laporan ekologi perairan

68
1. PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Ekosistem perairan lotik atau perairan mengalir adalah suatu ekosistem perairaan yang di dalamnya terdapat adanya arus. Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang selalu mengalami perubahan kualitas dan kuantitas akibat pengaruh variasi abiotik tersebut. Oleh karena itu, organisme perairan harus dapat beradaptasi dalam mencari nutrisi dan menjalankan kelangsungan hidup dengan menggunakan gas-gas yang terlarut pada perairan tersebut. Pengaruh variasi abiotik ini juga sebagai penunjang lingkungan secara keseluruhan yang memungkinkan adanya perubahan produktivitas biologis (Sony, dkk, 2009). Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan (Alwi, 2009). Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 1

Upload: jefry

Post on 26-Jun-2015

5.894 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan ekologi perairan

1. PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem

perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan

ekosistem air laut. Ekosistem perairan lotik atau perairan mengalir adalah

suatu ekosistem perairaan yang di dalamnya terdapat adanya arus.

Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang selalu mengalami

perubahan kualitas dan kuantitas akibat pengaruh variasi abiotik tersebut.

Oleh karena itu, organisme perairan harus dapat beradaptasi dalam

mencari nutrisi dan menjalankan kelangsungan hidup dengan

menggunakan gas-gas yang terlarut pada perairan tersebut. Pengaruh

variasi abiotik ini juga sebagai penunjang lingkungan secara keseluruhan

yang memungkinkan adanya perubahan produktivitas biologis (Sony, dkk,

2009).

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem

dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik.

Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi,

sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,

hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan

tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas,

dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem

yang menunjukkan kesatuan (Alwi, 2009).

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk melatih dan

meningkatkan kemampuan mahasiswa adalah :

a. Keterampilan Kognitif

Komparansi antasi teori dan kondisi di lapangan

Pengintegrasian pemahaman sebagai teori

Penerapan teori pada keadaan nyata lapangan

b. Ketrampilan afektif:

Perencanna kegiatan secara mandiri

Kemampuan bekerjasama

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 1

Page 2: Laporan ekologi perairan

Pengkomunikasian hasil belajar

c. Kemampuan psikomotorik

Penguasaan pemasangan peralatan

Penggunaan peralatan dan instrumen tertentu

1.3 Kegunaan Praktikum

Kegunaan dari kegiatan praktikum ini adalah :

1) Mengenal ikan sekaligus menumbuh rasa empati mahasiswa tehadap

ekosistem pada kolam atau tambak.

2) Meningkatkan kemampuan teknis dalam mengukur parameter fisika,

kimia dan biologi.

3) Bagi peneliti atau lembaga ilmiah Sebagai sumber informasi keilmuan

dan dasar untuk penuisan atau penelitian lebih lanjut berkaitan dengan

ekosistem kolam.

1.4 Tempat dan Waktu

Pelaksanaan praktikum Ekologi Perairan ini dilaksanakan di

Mata Air Sumber Awan Singosari Kabupaten Malang. Pelaksanaan

praktikum ini di laksanakan pada hari Sabtu, 20 November 2010, pukul :

09.15 -12.00 WIB. Dan Praktikum di aboratorium dilaksanakan pada

tanggal 23 November 2010 pukul 15.00 sampai selesai di Laboratorium

Parasit dan Penyakit, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Brawijaya, Malang.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 2

Page 3: Laporan ekologi perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekologi Perairan

Ekologi didefinisikan sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik antara

makhluk hidup dengan lingkungan. Istilah ekologi pertama kali ditemukan oleh

Haeckel, seorang ahli biologi pada akhir pertengahan dasawarsa 1960. Ekologi

berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti

ilmu, sehingga secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk

hidup (Kristanto, 2002).

Ekosistem perairan merupakan suatu unit ekologis yang mempunyai

komponen biotik dan abiotik yang saling berhubungan di habitat perairan.

Komponen biotik terdiri atas komponen flora dan fauna. Sedangkan komponen

atbiotik terdiri atas komponen tidak hidup misalnya air dan sifat fisik dan

kimianya. Ilmu yang mempelajari peranan laut terbuka tersebut oceanografi,

sedangkan ilmu yang mempelajari perairan tawar dan asin di bawah pesisir

disebut hymnologi (Sudaryanti dan Wijarni, 2006).

Ekologi adalah ilmu mengenai hubungan organisme dengan

lingkungannya– mempelajari hubungan antara tempat hidup organisme dan

interaksi mereka dengan lingkungan secara alami atau linkungan yang sedang

berkembang. Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari hubungan organime

dengan lingkungan perairan (Sadish,2010).

2.2. Ciri-ciri Ekologi Kolam

Ekosistem kolam ditandai oleh adanya bagian perairan yang tidak dalam

sehingga (kedalamannya tidak lebih dari 4-5 meter) yang memungkinkan

tumbuh-tumbuhan berakar dapat tumbuh di semua bagian perairan.Tidak ada

batasan tegas yang dapat dibuat antara danau dan kolam. Ada perbedaan

kepentingan secara ekologis, selain dari ukuran secara keseluruhan. Dalam

danau zona limneti dan profundal relatif besar ukurannya dibandingkan dengan

zona litoral. Bila sifat-sifatnya kebalikannya biasanya disebut kolam. Jadi zona

limnetik adalah daerah produsen utama untuk danau secara keseluruhan

(Syafitrianto, 2009).

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 3

Page 4: Laporan ekologi perairan

Kolam umumnya di definisikan sebagai kumpulan air yang dangkal dan

sifat umumnya relatif merupakan air tenang dan kaya akan vegetasi.

Kolam dapat dibagi atas :

1. Kolam berasal dari danau yang luas.

2. Kolam yang tidak berhubungan dengan danau, ukurannya kecil.

3. Kolam buatan manusia

Berdasarkan musim, kolam dapat di bedakan atas :

1.Kolam sementara

Kolam sementar/ temporary hanya ada pada waktu adaair sementara di waktu

lain menjadi kering.

2.Kolam permanen

Kolam permanen berisi air sepanjang tahun

(Rifqi's,2008).

Pada ekosistem kolam air tawar terdapat berbagai macam tumbuhan dan

hewan yang hidup bersama. Ekosistem tersusun atas populasi makhluk hidup

dan lingkungan tidak hidup. Hubungan antar populasi tersebut akan menyusun

komunitas dan seterusnya (Metuk, 2010).

2.3. Ciri-ciri Ekologi Sungai

Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatic yang mempunyai

peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

(catchment area) bagi daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat

dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan disekitarnya. Sebagai

suatu ekosistem, perairan sungai mempunyai berbagai komponen biotik dan

abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang saling

mempengaruhi. Komponen pada ekosistem sungai akan terintegrasi satu sama

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 4

Page 5: Laporan ekologi perairan

lainnya membentuk suatu aliran energi yang akan mendukung stabilitas

ekosisten tersebut (Suwondo,2004).

Ekosistem sungai mempunyai sifat aliran yang unidirectional yaitu

mengalir satu arah dari hulu menuju hilir. Berdasar sifat fisikanya biota yang

dominan hidup di ekosistem sungai adalah organisme heterotrof, artinya tidak

dapat membuat makanan sendiri, yaitu makroinvertebrata bentik. Fauna tersebut

umumnya hidup di dasar perairan. Setelah itu ikan, alga, bentik dan macrofita.

Tentu saja selain biota tersebut masih ditemukan flora fauna yang ditemukan di

ekosistem sungai, misalnya makrofita (Sudarjanti, dan Wijarni, 2006).

Salah satu contoh perairan mengalir adalah singai. Sungai di alirkan oleh

arus yang rendah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1-

1,0m/s serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim dan pola drainase. Pada

perairan sungai, biasanya terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh

dan tidak terbentuk sratifikasi vertikal kolam air, seperti pada perairan lentik.

Kecepatan arus, erosi dan sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi

di sungai sehingga kehidupan flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga

varibel tersebut (Effendie, 2003).

Ekosistem sungai sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia di daerah

aliran sungai (DAS). Aktivitas manusia di Daerah Aliran Sungai sangat erat

kaitannya dengan pemanfaatan air sungai di daerah pemukiman, industri, dan

irigasi pertanian. Dengan demikian secara langsung atau tidak, sampah atau

limbah pemukiman, industri, dan pertanian masuk ke dalam sungai. Sampah

atau limbah tersebut mengakibatkan menurunnya kualitas air dan berubahnya

komposisi substrat dasar sungai menyebabkan organisme yang hidup di

dalamnya yakni hewan makrobentos terganggu (Muhajir, 2010).

