jurnal reading

13
Pollett et al. BMC infectious Disease 2013, 13:195 http://www.biomedcentral.com/1471-2334/13/195 Artikel penelitian Prevalensi dan Perkiraan Servisitis pada Perempuan Pekerja Seks di Peru: sebuah Studi Observasi Abstrak Latar Belakang: Servisitis merupakam suatu kumpulan gejala dari inflamasi servik dan merupakan sebuah kondisi yang umum terjadi pada perempuan pekerja seks komersial (PSK), suatu subpopulasi yang rentan terhadap penyakit menular seksual. Data lokal diperlukan dalam menentukan manajemen dari servisitis pada PSK yang bekerja di Peru. Kami mencoba untuk mendeskripsikan prevalensi dan penyebab dari servisitis pada populasi ini. Kami juga bermaksud untuk mengidentifikasi faktor demografisosial, kebiasaan dan faktor biologi yang berhubungan dengan servisitis, termasuk Bakterial Vaginosis (BV), sebuah kondisi yang berperan penting pada servisitis Metode: PSK yang berusia 18 tahun atau lebih yang datang ke klinik kesehatan seksual gratis di Callao-Lima, Peru yang memenuhi syarat untuk pengambilan kesimpulan yang disetujui. 467 orang responden telah mengisi kuisionare tatapmuka dan telah dilakukan pemeriksaan genital. Sampel vagina, endoserviks dan sampel darah telah diambil dan diperiksa untuk C. trachomatis (CT), N. gonorrhea (GC), T. vginalis (TV), BV, HIV dan Human T-Cell Lymphotropic Virus-1. Pengolahan data regresi telah digunakan menentukan apakah demografisosial, kebiasaan, atau karakteristik kesehatan seksual lain yang berhubungan dengan diagnosis servisitis. Hasil: Servisitis dideteksi pada 99 (24.9%) dari 397 PSK. Keberadaan servisitis sulit ditegakkan pada 70 responden. Pada wanita dengan servisitis, kuman CT terdapat pada 4.6% (4/87), TV tedapat pada 4.0% (4/99), GC pada 0% (0/87) dan tidak ditemukan kuman patogen pada sampel mikrobiologi serviks pada 91,9% (91/99) sampel. Kuman BV ditemukan pada sampel mikrobiologi vagina pada 36.9% (31/84) sampel dari kasus servisitis. Kuman BV lebih umum ditemukan pada wanita dengan servisitis, meskipun demikian kelompok ini tidak mencapai hasil statistik yang signifikan (aOR = 1.47 [0.87, 2.48], p = 0.15). Penyakit menular seksual lain tidak berhubungan dengan servisitis. Kehadiran pada klinik regular (aOR = 0.54 [0.34, 0.87], p = 0.01) dan yang berkebangsaan Ekuador (aOR = 0.31 [0.13, 0.76], p = 0.01) telah dihubungkan dengan penurunan resiko dari servisitis. © 2013 Pollett et al.; licensee BioMed Central Ltd. This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License (http://creativecommons.org/licenses/by/2.0), which permits unrestricted use, distribution, andreproduction in any medium, provided the original work is properly cited.

Upload: derry-herdhimas

Post on 18-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jur

TRANSCRIPT

Pollett et al. BMC infectious Disease 2013, 13:195http://www.biomedcentral.com/1471-2334/13/195Artikel penelitian

Prevalensi dan Perkiraan Servisitis pada Perempuan Pekerja Seks di Peru: sebuah Studi Observasi

