kasus sulit mata trauma murni

27
KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus: Isnin, 25 September 2012 SMF ILMU PENYAKIT MATA Rumah Sakit Mata dr. Yap” Nama : Murni Hayati Binti Mohd Hashim NIM : 11-2011-132 Dr. Pembimbing : dr. Enni Cahyani P, SpM, M.Kes Fak. Kedokteran : UKRIDA 1. IDENTITAS Nama : An. R Umur : 3 tahun 6 bulan Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Pringsurat, Temanggung Pemeriksa : Murni Hayati Mohd Hashim 2. ANAMNESIS Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 19 September 2012. Keluhan Utama : Mengangkat jahitan bekas operasi di mata kiri. Keluhan Tambahan : Mata kiri merah dan penglihatan berkurang. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan untuk mengangkat jahitan bekas operasi pada kornea mata kirinya. Operasi telah dilakukan di RS Mata dr Yap satu setengah bulan yang lalu. Menurut ibu pasien, operasi 1

Upload: joseph-adi

Post on 10-Dec-2014

186 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAHari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus: Isnin, 25 September 2012

SMF ILMU PENYAKIT MATARumah Sakit Mata dr. Yap”

Nama : Murni Hayati Binti Mohd Hashim

NIM : 11-2011-132

Dr. Pembimbing : dr. Enni Cahyani P, SpM, M.Kes

Fak. Kedokteran : UKRIDA

1. IDENTITAS

Nama : An. R

Umur : 3 tahun 6 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Pringsurat, Temanggung

Pemeriksa : Murni Hayati Mohd Hashim

2. ANAMNESIS

Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 19 September 2012.

Keluhan Utama :

Mengangkat jahitan bekas operasi di mata kiri.

Keluhan Tambahan :

Mata kiri merah dan penglihatan berkurang.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan untuk mengangkat jahitan bekas operasi

pada kornea mata kirinya. Operasi telah dilakukan di RS Mata dr Yap satu setengah bulan yang

lalu. Menurut ibu pasien, operasi yang dilakukan adalah operasi pembaikan kornea pasien karena

korneanya robek akibat terkena petasan.

1

Page 2: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

Pada satu setengah bulan yang lalu (24 Juli 2012), pasien bersama teman-temannya

bermain petasan tidak jauh dari rumahnya. Sesaat setelah petasan dinyalakan, dengan tiba-tiba

mata kiri pasien dirasakan sakit dan mengeluarkan air mata. Pasien terus pulang ke rumahnya. Di

rumah, ibu pasien memeriksa mata kiri pasien dan mendapatkan mata kiri pasien terdapat darah

yang keluar dari daerah mata hitam pasien. Darah yang keluar hanya sedikir dan bercak-cak,

tidak sampai mengalir keluar dari mata. Ibu pasien juga mengatakan terdapat seperti robekan

kecil pada mata hitam pasien. Pasien mengeluh tidak bisa melihat menggunakan mata kirinya.

Kurang lebih 1 jam SMRS, mata kiri pasien di daerah mata putihnya mulai merah. Pasien juga

mengeluh nyeri pada mata kirinya dan masih tidak bisa melihat. Ibu pasien telah membawa

pasien ke RSUD Temanggung dan di sarankan untuk merawat perawatan yang lebih lanjut di RS

Mata dr Yap. Pasien dibawa ke RS dr Yap pada hari yang sama dan dioperasi pada hari

berikutnya. Pasien dibenarkan pulang pada tanggal 28 Juli 2012.

Sepanjang pasien dirumah, ibu pasien mengatakan pasien kadang-kadang mengeluh tidak

bisa melihat objek jauh dengan jelas dan harus menonton televisi dalam jarak yang dekat. Ibu

pasien juga mengeluh pasien kelihatan sedikit juling kurang lebih sebulan SMRS. Beberapa hari

SMRS, ibu pasien mengatakan mata kiri pasien mulai merah lagi tanpa disertai rasa sakit.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Umum :

Asma : Tidak Ada

Gastritis : Tidak Ada

Alergi Obat : Tidak Ada

Mata :

Riwayat penggunaan kacamata : Tidak Ada

Riwayat operasi mata : Repair kornea dengan injeksi camera

Riwayat trauma mata : Ada dengan diagnosa OS vulnus penetrans kornea

dengan prolaps iris

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak Ada

2

Page 3: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

3. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital : Nadi 94 x/menit, RR 22 x/menit, Suhu 36,50C

Kepala : Normocephali, wajah simetris

THT : Membran timpani intak, serumen (-/-), sekret (-/-)

Thorak : Paru-paru : suara nafas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung : BJ I dan BJ II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Supel, datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), massa (-)

Ekstremitas : Atas : hangat +/+, Bawah : hangat +/+

KGB : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

4. STATUS OFTALMOLOGIS

OD OSVisus

Aksis Visus Pasien menolak pemeriksaan 1/60Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukanAddisi Tidak dilakukan Tidak dilakukanKacamata Lama Tidak ada Tidak ada

Kedudukan Bola Mata

Eksoftalmos Tidak ada Tidak adaEnoftalmos Tidak ada Tidak adaDeviasi Tidak ada Tidak adaGerakan Bola Mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Supersilia