2.4. Siklus Hidrologi Air

Menurut Effendi (2003), siklus hidrologi air tergantung pada proses

evaporasi dan prespitasi. Air yang terdapat di permukaan bumi berubah menjadi

uap air di lapisan atmosfer melalui proses evaporasi (penguapan) air sungai,

danau, dan laut serta proses evapotranspirasi atau penguapan air oleh tanaman.

Uap air bergerak ke atas hingga membentuk awan yang dapat berpindah oleh

karena tiupan angina. Oleh pengaruh udara dengan pada lapisan atmosfer. Uap

air membesar dan akhirnya jatuh sebagia hujan.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 5

Page 6: Laporan ekologi perairan

Air tawar di bumi berasal dari siklus air yang sudah diatur sangat baik

oleh Yang Maha Kuasa melalui proses penguapan. Kemudian terbentuk awan,

hujan, selanjutnya menjadi air lonon, air infiltrasi, baru kemudian muncul kembali

ke permukaan bumi sebagai sumber atau mata air yang bersih dan jernih karena

telah mendapat proses penyaringan alami dan lapisan – lapisan tanah. Dengan

demikian manusia dan organisme yang ada di bumi ini dapat dengan mudah

menjangkau dan memanfaatkannya (Arfiati, 2009).

Siklus hidrologi adalah pergerakan permanent dari kelembapan di bumi

yang membentuk urutan berputar dari lautan, melewati proses penguapan (CE=

Evaporasi), kemudian menjadi hujan (P= presipitasi) dan akhirnya melewati

sungai mengalir disebut sebagai debit (R= Run off) menuju kembali ke laut

(Mulyanto, 1995).

2.5. Rantai Makanan

Menurut Resosoedarmo (1992), rantai pangan adalah pengalihan enzim

dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan di makan. Para

ilmuan ekologi mengenalkan 3 macam rantai pokok yaitu :

Rantai Pemangsa, dimulai dari hewan kecil sebagai mata rantai pertama,

kepada hewan yang lebih besar dan berakhir pada hewan terbesar.

Landasan permukaan adalah tumbuhan sebagai produsen.

Rantai Parasit, dimulai dari organisme besar kepada organisme kecil

yang hidup sebagai parasit.

Rantai Saprofit, berjalan dari orgnisme mati ke jasad renik rantai-rantai ini

tidak berjalan sendiri-sendiritetapi saling berkaitan yang satu dengan

yang lainnya, sehingga membentuk jaring-jaring makanan.

Menurut Kristanto (2004), dalam suatu ekosistem terdapat suatu rantai

makanan. Suatu ekosistem tidak hanya mencakup sebagian species hewan dan

tumbuhan saja, tetapi segala bentuk materi yang menurunkan siklus dalam

sistem tersebut dengan sinar matahari sebagai sumber kekuatannya. Sinar

Matahari merupakan sumber energi dalam suatu ekosistem.Energi ini, oleh

tumbuhan dapat di ubah menjadi energi kimia melalui fotosintesis. Pembentukan

jaringan hidup selanjutnya tergantung pada kemampuan dari tumbuhan

menyerap bahan-bahan mineral dari dalam tanah, yang selanjutnya di olah

melalui proses metabolisme.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 6

Page 7: Laporan ekologi perairan

Menurut Anggoro (2010), rantai makanan adalah perpindahan materi dan

energy dari individu ke individu lain melalui proses makanan dan dimakan yang

menuju ke satu arah.

2.6. Hubungan Interaksi Antar Organisme

Menurut Cailm (1993), terdapat 9 interaksi penting, yaitu :

1. Neutratisme dimana tidak ada satupun populasi yang berpegaruh dalam

asosiasi yang lain.

2. Tipe persaingan yang saling menghalang-halangi (mutual inhibition

competition type) yang mana kedua populasi dengan aktif saling

mempengaruhi.

3. Tipe persaingan menggunakansumber daya di dalam populasi memiliki

pengaruh yang mungkin yang lain dalam perjuangannya untuk memproduksi

sumber persediaan yang kekurangan.

4. Ameralisme yang mana satu populasi dan yang lain tidak berpengaruh.

5. Parasitisme

6. Comensalisme dimana suatu perairan mengikat yang lain tidak terpengaruh.

7. Pemangsaan, dimana satu populasi merugikan yang lai dengan cara

menyerang langsung tetapi bergantung pada yang lain.

8. Protocooperation, dimana kedua populasi memperoleh keuntungan

9. .Mutualisme dimana pertumbuhan dan kehidupan populasi mendapat

keuntungan.

Menurut Anggoro (2010), bentuk interaksi antar individu/populasi ialah,

a. Kompetisi : hubungan antar spesies yang mnyebabkan terjadinya persaingan.

b. Netral : hubungan antar spesies yang hidup bersaqma tanpa saling

mengganggu

c. Predasi : hubungan antara individu pemangsa (predator) dan yang dimangsa

(prey).

d. Simbiosis : hubungan antara dua spesies yang ber bedayang hidup pada

suatu tempat dan saling berintgeraksi.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 7

Page 8: Laporan ekologi perairan

Menurut Alan(2009), Interaksi antar organisme dapat di kategorikan

sebagai berikut:

a. Netral, hubungan tidak saling mengganggu antar organisme dalam

habitat yang sama yang bersifat tidak rugi dan tidak merugikan kedua

belah pihak.

b. Predasi, hubungan antara mangsa dan pemangsa (Predator). Hubungan

ini sangat erat karena tanpa mangsa, predator tidak dapat hidup,

sebaliknya predator berfungsi untuk mengontrol populasi mangsa.

c. Komensalisme, hubungan antar organisme yang berbeda species daloam

bentuk kehidupan bersama sebagai sumber makanan dalam suatu

species diuntungkan yang lain tidak dirugikan.

d. Parasitisme, Hubungan antara organisme yang berbeda species salah

satu hidup pada organisme mengambil makanan dari inang sehingga

bersifat merugikan mangsanya.

e. Mutualisme, hubungan antara dua organisme berbeda species yang

sama saling menguntungkan kedua belah pihak.

2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekosistem Kolam

2.7.1. Faktor Fisika

Menurut Arfiati (2009), air tergantung yang melarut dalam aliran

memberikan tekanan kepada semua benda di dalamnya termasuk ikan. Distribusi

cahaya pada air tergenang juga akan makin berkurang dengan bertambahnya

kedalaman. Makin jernih air, makin banyak cahya yang dapat menembus

perairan sehingga suhu air hangat, untuk perairan keruh, bau disebabkan oleh

kepadatan fitoplankton maupun karna parlemen tanah, tingkat kecerahan air

sangat rendah, aspek lain adalah kekentalan (Viscositas air).

Menurut Ansori (2006), kekeruhan menggambarkan sifat optis air yang

diteruskan banyaknya cahaya yang diserap oleh bahan-bahan yang terdapat

dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh cahaya bahan organic dan anorganik

yang tersuspensi dan terlarut.

Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses

fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 8

Page 9: Laporan ekologi perairan

daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam Perairan.. Begitu pula

sebaliknya (Erikarianto,2008).

2.7.2. Faktor Kimia

Menurut Sekarwangi (2008), kolam merupakan suatu ekosistem air

(aquatik) sebagai tempat hidup hewan-hewan air, dan vegetasi air. Vegetasi air

dan hewan air menjadikan kolam suatu ekosistem yang mempunyai fungsi

tertentu. Komponen-komponen kolam terdiri atas senyawa-senyawa abiotik air,

CO2, O2, Ca, Nitogen, garam-garam fosfor, asam aminom dan sebagainya.

Organisme produsen (Algae atau ganggang), Organisme mikro komsumen

(Larva serangga, crustacea dan ikan),dan Organisme saprofit (Bakteri, Flagellata

dan jamur).

Oksigen adalah salah satu unsure kimia penunjang utama kehidupan.

Dalam air laut, oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses

respirasi dan untuk mengurangi zat organic oleh mikroorgfanisme. Ketiadaan

oksigen dalam suatu perairan akan menyebabkan organism dalam perairan

tersebut tidak akan hidup dalam waktu yang lama. Oleh karena itu salah satu

cara untuk menjaga kelestarian kehidupan dalam laut adalah dengan cara

memantau kadar oksigen dalam perairan tersebut (Hutagalung et-al,1985).

