laporan besar ekologi pertanian e2

81
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN KELAS : E KELOMPOK : 2 ASISTEN : Farokhi Mochtar PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Upload: queen

Post on 07-Feb-2016

626 views

Category:

Documents


80 download

DESCRIPTION

...

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN

KELAS : E

KELOMPOK : 2

ASISTEN : Farokhi Mochtar

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN

Oleh :

No Nama NIM Nilai

1 Yogi Sinatrya 145040101111072

2 Herlin Fuji Rahayu 145040101111073

3 R. Ay. Sri Sucahyani 145040101111074

4 Rizky Awaliyah 145040101111075

5 Ramayana Sinaga 145040101111076

6 Riza Adityawati 145040101111077

7 Evita Septiana 145040101111078

8 Candra Febri Kurniawati 145040101111079

9 Dyah Ayu Maharani 145040101111080

10 Yuwono Wibowo 145040101111081

11 Stevanus Sembiring 145040101111083

12 Devico Abrian M.M 145040101111084

13 Mia Yohannengsih 145040101111085

14 Bagas Fatwa Wicaksono 145040101111086

Asisten :Farokhi Mochtar

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 3: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Agroekosistem adalah komunitas tanaman dan hewan yang berhubungan

dengan lingkungannya (baik fisik maupun kimia) yang telah diubah oleh manusia

untuk menghasilkan pangan, pakan, serat, kayu bakar dan produk-produk lainnya

yang dibutuhkan manusia.

Di dalam agroekosistem terdapat ekosistem yang menjadi tempat interaksi

antar faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang

meliputi faktor fisik dan faktor kimia. Faktor fisik yang mempengaruhi ekosistem

adalah suhu, sinar matahari, air, tanah, ketinggian, angin. Faktor biotik adalah

faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup baik hewan maupun tumbuhan.

Di permukaan bumi, sekian banyak spesies hewan ternyata ¾ bagian

adalah serangga. Hal ini disebabkan oleh daya tahan tubuhnya yang baik,

cepatnya menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan penyebaran yang sangat

luas yaitu mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub. Dari jumlah tersebut,

lebih dari 750.000 spesies telah diketahui dan diberi nama. Jumlah tersebut

merupakan kurang lebih 80% dari filum anthropoda.

Salah satu kondisi yang berpengaruh pada ekosistem adalah tutupan lahan

oleh vegetasi yang merupakan bagian penting yang tidak dapat terpisahkan dalam

penanganan pengolahan baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka

panjang. Dalam pengelolaan agroekosistem, data vegetasi meliputi tanaman

budidaya maupun tumbuhan yang tumbuh di ekosistem.

Page 4: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

1.2 Rumusan Masalah

1. Kondisi lingkungan mikro pada sistem pertanian di dataran tinggi

(Cangar) dan dataran rendah (Jatikerto)

2. Keragaman Arthropoda di dataran tinggi (Cangar) dan dataran rendah

(Jatikerto)

3. Analisis vegetasi pada dataran tinggi (Cangar) dan dataran rendah

(Jatikerto)

1.3  Tujuan

1.    Untuk mengetahui analisis vegetasi dan faktor abiotik.

2.   Untuk mengetahui biomassa pohon.

3   Untuk mengetahui faktor biotik.

4.    Untuk mengetahui jenis-jenis anthropoda yang terdapat dalam

ekosistem tahunan dan ekosistem musiman.

1.4 Manfaat

1. Memahami keadaan vegetasi di Cangar dan di Jatikerto sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap sang pembaca.

2. Dapat mendeskripsikan perbandingan keadaan vegetasi di masing-masing tempat.

3. Dapat mengidentifikasi keanekaragaman artropoda di Cangar dan di Jatikerto.

4. Dapat membandingkan keragaman arthropoda di masing-masing tempat.

Page 5: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Ekologi dan Ekologi Pertanian

Wilayah yang memiliki kondisi lingkungan tertentu akan berpengaruh

pada vegetasinya dan jenis dari hewan-hewan disekitarnya. Segala proses yang

berkaitan dengan lingkungan baik abiotik maupun abiotik akan dipelajari dalam

ekologi.

Istilah ekologi diciptakan oleh sarjana Jerman Ernest Haeckel, seorang

biologiwan asal Jerman, dalam tahun 1869. Istilah ini terdiri atas dua suku kata

Yunani Oikos yang berarti rumah atau rumah tangga dan logos yang berarti uraian

atau ilmu.

Memberikan penjelasan secara rinci pada uraian berikut ini. Ekologi itu

secara harfiah berarti ilmu kerumahtanggan. Tetapi dalam kenyataannya, yang

dimaksud rumah tangga itu tidak terbatas pada pengertian rumah tangga seperti

yang biasa sehari-hari kita pahami, akan tetapi lebih luas lagi. Desa, negara

bahkan seluruh dunia ini bisa kita anggap sebagai rumah tangga kita bersama.

Ekologi yang tergolong suatu disiplin ilmu yang masih muda memang belum

nampak jelas identitasnya; kadang-kadang batas-batas disiplinnya dengan ilmu

lain masih kabur.

D. Dwidjoseputro (1990:8)

Sedangkan mengemukakan penjelasan lain tentang ekologi. Inti dari

permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khusunya

manusia, dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik

makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut ekologi. Oleh karena itu

permasalahan lingkungan hidup pada hakekatnya adalah permasalahan ekologi.

Otto Soemarwoto (1983:14)

Banyak yang menyamakan ilmu ekologi dengan ekonomi. Secara harafiah

ilmu ini hampir mirip hanya saja ada beberapa pokok permasalahan yang sedang

dibahas berbeda. Ekologi dan ekonomi hampir sama namun dalam ekologi untuk

melakukan transaksi dalam suatu lingkungan menggunakan mata uang materi,

energi, dan informasi. Ketiga hal diatas mejadi perhatian utama dalam ekologi

Page 6: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

seperti perputaran uang dalam ekonomi. Ilmu ekologi sering disebut ilmu

ekonomi alam karena dalam transaksi menggunakan mata uang berupa materi,

energi, dan informasi. Dimana ketiganya saling mempengaruhi dan terkait.

Soemarwoto (1983:14),

Pertanian memiliki dua pengertian dalam arti sempit dan dalam arti luas.

Pertanian dalam arti sempit memiliki makna budidaya tanaman pada suatu lahan.

Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian, perikanan, kehutanan, peternakan,

dan kelautan. Ilmu ekologi memiliki batasan yang luas dimana pertanian

merupakan salah satu hal yang dapat dijelaskan melalui disiplin ilmu ini. Di

dalam pertanian, ilmu ekologi bisa menjelaskan tentang interaksi antara unsur

abiotik dan biotik yang sesuai sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Pertanian yang di dalamnya benar-benar menerapkan prinsip ekologi akan

dapat meminimalkan dampak lingkungan dan sosial-ekonomi yang negatif dari

teknologi modern. Biasanya ahli ekologi menyebut ekologi pertanian Ilmu

Agroekologi. Agroekologi didefinisikan sebagai penerapan konsep ekologi dan

prinsip-prinsip untuk desain dan pengelolaan agroekosistem yang berkelanjutan,

menyediakan kerangka kerjauntuk menilai kompleksitas agroekosistem.

(Altieri, 1995).

Mengemukakan bahwa ilmu agroekologi itu sendiri adalah penerapan dari

konsep dan prinsip yang dibuat untuk mendesain dan mengelola dari pertanian

yang berkelanjutan. Tujuan yang ingin dicapai dalam agroekologi adalah

pertanian berkelanjutan.

Gilesmann (2000)

2.2 Pengertian Ekosistem Alami dan Ekosistem Buatan

Agroekologi tidak akan lepas dari yang disebut lingkungan, baik itu

lingkungan yang bersifat abiotik maupun biotik. Diantara kedua lingkungan ini

ada hubungan timbal balik yang menyebabkan adanya perpindahan energi, massa,

dan nutrisi.

Hubungan ekologi dan ekosistem dijelaskan oleh Otto Soemarwoto

(1983:15) sebagai berikut Suatu konsep sentral dalam ekologi ialah ekosistem

Page 7: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

yaitu suatu sistem ekologi yang dibentuk oleh hubungan timbal-balik antara

makhluk hidup dengan lingkungannya. Menurut pengertian, suatu sistem terdiri

atas komponen-komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan.

Ekosistem terbetuk oleh komponen hidup dan tak hidup di suatu tempat yang

saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi

oleh adanya arus materi dan energi yang terkendalikan oleh arus informasi antar

komponen-komponen dalam ekosistem ini.

Mencoba menjelaskan bahwa lingkungan ekosistem ini sendiri bersifat

sangat kompleks sehingga terbetuk adanya keteraturan dan membentuk kesatuan

di dalamnya. Jika salah satu komponen terganggu maka ekosistem akan

kehilangan keseimbangannya. Terganggunya keseimbangan ini bisa bersifat statis

maupun dinamis, baik secara alami ataupun disengaja dibuat manusia.

Otto Soemarwoto(1983)

Berdasarkan sejarah terbentuknya, ekosistem dapat dibedakan menjadi

tiga, yaitu:

a. Ekosistem Alami, yaitu ekosistem yang terbentuk secara

alami, tanpa adanya pengaruh atau campur tangan manusia.

Misalnya, ekosistem gurun pasir, ekosistem hutan tropis, dan

ekosistem hutan gugur. Setiap ekosistem mempunyai ciri khas.

Ciri itu sangat ditentukan oleh faktor suhu, curah hujan, iklim,

dan lain-lain. Dalam kurun waktu tertentu ekosistem alami dapat

menjaga sifat-sifatnya dengan cukup konstan, terutama karena

desakan-desakan yang dibuat oleh lingkungan fisik bersama

sama dengan lingkungan timbal balik baik intra maupun

antarspesies.

b. Ekosistem Buatan, yaitu ekosistem yang sengaja dibuat oleh

manusia. Misalnya, kolam, waduk, sawah, ladang, dan

tanam. Pada umumnya, ekosistem buatan mempunyai

komponen biotik sesuai dengan yang diinginkan pembuatnya.

