laporan besar fieltrip

10
HALAMAN SAMPUL JUNAIDI KATA PENGANTAR CAHYO DAFTAR ISI FILZA BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG WAHYU TRI Penyediaan benih merupakan usaha untuk mengadakan benih yang nantinya akan dimanfaatkan oleh badan-badan lain sesuai dengan tujuan masing-masing. Melihat dari banyaknya permintaan terhadap produk pertanian yang mana dalam hal ini yaitu tanaman, maka dewasa ini kegiatan dalam produksi benih dinilai sangat penting. Untuk memperoleh hasil tanaman dengan kualitas yang bagus maka diperlukan benih yang bagus pula. Hal ini dikarenakan penggunaan benih yang unggul secara kaidah ilmu pemuliaan diyakini akan meningkatkan produktifitas hasil kayu yang dihasilkan dibandingkan dengan benih yang belum termuliakan (unimproved) (Fauzi, 2014). Menurut Na’iem (2012) terdapat beberapa hal yang perlu dijadikan acuan sehingga mutu benih terstandarisasi, yaitu : (1) asal-usul benih yang tidak jelas harus dihindari; (2) data dan informasi tentang sumber benih yang digunakan harus jelas; (3) tersedianya plot uji genetic disetiap lokasi pengembangan; (4) tersedianya plot uji penanaman yang menghasilkan tentang produktivitas jenis ditanam; (5) dilakukannya evaluasi dan monitoring terhadap areal tanaman.

Upload: charis

Post on 17-Sep-2015

247 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

erret

TRANSCRIPT

HALAMAN SAMPUL JUNAIDIKATA PENGANTAR CAHYO DAFTAR ISI FILZABAB I PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG WAHYU TRIPenyediaan benih merupakan usaha untuk mengadakan benih yang nantinya akan dimanfaatkan oleh badan-badan lain sesuai dengan tujuan masing-masing. Melihat dari banyaknya permintaan terhadap produk pertanian yang mana dalam hal ini yaitu tanaman, maka dewasa ini kegiatan dalam produksi benih dinilai sangat penting. Untuk memperoleh hasil tanaman dengan kualitas yang bagus maka diperlukan benih yang bagus pula. Hal ini dikarenakan penggunaan benih yang unggul secara kaidah ilmu pemuliaan diyakini akan meningkatkan produktifitas hasil kayu yang dihasilkan dibandingkan dengan benih yang belum termuliakan (unimproved) (Fauzi, 2014). Menurut Naiem (2012) terdapat beberapa hal yang perlu dijadikan acuan sehingga mutu benih terstandarisasi, yaitu : (1) asal-usul benih yang tidak jelas harus dihindari; (2) data dan informasi tentang sumber benih yang digunakan harus jelas; (3) tersedianya plot uji genetic disetiap lokasi pengembangan; (4) tersedianya plot uji penanaman yang menghasilkan tentang produktivitas jenis ditanam; (5) dilakukannya evaluasi dan monitoring terhadap areal tanaman.Tahapan dalam memproduksi benih terdiri dari penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, roughing, pemanenan, prosesing, pengemasan, dan penyimpanan (Yasin, 2009). Produksi ini dilakukan oleh beberapa badan seperti BPSB (Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih), BPTH. BP2TP, BPK atau produsen benih yang lain seperti perguruan tinggi. BPSB selain berfungsi dalam kegiatan penelitian dan pengembangan tentang perbenihan tanaman juga berperan dalam pemberian sertifikasi terhadap benih. Lembaga perbenihan di Jawa Timur salah satunya adalah UPT Pengembangan Benih Palawija yang terletak di Singosari, Malang. Lembaga ini merupakan lembaga milik pemerintah yang bergerak di bidang perbenihan untuk tanaman Palawija. Tugas pokok lembaga ini yaitu untuk melaksanakan sebagaian tugas Dinas Pertanian di bidang pengelolaan, penangkaran, pemasaran, pendistribusian, dan pengembangan benih palawija serta pelayanan masyarakat (UPTPB Palawija, 2013). Hasil akhir yang diinginkan oleh setiap produsen benih tentu adalah benih yang sehat dan unggul. Maka dari itu setiap tahapan-tahapan dalam produksi hingga penyimpanan benih perlu diperhatikan. Setelah itu langkah yang harus dicapai yaitu meberikan sertifikasi terhadap benih yang telah diproduksi. Sertifikasi benih merupakan suatu system atau mekanisme pengujian benih berkala untuk mengarahkan, mengendalikan, dan mengorganisasi perbanyakan dan produksi benih. Adapun langkah-langkah dalam melakukan sertifikasi benih adalah sebagai berikut : check plot, pemeriksaan lapang pendahuluan, pemeiksaan lapang fase vegetative, pemeriksaan lapang fase berbunga/generative. Pemeriksaan lapang fase menjelang panen, pengambilan contoh benih, dan pemeriksaan alat panen dan pengolahan (Subarudi, 2000). Tujuan dilakukannya sertifikasi benih ini adalah untuk memelihara dan menyediakan benih serta bahan perbanyakan tanaman bermutu tinggi dari varietas berdaya hasil tinggi bagi masyarakat sehingga dapat ditanam dan didistribusikan dengan identitas genetic yang terjamin. Dari kegiatan sertifikasi benih ini maka akan didapatkan manfaat dari sertifikasi benih yaitu berkembangnya pertanian karena system dan program sertifikasi benih yang efektif sehingga akan memungkinkan benih bermutu tinggi tersedia bagi petani.1.2 TUJUAN WAHYU PUJI Untuk mengetahui kegiatan di BPSB Untuk mengetahui proses produksi benih Untuk mengetahui proses pengujian benih Untuk mengetahui proses penyimpanan benih Untuk mengetahui proses sertifikasi benih Untuk mengetahui alur pendistribusian benih

