titrasi formal asam amino
TRANSCRIPT
PENENTUAN DERAJAT HIDROLISIS SUATU PROTEIN
MELALUI TITRASI FORMAL ASAM AMINO
Oleh :
I PUTU RAIWATA MERTANJAYA (NIM: 0813031019)
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2011
PENENTUAN DERAJAT HIDROLISIS SUATU PROTEIN
MELALUI TITRASI FORMAL ASAM AMINO
Oleh: I Putu Raiwata Mertanjaya
Jurusan Pendidikan Kimia, Undiksha
ABSTRAK
Protein dapat dihidrolisis menjadi asam amino menggunakan enzim protease melalui
titrasi formal asam amino. Penentuan salah satu gugus akan memberikan indikasi untuk
mengetahui derajat hidrolisis suatu protein. Dalam titrasi ini, digunakan formaldehid yang
bertujuan untuk membentuk dimetilol sehingga gugus aminonya yang sudah terikat tidak
akan mempengaruhi reaksi antara gugus karbonil (asam) dengan basa (NaOH) sehingga
titik akhir titrasi dapat diakhiri dengan tepat. Selain itu, agar dapat bereaksi dengan gugus
amino yang tidak bermuatan sehingga memungkinkan gugus amonium membuffer di daerah
pH yang lebih rendah dan dapat dititrasi pada titik akhir secara kuantitatif menggunakan
suatu indikator. Sehingga akan didapatkan kurva hubungan banyaknya larutan NaOH yang
digunakan terhadap waktu. Berdasarkan kurva tersebut ditentukan slop dan tangen. Nilai
tangen tersebut merupakan daya hidrolisis suatu protein (gelatin). Derajat hidrolisis protein
oleh enzim protease adalah 0,059.
Kata-kata kunci : asam amino, formaldehid
ABSTRACT
Proteins can be hydrolyzed into amino acids using the enzyme protease through
formal titration of amino acids. Determination of one group will give an indication to
determine the degree of hydrolysis of a protein. In this titration, which aims to use
formaldehyde to form dimethylol so that the amino group that has been tied does not affect
the reaction between the carbonyl group (acid) with a base (NaOH) so that the end point of
titration can be terminated properly. In addition, in order to react with an uncharged amino
group allowing ammonium group buffering at a lower pH region and can be titrated at the
end point quantitatively using an indicator. So that would be obtained curve number NaOH
solution used with respect to time. Based on these curves are determined slope and tangent.
Tangent value is the hydrolysis of a protein (gelatin). The degree of hydrolysis of proteins by
protease enzyme is 0.059.
Key words: amino acids, formaldehyde
PENDAHULUAN
Protein merupakan senyawa organik kompleks yang mempunyai bobot molekul tinggi
dan merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan
peptida (Tika, 2010). Bobot molekul protein sangat besar, tetapi hidrolisis asam semua
protein menghasilkan sekelompok senyawa organik sederhana dengan bobot molekul rendah,
yaitu α-asam amino. Molekul-molekul building block ini minimum mengandung satu gugus
karboksilat dan satu gugus α-amino, serta satu gugus rantai samping R yang berbeda.
Protein dalam makanan bisa kita temukan dalam kacang-kacangan, telur, dan lain
sebagainya. Salah satu contoh protein yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari
adalah telur. Kandungan penyusun telur dalam dibagi menjadi protein putih telur dan protein
kuning telur. Komposisi putih telur kandungan total protein 10-11% dasar basah, ovalbulmin
70% dari total protein, canalbumin 9% dari total protein, ovoummucoid 13% dari total
protein. Sedangkan kuning telur terdiri atas hipovitelin dan hipotellenin.
Protein dapat dipecah menjadi asam-asam amino melalui suatu cara yaitu dengan
hidrolisis. Apabila suatu protein mengalami hidrolisis, maka asam-asam amino penyusunnya
akan teruraikan. Hidrolisis protein dapat dilakukan dengan menggunakan enzim protease dari
tripsin. Asam amino bebas yang dihasilkan dari hidrolisis ini apabila direaksikan dengan
formaldehid berlebih akan membentuk derivat metilol. Reaksi ini menyebabkan asam amino
bebas bentuk isoelektrik kehilahan satu proton dari gugus –NH3+ (Tika, 2010).
H3N+CHRCOO
- H2NCHRCOO
- + H
+
H2NCHRCOO- + 2HCHO (HOCH2)2NCHRCOO
- (Tika, 2010).