Page 8: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

Pada ekosistem sawah, komponen biotik yang banyak, yaitu

padi dan kacang.

2.3 Pengaruh Faktor Abiotik Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Otto Soemarwoto (1983:18) menyatakan “tubuh kita hewan, tumbuhan,

batu dan lain-lain tersusun oleh materi. Materi itu terdiri dari unsur kimia, seperti

karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), dan fosfor (F).” Semua

faktor-faktor tersebut membentuk molekul seperti air, udara, dan tanah yang

merupakan faktor abiotik. Faktor-faktor ini akan memengaruhi faktor lain seperti

angin, suhu, kelembaban, dan radiasi matahari yang berpengaruh pada

pertumbuhan tanaman.

a. Air

Air pasti dibutuhkan semua makhluk hidup karena 70% berat-

badan makhluk hidup baik hewan maupun tumbuhan merupakan air. Kita

bisa mengetahui seberapa pentingnya air dari jenis vegetasi yang ada pada

setiap tanah akan berbeda sesuai banyaknya air. Tanah yang memiliki air

yang menggenang tidak akan ada ulat, namun tanah yang kering tidak akan

kita jumpai adanya tumbuhan. Itu artinya air memiliki peran penting dalam

penentuan vegetasi yang ada.

Dwidjoseputro (1990),

Proses fotosintesis yang terjadi juga melibatkan peran air. Apabila

tidak ada air tumbuhan tidak bisa melakukan fotosintesis. Tanaman yang

semula segar menjadi layu dan lama-kelamaan mati. Itu diakibatkan

karena kekeringan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun

morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan, bahkan

defisiensi air yang terus menerus akan menyebabkan perubahan

irreversibel yang menyebabkan kematian pada tanaman. Sebaliknya jika

pemberian air berlebih pada tanaman, maka akan terjadi perubahan

berbagai proses kimia dan biologis yang membatasi jumlah oksigen dan

meningkatkan pembentukkan senyawa yang berbahaya bagi akar tanaman.

b. Cahaya

Page 9: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

Sumber energi bagi kehidupan yang paling pokok di Bumi adalah

matahari berupa cahaya. Cahaya matahari sendiri memiliki banyak variasi

dalam hal panjang gelombang. Panjang gelombang ini akan

mempengaruhi kualitas cahaya (cahaya yang diserap, dipantulkan, atau di

refleksikan), intensitas cahaya menentukan fotosintesis. Dan lamanya

penyinaran menentukan jenis tanaman.

(D.Dwidjoseputero, 1990 : 14)

Selain air, faktor yang berperan penting dalam fotosintesis adalah

cahaya. Lamanya penyinaran di setiap belahan bumi tidak sama. Sehingga,

vegetasi yang ada di tempat juga berbeda. Kebutuhan intensitas akan

cahaya juga berbeda setiap tanaman. Ada yang membutuhkan cahaya

matahari secara langsung seperti padi namun ada pula tanaman yang

membutuhkan teduhan agar tidak langsung terkena cahaya matahari. Hal

ini tergantung dari kondisi morfologis tanaman. Tempat hidup vegetasi

akan berpengaruh pada bagaimana tanaman melakukan fotosintesis. Ada

tiga jenis tanaman yang digolongkan karena tipe fotosintesis yang

berkaitan dengan cahaya menjadi tanaman C3, C4, dan CAM.

Dalam bukunya Ekologi Manusia dengan Lingkungannya bahwa

Iklim itu seperti kondisi yang terbentuk karena perpaduan dari berbagai

faktor seperti keadaan tanah, air suhu, penyinaran. Satu persatu, faktor-

faktor tersebut dapat menyebabkan iklim sebagai keseluruhan berubah

sifat. Misalnya, air cukup, suhu cukup, udara dalam keadaan optimum,

namun cahaya kurang, maka faktor cahaya menyebabkan iklim sebagai

keseluruhan menjadi faktor pembatas.

D.Dwidjoseputero (1990:19)

Cahaya juga dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses

pertumbuhan, hal ini terjadi karena cahaya dapat memacu difusi auksin

untuk menunjang sel sel tumbuhan. Akibatnya , tanaman yang tumbuh di

tempat terang menyebabkan tanamna tumbuh lebihn lambat dengan

kondisi relatif lebih pendek, lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar

dan batang kecambah lebih kokoh.

Page 10: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

c. Suhu

Suhu, cahaya dan kelembaban tanah adalah faktor yang sangat erat

korelasinya. Jika kita bebicara tentang intensitas cahaya yang tinggi maka

akan berpengaruh pada suhu yang tinggi pula. Suhu yang tinggi

menyebabakan penguapan dan kelembaban tanah berkurang. Suhu juga

memengaruhi vegetasi yang tumbuh karena tanaman hanya bisa tumbuh

pada batas suhu tertentu. Jika iklim sebagai pembatas, maka dapat kita

persempit lagi faktor suhu juga menjadi faktor pembatas tanaman bisa

bertahan.

D.Dwidjoseputero (1990 : 19)

Beberapa proses sosiologis tanaman yang dipengaruhi suhu yaitu

membuka dan menutupnya stomata, transpirasi, penyerapan air dan nutrisi,

fotosintesis, respirasi, kinerja enzim, cita rasa tanaman serta pembentukan

primordia bunga. Peningkatan suhu optimum menyebabkan peningkatan

reaksi proses-proses tersebut dan setelah melewati titik optimum proses

tersebut mulai dihambat akibat menurunnya aktivitas enzim. Suhu yang

berada dibawah minimum berpengaruh terhadap hambatan proses

pembungaan. Selain itu, beberapa proses lain seperti absorbsi unsur hara,

respirasi, perkecambahan benih juga akan terganggu pada suhu dibawah

minimum.

d. Tanah

Tanah merupakan habitat dari semua makhluk hidup, namun

terdapat syarat-syarat tertentu seperti tersedianya hara yang mencukupi

bagi tanaman sehingga tumbuh vegetasi di tanah tersebut. Jika tanaman

dapat tumbuh dengan baik di tanah ini, maka tanah tersebut juga bisa

menjadi habitat dari hewan lain. Ketersediaan zat hara dan jenis hara yang

terkandung disini akan berpengaruh pada jenis tanah. Tanah yang memiliki

zat hara yang tinggi disebut humus. Bahwa ada batas-batas seperti faktor

lainnya sesuai syarat tanamana tersebut dapat bertahan. Batas terbawah

adalah titik minimum dan yang paling atas adalah titik maksimum dan

diantaranya terdapat titik optimum yang memungkinkan tanaman tumbuh

Page 11: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

dengan signifikan dibandingkan dengan pada saat kondisi lainnya. Ketiga

titik tersebut disebut titik kardinal yang masing-masing memiliki kisaran.

Apabila sifat habitat tersebut melampaui batas minimum maka makhluk

hidup tersebut akan mati, namun makhluk hidup juga dapat melakukan

adaptasi apabila perubahan habitat yang terjadi bersifat lambat pada

beberapa generasi. Namun, menurutnya adaptasi ini sebenarnya terjadi

pada tanaman dengan sifat yang lain seperti ras baru bahkan jenis baru.

Otto Soemarwoto (1990 : 34)

e. Ketinggian

Ketinggian berbanding terbalik dengan suhu. Semakin tinggi suhu

semakin rendah suhu yang ada di daerah tersebut. Dengan keadaan

tersebut, ketinggian suatu tempat bisa menentukan jenis vegetasi yang ada.

Dataran yang tinggi biasanya ditempati vegetasi yang membutuhkan

naungan agar bisa hidup atau tidak bisa terkena sinar matahari secara

langsung contohnya teh, sementara dataran rendah vegetasinya adalah

tanaman yang membutuhkan sinar matahari secara langsung seperti padi.

f. Angin

Angin selain berperan dalam penyerbukan juga berperan dalam

kelembaban. Di Indonesia, terdapat dua angin yang melewatinya yaitu

angin yang menyebabkan musim hujan, angin ini membawa banyak

kandungan uap air karena melewati banyak samudra dan angin yang

menyebabkan musim kemarau karena melewati daratan yang lama.

Perbedaan kedua musim ini akan berpengaruh pada vegetasi yang ada,

seperti saat musim kemarau bagi tanaman yang bisa bertahan pohon jati

akan menggugurkan daunnya sebagai upaya adaptasi.

2.4 Faktor Biotik dan Abiotik Tanah

a. Faktor biotik tanah

Faktor biotik tanah berupa makhluk hidup berupa hewan-hewan yang

hidup dalam tanah seperti cacing dan mikroorganisme seperti bakteri

Page 12: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

yang hidup dalam akar polong-polongan serta dekomposer. Makhluk

hidup ini berfungsi untuk membuat siklus daur dari suatu unsur, seperti

nitrogen, belerang, fosfor dan karbon.

b. Faktor abiotik tanah

Faktor abiotik tanah berupa unsur-unsur yang ada dalam tanah seperti

zah hara yang telah diuraikan oleh dekomposer, batu, air dan nitrogen,

belerang, fosfor dan karbon.

