kovalen yang kuat mengikat atom-atom
dalam molekul itu tak terpatahkan (Keenan,1991).
Titik leleh merupakan salah satu sifat fisik yang penting untuk karakterisasi
suatu senyawa. Titik leleh (melting point, mp) dari suatu senyawa adalah temperatur
yang merujuk tepat pada saat proses transformasi senyawa tersebut antara fasa padat
dan fasa cair. Analisis QSPR dengan sifat fisik titik leleh (mp) telah banyak
dilaporkan. Penelitian Joback dan Reid, didasarkan pada data titik leleh dari 388
senyawa organik sebagai fungsi konstribusi tipe gugus kimia (Tahir, 2002).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain adalah tabung
reaksi,termometer, gelas piala, elektroda karbon, lampu spiritus, sudip dan pipet
tetes.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah urea, naftalena,
kristal NaCl, KI, MgSO4 dan isopropil alkohol.
IV. PROSEDUR KERJA
A. Penentuan Titik Leleh
1. Sejumlah kecil (±1-2 sudip) urea dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
termometer dimasukkan di dalamnya.
2. Tabung reaksi dipanaskan dengan menggunakan lampu spritus,
perubahan yang terjadi pada sampel urea diamati.
3. Suhu tepat pada saat urea mulai meleleh dan pada saat seluruh sampel
urea meleleh dicatat, ini merupakan kisaran titik leleh.
4. Percobaan ini diulangi sebanyak dua kali.
5. Prosedur yang sama dilakukan untuk naftalena.
6. Prosedur di atas tidak dapat dilakukan untuk senyawa NaCl, KI dan
MgSO4. Data titik leleh dari senyawa-senyawa tersebut dicari
berdasarkan buku referensi.
B. Perbandingan Kelarutan
1. Air dimasukkan ke dalam tabung reaksi (Tabung I), dan tabung reaksi
lain dengan kabon tetraklorida (Tabung II).
2. Urea dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi, kemudian
campuran dalam setiap tabung dikocok.
3. Kelarutan urea dalam tabung I atau tabung II diamati.
4. Prosedur yang sama dilakukan untuk naftalena, isopropil, alkohol,
NaCl, KI, dan MgSO4.
5. Kelarutan dari setiap senyawa dalam masing-masing tabung diamati.
C. Perbandingan Daya Hantar
1. Akuades sebanyak 50 mL dimasukkan pada gelas piala 50 mL.
2. Elektroda karbon dihubungkan dengan arus listrik dan lampu.
3. Elektroda dimasukkan ke dalam gelas piala berisi akuades. Perubahan
yang terjadi diamati.
4. Prosedur (a) – (c) diulangi, dengan menambahkan beberapa tetes
isopropil alkohol.
5. Perubahan yang terjadi diamati.Prosedur yang sama dilakukan, masing-
masing dengan menambahkan urea, naftalena, NaCl, KI, dan MgSO4.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Perbandingan Titik Leleh
No. Percobaan Pengamatan
1. Dimasukkan sejumlah kecil urea ke dalam
tabung reaksi. Dimasukkan termometer ke
dalam tabung reaksi.
±1−2sudip
2. Dipanaskan tabung reaksi dengan
menggunakan lampu spiritus. Dicatat suhu
tepat pada saat urea mulai meleleh dan
suhu saat seluruh urea telah meleleh.
Dilakukan sebanyak 2 kali.
T-1A = 36oC T-2A = 40oC
T-1B = 39oC T-2B = 44oC
3. Dimasukkan sejumlah kecil naftalena ke
dalam tabung reaksi. Dimasukkan
termometer ke dalam tabung reaksi.
±1−2sudip
4. Dipanaskan tabung reaksi dengan
menggunakan lampu spriritus. Dicatat
suhu tepat pada saat naftalena mulai
meleleh dan suhu saat seluruh naftalena
telah meleleh. Dilakukan sebanyak 2 kali.
T-1A = 39oC T-2A = 67oC
T-1B = 38oC T-2B = 85oC
2. Perbandingan Kelarutan
No. Percobaan Pengamatan
1. Diisi sebuah tabung reaksi dengan air
(Tabung I) dan tabung reaksi lain dengan
karbon tetraklorida (CCl4) (Tabung II).