Warna Hitam HitamSimetris Simetris Simetris

Palpebra Superior Dan Inferior

Edema Tidak ada AdaNyeri tekan Tidak ada Tidak adaEktropion Tidak ada Tidak adaEntropion Tidak ada Tidak adaBlefarospasme Tidak ada Tidak ada

3

Page 4: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

Trikiasis Tidak ada Tidak adaSikatriks Tidak ada Tidak adaFissura palpebra Normal NormalPtosis Tidak ada Tidak adaHordeolum Tidak ada Tidak adaKalazion Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva Tarsalis Superior Dan Inferior

Hiperemis Tidak ada Tidak adaFolikel Tidak ada Tidak adaPapil Tidak ada Tidak adaSikatriks Tidak ada Tidak adaAnemis Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva Bulbi

Sekret Tidak ada AdaInjeksi Konjungtiva Tidak ada AdaInjeksi Siliar Tidak ada Tidak adaInjeksi Subkonjugtiva Tidak ada Tidak ada

Pterigium Tidak ada Tidak adaPinguekula Tidak ada Tidak adaKista Dermoid Tidak ada Tidak ada

Sistem Lakrimalis

Punctum Lakrimalis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sklera

Warna Putih MerahIkterik Tidak Ada Tidak adaNyeri Tekan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Kornea

Kejernihan Jernih JernihPermukaan Licin Jahitan 3 - 4 mm, jam 5Ukuran 12 mm 12 mmSensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukanInfiltrat Tidak ada Tidak adaSikatriks Tidak ada Tidak adaUlkus Tidak ada Tidak ada

4

Page 5: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

Perforasi Tidak ada Tidak adaArkus Senilis Tidak ada Tidak adaEdema Tidak ada Tidak adaTes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Bilik Mata Depan

Kedalaman Normal NormalKejernihan Jernih JernihHifema Tidak ada Tidak adaHipopion Tidak ada Tidak adaEfek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Iris

Warna Coklat CoklatSinekia Tidak ada Tidak adaKoloboma Tidak ada Tidak adaProlaps Tidak ada Tidak ada

Pupil

Letak Di tengah Di tengahBentuk Bulat Sulit dinilaiUkuran ± 3 mm Sulit dinilaiRefleks Cahaya Langsung Sulit dinilai Sulit dinilai

Refleks Cahaya Tak Langsung Sulit dinilai Sulit dinilai

Lensa

Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukanLetak Tidak dilakukan Tidak dilakukanShadow Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Badan Kaca

Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

5

Page 6: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

Fundus Okuli

Batas Tidak dilakukan Tidak dilakukanWarna Tidak dilakukan Tidak dilakukanEkskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukanArteri : Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukanC/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukanMakula Lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukanRetina Tidak dilakukan Tidak dilakukanEksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukanPerdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukanSikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukanAblasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Palpasi

Nyeri Tekan Tidak ada Tidak adaMassa Tumor Tidak ada Tidak adaTensi Okuli Normal NormalTonometr Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Kampus Visi

Tes Konfrontasi Sesuai pemeriksa Sesuai pemeriksa

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap, tanggal 19 September 2012

Hemoglobin : 10.8 g/dL

Eritrosit : 3.99 106/uL

Hematokrit : 30.8 %

MCV : 27 pg

MCHC : 35.1 g/dL

RDW : 13.1 %

Leukosit : 5.950 /uL

Hitung jenis

Eosinofil : 3 %

Basofil : 0 %

6

Page 7: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

Nautrofil batang : 0 %

Seutrifil segmen : 29 %

Limfosit : 63 %

Monosit : 5 %

Trombosit : 269.000/uL

Laju endap darah : 4/9 mm/jam

Waktu perdarahan : 2.0 menit

Waktu pembekuan : 4.0 menit

Protrombin time (PT)

Pasien : 10.5 detik

Kontrol : 11.8 detik

APTT

Pasien : 31.9 detik

Kontrol : 29.8 detik

HbsAg : Nonreaktif

6. RESUME

Seorang anak laki-laki dibawa ke RS Mata Yap untuk mengangkat jahitan bekas operasi

di mata kiri. Pasien telah melakukan operasi repair kornea dengan injeksi camera setelah di

diagnosa dengan OS vulnus penetrans kornea. Pasien mengeluh kabur untuk melihat jauh, mata

masih merah dan sedikit juling. Dari pemeriksaan mata mendapatkan visus os 1/60 dengan visus

OD tidak dapat dinilai karena pasien menolak pemeriksaan. OS terdapat edema pada palpebra

superior, injeksi konjungtiva, sekret konjungtiva yang berupa air mata dan sklera hiperemis. Pada

kornea OS, terdapat jahitan di daerah jam 5, kurang lebih 3-4 mm. Pasien telah dijahit sebanyak

8 jahitan. Pupil dan iris sulit dinilai karena pasien kurang kooperatif. Mata OD tidak terdapat

kelainan.