1. Unsur belerang

Belerang merupakan zat hara asli tanah. Gunung berapi

menyemburkannya keluar dalam bentuk gas dan menjadi bentuk

padat dalam kawah. Air hujan mengalirkan sebagian belerang

kemudian berkumpul di sungai, mengalir lagi ke danau atau laut

dan mengendap di dasarnya. Jika dasar tersebut tidak dihuni

makhluk hidup maka belerang akan menetap disitu dan hilang dari

peredaran, maka belerang merupakan sumber daya alam yang tidak

bisa diperbarui. Berbeda kasus jika di tempat tersebut terdapat

tanaman maka fosfor akan diserap tanaman dan masuk melalalui

makanan di dalam tubuh manusia atau hewan. Sementara kotoran

tersebut akan dimanfaatkan lagi oleh tanaman sebagai sumber

fosfor kembali. Jadi dengan keberadaan tanaman, fosfor akan bisa

di saur ulang mengikuti siklusnya.

siklus belerang terjadi Belerang yang terkandung dalam

makhluk hidup akan terlepas apabila mahkluk tersebut mati dan

jasadnya terurai oleh mikroorganisme. Unsur S dapat masuk dalam

peredaran lagi berbentuk SO2, H2S, SO4-. Unsur S dapat bersenyawa

dengan besi dan kapur, dan sebagai sulfat dapat diserap oleh

tumbuhan untuk penyusunan asam amino dan kemudian protein.

Konsumen meperoleh belerang karena makan tumbuhan tersebut,

dengan demikian lengkap peredaran belerang.

D.Dwidjoseputero(1990:87)

2. Unsur fosfor

Page 13: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

Fosfor merupakan mikro elemen esensial dan diperlukan

oleh makhluk hidup dalam kadar yang lebih tinggi daripada

mikroelemen lain. Fosfor merupakan komponen penting dalam

DAN, RNA, ATP, ADP dan AMP. Fosfor alami terdapat dalam

tanah dalam bentuk batuan fosfat. Masyarakat menggalinya untuk

menghasilkan pupuk batuan dan untuk pembuatan usaha lainnya

seperti korek api.

Bagaimana daur ulang ekosistem fosfor di darat dan di

laut? hal tersebut dalam bukunya Ekologi Manusian dengan

Lingkungannya sebagai berikut

Tumbuhan menyerap fosfor dalam bentuk fosfat untuk

kelangsungan hidupnya. Fosfor diperlukan untuk pembentukan

tulang bagi konsumen. Bahkan fosfor yang terkandung di dalam

makhluk hidup (baik produsen maupun konsumen) akan kembali

ke tanah, apabila makhluk tersebut sudah mati dan terurai

jasadnya. Dengan demikian fosfor dapat dimanfaatkan kembali

oleh tumbuhan . Inilah peristiwa yang merupakan ekosistem darat.

Fosfor di laut berasal dari air sungai yang telah melintasi

daerah-daerah yang mengandung fosfor. Atmosfer tidak

mengandung fosfor, kecuali kalau sedang ada debu. Fosfat diserap

oleh vegetasi laut, terutama fitoplanktonnya. Seperti halnya dengan

fauna daratnya kehidupannya bergantung kepada vegetasi darat,

maka kehidupan fauna darat bergantung pada flora laut. Kalau

produsen dan konsumen mati dan terurai, maka kandungan fosfat

tidak semua kembali tersedia bagi produsen. Sebagian lain hilang

dari peredaran. Ini merup[akan kebocoran sistem, walaupun tidak

pernah dikhawatirkan fosfat akan terkuras pindah ke dasar laut

yang selanjutnya tak terjangkau oleh tumbuhan.

D.Dwidjoseputero (1990:88)

3. Unsur Karbon

Fotosintesis merupakan hal penting yang terkait dengan

metabolisme tumbuhan. Fotosintesis bergantung pada air, cahaya

Page 14: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

dan CO2. Tumbuhan akan selalu melakukan fotosintesis selama ada

faktor lain terutama ada sinar matahari. Hal ini menimbulkan

pertanyaan tentang bagaimana siklus dari karbon sendiri sehingga

bisa mencukupi kebutuhan makhluk hidup terutama tanaman yang

begitu besar.

Karbon di atmosfer berbentuk gas karbon dioksida (CO2).

Karbon dioksida dihasilkan dari berbagai proses spemakaran

seperti respirasi makhluk hidup , bahan bakar fosil, erupsi gunung,

dan kebakaran hutan. Proses naiknya karbondioksida ke atmosfer.

Karbon dioksida di atmosfer diikat(fiksasi) oleh tumbuhan

pada saat fotosintesis CO2 menjadi sumber karbon utama untuk

menyusun bahan makanan. Bahan makanan yang dimaksud adalah

senyawa karbon organikyang disebut Glukosa (C6H12O6).

Kemudian glukosa disusun menjadi amilum (pati) dan senyawa

lain seperti lemak, protein, dan vitamin. Hasil fotosibtesis tersebut

disimpan di dalam tubuh tumbuhan seperti batang, akar dan daun.

Hewan memperoleh kebutuhan karbon dari tumbuhan

melalui rantai makanan. Herbivor memakan tanaman, kemuadian

karnivor memangsa herbivor. Jasad hewan yang mati maupunj

urin-fesenya hancur menjadi detritus. Detrivor memakan detritus

untuk memperoleh kebutuhan karbon. Bakteri pengurai

menguraikan karbon anorganik. Karbon anorganik dikembalikan

lagi ke alam.

Karbon anorganik yang terurai dari jasad mati tertimbun

terus-menerus di lapisan bumi membentuk bahan bakar fosil.

Bahan bakar fosil digunakan sebagai sumber energi. Aktivitas

industri dan kendaraan bermotor yang digunakan bahan bakar fosil

menghasilkan CO2 ke udara.

Daur kabon juga di dalam ekosistem air. Karbon di dalam

air diikat oleh tumbuhan dan ganggang. Berbeda dengan di darat,

karbon dalam air tersedia dalam bentuk ion-ion bikarbonat

(H2CO3) yaitu hasilikatan CO2 dan H2O. tiap-tiap hewan air yang

Page 15: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

bernafas menghasilkan bikarbonat. Ion-ion bikarbonat ini menjadi

bahan baku tumbuhan air dan alga.

4. Unsur Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur yang esensial untuk kehidupan

makhluk hidup. Udara mengandung kira-kira 80% nitrogen. Tetapi

hanya beberapa makhluk hidup baik yang beridir sendiri maupun

bersimbiosis dengan tanaman yang bisa memanfaatkan secara

langsung nitrogen tersebut.

Makhluk hidup penambat nitrogen udara yang hidup bebas

berupa bakteri dan ganggang hijau. Contohnya bakteri Azetobacter

dan contoh ganggang Anabaena. Ada yang hidup di tanah kering

ada yang hidup di tanah basah. Menurut Otto Soemarwoto

(1983:144) penambatan nitrogen udara yang terjadi di sawah bisa

mencapai 80 kg N per hektar per musim. Jika kita samakan dengan

input dari luar yang berupa kimia setara dengan 175 kg urea,

jumlah yangcukup besar. Keberadaan bakteri dan ganggang ini

sangat membantu makhluk hidup lain karena dengan peningkatan

nitrogen yang diikat bisa memperbaiki stuktur tanah. Energi yang

digunakan bakteri dan ganggang untuk mengambil nitrogen bebas

di udara didapatkan dari bahan organik yang terdapat dalam

lingkungan makhluk hidup itu sendiri.

2.5. Peran Arthropoda Dalam Ekosistem

Di dalam ekologi kita bisa juga berbicara tentang makhluk hidup yang

sesuai untuk diberi nama organisme (organ = alat, isme = sistem). Pre definis,

yang disebut organisme ialah makhluk hidup, terdiri atas alat-alat (organ atau

organel) yang perpaduannya merupakan sistem.. Jadi bakteri, semut, cacing,

serangga, rumput dan manusia adalah organisme. Bakteri dan organisme yang

Page 16: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

berukuran mikro diberi nama mikroorganisme, mereka juga memiliki peranan

penting dalam ekologi.

(D.Dwidjosoejono, 1990 : 41)

Dipermukaan bumi sekian banyak spesies hewan yang ada, ternyata

sekitar ¾ bagian adalah serangga. Dari jumlah tersebut, lebih dari 750.000

spesies telah diketahui dan diberi nama. Jumlah tersebut merupakan kurang

lebih 80% dari anggota filum Arthropoda. Dalam pengamatan kita, mungkin

penampilan umum serangga yang satu mempunyai kesamaan dengan serangga

lainnya, akan tetapi menunjukkan keragaman yang sangat besar dalam

bentuknya.

Karena dari kelas insekta ini memiliki jenis yang paling banyak maka akan

dipelajari lebih dalam lagi dalam pengelompokannya. Dalam kelas insekta

terdiri dari beberapa suku yang sangat penting dan terdapat paling banyak di

alam, diantaranya yaitu:

1. Coleoptera, bersayap keras (perisai)

2. Dipteral, sayap belakang dimodifikasi menjadi halter

3. Homoptera, sayap depan dan belakang tersusun sama

4. Hemptera, sayap depan sebagian membraneus

5. Hymenoptera, sayap mirip seperti selaput

6. Lepidoptera, sayap dilapisi bulu atau sisik

7. Tysanoptera, sayap berumbai

8. Othoptera, bersayap lurus

9. Isopteran, bentuk dan ukuran sayap depan dan belakang sama

10. Odonata. Dll

Page 17: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

Arthropoda diklasifikasikan menjadi 20 kelas berdasarkan struktur tubuh

dan kaki.Berikut ini akan diuraikan beberapaa diantaranya yang paling umum,

yaitu Kelas Arachnidaa, Chilophoda, Diploda ,Crustacea, Dan Insecta. Khusus

untuk insecta akan dibahas lebih mendetail karena insecta merupakan

antrophoda yang paling banyak.

Peranan Arthropoda dalam mempengaruhi ekosistem di alam ada tiga

macam, antara lain:

1. Hama

Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang pada tingkat

populasi tertentu menyerang tanaman budidaya sehingga dapat

menurunkan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas dan

secara ekonomis merugikan. Contoh: serangga tikus pada tanaman

padi yang menyebabkan gagalnya panen, serangga Crocidomolia

binotalis yang menyerang pucuk tanaman kubis-kubisan.