Komponen abiotik yang berupa bahan organik dan anorganik seperti air,

karbondioksida, oksigen, kalsium, garam–garam hidrogen dan anorganik, seperti

air dan humus dan sebagainya. Hanya sebagian kecil saja hara makanan

penting dalam larutan yang tersedia bagi organisme, sebagian besar tersimpan

dalam zarah–zarah endapan dan dalam badan organisme itu sendiri

(Rososoedarmo, dkk. 1984).

2.7.3. Faktor Biologi

Menurut Syarinanto (2004), organisme pada kolam seperti ini harus dapat

bertahan pada stadium Domain selama periode kering atau dapat bergerak

keluar atau kedalam kolam seperti amphibi dan serangga air yang dewasa.

Mikroba menonjol karena dapat beradaptasi dengan baik dan amat terbatas

penyesuaiannya pada kolam sementara.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 9

Page 10: Laporan ekologi perairan

Menurut Kristanto (2004), komponen pembentuk ekosistem adalah

komponen hidup dan koimponen tidak hidup (dua komponen tersebut hidup

dalam satu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kisaran yang teratur,

misalnya pada suatu ekosistem kecil, katakanlah aquarium). Ekosistem dalam air

terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang melayang dan tergantung dalam air

sebagai komponen hidup.

Menurut Arfiati (2009), ekosistem air tawar di ikuti oleh organisme dari tingkat

sederhana seperti bakteri, jamur dan lainnya sampai organisme tingkat tinggi.

2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekosistem Sungai

2.8.1. Faktor Fisika

Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu

penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu

perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan

kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan

menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis) (Kordi

dan Andi, 2009).

Suhu merupakan salah satu factor pembatas terhadap ikan-ikan atau

biota akuatik. Suhu dapat mengendalikan fungsi fisiologis organisme dan

berperan secara langsung atau tidak langsung bersama dengan komponen

kualitas lainnya mempengaruhi kualitas akuatik. Temperature air mengendalikan

spawing dan hatching, mengendalikan aktivitas, memacu atau menghambat

pertumbuhan dan perkembangan menyebababkan air menjadi panas atau dingin

sekali secara mendadak . temperature juga mempengaruhi berbagai macam

reaksi fisika dan kimiawi di dalam lingkungan akuatik (Souisa, 2009).

Faktor kecerahan ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan

perairan tinggi memenuhi berarti cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu

produktivitas perairan yang tinggi pula (Dedi, 2003).

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 10

Page 11: Laporan ekologi perairan

2.8.2. Faktor Kimia

Oksigen adalah salah satu unsure kimia penunjang utama kehidupan.

Dalam air laut, oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses

respirasi dan untuk mengurangi zat organic oleh mikroorgfanisme. Ketiadaan

oksigen dalam suatu perairan akan menyebabkan organism dalam perairan

tersebut tidak akan hidup dalam waktu yang lama. Oleh karena itu salah satu

cara untuk menjaga kelestarian kehidupan dalam laut adalah dengan cara

memantau kadar oksigen dalam perairan tersebut (Hutagalung et-al,1985).

Menurut Susanto (2002), suatu limbah yang mengandung beban

pencemar masuk ke lingkungan perairan dapat menyebabkan perubhan kualitas

air. Salah satu efeknya adalah menurunnya kadar oksigen terlarut yang

berpengaruh terhadap fungsi fisiologis organisme akuatik. Air limbah

memungkinkan mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun

berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan tersebar ke

lingkungan.

pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi

kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat

membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah( keasaman tinggi), kandungan

oksigan terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun,

aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada

suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik

dalam air dengan pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7 (Kordi

dan Andi,2009).

2.8.3. Faktor Biologi

Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter

biologi yang erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya

kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung tergantung pada kandungan

zat hara fosfat dan nitrat. Sama halnya seprti zat hara lainnya, kandungan fosfat

dan nitrat disuatu perairan, secara alami terdapat sesuai dengan kebutuhan

organisme yang hidup diperairan tersebut.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 11

Page 12: Laporan ekologi perairan

Air dari alam atau natural water secara foundamental akan berbeda

kondisinya dengan air dari tempat budidaya, terutama sistem tertutup yang

menggunakan akuarium atau bak, berdasarkan sifat kimia maupun biologi.

Jumlah ikan ditempat budidaya umumnya jauh lebih banyak dibandingkan jumlah

air. Akibatnya, material hasil metrabolisme yang dikeluarkan ikan tidak dapat

mengurai seimbang. Artinya, waktu penguraian metabolit secara alami tidak

mencukupi karena jumlahnya cukup banyak. Oleh karena itu, air tidak dapat atau

sulit kembali menjadi baik dan cenderung menghasilkan substannsi atau bahan

metabolit yang berbahaya bagi ikan (Lesmana,2001).

Untuk melengkapi kekurangan pendekatan fisika kimiawi dapat dilakukan

dengan memberdayakan komunitas makroinvertebrata, yaitu hewan – hewan

yang tidak mempunyai tulang belakang dan berukuran relatif tidak bergerak

mempnyai siklus hidup yang panjang dan mempunayai keanekaragaman tinggi

yan tersebar di hulu sampai di hilir sungai. Ditemukan suatu kelompok

mikroinvertebrata mencerminkan kondisi air sungai apakah masih baik (tidak

mengalami pencemaran organik tertentu), atau telah mengalami pencemaran

organik terlarut atau telah mengganggu (Sudaryanti dan Wijarni, 2006).

2.9. Definisi Benthos

2.9.1.Ciri-ciri Benthos

Benthos adalah organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar

atau hidup didasar endapan binatang benthos dapat dibagi berdasarkan cara

makannya menjadi pemakan kenyang (seperti kerang) dan pemakan deposit

(seperti sioler) (Odum,1993).

Organisme benthos adalah binatang yang relative besar dan sebagian

siklus hidupnya berada didalam atau pada substrat di air. Adapun yang termasuk

dalam kelompok ini adalah cacing, serangga air, annelida, mollusca, dll.

Beberapa spesies nyamuk, ialah midgnes alan pada umumnya termasuk

kelompok yang dapat mengganggu kesehatan (Sutrisno dan Emi, 2004).

Hewan-hewan bentos yang sering ada dalam grup dan mempunyai sifat

yang khas dikenal sebagai communities (Masyarakat). Dimana hali ini

berhubungan dengan kondisi lingkungan hidup yang spesifik. Communities

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 12

Page 13: Laporan ekologi perairan

biasanya didominasi oleh satu atau dua jenis hewan (species) dari mana mereka

dikena, yang disertai oleh organisme yang bersifat sub dominan (Sahala,1985).

2.9.2.Peranan Benthos di Perairan

Hewan yang hidup didasar perairan adalah mikrozoobenthos,

makrozoobenthos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem

perairan sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jarring

makanan selain itu tingkat kenea ragaman yang terdapat di lingkungan perairan

dapat digunakan sebagai indicator pencemaran. Dengan adanya kelompok

bonthos yang hidup melekat (sessile) dan daya adaptasi berfariasi terhadap

kondisi lingkungan membuat hewan benthos seringkali digunakan sebagai

petunjuk bagi penilaian kualitas air. Jika ditemukan umper air tawar, kijina,

kerang cacing pipih, siput memiliki over operkulum dan siput tidak beroperkulum

yang hidup di perairan tersebut maka dapat digolongkan ke dalam perairan yang

berkulitas sedang (Pratiwi, dkk, 2004 dalam Parjan 2005).

Kominiti benthos sematif pada perubahan kualitas air berbatasan motilitas

dan kemampuan yang relative karena merupakan fungsi kualitas perairan yang

relative tidak dapat didefinisikan melalui permukaan fisik dan kimia dapat

didefinisikan melalui organisme benthos. Dalam mempelajari sifat organisme

benthos bermanfaat dalam mendeteksi masalah pencemaran air. Pada dasarnya

tidak ada organisme yang memberikan reaksi sama pada pencemaran karena

adanya hubungan yang sangat kompleks antara faktor genetik dengan

parameter kualitas air. Berbagai tingkat pencemaran air menentukan macam

organisme di perairan tersebut (Sutrisno dan Eni, 2004).

Makrozoobenthos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus

hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali

lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti

dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki

perairan serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan

(Odum,1993).

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 13

Page 14: Laporan ekologi perairan

2.9.3.Jenis Benthos di Perairan

Diantara benthos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap

perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam

kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan

makrozoobenthos (Rosenberg, 1993).

