jurnal

Download JURNAL

If you can't read please download the document

Upload: sono-edogawa

Post on 05-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN BAYAM (Amaranthus hybridus L.) TERHADAP TABLET GLIBENKLAMID PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG DIBUAT DIABETESNurchotimah, Nur Rahayuningsih, Nur Laili D.H. Program Studi Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada TasikmalayaABSTRAKTelah dilakukan uji pengaruh pemberian infusa daun bayam (Amaranthus hybridus L.) terhadap tablet glibenklamid pada tikus putih jantan galur wistar yang dibuat diabetes dengan menggunakan aloksan. Dosis infusa daun bayam (Amaranthus hybridus L.) 0,54 gram/200 gram BB tikus dan dosis glibenklamid 0,9 mg/ 200 gram BB tikus. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke 8, 15, dan 22 hari setelah induksi aloksan dengan waktu pengukuran setiap sebelum pemberian bahan uji sebagai kadar glukosa puasa (T0), 2 jam setelah pemberian suspensi tablet glibenklamid, infusa daun bayam atau kombinasi suspensi tablet glibenklamid dan infusa daun bayam (T2) dan 4 jam setelah pemberian suspensi tablet glibenklamid, infusa daun bayam atau kombinasi suspens i tablet glibenklamid dan infusa daun bayam (T4) menggunakan glucometer. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat pengaruh pemberian infusa daun bayam (0,54 gram/ 200 gram BB tikus) terhadap tablet glibenklamid (0,9 mg/ 200 gram BB tikus) dalam menurunkan kadar glukosa darah.Kata kunci : Bayam (Amaranthus hybridus L.), Tablet Glibenklamid, Tikus Jantan Galur wistar.PENDAHULUANDiabetes mellitus (DM) merupakan suatusindrom hiperglikemia kronis yang dapat disebabkan oleh kekurangan insulin, resistensi insulin atau keduanya. Lebih dari 120 juta penduduk di seluruh dunia menderita DM dan diperkirakan akan meningkat menjadi 370 juta penduduk, menjelang tahun 2030. DM biasanya irreversibel, walaupun pasien masih bisa menjalani cara hidup dengan normal tetapi komplikasi dari penyakit DM ini bisa menurunkan harapan hidup (Anderson, 2009).Menurut WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar sebagai penderita DM di dunia. Data dari studi global menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus (DM) pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika tidak ada yang dilakukan, jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030 (International Diabetes Federation (IDF), 2011).Penderita DM menggunakan obat-obatan kimia seperti glibenklamid, glimepiride, metformin, dan acarbose. Salah satu obat antidiabetik oral yang sering digunakan adalah golongan sulfonilurea yaitu glibenklamid. Antidiabetik oral golongan sulfonilurea dapat merangsang sel pankreas untuk mengeluarkan lebih banyak insulin (Suherman, 2007).Banyak orang yang menggunakan obat herbal secara bersamaan dengan obat sintetik tanpa rekomendasi dokter (Gohil and Patel, 2007). Masyarakat umum beranggapan bahwa obat herbal dapat mengurangi efek samping dari obat sintetik dan dapat meningkatkan efektivitas dari pengobatan (Inamdar et al, 2008).Banyaknya senyawa aktif farmakologi dalamobat herbal dapat meningkatkan interaksi dengan obat sintetik. Secara teoritis interaksi obat herbal dengan obat sintetik lebih tinggi dari pada interaksi dua obat sintetik karena biasanya obat sintetik berisi zat aktif tunggal (Izzo, 2004).Berdasarkan uraian diatas maka dapatdirumuskan masalah apakah infusa daun bayam (Amaranthus hybridus L.) dapat berpengaruh terhadap tablet glibenklamid dalam menurunkan kadar glukosa darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun bayam (Amaranthus hybridus L.) terhadap tablet glibenklamid dalam menurunkan kadar glukosa darah.BAHAN DAN METODEBahanBahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, daun bayam, aquadest, tabletglibenklamid, aloksan monohidrat, carboksi metil cellulosa (CMC), pereaksi mayer, pereaksidragendorf, serbuk Zn atau Mg, amil alkohol, FeCl3, HCl 2N, larutan gelatin 1%, eter dan kloroform.1AlatAlat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sonde oral, blender, panci infusa,timbangan analitik, testing strip, jarum, alat suntik, glucometer, kandang hewan, danseperangkat alat gelas laboratorium lainnya.Pembuatan Infusa Daun BayamPembuatan infusa dari daun bayam sebanyak27 gram dalam 50 mL air dalam panci infusa selama 15 menit terhitung mulai suhu 90oC sambil sesekali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa 50 mL.Skrining FitokimiaSkrining fitokimia dilakukan untukmengetahui metabolit sekunder alkaloid, saponin, tanin dan polifenol, kuinon triterpenoid dan steroidPembagian Kelompok Hewan UjiTikus putih sebanyak 25 ekor dibagi menjadi 5kelompok. Kelompok normal (KN) diberikan CMC 0,5% secara oral tanpa induksi aloksan, kelompok diabetes melitus (KDM) diberikan CMC 0,5% secara oral yang di induksi aloksan, kelompok kontrol positif glibenklamid (KPG) diberikan suspensi glibenklamid (0,9 mg/200 gram BB tikus) dalam 0,5% CMC, kelompok kontrol positif bayam (KPB) diberikan infusa daun bayam (0,54 gram/200 gram BB tikus), kelompok interaksi dosis (ID) diberikan suspensi glibenklamid (0,9 mg/200 gram BB tikus) dalam0,5% CMC dan infusa daun bayam (0,54gram/200 gram BB tikus) secara oral pada tikusDM.Induksi Diabetes pada TikusLarutan aloksan monohidrat disuntikkan secara intraperitoneal pada hari pertama dengandosis 32 mg/200 gram BB tikus pada kelompok kontrol diabetes melitus, kelompok kontrolglibenklamid, kelompok kontrol infusa daun bayam dan kelompok interaksi dosis. Pada harike-3 dilakukan pengukuran kembali untuk memastikan bahwa tikus mengalamihiperglikemia permanen (Lenzen, 2008). Pemberian Bahan UjiPada hari ke-8 setelah induksi aloksan, bahan uji mulai diberikan sesuai perlakuan masing-masing kelompok. Untuk kelompok interaksi dosis (ID) suspensi glibenklamid diberikanterlebih dahulu kemudian diikuti pemberian infusa daun bayam satu jam setelahnya.Pengambilan sampel darah dilakukan pada 3 waktu, yaitu sebelum pemberian bahan uji sebagaikadar glukosa puasa (T0), 2 jam setelah pemberian suspensi tablet glibenklamid, infusa daun bayam atau kombinasi suspensi tablet glibenklamid dan infusa daun bayam (T2) dan 4 jam setelah pemberian suspensi tablet glibenklamid, infusa daun bayam atau kombinasi suspensi tablet glibenklamid dan infusa daun bayam (T4). Perlakuan dan pengambilan darah ini dilakukan selama 22 hari.Analisis DataAnalisis yang digunakan adalah uji distribusinormal (uji Shapiro Wilk) dan uji homogenitas (uji Levene). Jika data dinyatakan terdistribusi normal dan homogen, uji dilanjutkan dengan uji analisis varian satu arah (ANAVA). Jika terdapat perbedaan yang signifikan, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Jika data yang diperoleh dinyatakan tidak terdistribusi normal dan atau tidak homogen, uji dilanjutkan dengan analisis non parametrik (uji Kruskal Walis). Jika terdapat perbedaan yang bermakna, uji dilanjutkan dengan uji Mann Whitney.HASIL DAN PEMBAHASANSkrining FitokimiaBerdasarkan hasil skrining fitokimia, dapatdiketahui bahwa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia daun bayam adalah alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin, tanin, monoterpen, seskuiterpen, steroid dan triterpenoid. Sedangkan metabolit sekunder yang terkandung di dalam infusa daun bayam adalah flavonoid, polifenol, tanin dan saponin. Hal ini disebabkan karena perbedaan kelarutan dari setiap senyawa tersebut. Infundasi menggunakan pelarut air yang bersifat polar sedangkan alkaloid, monoterpen, seskuiterpen, triterpenoid dan steroid merupakan senyawa yang bersifat nonpolarTabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Pemeriksaan Senyawa Simplisia Infusa Alkaloid+-Flavonoid++Polifenol++Saponin++Kuinon--Tanin++Monoterpen dan seskuiterpen+-Triterpenoid dan steroid+-Keterangan : (+) terdeteksi(-) tidak terdeteksiPengujian Aktivitas AntidiabetesInduksi Diabetes pada TikusBahan kimia yang digunakan untuk induksidiabetes pada tikus adalah aloksan. Aloksan merupakan senyawa analog glukosa yang bersifat toksik dimana pengubahannya menjadi ion radikal hidroksi dapat mengakibatkan kematian sel pankreas dan kemudian dapat menghambat sekresi insulin (Frohde dan Medeiros, 2007). Aloksan digunakan sebagai penginduksi diabetes karena aloksan ini mampu membuat kondisi hewan uji sama seperti pasien yang menderita diabetes melitus (DM). Induksi aloksan dilakukan melalui intraperitoneal dengan dosis 32 mg/200 gram BB tikus (Fitriani, 2011). Pengukuran Kadar Glukosa DarahPengukuran kadar glukosa darah menggunakan glukometer. Prinsip pengukuranglukometer yaitu sampel darah akan masuk ke test strip melalui kapiler. Glukosa yang terdapat didalam darah akan bereaksi dengan glukosa oksidase. Kalium ferisianida yang terdapat didalam test strip akan menghasilkan kalium ferosianida. Kalium ferosianida yang dihasilkanakan sebanding dengan kadar glukosa yang terkandung di dalam darah. Kemudian oksidasikalium ferosianida ini akan menghasilkan muatan listrik yang kemudian akan diubah olehglukometer dan akan ditampilkan sebagai kadar glukosa pada layar glukometer (Batki et al, 2003).Tabel 2. Kadar glukosa darah pra induksi (HA) (mg/dL)KelompokKNKDKPGKPBID1 1111121031021012 879998102973 9210899100834 998110110293 5 102 87 95 89 84 Rata-rata 98.297.499.29991.6TikusKeterangan :KN : Kelompok Kontrol, KD : Kelompok Diabetes Melitus, KPG : Kelompok PositifGlibenklamid, KPB : Kelompok Positif Bayam, ID : Interaksi DosisDari pengukuran rata-rata kadar glukosa darah pra induksi (HA), diperoleh kadar glukosa darah puasa masing-masing kelompok berbeda. Perbedaan kadar glukosa darah dari masing-masing kelompok karena adanya variasi biologis, sehingga tidak akan didapatkan kadar glukosa darah yang sama. Berdasarkan uji Shapiro-Wilk diperoleh hasil bahwa kadar glukosa darah masing-masing kelompok hewan uji terdistribusi normal kecuali kelompok kontrol positif bayam. Dari hasil uji levene diperoleh bahwa seluruh kadar glukosa darah kelompok hewan uji tidak homogen.KNKDKPGKPBID120112134600482952304361805411179223421337298103199109372 Tabel 3. Kadar glukosa darah hari ke-3 setelah induksi (mg/dL) KelompokTikus1234 5 106 221 600 600 278 Rata-rata 107.2 151.6 320.6 340.4 409Keterangan :KN : Kelompok Kontrol, KD : Kelompok Diabetes Melitus, KPG : Kelompok PositifGlibenklamid, KPB : Kelompok Positif Bayam, ID : Interaksi Dosis.Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk kadar glukosa darah masing-masing kelompok hewan uji terdistribusi normal. Dari hasil uji Levene semua kelompok hewan uji tidak homogen. Namun, jika dilihat kadar rata-rata setiap kelompok hewan uji, terdapat kenaikan kadar glukosa darah dari sebelum induksi.Tabel 4. Rata-rata kadar glukosa darah H8 (mg/dL)am)KNKDKPGKPBID087.4104146.6109.21862139250151.2151.22354124.2307.6261.2214284.2Waktu Pengukuran Kelompok (JKeterangan :T0 : Kadar Glukosa Darah Puasa, T2 : Kadar Glukosa Darah 2 Jam Setelah Pemberian Bahan Uji, T4 : Kadar Glukosa Darah 4 jam Setelah Pemberian Bahan Uji, KN : Kontrol Normal, KD : Kontrol Diabetes, KPG : Kontrol Positif Glibenklamid, KPB : Kontrol Positif Bayam, ID : Interaksi Dosis.Gambar 1. Rata-rata kadar glukosa darah pada hari ke-8Bahan uji diberikan pada hari ke-8 setelah induksi aloksan (H8). Sebelum diberi perlakuan dilakukan pengukuran kadar glukosa darah puasa terlebih dahulu, untuk memastikan bahwa hewan uji mengalami hiperglikemia. Dari uji Shapiro-Wilk diperoleh hasil bahwa semua kelompok terdistribusi normal kecuali kelompok kontrol positif bayam pada jam ke-4. Berdasarkan uji Levene, kadar glukosa darah semua kelompok bervariasi homogen. Dari hasil uji ANAVA, bahwa kadar glukosa darah pada jam ke-0 tidak berbeda bermakna.Pemberian makan sebelum pemberian bahan uji dimaksudkan untuk mengukur kadar glukosa post prandial. Untuk mencapai kadar optimal di plasma, sulfonilurea (glibenklamid) dengan waktu paruh pendek akan lebih efektif bila diminum 30 menit sebelum makan (Suherman, 2007). Sehingga pemberian suspensi tablet glibenklamid diberikan sebelum makan.Pada jam ke 2 setelah diberi makan, rata-rata kadar glukosa darah mengalami kenaikan. Berdasarkan hasil uji statistik ANAVA, bahwa kadar glukosa darah pada jam ke 2 ini berbeda bermakna terhadap kadar glukosa darah seluruh kelompok hewan uji dengan nilai signifikansi 0,004. Dari hasil uji beda nyata terkecil (BNT) kelompok kontrol normal berbeda bermakna dengan kelompok kontrol diabetes dan interaksi dosis namun tidak berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol positif glibenklamid dan kontrol positif bayam.Hasil pengukuran pada jam ke 4 terlihat bahwaterjadi kenaikan rata-rata kadar glukosa pada kelompok kontrol diabetes, kontrol positif glibenklamid, kontrol positif bayam dan interaksi dosis. Dari hasil pengukuran ini diketahui bahwa tidak berbeda bermakna dan hal ini dibuktikan dengan uji statistik ANAVA. Namun, berdasarkan uji Kruskal-Wallis jam ke-4 terdapat perbedaan bermakna antar kelompok uji.Berdasarkan hasil uji statistik Mann Whitney kelompok kontrol normal berbeda bermaknadengan kelompok kontrol diabetes, kontrol positif glibenklamid, kontrol positif bayam dan interaksi dosis.Pada hari ke-8 interaksi dari infusa daun bayamdengan tablet glibenklamid ini belum terlihat jelas, karena perbedaan metabolisme dari tablet glibenklamid dan infusa daun bayam. Tabel 5. Rata-rata kadar glukosa darah H15 semua kelompok (mg/dL) am)KNKDKPGKPBID070.620592.4349235.62111.4289.4259234.8333.2497.2242.4145.6219.8278Waktu Pengukuran Kelompok (JKeterangan :T0 : Kadar Glukosa Darah Puasa, T2 : Kadar Glukosa Darah 2 Jam Setelah Pemberian Bahan Uji, T4 : Kadar Glukosa Darah 4 Jam Setelah Pemberian Bahan Uji, KN : Kontrol Normal, KD : Kontrol Diabetes, KPG : Kontrol Posit if Glibenklamid, KPB : Kontrol Positif Bayam,ID : Interaksi Dosis.Gambar 2. Rata-rata kadar glukosa darah pada hari ke-15Hasil pengukuran pada hari ke-15 dari seluruh kelompok uji, terjadi penurunan kadar glukosa pada jam ke-4. Penurunan kadar glukosa darah ini terlihat pada hari ke-15, diduga bahwa glibenklamid terikat dalam protein plasma sekitar 90%-99% terutama oleh albumin (Suherman, 