konduktometri 2 (titrasi)

34
Titrasi Konduktometri I. Tujuan Percobaan Mentukan daya hantar listrik suatu larutan Menentukan ekivalen titrasi II. Alat dan Bahan yang Digunakan a. Alat yang Digunakan 1. Konduktometri 660 2. Elektroda emmension cell dengan konstanta cell 0,78 3. Gelas kimia 250 ml 2 buah, 50 ml 5 buah 4. Labu takar 50 ml 5 buah 5. Pipet ukur 5 ml 1 buah 6. Bola karet 7. Pipet tetes 8. Kaca arloji 9. Corong 10. Spatula 11. Magnetic stirrer b. bahan yang digunakan 1. KCl 2. larutan NaOH 0,1 N 3. larutan HCl 0,1N

Upload: aliyah-montessa

Post on 30-Sep-2015

127 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Instrumen Pengukuran

TRANSCRIPT

Titrasi Konduktometri

I. Tujuan Percobaan Mentukan daya hantar listrik suatu larutan

Menentukan ekivalen titrasi

II. Alat dan Bahan yang Digunakana. Alat yang Digunakan1. Konduktometri 660

2. Elektroda emmension cell dengan konstanta cell 0,78

3. Gelas kimia 250 ml 2 buah, 50 ml 5 buah4. Labu takar 50 ml 5 buah5. Pipet ukur 5 ml 1 buah6. Bola karet7. Pipet tetes8. Kaca arloji9. Corong10. Spatula11. Magnetic stirrerb. bahan yang digunakan

1. KCl2. larutan NaOH 0,1 N

3. larutan HCl 0,1N

III. Dasar Teori

Titrasi konduktometri merupakan salah satu dari sekian banyak macam-macam titrasi. Didalam titrasi konduktometri ini tidak terlalu berbeda jauh dari titrasi-titrasi yang lainya, yang membedakan biasanya hanya terdapat bagaimana cara untuk mengetahui titik ekivalen dari larutan itu. Kalau kita menggunakan titrasi volumetri yang biasa kita praktikan sebelumnya titik ekivalen diketahui ketika terjadi perubahan warna, zat itu akan mengalami peruban warna bila zat itu dalam keadaan setimbang. Untuk mempermudah kita untuk melihat zat itu sudah mencapai ekivalen maka digunakan indikator. Tetapi banyak sekali para praktikan yang merasa kesulitan untuk menentukan dengan tepat titik ekivalen dengan menggunkan titrasi volumetri ini. Titrasi konduktometri ini lebih mudah jika dibandingkan dengan titrasi lainya, walaupun ada kelemahan tetapi juga ada kelebihanya.Titik ekivalen dapat kita ketahui dari daya hantar dari larutan yang kita ukur, jika daya hantar sudah konstan berarti titrasi sudah mencapai ekivalen. Titrasi ini juga tidak perlu menggunakan indikator, untuk lebih jelasnya akan dijelaskan dalam bab selanjutnya.

Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkankonduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakanuntuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen.Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi

Konduktometri meupakan slah satu metode analisis yang berdasarkan daya hantar larutan. Daya hantar inibergantung pada jenis dan konsentrasi ion didalam larutan. Menurut hukum ohm arus (I) berbanding lurus dengan potensial listrik (E) yang digunakan, tetapi berbanding terbalik dengan tahanan listrik (R).

I = E/R

G = I/R

Daya tahan (G) merupakan kebalikan dari tahanan yang mempunyai satuan ohm atau siemens (S), bila arus listrik dialirkan ke suatu larutan melalui luas bidang elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (I), maka:

G = I/R = k x A/ldimana:A/l = tetapan sel

k = daya hantar arus (konduktivitas) dengan satuan SI ohm cm-1 atau s cm-1

Titrasi konduktometri merupakan metode analisa kuantitatif yang didasarkan pada perbedaan harga konduktansi masing-masing ion. Dalam konduktometri diperlukan sel konduktometrinya, yaitu alat mengukur tahanan sel. Namun titrasi ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionik yang terlalu tinggi (Muizliana, 2010).Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperature hanya bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar ionic untuk elektrolit-elektrolit kuat dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah (Bassett, J. dkk., 1994).

Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam sebuah sel, yang tetapan selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi dengan suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui dengan tepat, missal, suatu larutan kalium klorida standar. Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan resistansinya diukur (Bassett, J. dkk., 1994).

Bila konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus dikalikan dengan factor 1000. Nilai d/a=s merupakan factor geometri selya dan nilainya konstan untuk suatu sel tertentu sehingga disebut tetapan sel (Khopkar, 2003). Metode konduktometri memiliki aplikasi yang jauh lebih terbatas ketimbang prosedur-prosedur visual, potensiometri ataupun amperometri (Bassett, J. dkk., 1994).

Konduktometri merupakan salah satu cara elektroanalisa, yang mengukur konduktivitas larutan dengan elektroda khusus. Konduktivitas berbanding terbalik terbalik tahanan listrik dalam larutan, yaitu semakin besar tahanan listrik, semakin kecil konduktivitas.

Konduktivitas mempunyai siemens per cm. konduktivitas larutan kimia lazimnya berkisar antara 0,1-2000 mili siemens per cm (ms/cm). kalau dua elektroda direndam dalam larutan yang mengandung ion-ion, maka akan mengalir arus listrik antara kedua elektroda tersebut, apabila terdapat beda tegangan listrik antara kedua elektroda tersebut.

Arus mengalir dari katoda yang bermuatan negative ke anoda yang bermuatan positif. Sebagai pebawa arus adalah ion-ion dalam larutan. Selisih potensial antara kedua elektroda tersebut tidak boleh terlalu besar agar tidak terjadi elektrolisa.

Besarnya arus yang mengalir ditentukan oleh parameter-parameter sebagai berikut :

Beda tegangan antara kedua elektroda. Konsentrasi ion-ion. Sifat ion seperti besarnya muatan, derajat disosiasi, besarnya ion, kompleksasi dengan molekul lain dan sebagainya. Suhu larutan. Luas permukaan masing-masing elektroda. Jarak antara katoda dan anoda.

Semakin besar arus makin besar pula konduktivitas K. Luas permukaan elektroda dan jarak antara katoda dan anoda merupakan parameter yang tetap, karena parameter-parameter tersebut bergantung pada rancangan elektroda. Oleh karena itu setiap elektroda mempunyai factor tersendiri yang dimasukkan dalam perhitungan konduktivitas ( cell constant K/cm ).

Pada permukaan elektroda dapat terjadi tegangan lebih ( over voltage ) yang tidak sebanding lagi dengan arus dan konsentrasi ion. Untuk mencegah tegangan lebih tersebut perbukaan elektroda dilapis dengan lapisan platinum yang halus dan aktif. Pelapisan elektroda dengan platinum disebut platinizing.

Parameter harus dipertahankan tetap sama selama pengukuran konduktivitas adalah suhu larutan. Sebaiknya digunakan wadah titrasi yang dindingnya berlapis dua, sehingga dalam dinding tersebut dapat dialirkan air pada suhu tertentu dari thermostat.Jenis elektroda konduktometri ( measurung cell ) harus dipilih sesuai dengan konduktivitas dari cuplikan. Elektroda yang mempunyai tetapan rendah sesuai untuk pengukuran konduktivitas yang rendah, sebaliknya elektroda dengan tetapan tinggi sesuai untuk konduktivitas yang tinggi.

Suhu dikompensasikan secara otomatis dengan sensor Pt-100 atau oleh operatornya dengan menekan tombol TEMP, lalu mengatur suhu cuplikan, serta koefisien suhu cuplikan. Daerah pengukuran (measuring range) diatur oleh alat secara otomatis, kecuali bila tombol RANGE ditekan.

