keterlibatan kaum awam dalam tugas kerasulan …repository.usd.ac.id/22598/2/031124033_full.pdf ·...

175
i KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: M. Triyono Yuliyanto NIM: 031124033 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI

    DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA

    S K R I P S I

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

    Oleh:

    M. Triyono Yuliyanto

    NIM: 031124033

    PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

    2009

  • ii

  • iii

  • iv

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini kupersembahkan kepada

    Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus (SCJ) Propinsi Indonesia,

    pengurus Dewan Paroki paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta,

    dan

    kampus IPPAK USD Yogyakarta.

  • v

    MOTTO

    “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan,

    dan menaruh harapan pada-Nya.”

    (Yer 17:7)

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

    memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar

    pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, 20 Desember 2008

    Penulis

    M. Triyono Yuliyanto

  • vii

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : M. Triyono Yuliyanto Nomor Mahasiswa : 031124033 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Darma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta, 20 Desember 2008 Yang menyatakan,

    M. Triyono Yuliyanto

  • viii

    ABSTRAK

    Judul skripsi ini adalah KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA. Penulis memilih judul ini berdasarkan hasil wawancara dan penyebaran kuesioner, penulis mempunyai keprihatinan bahwa masih sedikit umat yang bersedia untuk terlibat aktif dalam kehidupan menggereja, terutama keterlibatan dalam karya kerasulan. Salah satu wujud keterlibatan kaum awam diwujudkan dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki. Sebagai usaha melihat seberapa besar keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan Gereja, penulis memperoleh data menggunakan penelitian kualitatif dengan wawancara dan penyebaran kuesioner. Wawancara dan penyebaran kuesioner ditujukan kepada pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Kaum awam, berkat Sakramen Permandian dan Penguatan, dipanggil untuk mewartakan karya keselamatan Allah. Oleh sebab itu kaum awam turut mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Karya keselamatan Allah diwujudkan oleh Gereja kepada dunia yang mengarahkannya kepada Kristus. Kaum awam terlibat dalam karya keselamatan Allah dengan mengambil bagian dalam tritugas Kristus, yakni imamat (tugas menguduskan), nabi (tugas mewartakan), dan raja (tugas menggembalakan). Dalam melaksanakan karya kerasulan Gereja, kaum awam mewartakan karya keselamatan Allah kepada semua manusia melalui kenyataan hidup sehari-hari, baik dalam Gereja maupun dalam masyarakat. Kerasulan awam merupakan tugas perutusan Gereja untuk membawa kesaksian akan misteri rencana karya keselamatan Allah bagi penebusan manusia. Salah satu perwujudan keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan adalah keterlibatan dalam kepengurusan Dewan Paroki. Dewan Paroki merupakan salah satu bentuk persekutuan para pelayan umat Allah, baik imam sebagai wakil Uskup maupun kaum awam sebagai wakil umat yang bersama-sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk terlibat dalam tritugas Kristus. Sebagai usaha meningkatkan keterlibatan kaum awam dalam kepengurusan Dewan Paroki penulis mengusulkan program katekese dengan model Shared Christian Praxis (SCP). Model SCP mempunyai kekhasan bersifat dialogal dan partisipatif sarta menggarisbawahi peranan peserta sebagai subjek yang bebas dan bertanggung jawab. Program pendampingan ketekese model SCP ditujukan kepada pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta dengan tujuan untuk membantu meningkatkan kesadaran dan peranan pengurus Dewan Paroki dalam membangun jemaat, sehingga kaum awam semakin meningkatkan keterlibatan dalam karya kerasulan Gereja.

  • ix

    ABSTRACT

    The title of this thesis is THE PARTICIPATION OF LAITY IN THE CHRUCH MINISTRY AS THE OFFICIALS OF THE PARISH COMMITTEE IN SAINT JOHN THE DISCIPLE PARISH OF PRINGWULUNG, YOGYAKARTA. The writer chose this title based on the result of interviews and questionnaires which show us that there are only a few number of lay persons who are available to engage actively in the Church; especially on her ministerial task. One of the realizations of the participation of the laity is their role as the members of the parish committee. The writer collected some data using qualitative research through interviews and random questionnaires in order to see the range of participation of the laity in the church ministry. The interviews and questionnaires were aimed to the officers of the Parish Committee in Saint John the Disciple Parish of Pringwulung, Yogyakarta.

    Laity, for having accepted the Sacraments of Baptist and Confirmation, is called to proclaim God’s works of salvation. Therefore, the laity also participates in the saving action of the Lord. Church takes God’s work of salvation into its shape by directing the world to Christ. Laity is engaged to this work of salvation by taking part to the three-fold works of Christ, as a priest (to sanctify), a prophet (to proclaim), and a king (to shepherd). In accomplishing the ministerial works of the Church, lay persons proclaim the saving actions of the Lord through daily reality, both in the body of the Church herself and in the society. The laity ministerial service is a mission of the Church to witnessing the God’s mystery of the works of salvation for the redemption of the mankind. One of the completions of the laity participation in the ministerial task is the involvement in the Parish Committee. Parish Committee is one model of unity of the God’s people ministers; with the priests as the vicars of the Bishops and laity as the representatives of all God’s people who together accomplish the task and vocation to partaking into the Christ’s three-fold works.

    As an effort to increase the participation of the laity in Parish Committee, the writer suggests the catechetical program modeled in the Shared Christian Praxis (SCP). This SCP Model has the dialogical and participative character and it underlines as well the roles of the participants as free and responsible subjects. This SCP model of program as catecheses is aimed to the offials/members of the Parish Committee in Saint John the Disciple Parish of Pringwulung, Yogyakarta . It is meant to help them increase the consciousness and the role of the Parish Committee officers in building Church community, so that the laity will also increase their participation in the ministerial tasks of the Church.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa karena kasih-Nya

    yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN

    GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI

    SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA. Skripsi

    ini ditulis bertolak dari keprihatinan penulis akan masih sedikitnya kaum awam

    yang terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja terutama keterlibatan dalam

    kepengurusan Dewan Paroki. Oleh sebab itu penulisan skripsi ini dimaksudkan

    untuk memberikan sumbangan dalam meningkatkan keterlibatan kaum awam

    dalam karya kerasulan Gereja.

    Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak,

    yang dengan sepenuh hati, setia, meluangkan waktu, mendampingi, memberikan

    semangat, membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan dukungan

    melalui doa, motivasi, dan sumbangan ide- ide yang baik. Pada kesempatan ini

    penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terimakasih kepada:

    1. Rm. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing utama, yang

    telah memberikan perhatian, meluangkan waktu, mendampingi, membimbing

    penulis dengan penuh kesabaran, memberikan semangat, dorongan, dan

    memberikan masukan serta koreksi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

    2. Rm. Dr. C. Putranta, S.J., selaku dosen penguji II dan dosen pembimbing

    akademik yang selalu mendampingi, mendukung, menguatkan, membimbing,

  • xi

    dan memberikan semangat kepada penulis selama menempuh studi di IPPAK

    USD ini, dan dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

    3. Bapak P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji III yang telah

    memberikan dukungan dan evaluasi kepada penulis dalam

    mempertanggungjawabkan skripsi ini.

    4. Segenap staf dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

    Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis

    selama studi hingga selesainya skripsi ini.

    5. Rm. Ignatius Sukawalyana, Pr., Rm. Adolpus Suratmo, Pr., selaku Pastor

    paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta dan segenap pengurus

    Dewan Paroki Pringwulung, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan

    pikiran selama proses wawancara dan penyebaran kuesioner untuk membantu

    penulis sehingga penulis memperoleh data yang dibutuhkan.

    6. Rm. Alexander Sapta Dwi Handoko, S.C.J., sebagai Pater Propinsial

    Kongregasi S.C.J. Indonesia yang telah memberikan tugas perutusan kepada

    penulis untuk studi di IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

    Universitas Sanata Dharma.

    7. Rm. Yohanes Juliwan Maslim, S.C.J., selaku Rektor Skolastikat S.C.J. dan

    Rm. Agustinus Riyanto, S.C.J., Rm. Dr. C.B. Kusmaryanto, S.C.J, Rm. Dr.

    F.A. Purwanto, S.C.J., dan Rm. P. Sugiarto, S.C.J. selaku staf Skolastikat

    S.C.J., konfrater S.C.J. II komunitas Visma Vijaya Praya (Fr. Rudiyanto,

    S.C.J., Fr. Mardani S.C.J., Fr. Marianus, S.C.J., Fr. Oki, S.C.J., Fr. Louis,

    S.C.J., Fr. Guntoro, S.C.J., Fr. Sriyanto, S.C.J., Fr. Alfonsus, S.C.J., dan Fr.

  • xii

    Indri, S.C.J.), dan para konfrater yang telah memberikan dukungan, semangat,

    motivasi, bantuan, usulan, sarana dan prasarana selama penulis menempuh

    studi dan proses penyelesaian skripsi.

    8. Sahabat-sahabatku yang baik (Sr. Oktaviana K.S.F.L., Sr. Gratiana S.F.D., Fr.

    Irenius B.H.K., Marina Yulita, Br. Eduardus B.M., Sr. Angelina F.C.J.M., Sr.

    Yulia H.K., Hendi Kurniawan, dan Citra Kania Rahmawati Intan Putri).

    9. Teman-teman angkatan 2004 yang telah memberikan dukungan, perhatian

    kepada penulis selama penulis menempuh studi dan atas kerjasama yang baik

    selama perjalanan studi di kampus IPPAK USD.

    10. Kedua orang tua, kakak dan adik yang senantiasa memberi dukungan,

    semangat, perhatian, cinta, dan doa selama penulis menjalankan tugas

    perutusan untuk studi di Yogyakarta.

    11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per-satu, yang selama ini

    dengan tulus telah memberikan dukungan kepada penulis selama studi dan

    dalam penyusunan skripsi ini.

    Semoga Tuhan Yang Maha Kasih membalas budi baik mereka semua

    dengan berkat dan rahmat yang melimpah. Akhirnya penulis berharap semoga

    karya tulis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi pembaca,

    khususnya bagi kaum awam yang peduli tehadap perkembangan Gereja.