2. Urea ditambahkan ke dalam tabung I dan
II
- Tabung I (air)
- Tabung II (CCl4)
larut
larut
3. Naftalena ditambahkan ke dalam tabung I
dan II
- Tabung I (air)
- Tabung II (CCl4)
tidak larut
larut
4. Isopropil alkohol ditambahkan ke dalam
tabung I dan II
- Tabung I (air)
- Tabung II (CCl4)tidak larut
larut
5. NaCl ditambahkan ke dalam tabung I dan
II
- Tabung I (air)
- Tabung II (CCl4)
larut
tidak larut
6. KI ditambahkan ke dalam tabung I dan II
- Tabung I (air)
- Tabung II (CCl4)
larut
tidak larut
7. MgSO4 ditambahkan ke dalam tabung I
dan II
- Tabung I (air)
- Tabung II (CCl4)
larut
tidak larut
3. Perbandingan Daya Hantar
No. Percobaan Pengamatan
1. Gelas piala diisi akuades. 50 mL
2. Elektroda karbon dihubungkan dengan
arus listrik dan lampu.
3. Gelas piala berisi akuades dimasukkan
elektroda yang telah dihubungkan ke
listrik.
Tidak ada perubahan
4. Gelas piala berisi akuades + isopropil
alkohol dimasukkan elektroda yang telah
dihubungkan ke listrik.
Tidak ada perubahan
5. Gelas piala berisi akuades + urea
dimasukkan elektroda yang telah
dihubungkan ke listrik.
Tidak ada perubahan
6. Gelas piala berisi akuades + naftalena
dimasukkan elektroda yang telah
dihubungkan ke listrik.
Tidak ada perubahan
7. Gelas piala berisi akuades + NaCl
dimasukkan elektroda yang telah
dihubungkan ke listrik.
- Ada gelembung
- Lampu tidak menyala
8. Gelas piala berisi akuades + KI
dimasukkan elektroda yang telah
dihubungkan ke listrik.
- Ada gelembung
- Lampu tidak menyala
- Warna larutan berubah
menjadi kuning
9. Gelas piala berisi akuades + MgSO4
dimasukkan elektroda yang telah
dihubungkan ke listrik.
- Ada gelembung
- Lampu tidak menyala
B. Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilaksanakan dapat dilihat bahwa antara senyawa
kovalen dengan senyawa ion terdapat perbedaan-perbedaan dalam hal titik leleh,
perbandingan kelarutan dan perbandingan daya hantar.
I. Perbandingan Titik Leleh
Daftar perbandingan titik leleh senyawa
Senyawa Suhu Meleleh (I) Suhu Meleleh (II)
Urea 36oC - 40oC 39oC - 44oC
Naftalena 39oC - 67oC 38oC - 85oC
Percobaan ini dilakukan dengan memanaskan
±1−2
sudip urea di dalam
tabung reaksi dengan lampu spiritus dengan naftalena yang dilakukan dengan
prosedur yang sama. Percobaan ini dilakukan sebanyak 2 kali untuk mendapatkan
kisaran titik lelehnya. Untuk urea, pada percobaan pertama didapatkan kisaran suhu
awal urea mulai meleleh sampai meleleh seluruhnya yakni antara 36oC - 40oC,
sedangkan pada percobaan kedua, titik leleh berkisar antara 39oC - 44oC. Kisaran
suhu urea meleleh keseluruhan ini disebut titik leleh urea. Akan tetapi, berdasarkan
referensi titik leleh urea berkisar antara 132oC-133oC. Ini sangat jauh berbeda dengan
hasil percobaan. Adapun didapatkan kisaran suhu awal naftalena mulai meleleh
sampai meleleh seluruhnya yakni antara 39oC - 67oC, sedangkan pada percobaan
kedua, titik leleh berkisar antara 38oC - 85oC. Kisaran suhu naftalena meleleh
keseluruhan ini disebut titik leleh naftalena. Akan tetapi, berdasarkan referensi titik
leleh naftalena adalah 80oC. Perbedaan titik leleh hasil percobaan dengan titik leleh
berdasarkan referensi ini kemungkinan disebabkan oleh ketidaktepatan praktikan saat
melakukan percobaan atau ketidaktepatan praktikan dalam membaca suhu pada
termometer atau bisa dikarenakan saat pencucian tabung reaksi tidak benar-benar
dikeringkan sehingga air yang sebenarnya tidak boleh ada dalam tabung reaksi ikut
bereaksi dengan senyawa sehingga membentuk larutan dan menyebabkan perbedaan
titik leleh.