Menurut Sahala (1985), bentos dapat dibedakan dengan beberapa cara,

salah satunya yaitu dengan cara mengidentifikasi ukuran dari bentos tersebut,

pengklasifikasian menurut ukuran mereka dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Microfauna: hewan yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0,1 mm,

seluruh protozoa masuk dalam golongan ini.

b. Meiofauna: golongan hewan-hewan yang mempunyai ukuran antara 0,1

mm sampai 1,0 mm. Ini termasuk protozoa yang bergolongan besar,

cnidaria, cacing-cacing yang berukuran sangat kecil, dan beberapa

crustacea yang berukuran sangat kecil.

Selain itu juga bentos dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat hidupnya, dalam

hal ini bentos dibagi menjasi 2 macam yaitu:

a. Epifauna : hewan yang hidupnya di atas permukaan dasar lautan. Contoh

hewan epifauna diantara nya yaitu kepiting berduri Spiny stonecrab, siput

laut (Sea slug), bintang laut (Brittlle star).

b. Infauna : hewan yang hidupnya dengan cara menggali lubang pada dasar

lautan. Contoh hewan infauna yaitu cacing (Lugworm), tiram (Cockle),

macoma, Remis (clam).

Menurut Odum (1993), makrozoobenthos merupakan hewan yang

sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil,

merayap maupun menggali lubang. Makrozoobenthos dapat bersifat toleran

maupun bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan.

2.10. Definisi Plankton

2.10.1. Ciri-ciri Plankton

Ukuran plankton sangat beraneka ragam dari yang terkecil yang disebut

ultra plankton berukuran < 0,005 mm atau milimikron. Termasuk di sini bakteri

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 14

Page 15: Laporan ekologi perairan

dan diatom kecil sampai monoplankton berukuran 60-70 mikron, sebagian bersel

dan mikroskopis. Termasuk fillum Chrysophyta (Romimohtarto,2003).

Plankton adalah tanaman (phytoplankton) dan binatang (zooplankton) yang

biasanya berenang atau terapung di perairan, dan gerakannya mengikuti arus

(Sutrisno dan Eni, 2004).

Menurut Djarijah (1996), plankton terkadang ditemukan terapung di

permukaan air, di dasar, ataupun melayang-layang memenuhi kolom air.

Plankton ini ada yang bergerak aktif seperti hewan pada umumnya, tetapi ada

pula yang bisa melakukan assimilasi (photosynthesis) seperti halnya tumbuhan di

daratan.

2.10.2. Peranan Plankton di Perairan

Phytoplankton menghasilkan energi melalui proses photosyntetis

menggunakan bahan organik dan sinar matahari sedangkan zooplankton adalah

konsumen yang memperoleh energi dan makanan dari phytoplankton siklus

hidup phytoplankton yang pendek menyebabkan cepat sekali memberi reaksi

(Sutrisno dan Eni,2004).

Berperannya plankton sebagai sumber makanan organisme perairan

menjadikan kehadiran plankton di perairan sebagai ukuran keseluruhan perairan

yang bersangkutan. Dalam hal ini ditujukan oleh nilai kepadatan plankton

sehingga akan menjadi dasar penentuan akan tingkat kesuburan perairan,

apakah suatu perairan itu subur atau sebaliknua (Rahman,2008).

Mengingat peranan plankton sebagai penyedia energi maka fitoplankton

termasuk dalam golongan autotrop. Energi hasil fotosintetis ini berasal dari CO2

terlarut dengan H2O dan zat nutrien lainnya yang terkena sinar matahari

( Wibisono, 2005).

Fitoplankton merupakan algae yang tergolong autotrof, dimana dengan

energi sinar dan klorofil, serta menyerap karbon dioksida dan senyawa nutrien

anorganik organisme ini mampu mensintesa senyawa organik yang kompleks

melalui proses fotosintesis. Algae autotrof melimpah di daerah eutrofik (zona

fotik). Zona ini adalah mulai dari permukaan sampai ke kedalaman tertentu,

dimana intensitas sinar matahari masih memungkinkan pembentukan bahan

organik oleh tumbuhan melalui fotosintesis tadi (Basmi, 1995).

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 15

Page 16: Laporan ekologi perairan

Perubahan terhadap kualitas perairan erat kaitannya dengan potensi

perairan ditinjau dari kelimpahan dan komposisi fitoplankton. Keberadaan

fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan informasi mengenai kondisi

perairan. Fitoplankton merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan

indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan

perairan (Fachrul,2005).

2.10.3. Jenis Plankton di Perairan

Fitoplankton jenisnya ada yang berupa diatome dan dinoflagellata adalah

dominan sekali diseluruh laut sebagai produsen. Diatom di dapat di daerah –

daerah beriklim kutub dan sedang, untuk perairan beriklim sub tropic dan tropic

dinoflagellata sangat dominan (Sediadi, 1986).

Menurut Goldman dan Alegandra (1983) plankton dibagi menjadi

1) Holoplankton, merupakan plankton yang banyak dijumpai, termasuk

ganggang seperti : Asterionella, Fragilaria, dan Tubellaria

2) Meroplankton, merupakan plankton yang cukup banyak yang termasuk

golongan ini seperti diatom melosira.

Menurut Horne dan Charles (1994) yang termasuk zooplankton adalah

microzooplankton, seperti protozoa, porifera, dan moseplankton yaitu crustacean.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 16

Page 17: Laporan ekologi perairan

3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat dan Fungsinya

a. Parameter Fisika

Alat- alat yang digunakan untuk pengamatan dalam parameter

Fisika antara lain adalah sebagai berikut:

Thermometer Hg : untuk mengukur suhu kolam.

Stopwatch : sebagai timer pada saat mengukur suhu dan

kecepatan arus.

Penggaris : untuk mengukur kedalaman kolam.

Tongkat skala : untuk mengetahui kedalaman kolam.

Secchi disk : untuk mengkur kecerahan kolam.

b. Parameter Kimia

Alat- alat yang digunakan untuk pengamatan dalam parameter

Kimia antara lain adalah sebagai berikut:

pH box : untuk mencocokkan nilai pH pada pH paper.

Stopwatch : untuk timer pada saat mengukur pH.

Botol DO : sebagai tempat pengukuran Do dengan metode Winkler.

Buret : sebagai tempat larutan titran.

Statif : sebagai tempat buret.

Pipet tetes : sebagai alat untuk mengambil dan meindahkan larutan.

c. Parameter Biologi

Alat- alat yang digunakan untuk pengamatan dalam parameter

Biologi antara lain adalah sebagai berikut:

Ekman grab : untuk mengambil bentos di kolam atau/perairan

yang dasarnya berlumpur.

Pinset : untuk mengambil bentos di nampan.

Timba : untuk tempat substrat dan bentos setelah diambil dari

kolam.

Nampan : untuk tempat mengoyak bentos.

Botol film : untuk tempat bentos.

Loop : untuk alat bantu melihat bentos.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 17

Page 18: Laporan ekologi perairan

3.1.2 Bahan dan Fungsinya

a. Parameter Fisika

Bahan- bahan yang digunakan untuk pengamatan dalam

parameter Fisika antara lain adalah sebagai berikut:

Sampel air : bahan yang diamati parameter fisikanya.

Air kolam : sebagai bahan yang diamati parameter fisikanya.

Botol aqua : sebagai bahan untuk mengukur kecepatan arus

dan sebagai wadah sampel.

Tali rafia : bahan untuk pengukuran kecepatan arus.

b. Parameter Kimia

Bahan- bahan yang digunakan untuk pengamatan dalam

parameter Kimia antara lain adalah sebagai berikut:

Air kolam : sebagai bahan yang diamati parameter kimianya.

pH paper : untuk mengukur nilai pH kolam.

Larutan NaOH+KI : sebagai pembentuk endapan coklat dan mengikat

ion I2

Larutan MnSO4 : sebagai pengikat oksigen bebas.

Na- Thisulfat 0,025 N : sebagai larutan titran.

Larutan H2SO4 pekat : sebagai indikator asam, pengencer

endapan coklat dan melepas I2.

Amilum : sebagai indikator basa dan membentuk warna

ungu kehitam- hitaman.

c. Parameter Biologi

Bahan- bahan yang digunakan untuk pengamatan dalam

parameter Biologi antara lain adalah sebagai berikut:

1. Bentos

Air kolam : untuk sampel yang akan diamati bentosnya.

Alkohol 70% : untuk mengawetkan bentos.