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN2.1 BPSB TPH DAN BBI PALAWIJA AMELIA UNTARI PRITA CHARIS DIANA IBNU INTAN Kegiatan lapangPada kegiatan lapang di UPT Palawija, Lawang, Malang yaitu perbanyakan benih palawija diantaranya yaitu : benih kacang tanah, kedelai, jagung, ubi kayu, ubi jalar. Benih yang di tanam adalah benih dasar atau label putih untuk menghasilkan benih pokok atau label ungu. Perbanyakan untuk tanaman kacang tanah diawali dengan pengolahan tanah, pengolahan tanah dengan menggunakan traktor untuk mempercepat pengolahan. Setelah pengolahan tanah di lanjutkan dengan penanaman dengan satu lubang satu tanam dan jarak tanam 45 X 20 cm untuk musim hujan dan 45 X 15 untuk musim kemarau, pemupukan menggunakan rekomendasi dari pemerintah yaitu Sp36 100 kg/Ha, Urea 50 kg/Ha, KCL 75 kg/Ha, dan ZA 50 kg/kg. Pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pengendalian hama terpadu atau THP. Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 3 minggu dengan cara manual yaitu menggunakan tangan, dan penggunaan alat kultivator untuk pembubuhan. Irigasi menggunakan irigasi teknis yaitu menggunakan pompa untuk mengalirkan air dari kolam penampungan. Roguing dilakukan dua kali yaitu pada usia dua minggu setelah tanam bersamaan dengan penyiangan, dan pada saat umur 35 HST pada saat masa generatif. Pemanenan dilakukan pada saat masak fisiologis dengan ciri-ciri : daun menguning, polong coklat, dan daun mulai rontok. Setelah itu kacang tanah di pisahkan dari pohon dengan menggunakan tangan dilanjutkan dengan pencucian dan pengeringan. Kegiatan LaboratoriumMenurut ibu Wulan pada pengujian laboratorium SATGAS ada dua pengujian yakni meliputi pengujian rutin dan pengujian khusus. Pengujian rutin meliputi uji kadar air, kemurnian fisik, dan daya kecambah. Pada uji kadar air menggunakan metode cepat, pada kemurnian benih fisik ada tiga kategori yakni benih murni, benih lain, dan kotoran benih, yang dimaksud benih murni adalah benih yang akan di teliti/diamati dan bisa juga dilihat dari keseragamannya, benih lain adalah benih dari tanaman lain yang di tandai dengan ukuran, dan warna , dan kotoran benih adalah bisa berupa kulit beniih, krikil, ranting serta benih busuk dan potongan-potongan benih yang berukuran kecil, dari ketiga komponen tersebut dipisahkan secara manual dengan menggunakan pinset untuk mendapatkan benih murni. Benih yang masuk benih murni ditimbang lalu di masukkan kedalam plastik kemudian dikasih label atau penanda benih varietas tertentu. Sedangkan pada pengujian khusus menggunakan oven. Suhu yang akurat pada pengovenan adalah denagn suhu rendah menggunakan kertas sidi. Missal, pada tanaman padi dilakukan 14 hari dan langsung dimasukkan ke germinator.

