laporan besar solida granulasi kering
DESCRIPTION
Tablet GKTRANSCRIPT
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
PERCOBAAN II
GRANULASI KERING
I. Tujuan
Menentukan pengaruh jenis pengikat terhadap sediaan tablet dengan teknik
granulasi kering dengan zat aktif asetosal.
II. Teori Dasar
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa (Departemen Kesehatan RI, 2014).
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai, (Ansel, 2005)
Kebanyakan tablet digunakan untuk pemberian obat-obat secara oral. Tablet
mempunyai beberapa keuntungan, salah satu diantaranya tablet merupakan sediaan yang
tahan terhadap pemasukan (temperproof).
Hal – hal berikut merupakan keunggulan utama tablet :
1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik
dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling rendah.
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
4. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak
yang bermonogram atau berhiasan timbul.
5. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet
tidak segera terjadi.
6. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di
usus atau produk lepas lambat.
1
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
7. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk produksi besar
– besaran.
8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,
mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik (Lachman, hlm 1994)
Selain keunggulan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai berikut :
1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada
keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi, absorbsi
optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas,
akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet
yang masih menghasilkan bioavalabilitas obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat
yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan atau
penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan
penyalutan terlebih dahulu. (Lachman, 1994)
Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan bahan pembantu
(eksipien). Desain formulasi tablet diawali dengan nilai yang sudah ditetapkan
sebelumnya, yaitu dosis bahan berkhasiat dalam tablet. Jumlah bahan aktif dalam tablet
dapat merupakan faktor pembatas dalam mendesain formulasi. Bahan tambahan
(eksipien) yang digunakan dalam mendesain formulasi tablet dapat dikelompokkan
berdasarkan fungsionalitas eksipien berikut :
1. Pengisi/pengencer
2. Pengikat
3. Penghancur (disintegrants)
4. Pelincir (lubricant)
5. Pelicin (glidant)
6. Agen pendapar
7. Pemanis/flavor
8. Agen pembasah
9. Agen penyalut
10. Pembentuk matrik
11. Pewarna
2
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Sistem Penghantaran Tablet
Obat terbaik apapun tidak akan berarti jika tidak diberikan dalam bentuk sistem
penghantaran yang sesuai. Obat berbentuk tablet dapat dihantarkan dalam formulasi
relatif sederhana, pelepasan segera (immediate), sampai bentuk kompleks, seperti sediaan
dengan pelepasan diperlama atau sediaan dengan pelepasan dimodifikasi. Peranan paling
penting dari sistem penghantaran obat adalah “menghantarkan” obat ke lokasi kerja dalam
jumlah yang cukup dan pada kecepatan yang sesuai, dan harus pula memenuhi kriteria
esensial lainnya seperti stabilitas fisika dan kimia, dapat diproduksi secara masal dan
ekonomis, terjamin jumlah bahan aktif obat (API) dalam setiap unit sediaan dan dalam
setiap bets yang diproduksi, dapat diterima oleh pasien (misalnya dalam hal ukuran,
bentuk, warna, dsbnya) sehingga mendorong pasien menggunakan obat sesuai dengan
aturan/ketentuan penggunaan obat) (Goeswin, 2012).
Kriteria Desain Tablet
Kriteria umum desain tablet adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan disolusi obat secara optimal, yang berarti ketersediaan dari sediaan
farmasi untuk diabsorpsi secara konsisten sesuai dengan tujuan penggunaan
(pelepasan segera atau diperlama).
2. Keseragaman dan akurasi kandungan obat.
3. Stabilitas yang meliputi stabilitas API, formulasi tablet secara keseluruhan,
kehancuran (bila perlu) dan kecepatan serta jumlah obat terdisolusi dari tablet
untuk jangka waktu diperlama.
4. Penerimaan oleh pasien semaksimal mungkin. Oleh karena itu, sebaiknya
sediaan/produk jadi memberikan tampilan menarik yang meliputi warna, ukuran,
rasa, dan lain sebagainya, jika memungkinkan, untuk memaksimalkan penerimaan
dan mendorong penggunaan obat sesuai dengan cara pemakaian.
5. Manufakturabilitas. Desain formulasi memungkinkan untuk memproduksi obat
secara efisien, efektif biaya, dan praktis sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Hal yang diuraikan adalah kriteria umum. Adakalanya tablet untuk tujuan penggunaan
khusus memerlukan kriteria khusus tambahan pula, seperti tablet untuk ditelan secara
keseluruhan dan didesain sebagai sediaan dengan pelepasan segera (Goeswin, 2012).
Desain dan Manufaktur
3
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Mendesain formulasi tablet merupakan tindakan kompromi dari beberapa faktor
karena untuk mencapai sifat dan kinerja tablet yang diperlukan (seperti resistensi terhadap
gesekan mekanik atau friabilitas, kehancuran dan disolusi cepat), sering melibatkan
sasaran yang merupakan kompetensi secara fungsional. Pemilihan bahan yang tepat dan
penentuan jumlah eksipien yang seimbang untuk setiap API atau kombinasi eksipien
dalam formulasi tablet untuk dapat mencapai sifat yang diinginkan (seperti menghasilkan
obat yang aman dan produk yang handal) merupakan hal yang tidak selalu mudah
dilakukan. Selain itu, saat ini ada pula ketentuan dan keharusan untuk melakukan validasi
proses dalam memproduksi sediaan (tablet) sebelum diloloskan/diedarkan ke pasaran.
Biaya bahan baku (API dan eksipien) dan tahap proses (yang terkait juga dengan biaya)
perlu pula dipetimbangkan sebelum melakukan formulasi akhir dan pemilihan proses
manufaktur.
Faktor eksipien sangat kritikal dalam mendesain sistem penghantaran obat dan
memegang peranan utama dalam kualitas dan kinerja obat. Eksipien dipilih untuk
mengatasi berbagai masalah yang mungkin dan dapat timbul dalam sediaan farmasi,
seperti peningkatan stabilitas (antioksidan, pengabsorpsi UV), optimisasi dan modifikasi
pelepasan obat (penghancur, polimer hidrofilik, agen pembasah, polimer biodegradable),
peningkatan fungsi teknologi (pengikat, pelicin/glidan, pelincir/lubrikan), peningkatan
penerimaan pasien (peningka rasa/flavor), dan identifikasi produk (pewarna) (Goeswin,
2012).
Granulasi
Granulasi merupakan proses pembesaran ukuran dimana partikel halus dibentuk
menjadi aglomerat yang lebih besar dan secara fisika cukup kuat dimana partikel asli
masih dapat diidentifikasi.
Subbagian dari granulasi:
1. Pemampatan/pemadatan
Kelompok ini terbagi atas 2 kelompok :
a. Pengempaan
Material dikempa dalam cetakan yang akan menghasilkan bentuk akhir atau
bentuk antara berupa lembaran atau balok yang kemudian dipecah menjadi
frigmen lebih kecil.
b. Ekstrusi
4
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Material ditekan melalui lobang tertentu dengan diameter tetap, kemudian
dipecah atau dipotong menjadi bentuk dengan:
Diameter ≤ 2 mm L/D ≤ 10 : 1
Diameter ≥ 2 mm L/D ≤ 3 : 1
L= panjang D=diameter
2. Agitasi (agitation)
Proses agitasi ini dikenal sebagai aglomerasi. Agitasi biasanya dilakukan
dengan keberadaan proposi fasa cair tertentu yang dibutuhkan dan/atau agen
pengikat lain. Ada kalanya forsa v.d Waals sudah cukup untuk pengikat.
3. Pembentukan tetesan
Dikenal pula sebagai globulasi pembentukan tetesan dari larutan, lumpuran,
atau leburan; diikuti dengan proses pemadatan, misalnya pembentukan butiran,
pembentukan sol/gel, dan proses semprot kering.
4. Pengikatan panas
Kelompok ini dibagi lagi dalam
a. Nodulisasi (nodolization)
Melalui panas dan tanur berputar untuk menghasilkan granul bundar yang
keras.
b. Sintering
Melalui panas akan dihasilkan massa sinter tanpa bentuk atau ukuran
tertentu secara signifikan karena terjadi gerakan muatan. Massa sinter ini
selanjutnya dipecah menjadi fragmen granul (Goeswin, 2012).
Tujuan Granulasi
Proses granulasi bertujuan untuk :
1. Menghasilkan bentuk structural yang diperlukan.
2. Mempersiapkan kuantitas tertentu dari bahan untuk diolah dengan peningkatan
sifat aliran untuk penakaran (ke dalam alu kempa) dan pengempaan menjadi
tablet.
3. Meningkatkan tampilan produk.
4. Mengurangi kemungkinan terjadinya “caking”.
5. Meningkatkan bobot jenis ruahan untuk penyimpanan dan bahan untuk dikempa.
5
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
6. Membentuk dan menyediakan campuran yang tidak memisah (nonsegregating)
dimana idealnya terbentuk distribusi komponen kunci (bahan aktif) secara
uniform.
7. Mengendalikan kelarutan dan profil disolusi.
8. Mengontrol porositas, kekerasan, rasio luas permukaan terhadap volume dan
ukuran partikel.
Tipe Granulasi
Cara (metode) utama dalam granulasi farmasetik dikelompokkan dalam 3 kelompok
besar, yaitu proses basah, proses kering, dan proses lainnya. Pada proses granulasi basah,
cairan penggranulasi digunakan untuk memfasilitasi proses aglomerasi. Pada proses
granulasi kering, partikel serbuk kering disatukan secara mekanik melalui cara
pengempaan menjadi/membentuk bongkahan (slug). Saat ini lebih sering dilakukan
melalui pemampatan roler. Walaupun ada beberapa cara yang paling banyak digunakan
oleh industri farmasi (Goeswin, 2012).
Mekanisme Pengikatan Partikel
Adhesi dapat didefinisikan sebagai ikatan diantara material-material yang tidak
sama, sedangkan kohesi adalah ikatan di antara partikel-partikel yang sama. Sediaan
farmasi bersifat heterogen dan mengandung serbuk dengan sifat-sifat fisika yang sangat
barvariasi. Ikatan harus terbentuk di antara partikel serbuk sehingga saling melekat
(adhere) membentuk granul, dan ikatan ini harus cukup kuat untuk mencegah pecahnya
granul akhir yang kering, atau menjadi berbentuk serbuk pada proses penanganan
selanjutnya. Besarnya forsa ini ditentukan oleh ukuran partikel, struktur granul,
kandungan kelengasan, dan tegangan permukaan cairan (Goeswin, 2012).
Manufaktur Tablet Secara Granulasi Kering
Walaupun diaplikasikan secara luas, metode granulasi basah menimbulkan
beberapa kerugian. Air merupakan cairan yang umum digunakan sebagai penggranulasi.
Hal ini akan mengekspose komponen formulasi tablet pada air dan dapat menimbulkan
masalah hidrolisis. Selain itu, cairan penggranulasi harus dihilangkan, biasanya dengan
pemanasan. Selain masalah biaya dan energi akibat pemanasan, peningkatan temperatur
dapat mempercepat berlangsungnya reaksi hidrolisis yang mungkin terjadi. Granulasi
6
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
kering merupakan metode alternatif yang dapat diaplikasikan dan skematik proses ini
dapat dilihat dari skema pada gamar dibawah (Goeswin, 2012).