2. Predator

Predator adalah organisme yang hidup bebas dengan memakan atau

memangsa binatang lainnya. Contohnya: Menochilus sexmaculatus

yang memangsa Aphid sp.

3. Parasitoid

Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga atau binatang

Arthropoda yang lain. Parasitoid bersifat parasitik pada fase pra-

dewasa dan pada fase dewasa mereka hidup bebas tidak terikat pada

inangnya. Contoh: Diadegma insulare yang merupakan parasitoid telur

dari Plutella xylostela. Apabila telur yang terparasit sudah menetas

maka D. insulare akan muncul dan hidup bebas dengan memakan

nektar.

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik

a. Alat Bahan, dan Fungsi

Page 18: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

a. Luxmeter : untuk mengukur cahaya

b. Thermohidrometer : untuk mengukur suhu udara

c. Thermometer : untuk mengukur suhu dalam tanah

d. Meteran baju : untuk mengukur jarak, luas plot dan DBH

e. Tali raffia : untuk membuat plot

f. Gunting : untuk memotong tali

g. Kalkulator : untuk menghitung

h. Clinometer : untuk mengukur tinggi pohon

b. Metode (Diagram alir)

c. Analisa Perlakuan

Membuat plot dengan ukuran 5x5 m, lalu plot tersebut dibagi menjadi lima sub plot. Gunakan tali rafia dan kayu penahan sebagai batas plot. Identifikasi dan mengamati vegetasi yang ada didalam plot pengamatan yang terdiri dari spesies, jumlah individu, mengukur diameter terpanjang suatu spesies (d1) dan diameter spesies yang tegak lurus dengan d1 (d2). Lalu Mengambil sampel dari spesies yang belum diketahui jenisnya untuk dibandingkan dengan sumber informasi lain. Setelah itu hitung besarnya kerapatan (individu/ha), frekuensi dan dominasi (m2/ha), indeks nilai penting (INP), dan Summed Dominance Ratio(SDR) dari masing-masing data vegetasi yang sudah diambil. Terakhir, Mencatat hasil ke dalam form pengamatan.

3.2 Tanah

3.2.1 Faktor Abiotik Tanah (Suhu Tanah)

a. Alat, Bahan, dan Fungsi

Alat : Termohydrometer

Bahan : lahan

Page 19: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

Fungsi : Termohydrometer : untuk mengukur suhu tanah

Lahan : sebagai media untuk mengukur suhu tanah

b. Metode (Diagram alir)

c. Analisa Perlakuan

Tancapkan termohydrometer ke dalam tanah, lalu lihat dan

amati angka yang ada di termohydrometer hingga stabil. Kemudian

catat hasil pengamatan kedalam form pengamatan

3.2.2 Faktor Biotik Tanah (Biota Tanah, Seresah)

a. Alat, Bahan, dan Fungsi

Alat :

1. Plot

2. cetok

3. penggaris

Bahan :

1. Air

Fungsi :

1. Fungsi Plot : Memetakan lahan yang akan di teliti

2. Fungsi Cetok : untuk menggali tanah dalam mencari

biota

3. Fungsi penggaris : untuk mengukur kedalaman tanah

yang akan diteliti dan untuk

mengukur ketebalan seresah yang

terkumpul disuatu plot

Page 20: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

4. Fungsi Air : untuk mempermudah dalam

penggalian tanah

b. Metode (Diagram alir)

Biota dalam tanah

Seresah

c. Analisis perlakuan biota dalam tanah untuk daerah Cangar dan

Jatikerto

Pertama, gali tanah hingga kedalaman 20 cm, lalu amati biota tanah

yang ada pada galian tersebut, kemudian dokumentasikan hasil

pengamatan tersebut.

d. Analisis perlakuan seresah untuk Cangar dan Jatikerto

Membuat 5 plot dengan ukuran 50x50cm, 4 plot untuk

disetiap sudut dan 1 plot ditengah plot besar. Lalu ukur ketebalan

Page 21: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

seresah dengan penggaris. Kemudian catat hasil pengamatan ke

dalam form pengamatan

3.2.3 Tinggi Tanaman (Tahunan)

a. Alat, Bahan, dan Fungsi

Alat :

1. Meteran jahit

2. Clinometer

3. Tali raffia

Fungsi :

1. Meteran Jahit : untuk mengukur panjang tali raffia

2. Clinometer : untuk menentukan sudut yang

digunakan untuk menghitung

ketinggian pohon

3. Tali raffia : menentukan jarak untuk mengukur

ketinggian

b. Metode (Diagram alir)

c. Analisa Perlakuan

Pertama, potong tali rafia dengan menggunakan

meteran jahit dengan ukuran 10 m. Lalu, dari jarak 10 m

Page 22: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

ukur sudut pohon dengan menggunakan alat clinometers.

Cara mengukur ketinggian pohon,lihat ujung pohon.setelah

terlihat ujung pohon tentukan berapa sudut dari ketinggian

pohon dengan menggunakan clinometer.tentukan berapa

sudut pohon. Lalu catat hasil dalam form pengamatan

fieldtrip.

3.3 Arthropoda ( HPT)

3.3.1 Sweepnet

a. Alat, Bahan, dan Fungsi

Alat :

1. sweep net

Bahan :

1. plastik

2. kapas

3. alkohol

Fungsi :

1. Sweep net : sebagai penangkap hama pada

tanaman

2. Plastik : sebagai tempat menaruh hama yang

sudah tertangkap

3. Kapas : sebagai media pendukung saat

pengawetan hama

4. Alkohol : sebagai obat bius agar hama dapat di

awetkan

b. Metode (Diagram alir)

Page 23: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

c. Analisa Perlakuan

Pertama, Ayunkan sweepnet berlainan arah sebanyak 3 kali

sambil berputar mengelilingi plot. Pada ayunan ketiga, tahan dan

tutup bagian atas sweepnet agar tidak ada hama yang keluar. Lalu,

lihat apakah ada hama yang tertangkap. Jika ada hama yang

tertangkap, pindahkan hama tersebut kedalam plastik berisi kapas

yang diberi alkohol untuk diidentifikasi. Ulangi langkah-langkah

tadi sampai akhir batas plot. Lalu, hama yang tertangkap sweepnet

tadi diidentifikasi dan hasilnya dicatat kedalam form pengamatan.

3.3.2 Pitfall

a. Alat, Bahan, dan Fungsi

Alat :

1. Gelas plastik

Bahan :

1. Air sabun

Fungsi:

Gelas plastik : sebagai media untuk menangkap

hama

Air sabun : sebagai jebakan agar hama masuk

perangkap

Page 24: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

b. Metode (Diagram alir)

dilakukan sehari sebelum fieldtrip.

c. Analisa Perlakuan

Pertama, isi gelas plastik dengan air sabun. Lalu, letakkan

gelas tersebut pada tanah di setiap sudut plot sampai batas

permukaan gelas. Kegiatan ini dilakukan sehari sebelum fieldtrip

dilaksanakan.

3.3.3 Yellowtrap

a. Alat, Bahan, dan Fungsi

Alat :

1. kertas yellowtrap

Bahan :

1. plastik

Fungsi :

Kertas yellowtrap : berfungsi untuk menangkap hama

Plastik : berfungsi untuk tempat menaruh

yelowtrap saat sudah mendapatkan

hama

Page 25: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

b. Metode (Diagram alir)

c. Analisa Perlakuan

Pertama, Lekatkan yellowtrap mengelilingi sisi botol

plastic. Lalu, Masukkan kayu yang akan digunakan sebagai

penyangga ke dalam botol plastic yang sudah dilekatkan yellowtrap

tersebut. Setelah itu, Tancapkan kayu tersebut di tengah-tengah plot

yang tersedia. Lalu Amati yellowtrap apakah ada hama yang

menempel.

3.4 Faktor Lingkungan Terhadap Tanaman (Polibag)

a. Alat, Bahan, dan Fungsi

Alat

1. 8 Polibag

Bahan

1. Bibit selada

2. Bibit jagung

3. Tanah

4. Air

Fungsi

1. Polibag : tempat untuk berfungsi untuk tempat

menanam selada dan jagung

2. Bibit selada : sebagai bibit untuk menanam selada

Page 26: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

3. Bibit jagung : sebagai bibit untuk menanam jagung

4. Tanah : media tumbuh tanaman

5. Air : mineral bagi tanaman

Metode (diagram alir)

b. Analisa Perlakuan

Pertama, Siapkan polibag terlebih dahulu. Lalu, masukkan tanah

dan pupuk ke dalam polibag. Diamkan tanah selama 1 minggu sebelum

diberi benih. Lalu tanam benih, 4 polibag diberi bibit jagung dan 4 polibag

lain diberi bibit selada. Setelah itu,beri air untuk membuat tanah semakin

lembab.Lalu, amati pertumbuhan tanaman selama beberapa minggu.