7. DIAGNOSIS KERJA

Post operasi repair kornea

8. PEMERIKSAAN ANJURAN

- Pemeriksaan autorefraktometer untuk menilai visus OS dan OD

- Pemeriksaan tonografi untuk memeriksa TIO pada OS

7

Page 8: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

- Pemeriksaan slit lamp untuk memeriksa lensa OS untuk menilai katarak

- Pemeriksaan opthalmoscopy untuk menilai uritis, kistoid makula edema

9. PENATALAKSANAAN

- Levofloxacin ed 6 x 1 OS

- Tobroson ed 6 x 1 OS

- Operasi OS hecting aff cornea

Edukasi

- Jangan memegang atau menggosok-gosok mata dengan tangan yang tidak bersih.

- Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan mengeringkan-

nya dengan handuk atau kain yang bersih.

- Apabila merasakan keluhan pada mata, cekot-cekot, pusing/sakit kepala, penglihatan kabur

mendadak, segera ke dokter mata yang terdekat untuk mendapatkan rawatan.

10. PROGNOSIS

Okulo Dextra (Od) Okulo Sinistra (Os)

Ad Vitam : bonam malam

Ad Fungsionam : bonam malam

Ad Sanationam : bonam malam

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

8

Page 9: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk kehidupan

manusia. Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan

kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka. Walaupun

mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan

lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih sering

mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan

kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau

memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan

perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan

mengakibatkan kebutaan.

Secara umum trauma adalah terjadinya perlukaan atau diskontinuitas dari jaringan.

Trauma tembus mata adalah trauma dimana sebagian atau seluruh lapisan kornea dan sklera

mengalami kerusakan. Trauma ini dapat terjadi apabila benda asing melukai sebagian lapisan

kornea atau sklera dan benda tertinggal di dalam lapisan tersebut. Trauma pada mata merupakan

peristiwa yang sering terjadi. Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh

bubungan bertulang yang kuat, kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang

bagi benda asing dan mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan.

Meskipun demikian, mata dan struktur di sekitarnya bisa mengalami kerusakan akibat cedera,

kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus diangkat, cedera mata harus

diperiksa untuk menentukan pengobatan dan menilai fungsi penglihatan.

Trauma mekanik pada mata sering menyebabkan kebutaan unilateral pada anak-anak dan

orang dewasa muda. Pada kelompok inilah trauma pada mata sering terjadi (50%) yaitu umur

kurang dari 18 tahun (di USA). Dengan bertambah banyaknya kawasan industri, kecelakaan

akibat pekerjaan bertambah banyak. Begitu juga dengan bertambah lalu lintas menyebabkan

kecelakaan dijalanraya juga bertambah. Ini belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang

juga mengenai mata. Pada anak-anak kecelakaan mata biasanya terjadi akibat main panahan,

ketepel, senapang angin atau akibat lemparan, tusukan dari gagang mainan. Sebaiknya bila ada

trauma mekanik mata segera dilakukan pemeriksaan dan pertolongan karena kemungkinan

fungsi penglihatan masih dapat dipertahankan.

9

Page 10: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

BAB 2

TRAUMA MATA

10

Page 11: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

2.1 Definisi

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata.

Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata dan dapat juga sebagai kasus polisi.

Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan

kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata.

2.2 Epidemologi

Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada

golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular

dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita. Berdasarkan National for The

Prevention of Blindness (WHO) memperkirakan bahwa 55 juta trauma mata terjadi di dunia tiap

tahunnya, 750.000 dirawat di rmah sakit dan kurang lebih 200.000 adalah merupakan trauma

terbuka bola mata. Prevalensi buta yang disebabkan oleh trauma mata adalah 1,6 juta dengan

gangguan penglihatan. Berdasarkan National Programme for Control of Blindness (NPCB) 1992,

kebutaanakibat trauma menempati urutan ke 6 setelah katarak, kelainan retina, kelainan kornea,

glaucoma dan optic atrofi. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan

unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral dan 1,6 juta

mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata.

Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat

mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak

pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun.Tempat terjadinya trauma paling banyak

adalah di rumah (42%), kemudian tempat kerja (19%), dijalan raya (16%), tempat

olahraga/rekreasi (13%), sekolah, tempat umum (3%), diperkebunan (2%). Sumber trauma

sebagian besar karena objek yang tumpul (33%) diikuti benda tajam (27%), kecelakaan

kendaraan bemotor (10%), bola (6%), jatuh (5%), petasan (4%), dan lain-lain.

2.3 Pembahagian Trauma Mata

Trauma mata dibagi menjadi beberapa macam yaitu :

11

Page 12: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

a. Fisik atau mekanik :

- Trauma tumpul, misalnya terpukul, terkena bola tenis atau shutlecock, membuka tutup

botol tidak dengan alat, ketapel.

- Trauma tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan pertukangan.

- Trauma peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam,

terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan angin,

dan peluru karet.

b. Khemis :

- Trauma basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur, lem (perekat).

- Trauma asam, misalnya cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.

c. Fisis

- Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.

- Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi

2.4 Trauma Tembus Mata

Trauma tembus mata adalah suatu trauma dimana sebagian atau seluruh lapisan kornea

dan sklera mengalami kerusakan. Trauma ini dapat terjadi apabila benda asing melukai sebagian

lapisan kornea atau sklera dan benda tersebut tertinggal di dalam lapisan tersebut. Pada keadaan

ini tidak terjadi luka terbuka sehingga organ di dalam bola mata tidak mengalami kontaminasi.