AbstrakLatar Belakang: Servisitis merupakam suatu kumpulan gejala dari inflamasi servik dan merupakan sebuah kondisi yang umum terjadi pada perempuan pekerja seks komersial (PSK), suatu subpopulasi yang rentan terhadap penyakit menular seksual. Data lokal diperlukan dalam menentukan manajemen dari servisitis pada PSK yang bekerja di Peru. Kami mencoba untuk mendeskripsikan prevalensi dan penyebab dari servisitis pada populasi ini. Kami juga bermaksud untuk mengidentifikasi faktor demografisosial, kebiasaan dan faktor biologi yang berhubungan dengan servisitis, termasuk Bakterial Vaginosis (BV), sebuah kondisi yang berperan penting pada servisitisMetode: PSK yang berusia 18 tahun atau lebih yang datang ke klinik kesehatan seksual gratis di Callao-Lima, Peru yang memenuhi syarat untuk pengambilan kesimpulan yang disetujui. 467 orang responden telah mengisi kuisionare tatapmuka dan telah dilakukan pemeriksaan genital. Sampel vagina, endoserviks dan sampel darah telah diambil dan diperiksa untuk C. trachomatis (CT), N. gonorrhea (GC), T. vginalis (TV), BV, HIV dan Human T-Cell Lymphotropic Virus-1. Pengolahan data regresi telah digunakan menentukan apakah demografisosial, kebiasaan, atau karakteristik kesehatan seksual lain yang berhubungan dengan diagnosis servisitis.Hasil: Servisitis dideteksi pada 99 (24.9%) dari 397 PSK. Keberadaan servisitis sulit ditegakkan pada 70 responden. Pada wanita dengan servisitis, kuman CT terdapat pada 4.6% (4/87), TV tedapat pada 4.0% (4/99), GC pada 0% (0/87) dan tidak ditemukan kuman patogen pada sampel mikrobiologi serviks pada 91,9% (91/99) sampel. Kuman BV ditemukan pada sampel mikrobiologi vagina pada 36.9% (31/84) sampel dari kasus servisitis. Kuman BV lebih umum ditemukan pada wanita dengan servisitis, meskipun demikian kelompok ini tidak mencapai hasil statistik yang signifikan (aOR = 1.47 [0.87, 2.48], p = 0.15). Penyakit menular seksual lain tidak berhubungan dengan servisitis. Kehadiran pada klinik regular (aOR = 0.54 [0.34, 0.87], p = 0.01) dan yang berkebangsaan Ekuador (aOR = 0.31 [0.13, 0.76], p = 0.01) telah dihubungkan dengan penurunan resiko dari servisitis.Kesimpulan: Servisitis telah umum terjadi diantara PSK di Peru dan sebagian besar disebabkan oleh infeksi bakteri nongonokokkus dan nonklamidia. Studi lebih lanjut akan menjamin kejelasan peran dari infeksi BV dan kuman patogen lain yang mulai muncul pada populasi ini. Program pemeriksaan kesehatan gratis dari pemerintah peru saat ini mungkin dapat efektif untuk menurunkan tingkat infeksi servisitis.Kata Kunci: Servisitis, PSK, Peru, Bakterial vaginosis, Penyakit Menular Seksual

Pollett et al. BMC infectious Disease 2013, 13:195http://www.biomedcentral.com/1471-2334/13/195