Apabila kita ingin membaca harga yang konduktivitas secara teliti, tetapi harga konduktivitas sering berubah, sehingga keluar dari daerah yang telah diatur, maka kita menaikkan harga konduktivitas tersebut hingga berada dipertengahan daerah pengukuranTitrasi Konduktometri

Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi (Khopkar, 1990).

Titrasi konduktometri digunakan untuk menentukan daya hantar larutan sampel setelah ditambahkan titran.Dasar pengukuran dari metode titrasi ini jika perbedaannya antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen (larutan pentiter).Penggunaan titrasi konduktometri akan mendapatkan beberapa kemudahan yang mungkin tidak didapatkan jika menggunakan titrasi lainya, misal tidak menggunakan indikator, karena dalam titrasi konduktometri ini hanya mengukur daya hantar larutan. Jadi dalam titrasi konduktometri ini tidak perlu mencarititik ekuivalen dengan melihat adanya perubahan warna. Walaupun demikian masih banyakkelemahankelamahan dalam titrasi konduktometri ini. Titrasikonduktometri hanya terbatas untuk larutan yang tergolong kedalam larutan elektrolit saja. Sedangkan untuk larutan non elektrolit tidak dapat menggunakan titrasi konduktometri(Sukardjo,1989).

Titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk menentukan kadar ion, dengan syarat ion tersebut terlibat dalam reaksi kimia sehingga terjadi penggantian satu jenis ion dengan yang lain yang berarti terjadi perubahan konduktivitas. Misalnya titrasi HCl dengan NaOH berdasarkan persamaan sebagai berikut :

H++Cl-+OH-+Na+H2O+Cl-+Na+Sebelum ditambah NaOH, didalam larutan terdapat ion H+dan Cl-yang masing-masing mempunyai harga konduktivitas molar ( 25 C ) sebesar 349,8 cm2/mol dan 76,3 cm2/mol. Pada penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H+dengan OH-membentuk H2O, sehingga jumlah H+didalam larutan berkurang sedangkan jumlah NaOH bertambah. Na+mempunyai harga konduktivitas molar 50,1 S cm-1/mol yang jauh lebih kecil dari H+sehingga harga konduktivitas total dari larutan turun. Pada titik akhir titrasi, H+dalam larutan telah bereaksi seluruhnya dengan OH-, sehingga penambahan NaOH lebih lanjut akan menaikkan harga konduktivitas total larutan, karena terdapat OH-dengan konduktivitas molar 198,3 S cm-1/mol.

Titrasi konduktometri sangat sesuai untuk asam atau basa lemah, karena penggunaan potensiograph / titroprocessor dengan elektroda kaca menghasilkan titik akhir yang kurang jelas. Namun titrasi konduktometri tidak dapat dilakukan dalam cuplikan yang mengandung konsentrasi ion lain yang tinggi, karena titik akhir menjadi kurang tajam. Titrasi konduktometri sangat berguna untuk melakukan titrasi pengendapan. Keuntungan titrasi konduktometri adalah grafik titrasi seluruhnya digunakan untuk menentukan titik akhir sedangkan pada kurva titrasi potensiometri titik akhir ditentukan dari bentuk grafik dekat titik akhir saja. Kepekaan cara konduktometri jauh lebih baik. Titrasi konduktometri masih memberi titik akhir yang jelas untuk asam atau basa lemah dalam konsentrasi encer, sedangkan denganpotensiometri titik akhir tidak jelas lagi

Pengukuran konduktivitas dapat juga digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi. Titrasi konduktivitas dapat dilakukan dengan dua cara dan tergantung dengan frekuensi arus yang digunakan, jika arus frekuensinya bertambah besar, maka kapasitas dan induktif semakin besar.