Asam amino merupakan ion dipolar, yang pada umumnya mempunyai dua atau lebih
pKa. Asam amino yang menyusun suatu protein tertentu, memiliki kadar asam amino yang
tidak sama. Protein jika dihidrolisis akan menghasilkan asam amino bebas. Asam amino tidak
larut di dalam eter karena merupakan senyawa dipolar, dan dalam air menunjukkan struktur
kutub ganda ( zwitter-ion), yaitu:
Gambar 1 . Struktur dipolar asam amino
(Nurlita, 2002).
Pada gambar tersebut, gugus amino diprotonasi dan hadir sebagai ion amonium, sedangkan
gugus karboksil kehilangan protonnya dan hadir sebagai anion karboksilat. Struktur ini
konsisten dengan sifat asam amino yang seperti garam, yang memiliki titik leleh agak tinggi.
R CH COOH
NH2
COO-
NH3+
CHR
Asam amino bersifat amfoterik, artinya berperilaku sebagai asam dan mendonasikan
protonnya pada basa kuat, atau dapat juga berperilaku sebagai basa dan menerima proton dari
asam kuat. Perilaku ini dinyatakan dalam kesetimbangan berikut untuk asam amino dengan
gugus amino dan satu gugus karboksil.
Asam amino pada bentuk ion dipolar asam amino pada
pH rendah pH tinggi
Gambar 2. Kesetimbangan asam amino pada berbagai pH
Titrasi formal asam amino adalah metode penetapan asam amino berupa titrasi dengan
larutan basa setelah ditambahkan larutan formaldehid untuk menghilangkan kebasaan gugus
amino. Pada titrasi ini akan diperoleh kurva titrasi asam amino dari hasil hidrolisis protein
menggunakan enzim protease. Selama hidrolisis suatu protein, sejumlah gugus karboksil dan
gugus amino terus bertambah. Penentuan secara kuantitatif salah satu gugus akan dapat
memberikan indikasi untuk mengetahui derajat hidrolisis dari suatu protein.
Menurut teori zwitter-ion apabila suatu asam amino dalam larutan dititrasi dengan
basa, ini berarti hidrogen dari gugus amonium yang dititrasi. Gugus amonium dari asam
amino adalah buffer pada pH tinggi (di atas pH 11), karenanya tidak mungkin untuk
mentitrasinya pada titik akhir suatu indikator. Hal yang sama terjadi karena gugus karboksil
adalah buffer pada pH rendah, tidak mungkin juga untuk mentitrasinya dengan asam (Tika,
2007). Oleh karena itu, ditambahkan formaldehid pada larutan asam amino tersebut agar
bereaksi dengan gugus amino yang tidak bermuatan sehingga memungkinkan gugus
amonium membuffer pada daerah pH yang lebih rendah dan dapat dititrasi pada titik akhir
secara kuantitatif menggunakan suatu indikator.
Reaksi yang terjadi dalam titrasi dengan menggunakan formaldehid merupakan reaksi
pembentukan dimetilol. Dimana larutan protein yang telah dinetralkan dengan basa (NaOH),
kemudian ditambahkan formaldehid sehingga membentuk dimetilol. Dengan terbentuknya
dimetilol ini, berarti gugus aminonya yang sudah terikat tidak akan mempengaruhi reaksi
antara karboksil (asam) dengan basa (NaOH), sehingga titik akhir titrasi dapat diakhiri
dengan tepat. Indikator yang digunakan adalah fenolftalein sehingga titik akhir titrasi dapat
diakhiri dengan tepat, ditandai dengan perubahan warna larutan dari tidak berwarna menjadi
merah muda yang tidak hilang selama 30 detik.
Reaksi yang terjadi selama titrasi adalah sebagai berikut.