2013 Pollett et al.; licensee BioMed Central Ltd. This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License (http://creativecommons.org/licenses/by/2.0), which permits unrestricted use, distribution, andreproduction in any medium, provided the original work is properly cited.Latar BelakangServisitis merupakan kumpulan gejala inflamasi serviks dan merupakan manifestasi umum dari Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti infeksi Chlamydia trachomatis (CT) dan Neisseria gonorrhoea (GC) [1,2]. Discharge vagina atau perdarahan diantara menstruasi merupakan gejala yang sering muncul pada servisitis, meskipu hal ini dapat terjadi tanpa disertai gejala [1,3]. Servisitis dapat berkembang menjadi penyakit radang panggul (PID) dengan dengan gejala sisa pada fungsi reproduksi, meskipun pada kasus asimtomatis [3]. Servisitis dapat juga mempengaruhi kesehatan seksual pada level populasi tertentu, seperti meningkatny IMS lain seperti infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Human T-cell Lymphotropic Virus (HTLV) [4,5].Sementara Servisitis diperkirakan meningkat sebagai akibat dari IMS, pemahaan tentang penyebab dan patogenesisnya masih terus dikemangkan. Meskipun dengan pemeriksaan mikrobiologi yang maju, tidak ada patogen penyebab yang ditemukan pada sebagian besar kasus servisitis. Saat kuman patogen ditemukan, CT dan GC merupakan penyebab yang paling sering. Lebih jarang lagi melibatkan infeksi Mycoplasma genitalium, Trichomonas vaginalis (TV) and Herpes simplex Virus (HSV) [1,2]. Baru-baru ini, Bacterial vaginosis (BV) telah dihubungkan dengan servisitis, ditambah lagi dengan meningkatnya resiko tertular HIV, hasil kehamilan yang buruk, dan komplikasi pebedahan ginekologi [3,6]. Meskipun bukan termasuk dalam IMS, BV merupakan infeksi vagina endogen yang berhubungan dengan aktivitas seksual dan ditandai dengan pertumbuhan berlebihan dari flora normal anaerob pada vagina dan penurunan dari produksi H2O2 oleh lactobacilli [3].Servisitis merupakan kondisi umum yang sering terjadi pada PSK, dengan prevalensi hampir 20% [7]. Pada Studi di kalangan PSK yang tinggal di Afrika, infeksi CT, GC, M. genitalium and TV sebagai kuman patogen yang umum [7-9]. Berbagai cara seperti tingkat pendidikan yang rendah, peningkatan jumlah pelanggan dan penurunan jumlah penggunaan kondom telah dihubungkan dengan infeksi serviks pada kalangan PSK yang bekerja di Madagascar [10]. Walaupun servisitis telah dilaporkan terjadi diantara PSk Peru, data yang lebih rinci sehubungan dengan prevalensi, penyebab dan faktor resiko pada servisitis di kalangan PSK yang bekerja di Peru atau di negara Amerika Latin lainnya masih sangat kurang [4,11]. Meskipun para PSK mungkin mendapat pelayanan kesehatan yang intermiten dan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut sangat terbatas, servisitis pada PSK, saat didiagnosa, seringkali hanya diterapi berdasarkan gejala saja [12]. Tatalaksana berdasarkan gejala memiliki banyak kekurangan seperti underdiagnosis dari IMS subklinis dan kemungkinan besar penggunaan antibiotik yang berlebihan [13]. Terutama semenjak PSK rentan terhadap IMS, dan servisitis dapat meningkatkan tingkat transmisi IMS kepada populasi umum, data epidemiologis lokal penting sebagai acuan dalam tatalaksana servisitis dikalangan PSK. Tujuan dari penelitian osevasional ini, studi cross-sectional dilakukan untuk mendeskripsikan prevalensi dan penyebab dari servisitis di kalangan PSK yang mendapatkan terapi di klinik kesehatan masyarakat dan klinik berjalan di Callao-Lima, Peru. Kami juga mencari untuk menentukan faktor sosialdemografi, kebiasaan dan faktor biologis yang berhubungan dengan servisitis. Utamanya, kami mencari apakah terdapat hubungan antara BV dan servisitis yang terjadi pada kalangan perempuan ini, terutama meberikan laporan tingkat infeksi BV pada PSK di Peru [11].