Komponen formulasi dikempa dalam keadaan kering, jika kekuatan pengikat tidak
dapat tercapai melalui pengempaan, maka diperlukan penambahan pengikat yang juga
dalam keadaan kering. Tahap pengempaan awal dapat dilakukan dengan salah satu dari 2
cara berikut. Pertama, menggunakan mesin kempa tablet konvensional, proses ini dikenal
sebagai slugging. Pada tahap pertama pengempaan akan dihasilkan tablet yang
belum/tidak memenuhi persyaratan tablet yang baik, misalnya tampilan dan keseragaman
berat. Slug kemudian dipecah untuk dapat menghasilkan produk granular, yang sesudah
diayak dapat dikempa lagi menghasilkan tablet yang memenuhi syarat. Dari penelitian
ditemukan bahwa kemudahan pengempaan formulasi pada tahap pengempaan kedua
berbanding terbalik dengan tekanan yang digunakan pada tahap pertama (sugging), dan
karena itu tidak boleh dilakukan tekanan (terlalu) tinggi pada tahap pengempaan pertama
(slugging) (Goeswin, 2012).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi seberapa jauh suatu material dapat
disluging dan perubahan salah satu dari hal ini dapat menimbulkan perbedaan besar
dalam operasi slugging dan sifat dari hasil slugging. Faktor ini meliputi :
1. Keterkempaan dan kohesifitas dari material
2. Rasio keterkempaan dari serbuk; rasio kedalaman pengisian lumpang terhadap
ketebalan slug
3. Bobot jenis serbuk
4. Tipe mesin: mesin rotari atau tunggal
7
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
5. Ukuran atau kapasitas mesin
6. Kekuatan dari alu dan lumpang
7. Keluaran dari alu dan lumpang
8. Ketebalan slug
9. Kecepatan pengempaan
10. Tekanan yang digunakan/diaplikasikan untuk menghasilkan slug
Cara pengempaan kedua ialah melalui pengempaan dengan roler (roller
compactor). Campuran serbuk dilewatkan melalui roler silindris yang berputar
berlawanan arah untuk membentuk suatu massa campuran (cake), yang selanjutnya
dipecah lagi menjadi produk berukuran granul dan kemudian dikempa menggunakan
mesin tablet. Sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini, alat roler pengempa dapat
langsung menghasilkan partikel berukuran granular. Dulu keluaran dari pengempaan roler
berupa lembaran (seperti kertas), yang kemudian dihancurkan sehingga berbentuk
penambahan pelincir sebelum pengempaan tahap pertama, dan kemungkinan diperlukan
penambahan pelincir lebih banyak pada tahap pengempaan kedua (Goeswin, 2012).
Graulasi kering bukan merupakan pilihan utama dalam menufakturing tablet. Pada
perkembangan saat ini, pilihan granulasi kering dilakukan menggunakan teknologi
pengempaan roler (roller compactor) karena lebih mudah dilakukan dan lebih sederhana.
Hasil produk pengempaan mempunyai bobot jenis yang lebih tinggi sesudah melewati
kedua roler yang berputar berlawanan arah untuk mencapai kepadatan (densification)
secara maksimal. Granulasi modern dengan alat roler pengempa terbaru hanya
berlangsung dalam beberapa tahap saja. Granulasi modern merupakan cara langsung dan
reprodusibel sehingga merupakan cara cepat dan ekonomis untuk menghasilkan granul
farmasetik (Goeswin, 2012).
Parameter operasi yang dapat mempengaruhi sifat produk adalah tekanan roler,
kecepatan roler, tekstur permukaan, dan jarak antara kedua roler. Serbuk yang akan
dikempa dialirkan/diumpankan menuju roler pengempa, dapat diatur dengan
menggunakan pengempa sekrup (screw feed) dengan tekanan positif. Untuk tablet yang
beratnya sekitar 1000 mg, seperti kombinasi 825 mg amoksilin dan 125 mg kalium
klafulanat, granulasi kering merupakan pilihan yang layak dalam teknologi produksi
tablet (Goeswin, 2012).
Pengeringan
8
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Sesudah dilakukan proses granulasi, hasil granulasi berada dalam bentuk massa
basah dimana cairan (liquid) harus dihilangkan karena keberadaan air akan menimbulkan
masalah pada sifat aliran dan ketidakstabilan secara kimiawi. Air biasanya dihilangkan
melalui evaporasi yang memerlukan energi (pemanasan, pengeringan, dan yang sekarang
semakin meningkat adalah penggunaan pemanasan gelombang mikro).
Bagian terpenting dari peralatan pengering:
a. Sumber/penyuplai panas untuk meningkatkan temperatur yang diperlukan untuk
menurunkan kelembaban relatif (Rh)
b. Alat untuk menghilangkan air yang dievaporasi
c. Sarana untuk meminimalkan jarak sehingga molekul air yang harus berdifusi
sebelum dievaporasi berada dekat permukaan.
Tahap Pencampuran Kedua
Jika proses pengeringan telah sempurna, maka akan terbentuk massa granul yang
volumeneus (relatif besar), terutama jika dilakukan pengeringan menggunakan nampan.
Massa kering bervolume besar ini diayak melalui ayakan (biasanya berukuran 250 – 700
µm) untuk tujuan memecah agregat dan membentuk granul dengan ukuran relatif
uniform. Selanjutnya diikuti tahap pencampuran kedua dimana beberapa kompoken
formulasi ditambahkan (Goeswin, 2012).
Pengempaan Tablet
Tablet yang dibuat secara baik haruslah menunjukkan kualitas sebagai berikut:
1. Tablet mengandung bahan obat sesuai dengan pernyataan dosis pada label dan
dalam batas yang diizinkan (spesifikasi).
2. Tablet harus cukup kuat untuk menghadapi tekanan selama proses manufaktur,
transportasi, dan penanganan hingga sampai kepada pasien yang akan
menggunakan.
3. Tablet harus menghantarkan dosis obat pada lokasi dan kecepatan yang
dipersyaratkan.
4. Ukuran, rasa, dan tampilan tidak menurunkan penerimaan oleh pasien.
Ada 2 tipe mesin kempa tablet, yaitu mesin kempa yang terdiri dari satu lumpang dengan
sepasang alu (single punch) dan mesin kempa tablet dengan tekanan rotasi yang memiliki
sejumlah lumpang dan alu yang sesuai dan berputar secara rotar (multistation). Pada
semua mesin kempa tablet yang digunakan untuk menghasilkan tablet, proses
9
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
dibagi/dirinci menjadi 3 tahap, yaitu: pengisian, pengempaan dan pelemparan (ejection)
tablet.
Tahap 1: Pengisian
Alu bawah turun ke dalam lumpang sehingga terbentuk rongga dimana partikel
masuk/mengair dari hoper akibat pengaruh gravitasi. Pengisian rongga ini berdasarkan
takaran volume partikel yang mengisi rongga, sedangkan tablet dideskripsikan
berdasarkan berat. Volume ditentukan oleh jarak turun alu bawah dalam lumpang. Oleh
sebab itu, penting sekali pengisian volume lumpang bersifat reprodusibel pada setiap
waktu, kalau tidak, massa/berat tablet akan bervariasi yang berarti kandungan setiap tablet
bervariasi pula. Jadi, salah satu kriteria penting dalam pengisian ini adalah partikel harus
mengalir dengan mudah dan dengan reprodusibilitas yang tinggi.
Tahap 2: Pengempaan
Alu atas turun dan ujungnya memasuki lumpang yang telah berisi partikel
(granul). Jarak yang memisahkan permukaan alu menurun, baik karena gerakan alu atas
saja (seperti pada alu atas saja (seperti pada alat kempa eksentrik) maupun karena gerakan
kedua alu seperti pada mesin kempa rotasi. Porositas kandungan (isi) lumpang secara
bertahap menurun dan jarak partikel yang ditekan menjadi semakin dekat antara satu
partikel dengan partikel lainnya. Proses ini difasilitasi karena terjadinya
fragmentasi/deformasi partikel. Begitu partikel sudah cukup dekat, forsa antar partikel
akan menyebabkan individu partikel teragregasi membentuk tablet. Besarnya forsa
ditentukan oleh jarak minimum yang memisahkan permukaan alu. Oleh karena itu, sifat
dari partikel sangat penting dimana partikel akan saling berpaut (cohere) akibat pengaruh
forsa pengempaan. Yang juga penting sekali adalah pertautan antar partikel tetap terjaga
jika forsa kempa dihilangkan.
Tahap 3: Pelemparan (ejection)
Alu atas ditarik dari lumang sehingga forsa yang diaplikasikan pada tablet
dihilangkan. Efek dari proses ini mungkin menyababkan partikel yang sudah mengalami
10
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
deformasi kembali ke bentuk asal, yang akan menghasilkan penurukan kontak
antarpartikel, yang berarti kekuatan dari tablet. Hal ini tidak boleh terjadi. Pada saat alu
atas meninggalkan lumpang, alu bawah bergerak ke atas, menekan tablet yang sudah
terbentuk sebelumnya. Selama tahap pengempaan, partkel ditekan sehingga terjadi kontak
(sangat) dekat dengan bagian dinding dalam dari lumpang. Selanjutnya, usaha untuk
menghilangkan tablet akan dilawan oleh forsa friksional, dan untuk keberhasilan
pelemparan, adhesi harus ditiadakan di antara tablet dan dinding lumpang. Jadi, untuk
keberhasilan transformasi partikel menjadi tablet, ada 3 sifat kunci yang perlu
diperhatikan:
1. Aliran partikel yang bagus
2. Kemampuan partikel untuk bertaut karena pengaruh forsa pengempaan. Pertautan
ini harus dipertahankan hingga forsa pengempaan dihilangkan.
3. Kemampuan tablet untuk dilemparkan/didorong dari umpang sesudah forsa
pengempaan dihilangkan.
Pengujian Tablet
Tablet merupakan campuran dari satu atau lebih campuran bahan aktif (API)
dengan sejumlah kmponen tidak aktif (inactive) atau eksipien. Secara garis besar,
pengujian tablet dapat dikelompokkan dalam 3 aspek atau kategori:
1. Konfirmasi sifat bahan aktif dan produk (identitas, kuantitas, pengotor, integritas,
dan lain sebagainya).
2. Menetapkan ketersediaan farmasetik dari gugus (moiety) aktif, baik secara in vitro
maupun in vivo pada manusia, dan jika dipersyaratkan juga pada hewan.
3. Menetapkan profil stabilitas selama usia guna sediaan.
Pengujian bertujuan untuk menetapkan apakah tablet memenuhi spesifikasi yang
sudah ditetapkan sebelumnya, misalnya sifat bahan aktif (identifikasi), jumlah bahan
berkhasiat yang diharapkan (penentuan kadar), pengotor (senyawa terkait), dan
keseragaman jumlah obat dari tablet (keseragaman unit sediaan). Umumnya pengujian ini
ditetapkan dalam farmakope (misal farmakope Indonesia, USP, dan lain sebagainya).
Sebagai tambahan dari pengujian ini dilakukan pula beberapa pengujian lain, seperti
friabilitas, kekerasan, kehancuran (disintegrasi), dsbnya (Goeswin, 2012).