Pada senyawa NaCl, KI dan MgSO4 titik lelehnya tidak dapat diketahui melalui
percobaan ini karena senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa ionik yang titik
lelehnya sangat tinggi. Berdasarkan referensi, dapat diketehui titik leleh NaCl adalah
801oC-804oC , titik leleh KI adalah 681oC dan titik leleh MgSO4 adalah 1124oC. Titik
leleh senyawa ionik sangat tinggi disebabkan oleh gaya elektrostatis antar ion-ion
yang sangat kuat sehingga untuk memisahkannya dibutuhkan energi yang sangat
besar (dalam hal ini adalah energi panas). Semakin erat ikatan antar ion suatu
senyawa semakin besar pula titik leleh senyawa tersebut. Sedang pada senyawa
kovalen ikatan ioniknya sangat lemah dikarenakan jarak antar ion yang sangat jauh
sehingga titik leleh yang dihasilkan pun akan lebih kecil.
II. Perbandingan Kelarutan
Daftar perbandingan kelarutan senyawa
Senyawa Kelarutan dalam air Kelarutan dalam CCl4
MgSO4 Larut Tidak Larut
Naftalena Tidak Larut Larut
Urea Larut Larut
KI Larut Tidak Larut
NaCl Larut Tidak Larut
Isopropil alkohol Tidak Larut Larut
Percobaan ini dilakukan dengan membandingkan kelarutan urea, naftalena,
isopropil alkohol, NaCl, KI, dan MgSO4. Percobaan dilakukan dengan memasukkan
urea ke dalam Tabung reaksi I yang diisi air (pelarut polar) dan Tabung reaksi II
yang berisi karbon tetraklorida (CCl4) (pelarut non polar), kemudian mengamati
kelarutannya. Untuk bahan-bahan lainnya juga dilakukan prosedur yang sama. Pada
percobaan didapatkan hasil kelarutan senyawa yakni senyawa yang larut di dalam air
adalah urea, NaCl, KI, dan MgSO4, sedangkan naftalena dan isopropil alkohol tidak
terlarut dalam air. Kemudian senyawa yang terlarut dalam karbon tetraklorida (CCl4)
adalah urea, naftalena, dan isopropil alkohol, sedangkan NaCl, KI, dan MgSO4 tidak
terlarut.
Dari percobaan yang dilakukan dapat dinyatakan bahwa senyawa ion akan larut
dalam air, karena ion-ion akan terpisah satu sama lain bila dilarutkan dalam air.
Dalam percobaan ini yang termasuk dalam senyawa ion adalah NaCl, KI, dan
MgSO4. Walaupun urea adalah senyawa kovalen, namun pada umumnya senyawa
kovalen yang kurang polar sedikit yang dapat larut dalam air. Sedangkan naftalena
tidak larut dalam air karena senyawa tersebut adalah senyawa kovalen yang bersifat
non-polar.
NaCl yang larut dalam air membentuk ion Na+ dan Cl-, KI membentuk ion K+
dan I- serta MgSO4 membentuk ion Mg2+ dan SO42-. Rata-rata senyawa ion larut di
dalam air (pelarut polar) dan tidak larut dalam senyawa CCl4 (pelarut non polar).
Untuk senyawa kovalen pada umumnya larut dalam pelarut non polar seperti
naftalena dan isopropil alkohol dan sedikit yang dapat larut dalam air seperti urea.
Senyawa ion larut dalam air pelarut polar karena dipol-dipolnya yang tidak saling
meniadakan dan sukar larut dalam CCl4 sebagai pelarut non polar akibat dari dipol-
dipolnya yang saling meniadakan. Akan tetapi tidak semua senyawa kovalen tidak
larut dalam pelarut polar, misalnya urea yang larut di dalam air.
III. Perbandingan Daya Hantar
Daftar perbandingan daya hantar senyawa
Senyawa Hasil Pengamatan
Akuades Tidak ada perubahan
Akuades + urea Tidak ada perubahan
Akuades + naftalena Tidak ada perubahan
Akuades + KI Ada gelembung, lampu tidak menyala,
warna larutan berubah menjadi kuning
Akuades + MgSO4 Ada gelembung, lampu tidak menyala
Akuades + NaCl Ada gelembung, lampu tidak menyala
Akuades + isopropil
alkohol
Tidak ada perubahan
Percobaan ini dilakukan dengan membandingkan daya hantar antara
akuades, isopropil alkohol, urea, naftalena, NaCl, KI, dan MgSO4. Percobaan ini
dilakukan dengan memasukkan elektroda yang telah dihubungkan dengan arus listrik
dan lampu dalam gelas piala berisi 50 mL akuades kemudian mengamati perubahan
yang terjadi. Untuk bahan-bahan yang selanjutnya dilakukan dengan prosedur yang
sama.
