kusta
TRANSCRIPT
KUSTA / LEPRA / MORBUS HANSEN
Definisi
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae
yang bersifat intraselular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa
traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.
Kriteria diagnosis
Diagnosis penyakit kusta didasarkan pada penemuan tanda kardinal (tanda utama), yaitu:
1.Bercak kulit yang mati rasa
Bercak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar (makula), meninggi (plak), atau
berupa lesi lainnya. Mati rasa pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa raba,
rasa suhu dan rasa nyeri.
2. Penebalan saraf tepi
Dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf yang
terkena, yaitu :
a. gangguan fungsi sensoris : mati rasa
b. gangguan fungsi motoris : paresis atau paralisis
c. gangguan fungsi otonom : kulit kering, retak, edema, pertumbuhan rambut
yang terganggu.
3. Ditemukannya kuman tahan asam
Bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit cuping telinga dan lesi kulit pada bagian yang aktif.
Kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit dan saraf.
Untuk menegakkan diagnosis penyakit kusta, paling sedikit harus ditemukan satu tanda
kardinal. Bila tidak atau belum dapat ditemukan, maka kita hanya dapat mengatakan tersangka
kusta dan pasien perlu diamati dan diperiksa ulang setelah 3-6 bulan sampai diagnosis kusta
dapat ditegakkan atau disingkirkan.
Klasifikasi
Klasifikasi Zona spectrum kusta
Ridley&Jopling TT BT BB BL LL
Madrid Tuberkuloid Borderline Lepromatosa
WHO Pausibasilar (PB) Multibasilar (MB)
Puskesmas PB MB
Diagnosis banding
Pada lesi makula, diagnosis bandingnya adalah vitiligo, ptiriasis versikolor, ptiriasis alba, tinea
korporis. Pada lesi papul: granuloma annulare, lichen planus. Pada lesi plak: tinea korporis,
ptiriasis rosea, psoriasis. Pada lesi nodul: acne vulgaris, neurofibromatosis. Pada lesi saraf,
amyloidosis, diabetes, dan trachoma.
Komplikasi
Lepra mungkin penyebab tersering kerusakan tangan. Trauma dan infeksi kronik sekunder dapat
menyebabkan hilangnya jari jemari ataupun ekstremitas bagian distal. Juga sering terjadi
kebutaan. Fenomena lucio yang ditandai dengan artitis, terbatas pada pasien lepromatosus difus,
infiltratif dan non noduler. Kasus klinik yang berat lainnya adalah vaskulitis nekrotikus dan
menyebabkan meningkatnya mortalitas. Amiloidosis sekunder merupakan penyulit pada
penyakit leprosa berat terutama ENL kronik.
Terapi
Regimen pengobatan kusta disesuaikan dengan yang direkomendasikan oleh WHO/DEPKES RI
(1981). Untuk itu klasifikasi kusta disederhanakan menjadi:
1. Pausi Basiler (PB)
2. Multi Basiler (MB)
Dengan memakai regimen pengobatan MDT (Multi Drug Treatment). Kegunaan MDT untuk
mengatasi resistensi Dapson yang semakin meningkat, mengatasi ketidakteraturan penderita
dalam berobat, menurunkan angka putus obat pada pemakaian monoterapi Dapson, dan dapat
mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan.
PB dengan lesi tunggal diberikan ROM (Rifampicin Ofloxacin Minocyclin). Pemberian obat
sekali saja langsung RFT (Release From Treatment). Obat diminum di depan petugas. Anak-
anak Ibu hamil tidak di berikan ROM. Bila obat ROM belum tersedia di Puskesmas diobati
dengan regimen pengobatan PB lesi (2-5).Bila lesi tunggal dgn pembesaran saraf diberikan:
regimen pengobatan PB lesi (2-5).
Regimen pengobatan kusta dengan lesi tunggal (ROM) menurut WHO/DEPKES RI
Rifampicin Ofloxacin Minocyclin
Dewasa
(50-70 kg)
600 mg 400 mg 100 mg
Anak
(5-14 th)
300 mg 200 mg 50 mg
PB dengan lesi 2 – 5. Lama pengobatan 6 dosis ini bisa diselesaikan selama (6-9) bulan. Setelah
minum 6 dosis ini dinyatakan RFT (Release From Treatment) yaitu berhenti minum obat.