Benda asing dengan kecepatan tingga akan menembus seluruh lapisan sklera atau kornea serta

jaringan lain dalam bola mata kemudian bersarang di dalam bola mata ataupun dapat sampai

menimbulkan perforasi ganda sehingga akhirnya benda asing tersebut bersarang di dalam rongga

orbita atau bahkan dapat mengenai tulang orbita. Dalam hal ini akan ditemukan suatu luka

terbuka dan biasanya terjadi prolaps iris, lensa ataupun badan kaca.

Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva. Bila robekan konjungtiva ini

tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila robekan konjungtiva lebih dari

1 cm diperlukan tindakan penjahitan untuk mencegah terjadinya granuloma. Pada setiap robekan

konjungtiva perlu diperhatikan terdapatnya robekan sklera bersama-sama dengan robekan

konjungtiva tersebut. Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola

12

Page 13: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

mata maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus seperti :

- Tajam penglihatan yang menurun

- TIO rendah

- Bilik mata dangkal

- Bentuk dan letak pupil yang berubah

- Terlihat ruptur pada kornea atau sklera

- Terdapat jaringan prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca atau retina

- Konjungtiva kemotik

Bila terlihat salah satu tanda di atas atau dicurigai adanya perforasi bola mata maka

secepatnya dilakukan pemberian antibiotik topikal dan mata ditutup dan segera dikirim pada

dokter mata untuk dilakukan pembedahan.

Ruptur bola mata selalu merupakan trauma yang sangat gawat, yang dapat menyebabkan

kebutaan cepat atau lambat. Prolaps dari badan kaca melalui ruptur ini sering disertai dengan

timbulnya robekan di retina dan ablasi retina. Dengan robeknya bola mata, infeksi mudah terjadi.

Pada pasien dengan luka tembus bola mata sebaiknya diberikan antibiotik sistemik atau intravena

dan pasien dipuasakan untuk tindakan pembedahan, pasien juga diberi anti tetanus profilaktik,

analgetik dan jika perlu penenang. Sebelum dirujuk, mata tidak diberi salep karena salep dapat

masuk ke dalam mata. Pasien tidak boleh diberi steroid lokal. Pada trauma akibat benda tajam

ada baiknya diberi anestesi lokal, supaya pemeriksaan dapat dilakukan dengan lebih teliti dan

pada luka-luka yang hebat tidak terjadi blefarospasme yang hebat, yang dapat menimbulkan

prolaps dari sisi bola mata. Serum anti tetanus harusdiberikan pada setiap akibat benda tajam.

2.4.1 Kerusakan Jaringan Mata Akibat Trauma Tembus Mata

Luka Pada Palpebra

Jika pinggir palpebra luka dan tidak diperbaiki, dapat menimbulkan koloboma palpebra

akuisita. Bila besar dapat mengkibatkan kerusakan kornea oleh karena mata tidak dapat menutup

sempurna. Oleh karena itu tindakan harus dilakukan secepatnya. Jika luka tidak kotor dapat

ditunggu sampai 24 jam. Pada tindakan harus diperbaiki kontinuitas margo palpebra dan

kedudukan bulu mata, jangan sampai menimbulkan trikiasis. Bila robekan mengenai margo

13

Page 14: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

palpebra inferior bagian nasal, dapat memotong kanalikuli lakrimal inferior sehingga air mata

tidak dapat melalui jalan yang sebenarnya dan mengakibatkan epifora. Rekanalisasi harus

dikerjakan secepatnya, bila ditunggu 1-2 hari sukar untuk mencari ujung kanalikuli tersebut.

Luka Pada Orbita

Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, merusak saraf optik, dapat

menyebabkan kebutaan atau merobek otot luar mata sehingga timbul paralise otot dan diplopia.

Karena adanya benda asing atau adanya hubungan terbuka dengan rongga-rongga di sekitar

orbita maka luka akan mudah terinfeksi, yang dapat menimbulkan selulitis orbita (orbital

phlegmon). Oleh karena itu jika ada luka di orbita harus segera dibuat foto rontgen dan tindakan

dilakukan secepatnya. Untuk menghindari terjadinya infeksi diberikan antibiotika lokal dan

sistemik. Jika terdapat infeksi dapat menimbulkan peradangan supuratif dan berakhir dengan

abses orbita. Bilamana mengenai dasar tengkorak dapat menimbulkan kerusakan nervus II.

Luka Mengenai Bola Mata

Bila terdapat luka yang mengenai bola mata, tentukan terlebih dahulu jika luka tersebut

dengan atau tanpa perforasi, dengan atau tanpa benda asing. Jika ada perforasi di bagian depan

(kornea) bilik mata depan dangkal, kadang iris melekat atau menonjol pada luka perforasi di

kornea, TIO rendah dan tes fistel positif. Bila perforasi mengenai posterior (sklera) bilik mata

depan dalam, perdarahan dalam badan kaca, koroid, retina, mungkin terdapat ablasi retina dan

TIO rendah.

Luka Mengenai Konjungtiva

Bila kecil dapat sembuh dengan spontan dan bila besar perlu dijahit. Pemberian antibiotik

lokal dan sistemik untuk mencegah infeksi sekunder.

