ppt inkontinensia urin

22
ASUHAN KEPERAWATAN INKONTINENSIA URIN Disusun Oleh: Kelompok 2

Upload: sidessy26

Post on 17-Feb-2016

315 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

askep gerontik inkontinensia urin

TRANSCRIPT

Page 1: PPT INKONTINENSIA URIN

ASUHAN KEPERAWATAN INKONTINENSIA URIN

Disusun Oleh: Kelompok 2

Page 2: PPT INKONTINENSIA URIN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

1. Dessy Ayu Armadani (20121660002)2. Ardias Anisa Kurniawati (20121660004)3. Robert Mukti (20121660012)4. Laily Kurniawati (20121660015)5. Reiza Fahruddin (20121660018)6. Gita Retno Damayanti (20121660036)

Page 3: PPT INKONTINENSIA URIN

Definisi Inkontinensia

Inkontinensia Urine (UI) adalah ketidakmampuan seseorang untuk menahan keluarnya urine. Keadaan ini dapat menimbulkan berbagai permasalahan, antara lain : masalah medic, social, maupun ekonomi. (Purnomo, 2008)

Page 4: PPT INKONTINENSIA URIN

KLASIFIKASI INKONTINENSIA URIN:

Inkontinensia Urgensi

Inkontinensia Stress

Inkontinensia paradoksa (overflow)

Inkontinensia Kontinua

Inkontinensia fungsional

Page 5: PPT INKONTINENSIA URIN

ETIOLOGI 1. Perubahan pada anatomi dan fungsi organ untuk berkemih2. Gangguan di saluran kemih bagian bawah3. Efek obat-obatan4. Produksi urin meningkat atau adanya gangguan kemampuan/keinginan

ke toilet5. Produksi urin berlebih karena berbagai sebab misalnya gangguan

metabolik, seperti diabetes melitus6. Gagal jantung kongestif7. Penyakit kronik 8. Trauma, atau gangguan mobilitas.9. Masalah psikologis,10. Kafein dan alkohol, dsb

Page 6: PPT INKONTINENSIA URIN

PATOFISIOLOGI Pada lanjut usia inkontinensia urin berkaitan erat dengan anatomi dan

fisiologis juga dipengaruhi oleh faktor fungsional, psikologis dan lingkungan. Pada tingkat yang paling dasar, proses berkemih diatur oleh reflek yang berpusat di pusat berkemih disacrum. Jalur aferen membawa informasi mengenai volume kandung kemih di medulla spinalis (Darmojo, 2009).

Pengisian kandung kemih dilakukan dengan cara relaksasi kandung kemih melalui penghambatan kerja syaraf parasimpatis dan kontraksi leher kandung kemih yang dipersarafi oleh saraf simpatis serta saraf somatic yang mempersyarafi otot dasar panggul (Setiati, 2009).

Pengosongan kandung kemih melalui persarafan kolinergik parasimpatis yang menyebabkan kontraksi kandung kemih sedangkan efek simpatis kandung kemih berkurang. Jika kortek serebri menekan pusat penghambatan, akan merangsang timbulnya berkemih. Hilangnya penghambatan pusat kortikal ini dapat disebabkan karena usia sehingga lansia sering mengalami inkontinensia urin. Karena dengan kerusakan dapat mengganggu kondisi antara kontraksi kandung kemih dan  relaksasi uretra yang mana gangguan kontraksi kandung kemih akan menimbulkan inkontinensia (Setiati, 2009).

Page 7: PPT INKONTINENSIA URIN

MANIFESTASI KLINIS 1. Desakan berkemih, di sertai ketidakmampuan mencapai

kamar mandi karena telah berkemih 2. Frekuensi, dan nokturia (buang air kecil yang luar biasa

sering di malam hari, menyebabkan pasien terbangun beberapa kali di malam hari untuk buang air)

3. Higiene buruk atau tanda- tanda infeksi Urgensi 4. Kebocoran urine

Page 8: PPT INKONTINENSIA URIN

KOMPLIKASIInkontinensia urin dapat menimbulkan komplikasi

infeksi saluran kemih, lecet pada area bokong sampai dengan ulkus dekubitus karena selalu lembab, serta jatuh dan fraktur akibat terpeleset oleh urin yang tercecer (Purnomo, 2008).