    Yogyakarta, 20 Desember 2008

    Penulis

    M. Triyono Yuliyanto

  • xiii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... iv

    MOTTO.......................................................................................................... v

    PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................ vi

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................... vii

    ABSTRAK .................................................................................................... viii

    ABSTRACT..................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR.................................................................................... x

    DAFTAR ISI................................................................................................. xiii

    DAFTAR SINGKATAN............................................................................... xvii

    BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    A. Latar Belakang ................................................................................ 1

    B. Rumusan Permasalahan.................................................................... 6

    C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 6

    D. Manfaat Penulisan............................................................................ 7

    E. Metode Penulisan.............................................................................. 7

    F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 8

    BAB II. GAMBARAN UMUM KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM KARYA KERASULAN SEBAGAI DEWAN PAROKI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA............................................. 10

    A. Gambaran Umum Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta ..................................................................................... 10

    1. Sejarah dan Perkembangan Paroki............................................. 11

    2. Visi dan Misi Paroki................................................................... 16

  • xiv

    3. Situasi Goegrafis Paroki............................................................. 17

    4. Situasi Umat Paroki.................................................................... 18

    B. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kerasulan Gereja sebagai Pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta............................................................... 23

    1. Gambaran Umum Dewan Paroki St. Yohanes Rasul

    Primngwulung ............................................................................ 23

    2. Pemahaman Anggota Dewan Paroki terhadap Karya Kerasulan Gereja........................................................................ 27

    3. Pemahaman Anggota Dewan Paroki Pringwulung tentang Makna Dewan Paroki .................................................... 29

    4. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja sebagai Pengurus Dewan Paroki ................................................ 33

    C. Rangkuman Permasalahan-Permasalahan Pokok dalam Keterlibatan Kaum Awam di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta............................................................... 34

    1. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja ....... 35

    2. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kepengurusan Dewan Paroki ......................................................................................... 36

    3. Pemahaman Pengurus Dewan Paroki terhadap Tugas- tugasnya ...................................................................................... 37

    4. Keterlibatan Pengurus Dewan Paroki terhadap Karya Kerasulan Gereja........................................................................ 39

    BAB III. KERASULAN KAUM AWAM DALAM KARYA KERASULAN GEREJA SEBAGAI DEWAN PAROKI.............. 40 A. Identitas Kaum Awam.................................................................... 40

    1. Pengertian Awam secara Umum................................................ 41

    2. Pengertian Awam dalam Gereja................................................. 41

    B. Kerasulan Gereja ............................................................................ 42

    1. Tritugas Kerasulan Gereja.......................................................... 44

    a. Kerasulan imamat ................................................................... 45

    b. Kerasulan kenabian................................................................ 47

    c. Kerasulan rajawi..................................................................... 49

    2. Peranan Kerasulan dalam Gereja ............................................... 51

  • xv

    C. Kerasulan Awam dalam Gereja ...................................................... 52

    1. Kerasulan Awam........................................................................ 53

    a. Pengertian kerasulan awam.................................................... 53

    b. Dasar kerasulan awam............................................................ 56

    c. Arah dan tujuan kerasulan awam ........................................... 61

    d. Spiritualitas kerasulan awam.................................................. 65

    2. Pembinaan Karya Kerasulan Awam .......................................... 67

    a. Pembinaan manusiawi............................................................ 69

    b. Pembinaan rohani................................................................... 70

    c. Pembinaan pengetahuan teologis ........................................... 71

    3. Bidang-Bidang Kerasulan Awam............................................... 71

    D. Dewan Paroki ................................................................................. 73

    1. Selayang Pandang tentang Dewan Paroki.................................. 74

    a. Sejarah Dewan Paroki ............................................................ 74

    b. Pengertian Dewan Paroki....................................................... 76

    c. Tujuan dan fungsi Dewan Paroki ........................................... 77

    2. Struktur Kelembagaan Dewan Paroki........................................ 79

    a. Dewan Paroki sebagai persekutuan umat............................... 80

    b. Pedoman dasar Dewan Paroki................................................ 82

    3. Dewan Paroki sebagai Tugas Kerasulan Gereja ........................ 96

    BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM KEPENGURUSAN DEWAN PAROKI DI PAROKI ST. YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA........................................................................... 100

    A. Latar Belakang Pemilihan Program ............................................... 101

    B. Alasan Pemilihan Tema.................................................................. 102

    C. Rumusan Tema dan Tujuan............................................................ 103

    D. Penjabaran Program ....................................................................... 105

    E. Petunjuk Pelaksanaan Program....................................................... 108

    F. Contoh Satuan Persiapan ................................................................ 109

  • xvi

    BAB V. PENUTUP....................................................................................... 124

    A. Kesimpulan..................................................................................... 124

    B. Saran............................................................................................... 127

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 130

    LAMPIRAN .................................................................................................. 133

  • xvii

    DAFTAR SINGKATAN

    A. Singkatan Kitab Suci

    Seluruh singkatan kitab suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

    Perjamjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru dengan pengantar dan catatan

    singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas

    Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV).

    Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 13.

    B. Singkatan Dokumen Gereja

    AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang

    Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.

    AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kagiatan Misioner

    Gereja, 7 Desember 1965.

    CFL : Christi Fideles Laici, Imbauan Apostolik Pasca Sinode Bapa

    Suci Yohanes Paulus II tentang Panggilan dan Tugas Kaum

    Awam Beriman di dalam Gereja dan di dalam Dunia, 12 Maret

    1989.

    KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh

    Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.

    LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

    Gereja, 21 November 1964.

  • xviii

    C. Singkatan lain

    Art : Artikel

    Bdk : Bandingkan

    HAK : Hubungan antar Agama dan Kepercayaan

    Kan : Kanon

    KAS : Keuskupan Agung Semarang

    Litbang : Penelitian dan Pengembangan

    PANKAT : Panitia Katekese

    PD : Persekutuan Doa

    PDDP : Pedoman Dasar Dewan Paroki

    PGPM : Pengurus Gereja Papa Miskin

    PIA : Pendampingan Iman Anak

    PIR : Pendampingan Iman Remaja

    PIU : Pendampingan Iman Umat

    PKL : Paguyuban Ketua Lingkungan

    PPDP : Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki

    RAPB : Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja

    SCP : Shared Christian Praxis

    Sosek : Sosial ekonomi

    St : Santo

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang

    Peristiwa Pentakosta menjadi peristiwa pertobatan orang-orang yang

    berada di kota Yerusalem dengan menyediakan diri untuk dibaptis dan menjadi

    pengikut Kristus. Mereka datang dari berbagai bangsa di bawah kolong langit

    (Kis 2:1-13) untuk menerima Pembaptisan dari para rasul. Jumlah orang yang

    menyediakan diri untuk dibaptis pada hari itu sangat banyak, jumlah mereka

    bertambah kira-kira tiga ribu jiwa (Kis 2:41). Dengan bertambahnya umat yang

    dibaptis pada saat itu, maka dibutuhkan pula para pelayan/murid untuk

    menjamin iman mereka. Karena keterbatasan jumlah para rasul, maka mereka

    memilih dan mengangkat murid-murid untuk menjamin iman umat pada saat

    itu. Bahkan para rasul secara khusus memilih tujuh orang untuk melayani orang

    miskin dan para janda (Kis 6:3-6).

    Umat kristiani, seiring perkembangan zaman, mengalami perkembangan

    di berbagai penjuru dunia. Dengan bertambahnya jumlah umat kristiani tersebut,

    maka dibutuhkan pelayan-pelayan bagi mereka dalam bidang rohani. Pada

    awalnya umat kristiani senantiasa mendapatkan pelayanan dari kaum klerus atau

    imam dan biarawan/biarawati. Menyadari akan kebutuhan pelayanan umat yang

    semakin berkembang memunculkan kesadaran kaum awam. Kebutuhan kaum

    awam turut serta dalam karya pelayanan (kerasulan) umat untuk mengambil

    bagian dan terlibat dalam karya pelayanan umat semakin besar dan mendesak

  • 2

    (CFL, art. 3). Keterlibatan kaum awam dalam karya pewartaan dan karya

    kerasulan diungkapkan dalam dokumen Apostolicam Actuositatem:

    Adapun zaman sekarang kita menuntut semangat merasul kaum awam yang tidak kalah besar. Bahkan situasi sekarang ini jelas memerlukan kerasulan mereka yang lebih intensif dan lebih luas. Sebab semakin bertambahnya jumlah manusia, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hubungan-hubungan antar manusia yang lebih erat, bukan saja memperluas tanpa batas gelanggang kerasulan awam, yang sebagian terbuka bagi mereka, melainkan juga menimbulkan masalah-masalah baru, yang menuntut perhatian serta usaha mereka yang cekatan. Kerasulan itu semakin mendesak, karena otonomi banyak bidang kehidupan manusiawi, sebagaimana wajarnya, amat banyak bertambah, adakalanya disertai suatu penyimpangan dari tata kesusilaan dan keagamaan, serta bahaya besar bagi hidup kristiani. Selain itu dibanyak daerah, jumlah imamnya sangat sedikit (AA, art. 1).

    Menanggapi perkembangan umat beriman yang semakin pesat Paus

    Celasius (492-496) membagi daerah-daerah pedesaan menjadi paroki-paroki

    (Gitowiratmo, 2003: 21). Status pembentukan paroki semakin diperjelas

    terutama dalam Konsili Trente tahun 1563 dan lebih dipertegas lagi pada tahun

    1917 dengan adanya ketentuan Hukum Gereja (Gitowiratmo, 2003: 21-26).

    Imam, dalam tugas penggembalaannya, menggembalakan umat lebih kurang

    1.000-10.000 jiwa. Melihat kenyataan tersebut mau tidak mau para

    gembala/imam membutuhkan peran serta kaum awam dalam tugas

    penggembalaan.

    Konsili Vatikan II mengadakan perubahan besar dalam Gereja. Salah

    satu perubahan yang dihasilkan dalam Konsili Vatikan II antara lain mengenai

    paroki yaitu mengikutsertakan seluruh umat dalam persekutuan orang beriman

    Kristiani (KHK, kan. 581). Hal tersebut dipertegas oleh Gitowiratmo (2003: 29)

    yang mengatakan, “sejak tahun 1965, suasana hidup menggereja lambat laun

    berubah, disadari bahwa Gereja adalah seluruh umat Allah (imam dan awam)

  • 3

    yang saling bersekutu karena sama-sama menerima panggilan Allah dalam

    Kristus”. Melalui ungkapan tersebut, semakin jelas bahwa kaum awam juga

    mempunyai peranan penting dalam kehidupan menggereja. Konsili Vatikan II

    menegaskan:

    Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat baptis telah mejadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus, dan dengan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan persatuan segenap umat kristiani dalam Gereja dan di dunia (LG, art. 31).