Luka Pada Kornea

Tanpa Perforasi : Erosi kornea atau benda asing tersangkut di kornea memberikan hasil tes

fluoresin positif. Untuk mencegah infeksi harus diberikan antibiotika spektrum luas.

Dengan Perforasi : Jika terdapat luka di kornea dengan perforasi tindakan harus dilakukan

secepat mungkin. Bila luka kecil lepaskan konjungtiva di limbus yang berdekatan, kemudian

ditarik supaya menutupi luka kornea tersebut (flapkonjungtiva).

14

Page 15: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

Bila luka di kornea disertai prolaps iris, iris yang keluar harus dipotong dan sisanya

direposisi, robekan di kornea dijahit dan ditutup dengan flapkonjungtiva. Bilamana luka

berlangsung beberapa jam sebaiknya bilik mata depan dibilas dulu dengan larutan penisilin

10.000 U/cc, sebelum kornea di jahit. Sesudah dijahit diberikan antibiotik dengan spektrum luas

lokal dan sistemik. Pada luka robekan jangan sekali-kali memberikan kortison sebelom hari

kelima. Setelah lima hari biasnya luka sudah sembuh. Tindakan yang dilakukan seasepsis

mungkin untuk mencegah infeksi sekunder dan oftalmika simpatika. Selama perawatan harus

diperhatikan pula keadaan mata yang sehat terutama apabila :

- Pada mata yang sehat terus-menerus merah, karena injeksi siliar, lakrimasi dan terdapat

eksudat di bilik mata depan. Hal ini dapat berlangsung selama 3 minggu.

- Pada mata yang sehat menunjukkan tanda oftalmika simpatika yaitu visus menurun,

lakrimasi, injeksi siliar, bilik mata depan efek Tyndall positif. Bila terdapat tanda-tanda

oftalmika simpatika maka harus dipertimbangkan untuk melakukan enukleasi bulbi pada

mata yang terkena trauma. Mata yang terserang oftalmika simpatika diobati sebagai

iridosiklitis biasa. Bilamana terdapat katarak traumatik, harus diawasi sampai seluruh

massa lensa diserap karena massa lensa yang tersisa dapat menyebabkan uveitis dan

glukoma sekunder. Jika terjadi glukoma dapat dilakukan pemberian asetazolamid dan

operasi parasentra untuk menurunkan TIO.

- Mata yang sakit menunjukkan tanda-tanda radang yang hilang timbul.

Luka Pada Sklera

Luka yang mengenai sklera dapat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan

dalam badan kaca, keluarnya isi bola mata, infeksi dari bagian dalam mata dan ablasi retina.

Luka yang kecil tanpa infeksi sekunder dapat sembuh dengan dibersihkan, ditutup dengan

konjungtiva, beri antibiotik lokal dan sistemik dan mata ditutup. Luka yang besar sering disertai

perdarahan badan kaca, prolaps badan kaca, koroid dan badan siliar. Jika masih ada

kemungkinan mata tersebut dapat melihat maka luka dibersihkan, jaringan yang keluar dipotong,

luka sklera dan konjungtiva dijahit. Bila luka sangat besar dan diragukan bahwa mata tersebut

masih dapat berfungsi maka sebaiknya dienukleasi untuk menghindari timbulnya oftalmia

simpatika pada mata yang sehat.

15

Page 16: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

Luka Pada Badan Siliar

Luka pada badan siliar memiliki prognosis yang buruk kemungkinan besar dapat

menimbulkan endoftalmiti, panoftalmitis yang dapat berakhir dengan ptisis bulbi pada mata yang

terkena trauma sedangkan pada mata yang sehat dapat timbul oftalmika simpatika. Karena itu

bila lukanya besar, disertai prolaps isi bola mata dan mata tidak mungkin melihat lagi sebaiknya

dilakukan enukleasi bulbi pada mata yang terkena trauma untuk menghindari oftalmia

simpatikan pada mata yang sehat.

2.4.2 Pemeriksaan

Pada setiap kejadian trauma ada beberapa yang yang harus mendapat perhatian. Mulai

dari anamnesis, pertolongan pertama serta tindakan lanjutan. Dengan mengetauhi sebanyak

mungkin riwayat trauma yang terjadi maka tindakan pertolongan yang diberikan diharapkan

mampu meningkatkan prognosisnya menjadi lebih baik

Anamnesis

Dalam anamnesis, kapan terjadinya trauma harus ditanyakan secara tepat waktunya

karena hal ini akan sangat mempengaruhi prognosis. Perlu ditanyakan dimana tempat terjadinya

trauma, karena ini bisa mebantu memperkirakan penyebab trauma. Objek penyebab trauma, baik

maacam atau jenis benda yang menyebabkan trauma perlu ditanyakan secara detil. Demikian

pula pertanyaan mengenai kemungkinan adanya benda asing yang tertinggal baik itu di dalam

rongga orbita ataupun bola mata. Apakah pasien telah mendapatkan pertolongan sebelumnya

setelah terkena trauma dan jenis pertolongan yang didapatkan harus ditanyakan. Penting pula

ditanya keadaann visus sebelum terjadinya trauma, riwayat pemakaian kaca mata, riwayat

penyakit mata sebelumnya dan ada tidaknya trauma pada mata sebelumnya.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada penderita trauma mata harus dilakukan secara hati-hati dan teliti.