Kertas label : untuk memberi nama pada botol film.

2. Plankton

Air sampel : untuk bahan sampel kolam yang akan diamati.

Kertas label : untuk memberi nama pada botol film.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 18

Page 19: Laporan ekologi perairan

Hasil

Lugol : untuk mengawetkan plankton.

Tissue : untuk membersihkan alat.

3.2 Skema Kerja

3.2.1 Suhu

Thermometer Hg

Disiapkan thermmometer hg.

Dicelupkan kedalam air kolam, selama + 3menit hinga air

raksa berhenti.

Dicelupkan dengan membelakangi sinar matahari.

Diangkat thermometer dari kolam.

Dicatat hasilnya.

3.2.2 Kecerahan

Secchi disk

Diturunkan secchi disk pelan-pelan ke dalam kolam.

Diamati sampai tidak nampak pertama kali.

Dicatat sebagai d1.

Diturunkan sechhi disk sampai ke dasar kolam.

Ditarik sechhi disk pelan-pelan.

Diamati sampai batas tampak pertama kali.

Di catat sebagai d2.

Dihitung rata-rata hasil pengukuran dengan rumus D1+D2/2

Dicatat hasilnya.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 19

Hasil

Page 20: Laporan ekologi perairan

3.2.3 KEDALAMAN

Tongkat skala

Ditancapkan pada dasar kolam.

Ditandai pada batas permukaan.

Diangkat dari permukaan.

Diukur panjang/kedalaman dengan pengaris.

Dicatat kedalaman kolam.

Hasil

3.2.4 pH

ph paper

Dicelupkan pH paper kedalam sampel perairan/kolam.

Ditunggu ± 2 menit.

Diangkat dari kolam/perairan.

Dikipas-kipaskan sampai kering.

Dicocokkan warnanya dengan pH box.

Dicatat hasilnya.

Hasil

3.2.5 Substrat

Substrat

Diambil dari dasar perairan/kolam.

Diambil tipe substratnya.

Ditentukan tipe substratnya.

Dicatat.

Hasil

3.2.6 DO

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 20

Page 21: Laporan ekologi perairan

Diukur dan dicatat volume botol DO

Dimasukkan dalam air yang akan diukur dengan posisi miring agar

tidak ada gelembung

Ditutup dalam air

Diangkat ke darat dan dibolak-balik, jika ada gelembung. Diulangi

lagi

Dibuka tutup botol DO

Ditambah 2ml MnSO₄ dan 2ml NaOH+KI

Dihomogenkan

Didiamkan sampai terbentuk endapan coklat

Dibuang air bening diatas endapan coklat

Ditambah 2ml H₂SO₄ pekat

Dihomogenkan sampai endapan larut

Ditambahkan 3-4 tetes amilium

Dihomogenkan hingga bewarna ungu kehitam-hitaman

Dititrasi dengan Na-thiosulfat 0,025 N

Dihitung selisih volume titran

Dihitung dengan rumus :

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 21

Botol DO

Air sampel

Hasil

Page 22: Laporan ekologi perairan

3.2.6 Kecepatan Arus

- diisi dengan air pada salah satu botol

- dihubungkan botol satu dengan botol dua

menggunakan tali plastik sepanjang 30cm

- diikat botol satu dengan tali plastik sepanjang 5m

- dijatuhkan ke perairan

- dihitung waktu menggunakan stopwatch

- dicatat waktu

- dihitung kecepatan arus

3.2.7 PENGAMATAN BENTOS

a. Metode Kicking

Jala

Disiapkan

Dipegang tiang jala dengan arah melawan arus

Diaduk dasar perairan

Digerakkan maju melawan arus

Diangkat pelan-pelan ke permukaan.

Dicari benthos yang didapat

Diletakkan sampel bentos ke dalam nampan.

Diamati jenis bentos

Botol film

Bentos dimasukkan.

Diberi alkohol.

Diberi label.

Bentos dikelompokkan berdasarkan jennis.

Dihitung.

Hasil

b. Metode Ekman grab

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 22

Hasil

Botol Aqua

Page 23: Laporan ekologi perairan

Ekman grab

Disiapkan ekman grab.

Dibuka penutupnya.

Dimasukkan kedalam kolam secara tegak lurus sampai ke

dasar.

Dijatuhkan pemberatnya.

Ditarik pelan-pelan ke permukaan.

Dibuka penutupnya.

Diletakkan sampel bentos ke dalam nampan.

Diamati jenis bentos

Botol film

Bentos dimasukkan.

Diberi alkohol.

Diberi label.

Bentos dikelompokkan berdasarkan jennis.

Dihitung.

Hasil

c.Identifikasi jenis benthos

Ekman grab

Dibuka penutupnya.

Diletakkan sampel bentos ke dalam nampan.

Bentos

Ditiriskan pada tanah

Dicari

Dimasukkan botol film

Diberi alkohol.

Diberi label.

Bentos dikelompokkan berdasarkan jennis.

Dihitung.

Hasil

3.2.8 Plankton

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 23

Page 24: Laporan ekologi perairan

a. Pengambilan Plankton (di lapang)

- diambil dengan timba sebanyak 25 liter air

- diangkat ke permukaan

- diikat pada botol film ujung jaring bawah dengan tali

- dimasukkan air sampel

- diputar-putar searah plankton net

- ditutup botol film setelah plankton tersaring

- diberi bahan preservasi ( lugol ) sebanyak 3 tetes

- diberi label

-

b. Identifikasi Jenis Plankton (di Laboratorium)

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 24

Air Kolam

Plankton net

Hasil

Page 25: Laporan ekologi perairan

-

- disiapkan haemocytometer dan cover glass

- dibersihkan dengan menggunakan tissue secara searah

- ditutup haemocytometer dengan cover glass pada bagian tengah

- diambil sampel plankton dengan pipet tetes

- dituangkan pada haemocytometer

- disiapkan dan dinyalakan lampu pada perbesaran 400x

- diamati setelah ditemukan focus

- dibagi menjadi 5 bidang pandang

- dihitung jumlah plankton pada tiap bidang pandang

- dicatat

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 25

Haemocytometer

Mikroskop

Hasil

Page 26: Laporan ekologi perairan

c. Identifikasi Jenis Plankton

Ekman grab

Dibuka penutupnya.

Diletakkan sampel bentos ke dalam nampan.

Bentos

Ditiriskan pada tanah

Dicari

Dimasukkan botol film

Diberi alkohol.

Diberi label.

Bentos dikelompokkan berdasarkan jennis.

Dihitung.

Hasil

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 26

Page 27: Laporan ekologi perairan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

4.1.1 Data Pengamatan Lapang

a. Kolam

Data hasil yang diperoleh dalam praktikum Ekologi Perairan ini adalah :

Pelaksana : Kelompok 14

Tanggal pelasanaan : Sabtu, 20 November 2010

Waktu : 09.15 s/d 12.00WIB

Nama tempat : Mata Air Sumber Awan Singosari Kabupaten

Malang

Musim : Panas

Jenis Kolam : Biasa dan Eutrofikasi

Warna air : Hijau bening dan Keruh berlumpur

Data Parameter Kualitas Air

No Parameter Hasil

1 Suhu 23o C

2 pH 7

3 Jenis Substrat Pasir berbatu dan Berlumpur

4 Kecerahan 100%

5 Kedalaman 48 cm

Data Organisme yang Diperoleh

No Organisme Jumlah

1 Branchiura sowerbyi 3

2 Thiara balonnensis 1

3 Potamopyrgus antipodurum 1

4 Actinastrum hantzschii 12

5 Naviculace margalit 3

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 27

Page 28: Laporan ekologi perairan

Identifikasi pakan Tambahan

Pakan tambahan adalah pakan yang diberikan sebagai tambahan

untuk ikan, sehingga tanpa pakan tambahanpun ikan tersebut masih

memiliki nutrisi dalam tubuhnya. Jenis pakan tambahn misalnya adalah

daun kelor, daun papaya dan lain sebagainya.

Identifikasi Jenis Ikan Herbivora

Ikan herbivore adalah ikan yang memangsa tumbuh-tumbuhan,

atau dapat juga dikatakan pemakan fitoplankton. Dalam proses

pencernaannya membutuhkan waktu yang lam karena adanya selulosa

dalam kandungan pakan. Sehingga usus ikan herbivore cenderung

panjang.