    Berkat Sakramen Permandian kaum awam dipanggil untuk berpartisipasi

    dalam tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus (CFL, art. 23). Peran serta

    kaum awam dalam karya kerasulan Gereja meliputi berbagai bidang kerasulan

    antara lain kerasulan jemaat-jemaat kristiani, kerasulan keluarga, kerasulan

    kaum muda, kerasulan lingkungan sosial, dan kerasulan bidang-bidang nasional

    dan internasional (AA, art. 10-14). Salah satu wujud nyata dari peranan umat

    dalam karya kerasulan Gereja yakni terlibat di dalam kepengurusan Dewan

    Paroki. Keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki, kaum awam turut

    terlibat dalam tritugas Kristus, yakni menguduskan, mewartakan, dan

    menggembalakan. Kaum awam, selain terlibat dalam tritugas Kristus, juga turut

    serta menampakkan persekutuan Allah Tritunggal yang melandasi segala

    kehidupan Gereja (KAS, 2004: 15).

    Peran serta kaum awam sangat dibutuhkan dalam usaha pendampingan

    hidup rohani umat beriman saat ini. Panggilan kaum awam untuk merasul

    merupakan panggilan kristiani. Melalui Sakramen Permandian kaum awam

    secara langsung menerima panggilan untuk mewartakan karya keselamatan

  • 4

    Allah. Dengan menerima Sakramen Penguatan panggilan untuk merasul bagi

    orang kristiani semakin dipertegas. Hal senada juga diungkapkan dalam

    dokumen Apostolicam Actuositatem art. 3 yang mengungkapkan bahwa

    kewajiban dan hak kaum awam untuk merasul berdasarkan persatuan mereka

    dengan Kristus sebagai kepalanya. Sebab, Sakramen Permandian meleburkan

    mereka ke dalam tubuh mistik Kristus, dan Sakramen Penguatan mengukuhkan

    mereka dengan daya Roh Kudus, dan dengan demikian oleh Tuhan sendiri

    menetapkan tugas kerasulan. Panggilan khusus para awam ialah mengikhtiarkan

    Kerajaan Allah dengan menyelenggarakan urusan-urusan duniawi dan

    mengaturnya menurut kehendak Tuhan (Heuken, 1967: 5). Kaum awam, dalam

    tugas perutusannya, mempunyai kekhasan yakni bersifat khas duniawi. Hal

    tersebut dipertegas oleh Tondowidjojo (1990: 32) yang mengatakan:

    Kaum awam itu hidup dalam dunia, yakni dalam semua dan setiap jabatan serta kegiatan dunia, dan dalam situasi hidup berkeluarga dan hidup kemasyarakatan yang biasa, yang merajut seluruh keberadaan mereka. Di sana mereka dipanggil Allah agar - dalam menjalankan tugas khususnya, dibimbing oleh semangat Injil - mereka menyumbang pengudusan dunia dari dalam laksana ragi. Jadi tugas mereka secara khusus ialah: menerangi dan menata semua hal ikhwal dunia, yang erat behubungan dengan mereka sehingga selalu terjadi dan berkembang sesuai dengan Kristus, dan merupakan pujian bagi Pencipta dan Penyelamat.

    Peran serta kaum awam dalam kehidupan menggereja sangat dibutuhkan

    dan menjadi partner kerja para imam dalam pelayanan dan penggembalaan umat

    (Tondowidjojo, 1990: 59). Kaum awam seringkali masih kurang menyadari dan

    kurang memahami betapa pentingnya kehadiran mereka dalam kehidupam

    menggereja terutama dalam karya kerasulan. Salah satu bentuk karya kerasulan

    yang membutuhkan peranan kaum awam antara lain keterlibatan di dalam

  • 5

    kepengurusan Dewan Paroki. Kaum awam beranggapan bahwa karya kerasulan

    merupakan tugas para imam, religius, dan kaum biarawan/biarawati (tanggung

    jawab kaum berjubah). Sebagai akibat dari anggapan tersebut kaum awam

    kurang melibatkan diri dalam karya kerasulan baik di paroki, lingkungan

    masing-masing, maupun di dalam masyarakat.

    Dewan Paroki merupakan lembaga Gereja yang kehadirannya sangat

    dibutuhkan di dalam suatu paroki. Dewan Paroki mempunyai peranan sentral di

    dalam paroki karena Dewan Paroki merupakan suatu bentuk persekutuan umat

    yang didalamnya orang-orang beriman tertentu (kaum awam) menerima

    tanggung jawab pelayanan pastoral bersama dengan gembala mereka sebagai

    pemersatunya. Hidup matinya Dewan Paroki sebagai lembaga pelayanan umat

    sungguh-sungguh tergantung dari dukungan, keterlibatan, dan peran serta umat

    setempat.

    Kekurang-terlibatan kaum awam dalam kepengurusan Dewan Paroki dapat

    disebabkan oleh berbagai latar belakang, seperti merasa tidak pantas, kurang

    mampu, mempunyai kesibukan kerja atau masih aktif di dunia kerja, dan

    sebagainya. Keterlibatan kaum awam juga sangat dibutuhkan, antara lain dalam

    hal pendampingan, membutuhkan pemimpin atau orang yang dituakan (pemuka

    umat) untuk menjamin kehidupan iman mereka.

    Penulis mengalami keprihatinan ketika melihat bahwa kaum awam

    masih kurang terlibat aktif untuk mengambil bagian dalam tugas kerasulan

    Gereja salah satunya keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki. Sebagai

    wujud keprihatinan penulis, maka dalam penulisan ini, penulis mencoba

    mengangkat masalah tersebut dengan mengambil judul “Keterlibatan kaum

  • 6

    awam dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di

    Paroki Santo Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta”.

    B. Rumusan Permasalahan

    Permasalahan pokok yang ingin dibahas oleh penulis dalam skripsi ini

    dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

    1. Sejauh mana kaum awam di paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung,

    terlibat di dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki?

    2. Sejauh mana Gereja memahami keterlibatan kaum awam dalam karya

    kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki?

    3. Sejauh mana peranan katekese dalam meningkatkan peranan kaum awam

    dalam kepengurusan Dewan Paroki di paroki St. Yohanes Rasul

    Pringwulung?

    C. Tujuan Penulisan

    Untuk lebih jelasnya tujuan penulisan “Keterlibatan kaum awam

    dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki

    Santo Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta” adalah:

    1. Untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan kaum awam di paroki St.

    Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta dalam tugas perutusan Gereja

    terutama dalam keterlibatan sebagai pengurus Dewan Paroki.

    2. Untuk memberikan sumbangan kepada Gereja tentang pemahaman Dewan

    Paroki sebagai salah satu perwujudan tugas kerasulan Gereja.

  • 7

    3. Untuk meningkatkan peranan kaum awam dalam karya kerasulan Gereja

    sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung,

    Yogyakarta.

    4. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan kelulusan sarjana Strata 1

    (S1) Program Studi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

    Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

    D. Manfaat Penulisan

    1. Melalui penulisan, wawancara, dan penyebaran kuesioner ini penulis

    memperoleh wawasan yang luas tentang teori keterlibatan kaum awam

    dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St.

    Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.

    2. Melalui penulisan ini, dapat dijadikan oleh penulis sebagai dasar untuk

    semakin mendalami peranan kaum awam dalam tugas kerasulan Gereja

    sebagai pengurus Dewan Paroki.

    3. Melalui penulisan ini, dapat semakin memperluas wawasan, sebagai bahan

    refleksi, dan untuk meningkatkan peranan kaum awam dalam tugas

    kerasulan sebagai kepengurusan Dewan Paroki.

    E. Metode Penulisan

    Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

    metode deskriptif yaitu mendalami tentang keterlibatan kaum awam dalam

    karya kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes

    Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Sebagai dasar dari penulisan ini, penulis

  • 8

    melakukan pengedaran angket dan melakukan wawancara kepada anggota dan

    pengurus Dewan Paroki serta kepada romo paroki. Selain itu penulis juga

    berusaha mengembangkan refleksi pribadi melalui studi pustaka menggunakan

    buku-buku pendukung dari para ahli yang berkompeten di bidangnya selama

    penulisan skripsi ini. Akhirnya menjadi sebuah bahan refleksi bagi kaum awam

    dan pengurus Dewan Paroki untuk terlibat di dalam mengambil bagian dalam

    tugas kerasulan Gereja. Semoga melalui refleksi tersebut semakin banyak kaum

    awam yang terlibat di dalam karya kerasulan Gereja terutama keterlibatan kaum

    awam di dalam kepengurusan Dewan Paroki.

    F. Sistematika Penulisan

    Penulisan skripsi ini yang berjudul “Keterlibatan kaum awam dalam

    tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki Santo

    Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta” terdiri dari beberapa bab, yakni

    sebagai berikut:

    Bab I berisi pendahuluan. Pada bab pendahuluan ini, penulis menuliskan

    latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

    penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

    Bab II memberikan gambaran umum keterlibatan kaum awam dalam

    karya kerasulan sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul,

    Pringwulung, Yogyakarta. Bertolak dari judul bab tersebut penulis pertama-tama

    mengangkat tentang sejarah paroki, situasi umat paroki, dan keterlibatan kaum

    awam dalam kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki.

  • 9

    Bab III menjelaskan kerasulan awam dalam karya kerasulan Gereja

    sebagai Dewan Paroki. Dari judul besar tersebut penulis mencoba menjelaskan

    tentang identitas kaum awam, kerasulan awam dalam Gereja, kerasulan Gereja,

    dan membahas tentang Dewan Paroki yang berisi Dewan Paroki dalam Konsili

    Vatikan II, struktur kelembagaan Dewan Paroki, dan Dewan Paroki Sebagai

    tugas kerasulan Gereja.

    Bab IV menjabarkan usulan program katekese untuk meningkatkan

    keterlibatan kaum awam kepengurusan Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes

    Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Penulis dalam penulisan ini menjabarkan

    tentang latar belakang pemilihan program, alasan pemilihan tema, penjabaran

    program, rumusan tema dan tujuan, petunjuk pelaksanaan program, dan contoh

    satuan persiapan.

    Bab V sebagai bagian penutup untuk mengakhiri rangkaian penulisan

    skripsi ini. Pada bagian ini penulis memberikan kesimpulan dari karya tulis ini

    serta memberikan beberapa saran untuk meningkatkan peranan kaum awan

    dalam tugas kerasulan Gereja terutama sebagai pengurus Dewan Paroki.

  • 10

    BAB II

    GAMBARAN UMUM KETERLIBATAN KAUM AWAM

    DALAM KARYA KERASULAN SEBAGAI DEWAN PAROKI PAROKI

    SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA

    Perkembangan Gereja yang semakin pesat menumbuhkan kesadaran

    umat untuk terlibat dalam karya penggembalaan. Kesadaran Gereja dalam turut

    mengambil bagian dalam tugas penggembalaan umat dapat diwujudkan melalui

    berbagai macam bentuk keterlibatan sesuai kemampuan masing-masing. Santo

    Paulus mengatakan: “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa

    pelayanan tetapi satu Tuhan” (1 Kor 12:4-5). Setiap orang mendapatkan

    anugerah dan talenta yang berbeda-beda (Mat 25:14-30) untuk dikembangkan

    dalam berbagai bentuk pelayanan. Kehidupan menggereja mempunyai banyak

    bentuk pelayanan yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan yang bertujuan

    agar semua manusia memperoleh keselamatan, kebahagiaan, dan lain- lain.