Keterangan diperoleh baik dari korban atau saksi mata. Anestesi tropikal akan membuat pasien

merasa nyaman, sehingga dianjurkan memberikan tetrakain atau pentokain tetes mata agar saat

pemeriksaan penderita tidak merasa nyeri. Pemeriksan visus harus dilakukan, bila perlu dalam

kondisi berbaring. Beberapa pemeriksaan objektif bisa dilakukan kemudian setelah pasien dalam

keadaan tenang.

16

Page 17: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

Perhatikan secara seksama, apakah ada ruptur palpebra atau konjungtiva. Adanya

kelainan pada kornea yang berupa erosi, vulnus dan perforasi perlu mendapat perhatian. Keadaan

bilik mata depan, apakah dalam, dangkal, apakah ada hifema, adanya benda asing dalam bilik

mata depan, serta adanya prolapsus iris harus diamati dengan teliti. Kecurigaan adanya ruptur

bulbi ditandai dengan adanya pupil yang tidak bulat, kemosis yang sangat hebat serta TIO yang

sangat menurun. Daerah yang lemah dan sering mengalami ruptur adalah daerah limbus kornea

dan perlekatan muskulus rektus dan oblikus okuli. Kemungkinan adanya benda asing di kornea

atau konjungtiva termasuk benda asing yang berada di konjungtiva superior yang hanya bisa

diketauhi dengan membalik (eversi) harus dicari dengan teliti.

2.4.3 Penatalaksanaan

Prinsip penanganan trauma adalah mengurangi meluasnya kerusakan jaringan,

menghindari infeksi serta bila perlu melakukan rujukan ke pusat pelayanan yang lebih tinggi

dengan fasilitas peralatan yang lebih lengkap. Untuk mengurangi meluasnya kerusakan jaringan

adalah dengan cara memberikan pertolongan pertama segera setelah kejadian, contohnya seperti

pemberian anti tetanus serum (ATS) serta pemberian antibiotika topikal ataupun intravenaa. Bila

perlu, diberikan juga analgetika dan obat penenang. Sebelum dirujuk, mata tidak diberi salep

karena salep dapat masuk ke dalam mata. Pasien juga tidak boleh diberikan steroid lokal dan

dielakkan beban pada mata supaya tidak menekan bola mata. Pada setiap terlihat kemungkinan

trauma perforasi sebaiknya dipastikan apakah ada benda asing yang masuk ke dalam mata

dengan membuat foto.

Pengeluaran Benda Asing Tergantung Lokasi

- Palpebra, konjungtiva atau kornea : dilepaskan setelah pemberian anestesi lokal. Untuk

mengeluarkan perlu kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam. Arah pengambilan

adalah dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik maka dapat dikeluarkan dengan

magnet portable atau giant magnet. Kemudian diberi antibiotika lokal, sikloplegik dan

mata dibebat.

- Iris : pecahan besi dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus, melalui luka ini

ujaung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda tersebut, bila tidak berhasil dapat

17

Page 18: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda asing tersebut.

- Bilik mata depan : Pecahan besi dapat dikeluarkan dengan magnit pula seperti pada iris.

Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik denga magnit, sesudah dibuat sayatan di limbus

kornea, jika tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa denga cara ekstraksi linier

pada orang muda dan ekstraksi ekstra kapsuler atau intrakapsuler pada yang lebih tua.

- Badan kaca : pengeluaran dengan magnit raksasa, setelah dibuat sayatan dari skera. Bila

tidak berhasil atau benda asing itu tidak magnetik dapat dikeluarkan dengan opersai

viterektomi. Bila benda asing itu tidak dapat diambil harus dilakukan enukleasi bulbi

untuk mencegah timbulnya oftalmia simpatika pada mata sebelahnya.

2.4.4 Komplikasi

1. Endoftalmitis :

- Peradangan pada seluruh lapisan mata bagian dalam, humor vitreus dan sklera.

- Gejala kepada endoftalmitis adalah mata merah dan bengkak, sukar dibuka, konjungtiva

merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh dan fotofobia.

2. Panoftalmitis

- Peradangan seluruh bolamata termasuk sklera dan kapsul tenon sehingga bola mata

merupakan rongga abses.

- Gejala kepada panoftalmitis adalah demam, sakit kepala, muntah, nyeri , mata merah,

kelopak mata bengkak atau edema, serta terdapat penurunan tajam penglihatan.

18

Page 19: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

3. Edema kornea

- Terdapat hidrasi yang berlebihan atau akumulasi cairan di bagian kornea

- Gejala awal yang paling menonjol dari edema kornea adalah terdistorsi atau pandangan

kabur, ketidaknyamanan mata, fotofobia dan kepekaan terhadap partikel asing. Gejala

dapat berkembang menjadi rasa sakit parah di mata karena kerusakan saraf kornea.

4. Ablasi retina :

- Keluarnya vitreous humor keluar menyebabkan penurunan tekanan intraokuler yang

menyebabkan ablasi retina.