Page 9: PPT INKONTINENSIA URIN

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKA. Tes Diagnostik Pada Inkontinensia Urin:1.Tes laboratorium tambahan seperti kultur urin, blood urea nitrogen, creatinin, kalsium glukosa sitologi (Purnomo, 2008).2.Tes urodinamik adalah untuk mengetahui anatomi dan fungsi saluran kemih bagian bawah (Purnomo, 2008).3.Tes tekanan urethra adalah mengukur tekanan di dalam urethra saat istirahat dan saat dinamis (Purnomo, 2008).4.Imaging adalah tes terhadap saluran perkemihan bagian atas dan bawah (Purnomo, 2008).5.Pemeriksaan penunjang Uji urodinamik sederhana dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-alat mahal. Sisa-sisa urine pasca berkemih perlu diperkirakan pada pemeriksaan fisis.

Page 10: PPT INKONTINENSIA URIN

B. Laboratorium Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji untuk menentukan fungsi ginjal dan kondisi yang menyebabkan poliuri (Purnomo, 2008).

C. Catatan berkemih (voiding record) Catatan berkemih dilakukan untuk mengetahui pola berkemih. Catatan ini digunakan untuk mencatat waktu dan jumlah urin saat mengalami inkontinensia urin dan tidak inkontinensia urin, dan gejala berkaitan dengan inkontinensia urin. Pencatatan pola berkemih tersebut dilakukan selama 1-3 hari.

Page 11: PPT INKONTINENSIA URIN

PENATALAKSANAAN A. Terapi Non Farmakologi:

1. Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu berkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekwensi berkemih 6-7 x/hari. Lansia diharapkan dapat menahan keinginan untuk berkemih bila belum waktunya. Lansia dianjurkan untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mula-mula setiap jam, selanjutnya diperpanjang secara bertahap sampai lansia ingin berkemih setiap 2-3 jam (Purnomo, 2008).

2. Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan sesuai dengan kebiasaan lansia (Purnomo, 2008).

3. Promted voiding dilakukan dengan cara mengajari lansia mengenal kondisi berkemih mereka serta dapat memberitahukan petugas atau pengasuhnya bila ingin berkemih. Teknik ini dilakukan pada lansia dengan gangguan fungsi kognitif (berpikir) (Purnomo, 2008).

4. Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar panggul secara berulang-ulang.

Page 12: PPT INKONTINENSIA URIN

B. Terapi Farmakologi

1.Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik seperti Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine, flavoxate, Imipramine (Purnomo, 2008).

2.Pada inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethra (Purnomo, 2008).

3.Pada sfingter relax diberikan kolinergik agonis seperti Bethanechol atau alfakolinergik antagonis seperti prazosin untuk stimulasi kontraksi, dan terapi diberikan secara singkat (Purnomo, 2008).

C. Terapi Pembedahan

Terapi bila terapi non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Inkontinensia tipe overflow umumnya memerlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan retensi urin. Terapi ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia prostat, dan prolaps pelvic (pada wanita) (Purnomo, 2008).

Page 13: PPT INKONTINENSIA URIN

D. Modalitas Lain1.Pampres: Dapat digunakan pada kondisi akut maupun pada kondisi dimana pengobatan sudah tidak berhasil mengatasi inkontinensia urin. 2.Kateter: Teknik ini digunakan pada pasien yang tidak dapat mengosongkan kandung kemih.3.Alat Bantu Toilet: Seperti urinal, komod dan bedpan yang digunakan oleh orang usia lanjut yang tidak mampu bergerak dan menjalani tirah baring. Alat bantu tersebut akan menolong lansia terhindar dari jatuh serta membantu memberikan kemandirian pada lansia dalam menggunakan toilet

Page 14: PPT INKONTINENSIA URIN

ASUHAN KEPERAWATAN

Page 15: PPT INKONTINENSIA URIN

PENGKAJIAN Identitas Klien: nama, jenis kelamin, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, agama Riwayat Kesehatan dan Status Ekonomi: Tanyakan pada klien pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, sumber pendapatan, kecukupan pendapatan.Aktivitas Rekreasi: Tanyakan pada klien apa hobby yang disukainnya, tanyakan 1 tahun terakhir ini sudah berpergian atau berwisata dimana saja, tanyakan juga pada lansia apakah mengikuti organisasi atau suatu keanggotaan. Riwayat Keluarga: Tanyakan pada pasien ia merupakan anak ke berapa dari berapa saudara kandungnya, berapa jumlah anak, berapa jumlah saudara. Serta tanyakan adakah riwayat kematian dalam satu tahun terakhir ini di keluarga