    A. Gambaran Umum Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta

    Gereja, yang merupakan paguyuban umat yang beriman kepada Yesus

    Kristus, dipahami sebagai kesatuan iman yang dibangun bersama-sama oleh

    seluruh umat beriman Katolik, sehingga kehidupan dan perkembangannya

    menjadi tanggung jawab bersama. Sebagai salah satu usaha mengembangkan

    kehidupan umat dan mempermudah pengkoordinasian umat dibentuklah paroki-

    paroki. Paroki, dalam PDDP Keuskupan Agung Semarang 2004, sebagai bentuk

    persekutuan paguyuban-paguyuban umat beriman sebagai bagian dari

  • 11

    keuskupan dalam batas-batas teritorial tertentu. Dengan adanya persekutuan

    umat yang memiliki batas-batas teritorial tertentu maka pengkoordinasian dan

    pelayanan umat dapat semakin dipermudah dan lebih maksimal. Salah satu

    wujud paguyuban umat Allah berdasarkan batas teritorial tertentu yakni Paroki

    St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Untuk mengenal lebih jauh

    Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta, maka pada bagian ini

    membicarakan tentang sejarah dan perkembangan, Visi dan misi, letak

    geografis, dan situasi umat Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.

    1. Sejarah dan Perkembangan Paroki

    Sejak didirikannya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun

    1955, ternyata membawa perkembangan baru dalam Gereja terutama gereja

    Paroki Baciro. Pada tahun 1964, saat itu romo Paroki Baciro yakni Romo J.

    Stormmesand, S.J. Setelah Universitas Sanata Dharma didirikan, umat kring

    Mrican dan kring Kolombo tidak perlu jauh-jauh pergi ke Paroki Baciro untuk

    merayakan Perayaan Ekaristi harian maupun hari Minggu, melainkan di kapel

    Sanata Dharma (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki

    Pringwulung, 2007: 15).

    Pada tahun 1967 terjadi pergantian romo Paroki Baciro, dari Romo J.

    Stormmesand, S.J. digantikan oleh Romo A. Prodjosuto, S.J. Pergantian romo

    paroki ternyata juga membawa perubahan kebijakan yang berbeda yakni bahwa

    seluruh kegiatan umat di wilayah Baciro dipusatkan di paroki. Setelah

    pergantian pastor paroki yang baru yaitu Romo F.X. Tan Soe Ie, S.J. pada tahun

    1970, kebijakan berubah lagi. Beliau menekankan agar kegiatan-kegiatan umat

  • 12

    berkembang di lingkungan- lingkungan. Kebijakan ini juga diteruskan oleh romo

    paroki yang menggantikannya pada tahun 1977 yaitu Romo Al. Utoyo, Pr. Ia

    memberikan perhatian khusus pada kegiatan di lingkungan- lingkungan yang

    berada di bagian utara Paroki Baciro. Umat lingkungan Mrican dan lingkungan

    Kolombo mengalami perkembangan, maka dua lingkungan tersebut dimekarkan

    menjadi 4 (empat) lingkungan yaitu lingkungan Mrican, Pringgodani,

    Karangasem, dan Deresan, pemekaran tersebut terjadi pada tahun 1978. Pada

    tahun-tahun berikutnya Lingkungan Kolombo dimekarkan menjadi 5 (lima)

    lingkungan yaitu lingkungan Kolombo, Kepuh, Demangan, Ambarukmo, dan

    Janti (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007:

    15).

    Pada saat Romo F.A. Susilo, S.J. ditunjuk untuk membantu romo paroki,

    beliau mendapat tugas secara khusus untuk memimpin umat yang kegiatannya

    berpusat di kapel Sanata Dharma. Pada tahun itu pula Romo Susilo, S.J.

    membentuk “Dewan Stasi” yang diketuai oleh Bapak G.A. Karyono. Pada saat

    itulah dianggap sebagai “Berdirinya stasi Mrican”. Dengan berdirinya stasi

    Mrican, sejak 1 Juli 1981 keuangan stasi dipisahkan dari keuangan pastoran

    Sanata Dharma dan dikelola oleh umat sendiri (Tim Penyusun Buku Kenangan

    Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 16).

    Pada tahun 1982 Romo Vicaris Capitularis Keuskupan Agung Semarang

    berkunjung ke Paroki Baciro dalam rangka penerimaan Sakramen Krisma.

    Kesempatan ini dimanfaatkan umat stasi Mrican untuk mengungkapkan

    keinginannya agar stasi Mrican dalam waktu dekat dapat menjadi paroki dan

    pada saat itu secara resmi mendirikan Pengurus Gereja dan Papa Miskin

  • 13

    (PGPM) di wilayah gereja St. Ignatius Mrican. Pada tahun yang sama, wakil

    umat bertemu Provinsial S.J., Romo J. Darmaatmaja, S.J., kepada beliau

    dikemukakan permohonan menggunakan kapel Sanata Dharma sebagai gereja

    paroki (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007:

    16).

    Berdasarkan surat keputusan No. 002/II/1983, tanggal 1 Februaru 1983,

    PGPM membentuk suatu susunan Panitia Persiapan Pendirian Paroki Mrican,

    yang diketuai oleh Bapak A. Tutoyo. Sementara itu permohonan penggunaan

    kapel Sanata Dharma sebaga i gereja paroki kepada Dewan Pengurus dan

    Kurator Yayasan Sanata Dharma telah dikabulkan dengan surat keputusan No.

    042/ AK/84, tanggal 25 Juni 1984. Pada tahun tersebut stasi Mrican untuk

    pertama kalinya menyelenggarakan Sakramen Krisma (Tim Penyusun Buku

    Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 16).

    Setelah menjabat romo stasi selama 6 (enam) tahun, pada tahun 1986

    Romo F.A. Susilo, S.J. digantikan oleh Romo J. Madyasusanta, S.J. dan romo

    Paroki Baciro digantikan oleh Romo Al. Wahyosudibya, Pr yang dibantu oleh

    Romo P. Supriyanto, Pr. Pada tuhun tersebut terjadi pembagian wilayah yaitu

    lingkungan Ambarukmo dimekarkan menjadi 2 (dua), wilayah di sisi selatan

    Jalan Solo masuk Paroki Baciro dan wilayah utara Jalan Solo masuk stasi

    Mrican, lalu berganti nama menjadi lingkungan Nologaten. Pada tahun 1987,

    lingkungan Pringwulung yang semua menjadi bagian dari Paroki Banteng

    bergabung menjadi warga umat stasi Mrican. Dengan penggabungan tersebut

    stasi Mrican memiliki 11 lingkungan (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang

    Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 16).

  • 14

    Pada 15 Mei 1989 dikeluarkan surat keputusan romo Paroki Baciro, Romo

    Al. Wahyosudibya, Pr, No. 001/Rm.P/SK.P/DPGKRB/89, tentang pengangkatan

    Panitian Pembangunan Gereja Mrican kedua, masa bakti 1989 sampai 1992.

    Pada saat itu tanah yang akan digunakan untuk pembangunan gereja, panti

    paroki, dan pastoran sudah tersedia di Pandean, Gandok, Condongcatur seluas

    3.165 m2 (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung,

    2007: 17).

    Pada 15 Mei 1992, kepanitiaan Pembangunan Gereja Mrican berakhir,

    akan tetapi tugas belum selesai. Maka pada 25 Juni 1993 dilakukan

    pembentukan panitia dan pengurus yang baru dan dilantik pada 1 Juli 1993

    dengan masa bakti sampai dengan 31 Desember 1996. Panitia pembangunan

    yang baru ini kembali diketuai oleh Bapak J.B. Daliyo SH. Saat Bupati Dati II

    Sleman dijabat oleh Bapak Drs. H. Arifin Ilyas, beliau menyarankan

    memindahkan lokasi pembangunan gedung gereja. Maka lokasi pembangunan

    gereja yang semula berlokasi di sebelah barat Sungai Gajah Wong, Pandean,

    Gandok, Condongcatur ditukar dengan tanah kas desa Condongcatur yang

    terletak di tepi Sungai Gajah Wong Pringwulung dengan pertimbangan bahwa

    tanah tersebut lebih sesuai. Pada tanggal 23 Februari 1993 sertifikat tanah

    pengganti diterima (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki

    Pringwulung, 2007: 17).

    Pembangunan gereja, panti paroki, dan pastoran dimulai pada tanggal 10

    April 1994. Pada saat itu penggembalaan umat stasi Mrican dilaksanakan

    langsung di bawah koordinasi romo Paroki Baciro, Romo J.M. Harjoyo, Pr,

    yang kemudian digantikan oleh Romo FX. Wiyono, Pr yang dibantu oleh Romo

  • 15

    S. Atas Wahyudi, Pr. Sejak 27 Desember 1996 status Stasi Mrican ditingkatkan

    menjadi Paroki Administratif dengan pelindung St. Yohanes Rasul dan Romo S.

    Atas Wahyudi, Pr sebagai romo Paroki Administratif. Nama Mrican pun

    bergeser sesuai dengan nama dusun tempat gereja dibangun yaitu Pringwulung.

    Pada tanggal 27 Desember 1997 gereja Paroki Administratif St. Yohanes

    Pringwulung diresmikan, sekaligus penetapan dari paroki Administratif menjadi

    paroki mandiri, dengan Romo S. Atas Wahyudi, Pr sebagai romo paroki (Tim

    Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 17-18).

    Pada tahun 1997 Paroki Pringwulung telah terbentuk, ada 11 lingkungan

    yang termasuk dalam paroki ini yaitu Deresan, Karangasem, Kepuh, Kolombo,

    Kuningan, Mrican, Nologaten, Pringgodani, Pringwulung I, Pringwulung II, dan

    Samirono. Pada tahun 1998, Lingkungan Ngropoh yang semula bagian dari

    Paroki Banteng bergabung dengan Paroki Pringwulung. Pada tahun 2000,

    Romo Paulus Susanto, Pr ditugaskan oleh keuskupan untuk membantu

    pelayanan umat di paroki tersebut. Sejak berdirinya Paroki St. Yohanes Rasul,

    Pringwulung, Yogyakarta sampai tahun 2008 ini ada beberapa romo yang

    bertugas di paroki tersebut dan beberapa kali pergantian pastor paroki antara lain

    Romo Bonifasius Benny Bambang Sumintarto, Pr., Romo FX. Sumantoro, Pr.,

    Romo Yohanes Iswahyudi, Pr., dan pada tahun 2007 sampai sekarang Paroki St.

    Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta digembalakan oleh Romo Ignatius

    Sukawalyana, Pr selaku romo kepala dan Romo Adolfus Suratmo Atmamartaya,

    Pr (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 18).

    Gereja Paroki Pringwulung menggunakan nama Santo Yohanes Rasul

    sebagai nama pelindung paroki. Alasan umat memilih Santo Yohanes Rasul

  • 16

    sebagai pelindung Gereja ini antara lain bahwa Santo Yohanes adalah seorang

    rasul yang mempunyai semboyan hidup: “Yesus adalah jalan, kebenaran, dan

    hidup” (Yoh 14: 6). Santo Yohanes berusaha sekuat tenaga agar hidupnya bisa

    dihayati dan dijiwai cinta kasih Kristus. Pengalaman dikasihi Allah (Yoh 13:23)

    menjadikan pengalaman pribadi yang ditawarkan kepada semua orang. Santo

    Yohanes Rasul memberikan teladan agar Gereja tetap mengikuti jalan Yesus

    yang mengungkapkan cintakasih Allah dan menerima setiap orang sebagai

    sahabat-sahabatnya (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki

    Pringwulung, 2007: 30).

    2. Visi dan Misi Paroki

    Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung memiliki visi dan misi paroki

    sebagai arah dan tujuan paroki agar menjadi seperti diharapkan oleh umat paroki

    setempat. Visi dan misi Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung (Tim Penyusun

    Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 3) dirumuskan

    sebagai berikut:

    Visi Umat Allah Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung bercita-cita menjadi murid Yesus yang setia mewartakan sabda Tuhan, mengembangkan rahmat Allah, menghayati, mengungkapkan, dan mewujudkan iman dalam hidup menggereja dan hidup memasyarakat. Misi 1. Menumbuh kembangkan iman dalam keluarga sebagai basis hidup beriman. 2. Membangun dan mengembangkan paguyuban-paguyuban yang berciri terbuka. 3. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemberdayaan umat dan

    masyarakat dengan mendayagunakan seluruh potensi dan aspirasi umat secara terkoordinasi.

  • 17

    4. Menyelenggarakan pelayanan sosial, pelayanan kesehatan, pendidikan dan pembinaan demi peningkatan kesejahteraan umat dan masyarakat sekitar.

    5. Memberikan perhatian dan kepedulian kepada seluruh umat terutama mereka yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir serta cacat.

    6. Membangun habitus baru; mengangkat martabat pribadi manusia dan melestarikan keutuhan ciptaan.

    3. Situasi Geografis Paroki

    Gereja Santo Yohanes Rasul Pringwulung sejak 27 Desember 1996 telah

    berubah statusnya dari stasi Mrican menjadi Paroki Administratif dan menjadi

    paroki mandiri. Paroki Santo Yohanes Rasul beralamatkan di Jalan Panuluh no.

    377 A, Pringwulung, Depok, Sleman, Yogyakarta. Sebelah barat bangunan

    gereja berbatasan langsung dengan Sungai Gajah Wong, yang memebatasi

    rumah penduduk dengan gereja, sebelah timur gereja merupakan tanah lapangan

    kosong milik desa yang biasa digunakan oleh masyarakat sekitar untuk sepak

    bola atau bola volley, akan tetapi bila hari besar seperti Natal dan Paskah

    digunakan sebagai lahan parkir kendaraan umat. Bagian utara gereja merupakan

    pemukiman penduduk dan terdapat juga Wisma keuskupan (Wisma Domus

    Pacis). Adapun batas-batas wilayah Paroki Santo Yohanes Pringwulung

    [Lampiran 5: (24)] adalah sebagai berikut:

    Sebelah utara : Paroki Banteng dan Minomartani.

    Sebelah timur : Paroki Baciro (stasi Babarsari).

    Sebelah selatan : Paroki Baciro.

    Sebelah barat : Paroki Kota Baru.

    Jarak gereja Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung dengan jalan raya

    (Jalan Afandi dahulu Jalan Gejayan) lebih kurang 300 meter. Dengan jarak yang

  • 18

    demikian bagi umat yang mempunyai kendaraan pribadi bukan menjadi kendala,

    akan tetapi bagi umat yang tidak mempunyai kendaraan pribadi bukan hal yang

    mudah. Karena bagi yang menggunakan kendaraan bus umum harus berjalan

    kaki 10 sampai 15 menit untuk sampai ke gereja. Maka kadang ada umat yang

    merasa keberatan untuk pergi ke gereja Pringwulung terutama bagi orang-orang

    tua. Sebagai solusi dan alternatif lain mereka sebagian pergi ke gereja lain

    seperti gereja Kota Baru, kapel Mrican, kapel Santa Anna, kapel Panti Rapih

    dan biara Klaris yang lebih mudah di jangkau. [Lampiran 3:(15)].

    4. Situasi Umat Paroki

    Gereja Pringwulung sebagai paroki mandiri baru berusia beberapa tahun

    dan dapat digolongkan sebagai paroki muda. Peningkatan dari Paroki

    Administratif menjadi paroki mandiri sudah seharusnya diikuti dengan

    mengetahui dan memperhitungkan keadaan lingkungan yang ada di paroki

    tersebut. Hal tersebut dikarenakan paroki terbentuk karena adanya lingkungan-

    lingkungan. Paroki St. Yohanes Pringwulung saat ini telah mempunyai 13

    lingkungan. Nama-nama lingkungan yang ada di Paroki St. Yohanes Rasul,

    Pringwulung, Yogyakarta tersebut yakni [Lampiran 4: (23)]:

    a. Lingkungan St. Albertus Magnus Deresan b. Lingkungan St. Stephanus Kepuh c. Lingkungan St. Philipus Kuningan d. Lingkungan St. Stanislaus Karangasem e. Lingkungan Brayat Minulyo Nologaten f. Lingkungan Maria Carmel Kolombo g. Lingkungan St. Yusup Mrican h. Lingkungan Santa Perawan Maria Ngropoh i. Lingkungan Emmanuel Pringgondani j. Lingkungan St. Patricius Pringwulung I k. Lingkungan Angela Merici Pringwulung II

  • 19

    l. Lingkungan St. Margareta Maria Alacoque Pringwulung III m. Lingkungan St. Kristoforus Samirono.

    Jumlah umat Katolik Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta

    secara keseluruhan berdasarkan statistik 31 Desember 2007 berjumlah 3.946

    jiwa (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007:

    22). Jumlah tersebut tidak termasuk mahasiswa/pelajar dan biarawan/biarawati

    yang tinggal dan berdomisili di wilayah Paroki Pringwulung. Jumlah mahasiswa

    yang berdomisili dan kos di wilayah Paroki Pringwulung lebih kurang 1.000

    orang, hal tersebut didukung dengan banyaknya Universitas dan sekolah yang

    berada di wilayah Paroki Pringwulung seperti Universitas Sanata Dharma,

    Universitas Atma Jaya, Universitas Negeri Yogyakarta, AKS Tarakanita,

    Akademi Pariwisata, Sekolah Tinggi Pertanian, Kolese De Brito, dan lain- lain.

    Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung salah satu kekhasannya adalah

    mempunyai banyak kaum muda baik yang asli maupun pendatang. Jumlah kaum

    muda pendatang di paroki ini sangat banyak, hal ini disebabkan dengan adanya

    universitas-universitas besar yang ada di sekitar paroki. Dengan adanya kaum

    muda di Paroki Pringwulung ini tentu membawa warna yang khusus apalagi

    mereka berasal dari berbagai daerah yang ada di belahan Nusantara ini.

    Kehadiran kaum muda yang beraneka ragam dan beraneka budaya memberikan

    kekayaan tersendiri bagi Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.

    Menanggapi hal ini paroki memberikan perhatian kepada kaum muda dengan

    melibatkan dalam berbagai kegiatan. Salah satu bentuk perhatian paroki

    terhadap kaum muda seperti paduan suara mudika dan misa inovatif dengan

    gaya anak muda (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki

  • 20

    Pringwulung, 2007: 22). Untuk tindakan lebih lanjut sampai saat ini pihak

    paroki belum mempunyai kebijakan berkaitan dengan banyaknya kaum muda

    yang kos di wilayah Paroki Pringwulung tetapi sudah menjadi sebuah wacana

    dan pemikiran kedepan [Lampiran 3: (16)].

    Kekhasan lain yang dimiliki oleh Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung

    lainnya yaitu banyak komunitas imam biarawan biarawati yang berada di

    wilayah paroki ini. Ada lebih kurang 27 komunitas religius baik imam, Bruder,

    maupun komunitas suster (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki

    Pringwulung, 2007: 73-78; bdk. KAS, 2008: 163-174) yakni sebagai berikut:

    • Tarekat Suster Cinta Kasih Santo Boromeus (C.B.)

    • Kongregasi Pengikut Yesus (C.I.J. = Congregatio Imitationis Jesu)

    • Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda Berbelaskasih (C.M.M. =

    Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis Matris Misericoriae)

    • Suster Pasionis Santo Paulus dari Salib (C.P.)

    • Sahabat Setia Yesus (F.C.J. = Faithful Companis of Jesus)

    • Putri Cintakasih Canossiana (F.d.C.C. = Figlie della Carita Canossiana)

    • Putri Bunda Hati Kudus (P.B.H.K.)

    • Kongregasi Fransiskus Misionaris Maria (F.M.M.)

    • Fransiskanes Santa Elisabeth (F.S.E.)

    • Frater Hamba-hamba Kristus (H.H.K.)

    • Suster-suster Belaskasih dari Hati Kudus Yang Maha Kudus (H.K.)

    • Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (K.S.F.L.)

  • 21

    • Ordo Saudara-saudara Hina Fransiskan (O.F.M. = Ordo Fratrum

    Minorum)

    • Ordo Santa Ursula (O.S.U.)

    • Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (S.C.J. = Congregatio

    Sacerdotum a Sacro Corde Jesu)

    • Serikat Jesus (S.J. = Societas Jesu)

    • Kongregasi Suster Cintakasih dari Maria Bunda yang Berbelaskasih

    (S.C.M.M. = Congregatio Sororum Caritatis a Nostra Domina Matre

    Misericordiae)

    • Suster Dina Santo Yosef (S.M.S.J. = Sorores Minores Sancti Josephi)

    • Serikat Sabda Allah (S.V.D. = Societas Verbi Divini)

    • Kongregasi Suster Fransiskus Dina (S.F.D. = Congregatie Zusters

    Franciscanessen van Dongen)

    • Wisma Imam Projo Keuskupan Ruteng

    • Wisma Imam Projo Atambua

    • Kongregasi Suster Cintakasih dari Yesus dan Maria Bunda Pertolongan

    Baik (K.Y.M.)