MetodeTempat, Responden dan pendaftaranDi Peru, pekerja seks diijinkan untuk pekerja yang telah terdaftar di klinik kesehatan masyarakat dan telah berumur 18 tahun atau lebih. Pendaftaran membutuhkan waktu berbulan-bulan pemeriksaan kesehatan yang semuanya bebas dari biaya. Termasuk mendapatkan pengobatan [11]. Diperkirakan dua pertiga dari pekerja seks di Lima kurang lebih 15000 PSK telh terdaftar. Centro de Salud Alberto Barton (CSAB), yang terletak di kota pelabuhan Callao-Lima, menyediakan layanan kesehatan kepada PSK yang telah terdaftar, sementara mobil klinik kesehata keliling menyediakan layanan pada mereka yang belum terdaftar. Pemeriksaan tiap bulan disediakan oleh Kementrian Kesehatan Peru, termasuk pemeriksaan genital dan pengamilan swab vagina dan serviks untuk pemeriksaan dasar ditempat (termasuk pewarnaa gram, wet mount and pewarnaan KOH) ditambah kultur untuk akteri gonokokkus. Skrening sifilis (menggunakan pemeriksaan non-treponemal) dilakukan tiap tiga bulan dan pemeriksaan HIV seanyak dua kali dalam setahun. Jika dibutuhkan, terapi gejala sesuai dari Pedoman Nasional IMS [11].PSK yang datang untuk pemeriksaan kesehatan di klinik antara bulan November 2008 sampai bulan Januari 2011 diundang untuk mengikuti penelitian cross-sectional ini. PSK yang telah maupun belum terdaftar dapat berpartisipasi dengan status pendaftaran ditentukan pada saat pemeriksaan rutin. PSK yang belum terdaftar ditawarkan untuk mendaftar (jika memenuhi syarat) saat menghadiri pemeriksaan rutin di klinik keliling.PSK yang berusia 18 tahun atau lebih memenuhi syarat inklusi. Telah dilakukan inform consent kepada seluruh responden. Studi ini telah mendapat persetujuan dari Komite Telaah Institusi dari Universitas Washington, Universidad Nacional Mayor de San Marcos, the Directorate of Callao, and US Naval Medical Research Unit No. 6 (NAMRU-6), Callao, Peru.

Prosedur PenelitianSeluruh peserta telah menyelesaikan kuisioner secara tatap muka untuk menyediakan data untuk variabel sosialdemografi dan variabel kebiasaan serta telah dilakukan pengambilan sampel genital dengan melakukan seab vagina, serviks dan samprl darah. Pemeriksaan genital dilakukan oleh salah satu dokter klinik yang ditugaskan sebagai dokter peneliti. Servisitis digambarkan dengan terdapatnya pus mukopurulen dan kerapuhan secara bersamaan dengan rekomendasi dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) [3]. Penyakit radang panggul digambarkan sebagai servisitis yang disertai adanya nyeri abdomen bawah ditambah kekakuan pada serviks, kekakuan pada adneksa atau kekakuan pada uterus. Pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan Saline wet-mount dilakukan pada sampel serviks untuk mendeteksi infeksi Trichomonas vaginalis (TV) pada pemeriksaan laboratorium di CSAB. Pemeriksaan servik lebihlanjut dilaksanakan di laboratorium milik NAMRU-6 di Lima, Peru. Datu sampel serviks diletakkan pada medium transport (Digene Diagnostics, Silver Spring, MD) untuk pemeriksaan molekul dari Chlamydia trachomatis (CT), Neisseria gonorrhoea (GC) dan Human Papillomavirus (HPV). Pemeriksaan CT and GC dilakukan menggunakan Amplicor CT/GC PCR berdasarkan instruksi penbuan alat (Roche, Pleasanton, California, USA). DNA HPV diekstraksi dan dilakukan pemeriksaan PCR menggunakan metode yang telah disebutkan. extracted and PCR [14]. Swab vagina dievaluasi dengan pewarnaan gram, KOH dan saline wet mount tests untuk deteksi candidiasis, TV and BV. Sesuai dengan ketentuan penelitian yang dibakukan, BV didiagnosis dengan kriteria Amsel positif dan skor Nugent [15].Semua pemeriksaan swa vagina diakukan di CSAB. Sampel Darah dikirim ke laboratorium milik NAMRU-6 untuk analisis. Serum diperiksa untuk HIV menggunakan Vironostika HIV Ag/Ab assay (bioMeriux, Marcy lEtoile, France); pengujian yang positive dikonfirmasi dengan line immunoblot assay (INNO-LIA HIV I/II Score, Innogenetics, Gent, Belgium). Contoh Serum juga diperiksa untuk HTLV-1/2 antibody by pemeriksaan ELISA (BioElisa HTLV I/II 5.0 BioKit, Llica dAmunt, Barcelona, Spain) dengan tes konfirmasi menggunakan line immunoblot assay (HTLV I/II score, Innogenetics, Gent, Belgium). Dilakuka skrening serum terhadap sifilis menggunakan Rapid Plasma Reagin (RPR-nosticon II, bioMeriux, Marcy lEtoile, France) dan dikonfirmase dengan uji Treponema Pallidum Hemagglutination Assay (TPHA; Syphagen TPHA - Biokit, Llica dAmunt, Barcelona, Spain). Wanita dengan hasil tes IMS positif diberikan terapi dan konseling berdasarkan Pedoman Kementerian Kesehatan Peru [11].