5. Ophtalmis simpatika

- Ophtalmis simpatika adalah uveitis granulomatosa bilateral yang jarang terjadi, di

mana terjadi peradangan di mata kedua setelah mata yang pertama mengalami

kerusakan akibat trauma tembus atau setelah peradangan.

- Biasanya timbul setelah 10 hari sampai beberapa tahun setelah trauma mata tembus di

daerah korpus siliarais atau setelah kemasukan benda asing.

- Gejala terdini yang mungkin timbul adalah gangguan tajam penglihatan, fotofobia

dan kemerahan.

19

Page 20: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

6. Katarak traumatika

- Bentuk katarak traumatika karena trauma tumpul adalah khas yaitu berbentuk roset.

Selain itu dapat pula berbentuk cincin, lamelar maupun katarak punctata disseminata

yang ditandai oleh adanya vosius ring.

- Katarak traumatika karena trauma tumpul biasanya terjadi pada kortek anterior

walaupun dapat terjadi pula pada kortek posterior.

- Katarak traumatika bentuk roset yang terletak pada kortek posterior sering terjadi

setelah trauma penetran.

- Katarak traumatika selalu disertai kelainan lain. Hal-hal yang menyertai katarak

traumatika karena trauma tembus pada segment anterior adalah leukoma adheren,

sinekia anterior, sinekia posterior uveitis post infeksi, adhesi vitreus, fibrosis pada

kapsul, glaukoma sekunder.

2.4.5 Prognosis

Bergantung pada banyak faktor seperti semakin besar gaya atau benda penyebab maka akan

semakin berat trauma yang terjadi. Semakin sederhana jenis kerusakan maka akan semakin baik

prognosisnya, tetapi semakin kompleks kerusakannya maka prognosisnya lebih jelek. Selain itu,

semkain superfisial luka yang terjadi makan akan semakin baik prognosisnya. Semkain cepat

pertolongan yang diberikan, prognosis akan semakin baik.

BAB 3

PROLAPS IRIS

20

Page 21: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

3.1 Latar belakang

Iris adalah suatu bagian berwarna dan tipis terletak pada anterior lensa mata. Prolaps iris

terjadi jika bagian dari iris atau ada jaringan iris yang keluar dari tempat seharusnya.

3.2 Patofisiologi

Prolaps iris dapat terjadi misalnya saat kornea mengalami perforasi karena berbagai hal, adanya

perforasi pada kornea mengakibatkan humor aqueous secara cepat keluar dan terakumulasi di

depan iris sehingga mendorong iris keluar.

3.3 Insidensi

Tidak diketahui secara pasti insidensi terjadinya prolaps iris, hal ini tidak dipengaruhi

oleh faktor ras, maupun usia meskipun dilaporkan lebih sering mengenai laki-laki dewasa muda.

3.4 Mortalitas dan morbiditas

Prolaps iris merupakan suatu kondisi yang membahayakan jika tidak ditangani karena

dapat menimbulkan infeksi pada mata dan hilangnya penglihatan. Jika prolaps iris bersifat masif

atau terbuka misalnya akibat adanya laserasi kornea maka diperlukan tindakan pembedahan

segera untuk mencegah adanya infeksi pada iris yang menyebar pada seluruh bagian mata.

Namun apabila prolaps iris terlindungi oleh konjungtiva misalnya akibat pengaruh dari tindakan

pembedahan maka penanganan bedah tidak bersifat segera.

3.5 Manifestasi perjalanan penyakit

Iris merupakan salah satu jaringan sensitif pada mata, pada saat terjadi prolaps maka

21

Page 22: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

penderita akan merasakan nyeri, misalnya penderita dengan ulkus kornea yang mengalami

prolaps iris akan mengalami nyeri hebat yang sebelumnya sudah mereda. Iris dapat mengalami

prolaps misalnya pada tindakan bedah (katarak, transplantasi kornea), didahului adanya trauma

pada mata (laserasi kornea, laserasi sclera), perforasi ulkus kornea, akibat kornea yang melarut

(cornea melt) berhubungan dengan penyakit rheumathoid arthritis. Akan tetapi dengan semakin

berkembangnya tehnik bedah mikro pada mata, maka jarang dijumpai prolaps iris akibat

pembedahan begitu pula prolaps iris akibat perforasi ulkus kornea. Yang saat ini sering dijumpai

adalah prolaps iris akibat adanya trauma pada mata meskipun insidensinya tidak diketahui secara

pasti.

Pada kasus prolaps iris perifer dapat menimbulkan sinekia anterior parsial, akan tetapi

bila prolaps iris berada ditengah maka dapat menimbulkan sinekia anterior total. Prolaps iris

dapat diamati dengan jelas pada kasus perforasi kornea. Manifestasi klinisnya bervariasi

tergantung dari durasi atau lama terjadinya prolaps iris, pada kasus dini maka iris masih terlihat

viable tapi jika terlalu lama maka iris akan terlihat kering dan tidak viable. Tekanan intraocular

dapat kurang dari normal tapi jarang menimbulkan hipotoni pada kasus prolaps iris. Pada

stadium lanjut prolaps iris dapat terjadi iridosiklitis, kistoid makular edema atau glaukoma.