Identifikasi Jenis Ikan Karnivora

Ikan karnivora adalah ikan yang memakan makanan berupa

zooplankton. Kadang juga memakan ikan- ikan kecil yang lain. Ikan kar

nivora dalam proses pencernaan cenderung cepat, karena ususnya

pendek.

Identifikasi Jenis Ikan Omnivora

Ikan omnivora adalah jenis ikan pemakan segala, yaitu bisa

memakan zooplankton ataupun fitoplankton. Bentuk ususnya cenderung

sedang, karena merupakan kombinasi antara jenis usus ikan karnivora

dan jenis ikan herbivora.

Identifikasi Tanaman Air

Tanaman air yang ada didalam kolam yaitu lumut jaring.

Identifikasi Organisme yang Ada Di sekitar Kolam

Organisme yang ada di sekitar kolam adalah semut, siput, belalang dan

ulat.

Identifikasi Tanaman yang ada di sekitar kolam

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 28

Page 29: Laporan ekologi perairan

Tanaman yang ada di sekitar kolam adalah rumput, palawija dan pohon-

pohon.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 29

Page 30: Laporan ekologi perairan

Denah Lokasi Stasiun Pengambilan sample

Kolam Biasa

Outlet Inlet

Gambar Inlet

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 30

Page 31: Laporan ekologi perairan

Gambar outlet

Kolam Eutrofikasi

b. Sungai

Data hasil yang diperoleh dalam praktikum Ekologi Perairan ini adalah :

Pelaksana : Kelompok 14

Tanggal pelasanaan : Sabtu, 20 November 2010

Waktu : 09.15 s/d 12.00 WIB

Nama tempat : Mata Air Sumber Awan Singosari Kabupaten

Malang

Musim : Panas

Jenis sungai : Tenang dan Deras

Station : -

Net Size : Meshsize 0,5

Warna air : Bening

Dept : 48 dan 14

Data Parameter Kualitas Air

No Parameter Hasil

1 Suhu 25 oC

2 Ph 7

3 Jenis Substrat Lumpur berbatu

4 Kecepatan arus 0,33 m/ s

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 31

Page 32: Laporan ekologi perairan

Data Hasil Pengamatan Ekosistem sungai

Denah Lokasi Stasiun Pengambilan sampel

Sungai Deras

Sungai Tenang

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 32

Page 33: Laporan ekologi perairan

4.1.2 Data Pengamatan Laboratorium

a. Bentos

No Gambar Literatur Klasifikasi

Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Diptera

Family: Chironomidae

Domain: Eukaryota

Kingdom: Animalia

Subkingdom: Bilateria

Phylum: Mollusca

Class: Gastropoda

Subclass: Orthogastropoda

Superorder: Caenogastropoda

Order: Sorbeoconcha

Family: Hydrobiidae

Subfamily: Coliadinae

Genus: Potamopyrgus

Specific name: antipodarum

Scientific name: Potamopyrgus

antipodarum

Kingdom: Animalia 

Phylum: Annelida

Class: Clitellata

Order: Haplotaxida

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 33

Page 35: Laporan ekologi perairan

Kingdom: Plantae

Phylum: Chlorophyta

Class: Trebouxiophyceae

Genus: Actinastrum

Specific epithet: hantzschii

Botanical name: Actinastrum hantzschii

Filum : Chrysophyta

Subfilum: Basihario

Ordo : Ponnales

Spesies: Naviculace

Margalit

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 35

Page 36: Laporan ekologi perairan

4.2 Analisa Prosedur

4.2.1 Suhu

Pada pengamatan suhu ini menggunakan thermometer raksa. Pertama-tama

termometer dipersiapkan terlebih dahulu. Lalu termometer dimasukkan ke dalam air

selama beberapa menit sampai terlihat air raksa termometer stabil. Termometer

jangan dipegang pada bagian termometernya tetapi dipegang bagian talinya yang

terdapat pada bagian ujung termometer. Tujuan tidak dipegangnya termometer itu

adalah supaya termometer tidak terpengaruh oleh suhu tubuh. Setelah 3 menit hal

ini dilakukan agar suhu dalam termometer Hg stabil, kemudian termometer diangkat

dari perairan dan dicatat suhu yang diperoleh pada termometer tersebut dalam

satuan 0C.

4.2.2 Kecerahan

Pada pengukuran kecerahan alat dan bahan yang digunakan yaitu secchi

disk dan air kolam yang digunakan. Setelah itu secchi disk disiapkan, secchi disk

diturunkan ke dalam air kolam dengan perlahah-lahan sampai tidak nampak pertama

kali dan dicatat hasilnya sebagai sebagai D1 lalu ditandai. Kemudian secchi disk

diturunkan lebih dalam lagi hingga benar-benar tidak nampak. Kemudian secchi disk

ditarik keatas dengan perlahan-lahan hingga nampak pertama kali dan ditandai, ini

dicatat sebagai D2. Dan dicatat kedalamannya. Setelah itu dihitung dengan rumus

kecerahan D=D2+D2/2 dan dicatat hasilnya dalam data.

4.2.3 Kedalaman

Pada pengukuran kedalaman perairan kolam alat yang digunakan adalah

tongkat panjang dan penggaris. Setelah itu alat ddan bahan disiapkan. Pengamatan

terhadap kedalaman dilakukan dengan cara memasukkkan tongkat panjang ke

permukaan dan diukur menggunakan penggaris lalu catat hasilnya dalam data.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 36

Page 37: Laporan ekologi perairan

4.2.4 pH

Pada pengukuran pH ini digunakan pH paper. pH paper digunakan untuk

mengukur pH disuatu perairan. Pertama-tama pH dipersiapkan lalu dicelupkan pH

paper tersebut pada perairan hingga pH paper benar-benar basah. Kemudian pH

paper diangin-anginkan sampai kering. Setela itu dicocokkan warnr pH paper

dengan garis warna pada pH box untuk mengetahui nilai dari pH perairan tersebut.

Setelah diketahui nilainya lalu dicatat hasilnya.

4.2.5 Substrat

Pertama kita ambil substrat yang ada didasar perairan. Setelah itu kita amati

tipe substrat yang ada. Setelah diamati lalu ditentukan tipe subtratnya dan dicatat

hasilnya.

4.2.6 DO

Pada saat praktikum ekologi perairan dilakukan pengukuran DO. Pertama

siapkan alat dan bahan yang digunakan yaitu, botol DO dimasukkan kedalam

perairan secara perlahan dengan posisi miring dan jangan sampai terjadi gelembung

udara.Botol DO ditutup di dalam air, bila botol telah penuh selanjutnya dilakukan

pengujian dengan larutan – larutan kimia. Pertama tutup botol DO dibuka dan

diteteskan MnSO4 sebanyak 2 ml/ 44 tetes yang bertujuan mengikat endapan

coklat. Selanjutnya botol DO ditutup dan dihomogenkan dengan cara dibolak – balik.

Setelah itu di tunggu sampai pemisahan oksigen yang menyatu dengan endapan

coklat dan larutan yang bening dibuang secara perlahan atau dengan pipet tetes.

Sehingga yang tetinggal larutan yang terdapat endapan coklat. Selanjutnya

ditambahkan larutan H2SO4 sebanyak 22 ml/44 tetes yang berfungsi untuk

pengenceran endapan coklat dan pengondisian asam dan ditambahkan kembali

amylum 2 -3 tetes yang berfungsi untuk indikator warna ungu dan pengondisian

basa, lalu di homogenkan. Terakhir dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat hingga

berubah warna menjadi bening pertama kali. Kemudian volume titran dihabiskan

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 37

Page 38: Laporan ekologi perairan

untuk titrasi dan larutan yang sudah dititrasi digoyang – goyang agar homogen.