Analisis StatistikSemua data dimasukkan ke dalam database elektronik dan dianalisis menggunakan STATA, versi 12.0 (StataCorp, College Station, TX). Asosiasi bivariat servisitis dengan variabel sosiodemografi, perilaku, dan biologis diperiksa menggunakan tes Chi-squared untuk menentukan perbedaan yang signifikan antara kelompok. Regresi logistik digunakan untuk menentukan apakah sosiodemografi, perilaku, atau lainnya karakteristik yang berhubungan dengan kesehatan seksual dikaitkan dengan diagnosis servisitis. Kedua model logistik disesuaikan dan yang tidak disesuaikan yang cocok untuk memperkirakan odds ratio (OR) dan interval kepercayaan 95% (95% CI). Untuk variabel sosiodemografi, kami menggunakan kriteria perubahan lebih dari 10% di OR untuk mengidentifikasi pembaur dalam model disesuaikan. Untuk variabel biologis, kita ditentukan adanya infeksi saluran genital terkait dengan kedua servisitis dan vaginosis bakteri (yaitu CT, GC atau TV) sebagai pembaur priori dalam model yang disesuaikan. Sebuah tingkat signifikansi 0,05 digunakan untuk semua tes hipotesis.

HasilSebanyak 467 PSK yang terdaftar. Keberadaan servicitis tidak dapat dinilai dalam 70 wanita karena menstruasi, penggunaan alat pencegah kehamilan, histerektomi atau kesulitan pemeriksaan lainnya. Servisitis ditemukan di 24,9% (99/397) dari peserta yang tersisa. Tabel 1 menyajikan sosiodemografi, perilaku dan biologis karakteristik, termasuk frekuensi IMS dan infeksi saluran kelamin lainnya, pada PSK dengan dan tanpa servisitis. Pada wanita dengan servisitis, CT hadir di 4,6% (4/87), TV dalam 4.0% (4/99), GC di 0% (0/87) dan tidak ada patogen terdeteksi pada mikrobiologi serviks pada 91,9% (91 / 99). Tidak ada co-infeksi serviks yang terdeteksi. Bakterial Vaginosis terdeteksi pada mikrobiologi vagina 36,9% (31/84) dari kasus servisitis yang BV diagnosis definitif dapat dilakukan. Analisis bivariat yang dilakukan hubungan antara variabel sosiodemografi dan biologi dengan servisitis disajikan pada Tabel 2. Pengguna layanan kesehatan regular dan kebangsaan Ekuador secara signifikan terkait dengan penurunan risiko servisitis, bahkan setelah analisis multivariat. BV lebih sering terjadi pada wanita dengan servisitis, namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik (AOR = 1,47 [0,87, 2,48], p = 0,15).Analisis lebih lanjut dilakukan untuk menguji hubungan antara servisitis dan kunjungan klinik yang teratur, kebangsaan Ekuador, dan BV. IMS yang paling umum yang terkait dengan servisitis, yaitu CT, GC dan TV, yang kurang umum pada pengunjung klinik (OR = 0,39 [0,15, 0,99], p = 0,04). BV juga kurang umum pada pengunjung klinik (OR = 0,39, 95% [0,24, 0,62] p