R CH COOH COO-
NH3+ NH2
CHR
NH3+
COO-CHRHO-
H+
HO-
H+
(pada pH netral)
Gambar 3. Reaksi asam amino dengan NaOH serta formaldehid
Reagen yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelatin, yang merupakan produk
alami yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen. Gelatin adalah protein larut dan bersifat
gelling agent (bahan pembuat gel) atau sebagai ion gelling agent. Sumber bahan baku gelatin
dapat berasal dari tulang dan kulit sapi atau babi. Gelatin terdiri dari glisin dengan komposisi
besar, protein dan 4-hidroksiresidu. Tipe strukturnya yaitu Ala-Gly-Pro-Arg-Gly-4.Hyp-Gly-
Pro. Struktur gelatin adalah sebagai berikut:
Gambar 4. Struktur gelatin (Tika, 2010)
NH3+
R CH C
NH2
O
OH
NaOH OCCHR
O-
O-R CH C
O
NH3+
+ HCHO OH
OCCHR
NH CH2OH
HCHO
CH2OHN
R CH CO
OHHOH2C
formalin
dimethilol
NaOHHOH2C
OH
OCCHR
N CH2OH+
HOH2CO-Na+
OCCHR
N CH2OH
O
NH
N
C O
CH2
C
NHCHO
OHN
O
O-
CH
CH2
CH2
C
O
CNH
O
CCH2C
O
NH2+
NH2C
NH
CH2
CH2
CHNH
O
CN
O
CNH
O
CH3
CH CNH CH2
TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk (1) menghidrolisis protein dengan
enzim protease dan menentukan derajat hidrolisisnya, (2) membuat kurva hubungan antara
volume NaOH terhadap waktu, dan (3) membuat kurva mg nitrogen asam amino terhadap
waktu pada titrasi formal asam amino.
Manfaat
Manfaat percobaan ini bagi praktikan adalah (1) mengetahui cara hidrolisis protein
dengan enzim protease, (2) mengetahui cara menentukan derajat hirolisis protein oleh enzim
protease, dan (3) memperkuat pemahaman tentang hidrolisis protein oleh enzim protease.
METODE
Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilakukan pada hari Rabu, tanggal 23 Maret 2011 dari pukul 08.00-
12.30 WITA, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Pendidikan Kimia,
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Alat dan Bahan
Nama Alat Jumlah Nama Bahan Jumlah
Gelas kimia 50 mL 1 buah Larutan Gelatin 50 mL
Gelas kimia 100 mL 3 buah Larutan NaOH 0,2 M 100 mL
Labu Erlenmeyer 3 buah Larutan HCl 0,1 M 50 mL
Buret 50 mL dan statif 1 set Indikator PP 10 mL
Gelas ukur 25 mL 1 buah Larutan Formalin 5 mL
Batang pengaduk 1 buah Larutan Tripsin 20 mL
Kaca arloji 1 buah Aquades 500 mL
Termometer (100oC) 1 buah NaOH 0,02 M 100 mL
Pemanas Listrik 1 buah
Pipet tetes 1 buah
Indikator universal 1 buah
Prosedur Kerja
Sebanyak 100 mL larutan gelatin disiapkan, dan ditambahkan 1 ml larutan PP dan
larutan NaOH 0,2 M tetes demi tetes sampai warna merah muda timbul. Larutan HCl 0,1 M
ditambahkan tetes demi tetes sampai tepat warna merah muda tadi hilang. Larutan gelatin
direndam dalam inkubator air pada suhu 38oC. Pada gelas kimia lain, sebanyak 25 mL larutan
tripsin ditambahkan dengan beberapa tetes indikator PP dan tetes demi tetes larutan NaOH
0,2 M sampai warna merah muda timbul. Kemudian diteteskan larutan HCl 0,1 M sampai
warna merah muda hilang. Larutan tripsin direndam dalam inkubator air pada suhu 38oC
selama beberapa menit. Larutan tripsin ditambahkan kedalam larutan gelatin kemudian
diaduk secara perlahan. Sebanyak 10 mL dari campuran tersebut diambil dan dimasukkan
kedalam labu erlenmeyer 100 mL (larutan ini digunakan sebagai kontrol atau waktu nol
menit). Campuran dididihkan untuk merusak enzim dan setelah itu didinginkan. Sebanyak 15
mL formalin netral dan 3 tetes larutan pp ditambahkan. Pada interval waktu 15, 30, 60, dan
90 menit dari waktu nol dilakukan hal yang sama seperti pada kontrol. Titrasi dilakukan pada
larutan tersebut dengan larutan NaOH 0,02 M sampai titik akhir titrasi yang ditandai dengan
timbulnya warna merah muda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Derajat hidrolisis protein (gelatin) oleh enzim protease dari tripsin dapat ditentukan
dengan titrasi formal asam amino. Larutan gelatin ditambahkan larutan PP dan larutan NaOH
0,2 M. Penambahan larutan NaOH dihentikan ketika warna larutan telah menjadi merah
muda yang ditimbulkan oleh adanya indikator PP dalam suasana basa. Tujuan penambahan
NaOH adalah agar larutan gelatin bersifat basa. Kemudian larutan ditambahkan dengan
larutan HCl 0,1 M sampai warna merah muda larutan hilang (pH 8,0). Pada pH 8,0 larutan
gelatin akan mampu bereaksi dengan sempurna dengan enzim protease, yaitu tripsin. Pada pH
8 merupakan pH yang optimum bagi enzim untuk menghasilkan asam amino.
Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap larutan enzim protease (tripsin),
perlakuan. Tujuan menjaga pH larutan 8,0 adalah untuk mengaktifkan enzim tripsin dalam
memecah protein (gelatin), karena tripsin bekerja efektif pada pH 7,7-8,0. Di samping itu,
agar terjadi hidrolisis secara sempurna antara gelatin dengan tripsin, kedua larutan juga
diinkubasi pada suhu 38 oC, karena enzim protease dapat bekerja optimal pada suhu ini.
Larutan gelatin dan larutan tripsin kemudian dicampurkan dan larutan ditempatkan
pada labu Erlenmeyer dan dimasukkan dalam inkubator air pada suhu 38oC sehingga terjadi
pemecahan protein menjadi asam amino. Campuran ini adalah kontrol dan waktu ke nol.
Pada waktu ke nol, 15, 30,45, 60, 75, dan 90 menit diambil sebanyak 10 mL larutan
(campuran gelatin dengan tripsin). Larutan itu didihkan pada masing-masing interval waktu
yang bertujuan untuk merusak protein. Setelah didinginkan, larutan yang diperlakukan pada
masing-masing interval waktu tersebut ditambahkan formaldehid (formalin) dan indikator PP
kemudian dilakukan titrasi.
Reaksi yang terjadi dalam titrasi dengan menggunakan formaldehid merupakan reaksi
pembentukan dimetilol. Dimana, larutan protein yang telah dinetralkan dengan basa (NaOH),
kemudian ditambahkan sehingga membentuk dimetilol. Dengan terbentuknya dimetilol ini,
berarti gugus aminonya yang sudah terikat tidak akan mempengaruhi reaksi antara karboksil
(asam) dengan basa (NaOH), sehingga titik akhir titrasi dapat diakhiri dengan tepat. Di
samping itu, untuk memungkinkan gugus amonium membuffer pada daerah pH yang lebih
rendah dan dapat dititrasi pada titik akhir suatu indikator.
Reaksi yang terjadi selama titrasi adalah sebagai berikut.
(pada pH netral)
Gambar 5. Reaksi asam amino dengan NaOH serta formaldehid
Secara teoritis menurut teori zwitter-ion, kalau suatu asam amino dalam larutan
dititrasi dengan basa, ini berarti hidrogen dari gugus amonium yang dititrasi. Karena gugus
amonium dari asam amino adalah buffer pada pH tinggi (di atas pH 11), karenanya tidak
mungkin untuk mentitrasinya pada titik akhir suatu indikator. Hal yang sama terjadi karena
gugus karboksil adalah buffer pada pH rendah, tidak mungkin juga untuk mentitrasinya
dengan asam (Tika, 2007).
NH3+
R CH C
NH2
O
OH
NaOH OCCHR
O-
O-R CH C
O
NH3+
+ HCHO OH
OCCHR
NH CH2OH
HCHO
CH2OHN
R CH CO
OHHOH2C
formalin
dimethilol
NaOHHOH2C
OH
OCCHR
N CH2OH+
HOH2CO-Na+
OCCHR
N CH2OH
Dalam percobaan ini, larutan gelatin didegradasi dengan menggunakan enzim tripsin.
Tripsin merupakan enzim proteolitik yang terdiri dari satu rantai polipeptida. Enzin ini akan
mendegradasi gelatin menghasilkan asam amino penyusunnya. Reaksinya digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 6. Struktur Gelatin
Gambar 7. Asam-asam amino hasil pemecahan gelatin
Reaksi degradasi diatas dapat terjadi apabila terjadi hidrolisis total dari asam amino
tersebut. Pada tahap titrasi, indikator yang digunakan adalah PP. Titrasi formal ini hanya
tepat untuk menentukan suatu proses terjadinya pemecahan protein dan kurang tepat untuk
penentuan protein. Dalam titrasi ini secara teori, semakin lama reaksi antara gelatin dengan
tripsin maka makin banyak volume NaOH yang diperlukan untuk mentitrasi banyaknya asam
O
NH
N
C O
CH2
C
NHCHO
OHN
O
O-
CH
CH2
CH2
C
O
CNH
O
CCH2C
O
NH2+
NH2C
NH
CH2
CH2
CHNH
O
CN
O
CNH
O
CH3
CH CNH CH2
NH CCH
CH3
O
OH + CH2NH2 C
O
OH +OOH
O
C
+CH
CH2
CH2
NH
C NH2
NH2+
O
CNH2 OH
+ CH2 CNH2 OH
C
O
C
CH2
CH2
CH
OH
O
+NH2
NH2
OH+ OH
CHO NH
CH2
OC
NH2
OH
+C
ONH2
OH
amino yang konsentrasinya bertambah seiring dengan bertambahnya kontak antara larutan
gelatin dan tripsin.