Terakhir dicatat volume titrasi dan dihitung dengan rumus:

4.2.7 Kecepatan Arus

Pada saat praktikum ekologi perairan dilakukan pengukuran kecepatan arus. Pertama siapkan alat dan bahan yaitu, botol plastik 600 ml 2 buah sebagai pemberat dan pelampung, tali rafia 5 m sebagai jarak pengubung antara 2 botol, dan stopwatch sebagai perhitungan selang waktu pengukuran kecepatan arus. Setelah itu dilakukan pengukuran kecepatan arus dengan cara diisi salah satu botol dengan air lokal yang berfungsi sebagai pemberat dan satu lagi sebagai pelampung. Kemudian ke 2 botol yang sudah diikatkan dan dihubungkan dengan tali rafia tersebut di hanyutkan ke perairan bersamaan dengan dinyalakan stopwatch. Lalu stopwatch dimatikan ketika tali rafia pada ke 2 botol meranggang sempurna. selanjutnya data di catat dan dihitung dengan rumus

4.2.8 Bentos

a. Metode Kicking

Pada saat praktikum ekologi perairan tentang pengambilan benthos dengan

metode kicking hal pertama yang dilakukan menyiapkan alat seperti planktonnet ,

jaring planktonnet digerakkan maju dalam air dengan cara di bagian depan jaring di

gerak-gerakkan dengan kaki agar benthos yang berada didalam pasir masuk

kedalam planktonnet, setelah itu planktonnet diangkat lalu isi yang tersaring tadi

dimasukkan dalam nampan dan di cari benthosnya lalu diidentifikasi di praktikum

laboratorium.

b. Metode Ekman Grab

Pada saat praktikum ekologi perairan tentang pengambilan benthos dengan

metode ekman grab hal pertama yang dilakukan menyiapkan alat seperti ekman

grab,kemudian ekman grab dibuka dengan cara menarik kedua tali disamping kiri

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 38

Page 39: Laporan ekologi perairan

dan kanan lalu di eratkan pada bagian atas ekman grab kemudian ekman grab

dimasukkan sampai dasar perairan lalu pemberat pada ujung tali di lepas dan masuk

kedalam air hingga ekman grab menutup dan mendapatkan lumpur sebagai substrat

dari benthos , lalu dimasukkan dalam nampan dan di cari benthosnya lalu

diidentifikasi di praktikum laboratorium.

c. Identifikasi Jenis Bentos

Pertama-tama alat dan bahan disiapkan diantaranya ekman grap, timba,

pinset, nampan, botol film, alkohol 70%, dan kertas label. Langkah pertama diambil

ekman grap yang akan digunakan setelah itu dibuka penutup ekman grap dengan

cara menarik tali penutupnya. Lalu ekman grap dmasukkann ke dalam kolam

dengan perlahan-lahan sampai dasar secara tegak lurus. Setelah itu ekman grapp

ditutup dengan cara menjatuhkan pemberat sehingga dapat ditutup dan mengambil

bentos yang ada dikolam. Lalu ekman grap ditarik kepermukaan secara pelan-pelan.

Setelah ditaruh ditanah ekman grap dibuka penutupnya lalu bentosnya diyaruh

dalam ember. Selah itu sampel bentos ditampatkan pada nampan dan disortir, untuk

mempermudah mencari bentos dgunakan loop. Setelah bentos didapatkan, lalu

dimasukkan kedalam notol film yang sudah diberi alkohol sampai separuh botol film.

Setelah itu diberi label agar tidak tertukar. Pada pengamatan di laboratorium IIP

bentos yang ada di botol film dikeluarkan lalu dikelompokkan berdasarkan jenis

bentos yang telah diambil setelah itu dihitung dengan menggunakan rumus H=Σpi ln

Pi dan dicatat hasilnya.

4.2.9 Plankton

a. Pengambilan Plankton

Pertama tama kita siapkan dahulu alat berupa planktonnet kemudian

planktonet di beri botol flim pada ujung bawa lalu diikat dan dirapatkan dengan

karet gelang , setah itu diambil airt kolam sebanyak 25 liter dengan

menggunakan timbah dengan volume 5 nliter, jadi pengambilan dilakukan

sebanyak 5 kali , selagi air dimasukkan , planktonnet digoyang – goyang kan

agar plankton dapat masuk kedalam botol film, setelah didapat air yang ada

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 39

Page 40: Laporan ekologi perairan

didalam botol film ditetesi dengan larutan lugol agar mengawetkan plankton

didalamnya.

b. Identifikasi Jenis Plankton

Pada identifikasi plankton hal pertama yang dilakukan adalah dengan

menyiapkan alat dan bahan ,pertama – tama obyek glass dan cover glass

dikalibrasi terlebih dahulu agar terhindar dari bakteri maupun kotoran yang

melekat,kemudian diambil sampel plankton dari botol film dengan menggunakan

pipet tetes sebanyak 1 tetes , lalu diamati di bawah mikroskop dengan

perbesaran 40 kali , setelah didapat planktonnya lalu diidentifikasi jenis

planktonnya dan dicatat hasilnya.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 40

Page 41: Laporan ekologi perairan

4.3 Analisa Hasil

4.3.1 Rantai Makanan Yang Terjadi

Rantai makanan yang terjadi antara organisme yang ditemukan dalam

praktikum Ekologi Perairan yang dilakukan di Mata Air Sumber Awan Singosari

Kabupaten Malang adalah seperti dalam bagan di bawah ini :

Suatu rantai makanan dapat disusun dalam piramida makanan adalah

komposisi rantai makanan yang semakin ke atas jumlahnya semakin kecil (Sumantri,

2009).

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 41

Matahari

Tumbuhan Lumut

Zooplankton

KatakBakteri/Decomposer

Belalang IkanSemut

Fitoplankton

Siput

Page 42: Laporan ekologi perairan

4.3.2 Interaksi Antar Organisme Yang Ada

Interaksi antar organisme atau yang biasa disebut dengan simbiosis

parasitisme adalah hubungan antara 2 makhluk hidup yang berbeda jenis dan salah

satu merugikan jenis yang lain. Dari organisme-organisme yang telah ditemukan,

dapat diambil contoh adanya interaksi (simbiosis parasitisme). Simbiosis ini terlihat

dari adanya ikan dengan siput dimana siput memakan makanan dari ikan sehingga

siput menjadi parasit bagi ikan. Dari interaksi ini dapat terlihat bahwa kolam di Mata

Air Sumber Awan Singosari Kabupaten Malang ada interaksi yang salah satu pihak

dirugikan.

Parasitisme adalah hubungan antar organisme yang berbeda spesies dan

salah satu spesies merugikan jenis lain (Bagas, 2009).

4.3.3 Pengaruh Nilai Faktor Fisika, Kimia Air dengan Makrozoobenthos

Dari praktikum yang dilakukan, faktor fisika meliputi suhu, kecerahan, dan

jenis substrat. Sedangkan faktor kimia dapat dilihat dari pengukuran pH air. Dari

praktikum yang dilakukan, maka didapatkan suhu sebesar 280C, kecerahan sebesar

100%, substratnya lumpur, dan pH sebesar 7. Selain itu, makrozoobenthos yang

didapat juga cukup banyak.

Benthos merupakan organisme yang hidup di dasar perairan . Dengan jenis

substrat lumpur memang memungkinkan untuk ditemukannya benthos yang

beragam. Selain itu, nilai pH air sebesar 7 juga memungkinkan untuk ditemukannya

benthos yang beragam. Hal ini sesuai dengan Effendie (2003) bahwa sebagian

besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sebesar 7

- 8,5.

4.3.4 Perhitungan Benthos

Dari hasil praktikum pada kolam biasa dan kolam eutrifikasi di dapat 1 jenis

bentos yang sama yaitu berupa Chironomous cloacalis. Pada kolam biasa didapat

dua organisme sedangkan dikolam eutrifikasi didapat 4 organisme.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 42

Page 43: Laporan ekologi perairan

DENSITAS

Densitas (md/m2) = total spesiesLuas

= 60,0225

= 266,67 md/m2

DIVERSITAS

Pi = n

N

= 6

6

= 1

Diversitas = H = - Epi log2 Pi

= 1 log 1

= 1

Nilai H=1 menunjukkan indeks keragaman yang sedang. Menurut Hdjosuwarno (1990) dalam Djahjah (2005) menyatakan bahwa Indeks Keragaman H terdiri dari beberapa kriteria yaitu

H > 3,0 = Menunjukkan keanekaragaman sangat

H 1,6 – 3,0 = Menunjukkan keanekaragaman tinggi

H 1 – 1,5 = Menunjukkan keanekaragaman sedang

H < 1 = Menunjukkan keanekaragaman rendah

Sedangnya keanekaragaman benthos diperairan kolam tersebut mungkin disebabkan karena pencemaran limbah pertanian seperti peptisida maupun hibrisida mengingat letak kolam dikelilingi sawah pertanian.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 43

Page 44: Laporan ekologi perairan

4.3.5 Perhitungan Plankton

L.Kotak : 1 mm2

Kedalaman : 0,1 mm

V = 0,1 mm2 atau 0,0001 cm3 (0,0001 ml)

Total kepadatan = n x 104 sel/ml

= 15/4x104 sel/ml

= 3,7x104 sel/ml

4.3.6 Hubungan Antar Parameter

1. Hubungan pH dengan CO2 dan Alkalinitas.

Menurut Modereth et al dalam Effendi ( 2003 ), bahwa pH juga berkaitan erat

dengan karbondioksida dan alkalinitas, pada pH < 5 alkalinitas dapat mencapai “ nol

“. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah

kadar karbondioksida bebas terlarut yang bersifat asam ( pH rendah ) bersifat

korosif.