2007).Hal inilah yang memungkinkan bahwa kerja dari glibenklamid terjadi secara bertahap, dan efek hipoglikemiknya baru terlihat pada hari ke-15. Bayam mulai memberikan aktivitas antihiperglikemik pada hari ke-15, berdasarkan grafik rata-rata kadar glukosa darah terlihat adanya penurunan kadar glukosa darah yang cukup bermakna antara kelompok kontrol posit if glibenklamid, kelompok kontrol positif bayam dan interaksi dosis. Pada hari ke-15 dapat terlihat pengaruh pemberian infusa daun bayam terhadap tablet glibenklamid. Dari hasil uji Mann Whitney pada hari ke-15 jam ke-2 kelompok kontrol normal berbeda bermakna dengan kelompok kontrol diabetes, kontrol positif glibenklamid dan interaksi dosis. Tabel 6. Rata-rata glukosa darah H22 semua kelompok (mg/dL) am)KNKDKPGKPBID0134.489107.687.6118.62120269245.4242.6329.44135.6250.4248243.4272.2Waktu Pengukuran Kelompok (JKeterangan :T0 : Kadar Glukosa Darah Puasa, T2 : Kadar Glukosa Darah 2 Jam Setelah Pemberian BahanUji, T4 : Kadar Glukosa Darah 4 Jam Setelah Pemberian Bahan Uji, KN : Kontrol Normal,KD : Kontrol Diabetes, KPG : Kontrol Positif Glibenklamid, KPB : Kontrol Positif Bayam, ID : Interaksi Dosis.Gambar 3. Rata-rata kadar glukosa darah pada hari ke-22Hasil pengukuran pada hari ke-22, kelompok interaksi dosis pada T4 terjadi penurunan kadar glukosa darah. Dari hasil uji statistik Shapiro-Wilk diperoleh bahwa seluruh kelompok hewan uji terdistribusi normal kecuali pada jam ke-2 kelompok kontrol positif bayam. Sedangkan dari hasil uji Levene seluruh kelompok hewan uji bervariasi homogen.Dari hasil uji Kruskal Wallis diperoleh hasilbahwa seluruh kelompok hewan uji berbeda bermakna pada jam ke-2. Berdasarkan uji statistik Mann-Whitney diperoleh hasil bahwa dari kelompok kontrol normal berbeda bermakna dengan kelompok kontrol positif glibenklamid dan interaksi dosis.Berdasarkan pembahasan di atas, terlihatbahwa terdapat pengaruh pemberian infusa daun bayam terhadap tablet glibenklamid pada kelompok interaksi dosis, namun penurunan kadar glukosa ini tidak bermakna. Hal ini diduga terjadi karena adanya metabolit sekunder flavonoid yang dapat memperbaiki antioksidan dalam tubuh. Antioksidan dapat melawan radikal bebas yang dapat diakibatkan oleh kondisi hiperglikemia, dimana kondisi hiperglikemia ini dapat menginduksi peningkatan radikal bebas dan penurunan sejumlah antioksidan.Radikal bebas dapat menimbulkan kerusakan pada sel beta pankreas penghasil insulin sedangkan insulin dibutuhkan sebagai fasilitator masuknya glukosa ke dalam sel sehingga tidak menumpuk di dalam darah. Dalam sel normal selalu terdapat keseimbangan antara produksi radikal bebas dan antioksidan. Antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh akan melawan efek toksisitas dari radikal bebas. Namun, pada keadaan hiperglikemia dan kerusakan sel, produksi radikal bebas akan meningkat dan antioksidan yang dihasilkan tubuh tidak mampu melawannya, maka tubuh perlu tambahan antioksidan dari luar (Setyohadi, 2006). KESIMPULAN DAN SARAN KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwaterdapat pengaruh pemberian infusa daun bayam (0,54 gram/ 200 gram BB tikus) terhadap tablet glibenklamid (0,9 mg/ 200 gram BB tikus) dalam menurunkan kadar glukosa darah.SaranPerlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai senyawa aktif yang berkhasiat sebagaiantidiabetes pada daun bayam (Amaranthus hybridus L.) dengan metode yang lain danperlakuan dosis yang lebih lama.DAFTAR PUSTAKABadan POM, RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal Vol-5 Edisi 1. Jakarta : Direktorat OAI, Deputi II. Hal : 3. [Diakses pada tanggal 8 Maret 2014].Batki, A.D., H.L. Thomason, R. Holder, P. Nayyar and G.H.G. Thorpe. 