Kegiatan ProsesingProsesing di lakukan setelah pasca panen. Pasca panen bergantung pada masa panen yang di dasarkan pada umur tanaman seperti masa vegetatif dan generatifnya yang di pengaruhi faktor-faktor yang diantaranya, kesuburan tanag, ketinggian tempat, musim tanam, serta varietas yang di tanam. Selain itu juga di perhatikan kematangan fisiologis tanaman seperti daun menguning kurang lebih 90% untuk tanaman kedelai dan ujung pangkal biji hitam (black layer)pada tanaman jagung. Selain itu kondisi ketika melakukan kegiatan panen juga perlu di pertimbangkan, seperti pada tanaman kedelai keada cuaca harus di pertimbangkan, proses penemuran serta pemangkasan dan sedangkan pada tanaman jagung, baris tongkol lurus, warna mengkilat 2/3 bagian yang di tengah karena proses fotosintesis dan persarian sempurna. Setelah panen kegiatan prosesing di lanjutkan dengan pengeringan I, kemudian perontokan dengan menggunakan mesin Corntreyer untuk jagung (perontok jagung 300-500 kg/jam) dan Soybean Trasher (perontok kedelai 200 kg/jam), kemudian pengeringan II, pembersihan berdasarkan ukuran, sortasi bersarkan berat jenis, pengepackan, pengambilan contoh benih (BPSP) dan penyimpanan.

2.2 PRODUKSI BENIH VEGETATIF ULUM SITI INTAN HARIATIPerkembangbiakkan vegetatif buatan dengan bantuan manusia yang dilakukan pada praktikum lapang teknologi benih yang bertempat di produksi bibit rumahan milik Bapak Ilyas, meliputi:1. Cangkok, merupakan cara perkembangbiakkan vegetatif secara alami yang dilakukan dengan cara membuang lapisan kulit luar atau pebuluh tapis yang ada pada batang, agar tumbuh akar untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Cara mencangkok, yaitu dengan mengupas kulit sampai ke bagian kayunya. Bagian yang licin dari kayu yaitu kambium harus dibuang setelah itu dibiarkan selama 3-7 hari, selanjutnya ditutup dengan media tanam berupa tanah, akar pakis dan lain sebagainya kemudian dibungkus. Tanaman yang dicangkok dapat dipisahkan dari tanaman utama setelah kurang lebih 3 bulan, pada masa itu media tanam dibasahi dengan menggunakkan suntik yang diisi air untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya. Contoh: jeruk, mangga, jambu, rambutan dan tumbuhan berkambium lainnya.

1. Okulasi, adalah penyambungan dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan (Prastowo, 2006) Cara yang dilakukan untuk menempel atau okulasi, yaitu dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman ke mata tunas tanaman lainnya yang sejenis. Pada bagian yang diokulasi akan mulai tumbuh sekitar 3 minggu-4 minggu setelah penempelan.

1. Grafting atau sambung, adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan untuk mendapatkan tanaman baru yang memiliki sifat lebih baik (Prastowo, 2006) Cara menyambung (mengenten/kopulasi) yaitu menggabungkan bagian tanaman satu ke bagian tanaman lain setekah itu di gabungkan dengan menggunakkan plastik wrapping untuk memperkuat sambungan kemudian disungkup dengan menggunakkan plastik untuk menjaga kelembaban tanaman bagian atas, sungkup dilepaskan jika sudah muncul daun yang menandakan keberhasilan grafting. Sambung Kaki (Bawor), merupakan penggabungan Cara penggabungan yakni, siapkan tanaman induk dan tanaman induk lain yang akan disambung, bersihkan bagian batang tanaman indukan dan tanaman induk lain yang akan dilukai setelah itu sambung tanaman indukan dengan tanaman induk lain pada tempat yang berbeda. Batang yang tersambung kemudian ditutup dengan plastik yang rapat untuk menghindari kontak dengan udara dan meningkatkan keberhasilan teknik tersebut. Diamkan selama kurang lebih tiga minggu, kemudian potong bagian ujung tanaman indukan lain. Prinsip dari sambung kaki tiga ini adalah memperbaiki sifat dari tanaman indukan agar berbuah atau memiliki kualitas bibit yang tinggi. Sambung kaki tiga dinilai lebih efisien daripada sambung susu, karena tingkat keberhasilan persambungan relatif tinggi dan sifat tanaman yang dihasilkan sangat memuaskan. Hasil dari sambung bawor dapat juga dijadikan indukan kembali dan yang paling istimewa dari teknik perbanyakan ini adalah dapat menyambung lebih dari 4 batang tanaman. Pemilik dari pembibitan buah tersebut mengatakan mereka pernah mencoba menyambung sepuluh macam jenis kelengkeng dengan menggunakan teknik sambung bawor. Sambung Susu, adalah penyatuan batang 2 tanaman berbeda. Kelak setelah menyatu, batang dipotong sehingga kembali menjadi 2 tanaman. Lazimnya, penyusuan dengan mengelupas bagian tertentu di batang bawah dan batang entres. Entres adalah cabang pohon induk yang akan disusukan. Keduanya lalu ditempelkan dan diikat erat. Dengan cara ini, peluang gagal masih besar karena bagian yang melekat paling hanya seperempat lingkar batang dengan panjang tertentu Cara penyambungan yakni sayat batang bawah kurang lebih separuh bagian batang, demikian juga dengan batang atasnya. Gunakan pisau yang bersih dan tajam, hati-hati agar tangan tidak terluka. Segera tempelkan batang bawah ke batang atas dengan ujung batang bawah disisipkan ke sayatan sisa dari batang atas, seperti gambar berikut. Penundaan penempelan dapat mengakibatkan permukaan sayatan menjadi kering dapat menggagalkan hasil penyambungan. Tampak sayatan batang bawah ujungnya dijepit belahan batang atas. Ikat dengan tali plastik agar sayatan kedua batang menempel sempurna, jika tidak ada dapat gunakan tali rafia yang tipis. Setelah seluruh bagian sambungan terbungkus ikatan tali dengan baik, kencangkan ikatan tali.