    • Kongregasi Suster Santa Perawan Maria (S.P.M. = Zusters van Onze Lieve

    Vrouw)

    • Ordo Suster Santa Klara (OSC = Ordo Sanctae Clarae)

    • Kongregasi Suster Fransiskanes Sambas (K.F.S.)

    • Wisma Imam Projo Keuskupan Agung Semarang “Domus Pacis”

  • 22

    Dengan banyaknya komunitas tarekat religius maupun imam yang berada

    di Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung ini membawa warna tersendiri dalam

    kehidupan menggereja umat setempat. Kehadiran komunitas religius dan imam

    banyak membantu kegiatan rohani maupun kegiatan yang lain di Paroki

    Pringwulung. Romo paroki menyadari bahwa selama ini kurang menyapa

    komunitas-komunitas religius yang bedomisili di paroki Pringwulung. Untuk

    kembali menjalin komunikasi dengan komunitas religius seperti yang pernah

    diadakan oleh romo paroki sebelumnya, romo paroki mempunyai program untuk

    mengadakan kunjungan dan menjalin komunikasi dengan komunitas-komunitas

    religius yang berada di paroki Pringwulung. [Lampiran 3: (16-17)].

    Sebagai usaha meningkatkan perkembangan iman, Paroki St. Yohanes

    Rasul Pringwulung memberikan kesempatan kepada umat untuk membentuk

    dan bergabung ke dalam kelompok komunitas-komunitas dan paguyuban-

    paguyuban. Adapun kelompok komunitas dan paguyuban yang ada di Paroki

    Pringwulung antara lain Putra-Putri Altar St. Dominicus Savio, mudika paroki,

    paduan suara mudika paroki Cantemus, komunitas lektor St. Yohanes

    Krisostomus, persekutuan doa karismatik, paguyuban kasepuhan Yuswa Adi,

    paguyuban Santa Monika, paguyuban seni gerak badan pernafasan Cokro

    Kembang Indonesia, dan komunitas Sant’Egidio. Beberapa komunitas dan

    paguyuban yang ada tersebut (kemungkinan masih banyak lagi bentuk kegiatan

    yang lain) sebagai wujud peran serta umat paroki dalam mengembangkan bakat

    dan iman melalui berbagai kegiatan. Gereja juga membuka kemungkinan adanya

    kegiatan umat demi pengembangan umat (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang

    Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 18).

  • 23

    B. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kerasulan Gereja Sebagai Pengurus

    Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta

    Kepemimpinan dalam Gereja Vatikan II bukanlah kepemimpinan

    hierarkis, tetapi kepemimpinan partisipatif. Seluruh umat terlibat dalam

    membangun dan mengembangkan Gereja umat Allah. Seluruh umat dipanggil

    untuk menghadirkan dan mengaktifkan Gereja di tempat-tempat dan keadaan-

    keadaan manapun yang menuntut keterlibatan seluruh umat. Kristus

    menghendaki agar kesaksian dan pelayanan-Nya dilanjutkan oleh Gereja; maka

    Kristus menganugerahkan tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus kepada

    Gereja.

    1. Gambaran Umum Dewan Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung

    Kemajuan dan perkembangan suatu paroki tidak dapat lepas dari

    peranserta anggota Gereja setempat. Demikian halnya yang terjadi dengan

    Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Berkat usaha dan kerja

    sama umat setempat, Paroki Pringwulung yang semula hanya sebuah stasi

    akhirnya dapat menjadi paroki yang besar. Itulah yang menjadi kerinduan umat

    stasi Mrican pada saat itu untuk mempunyai gereja paroki. Peran serta umat

    begitu gigih untuk mendirikan suatu paroki seperti yang mereka harapkan. Akan

    tetapi pembangunan suatu paroki tidak hanya berhenti dengan terwujudnya

    suatu bangunan gereja akan tetapi juga memperhatikan pembangunan jemaat

    setempat.

    Kaum awam, dengan menerima Sakramen Permandian, Penguatan, dan

    Ekaristi, mereka dipanggil untuk mewartakan karya keselamatan Allah. Melalui

  • 24

    panggilan tersebut kaum awam menyadari akan tugas perutusan mereka untuk

    mewarakan Kristus melalui kekhasan hidup mereka yakni meresapi hidup

    sehari-hari dalam setiap pekerjaan mereka dengan semangat Kristus (Sumarno

    Ds., 2005: 3). Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostolik Christi Fideles

    Laici art. 7 mengatakan sebagai berikut: kaum awam beriman mempunyai

    peranan yang hakiki dan tidak tergantikan dalam pewartaan Injil ini dan dalam

    kesaksian ini: melalui merekalah Gereja Kristus dihadirkan di dalam berbagai

    sektor dunia, sebagai tanda dan sumber pengharapan serta kasih.

    Kaum awam mempunyai peranan yang sangat penting dan tidak

    tergantikan dalam karya pewartaan Injil dan kesaksian hidup di tengah dunia.

    Salah satu wujud peranan kaum awam dalam Gereja yakni terlibat dalam

    kepengurusan Dewan Paroki. Dewan Paroki merupakan salah satu wadah

    peningkatan peranan kaum awam dalam perutusan Gereja (Sumarno Ds., 2005:

    3). Menurut PDDP Keuskupan Agung Semarang Dewan Paroki merupakan:

    persekutuan para pelayan umat Allah yang terdiri dari imam sebagai wakil

    Uskup dan kaum awam serta biarawan/biarawati (bila ada) sebagai wakil umat

    bersama-sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk terlibat dalam tritugas

    Kristus, yakni menguduskan, mewartakan, dan menggembalakan (KAS, 2004:

    15).

    Keterlibatan sebagai pengurus Dewan Paroki, kaum awam bertindak

    sebagai wakil umat, berperan sebagai pelayan umat bersama romo paroki dalam

    tugas pengudusan, pewartaan, dan penggembalaan. Sebagai wakil umat maka

    Dewan Paroki berfungsi sebagai badan konsultatif yang menampung suara dan

    aspirasi umat, mengkoordinasikan hubungan dan interaksi yang hidup antara

  • 25

    imam dan umat, sehingga peranan kaum awam tampak dalam dinamika paroki

    (KHK, kan. 536). Dewan Paroki sebagai organ tanggung jawab bersama atas

    kehidupan dan kesaksian Kristus yang diwujudkan melalui ibadat, pewartaan,

    karya misioner, amal, pendidikan, kerasulan umum, dan khususnya diantara

    muda-mudi. Maka Dewan Paroki mempunyai peranan yang sangat penting

    dalam perkembangan suatu paroki.

    Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta

    dalam pelaksanaannya sesuai dengan Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan

    Agung Semarang tahun 2004. Pelaksanaan dan semua penyelenggaraan tata

    penggembalaan Dewan Paroki senantiasa menyesuaikan dan menyelaraskan

    dengan PDDP yang telah disusun oleh keuskupan setempat yakni Keuskupan

    Agung Semarang. Sebagai paroki muda, Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung,

    terus menerus berusaha meningkatkan dan mengembangkan tata penggembalaan

    Dewan Paroki agar dapat semakin sesuai dengan perkembangan zaman dan

    perkembangan umat. Sebagai salah satu usaha yang nyata dalam mengusahakan

    peningkatan dan pengembangan umat Dewan Paroki sedang menyusun

    Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki (PPDP).

    Dewan Paroki sebagai wadah peningkatan peranan kaum awam dalam

    perutusan Gereja dan badan konsultatif (Sumarno Ds., 2005: 3). Dewan Paroki

    Pringwulung memiliki beberapa bidang antara lain Bidang Liturgi dan

    Peribadatan, Bidang Pewartaan, Bidang Paguyuban dan Persaudaraan, Bidang

    Pelayanan Kemasyarakatan, Bidang Fasilitas dan Litbang [Lampiran 4: (21-23)].

    Bidang Liturgi dan Peribadatan meliputi tim kerja Prodiakon, tim kerja

    Lektor, tim kerja Putra altar dan Koor Bosco, tim kerja Koor Dirigen dan

  • 26

    Organis, tim kerja Pemazmur, tim kerja Paramenta, tim kerja Misa Harian, dan

    tim kerja Tatalaksana Mingguan. Bidang Pewartaan meliputi tim kerja PIA, tim

    kerja PIR, tim kerja PIU, tim kerja Katekis, dan tim kerja Kitab Suci. Bidang

    Paguyuban dan Persaudaran meliputi tim kerja PD St. Monica, tim kerja

    Paguyuban Remaja, tim kerja Cendikiawan, tim kerja Mariage Encounter, tim

    kerja Ibu- ibu Paroki, tim kerja Kasepuhan, tim kerja Mudika, tim kerja

    Kebatinan, tim kerja Karismatik, dan tim kerja Worosemedi. Bidang Pelayanan

    Kemasyarakatan meliputi tim kerja Pendidikan, tim kerja Kesehatan, tim kerja

    Pengembangan SOSEK, tim kerja Bina Arta, tim kerja TCK, tim kerja Komsos,

    tim kerja Pangurtiloyo, tim kerja HAK, dan tim kerja Kerasulan Awam. Bidang

    Fasilitas dan Litbang meliputi tim kerja Rumah Tangga Pasturan, tim kerja

    Pembangunan, tim kerja Rumah Tangga Gereja, Keamanan dan Perparkiran, tim

    kerja Listrik dan Sound System, tim kerja Wisma Paroki dan Prasarana

    Lingkungan, tim kerja Kekaryawanan, tim kerja Inventarisasi, dan tim kerja

    Litbang [Lampiran 4: (21-23)].

    Pembentukan bidang pelayanan dan tim kerja Dewan Paroki Pringwulung

    bertujuan agar pelayanan dan pengembangan umat dapat lebih maksimal serta

    sesuai dengan kebutuhan umat setempat. Dengan pelayanan yang lebih

    maksimal dan menjangkau seluruh kehidupan umat sehingga diharapkan umat

    paroki dapat semakin berkembang dalam berbagai segi kehidupan. Untuk

    semakin meningkatkan pelayanan dalam karya penggembalaan umat, pengurus

    Dewan Paroki terutama Dewan Harian, mengadakan pertemuan satu bulan

    sekali pada hari Kamis minggu ke dua dalam bulan dan PKL (Paguyuban Ketua

    Lingkungan) mengadakan pertemuan satu bulan sekali pada hari Kamis minggu

  • 27

    ke tiga dalam bulan. Pertemuan tim-tim kerja dalam PD diatur oleh koordinator

    tim kerja masing-masing.