Prolaps iris dapat memacu terjadinya infeksi pada mata, menurunkan proses epitelisasi,

peningkatan jaringan fibros bahkan meskipun jarang dapat juga menimbulkan ophtalmia

simpatika.

3.6 Pemeriksaan penunjang

Pada kasus prolaps iris yang sudah berjalan lama apabila dicurigai mengalami kistoid

makular edema maka diperlukan adanya pemeriksaan flouresceinangiography. CT scan pada

mata diindikasikan pada kasus prolaps iris yang diakibatkan oleh trauma untuk mengetahui

kemungkinan terjadinya trauma pada bagian mata yang lain. Sementara itu CT scan dan juga

ocular ultrasound berguna untuk mengetahui lokasi benda asing pada mata serta melihat kondisi

segmen posterior mata.

3.7 Penatalaksanaan

Prolaps iris merupakan suatu kondisi yang membahayakan dan bersifat serius,

22

Page 23: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

penanganan harus diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan untuk mencegah

kerusakan lebih lanjut. Penanganan secara medikamentosanya dapat dilakukan jika prolaps iris

kecil, terlindung oleh konjungtiva dan tanpa komplikasi atau penyulit lain. Pemberian obat tetes

antibiotik dan siklopegik dapat dilakukan selama fase akut. Antibiotik secara intravena dapat

diberikan pada kasus yang berat atau masif untuk menghindari penyebaran infeksi intraokular,

sementara tetanus toxoid dapat pula diberikan tergantung dari riwayat imunisasi pasien dan jenis

dari lukanya. Tindakan bedah dilakukan ketika konjungtiva tidak dapat melindungi atau

menutupi prolaps iris dan terdapat penyulit atau komplikasi. Tujuannya adalah untuk

mengembalikan integritas anatomi mata dan mengembalikan fungsi visual mata. Melalui tehnik

insisi parasentesis pada kasus inkarserata iris perifer dapat diberikan acetylcoline sementara pada

kasus inkarserata airis sentral dapat diberikan epinephrine intraocular. Jika tehnik insisi

parasentesis tidak berhasil maka dapat dilakukan injeksi viscoelastic pada bilik anterior diregion

iris yang mengalami prolaps dengan syarat :

- Prolaps yang terjadi tidak lebih dari 24 – 36 jam

- Iris masih viable atau masih ada tanda-tanda untuk epitelisasi

- Jika tetap tidak berhasil maka dilakukan tehnik spatula cyclodialisis dengan ujung

panjang, dilakukan sepanjang insisi parasentesiss

Pemberian antibiotik sistemik sebagai profilaksis. Hal ini untuk menghindari terjadinya

endophthalmitis, karena walaupun jarang terjadi akan tetapi dampaknya buruk, hendaknya

menggunakan antibiotik broadspektrum. Bakteri yang dapat mengakibatkan endophthalmitis

misalnya Bacillus. Pada penanganan postoperative dapat diberikan kombinasi antara antibiotik –

steroid dan obat siklopegik selama 3-6 minggu pemakaian.

3.8 Komplikasi

Komplikasi berat akibat prolaps iris yang mungkin terjadi antara lain :

- Endophthalmitis

- Epitelisasi berlebih dan pembentukan jaringan fibros pada mata,

- Opthalmia simpatika (jarang)

- Iritis

- Kistoid macularedema

23

Page 24: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

- Glaukoma sekunder

3.9 Prognosis

Prognosis tergantung dari beberapa faktor, semakin kecil prolaps maka prognosis akan

jauh lebih baik, adanya infeksi ikutan serta epitelisasi dan pembentukan jaringan fibrosa berlebih

akan memperburuk prognosis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suhardjo, SU, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata, Yogyakarta; Bagian Ilmu Penyakit Mata,

fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2007.

24

Page 25: Kasus Sulit Mata Trauma Murni

2. Ilyas S,dkk. Ilmua Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran.

Edisi kedua. Jakarta. CV.Sagung Seto;2002.263-278.

3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005.259-267.

4. Prihatno AS.Cedera Mata.2007. Diunduh dari www.medicastore.com, pada tanggal 19

September 2011.

5. American Academy of Ophthalmology in Prevalence and Common Cause of Vision

Impairment in Adults. International Ophthalmology Section 13;2005-2006,page 139-

151.5.

6. Depkes Ditjen Binkesmas. Hasil Survey Indera Penglihatan dan Pendengaran;1996,1998.

12-17.

7. Sofia Yunian, Sri Inkawati. Trauma Mata Akibat Petasan dan Hubungannya dengan

Pencegahan Kebutaan. Ophthalmologica Indonesia Volume 29;2002.hal 6-73.7.

8. Nana Wijana,S.D.Trauma. Dalam :Ilmu Penyakit Mata;1983.247-249

9. Albert D.M. Ophthalmic Surgery Principles andTechniques. Vol 1. Blackwell Science;

1999:137-138.

10. Allan B.D. Mechanism of iris prolapse. Aaqualitative analysis and implications for

surgical technique. J Cataract Refract Surg 1995 Mar; 21(2): 182-6.

11. Brinton G.S,Topping T.M,Hyndiuk R.A. Post traumatic endophthalmitis. Arch

Ophthalmol 1984 Apr; 102(4): 547-50.

25