2003. MDA Evaluation Report : Bayer Esprit 2 Glucoce Meter. MDA 02169. Dalam Hasan et al. Indeks Glikemik Oyek Dan Tiwul Dari Umbi Garut (Marantha arundinaceae L.), Suweg (Amorphallus campanullatus BI) dan Singkong (Manihot utillisima). Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1Maret 2011. [Diakses pada tanggal 19 Juni 2014]DepKes, RI. 2000. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Parameter Standar Umum EkstrakTumbuhan Obat. Jakarta : Departemen Kesehatan. Hal : 1. . 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Hal : 25. [Diakses pada tanggal 8 Maret 2014]Fitriani S.W. 2011. Pengaruh Pemberian Buah Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) terhadap Glibenklamid dalam Menurnkan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan yang Dibuat Diabetes. Universitas Indonesia. [Diakses pada tanggal 10 Februari 2014].Gohil and Patel. 2007. Herb Drug Interactions, Indian Journal of Pharmacology 39 (3) : 129-139. Dalam.Susanti, Depprelia Wahyu dan Iis Wahyuningsih. Bioavailabilitas Tablet Ibuprofen pada Pemberian Bersamaan dengan Ekstrak Air Herba Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) pada Kelinci Jantan. Junal Ilmiah Kefarmasian. Vol. 3 No 1. 2013 : 49-60.Inamdar et al. 2008. Herbal Drugs in Melieu of Modern Drugs International Journal of Green Pharmacy. 2(1): 2-8. Dalam. Susanti, Depprelia Wahyu dan Iis Wahyuningsih. Bioavailabilitas Tablet Ibuprofen pada Pemberian Bersamaan dengan Ekstrak Air Herba Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) pada Kelinci Jantan. Junal Ilmiah Kefarmasian. Vol. 3 No 1. 2013 : 49-60.International Diabetes Federation. 2011. One Adult In Ten will Have Diabetes By 2030. Dalam. Trisnawati, K Shara dan Soedjono Setyorogo. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II diPuskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5 (1). Hal: 6.Izzo. 2004. Herb-Drug Interaction Fundamental and Clinical Pharmacology 19 : 1-16. Dalam. Susanti, Depprelia Wahyu dan Iis Wahyuningsih. Bioavailabilitas Tablet Ibuprofen pada Pemberian Bersamaan dengan Ekstrak Air Herba Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) pada Kelinci Jantan. Junal Ilmiah Kefarmasian. Vol. 3 No 1. 2013 : 49-60.Karam, J.H dan Martha, S. N. 2010. Hormon Pankreas dan Obat Antidiabetes. Dalam : Katzung, G Bertram.Farmakologi Dasar dan Klinik (Basic dan Clinical Pharmakology). Jakarta : EGC. Hal : 704 712.Lenzen, S. 2008. The Mechanism of Alloxan and Streprtozotocin-Induced Diabetes. Diabetologia, Vol. 51.Dalam. Fitriani S.W. 2011. Pengaruh Pemberian Buah Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.)terhadap Glibenklamid dalam Menurnkan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan yang DibuatDiabetes. Universitas Indonesia. [Diakses pada tanggal 10 Februari 2014].Santoso, Singgih. 2014. Panduan Lengkap SPSS Versi 20 Edisi Revisi. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo. Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV. Jilid III.Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Dalam. Pengaruh Diet RumputLaut Eucheuma sp. Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Wistar dengan Diabetes Aloksan.Suherman, K.S.2009. Insulin dan Antidiabetik Oral. Dalam. Gunawan, S.G, R. Setiabudy, Nafrialdy dan ssElysabeth. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal : 481 495.