Page 16: PPT INKONTINENSIA URIN

Pola Fungsi Kesehatan: 1. Pola Manajement Kesehatan Presepsi Kesehatan2. Pola Nutrisi dan Metabolisme3. Pola Eliminasi4. Pola Aktivitas Latihan5. Pola Istirahat Tidur6. Pola Presepsi Kongnitif7. Pola Konsep Diri Presepsi Diri 8. Pola Hubungan Peran9. Pola Reproduksi Seksual10.Pola Terhadap Stres dan Koping11.Pola Keyakinan Nilai

Page 17: PPT INKONTINENSIA URIN

Status Kesehatan

1.Riwayat Kesehatan Sekarang: Meliputi gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang dirasakan saat ini. Berapakah frekuensi inkonteninsianya, apakah ada sesuatu yang mendahului inkonteninsia (stres, ketakutan, tertawa, gerakan), masukan cairan, usia/kondisi fisik,kekuatan dorongan/aliran jumlah cairan berkenaan dengan waktu miksi. Apakah ada penggunaan diuretik, terasa ingin berkemih sebelum terjadi inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan.

2.Riwayat Kesehatan Dahulu: Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya, riwayat urinasi dan catatan eliminasi klien, apakah pernah terjadi trauma/cedera genitourinarius, pembedahan ginjal, infeksi saluran kemih dan apakah dirawat dirumah sakit. Harus memperhatikan masalah-masalah seperti diabetes, gagal jantung, insufisiensi vena, kanker, masalah neurologis, stroke dan penyakit Parkinson. Termasuk di dalamnya riwayat sistem urogenital seperti pembedahan abdominal dan pelvis, melahirkan, atau infeksi saluran kemih. Evaluasi obat-obatan baik yang dibeli dengan resep maupun dibeli bebas juga penting dilakukan. Beragam obat dikaitkan dengan inkontinensia urin seperti hipnotik sedatif, diuretik, antikolinergik, adrenergik dan calcium channel blocker. Biasanya ada hubungan dengan waktu antara penggunaan obat-obatan dengan awitan inkontinensia urin atau memburuknya inkontinensia yang sudah kronik.

3.Riwayat Kesehatan Keluarga: Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan, penyakit ginjal bawaan/bukan bawaan.

Page 18: PPT INKONTINENSIA URIN

Pemeriksaan Fisik 1.Keadaan Umum: Klien tampak lemas dan tanda tanda vital terjadi peningkatan karena respon dari terjadinya inkontinensia.

2. Pemeriksaan Fisik Persistem:B1 (Breathing): Kaji pernapasan adanya gangguan pada pola nafas, sianosis karena suplai oksigen menurun. kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi.B2 (Blood): Peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisahB3 (Brain): Kesadaran biasanya sadar penuhB4 (Bladder):

a.Inspeksi: periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat karena adanya aktivitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih serta disertai keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah supra pubik lesi pada meatus uretra,banyak kencing dan nyeri saat berkemih menandakan disuria akibat dari infeksi, apakah klien terpasang kateter sebelumnya.

b.Palpasi: Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik / pelvis, seperti rasa terbakar di urera luar sewaktu kencing / dapat juga di luar waktu kencing.

Page 19: PPT INKONTINENSIA URIN

B5 (Bowel): Bising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya nyeri tekan abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan palpasi pada ginjal.

B6 (Bone): Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan ekstremitas yang lain, adakah nyeri pada persendian.

Lingkungan Tempat Tinggal 1.Kebersihan dan kerapian ruangan : bersih dan rapi atau tidak

2.Penerangan                                  : baik atau tidak

3.Sirkulasi Udara                  : normal atau bermasalah

4.Keadaan kamar mandi dan WC    : bersih atau kotor

5.Pembuangan air kotor                   : ada atau tidak

6.Sumber air minum                         : sumuratau PAM

7.Pembuangan sampah                     : ada atau tidak

8.Sumber pencemaran                      : ada atau tidak disekitar rumah

9.Penataan halaman ( kalau ada )     : baik atau tidak

10.Privasi                                           : apakah rumah terprivasi

11.Resiko injuri                                  : ada atau tidak

Page 20: PPT INKONTINENSIA URIN

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan eliminasi urin b/d adanya sensasi untuk

berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih.

2. Hambatam mobilisasi fisik b/d penurunan kekuatan otot karena proses penuaan

3. Resiko kekurangan volume cairan tubuh b/di intake yang tidak adekuat

4. Resiko infeksi b/d kurangnya menjaga kebersihan daerah kemaluan.

5. Resiko kerusakan integitas kulit yang b/d kelembaban karena seringnya terpapar oleh urine

Page 21: PPT INKONTINENSIA URIN

Intervensi Keperawatan

Page 22: PPT INKONTINENSIA URIN

SEKIAN TERIMA KASIH