jurnal mata

Upload: gisnamartha

Post on 14-Jan-2016

14 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ppt

TRANSCRIPT

Karakteristik Trauma Mata Terbuka dan Faktor-faktor Prognosis di Israel Selatan: Sebuah Ulasan Epidemiologi Retrospektif dalam Pegalaman 10 tahun.

Abstrak: Latar belakang: Trauma mata terbuka adalah penyebab tersering dari kebutaan unilateral pada semua golongan usia.Objektif : Untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi karakteristik klinis, faktor prognosis dan hasil visual pada sebuah kelompok pasien dengan trauma di Israel Selatan.Metode: Kami melakukan sebuah ulasan retrospektif pada semua kasus trauma mata terbuka yang di periksa di Departemen Mata, University Soroka Medical Center, Beer Sheva, Israel, dari tahun 1996 sampai 2005. Sebanyak 118 mata dengan trauma mata terbuka terdetekasi dan dianalisis secara statistik. Kami mencatat data demografis, penyebab cidera, ketajaman visus awal, kaitannya dengan morbiditas mata dan cidera, Skore Trauma Mata (OTS), prosedur operasim komplikasi pos operasi, dan ketajaman visus akhir.Hasil : Usia rata-rata dari kelompok studi ini adalah 36,1 tahun dan merupakan 84% laki-laki di dalamnya. Median follow up adalah 13,3 bulan (antara 6 -66 bulan). Insidens dari trauma mata terbuka adalah 3,1 kasus/100.000 pertahun. Dalam 84 kasus (71%) mekanisme dari trauma mata terbuka adalah laserasi. Cedera terbanyak terjadi berhubungan dengan pekerjaan (45%). Cedera bilateral diamati pada dua pasien. Benda asing intraocular di amati pada 45 mata (38%). Operasi primer dilakukan pada 114 mata. Enam pasien (5,1%) terjadi komplikasi endoftalmitis post trauma dan 12 pasien (10,1%) menjalani eviserasi atau enukleasi. Tanda-tanda klinis berhubungan dengan hasil visus yang buruk termasuk ketajaman visus awal yang rendah, cedera palpebra, dan retinal detachment pada pasien.Kesimpulan: Pada studi populasi ini faktor prognosis terpenting dari trauma mata terbuka adalah ketajaman visus awal, trauma palpebra, dan retinal detachment.Kata kunci : trauma mata terbuka, faktor prognosis, hasil visus, benda asing, trauma tembus.

Trauma mata terbuka adalah penyebab kebutaan unilateral tersering pada usia 20 dan 45 tahun. Pada kebanyakan kasus, trauma mata dapat di cegah dan merupakan tugas kita untuk memberi edukasi sebagai proteksi dan pencegahan. Meskipun upaya yang komprehensif pelayanan kesehatan di berbagai negara untuk mencegah trauma mata dilakukan, namun cedera mata tetap terjadi dan menyebabkan kerusakan yang berat. Di negara industri, trauma mata terbuka adalah penyebab pertama dari perawatan di departemen mata. Trauma mata terbuka menghabiskan biaya yang tinggi, termasuk operasi dan prosedurnya yang mahal, perawatan yang lama di rumah sakit, pembayaran kompensasi untuk pasien cedera dan kehilangan hari-hari kerja. Hasil akhir penglihatan dari pasien trauma mata terbuka bervariasi mulai dari sembuh sempurna sampai dengan kebutaan total.Di selurug dunia, sekitar 200.000 orang menderita cedera terbuka bola mata. Berbagai studi klinis menunjukkan insidens dari cedera terbuka bola mata adalah 2 6 kasus per 100.000 populasi pertahun (2,4-7). Insidens bermakna diperkirakan 3,5 kasus dalam 100.000 yaitu sekitar 203.000 cedera terbuka bola mata pertahun di seluruh dunia.Cedera terbuka bola mata di definisikan sebagai luka full-thickness pada mata dan dianggap sebagai trauma yang berat yang mengancam penglihatan pasien. Hasil akhir post cedera terbuka bola mata biasanya bera dan tidak dapat di prediksi pada banyak kasus. Berbagai studi menunjukkan berbagai faktor resiko yang berkorelasi dengan hasil akhir penglihatan pasien dengan cedera terbuka bola mata. Faktor prognosis yang buruk dari hasil akhir penglihatan, di laporkan secara signifikan berdasarkan statistik, yaitu jenis dan mekanisme trauma, ketajaman penglihatan awal post cedera terbuka bola mata, munculnya defek papilar eferen, cedera adnexa, lokasi luka dan ukurannya, kerusakan lenticuler, hifema, perdarahan viterous dan retinal detachment.Walaupun ada dua cara untuk memperkirakan hasil ketajaman penglihatan pos cedera terbuka bola mata , Skor Trauma Okuler (OTS) dan Klasifikasi serta Klasifikasi dan Pohon Regresi (CART), itupun masih sulit untuk memperkirakan hasil akhir ketajaman penglihatan. Rata-rata sekitar 30 % dari cedera terbuka bola mata mempunyai ketajaman visus hanya pada finger counting.Informasi yang tersedia di Israel mengenai epidemiologi cedera terbuka bola mata terbatas. Studi ini menggambarkan karakteristik klinis, faktor prognosis dan hasil akhir penglihatan pada kelompok pasien cedera terbuka bola mata di Israel selatan. Hasil penelitian ini memainkan peran penting untuk rencana pengembangan yang efektif dari pelayanan kesehatan dan strategi pencegahan untuk sebuah populasi.