Farmakologi Bahan Aktif
11
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Asetosal atau aspirin atau cafenol atau naspro adalah obat anti-nyeri tertua (1899),
yang sampai saat kini paling banyak digunakan diseluruh dunia. Zat ini juga berkhasiat
anti-demam kuat dan pada dosis rendah sekali (80mg) berdaya menghambat agregasi
trombosit. Efek antitrombotis ini tidak reversibel dan berdasarkan blockade enzim cyclo-
oxyigenase (COX-1) yang bertahan selama hidupnya trombosit. Dengan demikian sintesa
tromboksan A2 (TxA2) - yang berkhasiat trombotis dan vasokontriktif – dihindarkan. Pada
dosis lebih besar dari normal (diatas 5 g sehari) obat ini juga berkhasiat antiradang akibat
gagal sintesa prostaglandin-E (PgE2).
Selain merupakan analgetikum, dewasa ini banyak digunakan sebagai alternatif
dari antikoagulansia untuk obat pencegah infark kedua setelah terjadi serangan. Hal ini
berkat daya antitrombotisnya. Obat ini juga efektif untuk profilaksis serangan stroke
kedua setelah menderita TIA (Transient Ischaemic Attack, serangan kekurangan darah
sementara diotak), terutama pada pria.
Resorpsinya cepat dan praktis lengkap, terutama di bagian pertama duodenum.
Namun, karena bersifat asam, sebagian zat diserap pula dilambung. BA-nya lebih rendah
akibat FPE dan hidrolisa selama resorpsi. Mulai efek analgetis dan antipiretisnya cepat,
yakni setelah 30 menit dan bertahan 3-6 jam; kerja antiradangnya baru nampak setelah 1-
4 hari. Resorpsi dari rectum (suppositoria) lambat dan tidak menentu, sehingga dosisnya
perlu digandakan. Dalam hati zat ini segera dihidrolisa menjadi asam salisilat dengan
daya antinyeri lebih ringan. PP-nya 90-95%, plasma-t1/2-nya 15-20 menit, masa paruh
asam salisilat adalah 2-3 jam pada dosis 1-3 g/hari.
Efek samping yang paling sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan
risiko tukak lambung dan perdarahan samar (occult). Penyebabnya adalah sifat asam dari
asetosal, yang dapat dikurangi melalui kombinasi dengan suatu antasidum (MgO,
aluminiumhidroksida, CaCO3) atau digunakan garam kalsiumnya (carbasalat). Pada dosis
besar factor lain memegang peranan, yakni hilangnya efek pelindung dari prostacyclin
(PgI2) terhadap mukosa lambung, yang sintesanya turut dihalangi akibat blockade cyclo-
oxygenase.
Selain itu, asetosal menimbulkan efek spesifik, seperti reaksi alergi kulit dan
tinnitus (telinga berdengung) pada dosis lebih serius adalah kejang-kejang bronchi hebat,
yang pada pasien asma dapat menimbulkan serangan, walaupun dalam dosis rendah.
Anak-anak kecil yang menderita cacar air atau flu/selesma sebaiknya jangan diberi
asetosal (melainkan parasetamol), karena berisiko terkena Sindroma Rye yang berbahaya.
12
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Sindroma ini bercirikan muntah hebat, termangu-mangu, gangguan pernapasan, konvulsi
dan adakalanya koma.
Wanita hamil tidak dianjurkan menggunakan asetosal dalam dosis tinggi, terutama
pada triwulan terakhir dan sebelum persalinan, karena lama kehamilan dan persalinan
dapat diperpanjang, juga kecenderungan perdarahan meningkat. Kendati masuk ke dalam
air susu, ibu dapat menggunakan asetosal selama laktasi, tetapi sebaiknya secara
insidentil.
Asetosal memperkuat daya kerja antikoagulansia, antidiabetika oral dan
metotreksat. Efek obat encok probenesid dan sulfinpirazon berkurang, begitu pula
diuretika furosemida dan spironolakton. Kerja analgetisnya diperkuat oleh antara lain
kodein dan d-propoksifen. Alkohol meningkatkan risiko perdarahan lambung-usus.
Karena efek antitrombotisnya yang mengakibatkan risiko perdarahan meningkat,
penggunaan asetosal perlu dihentikan satu minggu sebelum pencabutan gigi (geraham
bungsu).
Pada nyeri dan demam oral 4 dd 0,5-1 d p.c., maks 4 g sehari, anak-anak sampai 1
tahun 10 mg/kg 3-4 kali sehari, 1-12 thn 4-6 dd, di atas 12 thn 4 dd 320-500 mg, maks 2
g/hari. Rektal, dewasa 4 dd 0,5-1 g, anak-anak sampai 2 thn 2 dd 20mg/kg, di atas 2 thn 3
dd 20 mg/kg p.c. Pada rema, oral dan rektal 6 dd 1 g, maks 8 g/hari, pada serangan
migraine single dose dari 1 g, 15-30 menit sesudah minum domperidon atau
metoklopramida (Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana Rahardja, 2007).
13
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
III. Resep
Formulasi I, II, III, dan IV
Formula Kadar
I (%) II (%) III (%) IV (%)
Fas
e D
alam
Asetosal
PVP
Amilum
Laktosa
62,5
-
10
Qs
62,5
2
10
Qs
62,5
4
10
Qs
62,5
6
10
Qs
Fas
e L
uar
Amilum
Talk
Talk
5
2
1
5
2
1
5
2
1
5
2
1
IV. Preformulasi Zat Aktif
Struktur Kimia
Rumus molekul C9H8O4
Nama AsetosalNama lain Acetyl salicylic acidNama kimia Asam asetil salisilatBerat molekul 180,16Pemerian Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan
tersusun, atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau lemah. Stabil diudara kering, didalam udara lembab secara bertahap terhidrolisis menjadi asam salisilat dan asam asetat.
Suhu Lebur 143oC
pH 2-3
Kelarutan Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam
kloroform dan ddalam eter, agak sukar larut dalam eter
14
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
mutlak.
Stabilitas Stabil diudara kering, jika kontak dengan kelembapan atau
dalam air akan mengalami hidrolisis yang akan
menghasilkan asetat dan asam salisilat.
Tingkat dekomposisi baik asam dan basa katalis dipercepat
oleh panas. Stabilitas maksimum pada pH 2 dan 3.
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan asam lemah , aram besi, fenobarbital
natrium, garam kuinin, kalium dan natrium iodida, basa
hidroksida karbonat dan stearat. Aspirin akan mengalami
hidrolisis jika dicampurkan dengan air yang mengandung
garam kristal. Aspirin juga dilaporkan inkompatibel dengan
antihistamin.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tablet berukuran 81 mg atau lebih kecil disimpan dalam wadah berkapasitas tidak lebih dari 36 tablet
Daftar Pustaka The Pharmaceutical Codex Halaman 742-743
V. Preformulasi Eksipien
PVP
Struktur molekul
Rumus molekul (C6H9NO)n Nama kimia 1- ethenyl-2-pirolidone homopolymerBerat molekul 180.20Pemerian Serbuk putih sampai krem keputihan, tidak berbau atau
hamper tidak berbau. Serbuk higroskopis.Suhu Lebur 150oCKelarutan Mudah larut dalam asam, kloroform, etanol (95%), keton,
metanol, dan air; praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak mineral. Dalam air, konsentrasi dari larutan hanya dibatasi oleh viskositas larutan yang dihasilkan, yang merupakan fungsi darinilai-K.
Stabilitas PVP stabil dalam pemanasan siklus pendek antara 110o - 130o C. sterilisasi uap dari air tidak mengubah sifat-sifatnya.Larutan berair yang rentan terhadap pertumbuhan jamur dan akibatnya membutuhkan penambahan pengawet yang cocok. Povidon dapat disimpan dalam kondisi biasa tanpa mengalami dekomposisi atau degradasi.
Inkompatibilitas Akan membentuk molecular dalam larutan dengan
15
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
sulfatiozole, natrium salisilat, asam salisilat, Phenobarbital, tannin.
Penyimpanan Bubuk higroskopis, harus disimpan dalam wadah kedap udara ditempat yang sejuk dan kering
Kegunaan Disintegrant; dissolution enhancer; suspending agent; tablet binder.
Pustaka HOPE 6thtahun 2009; Hal. 581-582
Amilum
Struktur molekul
Sinonim Amido; amidon; amilo; amylum; C*PharmGel; Eurylon; fecule; Hylon; maydis amylum; Melojel; Meritena; oryzae amylum; Pearl; Perfectamyl; pisi amylum; Pure-Dent; Purity 21; Purity 826; solani amylum; tritici amylum; Uni-Pure.
Berat molekul 50 – 500 juta DaPemerian Tidak berbau, tidak berasa, halus, serbuk putih, amilum terdiri dari
butiran bulat, bulat telur sangat kecil atau biji-bijian yang ukuran dan bentuk mempunyai karakteristik untuk setiap variasi tumbuhan
Fungsi Dilluent tablet dan kapsul, penghancur tablet dan kapsul, pengikat tablet, agen penebalan
Titik leleh [Tidak ditemukan dalam HOPE ed 6 hal 728]Suhu gelatinisasi:71°C untuk pati jagung;62°C untuk pati kacang,64°C untuk tepung kentang;68°C untuk pati beras;59°C untuk tepung gandum.
Kandungan lembab Semua pati yang higroskopis dan menyerap kelembaban atmosfer untuk mencapai keseimbangan kelembaban. (23,24) Perkiraan kelembaban keseimbangan adalah karakteristik untuk setiap pati. Pada kelembaban relatif 50%: 12% untuk pati jagung;14% untuk tepung kacang, 18% untuk tepung kentang; 14% untuk pati beras; 13% untuk tepung gandum. Pati berlebihan kering dengan kelembaban rendah dari kelembaban keseimbangan, tersedia secara komersial. Produk-produk ini harus
16
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
disimpan dalam wadah tertutup rapat untuk menjaga kadar air yang rendah.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol 96% dan di air dingin. Amilum mengembang seketika dalam air sekitar 5-10% pada suhu 37oC. Amilum akan larut dalam air panas pada suhu diatas suhu gelatinasi. Amilum sebagian larut dalam dimethyl sulfoksida dan dimetil formamida.
Densitas 1,478 g/cm3
Viskositas Pati tidak dimodifikasi bukan polimer pilihan untuk mengatur viskositas sediaan farmasi, kecuali untuk produk nutrisi klinis.
Stabilitas Stabil jika terlindung dari kelembapan tinggi, secara kimia dan mikrobiologi amilum lembap pada kondisi penyimpanan normal. Secara fisik amilum tidak stabil dan mudah dimetabolisme oleh mikroorganisme.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan keringKompatibilitas Amilum inkompatibel dengan zat pengoksida kuatPustaka HOPE6th halaman 685-690
Talk
Struktur molekul [Tidak ditemukan dalam HOPE ed 6 hal 728]Rumus molekul Mg6(Si2O5)4(OH)4
Sinonim Altalc; E553b; hydrous magnesium calcium silicate; hydrous magnesium silicate; Imperial; Luzenac Pharma; magnesium hydrogen metasilicate; Magsil Osmanthus; Magsil Star; powdered talc; purified French chalk; Purtalc; soapstone; steatite; Superiore; talcum.