Titrasi yang dapat dilakukan adalah

Titrasi konduktrometri yang dilakukan dengan frekuensi arus rendah (maksimum 300 Hz)

Titrasi konduktrometriyang dilakukan dengan frekuensi arus tinggi yang desebut titrasi frekuensi tinggi

Titrasi Konduktrometri Frekuensi Rendah

Penambahan suatu elektolit lain pada keadaan yang tidak ada perubahan volume yang begitu besar akan mempengaruhi konduktivitaslarutan karena akan terjadi reaksi ionik atau tidak. Jika terjadi reaksi ionik akan terjadi perubahan konduktivitas yang cukup besar sehingga dapat diamati reaksi yang terjadi, seperti yan gterjadi pada titrasi asam kuat dan basa kuat. Pada titrasi ini terjadipenurunan konduktivitas rendah.

Pada titrasi penetralan, pengendapan, penentuan titik akhir titrasi ditentukan berdasarkna konduktivitas dari reaksi kimia yang terjadi. Hantaran diulkur pada setiap penambahan sejumlah pereaksi dan pengukuran titik akhir titrasi berdasarkan 2 alurgaris yangsaling berpotongan, titik potong ini disebut titik ekivalen.

Secara praktek, konsentrasi penitran 20-100 kali lebih pekat dari larutan yang dititrasi, kelebihan dari titrasi ini, baik untuk asam yang sangat lemah yang secara potensiometri tidak dapat dilakukan dengan cara konduktrometri dapat dilakukan, selain itu secara konduktrometri kontrol suhu tidak perlu dilakukan.

Titrasi Konduktrometri Frekuensi Tinggi

Titrasi ini sesuai untuk sel yang terdiri atas sistem reaksi yang dibuat bagian atau dipasang sirkuit osilatorberionisasi pada frekuensi beberapa Mhz. Keuntungan cara ini antara lain elektroda ditempatkan diluar sel dan tidak langsung kontak dengan zat lain, sedangkan kerugian lainnya respon tidak spesifik karena tidak bergantung pada hantaran dan tetapan dielektri dari sistem, selain itu tidak dipengaruhi oleh sifat kimia dari komponen-komponen sistem.Titrasi konduktometri ini sangat berhubungan dengan daya hantar listrik, jadi juga akan berhubungan dengan adanya ion-ion dalam larutan yang berperan untuk menghantarkan arus listrik dalam larutan. Arus listrik ini tidak akan bisa melewati larutan yang tidak terdapat ionion, sehingga larutan non elektrolit tidakbisa menghantarkan arus listrik. Titrasi konduktometri ini juga sangat berhubungan dengan konsentrasi dan temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya hantarnya. Sehingga temperatur larutan harus dijaga agar berada dalam keadaan konstan, Jika temperatur berubahubah maka bisa saja konsentrasi yang besar seharusnya memilki daya hantar yang besar tetapi memiliki daya hantar yang kecil karena suhunya menurun. Sehingga ionion dalam larutan tidak dapat begerak dengan bebas (Stoker, 1993).

Meodetitrasi konduktometri dapat digunakan untuk menentukan titikekuivalen suatu titrasi, berupa beberapa contoh titrasi konduktometri adalah titrasi asam kuat-basa kuat sebagai contoh larutan HCl dititrasi oleh NaOH. Kedua larutan ini adalah penghantar listrik yang baik. Kurva titrasiditunjukkan pada gambar dibawah ini:

Daya hantar H+turun sampai titik ekuivalen tercapai. Dalam hal ini jumlah H+makin berkurang di dalam larutan, sedangkan daya hantar OH-bertambah setelah titik ekuivalen (TE) tercapai karena jumlah OH-di dalam larutan bertambah. Jumlah ion Cl-di dalam larutan tidak berubah, karena itu daya hantar konstan dengan penambahan NaOH. Daya hantar ion Na+bertambah secara perlahan-lahan sesuai dengan jumlah ionNa+(Stoker, 1993).