PASIEN DAN METODEKami melakukan sebuah ulasan retrospektid pada semua kasus trauma terbuka bola mata yang dirawat di Departemen Mata University Soroka Medical Center , Beer Sheva, Israel, dari Januari 1996 sampai Desember 2005. University Soroka Medical Center adalah pusat rujukan trauma mata, yang terletak di bagian selatan Israel dengan populasi hingga lebih dari 1 juta penduduk. Penelitian ini telah disetujui oleh komite etik institusi. Sebanyak 153 mata dari 151 pasien menderita trauma terbuka bola mata pada studi ini. Data dari 118 mata dari 116 pasien dengan cedera terbuka bola mata dianalisis secara statistik. Sisanya 35 mata dikeluarkan dari penelitian karena didapatkan kriteria eksklusi pada pasien, yaitu : a) kurang dari 6 bulan periode follow-up, agar tidak mengabaikan derajat akhir komplikasi segmen posterior pada berbagai kasus tanpa follow-up pos operatif b) operasi mata sebelumnya; dan c) hilangnya informasi pada awal atau akhir ketajaman visus pasien.Setiap diagram pasien ditinjau dan di evaluasi untuk menentukan data demografis (usia dan jenis kelamin), mata yang terkena, penyebab cedera, ketajaman visus awal, letak cedera mata, dan yang berkaitan dengan morbitias mata serta trauma. Cidera mata di klasifikasikan berdasarkan Terminologi Trauma Mata Brimingham (Brimingham Eye Trauma Terminology) sebagai laserasi dan ruptur.Selain itu, rincian dari intervensi operasi juga dicatat. Data follow-up, termasuk ketajaman visus akhir, komplikasi posoperasi, dan durasi dari follow up di dokumentasikan. Hasil evaluasi penelitian adalah ketajaman visus akhir, yang di ukur pada kunjungan terakhir. Untuk analisis statistik pada tingkat ketajaman akhir dibagi menjadi dua grup: grup 1 dengan visus yang dipertahankan (antara 6/6 sampai finger counting) dan grup 2 dengan visus buruk atau visus yang tidak dipertahankan (hand motion, light perception dan no light perception). Tes ketajaman visus di pada cedera mata di lakukan pemeriksaan awal dengang menggunakan Snellen chart untuk jarak dan Jeager card untuk visus dekat. Bila mungkin, uji mata dilakukan dengan pinhole dan hasil ini di gunakan untuk analisa statistik. Bila ketajaman visus lebih buruk dari 6/60, lakukan finger counting, deteksi hand movement, dan light projection sebagai pemeriksaan. Ketajaman visus no light perception dikonfirmasi dengan sumber cahaya terang, seperti oftalmoskop indirek, sementara mata yang tidak mengalami cedera di tutup total.Lokasi luka di definisikan menurut Ocular Trauma Classification Group. Untuk cedera terbuka bola mata, cedera Zona I terletak pada kornea dan limbus, zona II yaitu daerah 5 mm anterior dari sklera, dan zona III yaitu full-thickness sklera lebih dari 5 mm ke posterior dari limbus.Dalam penelitian ini kami menggunakan sistem Ocular Trauma Scoring (OTS), yang dikembangkan oleh Kuhn et al, karena memberikan informasi prognosis yang mengenai hasil visus pasca cedera mata. OTS merupakan sistem skoring yang memperhitungkan: a) inisial ketajaman visus, b) ruptur bola mata, c) endoftalmitis, d) trauma perforasi, e) retinal detachment, and f) defek relatif pupil aferen. Semakin tinggi skor OTS mengindikasikan sebuah prognosis yang lebih baik.

ANALISIS STATISTIKAnalisis statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS untuk Windows (versi 14.0.1, SPSS Inc, Chicago, IL, USA). Chi-square dan Students t-test analyses digunakan untuk mengevaluasi hubungan korelasi dari faktor individu dengan ketajaman visus akhir ketika dikelompokkan sebagai variabel dikotomi. Analisis regresi logistik multivarian dilakukan untuk meneliti ketajaman visus akhir dalam hubungannya dengan berbagai variabel yang ditemukan bermakna yang dikaitkan dengan hasil ketajaman visus pada analisis univarian. Nilai P