Berat molekul [Tidak ditemukan dalam HOPE ed 6 hal 728]Pemerian Serbuk hablur putih atau putih keabuan, tidak berbau, sangat halus,
licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran.Fungsi Anticaking agent, glidant, diluent tablet dan kapsul, dan lubrikanKandungan lembab Talk menyerap air pada suhu 25oC dan kelembapan relatif hingga
90%.Kelarutan Praktis tidak larut dalam pelarut asam dan basa, pelarut organik dan
air.Stabilitas Talk merupakan bahan stabil dan dapat disterilisasi dengan suhu
160oC selama 1 jam. Talk juga dapat disterilisasi dengan gas etilen oksida dan iradiasi gama.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan keringKompatibilitas Inkompatibel dengan senyawa amonium kuartenerPustaka HOPE6th ed 2009, halaman: 728-730
Laktosa anhidrat
17
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Struktur molekul
Rumus molekul C12H22O11
Sinonim Anhydrous 60M; Anhydrous Direct Tableting (DT); Anhydrous DT High Velocity; Anhydrous Impalpable; Lactopress Anhydrous; Lactopress Anhydrous 250; lactosum anhydricum; lattosio; milk sugar; SuperTab 21AN; SuperTab 22AN; saccharum lactis
Berat molekul 342,30Pemerian Serbuk atau partikel kristal berwarna putih, rasa manis, tidak berbau.Fungsi Tablet diluent and tablet fillerTitik leleh 232 oCKelarutan Larut dalam air, sedikit larut dalam etanol 95% dan eterStabilitas Laktosa dapat berubah warna menjadi kecoklatan dalam
penyimpanan, hal tersebut dapat disebabkan oleh panas, kondisi lembap dan kelembapannya hingga 80%
Penyimpanan Dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan keringKompatibilitas Inkompatibel dengan oksidator kuat. Dapat mengalami reaksi
Maillard dengan amin primer dan amin sekunder bila disimpan dalam kondisi kelembapan tinggi untukjangkawaktu yang panjang
Pustaka HOPE6th ed 2009, hal 359-361
VI. Rasionalisasi Formula
Pada pembuatan tablet sedikit sekali serbuk yang menunjukkan sifat-sifat
kunci yang disebutkan dalam teori bahkan adakalanya tidak memiliki sama sekali.
Oleh karena itu, sebelum pengempaan tablet berhasil baik, perlu dilakukan beberapa
perlakukan pendahuluan melalui penambahan satu atau lebih eksipien yang
dibutuhkan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Perlakuan awal yang harus
dilakukan antara lain dalam bentuk granulasi. Porses granulasi merupakan proses
pembesaran ukuran dan dalam proses manufaktur tablet bertujuan:
1. Meningkatkan aliran melalui peningkatan ukuran partikel karena partikel besar
mengalir lebih mudah daripada partikel halus.
2. Meningkatkan karakteristik pengempaan dan kekuatan kohesif dari tablet.
3. Mencegah terjadinya pemisahan karena begitu campuran homogen tercapai
partikel sudah lengket tidak akan memisah lagi.
4. Mengurangi pembentukan debu.
18
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Dilihat dari sifat yang dimiliki oleh asetosal, asetosal memiliki sifat alir
yang buruk, namun memiliki kompaktibilitas yang baik. Maka cara yang tepat
untuk membuat tablet asetosal ini adalah dengan cara granulasi kering.
Bahan – bahan tambahan atau eksipien yang ditambahkan pada formulasi tablet
parasetamol ini yaitu :
1. Pengisi/pengencer (diluents)
Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara
signifikan dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia
dari tablet jadi (akhir). Tujuan ditambahkannya bahan pengisi ini yaitu untuk
mendapatkan sediaan yang tepat ukuran bobot dan lebih acceptable. Bahan
pengisi yang ditambahkan yaitu Laktosa
2. Pengikat (binder dan adhesive)
Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk
meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui pengikat (yang diperlukan) dalam
pembentukan granul yang pada pengempaan membentuk massa kohesif atau
pemampatan sebagai suatu tablet. Lokasi pengikat di dalam granul dapat
mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan. Bahan pengikat yang ditambahkan
yaitu PVP (Polivinil pirolidon)
3. Penghancur (disintegrants)
Tujuan penghancur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat
setelah ditelan oleh pasien. Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum
dilakukan granulasi atau selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa
atau pada kedua tahap proses. Efektivitas bermacam penghancur dipengaruhi
oleh posisinya dalam tablet. Perlu pula diperhatikan bahwa beberapa
penghancur juga menunjukkan sifat sebagai pengikat atau perekat. Penghancur
ini berlawanan dengan operasi granulasi (aglomerasi), dan selanjutnya pada
pembentukan hasil kempa yang kuat, formulator harus mempertimbangkan
kedua fenomena ini dalam mendesain formulasi tablet.
Partikel yang berikatan/ bertautan secara kuat merupakan hal yang pokok
untuk menghasilkan tablet yang menunjukkan kekerasan fisika dan porositas
rendah. Sebelum bahan aktif diabsorbsi di saluran cerna, bahan aktif haruslah
terlebih dahulu terdisolusi, dan tablet yang kuat secara fisika (keras) merupakan
19
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
halangan terhadap proses disolusi. Oleh sebab itu, dalam formulasi tablet perlu
ditambahkan agen penghancur yang bila berkontak dengan air akan
mengganggu struktur tablet dan selanjutnya menyebabkan tablet terfragmentasi
(hancur). Permukaan yang terekspose secara lebih luas terhadap cairan saluran
cerna akan memfasilitasi proses disolusi.
Bahan penghancur yang ditambahkan yaitu Amilum
4. Pelincir (lubricant)
Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang
meningkat pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama
pengempaan dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula
menunjukkan sifat sebagai antilengket (anti-adherant) atau pelicin (glidant).
Strick land mendeskripsikan :
Pelincir menurunkan friksi di antara granul dan dinding cetakan kempa
selama proses pengempaan dan penolakan tablet dari lumpang.
Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu cetak dan
selanjutnya pada dinding cetakan.
Pelicin meningkatkan karakteristik aliran dari granul.
Lubrikasi berlangsung menurut 2 mekanisme. Pertama dinamakan
lubrikasi cair karena kedua permukaan yang bergerak dipandang terpisah
sebagai lapisan yang terbatas dan kontinu dari lubrikan cair. Suatu hidrokarbon,
seperti minyak mineral, walaupun merupakan lubrikan buruk, merupakan
contoh tipe lubrikan cair. Minyak hidrokarbon tidak diaplikasikan dalam
bentuk disperse halus karena akan menghasilkan tablet berminyak (oil spots).
Kedua lubrikasi perbatasan dihasilkan dari pelekatan bagian polar molekul
dengan rantai karbon panjang terhadap dinding permukaan logam lumpang
cetak. Lubrikan tipe perbatasan lebih bagus dari tipe cair karena keterkaitan
lubrikan pada dinding lumpang cetak lebih besar dari tipe cair. Hal ini
dikarenakan ujung polar dari lubrikan perbatasan akan teradhesi secara lebih
kokoh pada permukaan oksida logam dari tipe cairan non-polar. Tipe dan kadar
lubrikan yang digunakan dalam formulasi tablet sangat dipengaruhi oleh alat
yang digunakan dalam mengempa tablet.
Cara/metode penambahan lubrikan
Lubrikan umumnya ditambahkan dalam keadaan kering pada saat
komponen lain sudah homogen. Oleh karena itu, lubrikan ditambahkan dan
20
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
dicampur hanya dalam periode waktu yang singkat saja, 2 – 5 menit dari 10 –
30 menit waktu yang diperlukan untuk pencampuran homogen suatu granul.
Pencampuran secara berlebihan (over mixing) dapat menyembabkan penurunan
karakteristik disintegrasi-disolusi dan kehilangan ikatan pada matriks tablet.
Adakalanya lubrikan ditambahkan pada granul dalam bentuk larutan
alkohol (misal Carbowax) sebagai suspense atau emulsi dari material lubrikan.
Sebagai pegangan umum; lubrikan berbentuk serbuk jangan ditambahkan
sebelum melakukan granulasi basah karena lubrikan akan terbagi pada seluruh
massa partikel granul, dan tidak terkonsentrasi pada permukaan granul dimana
lubrikan berfungsi sebagai tambahan. Lubrikan serbuk yang ditambahkan
dengan cara ini akan mengurangi agen penggranulasi dan mengefektifkan
pengikat.
Antiadheran
Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukkan tendensi
mudah tersusun/terkumpul. Produk multivitamin yang mengandung vitamin E
kadar tinggi sering menunjukkan sifat menyatu, yang dapat diminimalkan
melalui penembahan silica koloidal seperti Syloid. Dari hasil penelitian,
ditemukan bahwa Cab – O – Sil, walaupun secara kimia mirip (similar), tidak
berfungsi secara memuaskan diduga karena luas permukaannya lebih kecil.
Talk, magnesium stearat, dan amilum jagung menunjukkan sifat antiadheran
yang baik pada permukaan alu kempa tablet. Lubrikan larut air yang
menunjukkan efisiensi tinggi sebagai lubrikan permukaan alu kempa adalah
DLlLeusin. Tabel dibawah memberikan beberapa antiadheran yang luas
digunakan dalam formulasi tablet.
Material Rentang konsentrasi % yang lazim digunakan
Talk 1 – 5
Amilum jagung 3 – 10
Cab – O – Sil 0,1 – 0,5
Syloid 0,1 – 0,5
DL-Leusin 3 – 10
Na-Lauril Sulfat < 1
Logam stearat < 1
Lubrikan yang ditambahkan yaitu Talkum
21
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
5. Pelicin (glidant)
Glidan dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke dalam
lobang lumpang. Glidan dapat meminimalkan ketidakmerataan yang sering
ditemukan/ditunjukkan formula kempa langsung. Glidan meminimalkan
kecenderungan granul memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan. Mesin
kempa tablet berkecepatan tinggi memerlukan sifat aliran yang lancar menuju
lobang lumpang. Jika sifat aliran sangant buruk dan glidan tidak efektif, maka
perlu dipertimbangkan mekanisme lumpan bertekanan (force-feed) pada
pengisian lumpang mesin kempa tablet. Keseragaman dari berat tablet secara
langsung bergantung pada keseragaman pengisian lumpang oleh granul dari
hoper. Pada umumnya material yang merupakan glidan yang baik sering
merupakan lubrikan yang buruk. Pada tabel dibawah dapat dilihat beberapa
glidan yang umum digunakan.
Hipotesis mekanisme kerja glidan menurut beberapa penelitian:
a. Disperse muatan elektrostatik pada permukaan granul.
b. Distribusi glidan dalam granul.
c. Adsorpsi preferensial gas pada glidan versus granul.
d. Meminimalisasi forsa v.d. Waals melalui pemisahan granul.
e. Penurunan fraksi di antaara partikel dan kekerasan permukaan karena
glidan teradhesi pada permukaan granul.