Metode konduktometri dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antar konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut turut jarak elektrode harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperature tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi. Titrasi asam lemah terhadap basa lemah dapat dengan mudah dilaksanakan dengan cara konduktometri. Titrasi konduktometri sangat berguna bila hantaransebelum dan sesudah reaksi cukup banyak berbeda. Metode ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionik terlalu tinggi, misalkan titrasi Fe3+dengan KMnO4, dimana perubahan hantaran sebelum dan sesudah titik ekivalen terlalu kecil bila dibandingkan dengan besarnya konduktansi total. Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktometri bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperature tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linier lagi dengan konsentrasi (Khopkar,1990).

Macammacam titrasi yang dapat digunakan untuk metode konduktometri adalah titrasi asam basa dan titrasi pengendapan. Pada kedua titrasi ini terjadi pengurangan jumlah ion sebelum titik ekivalen dan penambahan ion tertentu dari pentiter sehingga menyebabkan konduktivitas larutan turun sebelum titik ekivalen dan naik setelah titik ekivalen(Bassett,1994).Kelebihan titrasi konduktometer1. Titrasi tidak menggunakan indikator, karena pada titik keivalen sudah dapatditentukan dengandaya hantar dari larutan tersebut.2. Dapat digunkan untuk titrasi yang berwarna3. Dapat digunakan untuk titrasi yang dapat menimbulkan pengendapatan4. Lebih praktis5. Lebih cepat atau waktu yang diperlukan lebih sedikit6. Untuk persen kesalahanya lebih kecil jika dibandingkan dengan titrasi volumetri

Kekurangan titrasi konduktometer1. Hanya dapat diterapkan pada larutan elektrolit saja2. Sangat dipengaruhi temperature

3. Dapat ditunjukka dengan tidak langsung4. Peralatan cukup mahal5. Jika tidak hati hati maka akan cepat rusak6. Tidak bisa digunakan pada larutan yang sangat asam atau basa karena akan meleleh.Tabel Harga 0 untuk Anion dan Kation

Kation0 (Scm2/mol)Anion0 (Scm2/mol)

H+349,8OH-198,3

Na+50,1Cl-76,3

K+73,5I-76,8

NH4+73,5CH3COO-C2O42-HCO340,9

74,2

44,5

Tabel Harga K untuk Penentuan Tetapan Sel

T (OC)Ktabel (mS/cm)T (OC)Ktabel (mS/cm)

07,152412,64

109,332512,88

1510,482613,13

2011,672713,37

2111,912813,62

2212,152913,87

2312,393014,12

Tabel Konduktivitas dari beberapa senyawa

ZatC (mol/Liter)X 25OC (mS/cm)

KNO30,0010,142

0,011,33

0,112,0

HCl0,0010,421

0,010,13

0,139,1

1332,0

LiCl0,0010,112

0,011,070

0,19,590

17,30

NH4Cl0,0011,42

0,0112,9

1111,2

NaOH0,0012,38

0,122,1

IV. Prosedur KerjaA. Kalibrasi konduktrometer

1. Memasang sel konduktovitas pada soket Cond Cell dengan soket berwarna hitam2. Memasang resistance thermometer pt-100 pada socket warna merah3. Menghidupkan alat konduktometer4. Memeriksa harga konstanta cell pada elektrodaimmension cell, lalu memasukkan harga 1,00 pada cell const dan kemudian menekan tombol 1x5. Memasukkan hargaa tempeture pada temp dengan menekan tombol temp"6. Memasukka harga koefisien tempetature, untuk larutan KCl 1,95, lalu untuk larutan yang lain bisa dilihat pada table apabila tidak ada dalam table masukka harga 27. Menggunakan frekuensi 2 KHz8. Mengisi gelas kimia 50 ml KCl 1 M dan dimasukkan elektroda ke dalam gelas kimia9. Mengatur temperature larutan KCl sesuai dengan table atau menekan tombol temp10. Memasukkan harga K pada suhu larutan untuk menghitung konstanta cell (K)11. Kalibrasi larutan telah selesai dan dicatat harga konduktivitas larutan KCl 1 M