Page 27: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 AnalisaVegetasi dan Faktor Abiotik

a. Analisa Vegetasi (Tahunan)

Jatikerto

No Spesies Jumlah1 Rumput mutiara 2

2 Pohon Jati( Tectona grandis)

13

Di Jatikerto, ditemukan tanaman Jati ( Tectona grandis )tumbuhan X yang masing-masing berjumlah 13 dan 2.

b. Analisa Vegetasi (Semusim)

Cangar

Luas Plot : 25 m2

Tabel Analisa Vegetasi

No Spesies D1(cm)

D2(cm)

Petak Contoh Ke-1 2 3 4 5

1. Wortel 35 2,5 143 74 28 25 222. Kentang 4 0 1 - - - -3. Teki 19,5 4 11 25 6 4 24. Gulma X 4 2 1 - 1 - -5. Gulma Y 17 2 2 - 3 4 -6. Gulma Z 15 3 25 16 9 2 5

Dari tabel analisa vegetasi diatas dapat diketahui bahwa ada

5 macam spesies yang ada dalam pengamatan. Spesies yang

pertama yaitu spesies wortel mempunyai D1 35cm dan D2 2,5cm

selain itu terdapat 5 petak lainnya, pada spesies wortel di petak ke

1 didapat ada 143 spesies wortel, petak ke 2 dengan 74 spesies

wortel, petak ke 3 dengan 28 spesies wortel, petak ke 4 dengan 25

spesies wortel dan pada petak ke 5 ada 22 spesies wortel. Selain

Page 28: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

spesies wortel juga di dapatkan data yaitu spesies kentang yang

mempunyai D1 4cm dan dengan D2 0 cm dan terdapat 5 petak

lainnya dalam pengamatan dengan spesies kentang di petak ke 1

ada 1 spesies kentang dan pada petak ke 2, 3, 4 dan 5 tidak terdapat

spesies kentang. Selain spesies wortel dan kentang terdapat juga

spesies teki yang mempunyai D1 19,5 cm dan D2 4 cm selain itu

terdapat 5 petak lainnya, pada spesies teki di petak 1 terdapat 11

spesies teki, Petak ke 2 terdapat 25 spesies teki, Petak ke 3 terdapat

6 spesies teki, Petak ke 4 terdapat 4 spesies teki dan Petak ke 5

terdapat 2 spesies teki. Selain terdapat spesies wortel, kentang dan

teki terdapat juga gulma X di dalam pengamatan yang diketahui

mempunyai D1 4 cm dan D2 2 cm selain itu terdapat 5 petak

lainnya pada spesies gulma X petak ke 1 terdapat 1 spesies gulma

X, Petak ke 2 tidak terdapat spesies gulma X, Petak ke 3 terdapat 1

spesies gulma X, petak ke 4dan 5 tidak terdapat spesies gulma X.

Pada pengamatan di dapat juga spesies gulma Y dengan D1 2cm

dan D2 2cm selain itu terdapat 5 macam petak lainnya pada

spesies gulma Y di petak 1 terdapat 2 spesies, Petak ke 2 tidak

terdapat spesies gulma Y,Petak ke 3 terdapat 3 spesies gulma Y,

Petak ke 4 terdapat 4 spesies Y dan pada Petak ke 5 tidak terdapat

spesies gulma Y. Selain terdapat spesies wortel, kentang, teki,

gulma X, gulma Y terdapat juga spesies gulma Z dengan data yang

didapatkan D1 15cm dan D2 3cm selain itu terdapat pengamatan

di 5 petak lainnya yaitu di petak 1 terdapat 25 spesies gulma Z,

Petak 2 terdapat 16 spesies gulma Z, Petak 3 terdapat 9 spesies

gulma Z, Petak ke 4 terdapat 2 spesies gulma Z dan pada Petak ke

5 terdapat 5 spesies gulma Z. Dapat disimpulkan bahwa spesies

yang lebih banyak didapat dalam pengamatan analisa vegetasi

diatas adalah spesies wortel.

Page 29: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

Tabel perhitungan SDR

No Spesies

Kerapatan Frekuensi

LBA

DominansiIV

(%)SDR(%)Mutla

kNisbi(%)

Mutlak

Nisbi(%)

Mutlak

Nisbi(%)

1. Wortel 5 17,60%

1 23,80%

13,93 0,55

34,81%

76,21% 25,40%

2. Kentang 0,2 0,70% 0,2 4,76% 0 0 0 5,46% 1,82%3. Teki 9,6 33,80

%1 23,80

%12,42 0,4

931,01

%88,61% 29,53%

4. Gulma X

0,4 1,40% 0,4 9,52% 1,27 0,05

3,16% 14,08% 4,69%

5. Gulma Y

1,8 6,33% 0,6 14,28%

5,41 0,21

13,29%

33,9% 11,3%

6. Gulma Z

11,4 40,14%

1 23,80%

7,16 0,28

17,72%

81,66% 27,22%

Pada data perhitungan SDR (Sediment Delivery Ratio) diatas

terdapat beberapa spesies yang sudah diamati dan akan dihitung kerapatan

mutlak, kerapatan nisbi, frekuensi mutlak, frekuensi nisbi, LBA, dominasi

mutlak, dominansi nisbi, IV dan SDR. Yang dimana terdapat 6 jenis

spesies di dalam satu plot yang berukuran 5m x 5m. Untuk jenis spesies

yang pertama yaitu spesies wortel yang memiliki kerapatan mutlak sebesar

5, kerapatan nisbi sebesar 17,60% serta frekuensi mutlak sebesar 1 dan

frekuensi nisbi sebesar 23,80% serta LBA sebesar 13,93 serta dominansi

mutlak sebesar 0,55 dan dominansi nisbi sebesar 34,81% serta IV sebesar

76,21% serta SDR sebesar 25,40% .

Jenis spesies yang kedua yaitu spesies kentang memiliki kerapatan mutlak

0,2 dan kerapatan nisbi sebesar 0,70%% serta frekuensi mutlak sebesar 0,2

dan frekuensi nisbi sebesar 4,76% serta LBA ,dominansi mutlak dan

dominansi nisbi 0 serta IV sebesar 5,46% dan SDR sebesar 1,82 %.

Jenis spesies ketiga yaitu spesies teki memiliki kerapatan mutlak sebesar

9,6 dan kerapatan nisbi sebesar 33,80% serta frekuensi mutlak sebesar 1

dan frekuensi nisbi sebesar 23,80% serta LBA sebesar 88,61% serta

dominansi mutlak sebesar 0,49% dan dominansi nisbi sebesar 31,01%

serta IV sebesar 88,61% serta SDR 29,53%.

Page 30: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

Jenis spesies keempat yaitu spesies gulma X memiliki kerapatan mutlak

sebesar 0,4 dan kerapatan nisbi sebesar 1,40% serta memiliki frekuensi

mutlak sebesar 0,4 dan frekuensi nisbi sebesar 9,52% serta LBA sebesar

1,27 serta dominansi mutlak sebesar 0,05 dan dominansi nisbi sebesar

3,16% serta IV sebesar 14,08% serta SDR sebesar 4,69%.

Jenis spesies kelima yaitu gulma X memiliki kerapatan mutlak sebesar 1,8

dan kerapatan nis bi 6,33% serta frekuensi mutlak sebesar 0,6 dan

frekuensi nisbi sebesar 14,28% serta LBA sebesar 5,41 serta dominansi

mutlak sebesar 0,21 dan dominansi nisbi sebesar 13,29% serta IV sebesar

33,9 serta SDR sebesar 11,3%.

Dan untuk jenis spesies yang terakhir yaitu gulma Z memiliki kerapatan

mutlak sebesar 11,4 dan kerapatan nisbi sebesar 40,14% serta memiliki

frekuensi mutlak sebesar 1 dan kerapatan nisbi sebesar 23,80% serta

memiliki LBA sebesar 7,16 serta dominansi mutlak sebesar 0,28 dan

dominansi nisbi sebesar 17,72% serta IV sebesar 81,66% serta SDR

sebesar 27,22% .

c. Klasifikasi vegetasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiaceae 

Genus : Tectona

Spesies : Tectona grandis ( Jati )

Kingdom :Plantae

Divisi :Magnoliophyta

Kelas :Magnoliopsida

Ordo :Apiales

Famili :Apiaceae

Genus : Daucus

Spesies :Daucus carota (Wortel)

Page 31: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

Kingdom :Plantae

Divisi :Magnoliophyta

Kelas :Magnoliopsida

Ordo :Solanales

Famili :Solanaceae

Genus :Solanum

Spesies :Solanum tuberosum(Kentang)

Kingdom :Plantae

Divisi :Eudicots

Kelas :Asterids

Ordo :Gentinales

Famili :Rubiceae

Genus :Hedyotis

Spesies :Hedyotis corymbosa (Rumput mutiara)

d. Faktor Abiotik

No Lokasi Suhu Udara(0C)

RH(%)

IRM

Ternaungi Tidak Ternaungi

1 Cangar 20,05 60 - 88,7

2 Jatikerto 32,1 32 989 252

Daerah cangar memiliki suhu udara 20,05 0C, presentasi radiasi matahari

60 %, dan intensitas radiasi matahari pada tanaman yang tidak ternaungi sebesar

88,7 Lux. Sedangkan di Jatikerto suhu udara 32,1 0C, presentasi radiasi matahari

32%, intensitas radiasi matahari pada tanaman ternaungi sebesar 989 Lux dan

pada tanaman yang tidak ternaungi sebesar 252 Lux.

4.1.2 Tanaha. Faktor Abiotik

Page 32: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

No Lokasi Suhu Tanah

Ternaungi(0C)

Tidak Ternaungi

(0C)

1 Cangar 20,1 19,1

2 Jatikerto 26,8 -

Suhu tanah daerah Cangar pada tanaman yang ternaungi sebesar 20,1 0C

dan pada tanaman yang tidak ternaungi sebesar 19,1 0C, sedangkan pada daerah

Jatikerto pada tanaman yang tidak ternaungi sebesar 26,8 0C

b. Faktor Biotik Tanah

Biota Tanah

No Lokasi Spesies Jumlah Peran

1 Cangar - - -

2 Jatikerto Kepik 1Bersifat predator , hama tanaman ataupun kedua-duanya yaitu sebagai predator dan hama.

Pada daerah cangar tidak ditemui biota tanah, sedangkan pada daerah Jatikerto terdapat biota tanah yaitu kepik berjumlah 1 ekor.