Material Rentang konsentrasi % yang lazim digunakan
Talk 5
Amilum jagung 5 – 10
Cab – O – Sil 0,1 – 0,5
Syloid 0,1 – 0,5
Aerosol 1 – 3
Serbuk gerak (running powder)
Lubrikan terbaik adalah lubrikan yang bersifat tidak larut dan juga
bersifat menolak air. Karena lubrikan berfungsi melalui penyalutan granul yang
akan dikempa, tidak mengherankan bila lubrikan yang digunakan dan proses
lubrikasi dapat menimbulakn efek mengganggu pada disintegrasi tablet dan
disolusi/pelepasan obat dari tablet. Untuk mengatasi masalah ini, sering
ditambahkan agen kedua pada serbuk lubrikan untuk menghasilkan serbuk
22
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
yang kurang bersifat hidrofobik sebagai sistem lubrikan campuran. Lubrikan
dan agen kedua serta agen hidrofilik dinamakan serbuk gerak (running powder)
karena penambahannya bertujuan memperlancar pengempaan atau
menggerakkan granul dari mesin kempa tablet. Agen hidrofilik yang paling
umum ditambahkan pada lubrikan adalah amilum. Perbandingan
amilum/lubrikan berkisar antara 1 : 1 sampai 1 : 4.
Glidan yang ditambahkan yaitu Talkum.
VII. Perhitungan
Kadar asetosal = 250 mg
Bobot tablet = 400 mg (dibuat untuk 500 tablet)
1 tablet = 92
100× 400 mg=368 mg
500 tablet = 500 × 368 mg = 184 gram
Formula Perhitungan 1 Tablet Perhitungan
500 Tablet
Kondisi
Sebenarnya
Fase dalam (92% )
Parasetamol 250 mg 250 mg × 500 = 125 gram
125,006 gram
PVP 6% 6100
× 400 mg=24 mg 24 mg ×500 = 12 gram
12, 001 gram
Amylum 10% 10100
× 400 mg=40 mg 40 mg ×500 = 20 gram
20,000 gram
Laktosa (368 – 250 - 24 – 40) mg = 54 mg
54 mg ×500 = 27 gram
27, 007 gram
Fase luar (8%)
Amylum 5% 592
×400 mg = 20 mg20 mg ×500 = 10 gram
9,233 gram
Talkum 2% 292
×400 mg = 8 mg8 mg ×500 = 4 gram
0,924 gram
Talcum 1% 192
×400 mg = 4 mg4 mg ×500 = 2 gram
1,852 gram
1. Slug sebesar 93,5%
Fasedalam + 12
(Talk + Talk)
23
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Fasedalam (massaserbuk): 184 gram
Lubrikan (Talk)12
x 2 gram = 1 gram
Glidan (Talk)12
x 4 gram = 2 gram +
187 gram
Jadi total massa yang akan di slug untuk 500 tablet adalah 187 gram
2. Setelah proses slugging ternyatadiperoleh 172,614 gram granuldari slug.
Makajumlah tablet yang diperoleh :
= bobot granul sebenarnya
massa serbuk sebelum di slugx500 tablet
= 172,614 gram
187 gramx500 tablet
= 461,5348 tablet
3. Sisafaseluar (FL) yang harusditambahkan:
Talk (lubrikan) :0,5
93,5x 172,614=0,9231 gram
Talk (glidan) :1
93,5x 172,614=1,8461 gram
Amilumm :5
93.5x 172,614=9,2307 gram
4. Jadi, bobot tablet yang diperoleh
= bobot granul sebenarnya+bobot fase luar
jumlahtablet sebenarnya
= 172, 614 gram+(9 , 233 gram+0,924 gram+1,852)
461,5348 tablet
= 400,019 mg
VIII. Prosedur
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Semua bahan yang digunakan dihaluskan terlebih dahulu dengan menggunakan
ayakan mesh 40.
3. Ditimbang bahan aktif dan bahan tambahan menggunakan neraca analitik.
- Asetosal sebanyak 125 gram dengan kertas perkamen
- PVP K-25 sebanyak 12 gram dengan beaker glass 50ml
- Laktosa anhidrat sebanyak 27 gram dengan kertsas perkamen
24
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
- Amprotab sebanyak 20 gram dengan kertas perkamen
- Talcum sebanyak 1 gram dengan kertas perkamen
- Talcum sebanyak 2 gram dengan kertas perkamen
4. Dilakukan proses mixing.
a. Disiapkan wadah mixing (toples).
b. Dimasukkan kedalam toples laktosa sebanyak 9 gram, 1 gram talk dan 2
gram talk, campuran dihomogenkan dengan kecepatan konstan.
c. Ditambahkan kedalam toples PVP 25 sebanyak 12 gram, campuran
dihomogenkan dalam toples dengan kecepatan konstan.
d. Ditambahkan sisa laktosa sebanyak 18 gram dan asetosal sebanyak 6 gram
ke dalam toples. Campuran dihomogenkan dalam toples dengan kecepatan
konstan.
e. Ditambahkan amprotab sebanyak 20 gram dan asetosal sebanyak 28 gram
ke dalam toples. Campuran dihomogenkan dalam toples dengan kecepatan
konstan.
f. Ditambahkan sisa asetosal sebanyak 91 gram ke dalam toples, campuran
dihomogenkan dalam toples dengan kecepatan konstan.
5. Campuran tersebut kemudian di slug menggunakkan punch yang berdiameter
besar pada tekanan mesin tablet yang tinggi atau menggunakkan roller
compactor dengan mengatur tekanan yang diberikan.
6. Slug yang sudah jadi kemudian digiling kasar dan diayak menggunakan
ayakan dengan mesh 16 sehingga dihasilkan granul-granul kasar.
7. Dilakukan evaluasi terhadap granul yang dihasilkan, bila granul berlum
memenuhi syarat, maka slugging dapat diulangi hingga diperoleh granul yang
memenuhi syarat.
8. Proses pembuatan slugging maksimal dilakukan sebanyak 3 kali untuk
menghindari perubahan fisik atau kimia bahan karena pengaruh mekanik.
9. Granul yang diperoleh ditimbang, kemudian dilakukan perhitungan jumlah fase
luar yang harus ditambahkan.
10. Sisa fase luar dicampurkan dengan granul yang telah memenuhi syarat dengan
jumlah sesuai hasil perhitungan.
11. Massa cetak kemudian dikempa dengan menggunakkan punch sesuai bobot
tablet yang telah dihitung.
12. Dilakukan evaluasi terhadap tablet yang dihasilkan.
25
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
IX. Evaluasi Granul dan Tablet
1. Evaluasi Granul
a. BJ nyata, BJ mampat dan % Kompresibilitas (%K)
Sumber : The Pharmaceutical Codex halaman 184, Farmakope Indonesia edisi V
halaman 1523, Pharmaceutical The Science of Dosage Form Design
halaman 211
Tujuan : Menjamin aliran granul yang baik
Prinsip : Pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot
granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan (diketuk
500x). Pengukuran % kompresibilitas berdasarkan Carr’s Index.
Penafsiran hasil:
Jika % K:
5 – 10 % artinya aliran sangat baik
11 – 20 % artinya aliran cukup baik
21 - 25 % artinya aliran cukup
>26 % artinya aliran buruk
Hasil formula 4:
BjNyata : bobot granul(g)
volume granul(mL)
No. Replikasi W (g) V (mL) BJ (g/mL)1 50,042 70 0,71492 50,016 70 0,71453 50,003 70 0,7143
Rata-rata 0,7146
BjMampat : bobot granul(g)
volume mampat(mL)
Interval PengetukanVolume (mL)
1 2 3
100 68 69 69
200 68 69 68
26
%100%
mampat
nyatamampat
BJ
BJBJK
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
300 68 68 68
400 68 68 68
500 67,5 68 68
600 67,5 68 67
700 67,5 68 67
800 67,5 67 67
900 67,5 67 67
1000 67,5 67 67
g/mL 0,7392 0,7361 0,47397
Rata-rata = 0,7383 g/mL
Kompresibilitas = Bj mampat−Bj nyata
Bj mampat×100 %
= 0,7383−0,7146
0,7383×100 %
= 3,2100%
Sifat alir = 0,7146
gml
0,7383g
ml
= 0,9679
Hasil keseluruhan :
Formula BJ nyata (g/ml) BJ mampat (g/ml) Kompresibilitas (%)
1 0,7212 0,8066 10,58
2 0,7012 0,7520 6,7553
3 0,7336 0,7673 4,392
4 0,7146 0,7383 3,2100
b. Kecepatan aliran dan Sudut istirahat
Sumber : USP 30 – NF 25 halaman 174
Tujuan : Menjamin keseragaman pengisian kedalam cetakan
Prinsip : Menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama
waktu tertentu. Granul dimasukkan ke dalam hopper kerucut
dan diletakkan ke di atas alas berdiameter, alirkan granul.
Pembentukan kerucut granul pada alas berdiameter
27
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
memungkinkan penentuan sudut istirahat. Dengan rumus : tan α
= i tinggikerucut
jari− jari kerucut .
Alat : Hopper
Penafsiran Hasi: Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan > 4 g granul adalah 1 detik. Sudut istirahat 25o-30o
adalah sangat baik.
Kecepatan alir
Compressibility Index (%) Flow Character Haussner Ratio
<10 Excellent 1,00 - 1,11
11-15 Good 1,12 - 1,18
16-20 Fair 1,19 - 1,25
21-25 Passable 1,26 - 1,34
26-31 Poor 1,35 - 1,45
32-37 Very poor 1,46-1,59
>38 Very,very poor >1,60
Prosedur kerja :
1. Ditimbang 100 gram granul.
2. Dimasukkan granul ke dalam hopper yang telah disumbat pada bagian
bawahnya dan diposisikan hopper di atas dasar diameter.
3. Dibuka tutup bagian bawah hopper sambil dihitung kecepatan granul jatuh
tepat ke dasar alat yang telah diberi diameter bertingkat.
4. Dihitung sudut istirahat dengan rumus : tan α = tinggi
jari− jari .
Rata-rata kecepatan aliran untuk formula = 100gram/detik
Hasil formula 4 :
Percobaan Berat granul (g) Waktu (detik) Kec. aliran (gram/detik)
1 100 1.22 81.96
2 100 0.49 204.08
3 100 1.30 76.923
Rata-rata kecepatan aliran untuk formula 4 = 124.628 gram/detik (aliran baik).
Hasil keseluruhan :
28
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Formula Kecepatan aliran (100gram/detik)
1 256,52
2 62,4277
3 125,6824
4 124.628
Sudut istirahan formula 4 :
Percobaan Tinggi kerucut (cm) Jari-jari kerucut (cm) α (o)
1 1.6 12.75 7.152
2 2.5 11.25 12.528
3 1.8 11.50 8.845
Rata-rata kecepatan aliran untuk formula 4 = 9.525o
Sudut istirahat keseluruhan :
Formula ( )
1 8,46
2 8,1511
3 8,0363
4 9.525
c. Distribusi ukuran
Sumber : Famakope Indonesia edisi V halaman 1517
Tujuan :Memastikan distribus ukuran granul mengikut kurva
distribusi normal.
Prinsip :Granul dilewatkan melalui suatu pengayak dalam
berbagai ukuran secara bertingkat. Granul dalam tiap
pengayak ditimbang dan dihitung persentasinya serta
ukuran diameternya.
Penafsiran hasil : Distribusi ukuran granul mengikuti kurva distribusi.
Prosedur kerja :
1. Ditimbang masing-masing pengayak dan panci pengumpul.
2. Dimasukkan massa granul sebanyak 25 gram ke dalam ayakan mesh no. 12,
diayak selama 5 menit, ditimbang massa granul lolos.