12. Menentukan konduktivitas larutan KCl 0,1 M, HCl 0,01M dan NaOH 0,1 M dan kemudian

13. Membandingkan perhitungan konduktivitas secara teoritis dan menghitung persen kesalahan.B. Titrasi Larutan NaOH dengan HCl1. Membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 50 ml.2. Membuat larutan HCl 0,1 M sebanyak 50ml.3. Memipet larutan sampel NaOH 0,1M sebanyak 10 ml dan memasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml kemudian diencerkan dengan menambahkan aquadest sebanyak 200ml.4. Meletakkan larutan NaOH diatas hot plate.5. Mengaduk larutan NaOH dengan magnetic stirrer.6. Melakukan penambahan HCl 0,1 N sebanyak 1 ml-15 ml dengan kenaikan 1 ml, pada saat penambahan HCL posisi tombol pada posisi kond dan membaca konduktiviitas pada display setiap penambahan HCl7. Menekan tombol stand by setiap selesai pembacaan pada display.8. Menekan tombol cond pada konduktometer dan mencatat nilai konduktivitas pada display.9. Mengangkat sel konduktometer dari dalam larutan dan membilasnya dengan aquadest lalu mengeringkannya dengan tissue.

EvaluasiUntuk menghitung konsentrasi larutan NaOH digunakan persamaan: V1C1 = V2C2Dimana:V1 = volume larutan HClV2 = volume larutan NaOHC1 = konsentrasi larutan HClC2 = konsentrasi larutan NaOHV. Data PengamatanData pengamatan secara praktek dan teori

Volume HCl mLKonduktivitas (mS/cm)

Praktek Teori

115,591

22,460.9686

31,220.8445

41,200.7203

51,130.5961

61,070.4718

70,990.3477

80,930.2234

90,880.0993

100,840

110,830.174

120,830.3834

130,850.5965

140,900.7669

151,090.9799

161,32

171,51

181,67

Basis 1x

Kurva titrasi konduktometri secara praktek

Kurva titrasi konduktometri secara teoriVI. Data PerhitunganPembuatan larutana. NaOH 0,1 M

Mg NaOH= N . V . BM

= 0,1 N . 50 ml . 40

= 200 mg

gr NaOH= 0,2 gr

b. HCl 0,1 N

N1 . V1 = N2 . V20,1 N . 100 = 2 N . V2

V1 = 0,1 N . 100 ml

2 N

V1 = 5 mlPenentuan konduktivitas

1. NaOH

Dik : Na+ = 50,1 Scm2/mol

OH- = 198,3 Scm2/mol

Jawab :

L Na = = = 0,0002 S.cm-1 = 0,2 mS/cm

L OH = = = 0,0008 S.cm-1 = 0,8 mS/cm

L NaOH= 0,2 + 0,8 = 1 mS/cm

% Kesalahan = 1x 100%

= 15,25%2. NaOH

Dik : Na+ = 50,1 Scm2/mol

OH- = 198,3 Scm2/mol

Jawab :

L Na = =

= 0,0001953 mS.cm-1 L OH = = = 0,0007733 S.cm-1 = 0,7733 mS/cm

L NaOH= 0,1953 + 0,7733 = 0,9686 mS/cm

% Kesalahan = () x 100%

=14,66 %3. NaOH

Dik : Na+ = 50,1 Scm2/mol

OH- = 198,3 Scm2/mol

Jawab :

L Na = = = 0,00014529 S.cm-1 = 0,14529 mS/cm

L OH = = = 0,0006742 S.cm-1 = 0,6742 mS/cm

L NaOH= 0,14529 + 0,6742 = 0,8445 mS/cm

% Kesalahan = () x 100%

= 21,34%4. NaOHDik : Na+ = 50,1 Scm2/mol

OH- = 198,3 Scm2/mol

Jawab :