Ketebalan Seresah

No Lokasi Titik Pengamatan

KetebalanSeresah

(cm)1

Cangar

A 2

2 B 2

3 C 2

4 D 3

5 E -

Page 33: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

6

Jatikerto

A 1

7 B 0,7

8 C 1,5

9 D 0,9

10 E 1,3

Ketebalan seresah di daerah Cangar pada titik pengamatan A = 2 cm, B =

2 cm, C = 2 cm, D = 3 cm, dan E tidak memiliki seresah, sedangkan di daerah

Jatikerto pada titik pengamatan A = 1 cm, B = 0,7 cm, C = 1,5 cm, D = 0,9 cm,

dan E = 1,3 cm.

c. Tinggi Tanaman (Tahunan)

Jatikerto

No SpesiesPengamatan Tinggi Pohon

DBHLebar

Canopy (m)

Sudut TinggiPengamat

(m)

Jarak (m)

Tinggi Pohon

(m)1 Jati

(Tectona grandis)700 1,62 10 29,02 72

2 Jati(Tectona grandis)

600 1,45 10 18,75 65

3 Jati(Tectona grandis)

700 1,74 10 29,14 67,5

Tinggi tanaman jati di Jatikerto adalah 29,02 m, 18,75 m, dan 29,14 m.

Rata-rata tinggi tanaman jati adalah 26,63 cm. Sedangkan diameternya 72 cm, 65

cm, dan 67, cm dengan rata-rata 68,16 cm.

d. Denah strata

Jatikerto

4.1.3 Arthropoda

a. Tabel Pengamatan Arthropoda

Page 34: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

Cangar

Jenis Perangkap

Nama Spesies Jumlah Peranan

Pitfall Kutu daun coklat(Texoptera citricidus)

1 1. Dapat meghisap cairan tanaman yang membuat helaian daun menggulung

2. Menghasilkan embun madu (embun jelaga) yang melapisi permukaan daun sehingga merangsang jamur tumbuh

3. Dapat mengeluarkan toksin dari air ludahnya, gejala kerdil, deformasi, dan terbentuk puru pada helaian daun

Yellow trap

Carrot fly(Psilia rosae)

1 1. Ketika dalam bentuk larva dapat merusak wortel

Nyamuk(Culex pipiens) 4

1. Sebagai musuh alami (pembawa vektor penyakit)

Lalat(Musca domestica)

2 1. Sebagai pollinator ketika menjadi larva

Sweep net

Kumbang koksi(Henosepilachna

vigintioctopunctata)2

1. Musuh alami wereng coklat.

Kepik 11. Pemangsa kutu daun,

ulat-ulat kecil dan telur serangga lain.

Jatikerto

Jenis Perangkap

Nama Spesies Jumlah Peranan

PitfallSemut

( Formica yessensis )5 1. Pemangsa utama

terhadap invertebrata kecil.

2. Menggali tanah sehingga menyebabkan

Page 35: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

terangkatnya nutrisi tanah.

Jangkrik( Gryllus sp. )

1 1. Menyebabkan kerusakan pada tanaman yang dibudidayakanterutama dalam bentuk jaringan parut ditinggalkan di cabang-cabang pohon sedangkan betina bertelur dalam di cabang

Yellow trap

Laba – laba(L.hesperus)

1 1. Predator kutu dan wereng.

Laron/Rayap tanah(C. curvignathus)

1 1. Hama perusak kayu serta hama hutan/pertanian

SweepNet

- - -

b. Klasifikasi Arthropoda dan Bioteknologi Serangga ( Siklus Hidup )

Semut

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hymenoptera

Famili : Formicidae

Genus : Formica

Spesies :Formica yessensis

Siklus hidup

Jangkrik Klasifikasi

bakal telur (bintik-bintik putih)

Page 36: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Orthoptera

Famili : Gryllidae

Genus : Gryllus

Spesies :Gryllus sp.

Siklus hidup

Laba-laba Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Arachnida

Ordo : Aranae

Famili : Theridiidae

Genus : Latrodectus

Spesies : L.hesperus

Siklus hidup

Page 37: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

Kutu daun coklat Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hemiptera

Famili : Aphididae

Genus : Toxoptera

Spesies :Toxoptera citricida

Siklus hidup

Nyamuk

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Culicidae

Genus : Culex

Spies : Culex pipiens

Siklus hidup

Kumbang koksi

Page 38: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Coleoptera

Famili : Coccinellidae

Genus : Henosepilachna

Spesies : Henosepilachna vigintioctopunctata

Siklus hidup

Lalat Rumah

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Muscidae

Genus : Musca

Species : M. domestica

Siklus hidup

Kepik

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Page 39: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hemiptera

Siklus hidup

Laron/Rayap tanah

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Isoptera

Famili : Rhinotermitidae

Genus : Coptotermes

Spesies : C. curvignathus

Siklus hidup

Carrot Fly

Klasifikasi

Kingdom : AnimaliaFilum : ArthopodaKelas : InsectaOrdo : DipteraFamili : Psilidae Genus : PsilaSpesies : Psila rosae

Siklus hidup

Page 40: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

4.1.4 Faktor Lingkungan Terhadap Tanaman ( Polibag )

a. Tabel Hasil Pengamatan

Tinggi Tanaman

No Perlakuan Tanaman Pengamatan ke1 2 3 4 5

1 Ternaungi Jagung( Zea mays )

-12,5 cm

18,95 cm

23,3 cm

25,25

cm2 Tanpa

NaunganJagung

( Zea mays )- 14,5

cm38 cm

57,8 cm

66,7 cm

3 Kapasitas 100%

Selada( Laetuca satia )

- 2,6cm

3,2 cm

3,6 cm

6,9 cm

4 Kapasitas 50%

Selada( Laetuca satia )

- 1,85 cm

2,47 cm

2,37 cm

2,72 cm

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tinggi tanaman

dengan perlakuan yang ternaungi yaitu jagung (Zea mays)

memiliki rata-rata pengamatan dalam perhitungan setiap

minggunya, untuk pengamatan ke 1 sebesar 12,5 cm, pengamatan

ke 2 sebesar 18,9 cm, pengamatan ke 3 sebesar 23,3, pengamatan

ke 4 sebesar 25,2. Untuk tinggi pengamatan dengan perlakuan

tanpa naungan yaitu jagung (Zea mays) memiliki rata-rata

pengamatan dalam perhitungan setiap minggunya, untuk

pengamatan ke 1 sebesar 14,5 cm, pengamatan ke 2 sebesar 38 cm,

pengamatan ke 3 sebesar 57,8 cm, pengamatan ke 4 sebesar 66,7

cm. Sehingga antara perlakuan ternaungi dan tanpa ternaungi

memiliki perbandingan bahwa perlakuan yang tanpa ternaungi

memiliki tanaman yang tinggi. . Untuk tinggi tanaman dengan

perlakuan berkapasitas 100% yaitu selada (Laetuca satia)memiliki

rata-rata pengamatan dalam perhitungan setiap minggunya, untuk

Page 41: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

pengamatan ke 1 sebesar 2,6 cm, pengamatan ke 2 sebesar 3,2 cm,

pengamatan ke 3 sebesar 3,6 cm, dan pengamatan ke 4 sebesar 6,9

cm. Dan untuk tinggi tanaman dengan perlakuan berkapasitas 50%

yaitu selada (Laetuca satia) memiliki rata-rata pengamatan dalam

perhitungan setiap minggunya, untuk pengamatan 1 sebesar 1,85

cm, pengamatan ke 2 sebesar 2,47 cm, pengamatan ke 3 sebesar

2,37 cm, pengamatan ke 4 sebesar 2,72 cm. sehingga antara

perlakuan dengan kapasitas 100% dan kapasitas 50% memiliki

perbandingan tinggi tanaman dengan kapasitas 100% lebih tinggi

tumbuh daripada tinggi tanaman yang berkapasitas 50%.

Jumlah Daun

No Perlakuan TanamanPengamatan ke

1 2 3 4 5

1 TernaungiJagung

( Zea mays ) - 3 3 4 6

2 Tanpa Naungan

Jagung( Zea mays )

( Laetuca satia )

- 3 6 6 6

3 Kapasitas 100%

Selada( Laetuca satia )

- 2 3 4 5

4 Kapasitas 50%

Selada( Laetuca satia )

- 2 2 2 3

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah daun pada

tanaman dengan perlakuan yang ternaungi yaitu jagung (Zea

mays) memiliki rata-rata pengamatan dalam perhitungan setiap

minggunya, untuk pengamatan ke 1 tidak ada daun yang tumbuh,

pengamatan ke 2 sebanyak 3 helai daun, pengamatan ke 3

sebanyak 3 helai daun, pengamatan ke 4 sebanyak 4 helai daun dan

pengamatan ke 5 sebanyak 6 helai daun. Untuk banyaknya helai

daun pengamatan dengan perlakuan tanpa naungan yaitu jagung

(Zea mays) memiliki rata-rata pengamatan dalam perhitungan

setiap minggunya, untuk pengamatan ke 1 tidak ada helai daun

yang tumbuh , pengamatan ke 2 sebanyak 3 helai daun,

Page 42: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

pengamatan ke 3 sebanyak 6 helai daun, pengamatan ke 4

sebanyak 6 helai daun dan pada pengamatan ke 5 sebanyak 6 helai

daun. Sehingga antara perlakuan ternaungi dan tanpa ternaungi

memiliki perbandingan bahwa perlakuan yang tanpa ternaungi

memiliki jumlah helai daun yang lebih sedikit . Untuk jumlah helai

daun pada tanaman dengan perlakuan berkapasitas 100% yaitu

selada (Laetuca satia) memiliki rata-rata pengamatan dalam

perhitungan setiap minggunya, untuk pengamatan ke 1 tidak ada

helai daun yang tumbuh, pengamatan ke 2 sebanyak 2 helai daun,

pengamatan ke 3 sebanyak 3 helai daun, dan pengamatan ke 4

sebanyak 4 helai daun dan pada pengamatan ke 5 sebanyak 5 helai

daun. Dan untuk jumlah helai tanaman dengan perlakuan

berkapasitas 50% yaitu selada (Laetuca satia) memiliki rata-rata

pengamatan dalam perhitungan setiap minggunya, untuk

pengamatan 1 tidak helai daun yang tumbuh, pengamatan ke 2

sebanyak 2 helai daun, pengamatan ke 3 sebanyak 2 helai daun,

pengamatan ke 4 sebanyak 2 helai daun dan pada pengamatan ke 5

sebanyak 3 helai daun. sehingga antara perlakuan dengan kapasitas

100% dan kapasitas 50% memiliki perbandingan jumlah helai

daun dengan kapasitas 100% lebih tumbuh daripada tinggi tanaman

yang berkapasitas 50%.