Daya hidrolisis dapat ditentukan dengan membuat kurva hubungan antara volume
NaOH yang dipergunakan dalam titrasi terhadap waktu. Berdasarkan kurva tersebut
ditentukan slop dan tangen. Nilai tangen tersebut merupakan daya hidrolisis enzim tripsin.
Tabel 2. Hubungan Waktu dengan Volume NaOH
Waktu (menit) Volume NaOH 0,2 M (mL)
0 15,20
15 15,35
30 17,00
45 18,60
60 19,41
75 20,20
90 20,55
Hubungan antara volume NaOH yang digunakan dalam titrasi terhadap waktu dapat
dilihat pada grafik berikut
Gambar 8. Kurva Hubungan Waktu dengan Volume NaOH
Daya hidrolisis dari enzim tripsin dalam titrasi formal ini adalah:
90
20,1555,20tg
y = 0.067x + 15.02R² = 0.958
0
5
10
15
20
25
0 20 40 60 80 100Vo
lum
e N
aOH
0,0
2 M
(m
L)
Waktu (menit)
Hubungan Waktu dengan Volume NaOH
Series1
Linear (Series1)
= 90
5,35
= 0,059
Karena 1 mL NaOH 0,1 N sama dengan 1,4 mg nitrogen asam amino, maka:
mgX
X
X
28,0
028,01,0
4,11,0
02,0
Jadi 1 mL larutan NaOH 0,02 N ekivalen dengan 0,28 mg nitrogen asam amino.
Pada 0 menit, VNaOH = 15,20 mL, maka 15,20 x 0,28 = 4,2560 mg
Pada 15 menit, VNaOH = 15,35 mL, maka 15,35 x 0,28 = 4,2980 mg
Pada 30 menit, VNaOH = 17,00 mL, maka 17,00 x 0,28 = 4,7600 mg
Pada 30 menit, VNaOH = 18,60 mL, maka 18,60 x 0,28 = 5,2080 mg
Pada 60 menit, VNaOH = 19,32 mL, maka 19,41 x 0,28 = 5,4348 mg
Pada 75 menit, VNaOH = 20,20 mL, maka 20,20 x 0,28 = 5,6560 mg
Pada 90 menit, VNaOH = 20,55 mL, maka 20,55 x 0,28 = 5,7540 mg
Waktu (menit) Jumlah Nitrogen Asam Amino
(mg)
0 4,2560
15 4,2980
30 4,7600
45 5,2080
60 5,4348
75 5,6560
90 5,7540
Kurva hubungan antara jumlah nitrogen asam amino terhadap waktu dapat dilihat
pada grafik berikut.
Gambar 9. Grafik Hubungan Waktu dengan Jumlah Nitrogen Asam Amino
SIMPULAN
Titrasi formal asam amino dapat digunakan untuk menentukan derajat hidrolisis
protein oleh enzim protease (tripsin). Derajat hidrolisis enzim protease adalah 0,059. Jumlah
asam amino yang terurai bertambah sesuai pertambahan waktu, dibuktikan dengan
meningkatnya penggunaan NaOH dalam titrasi seiring pertambahan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Frieda Nurlita, dkk. 2002. Kimia Organik II. Singaraja : IKIP N Singaraja.
Redhana, I Wayan dan Siti Maryam. 2003. Penuntun Praktikum Biokimia. Singaraja:
IKIP Negeri Singaraja.
Tika, I Nyoman. 2007. Penuntun Praktikum Biokimia. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.
-------. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia. Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha
y = 0.018x + 4.207R² = 0.958
0.000
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
0 20 40 60 80 100
Jum
lah
mg
Nit
roge
n A
sam
Am
ino
(m
g)
Waktu (menit)
Hubungan antara Waktu dengan mg Nitrogen Asam Amino
Series1
Linear (Series1)