L Na = = = 0,0001703 S.cm-1 = 0, 1703 mS/cm

L OH = = = 0,0006742 S.cm-1 = 0, 6742 mS/cm

L NaOH = 0,1703 + 0,6742 = 0,7203 mS/cm

% Kesalahan = () x 100%

=29,52 %5. NaOHDik : Na+ = 50,1 Scm2/mol

OH- = 198,3 Scm2/mol

Jawab :

L Na = = = 0,0001202 S.cm-1 = 0,1202 mS/cm

L OH = = = 0,0004759 S.cm-1 = 0, 4759 mS/cm

L NaOH = 0,1202 + 0,4759 = 0,5961 mS/cm

% Kesalahan = () x 100%

=38,22 %6. NaOH

Dik : Na+ = 50,1 Scm2/mol

OH- = 198,3 Scm2/mol

Jawab :

L Na = = = 0,0000951 S.cm-1 = 0,0951 mS/cm

L OH = = = 0,0003767 S.cm-1 = 0,3767 mS/cm

L NaOH = 0,0951 + 0,3767 = 0,4718 mS/cm

% Kesalahan = () x 100%

= 48,15%7. NaOHDik : Na+ = 50,1 Scm2/mol

OH- = 198,3 Scm2/mol

Jawab :

L Na = = = 0,0000701 S.cm-1 = 0,0701 mS/cm

L OH = = = 0,0002767 S.cm-1 = 0,2767 mS/cm

L NaOH = 0,0701 + 0,3767 = 0,3477 mS/cm

% Kesalahan = () x 100%

= 59,47%8. NaOHDik : Na+ = 50,1 Scm2/mol

OH- = 198,3 Scm2/mol

Jawab :

L Na = = = 0,000045 S.cm-1 = 0,0450 mS/cm

L OH = = = 0,0001784 S.cm-1 = 0,1784 mS/cm

L NaOH = 0,0450 + 0,17847 = 0,2234 mS/cm

% Kesalahan = () x 100%

=72,31 %9. NaOHDik : Na+ = 50,1 Scm2/mol

OH- = 198,3 Scm2/mol

Jawab :

L Na = = = 0,0000200 S.cm-1 = 0,0200 mS/cm

L OH = = = 0,0000793 S.cm-1 = 0,1784 mS/cm

L NaOH = 0,0450 + 0,17847 = 0,0993 mS/cm

% Kesalahan = () x 100%

= 86,86 %10. NaOHDik : Na+ = 50,1 Scm2/mol

OH- = 198,3 Scm2/mol

Jawab :

L Na = = = 0 S.cm-1 = 0 mS/cm

L OH = = = 0 S.cm-1 = 0mS/cm

L NaOH = 0 + 0 = 0 mS/cm

% Kesalahan = () x 100%

= 100%11. HClDik : H+ = 349,8 Scm2/mol

Cl- = 76,3 Scm2/mol

Jawab :

L H = = 1

= 0,0001 S.cm-1 = 0,1399 mS/cm

L Cl = = = 3,052 S.cm-1 = 0, 0305 mS/cm

L HCl = 0,1399 + 0, 0305 = 0,1740 mS/cm

% Kesalahan = () x 100% = 74,33%12. HCl

Dik : H+ = 349,8 Scm2/mol

Cl- = 76,3 Scm2/mol

Jawab :

L H = = = 0,0003 S.cm-1 = 0,3148 mS/cm

L Cl = = = 0,00006867 S.cm-1 = 0,0686mS/cm

L HCl = 0,3148 + 0,0686 = 0,3834 mS/cm

% Kesalahan = () x 100%

= 39,23%13. HCl

Dik : H+ = 349,8 Scm2/mol

Cl- = 76,3 Scm2/mol

Jawab :