Elektroda yang dimasukkan ke dalam larutan NaCl menghasilkan gelembung
gas yang banyak sehingga kita dapat menyebut larutan NaCl sebagai larutan
elektrolit kuat. Ketika elektroda di masukkan ke dalam larutan KI, MgSO4 dan urea
menghasilkan gelembung gas yang cukup banyak meskipun tidak sebanyak pada
larutan NaCl sehingga kita dapat menyebutnya sebagai larutan elektrolit lemah.
Ketika elektroda dimasukkan ke dalam 50 ml air tidak terjadi reaksi. Begitu pula
ketika dimasukkan ke dalam larutan naftalena dan isopropil alkohol sehingga kita
dapat menyebutnya sebagai larutan non elektrolit.
Perbedaan sifat daya hantar antara senyawa ion dan senyawa kovalen ternyata
berkaitan dengan perbandingan sifat kelarutan, senyawa kovalen pada umumnya
tidak larut dalam air dan bukan penghantar listrik yang baik. Sedangkan senyawa ion
umumnya dapat larut dalam air karena senyawa ion dapat terdisosiasi menjadi ion-
ionnya dan sehingga dapat menghantarkan arus listrik.
Pada percobaan perbandingan daya hantar listrik larutan tidak ada lampu yang
menyala. Padahal menurut referensi, larutan elektrolit kuat (dalam percobaan ini
NaCl) yang dihubungkan dengan elektroda menghasilkan nyala lampu yang terang
dan larutan elektrolit lemah (dalamm percobaan ini KI, MgSO4 dan urea)
menghasilkan nyala lampu yang redup. Hal ini mungkin disebabkan oleh kerusakan
alat yang digunakan oleh praktikan dalam melakukan percobaan.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Senyawa ion dan kovalen memiliki perbedaan sifat baik berupa sifat fisika
maupun kimia. Perbandingan pada sifat fisika dan kimia antara senyawa ion
dan senyawa kovalen yaitu titik leleh, kelarutan dan daya hantar listrik dari
senyawa tersebut.
2. Senyawa kovalen mempunyai ikatan antar molekul yang lemah
dibandingkan dengan senyawa ion. Kekuatan ikatan antar partikel dalam
senyawa menyebabkan perbedaan titik leleh antara senyawa ion dan
senyawa kovalen
3. Semakin erat ikatan antar ion suatu senyawa semakin besar pula titik leleh
senyawa tersebut. Sedang pada senyawa kovalen ikatan ioniknya sangat
lemah dikarenakan jarak antar ion yang sangat jauh sehingga titik leleh
yang dihasilkan pun akan lebih kecil.
4. Senyawa ion akan larut dalam air, karena ion-ion akan terpisah satu sama
lain bila dilarutkan dalam air. Senyawa kovalen pada umumnya larut dalam
pelarut non polar dan sedikit yang larut dalam air (pelarut polar).
5. Perbedaan sifat daya hantar antara senyawa ion dan senyawa kovalen
berkaitan dengan perbandingan sifat kelarutan, senyawa kovalen pada
umumnya tidak larut dalam air dan bukan penghantar listrik yang baik.
Sedangkan senyawa ion umumnya dapat larut dalam air karena senyawa ion
dapat terdisosiasi menjadi ion-ionnya sehingga dapat menghantarkan arus
listrik.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara. Jakarta.
Keenan, dkk. 1984. Kimia untuk Universitas. Edisi ke-6 Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Keenan, C. W. 1991. Kimia untuk Universitas Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Petrucci, R.H dan Suminar. 1985. Kimia Dasar. Edisi ke-4 Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Sukardjo. 1990. Ikatan kimia. Rineka Cipta. Yogyakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. ITB. Bandung.
Tahir, I. 2002. Hubungan Kuantitatif antara Struktur Molekul dan Titik Leleh dari Berbagai Senyawa Organik. UGM. Yogyakarta.
Takeuchi, Y. 2006. Pengantar Kimia. Iwanami Shoten Publishers. Tokyo.