b. Grafik Hasil Pengamatan

Tinggi Tanaman

Perlakuan Cahaya

Page 43: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

1 2 3 4 50

10

20

30

40

50

60

70

80

0

12.5

18.9523.3 25.25

0

14.5

38

57.8

66.7

Ternaungi JagungTanpa Naungan Jagung

Perlakuan Air

Jumlah Daun

Perlakuan Cahaya

1 2 3 4 50

1

2

3

4

5

6

7

8

0

1.852.47 2.37

2.72

0

2.63.2

3.6

6.9

Kapasitas 50% SeladaKapasitas 100% Selada

Page 44: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

1 2 3 4 50

1

2

3

4

5

6

7

0

3 3

4

6

0

3

6 6 6

Ternaungi JagungTanpa Naungan Jagung

Perlakuan Air

1 2 3 4 50

1

2

3

4

5

6

0

2

3

4

5

0

2 2 2

3 Kapasitas 100% SawiKapasitas 50% Sawi

Page 45: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

4.2 Pembahasan

4.2.1. Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik

Dari hasil pengamatan, dapat diketahui terdapat beberapa spesies

di daerah Cangar dan Jatikerto. Adapun spesies tanaman di daerah

Cangar yaitu, Solanum tuberosum dan Daucus carota selain terdapat

dua tanaman, terdapat pula 3 jenis gulma. Sedangkan di daerah

Jatikerto terdapat 1 spesies tanaman yaitu Tectona grandis, adapula 1

jenis tumbuhan rumput mutiara.

Pada daerah jatikerto, terdapat tanaman tahunan yaitu tanaman

jati. Sedangkan pada daerah cangar terdapat tanaman musiman yaitu

tanaman wortel. Daerah cangar memiliki udara yang sejuk dengan

suhu di daerah Cangar sekitar 20 0C, sedangkan pada daerah Jatikerto

udaranya relative panas dengan suhu 32 0C. Maka dari itu cocok pada

daerah sejuk ditanami wortel dan pada daerah panas cocok untuk

ditanami jati.

Menurut Salisbury dan Ross (1992) cahaya matahari mempunyai

peranan besar dalam proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis,

respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, menutup dan membukanya

stomata, dan perkecambahan tanaman, metabolisme tanaman hijau,

sehingga ketersediaan cahaya matahari menentukan tingkat produksi

tanaman.

4.2.2. Faktor abiotik dan Faktor Biotik Tanah

Hasil pengamatan di daerah Cangar, Malang memiliki rata-rata

tebal seresah sebesar 2,25 cm. ini menunjukkan bahwa tanah di cangar

mengandung unsur hara serta kandungan bahan organik yang banyak,

yang berasal dari adanya seresah itu atau lapisan yang terdiri dari bagian

tumbuhan yang telah mati itu. Hal tersebut di karenakan bahwa serasah

berfungsi sebagai penyimpanan air sementara yang secara berangsur akan

melepaskannya ke tanah bersama dengan bahan organik berbentuk zarah

yang larut, guna akan memperbaiki struktur tanah, dan menaikkan

kapasitas penyerapan (Arief 1994). Sehingga kondisi tanah di cangar dapat

Page 46: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

di katakan tanah yang subur, selain itu tanah di cangar juga dicirikan

dengan warna hitam, yang banyak mengandung bahan organic serta tanah

di daerah cangar tidak keras tetapi gembur. Dan sangat cocok digunakan

sebagai tempat tanam tumbuhan seperti wortel salah satunya. Sedangkan

di daerah jatikerto, Malang memiliki rata-rata tebal seresah sebesar 1,08

cm. Ini menunjukkan bahwa kondisi tanah di daerah jatikerto kurang

mengandung unsur hara serta bahan organik, guna untuk menyuburkan

tanah itu sendiri. Adanya suplai hara berasal dari daun, buah, ranting, dan

bunga yang banyak mengandung hara mineral akan dapat memperkaya

tanah dengan membebaskan sejumlah mineral melalui dekomposisi

(Darmanto 2003). Sehingga kumpulan seresah yang kita anggap

mengganggu sangat bermanfaat dalam proses ekologi tanah tersebut.

4.2.3. Peran Arthropoda Terhadap Ekosistem

Arthropoda tanah memiliki peran yang sangat vital dalam rantai

makanan khususnya sebagai dekomposer, karena tanpa organisme ini alam

tidak akan dapat mendaur ulang bahan organik. Selain itu, arthropoda juga

berperan sebagai mangsa bagi predator kecil yang lain, sehingga akan

menjaga kelangsungan arthropoda yang lain. Sebagai konsekuensi struktur

komunitas mikro arthropoda akan mencerminkan faktor lingkungan yang

berpengaruh terhadap tanah, termasuk terhadap aktivitas manusia.

Berdasarkan uraian di atas maka identifikasi kelimpahan serta

keanekaragaman jenis merupakan hal yang penting, sehingga dapat

diketahui peran organisme terhadap lingkungan (Turnbe et al, 2010 dan

Lavelle et al, 2006).

Keragaman arthropoda di daerah Cangar dan Jatikerto memiliki

perbedaan baik dalam jumlah maupun spesies, di daerah Cangar sendiri

terdapat 12 spesies arthropoda yang masing-masing, Kutu daun

coklat(Texoptera citricidus) 1 spesies, Carrot fly (Chamaepsila rosae) 2

spesies, Nyamuk (Culex pipiens) 4 spesies, Lalat(Musca domestica) 2

Page 47: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

spesies, Kumbang koksi (Henosepilachna) 2 spesies dan Aradidae 1

spesies. Sedangkan didaerah Jatikerto terdapat 2 spesies arthropoda yang

masing-masing, Semut ( Formica yessensis ) 5 spesies, Jangkrik ( Gryllus

sp. ) 1 spesies, Laba – laba 1 spesies, dan laron 1 spesies. Sehingga

keanekaragaman arthropoda di daerah cangar lebih banyak jumlah spesies

yang di dapatkan dari pada jumlah spesies yang didapatkan didaerah

Jatikerto sendiri, karena lahan percobaan pada daerah Cangar

menggunakan sistem monokultur yang menyebabkan arthrpoda pada

daerah Cangar lebih banyak. Sedangkan di daerah Jatikerto menggunakan

sistem agrforestri, yang menyebabkan jumlah arthropoda pada daerah

Jatikerto lebih sedikit. Untuk peran arthropoda di daerah cangar lebih

bersifat sebagai hama, yang banyak menyerang tumbuhan wortel itu

sendiri, seperti Kutu daun coklat(Texoptera citricidus) dapat meghisap

cairan tanaman yang membuat helaian daun wortel itu sendiri

menggulung, Carrot fly (Chamaepsila rosae) menyerang wortel dengan

memperlihatkan gejala kerusakan (berlubang dan membusuk) akibat

gigitan pada umbi, serta hama lain seperti Nyamuk (Culex pipiens) dan

Lalat (Musca domestica). Selain hama yang berdampak negative terdapat

juga hama yang berdampak positif sebagai predator yaitu Kumbang koksi

(Henosepilachna vigintioctopunctata) yang dapat membantu memakan

serangga seperti aphids, kutu sisik, serangga kecil, telur atau instar muda

dari berbagai jenis serangga hama yang merugikan tanaman pertanian.

Sedangkan di daerah Jatikerto terdapat spesies arthropoda seperti Semut(

Formica yessensis ) yang berperan sebagai predator yaitu Pemangsa utama

terhadap invertebrata kecil, Jangkrik ( Gryllus sp. ), laba-laba yang

berperan juga sebagai predator, dan jenis spesies laron.

4.2.4. Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Tanaman (Polibag)

a. Perlakuan Cahaya

Cahaya atau Intensitas cahaya matahari sangat penting

dalam proses pertumbuhan tumbuhan, selain itu peran cahaya

sangat diperlukan dalam proses fotosintesis. Suwarsono (1989)

Page 48: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

Cahaya merupakan perangsang utama dalam hidup tumbuhan.

Beberapa respon tumbuhan terhadap interaksi cahaya yang

berbeda-beda adalah dilakukan oleh auksin dan efeknya timbul

karena berkurangnya efektivitas auksin pada keadaan cahaya terik.

Tumbuhan yang tumbuh dalam gelap atau cahaya lemah akan

mempunyai batang yang panjang dengan ruas yang lebih panjang

dan lebih besar dari tumbuhan yang mendapatkan cahaya matahari

penuh dan daun lebih kecil daripada daun yang terlindung.

Suwarsono. 1989. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan.

Sehingga tanpa ada cahaya maka proses pertumbuhan tumbuhan

tidak akan berlangsung secara sempurna.

Serta Menurut Salisbury dan Ross (1992) cahaya matahari

mempunyai peranan besar dalam proses fisiologi tanaman seperti

fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, menutup

dan membukanya stomata, dan perkecambahan tanaman,

metabolisme tanaman hijau, sehingga ketersediaan cahaya matahari

menentukan tingkat produksi tanaman. Tanaman hijau

memanfaatkan cahaya matahari melalui proses fotosintesis.

Sallisbury,F.B. dan Ross,C.W. 1992. Plant Physiology.