    2. Pemahaman Anggota Dewan Paroki terhadap Karya Kerasulan Gereja

    Untuk mengetahui seberapa besar pemahaman anggota Dewan Paroki

    terhadap kerasulan Gereja maka penulis melakukan penelitian dengan

    melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner tertutup. Penelitian ditujukan

    kepada seluruh pengurus Dewan Paroki. Pengurus Dewan Paroki yang mejadi

    sasaran penelitian antara lain anggota Dewan Harian, para pamong lingkungan,

    dan koordinator tim kerja Dewan Paroki. Berdasarkan hasil penelitian melalui

    kuesioner tertutup yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebagai

    anggota Dewan Paroki sudah cukup memahami karya kerasulan Gereja. Karya

    kerasulan Gereja dipahami sebagai semua bentuk kegiatan-kegiatan baik yang

    bersifat rohani maupun duniawi yang dilakukan umat Allah yang mengarah pada

    tujuan Gereja. Tujuan Gereja yang dimaksudkan adalah karya keselamatan

    Allah kepada manusia dan kesatuan dengan Allah. Melalui berbagai kegiatan

    yang bersifat rohani maupun duniawi karya kerasulan Gereja bertujuan

    penginjilan, pengudusan, dan memperbaharui tatanan dunia secara kris tiani

    [Lampiran 2: (8)].

    Karya kerasulan Gereja menuntut keterlibatan umat dalam karya

    pewartaan karya keselamatan Allah. Karya kerasulan menuntut semua anggota

    Gereja tanpa terkecuali untuk terlibat aktif sesuai dengan situasi hidup masing-

    masing. Karya kerasulan Gereja tidak terbatas pada bidang-bidang tertentu tetapi

    mencakup semua bidang. Karya kerasulan bertujuan untuk mewartakan nilai-

  • 28

    nilai kristiani dimana pun mereka berada sesuai dengan kemampuan dan profesi

    masing-masing. Setiap anggota Gereja secara hakiki dipanggil untuk melakukan

    karya kerasulan karena telah menerima Sakramen Permandian, Sakramen

    Krisma, dan Sakramen Ekaristi. Maka dapat dikatakan bahwa yang menjadi

    dasar panggilan karya kerasulan Gereja adalah dasar sakramen. Selain itu karya

    kerasulan juga mempunyai dasar kristologis yakni bahwa Kristus memanggil

    semua umat beriman untuk mewartakan karya keselamatan [Lampiran 2: (8-9)].

    Karya kerasulan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

    kehidupan dan perkembangan Gereja. Dengan turut serta dalam karya kerasulan

    berarti ikut mengambil bagian dalam memberikan pelayanan kepada umat dalam

    seluruh bidang kehidupan. Selain peran pelayanan umat seluruh bidang

    kehidupan, karya kerasulan juga mempunyai peran turut mengambil bagian

    dalam pengembangan iman umat serta membantu imam dalam tugas

    penggembalaan umat. Karya kerasulan Gereja mencakup bidang-bidang yang

    sangat luas dan mencakup keseluruhan hidup umat Allah yakni bidang rohani,

    bidang moral, dan bidang sosial. Bidang rohani berarti mengembangkan iman

    umat yang berkaitan dengan liturgi, peribadatan, dan pendalaman iman. Bidang

    moral menyangkut perkembangan kepribadian, tingkahlaku, budipekerti, dan

    sopan santun dalam masyarakat. Sedangkan bidang sosial berkaitan dengan

    kesejahteraan umat, perhatian kepada kaum lemah, miskin, dan terlantar

    [Lampiran 2: (9)].

    Ciri khas karya kerasulan yakni melibatkan seluruh umat tanpa terkecuali

    dan karya kerasulan mencakup seluruh bidang kehidupan manusia. Karya

    kerasulan melibatkan seluruh umat tanpa terkecuali berarti menyangkut seluruh

  • 29

    usia. Bagi pengurus Dewan Paroki yang menjadi spiritualitas dalam

    melaksanakan karya kerasulan Gereja yaitu karena panggilan Kristus untuk

    mewartakan karya kerasulan. Selain itu mereka sebagai warga Gereja menyadari

    akan pentingnya peranan kaum awam dalam kehidupan menggereja maka

    mereka merasa mempunyai tanggung jawab untuk terlibat dalam kehidupan

    menggereja [Lampiran 2: (9)].

    Karya kerasulan Gereja masih sangat relefan pada zaman ini karena umat

    senantiasa membutuhkan pewartaan dan pendampingan agar hidupnya

    senantiasa terarah pada Kristus. Mengingat karya kerasulan mempunyai peranan

    yang sangat penting dalam kehidupan menggereja maka membutuhkan

    pendampingan dan pembinaan karya kerasulan. Pembinaan karya kerasulan

    dimaksudkan agar dalam melaksanakan kerasulan benar-benar mengena pada

    sasaran dan kebutuhan umat setempat. Adapun bidang-bidang yang dibutuhkan

    dalam pembinaan karya kerasulan yakni bidang pembinaan rohani, bidang

    pembinaan pengetahuan teologis, serta bidang pembinaan manusiawi [Lampiran

    2: (9-10)].

    3. Pemahaman Anggota Dewan Paroki Pringwulung tentang Makna Dewan

    Paroki

    Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui kuesioner tertutup yang

    ditujukan kepada pengurus Dewan Paroki, sebagai pegurus Dewan Paroki

    sebagian besar telah memahami apa itu Dewan Paroki dan tugas-tugasnya.

    Berdasarkan pendapat mereka (pengurus Dewan Paroki) pengertian Dewan

    Paroki adalah persekutuan para pelayan umat Allah yang terdiri dari imam

  • 30

    sebagai wakil Uskup dan kaum awam serta biarawan/biarawati (bila ada)

    sebagai wakil umat bersama-sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk

    terlibat dalam tritugas Kristus, yakni menguduskan, mewartakan, dan

    menggembalakan. Para pengurus Dewan Paroki memahami pengertian Dewan

    Paroki berdasarkan PDDP KAS 2004. Berdasarkan pengertian tersebut maka

    Dewan Paroki merupakan persekutuan umat yang terdiri dari imam,

    biarawan/biarawati dan wakil umat yang melaksanakan tugas tritugas Kristus

    [Lampiran 2: (10)].

    Sebagai pengurus Dewan paroki mereka sangat memahami apa yang

    menjadi tujuan Dewan Paroki. Tujuan Dewan Paroki adalah sebagai berikut:

    - Menyelenggarakan tata penggembalaan dengan melibatkan dan

    mengembangkan serta memberdayakan seluruh umat dalam hidup dan karya

    paroki.

    - Membangun kerja sama dengan siapa pun yang berkehendak baik dalam

    hubungan antar agama dan kepercayaan.

    - Mengembangkan pola hidup dan pola pikir dalam masyarakat yang majemuk,

    dan memperhatikan kaum lemah, miskin, dan terlantar.

    Selain memahami tujuan Dewan Paroki mereka juga sebagian besar sudah

    memahami apa yang menjadi fungsi Dewan Paroki. Adapun fungsi Dewan

    Paroki adalah sebagai wadah pelayanan dan koordinasi keterlibatan seluruh

    umat dalam melaksanakan panggilan dan tugas perutusan Gereja [Lampiran 2:

    (10-11)].

    Berdasarkan PDDP KAS tahun 2004 pengurus Dewan Paroki St. Yohanes

    Rasul Pringwulung sebagian besar telah memahami apa yang menjadi

  • 31

    wewenang Dewan Paroki. Wewenang Dewan Paroki menurut pemahaman

    mereka yakni mengambil keputusan reksa pastoral paroki dalam kesatuan

    dengan arah pastoral keuskupan. Dewan Paroki selain mempunyai wewenang

    juga mempunyai tanggung jawab. Tanggung jawab Dewan Paroki berdasarkan

    pemahaman pengurus Dewan Paroki Pringwulung adalah bertanggung jawab

    atas pelaksanaan keputusan kepada umat paroki dan Uskup. Selain memiliki

    wewenang dan tanggung jawab Dewan Paroki juga mempunyai tugas umum

    yang diemban oleh pengurus Dewan Paroki. Adapun tugas-tugas yang harus

    dilaksanakan sebagai pengurus Dewan Paroki menurut pendapat mereka adalah

    sebagai berikut: menggerakkan dan mengkoordinasi keterlibatan umat, dan

    dalam terang iman Dewan Paroki bertugas memutuskan,

    merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi reksa pastoral paroki yang

    meliputi bidang liturgi dan peribadatan, pewartaan, pelayanan kemasyarakatan,

    serta paguyuban dan organisasi [Lampiran 2: (11)].

    Semua anggota Gereja mempunyai hak untuk menjadi pengurus Dewan

    Paroki. Walaupun semua anggota Gereja mempunyai hak menjadi pengurus

    Dewan Paroki tentu harus memenuhi syarat dan kriteria yang telah ditentukan

    baik yang berasal dari paroki yang bersangkutan maupun yang berasal dari

    keuskupan. Persyaratan atau kriteria ideal untuk menjadi anggota Dewan Paroki

    yakni aktif dalam kegiatan menggereja, bersemangat hidup menggereja dan

    bersedia melayani umat, mempunyai nama baik, diterima oleh umat, mempunyai

    kemampuan bekerjasama dan bermasyarakat, serta rajin mengikuti perayaan

    Ekaristi. Menjadi pengurus Dewan Paroki setidak-tidaknya juga mempunyai

  • 32

    semangat untuk melayani, kerjasama, dan penggembalaan umat [Lampiran 2:

    (11-12)].

    Sebagai anggota Gereja mempunyai tanggung jawab untuk

    mengembangkan umat paroki melalui tugas pelayanan, pewartaan, dan

    penggembalaan. Atas kesadaran tersebut banyak umat yang terlibat dalam

    berbagai kegiatan dan persekutuan dalam paroki. Sebagai salah satu bentuk

    keterlibatan mereka adalah menjadi pengurus Dewan Paroki. Berbagai alasan

    yang mendasari umat Allah mau terlibat dalam kepengurusan Dewan Paroki

    antara lain sebagai anggota merasa mempunyai kewajiban untuk

    mengembangkan umat, mempunyai semangat untuk melayani dan turut serta

    dalam tugas penggembalaan umat, serta ingin menyumbangkan apa yang

    dimiliki untuk mengembangkan umat [Lampiran 2: (12)].

    Semua anggota Gereja mempunyai hak untuk menjadi pengurus Dewan

    Paroki akan tetapi tidak sedikit orang yang merasa keberatan duduk di dalam

    kepengurusan DP. Dewan Paroki menurut padangan beberapa orang sebagai

    kedudukan yang tinggi maka harus mempunyai kemampuan yang lebih dan

    berasal dari kalangan kaum terpelajar. Salah satu alasan yang yang

    memberatkan seseorang untuk menjadi pengurus Dewan Paroki yakni merasa

    kurang mampu dan kurang pantas menjadi pengurus DP karena masih banyak

    orang yang mempunyai kemampuan dan lebih pantas, lalu juga kesibukan kerja

    karena masih terikat dan aktif dalam pekerjaan. Akan tetapi setelah terlibat di

    dalam kepengurusan DP banyak keuntungan yang bisa diterima oleh mereka.