3. Dimasukkan massa granul lolos mesh no.12 ke dalam ayakan mesh no.14,
diayak selama 5 menit, ditimbang massa granul lolos.
29
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
4. Dimasukkan massa granul lolos mesh no.14 ke dalam ayakan mesh no.40,
diayak selama 5 menit, ditimbang massa granul lolos.
5. Dimasukkan massa granul lolos mesh no.40 ke dalam ayakan mesh no.60,
diayak selama 5 menit, ditimbang massa granul lolos.
6. Dilakukan langkah no 1-5 secara triplo, hingga criteria titik akhir tercapai.
7. Dijumlahkan seluruh bobot granul, jumla susut granl tidak boleh lebih dari
5% bobot awal.
Hasil :
Formula 1
Ukuran Granul
(µm)
Bobot granul
g % % kumulatif < % kumulatif >
< 250 µm 12,6237 50,4948 50,4716 100
251 µm – 425 µm 6,7903 27,1612 77,6328 49,5052
426 µm – 1400 µm 3,9501 15,8004 93,4332 22,344
1400 µm – 1700 µm 1,5077 6,0308 99,464 6,5436
>1700 0,1340 0,5360 100 0,5128
Jumlah 25 100
Formula 2
Ukuran Granul
(µm)
Bobot granul
g % % kumulatif < % kumulatif >
< 250 µm 2,018 8,070 8,070 100
251 µm – 425 µm 2,967 11,866 19,936 91,930
426 µm – 1400 µm 10,632 42,519 62,455 80,064
1400 µm – 1700 µm 9,292 37,161 99,616 37,545
>1700 0,096 0,384 100 0,384
Jumlah 25,005 100
Formula 3
Ukuran Granul
(µm)
Bobot granul
g % % kumulatif < % kumulatif >
< 250 µm 7,943 31,766 31,766 % 100 %
251 µm – 425 µm 3,523 14,090 45,856 % 68,234 %
426 µm – 1400 µm 6,679 26,713 72,569 % 54,44 %
30
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
1400 µm – 1700 µm 6,649 26,592 99,161 % 27,431 %
>1700 0,210 0,839 100 % 0,839 %
Jumlah 25,005 100 %
Formula 4
Ukuran Granul (µm)
Bobot Granul
g %% kumulatif <
undersize
% kumulatif >
oversize
>1700 0,4965 1,986 1,986 100
1400 – 1700 9,927 39,708 41,694 98,104
425 – 1400 9,605 38,420 80,114 58,306
250 – 425 3,086 12,344 92,458 19,886
< 250 1,8855 7,542 100 7,542
Jumlah 25 100
Kurva distribusi ukuran
< 250 250 - 425 425 - 1400 1400 - 1700 > 17000
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
50,495
27,161
15,800
6,031
0
8,07011,866
42,519
37,161
0
31,766
14,090
26,713 26,592
0
7,542
12,344
38,420 39,708
1,986
formula 1formula 2formula 3formula 4
31
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Kurva distribusi ukuran % kumulatif undersize
< 250 250 - 425 425 - 1400 1400 - 1700 > 17000
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
50,472
77,632
93,43399,464 100,000
8,070
19,936
62,455
99,616 100,000
31,766
45,856
72,569
99,161 100,000
7,542
19,886
58,306
98,104 100,000
formula 1formula 2formula 3formula 4
Kurva distribusi ukuran % kumulatif oversize
< 250 250 - 425 425 - 1400 1400 - 1700 > 17000
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
100,000
49,505
22,344
6,5440
100,00091,930
80,064
37,545
0
100,000
68,234
54,440
27,431
0
100,00092,458
80,114
41,694
1,986
formula 1formula 2formula 3formula 4
32
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
2. Evaluasi Tablet
a. Organoleptis
Tujuan :Penerimaan oleh konsumen
Prinsip :Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, bau dan rasa
Penafsiran hasil:Warna homogen, tidak ada binitk-bintik/noda, bau sesuai
spesifikasi (bau khas bahan, tidak ada bau yang tidak sesuai),
rasa sesuai spesifikasi
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
Warna homogen, berwarna putih tidak berbintik,
tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Warna homogen, bau
sesuai spesifikasi, mulus tanpa bintik-bintik,
rasa asam kepahit-pahitan.
Berwarna putih homogen, bau khas asetosal,
rasa asam diikuti rasa pahit
Warna putih homogen, bau khas
asetosal, permukaan halus,
tidak berbintik, rasa pahit.
b. Keseragaman ukuran
Tujuan :Menjamin penampilan tablet yang baik
Prinsip :Selama proses pencetakan, perubahan ketebalan merupakan
indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada
pengisian granul ke dalam die. Pengukuran dilakukan terhadap
diameter dan tebal tablet.
Alat :Jangka sorong
Penafsiran hasil:Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓
kali tebal tablet.
Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, lalu diukur diameter dan tebalnya
menggunakan jangka sorong.
Hasil :
No Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) d (cm) t (cm)
1. 12,15 4,30 12,1 4,3 12,1 4,25 12,05 4,4
2. 12,20 4,30 12,1 4,3 12,05 4,40 12,05 4,35
3. 12,15 4,40 12,1 4,3 12,1 4,30 12,05 4,35
33
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
4. 12,1 4,35 12,1 4,3 12,1 4,20 12,05 4,35
5. 12,15 4,3 12,1 4,3 12,1 4,35 12,05 4,35
6. 12,10 4,3 12,1 4,3 12,1 4,40 12,15 4,4
7. 12,15 4,35 12,1 4,3 12,05 4,40 12,05 4,45
8. 12,1 4,3 12,1 4,3 12,05 4,30 12,05 4,4
9. 12,1 4,3 12,1 4,3 12,1 4,40 12,05 4,45
10. 12,15 4,3 12,1 4,3 12,05 4,30 12,05 4,4
Rata 12,135 4,32 12,1 4,3 12,08 4,33 12,06 4,39
Syarat 5,76 – 12,96 5,733 - 12,90 5,773 - 12,99 5,853 - 13,17
c. Friabilitas
Sumber : USP 30, halaman 1735
Tujuan :Menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses,
pengemasan dan penghantaran.
Prinsip :Tablet yang beratnya setara atau kurang dari 650 mg diambil
sampel dari seluruh tablet yang beratnya sedekat mungkin 6,5
gram. Tablet dengan berat lebih dari 6,5 gram diambil sampel 10
tablet. Timbang dengan akurat lalu masukan kedalam friabilator
dan putar sebanyak 100 kali. Keluarkan dan bersihkan serpihan
yang melekat pada tablet lalu timbang dengan akurat.
Alat :Friabilator
Prosedur kerja :
1. Dibersihkan tablet dari debu menggunakan kuas.
2. Ditimbang tablet secara akurat sebanyak 650 mg.
3. Dimasukkan tablet kedalam drum.
4. Diputar drum sebanyak 100 kali.
5. Dikeluarkan tablet dari drum dan dibersihkan tablet dari debu.
6. Ditimbang tablet secara akurat.
7. Dihitung persentase kehilangan bobot tablet dengan rumus:
Friabilitas=Wo−W 1Wo
× 100 %
Penafsiran hasil :Persentase bobot tablet yang hilang selama proses perputaran
tidak lebih dari 1%. Untuk tablet, bobot kurang dari sama
dengan (± 600 mg) tablet yang diuji sebanyak 6,5 gram. Jika
34
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
persentase kehilangan bobot lebih besar dari 1%, maka
pengujian diulang 2-3 kali.
Hasil formula 4:
Rata-rata :Bobot awal adalah 6,518 gram,bobot akhir adalah 6,458 gram dan
rata-rata kerapuhan formula 4 ini adalah 0,920% .
Hasil keseluruhan :
Formulasi Bobot awal (g) Bobot akir (g) Friabilitas (%)
1 6,558 6,505 0,81%
2 6,549 6,490 0,8767%
3 6,567 6,544 0,85 %
4 6,518 6,548 0,920%
d. Keragaman bobot
Sumber : FI V halaman 1527
Tujuan :Menjamin keseragaman kandungan zat aktif.
Prinsip :Untuk tablet tidak bersalut, timbang sksama 10 tablet satu
persatu. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang
dinyatakan dalam persen dan jumlah yang tertera pada etiket
dari hasil penetapan kadar masing-masing tablet. Hitung nilai
penerimaannya.
Penafsiran hasil:Memenuhi syarat jika nilai penerimaan 10 unit sediaan pertama
kurang atau sama dengan nilai penerimaan maksimum yang
diperbolehkan.
Alat : Neraca analitik
Prosedur :
35
No. Bobotawal (g) Bobotakhir (g) Kerapuhan (%)
1. 6,515 6,453 0,95
2. 6,518 6,459 0,90
3. 6,520 6,462 0,89
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
1. Diambil 10 tablet secaraacak.
2. Ditimbang masing-masing tablet dan dicatat berat tablet.
3. Dihitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang dinyatakan dalam persen
dari jumlah yang tertera pada etiket dari hasil penetapan kadar masing-
masing tablet.
4. Dihitung nilai penerimaan.
Hasil :
Formula 1
No. Bobot tablet (g) %Penyimpangan
1. 0,507 1,38
2. 0,512 2,40
3. 0,515 3,00
4. 0,505 1,00
5. 0,516 3,20
6. 0,507 1,38
7. 0,510 2,00
8. 0,507 1,38
9. 0,509 1,80
10. 0,516 3,20
Rata-rata 0,5104 2,074
Rentang 0,583 g – 0,620 g 1,00 - 3,2
Formula 2
No. Bobot tablet (mg) %Penyimpangan
1. 504 0,199
2. 508 0,994
3. 501 0,398
4. 500 0,596
5. 500 0,596
6. 503 0,000
7. 504 0,199
36
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
8. 506 0,596
9. 507 0,795
10. 506 0,596
Rata-rata 503 0,497Rentang 500 - 508 0 – 0,994
Formula 3
No. Bobot tablet (g) %Penyimpangan
1. 0,504 0,8 %
2. 0.505 1,0 %
3. 0.502 0,4 %
4. 0.501 0,2%
5. 0.503 0,6 %
6. 0.506 1,2 %
7. 0.502 0,4 %
8. 0.502 0,4 %
9. 0.501 0,2 %
10. 0.506 1,2 %
Rata-rata 0.5027 0,64 %Rentang 0,501-0,506 0,2 – 1,2
Formula 4
No. Bobot tablet (mg) %Penyimpangan
1. 0,505 1%
2. 0,498 -0,4%
3. 0,505 1%
4. 0,495 -1%
5. 0,502 0,4%
6. 0,504 0,8%
7. 0,505 1%
8. 0,495 -1%
9. 0,506 1,2%
10. 0,505 1%
Rata-rata 0,502 0,6%
37
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Rentang 0,495-0,506 -0,4%-1,2%
Hasil keseluruhan :
Formula 1 2 3 4
Rata-rata 0,5104 g 503 mg 0,5027 g 0,502 g
Penyimpangan 5% - - - -
Penyimpangan 10% - - - -
Nilai AV formula 4 :
A= 99,75%
Wi (mg) Xi = W i∑W
x A (%)(Xi - ∑X)2
W1 0,505 100,3461 0,3553
W2 0,498 98,9552 0,6317
W3 0,505 100,3461 0,3553
W4 0,495 98,3591 1,9346
W5 0,502 99,7500 0
W6 0,504 100,1474 0,1579
W7 0,505 100,3461 0,3553
W8 0,495 98,3591 1,9346
W9 0,506 100,5448 0,6317
W10 0,505 100,3461 0,3553
∑Wi = 0,502 ∑X = 99,7500 ∑(Xi - ∑X)2 = 0,6712
S = √∑i=n
n
(X i−∑ X)2
n−1
S = √ 0,67122
9 = 0,2731%
Diketahui : S = = 0,8973%; k = 2,4; M = ∑X
Ditanyakan : AV ?