Seperti data polibag dengan perlakuan tanpa ternaungi

dengan jenis tanaman Jagung ( Zea mays ) memiliki rata-rata tinggi

tanaman dengan periode waktu 4 minggu sebesar 44,25 cm dan

rata-rata jumlah daun dengan periode waktu 4 minggu sebanyak 5

helai daun. Untuk perlakuan ternaungi dengan jenis tanaman yang

sama yaitu jagung Jagung ( Zea mays ) memiliki rata-rata tinggi

tanaman dengan periode waktu 4 minggu sebesar 20 cm dan rata-

rata juml;ah daun dengan periode waktu yang sama yaitu 4 minggu

sebnayak 4 helai daun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

tanaman Jagung ( Zea mays ) dengan perlakuan tanpa ternaungi

lebih tumbuh besar dari pada tanaman Jagung ( Zea mays ) yang

ternaungi sendiri, itu terbukti kurangnya cahaya dapat menghambat

proses tumbuh tumbuhan itu sendiri.

Page 49: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

b. Perlakuan Air

Air merupakan salah satu faktor utama yang diperlukan

dalam budidaya tanaman sayur. Terlalu banyak atau terlalu sedikit

air yang diberikan pada tanaman sayur akan membahayakan

tanaman tersebut. Apabila semua pori tanah terisi dengan air maka

akan menyebabkan kelebihan air sehingga akar tanaman tidak

dapat memperoleh oksigen dalam jumlah yang cukup untuk

respirasi akar. Hal ini akan menyebabkan akar tanaman kekurangan

energi untuk menyerap air dan unsur hara dan dalam tanah. Selain

itu, kelebihan air juga akan meningkatkan konsentrasi

karbondioksida di dalam tanah karena karbondioksida yarg

dihasilkan fanaman melalui respirasi tidak dapat dibebaskan ke

udara akibat poni tanah terisi air. Hal mi akan menurunkan

permeabilitas membran sel-sel akar untuk menyerap air. Kelebihan

air akan Iebih berbahaya pada suhu udara tinggi daripada suhu

rendah karena respirasi akar benjalan cepat, kebutuhan air Iebih

tinggi dan ketersediaan oksigen yang larut dalam air Iebih rendah.

Sebaliknya, apabila air berada dalam jumlah yang kurang sehingga

akar tanaman kekeringan, ml akan membatasi produktivitas

tanaman sehingga hasilnya turun. Kekurangan air pada tanaman

sayur determinate Iebih merugikan pengaruhnya daripada tanaman

sayur indeterminate terutama pada saat pembungaan. Pada tanaman

sayur determinate periode kekeringan yang pendek pada saat

pembungaan akan menurunkan hasil yang sangat nyata karena

pertumbuhan akar tanaman telah terhenti pada saat tanaman

membentuk bunga. Akan tetapi sebaliknya, pada tanaman sayur

indeterminate periode kekeringan pada saat pembungaan tidok

begitu menurunkan hasil karena akar tanaman masih tumbuh terus

meskipun tanaman sudah berbunga sehingga akar tanaman masih

dapat bentambah panjang dan dapat menyerap air dan tanah yang

lebih dalam. Hal ini dijelaskan oleh Utomo dan Islami (1995)

adanya air yang cukup akan menyebabkan lebih banyak tersedia

Page 50: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

unsur hara dalam larutan air tanah, akibatnya proses penyerapan

unsur hara dan fotosintesis berjalan dengan lancar sehingga

pertumbuhan tanaman menjadi meningkat.

Dapat kita lihat dari hasil percobaan kita tentang tumbuhan

Selada (Laetuca satia)dengan perlakuan air 50% memiliki rata-rata

tinggi tanaman dengan periode waktu 4 minggu sebesar 2,5 cm dan

rata-rata jumlah daun dengan periode waktu 4 minggu sebanyak 2

helai daun. Sedangkan tumbuhan Selada( Laetuca satia ) dengan

perlakuan air 100% memiliki rata-rata tinggi tanaman dengan

periode waktu 4 minggu sebesar 4,1 cm dan rata-rata jumlah daun

dengan periode waktu 4 minggu sebanyak 4 helai daun. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa perlakuan air 100% membuat tumbuhan

selada (Laetuca satia) tumbuhan lebih subur daripada perlakuan air

50%. Itu terbukti bahwa air menjadi salah satu factor penentu

untuk tumbuhan itu tumbuh

Page 51: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah vegetasi yang terdapat di daerah

Cangar lebih banyak dibandingkan pada daerah Jatikerto. Jumlah spesies pada

daerah Cangar sebanyak 6 spesies yaitu wortel, kentang, teki, gulma X, gulma Y,

dan gulma Z. Pada daerah, sedangkan pada daerah Jatikerto terdapat 2 jenis

tanaman, yaitu tanaman jati dan tanaman X.

5.2 Saran

Page 52: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

DAFTAR PUSTAKA

Amir M. 2002. Fauna Indonesia. Indonesia. Bogor: BCP JICA Puslit Biologi LIPI.

D.Dwidjoseputero (1990) Ekologi Manusian dengan Lingkungannya.

Kramer, P.J. 1983. Plant and Soil Relationships. Jurnal agronomi vol. 12

Universitas Jambi 2008.

Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Program Nasional PHT. 1991. KUNCI DETERMINASI SERANGGA. Penerbit

Kanisius. Yogyakarta.

Resosudarmo , Sudjiran, Kartawinata, Kuswata, Soegiarto & Apriliani. (1987).

Pengantar Ekologi. Jakarta: Remaja Karya.

Sallisbury,F.B. dan Ross,C.W. 1992. Plant Physiology. Wadsworth Publishing.

Company Belmont, California.

Soemarwoto, Otto. (1985). Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan.

Jakarta: Djambatan

Suheriyanto, D. 2008. Ekologi Serangga.UIN- Malang Press. Malang

Page 53: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

LAMPIRAN

Perhitungan SDR

Lokasi: Cangar

A. KM (Kerapatan Mutlak)

- Wortel : 2925 = 5

- Kentang : 15 = 0,2

- Teki : 485 = 9,6

- Tumbuhan X : 25 = 0,4

- Tumbuhan Y : 95 = 1,8

- Tumbuhan Z : 575 = 11,4

B. KM (Kerapatan Nisbi)

- Wortel : 5

28,4 x 100% = 17,60%

- Kentang :0,2

28,4 x 100% = 0,70%

- Teki : 9,6

28,4 x 100% = 33,80%

- Tumbuhan X : 0,4

28,4 x 100% = 1,40%

- Tumbuhan Y : 1,8

28,4 x 100% = 6,33%

- Tumbuhan Z : 11,428,4 x 100% = 40,14%

C. FM (Frekuensi Mutlak)

- Wortel : 55 = 1

- Kentang : 15 = 0,2

- Teki : 55 = 1

- Tumbuhan X : 25 = 0,4

- Tumbuhan Y : 35 = 0,6

Page 54: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

- Tumbuhan Z : 55 = 1

D. FN (Frekuensi Nisbi)

- Wortel : 1

4,2 x 100% = 23,80%

- Kentang : 0,24,2 x 100% = 4,76%

- Teki : 1

4,2 x 100% = 23,80%

- Tumbuhan X : 0,44,2 x 100% = 9,52%

- Tumbuhan Y: 0,64,2 x 100% =14,28%

- Tumbuhan Z : 1

4,2 x 100% =23,80%

E. LBA (Luas Basal Area)

- Wortel :35 x 2,5

4 x2

3,14 = 175

12,56 = 13,93

- Kentang : 04 x

23,14 = 0

- Teki : 19,5

4 x 2

3,14 = 156

12,56 = 12,42

- Tumbuhan X : 84 x

23,14 =

1612,56 = 1,27

- Tumbuhan Y : 17 x 2

4 x 2

3,14 =68

12,56 = 5,41

- Tumbuhan Z : 15 x 3

4 x 2

3,14 = 90

12,56 = 7,16

F. DM

- Wortel : 13,93

25 = 0,55

- Kentang : 0

25 = 0

- Teki : 12,42

25 = 0,44

- Tumbuhan X : 1,2725 = 0,05

- Tumbuhan Y : 5,4125 = 0,21

Page 55: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

- Tumbuhan Z : 7,1625 = 0,28

G. DN (Dominansi Nisbi)

- Wortel : 0,551,58 x 100% = 34,81 %

- Kentang : 0

1,58 x 100% = 0

- Teki : 0,441,58 x 100% = 31,01 %

- Tumbuhan X : 0,051,58 x 100% = 3,16%

- Tumbuhan Y : 0,211,58 X 100% = 13,29%

- Tumbuhan Z : 0,281,58 X 100% = 17,72%

H. IV (Importance Value)- Wortel : 17,60%+23,80%+34,81%= 76,21%- Kentang : 0,70%+4,76%+0= 5,46%- Teki : 33,80%+23,80%+31,01%= 88,61%- Tumbuhan X : 1,40%+9,52%+3,16%= 14,08%- Tumbuhan Y : 6,33%+14,28%+13,29%= 33,9%- Tumbuhan Z : 40,14%+23,80%+17,72%= 81,66%

(Summed Dominance Ratio)

- Wortel : 76,21%

3 = 25,40%

- Kentang : 5,46 %

3 = 1,82%

- Teki : 88,61 %

3 = 29,53%

- Tumbuhan X : 14,08 %

3 = 4,69%

- Tumbuhan Y : 33,9 %

3 = 11,3%

- Tumbuhan Z : 81,66 %

3 = 27,22%

SDR Wortel+ SDR Kentang+ SDR Teki+ SDR Tumbuhan X+ SDR Tumbuhan Y+ SDR Tumbuhan Z =25,40%+1,82%+29,53%+4,69%+11,3%+ 27,22%= 99,9

Page 56: Laporan Besar Ekologi Pertanian E2

DOKUMENTASI