1. Stek, diartikan sebagai suatu perlakuan pemisahan atau pemotongan beberapa bagian tanaman, seperto daun, tunas, batang, dan akar, agar bagian-bagian tersebut membentuk akar atau tanaman baru (Rukmana, 1997) Cara menyetek yaitu memotong batang atau daun untuk ditanam di tempat lain. Ada stek batang dan stek daun. Contoh stek batang: singkong, ketela rambat, sirih, lada dan lain- lain. Contoh stek daun: cocor bebek.

BAB III PENUTUP3.1 KESIMPULAN ANNA RUNIFieldtrip Teknologi Produksi Benih dilakukan di BPSB TPH dan BBI Palawija serta di rumah Bapak Ilyas. Terdapat 3 kegiatan pada BPSB TPH dan BBI Palawija ini, yaitu: pertama, kegiatan lapang dengan memperbanyak benih palawija (penanaman,pengolahan tanah, pemupukan, penyiangan, dan roguing). Kedua, kegiatan di laboratorium yang meliputi pengujian rutin (uji kadar air, kemurnian fisik, dan daya kecambah) serta pengujian khusus (metode oven). Terakhir adalah kegiatan processing yang dilakukan setelah pasca panen. Pasca panen bergantung pada masa panen yang didasarkan pada umur tanaman seperti masa vegetatif dan generatifnya serta dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kesuburan tanah, ketinggian tempat, musim tanam, dan varietas yang di tanam. Sementara itu, di tempat Bapak Ilyas dilakukan perkembangbiakan vegetatif buatan yang meliputi cangkok, okulasi, grafting, dan stek.3.2 SARAN UNTUK FIELDTRIP TPB MENDATANG DEVIELAMPIRAN-DOKUMENTASI KEGIATAN FIELDTRIP ANDI YOHANNA-DOKUMENTASI ANGGOTA KELOMPOK PRAKTIKUM BERSAMA ASISTENPrastowo N, J.M. Roshetko. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. World Agroforestry Centre (ICRAF) & Winrock International. Bogor, Indonesia. Rukmana, Rahmat. 1997. Teknik Perbanyakan Tanaman Hias. Kanisius. YogyakartaFauzi, M. Anis. 2014. Potensi Penydiaan Benih Jati (Tectonagrandis Linn.f) yang Bersumber dari Hutan JatidiGunung Kidul. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol.12(2) : 60-68.Naiem, M. 2002. Pentingnya Penggunaan Benih Unggul dalam Pembuatan Tanaman Jati dan Standarisasi Mutu Bibit secara Nasional, Makalah dalam Gelar Teknologi Hasil Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan tentang Penyediaan Bibit Jati Unggul di P3BPTH, Yogyakarta.Subarudi. 2000. Sistem Sertifikasi Benih dan Bibit Tanaman Kehutanan. Majalah Sylvatropika. Nomor 27. Tahun 2000.UPTPB Palawija. 2013. Tugas Pokok. UPT Pengembangan Benih Palawija Singosari. https://pbpalawija.wordpress.com. Diakses pada 1 Juni 2015.Yasin, Muhammad. 2009. Upaya Penyediaan Benih Dasar Jagung Komposit Melalui Pembinaan Penangkar Benih di Tingkat Petani. Prosiding Seminar NasionalSerealia, Balai Penelitian Tanaman Serealia. 11-20 hlm.