Regimen MDT pada kusta Pausibasiler (PB)
Rifampicin Dapson
Dewasa 600 mg/bulan
Diminum di depan
petugas kesehatan
100 mg/hr diminum di
rumah
Anak-anak 450 mg/bulan 50 mg/hari diminum di
(10-14 th) Diminum di depan
petugas kesehatan
rumah
MB (BB, BL, LL) dengan lesi > 5 .Lama pengobatan 12 dosis ini bisa diselesaikan selama 12-18
bulan. Setelah selesai minum 12 dosis obat ini, dinyatakan RFT (Release From Treatment) yaitu
berhenti minum obat. Masa pengamatan setelah RFT dilakukan secara pasif untuk tipe PB
selama 2 tahun dan tipe MB selama 5 tahun
Tabel 2.5 Regimen MDT pada kusta Multibasiler (MB)
Rifampicin Dapson Lamprene
Dewasa 600 mg/bulan
diminum di depan
petugas kesehatan
100 mg/hari diminum
di rumah
300 mg/bulan
diminum di depan
petugas kesehatan
dilanjutkan dgn 50
mg/hari diminum di
rumah
Anak-anak
(10-14 th)
450 mg/bulan
diminum di depan
petugas
50 mg/hari diminum
di rumah
150 mg/bulan
diminum di depan
petugas kesehatan
dilanjutkan dg 50 mg
selang sehari
diminum di rumah
Obat kusta baru
Pada penatalaksanaan program MDT-WHO masalah-masalah yang timbul yaitu adanya
resistensi kuman terhadap rifampisin dan lamanya pengobatan terutama pada kusta MB. Pada
penderita kusta PB timbul masalah yaitu masih menetapnya lesi kulit setelah 6 bulan pengobatan
dan Late Reversal Reaction (LVR) yang timbul justru setelah selesai MDT. Obat-obat baru yang
sudah terbukti efektif tersebut adalah : ofloksasin, minosiklin, dan klaritromisin.
a. Ofloksasin
Ofloksasin merupakan turunan fluorokuinolon yang paling aktif terhadap M. leprae in vitro.
Dosis optimal harian adalah 400 mg. Efek sampingnya adalah mual, diare, dan gangguan saluran
cerna lainnya, berbagai gangguan SSP termasuk insomnia, nyeri kepala, dizziness. Penggunaan
pada anak, remaja, wanita hamil dan menyusui harus hati-hati. Selain ofloksasin dapat pula
digunakan levofloksasin dengan dosis 500 mg sehari. Obat tersebut lebih baru, jadi lebih efektif.
b. Minosiklin
Termasuk dalam kelompok tetrasiklin. Efek bakterisidal lebih tinggi daripada klarirotmisin,
tetapi lebih rendah daripada rifampisin. Dosis standar harian 100 mg. Efek sampingnya adalah
pewarnaan gigi bayi dan anak-anak, kadang dapat menyebabkan hiperpigmentasi kulit dan
membrane mukosa, berbagai simtom saluran cerna dan SSP termasuk dizziness dan
unsteadiness. Oleh sebab itu tidak dianjurkan untuk anak-anak atau selama kehamilan
c. Klaritromisin
Merupakan kelompok antibiotic makrolid dan mempunyai aktivitas bakterisidal terhadap M.
leprae. Pada penderita kusta lepromatosa, dosis harian 500 mg dapat membunuh 99% kuman
hidup dalam 28 hari dan lebih dari 99,9% dalam 56 hari. Efek sampingnya adalah nausea,
vomitus, dan diare yang terbukti sering ditemukan bila obat ini diberikan dengan dosis 2000 mg.
Prognosis
Bergantung pada seberapa luas lesi dan tingkat stadium penyakit. Kesembuhan bergantung pula
pada kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Terkadang pasien dapat mengalami kelumpuhan
bahkan kematian, serta kualitas hidup pasien menurun.