    Pengurus DP selama menjabat dalam kepengurusan DP mereka dapat belajar

    banyak dalam hal berorganisasi dalam Gereja, dapat membangun kerjasama

  • 33

    antar pengurus, dapat mengembangkan pelayanan dan kepedulian kepada

    sesama, selain itu juga semakin memperteguh iman. Sebagai pengurus DP

    mereka tidak pernah merasa rugi baik dalam hal materi maupun yang lain

    [Lampiran 2: (12)].

    4. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja sebagai

    Pengurus Dewan Paroki

    Dewan Paroki merupakan persekutuan umat yang melaksanakan tugas

    perutusan dan panggilan untuk terlibat di dalam tritugas Kristus yakni

    menguduskan, mewartakan, dan menggembalakan. Maka DP sebagai salah satu

    perwujudan karya kerasulan Gereja karena selaras dengan tujuan karya

    kerasulan. Bahkan dapat dikatakan bahwa DP perwujudan utuh karya kerasulan

    karena DP melayani semua bidang, baik bidang rohani maupun pelayanan

    kemasyarakatan secara luas [Lampiran 2: (12-13)].

    Sebagai pengurus DP, selain melaksanakan tugas-tugas sebagai pengurus

    DP, mereka juga senantiasa terbuka dalam keterlibatan-keterlibatan lain di

    dalam hidup menggereja maupun di dalam masyarakat. Keterlibatan di dalam

    masyarakat menjadi kesempatan untuk melakukan kegiatan pewartaan dengan

    menanamkan nilai-nilai kristiani di dalam masyarakat. Melalui keterbukaan

    tersebut pengurus Dewan Paroki mempunyai keterlibatan yang sangat besar

    dalam karya kerasulan Gereja. Sebagai pengurus DP banyak karya yang dapat

    dilakukan kebagai perwujudan karya kerasulan Gereja [Lampiran 2: (13)].

    Keberadaan Dewan Paroki menurut pengurus DP St. Yohanes Rasul,

    Pringwulung, Yogyakarta mempunyai peranan yang sangat besar dalam karya

  • 34

    kerasulan Gereja. Menurut pendapat mereka Dewan Paroki mempunyai peran

    yang sangat besar dalam karya kerasulan, karena turut mengembangkan iman

    umat dan mengambil bagian dalam tugas penggembalaan umat. Selain itu ada

    yang berpendapat bahwa Dewan Paroki mempunyai peran yang sangat besar

    dalam karya kerasulan, karena DP bertujuan mengembangkan iman umat dan

    terbuka membangun kerjasama dengan agama lain serta memperhatikan kaum

    miskin, lemah, dan terlantar [Lampiran 2: (13)].

    Dewan Paroki sebagai salah satu wujud pelaksanaan karya kerasulan

    Gereja oleh pengurus DP dipahami sebagai:

    1. Salah satu wujud pelaksanaan karya kerasulan Gereja karena Dewan Paroki

    bertujuan menyelenggarakan tata penggembalaan umat paroki dalam

    berbagai bidang kehidupan.

    2. Salah satu wujud pelaksanaan karya kerasulan Gereja karena Dewan Paroki

    mempunyai tujuan yang selaras dengan tujuan karya kerasulan Gereja.

    3. Salah satu wujud pelaksanaan karya kerasulan Gereja karena Dewan Paroki

    turut melaksanakan tugas-tugas kerasulan Gereja.

    Keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki sangat disadari bahwa

    menjadi pengurus Dewan Paroki berarti turut mewujudkan dan mengambil

    bagian dalam karya kerasulan Gereja [Lampiran 2: (14)].

    C. Rangkuman Permasalahan-permasalahan Pokok dalam Keterlibatan

    Kaum Awam di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta

    Setiap paroki, dalam usaha memajukan dan mengembangkan diri, tentu

    menghadapi permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi. Sebagai Gembala

  • 35

    dan anggota Gereja mempunyai tanggung jawab untuk melihat secara kritis dan

    bijaksana permasalahan-permasalahan yang ada sehingga mampu

    menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Berdasarkan hasil yang

    diperoleh melalui kuesioner tertutup dan wawancara penulis menemukan

    beberapa masalah pokok berkait an dengan keterlibatan kaum awam dalam

    kerasulan Gereja, keterlibatan kaum awam dalam kepengurusan Dewan Paroki,

    pemahaman pengurus Dewan Paroki terhadap tugas-tugasnya, dan keterlibatan

    pengurus Dewan Paroki terhadap karya kerasulan Gereja.

    1. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja

    Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta saat ini masih berusia

    lebih kurang 10 tahun. Dengan usia tersebut dapat digolongkan sebagai paroki

    muda. Sebagai paroki muda mereka (umat Allah) masih berusaha mencari

    bentuk yang sesuai dengan situasi setempat agar dapat berkembang sesuai

    dengan apa yang diharapkan. Suatu paroki yang masih muda tentu situasi umat

    sangat berbeda dibandingkan dengan paroki-paroki yang lain seperti paroki-

    paroki yang ada di sekitar Yogyakarta ini [Lampiran 3: (17)].

    Paroki Pringwulung sebagai paroki muda terus menerus mengusahakan

    perkembangan dalam berbagai hal salah satunya pembangunan jemaat. Dalam

    usaha pembangunan jemaat tentu tidak cukup hanya dilakukan oleh gembalanya

    saja akan tetapi membutuhkan keterlibatan umat. Menurut beberapa pengamatan

    baik dari imam maupun umat setempat, situasi umat Paroki Pringwulung masih

    ada yang memiliki mentalitas biasa dilayani. Sebagai gembala umat, romo

    paroki, sangat mengharapkan keterlibatan umat dalam pembangunan jemaat,

  • 36

    karya-karya paroki, dan mampu merubah mentalitas dilayani menjadi melayani.

    Gembala, dalam hal ini imam, sangat menghargai umat yang menyediakan diri

    menjadi aktivis-aktivis paroki. Bagi imam pertama-tama bukan mencari yang

    terbaik tetapi mencari orang yang mempunyai kerelaan untuk terlibat aktif

    [Lampiran 3: (17)].

    Alasan lain kurang terlibatnya sebagian umat adalah bahwa mereka banyak

    yang pendatang atau baru bergabung dengan Paroki Pringwulung. Karena

    mereka masih baru tidak jarang hati mereka masih berada di paroki yang lama

    sehingga loyalitas terhadap paroki baru (Paroki Pringwulung) belum

    sepenuhnya. Sebagai akibat loyalitas yang belum sepenuhnya tersebut umat

    kurang terlibat aktif dalam turut serta membangun paroki. Akan tetapi sebagain

    umat sudah mulai ada usaha untuk terlibat aktif dalam berbagai karya paroki

    yang sesuai dengan bidang dan keahlian mereka [Lampiran 3: (17)].

    Sebagai umat paroki bila dilihat secara keseluruhan umat sudah mulai

    terlibat aktif dalam karya kerasulan Gereja. Karya kerasulan Gereja mempunyai

    makna dan memberikan jangkauan yang sangat luas sehingga terbuka bagi

    seluruh umat. Umat dapat terlibat dalam karya kerasulan Gereja sesuai dengan

    kemampuan dan situasi hidup masing-masing baik dalam Gereja maupun dalam

    masyarakat umum melalui kesaksian hidup [Lampiran 3: (17)].

    2. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kepengurusan Dewan Paroki

    Menjadi umat dalam suatu paroki tentu berkewajiban dan mempunyai

    tanggung jawab untuk membangun dan mengembangkan paroki mereka masing-

    masing. Bentuk-bentuk ketelibatan umat dalam suatu paroki dapat beraneka

  • 37

    ragam sesuai dengan keahlian dan kemampuan masing-masing serta sesuai

    dengan situasi hidup masing-masing. Salah satu bentuk keterlibatan dalam

    pembangunan jemaat dan paroki adalah kesiapsediaan menjadi pengurus Dewan

    Paroki.

    Keterlibatan kaum awam dalam karya penggembalaan umat sebagai

    pengurus Dewan Paroki sangat dibutuhkan bagi perkembangan dan kemajuan

    sebuah paroki dalam berbagai bidang yang sangat luas. Mengingat pentingnya

    keberadaan pengurus Dewan Paroki maka dibutuhkan totalitas dan kerelaan dari

    dalam diri untuk terlibat dalam kepengurusan tersebut. Sejauh ini tidak

    mengalami kesulitan yang berarti dalam pemilihan pengurus Dewan Paroki dan

    anggota-anggotanya [Lampiran 3: (17-18)].

    Keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki bukan tugas yang

    ringan karena memegang tanggung jawab yang besar sehingga banyak alasan

    umat untuk bersedia ataupun menolak untuk terlibat dalam kepengurusan

    tersebut. Kaum awam menyadari akan peranan dan tanggung jawab dalam

    pembangunan jemaat maka menyediakan diri untuk terlibat didalam

    kepengurusan Dewan Paroki. Kaum awam yang menolak atau tidak bersedia

    menjadi pengurus Dewan Paroki dikarenakan mereka merasa sibuk dan masih

    aktif sebagai pegawai, ada sebagian umat yang merasa tidak pantas atau tidak

    mampu [Lampiran 3: (17-18)].

    3. Pemahaman Pengurus Dewan Paroki terhadap Tugas-tugasnya

    Sebagai pengurus Dewan Paroki setidak-tidaknya sudah memahami apa

    yang menjadi tugas-tugas mereka. Agar memahami tugas dan peranannya

  • 38

    pengurus Dewan Paroki hendaknya memahami Pedoman Dasar Dewan Paroki.

    Pedoman Dasar Dewan Paroki KAS tahun 2004 sebagai patokan umum Dewan

    Paroki mengingat Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki Pringwulung belum

    selesai disusun (sedang dalam proses penyelesaian) [Lampiran 3: (18-19)].

    Tugas-tugas yang diemban oleh pegurus Dewan Paroki sebagian besar

    telah dipahami oleh mereka terutama bagi Dewan Harian dan pamong

    lingkungan. Hal tersebut dikarenakan mereka mempunyai jadwal pertemuan

    bulanan untuk rapat dan membicarakan banyak hal berkaitan dengan tugas-tugas

    dan lain- lain. Bagaimana dengan tim kerja dan anggotanya dalam penghayatan

    tugas-tugas mereka? Situasi