L H = = = 0,0004 S.cm-1 = 0,4897 mS/cm

L Cl = = = 0,0001 S.cm-1 = 0,1068 mS/cm

L HCl = 0,4897 + 0,1068 = 0,5965 mS/cm

% Kesalahan = () x 100%

= 35,31%14. HCl

Dik : H+ = 349,8 Scm2/mol

Cl- = 76,3 Scm2/mol

Jawab :

L H = = = 0,0006 S.cm-1 = 0,6298 mS/cm

L Cl = = = 0,0001 S.cm-1 = 0,1373 mS/cm

L HCl = 0,6298 + 0,1373 = 0,7669 mS/cm

% Kesalahan = () x 100%

= 6,37%15. HCl

Dik : H+ = 349,8 Scm2/mol

Cl- = 76,3 Scm2/mol

Jawab :

L H = == 0,0008 S.cm-1 = 0,8045 mS/cm

L Cl = = = 0,0001 S.cm-1 = 0,1754 mS/cmL HCl = 0,8069 + 0,1754 = 0,9799 mS/cm

% Kesalahan = () x 100%

= 11,21%VII. Analisa Percobaan

Dalam di percobaan ini dilakukan perhitungan kalibrasi pada alat konduktometer. Pada percobaan ini menggunakan empat sampel yang akan dianalisa yaitu, KCl 1M, KCl 0,1M, HCl 0,01M, NaOH 0,1M. Pada sampel pertama KCl 1M digunakan untuk mengkalibrasi alat konduktometer dikarenakan suhu konduktometer dan larutan KCl 1M sama dan sesuai dengan literatur yang ada yaitu, pada suhu 25C didapatkan hasil konduktivitas dengan nilai 136,3 ms/cm. Sehingga nilai kalibrasi yang didapatkan adalah 0,82. Pada sampel kedua yaitu KCL 0,1M, suhu larutan nya adalah 28C dan hasil konduktivitas yang didapatkan adalah sebesar 16,54 ms/cm. Pada sampel ketiga yaitu larutan HCL 0,01M didapatkan suhu larutannya adalah 28C dan hasil konduktivitas adalah sebesar 5,2 ms/cm. Pada sampel keempat yaitu larutan NaOH 0,1M dengan suhu larutan 27,8C dan hasil konduktivitas yang didapatkan adalah 25,9mS/cm.

Pada sampel kedua sampai keempat digunakan untuk mencari persen kesalahan dikarenakan suhu pada larutan sampel tersebut tidak sama dengan suhu alat konduktometer. Dan hasil persen kesalahan pada sampel kedua KCL 0,1M didapatkan sebesar 9,43%. Pada sampel ketiga HCL 0,01M persen kesalahan yang didapatkan adalah sebesar 18%. Dan pada sampel yang keempat NaOH 0,1M nilai persen kesalahan nya didapatkan sebesar 4,09%.

VIII. Kesimpulan

Pada percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa;

1. Konduktometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur daya hantar listrik (koduktivitas) di dalam suatu larutan.

2. Elektroda yang digunakan pada instrumen konduktometer adalah emmension cell dengan konstanta cell 0,78 yang berfungsi untuk menangkap ion-ion positif dan negatif.

3. Tahap detektor-transduser pada instrumen konduktometer adalah pada saat elektroda dicelupkan ke dalam larutan yang akan di analisa. Selanjutnya tahap antara pada instrumen ini adalah socket yang dipasang pada instrumen dan elekroda. Dan yang terakhir tahap keluaran pada instrumen ini adalah pada saat setelah selesai menganalisa akan keluar data atau output yang berupa angka digital.

IX. Daftar Pustaka

1. Jobsheet. 2015 Penuntun Praktikum Instrument dan Pengukuran: Konduktometri. Palembang. Politeknik Negeri Sriwijaya.

2. Laporan Titrasi Konduktrometri dalam http://nafaly.blogspot.com/2012/10/laporan-titrasi-konduktometri.html.