Maka AV = │M - ∑X │ + k . s
AV = │∑X - ∑X │ + 2,4 . 0,2731% = 0,6554%
38
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Nilai AV keseluruhan :
Formula Nilai AV
1 1,9462%
2 1,3706%
3 0,0972%
4 0,6554%
e. Kekerasan tablet
Tujuan : Menjamin ketahanan tablet pada gaya mekanik pada proses,
pengemasan dan penghantaran
Prinsip : Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan tablet untuk
menahan tekanan pada saat produksi, pengemasan, dan
pengangkut. Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan
pada tablet sampai tablet retak kemudian pecah.
Alat : Hardness tester
Penafsiran hasil : Kekerasan tablet yang baik adalah 2-8 kg/cm2
Pengukuran dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil acak. Kekerasan diukur
berdasarkan luas permukaan tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan
dalam kg.
Hasil formulasi 4 :
Hasil keseluruhan :
No. Tablet Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
1. 4,3 6,2 8,2 5,914
2. 3,4 6,4 7,5 6,628
39
No. Tablet Kekerasan (kg/cm2)1 5,9142 6,6283 7,3424 5,5075 7,1386 6,9347 6,1188 5,6099 5,91410 5,914
Rata-rata 6,3018SD
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
3. 3,6 5,1 8,5 7,342
4. 4,1 6,2 7,9 5,507
5. 3,9 5,4 8,8 7,138
6. 3,5 6,0 8,2 6,934
7. 3,8 7,0 8,5 6,118
8. 3,9 7,5 7,5 5,609
9. 3,5 6,3 8,8 5,914
10. 3,9 6,2 8,5 5,914
Rata-rata 3,79 6,23 8,24 6,3018
Standar deviasi 0,0912 0,712 0,569 0,225
f. Waktu hancur
Tujuan :Menentukan kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan
kapsul (kecuali jika dinyatakan untuk tablet kunyah, sustained
release).
Prinsip :Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur
sempurna dengan menggunakan alat uji waktu hancur dalam
media air (untuk tablet tidak bersalut) bersuhu 37° ± 2° kecuali
dinyatakan lain dalam monografi. Waktu hancur dicatat sejak
pertama kali tablet mulai hancur hingga tidak ada bagian yang
tertinggal di atas kasa.
Penafsiran hasil:Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi,
semua tablet hancur sempurna. Tablet hancur jika tidak ada
bagian tablet tertinggal di atas kasa kecuali fragmen bahan
pembantu.
No Tablet Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
1 8 detik 37 detik 74 detik 75 detik
X. Pembahasan
Dalam praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan tablet asetosal dengan cara
granulasi kering. Dibuat dengan cara granulasi kering karena dosis yang digunakan
besar, sifat alir dari aetosal buruk, namun kompaktibilitasya baik.
40
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Dilakukan granulasi kering yaitu untuk mencegah terjadinya segregasi dari
komponen serbuk, untuk memperbaiki sifat alir serbuk supaya pada saat proses
filling kedalam die volume serbuk yang masuk seragam, dan memperbaiki
kompaktibilitas campuran serbuk supaya bahan penyusun tablet mudah dikompakan
dan membentuk masa tablet yang kuat.
Dalam pembuatan tablet asetosal digunakan bahan bahan tambahan sebagai
berikut. Sebagai zat pengisi digunakan laktosa anhidrat untuk mendapatkan bentuk
atau ukuran tablet yang diinginkan. Sebagai zat pengikat digunakan PVP, bahan
pengikat digunakan untuk mendapatkan masa yang kompak pada saat pembuatan
granul dan tablet yang tidak mudah retak. Sebagai lubrikan digunakan talk untuk
mengurangi gesekan selama proses pengempaan dan juga mencegah masa tablet
melekat pada cetakan. Sebagai disintegran digunakan amilum supaya tablet dapat
hancur dapam pelarut. Yang terakhir ditambahkan glidan yaitu talk untuk
meningkatkan kemampuan mengalir dari serbuk.
Dalam proses pembuatan tablet ini, dilakukan dua proses evaluasi. Yang
pertama evaluasi granul dan yang kedua evaluasi tablet. Setelah mendapatkan masa
yang kempa atau slug pada fase dalam kemudian masa tersebut dibuat menjadi
granul dengan cara dihancurkan menggunakan mortar dan stamper. Setelah granul
terbentuk kemudian dilakukan evaluasi distribusi ukuran untuk memastikan
distribusi ukuran granul mengikuti distribusi normal, ketepatan masa granul untuk
menjamin granul yang baik, dan sifat alir untuk menjamin keseragaman pengisian
kedalam cetakan.
Formulasi tablet bukan semata-mata merupakan campuran (mencampurkan)
secara acak komponen formulasi, akan tetapi merupakan kombinasi yang dirancang
secara baik untuk memenuhi kriteria tablet yang akan dihasilkan. Bermacam
eksipien tersedia di pasaran, akan tetapi beberapa faktor eksternal perlu pula
dipertimbangkan dalam menentukan pilihan eksipien, seperti biaya, fungsionalitas,
ketersediaan, dan penerimaan.
Efek proses manufaktur pada formulasi
Proses manufaktur tablet melibatkan berbagai proses satuan (unit processes),
seperti penurunan dan klasifikasi ukuran partikel, pencampuran (blending),
granulasi, pengeringan, pengemaan, dan penyalutan (tetapi tidak selalu). Beberapa
41
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
faktor terkait proses dapat secara signifikan mempengaruhi keseragaman
kandungan, ketersediaan hayati, dan stabilitas sediaan tablet. Beberapa diantaranya
adalah:
1. Penurunan ukuran partikel
Ketersediaan ukuran partikel dapat mendorong terjadinya masalah segregasi
(pemisahan). Pembentukan forsa elektrostatika akan menghambat
pencampuran yang sempurna. Perubahan keadaan kristalin dapat
mempengaruhi kelarutan/disolusi.
2. Pencampuran
Distribusi API yang tidak homogen merupakan hasil pencampuran yang
buruk atau ketidaktercampuran. Pencampuran berlebihan (over blending) dari
pelincir dapat menurunkan kecepatan disolusi dan mempengaruhi
keterkempaan.
3. Granulasi
Distribusi tidak homogen API dan pengikat akan menghasilkan partikel halus
yang kaya API dan kekurangan API. Terjadinya penguraian obat karena
residu kelengasan dan ketidakrataan ukuran granul (terlalu banyak atau terlalu
sedikit partikel halus) akan menimbulkan masalah pengempaan atau
keseragaman.
4. Pengempaan
Ketidakrataan tekanan kempa akan dapat mempengaruhi disolusi. Hilangnya
sifat campuran hoper dan pola pemberiaan umpan (feed frame) akan
menyebabkan keseragaman yang buruk. Tegangan geser tambahan (shearing
stress) pada pelincir pola umpan akan menurunkan kecepatan disolusi.
5. Penyalutan
Penyalutan tidak rata atau tidak sempurna dari inti yang disalut (tablet, kaplet,
pellet) akan menyebabkan perbedaan pola disolusi. Beberapa API dapat
inkompatibel dengan polimer penyalut. Oleh sebab itu, pemilihan polimer
penyalut harus tepat guna dan tepat sasaran. Jika inti harus disalut enterik
dimana (jumlah) polimer yang dapat digunakan (relatif) terbatas, maka untuk
mencegah terjadinya reaksi antara API dengan polimer salut enterik (misal
eudragit) adakalanya dilakukan 2 cara. Pertama, melakukan penyalutan isolasi
(isolan) agar tidak terjadi kontak langsung API dengan polimer salut enterik.
Kedua, melakukan penyalutan enterik. Penyalutan rangkap ini dapat
42
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
mengubah pola dan kecepatan disolusi dan kecepatan disolusi tablet hasil
salut.
Namun pada raktikum kali ini, tidak ada masalah mengenai penyalut Karena
tablet yang dibuat tidak disalut.
Proses pengempaan dan pencetakan tablet menggunakan alat erweka single
punch tablet press terlihat pada gambar dibawah.
Komponen formulasi yang ditambahkan pada tahap pencampuran kedua
setelah proses pengeringan yaitu:
a. Pelicin (glidant) yaitu Laktosa
Pembentukan granul dari serbuk bahan awal pada umumnya dapat
meningkatkan sifat aliran sehingga pengisian alu kempa dapat dicapai.
Hanya saja kalau sifat aliran belum cukup baik ditambahkan glidan
(dikenal pula sebagai agen anti caking) untuk meningkatkan sifat aliran.
b. Pelincir (lubrikan) yaitu Talkum
Pada waktu dilakukan pengempaan massa granul menjadi tablet, sisi tablet
mengalami kontak intim (intimate) dengan dinding alu cetak (die).
Selanjutnya, sesudah selesai dikempa, tablet didorong/ dilemparkan keluar
dari alu cetak, yang melibatkan gerakan sisi tablet relatif terhadap dinding
alu kempa. Oleh sebab itu, friksi antara tablet dan dinding alu kempa harus
diatasi. Untuk zat tertentu, seperti laktosa, resistensi terhadap friksi dapat
kuat sekali, kadang-kadang tidak mungkin melepas tablet dari alu kempa
43
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
tanpa menimbulkan cacat pada tablet atau pada alat kempa tablet. Untuk
mengatasi hal ini, dalam formulasi tablet ditambahkan pelincir (lubrikan),
yaitu suatu bahan yang mengalami deformasi yang mudah bila mengalami
gesekan antara 2 permukaan, yaitu tablet dan dinding alu kempa, dengan
cara menambahkan bahan tipis (film) yang mudah mengalami perubahan.
Fungsi glidan dan lubrikan dalam formulasi tablet sangat berbeda secara
menyeluruh. Beberapa bahan, seperti talk yang dapat berfungsi, baik sebagai glidan
maupun lubrikan, pada umumnya menggunakan dua eksipien yang berbeda.
Sebagai contoh: silicon dioksida koloidal merupakan glidan sangat baik, tetapi tidak
menunjukkan aktivitas sebagai lubrikan. Sebaliknya, magnesium stearat yang
dikenal secara luas sebagai suatu lubrikan dapat menghalangi peningkatan aliran.
Agen penghacur yang digunakan yaitu Amilum. Agen penghancur ini dapat
dicampur dengan massa serbuk lain sebelum dibasahi dengan cairan
penggranulasi/intragranular, atau dapat pula dicampur pada pencampuran tahap
kedua (ekstragranular) atau kedua fasa (sebagian pada fasa intra dan sebagian lagi
pada ekstragranular). Agen penghancur ekstragranular menyebabkan tablet hancur
lebih cepat, sedangkan penghancur intragranular tidak hanya memecah tablet, tetapi
juga konstituen granul sehingga menghasilkan partikel halus. Mekanisme kerja agen
penghancur ini masih banyak diperdebatkan, sebagai contoh amilum. Amilum akan
memelar bila berkontak dengan air sehingga akan merusak struktur tablet dan
berkontribusi terhadap proses penghancuran tablet. Sementara itu, agen penghancur
efektif lainnya bekerja tidak melalui pemelaran, tapi melalui jaringan hidrofilik di
dalam tablet, melalui alur air dapat berdifusi. Jadi, dapat dilihat bahwa masuknya
air ke dalam tablet merupakan tahap awal dari proses kehancuran tablet.