2. Hubungan pH dengan senyawa amonia

Menurut Effendi ( 2003 ), berpendapat bahwa senyawa amonium yang dapat

berionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah. Amonium

bersifat tidak toksik, namun pada suasana alkalis ( ph tinggi ) lebih berionisasi dan

bersifat toksik.

3. -Hubungan DO dengan suhu dan Salinitas.

Hubungan antar kadar oksigen terlarut jenuh dan suhu menggambarkan

bahwa semakin tinggi suhu, maka kelarutan oksigen akan semakin berkurang

kelarutan oksigen cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan air

tawar ( Effendi, 2003 ).

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 44

Page 45: Laporan ekologi perairan

4. Hubungan Orthophospat dengan Suhu dan pH.

Semua poliphospat mengalami hidrolisis membentuk orthophospat

perubahan ini tergantung pada suhu yang mendekati titik didih. Perubahan

poliphosphat terjadi orthophospat pada air limbah yang mengandung bakteri lebih

cepat dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada air bersih ( Effendi, 2003).

5. Hubungan Kecerahan dengan Padatan tersuspensi.

Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan semakin tinggi.

Akan tetapi tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan

misalnya air memiliki nilai kepadatan terlalu tinggi, tapi tidak berarti memiliki

kekeruhan yang tinggi ( Effendi, 2003 ).

6. Hubungan nitrat nitrogen dengan DO dan Suhu.

Proses oksidasi tersebut akan menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut

semakin berkurang terutama pada musim kemarau. Saat curah hujan sangat sedikit

dimana volume aliran air di sungai menjadi rendah. Diiringi dengan tingginya

temperatur dan apabila volume limbah tidak berkurang akan menyebabkan laju

oksidasi tersebut meningkat tajam. Keadaan ini menyebabkan konsentrasi oksigen

menjadi sangat rendah. Sehingga menimbulkan kondisi yang kritis bagi organisme

air.( Barus, 2001 ).

7. Hubungan Amonia dengan pH

Semakin tinggi nilai pH akan menyebabkan keseimbangan antara amonium

dengan amonia. Semakin bergeser kearah amonia berarti kenaikan pH akan

meningkatkan konsentrasi amonia yang diketahui bersifat sangat toksik bagi

organisme air ( Barus, 2007 ).

8. Hubungan Karbondioksida dengan pH.

Sebagian kecil karbondioksida yang terdapat di atmosfer larut kedalam uap air

membentuk asam karbonat, selanjutnya jatuh menjadi hujan. Air hujan bersifat asam

dengan pH 5,6 didalam perairan berbentuk ion H+, sehingga pH perairan menurun

( Effendi, 2003 ).

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 45

Page 46: Laporan ekologi perairan

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal

balik atau interaksi antara organisme perairan dengan lingkungannya.

Benthos merupakan makhluk yang melekat atau sedang beristirahat pada

dasar perairan atau yang hidup didalam sedimen di dasar perairan.

Suhu kolam 250 C, PH air 7, jenis substrat yaitu jenis lempung

Menurut Wihm dalam Ardi (2002) menyatakan bahwa berat indeks

keragaman zoobentos < dari 1 adalah dalam keadaan tercemar, jika berkisar

1 – 3 air tersebut sedikit tercemar, air bersih indeks keragaman

zoobentosnya > 3.

5.2 Kritik dan saran

Dalam pelaksanaan praktikum ekologi perairan sebaiknya pada waktu

praktikum di Laboratorium lebih dikondisikan lagi, agar praktikan tidak bingung dan

bentrok dengan jam kuliah.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 46

Page 47: Laporan ekologi perairan

DAFTAR PUSTAKA

Arfiati,D.2009.Startegi Peningkatan Kualitas Sumberdaya pada Ekosistem Perairan

Tawar. Universitas Brawijaya.Malang

Angelina,F. 2007. Simbiosis. http://fionaangelina.com/2007/12/23/symbiosis.

Diakses pada tanggal 01 desember 2010. Pukul 19.00 WIB

Barus, A. 2002. Pengantar Limnologi. Djambatan. Jakarta

Brotowidoyo,MD; Djaka,T dan Eko,M. 1999. Pengantar Linkungan Perairan dan

Budidaya Air. Liberty. Yogyakarta

Effendi,H. 2003. Telah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta

Ermawati,B ; Sri,S dan Endang, Y. 2001. Studi Ekologi Fitoplankton di Waduk

Wonorejo Desa Wonorejo Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung

Jawa Timur. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang

Evans.2009. Diagram Siklus Air.http://google.com. Diakses tanggal 1 Desember

2010 pukul 21.45 Wib

Fachrul,Melati Ferianita, Herman Haeruman dan Listari C.Sitepu.2005.Komunitas

Fitoplankton sebagai Bio-Indikator Kualitas Perairan Teluk Jakarta.

http://api.ning.com/files/zsqyxD

FQyLipkNg8HVR0a25dw*ZmljIkQdZDlQ65k44_/KomunitasFitoplanktonsbg

BioindikatorPerairandiTelukJakarta.pdf. Diakses tanggal 1 Desember 2010

pukul 13.00 WIB.

Hakim,L. 2009. Makrozoobenthos Sebagai Indikator Pencemaran Lingkungan.

http//ilmukelautan.com. Diakses tanggal 01 Desember 2010 pukul 21.43

Wib

Herawati, EY. 1989. Pengantar planktonologi. Fakultas Perikanan Universitas

Brawijaya. Malang

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 47

Page 48: Laporan ekologi perairan

Mahmudi, M.2005. produktivitas Perairan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya.

Malang

Musa dan Yanuhar, U.2006. diktat Limnologi. Fakultas Perikanan Universitas

Brawijaya. Malang

Nontji, A. 2003. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta

Odum, E. 1993. Dasar Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Rahman, Abdur.2008.Kajian Kandungan Phospat dan Nitrat Pengaruhnya terhadap

Kelimpahan Jenis Plankton di Perairan Muara Sungai Nelayan. Kalimantan

Scientiae. No.71 Th.XXVI Vol.April.2008.

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2671083244.pdf. diakses tanggal 2

Desember pukul 15.00 WIB.

Resosoedarmo, S; Kuswata, K dan Aplilani, S. 1992. Pengantar Ekologi. PT Remaja

Rosdakarya. Bandung

Romimohtanto dan Sri. 2001. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta

Soemarto. 1983. Pengantar Ilmu Perikanan. Jakarta

Sudarjanti dan Wijarni. 2006. Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobenthos.

Erlangga. Jakarta

Sumaryam. 2001. Susunan dan Macam Ekosistem. Djambatan. Jakarta

Sutrisno dan Suciastuti. 2004. Studi Ekologi Perairan. Kanisius. Jakarta

Suwondo, Elya Febrita, Dessy dan Mahmud Alpusari.2004. Kualitas Biologi Perairan

Sungai Senapelan, Sago dan Sail di Kota Pekanbaru berdasarkan

Bioindikator Plankton dan Bentos. Jurnal Biogenesis Vol. 1(1):15-20.2004.

http://biologi-fkip.unri.ac.id/karya_tulis/ suwondo.pdf. Diakses tanggal 1

Desember 2010 pukul 20.00 WIB.

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 48

Page 49: Laporan ekologi perairan

syafitrianto,I.2009. ekosistem Kolam. http://pustaka.Ut.ac.id/pustaka/online.php?.

Diakses tanggal 11 Desember 2010 pukul 20.47 Wib

wikipedia. 2010. Ekologi.http://id.wikipedia.org/wiki/ekologi. Diakses tanggal 01

Desember pukul 21.22 Wib

Wikub3atbl4ck.blogspot.2010. pada interaksi

organisme.http://wikub3atbl4ck.blogspot.com/2010/03/. Diakses tanggal 01

Desember 2010 pukul 21.32 Wib

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 49

Page 50: Laporan ekologi perairan

LAMPIRAN

Gambar Kegiatan Praktikum

Gambar Inlet Gambar outlet

Sungai Deras

Sungai deras Sungai Tenang

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 50