Setelah mixing fase luar selanjutnya dilakukan evaluasi/pengujian granul.
Pengujian yang dilakukan yaitu perhitungan BJ nyata, BJ mampat dan %
Kompresibilitas, dan kecepatan alir granul.
Pada evaluasi bobot jenis didapatkan data BJ nyata, BJ mampat dan %
Kompresibilitas (%K). Dari hasil yang didapat didapat diketahui bahwa sifat alir
dari formulasi 2,3, dan 4 adalah sangat baik karena % kompresibilitasnya berada
44
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
pada rentang 5 – 10 %. Sedangkan untuk formulasi 1 termasuk kedalam kategori
cukup baik karena rentang % kompresibilitasnya berada pada rentang 10 – 20 %.
Setelah granul dicampur dengan fase luar dan dicetak menjadi sediaan tablet
selanjutnya dilakukan evaluasi/pengujian tablet. Pengujian yang dilakukan yaitu uji
organoleptis, uji keragaman bobot tablet, uji waktu hancur, kekerasan tablet,
friksibilitas, friabilitas dan keseragaman ukuran tablet.
Pada evaluasi keseragaman ukuran didapatkan hasil keseluruhan dari tablet
yang diuji tidak memenuhi syarat dimana seharusnya diameter tablet tidak lebih
dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal tablet. Tablet yang diuji tidak
memenuhi syarat karena ukurannya melebihi 3 kali tebal tablet.
Pada evaluasi identifikasi yang bertujuan untuk memastikan bahwa tablet
mengandung bahan aktif sesuai dengan persyaratan pada label. Untuk tujuan
pengujian ini diambil sejumlah tertentu tablet, lalu digerus dan diekstraksi dengan
pelarut yang sesuai. Selanjutnya, dilakukan uji kromatografi dan
membandingkannya dengan bau banding yang sesuai. Identitas bahan aktif obat
dikonfirmasikan berdasarkan kesamaan (similarity) dari spectrum uv dan atau
waktu retensi melalui analisis khromatografi. Uji ini merupakan uji kualitatif. Untuk
uji kualitatif dapat dilakukan uji seperti kroatografi lapis tipis (KLT) atau
khromatografi cair kinerja tinggi (HPLC). Namun pada praktikum kali ini,
pengujian tersebut tidak dilakukan karena waktu yang dibutuhkan tidak tersedia.
Pada evaluasi penentuan kadar sama seperti pada uji kualitatif identifikasi,
sejumlah tertentu tablet, missal 10 atau 20 tablet, digerus dan di ekstraksi
menggunakan pelarut yang sesuai. Konsentrasi larutan ekstrak ditentukan melalui
uji spesifik yang sudah tervalidasi atau metode khromatografi terhadap larutan baku
banding. Hasil uji dapat dinyatakan dalam bentuk persentase (%) terhadap nilai
persyaratan pada label. Hasil uji dapat berbeda antara satu bets dengan bets yang
lainnya, akan tetapi harus berada dalam rentang spesifikasi seperti persyaratan pada
label, misalnya antara 90 – 105 %. Namun pada praktikum ini tidak dilakukan uji
keseragaman kandungan.
45
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Pada evaluasi keseragaman kandungan bertujuan untuk menentukan
konsistensi kandungan bahan aktif dari tablet. Umumnya untuk uji ini ada 2
pendekatan, yaitu menentukan variasi berat tablet atau keseragaman kandungan.
Jika bahan aktif sekurang-kurangnya 50% dari bobot tablet dan lebih besar dari 50
mg, maka keseragman dosis dari unit tablet dapat ditentukan melalui metode
pengujian variasi berat tablet. Sampel 10 tablet ditimbang secara individual dan
hasil dari penimbangan ini masing-masing direkam. Namun pada praktikum ini
tidak dilakukan uji keseragaman kandungan.
Pada pengujian Friabilitas/kerapuhan bertujuan untuk menentukan, dalam
kondisi tertentu, friabilitas tablet tidak disalut. Suatu fenomena dimana permukaan
tablet mengalami kerusakan dan/atau menunjukkan bukti mengalami pemipihan
atau pecah ketika mengalami syok mekanik atau mengalami pengikisan. Peralatan
uji yang digunakan adalah friabilator.
Prinsip alat terdiri dari tromol (drum) dengan diameter antara 283 mm dan
291 mm, dengan lebar 36 mm – 40 mm, terbuat dari material plastic transparan.
Tromol dihubungkan dengan sumbu horizontal dan motor berputar pada kecepatan
25 ± 1 rpm. Tablet akan jatuh pada setiap putaran tromol melalui suatu kurva
dengan jari-jari dalam 75,5 mm – 85,5 mm, yang berlanjut dari tengah tromol
menuju dinding terluar. Jadi, pada setiap putaran, tablet akan berputar atau
menggelinding dan jatuh pada dinding tromol atau bertindihan antara satu tablet
sengan tablet yang lain. Biasanya setiap pengukuran menggunakan 10 tablet,
kecuali bila berat tablet 0,65 gr atau kuurang digunakan 20 tablet untuk pengujian.
Sesdah 100 putaran, sampel tablet dievalluasi menggunakan cara penimbangan. Jika
pengurangan massa total tablet lebih dari 1 %, maka tablet gagal memenuhi uji
friabilitas. Pada umumnya pengujian dilakukan satu kali. Jika terjadi keretakan,
pembelahan, atau tablet pecah, maka sampel dinyatakan gagal memenuhi uji. Pada
46
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
uji kerapuhan yang dilakukan didapat hasil bahwa seluruh tablet yang diuji
memenuhi persyarat uji friabilitas karena friabilitas yang didapat seluruhnya kurang
dari 1 %.
Pada uji kekerasan (hardness), tablet harus menunjukkan kekuatan mekanik
yang cukup untuk menghadapi syok atau penanganan selama manufaktur,
pengemasan, pengapalan (transportasi), dan peracikan/perakitan obat. Uji kekerasan
dan friabilitas merupakan alat ukur untuk mengevaluasi kekuatan tablet. Kebutuhan
untuk menguji kekerasan atau kekuatan hancur (crushing strength), sebagai
tambahan/pelengkap dari friabilitas, dapat dijelaskan melalui suatu analogi.
Friabilitas menentukan sebarapa rapuh suatu tablet. Jika suatu tablet lebih rapuh
dari yang diharapkan, majka uji friabilitas akan mendeteksi kualitas substandard.
Akan tetapi, jika tablet lebih kuat dari yang diperlukan, uji friabilitas tidak akan
dapat mendeteksi defisiensi ini. Uji kekerasanlah yang akan mendeteksi kekurangan
tersebut. Alat yang digunakan untuk pengujian kekerasan tablet adalah alat
Schleuniger. Alat ini dan alat uji yang beroperasi secara elektrik dapat
mengeliminasi variabilitas terkait operator ketika menggunakan alat ukur lama.
Biasanya forsa yang diperlukan untuk memecah suatu tablet dinyatakan dalam
kilogram atau pounds. Perlu diperhatikan bahwa hasil pengujian akan bervariasi
pada alat uji dengan tipe spesifik, dan hasil pengujian tidak dapat dibandingkan jika
tipe alat yang digunakan berbeda. Oleh sebab itu, untuk membandingkannya hasil
pengujian harus digunakan alat uji kekerasan yang sama. Dari data hasil pengujian
kekerasan tablet natrium bikarbonat didapatkan hasil seluruh tablet memenuhi
persyaratan uji kekerasan yaitu pada rentang 2 – 8 kg/cm2.
Pada evaluasi waktu hancur (disintegration) bertujuan untuk menetapkan
seberapa cepat suatu tablet hancur/pecah menjadi agregat dan/atau partikel lebih
halus. Uji kehancuran ini beranggapan bahwa jika produk hancur dalam waktu
singkat, misalnya dalam 5 menit, diharapkan bahan aktif (API) akan dilepas seperti
yang diharapkan. Pengujian ini dilakukan untuk beberapa produk dalam farmakope
(dulu untuk semua sediaan tablet sebelum diganti dengan uji disolusi yang
diharapkan lebih sesuai untuk memprediksi kelarutan dan absorpsi obat di saluran
cerna). Jika sudah ditetapkan dalam monografi farmakope, maka uji dilakukan
menggunakan alat uji kehancuran.
47
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Alat ini, terdiri dari 6 tabung yang berada dalam satu keranjang, pada dasarnya
berupa ayakan logam. Tablet ditempatkan pada masing-masing tabung dengan
diberi pembobot terbuat dari plastic (agar tablet tidak mengambang dan keluar dari
tabung selama pengujian berlangsung). Keenam tabung tersusun secara melingkar
dan menggantung pada suatu batang yang bergerak turun naik secara teratur dan
vertical pada kecepatan tertentu dalam air atau larutan dapar. Waktu hancur dari
setiap tablet direkam dan harus memenuhi spesifikasi waktu yang dipersyaratkan.
Dari hasil pengujian waktu hancur yang dilakukan didapat hasil seluruh tablet
memenuhi persyaratan waktu hancur.
.
XI. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi yang dilakukan, diketahui bahwa tablet yang
menggunakan pengikat PVP dengan kadar 2 % lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan pengikat lainnya. Dilihat dari hasil evaluasi yang dilakukan, formula
dengan kadar PVP sebanyak 2 % memenuhi syarat terbanyak dibanding dengan
formulasi lainnya.
Evaluasi Formulasi
1
Formulasi
2
Formulasi
3
Formulasi
4
Gra
nu
l
Uji Homogenitas - - -
Kandungan Lembab - - - -
Kecepatan Aliran
Bobot Jenis
Ta Uji Organoleptik
48
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
ble
t
Keseragaman Bentuk
dan Ukuran
Keseragaman Bobot
Kekerasan X X X X
Friabilitas
Friksibilitas - - - -
Waktu Hancur
Uji Disolusi - - - -
Keterangan:
= memenuhi syarat
X = tidak memenuhi syarat
XII. Daftar Pustaka
Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat (SFI-6). Bandung : ITB
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi IV, Jakarta:
Universitas Indonesia.
Davey, Patrick. 2005. At a Glace Medicine. Jakarta: Erlangga.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia,. edisi III.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia,. edisi V.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat Obat Penting, Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
49
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri. Edisi
Ketiga. Vol II. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press; 1994.
hal. 1355
Rowe, Raymond C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients.6th ed., London :
Pharmaceutical Press.
The Pharmaceutical Press, 1994, The Pharmaceutical Codex, Principles and
Pharmaceutics, 12th Edition, 16, 208,209, The Pharmaceutical Press,
London.
USP 32 – NF 25 (2007). United States Pharmacopeia and The National
Formulary.Rockville (MD): The United States Pharmacopeial Convention.
LAMPIRAN
Dus
50
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering
Etiket
Brosur
51
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Kering 52