islam tidak mengajarkan kekerasan

16

Click here to load reader

Upload: asyiqotul-ulya

Post on 01-Jul-2015

90 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISLAM TIDAK MENGAJARKAN KEKERASAN

ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliahPendidikan Agama Islam

Yang dibina oleh Bapak Drs. H. Muchsin Zein

Oleh :

Asyiqotul Ulya (100533404460)

Ali Azyumardi Azra (10053340)

Bidya Nila Giwiwardani (100533405401)

Ahmad Hani Pratomo (10053340)

S1 Pendidikan Teknik Informatika

Offering A

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO2011

Page 2: ISLAM TIDAK MENGAJARKAN KEKERASAN

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dunia Islam saat ini dipenuhi warna ‘kekerasan’, hampir seluruh

komunitas muslim pada beberapa bagian dunia menampakkan diri

dengan corak kekerasan. Mulai dari negara-negara bagian paling

timur benua Afrika, sebagian Asia bahkan Eropa. Tampak contoh

nyata dalam konflik yang melanda Sudan dan Nigeria, dimana

kelompok yang mengaku ‘Islam’ dan ‘Kristen’ saling baku tembak.

Pakistan juga ikut menyumbang corak kekerasan pada perebutan

‘elite politik’ ber-ideologi ‘muslim’ berikut konstituennya.

Indonesia juga tak kalah ikut-ikutan dengan menghadirkan kasus

Bom Bali seri I dan II, Perusakan hotel JW Marriot dengan ‘Bom

Bunuh Diri’. Wilayah Selatan Philipina juga ‘diteror’ oleh Abu Sayyaf

pimpinan MILF (Moro Islamic Liberty Front). Sementara di benua

Eropa Timur khususnya negara bekas Uni Soviet gerilyawan Chechen

masih berseteru dengan tentara Rusia merebut kemerdekaan

Chechnya. Dan yang tak pernah lekang diberitakan oleh media masa

kabar terung peluru dan nyawa di Afghanistan, Irak dan Palestina.

Betapapun tidak bisa gegabah menyimpulkan pola dan latar

belakang warna kekerasan dan konflik tersebut, butuh kesabaran

menganalisa dan memilah persoalan pokok sebagai penyebab

utama atau pemicu konflik yang menyertainya. Menyatakan Islam

identik dengan kekerasan bukan simpulan yang tepat, hanya banyak

bukti menunjukkan pembenaran atas ‘jalan kekerasan’ sebagai

pilihan aksi penyelesaian masalah internal maupun eksternal antar

muslim (orang Islam) dengan lingkungannya. Sementara opini

Global terlanjur melegitimasi ‘Islam berwarna Keras dan Kejam’.

Untuk melakukan ‘Evaluasi’ pada rona Islam saat ini perlu

kiranya kita telaah Ajaran Islam, khususnya bagaimana Islam

menyikapi konsep kekerasan . ‘Kekerasan’ yang menjadi dasar

kajian diambil dari makna “ke·ke·ras·an n 1 perihal (yg bersifat,

berciri) keras; 2 perbuatan seseorang atau kelompok orang yg

menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan

Page 3: ISLAM TIDAK MENGAJARKAN KEKERASAN

kerusakan fisik atau barang orang lain; 3 paksaan;” (dari Kamus

besar Bahasa Indonesia).

Oleh karena itu dibutuhkan adanya klarifikasi dan dalil yang jelas

mengenai hakikat jihad dalam islam sehingga tidak menimbulkan

adanya pandangan negative tentang islam.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut: (1) Apakah Islam mendorong

umatnya melakukan tindak kekerasan?, (2) Adakah makna kekerasan dalam islam itu

berarti jihad? (3) bagaimanakah hakikat Islam sebagai Rahmatan Lil Alamiin?

B. PEMBAHASAN

1. Hakikat Kekerasan dalam Islam

Ajaran Islam menentang tindak kekerasan

Menjawab pertanyaan itu tentu harus dirujuk pada ajaran dasar Islam, yaitu seperti

tertuang dalam al- Qur’an dan hadits. Jika merujuk kepada al-Qur’an dan hadits,

ternyata tidak ada suatu ayatpun yang membenarkan tindak kekerasan yang bersifat

opensif. Justru yang ada adalah sebaliknya, yaitu mendorong umat Islam agar berlaku

kasih sayang kepada seluruh alam semesta; alam, hewan dan tetumbuhan. Itulah

sebabnya Islam menyebut dirinya sebagai rahmat bagi alam semesta, sebagaimana

maksud firman Allah yang artinya:

”Dan tidaklah Kami mengutus engkau kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh

alam semesta” (Q.S. al- Anbiya: 107).

Sebab itulah sejarah membuktikan dan berbicara faktual bahwa di Negara mana

umat Islam mayoritas kaum minoritas akan terlindungi dan memperoleh kesejahteraan

hidup, seperti halnya di Indonesia. Indonesia adalah dengan mayoritas penduduk

Muslim tetapi agama lain memperoleh perlindungan sehingga memperoleh rahmat,

hidup sejahtera, bahkan lebih sejahtera dari umat Islam sendiri.

Kenyataan ini tidak terjadi sebaliknya, yaitu ketika Islam minoritas, yang mereka

hadapi adalah tindak terror dan kekerasan, sebagai peristiwa belakangan yang bisa

diikuti, baik dibelahan Eropa, China, Asia Tenggara, dan sebagainya. Dengan missi

pembawa rahmat itulah, Islam tidak membenarkan tindak kekerasan terhadap orang

atau kelompok lain seperti pembunuhan dengan berbagai bentuknya, karena tindakan

ini memiliki dosa besar.

Page 4: ISLAM TIDAK MENGAJARKAN KEKERASAN

Pada surat Al-Maidah: 32 secara tegas Allah berfirman: ”Dan karena itu Kami

tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa barang siapa yang membunuh

seseorang manusia bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena

membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan ia telah membunuh manusia

seluruhnya...

Dari ayat ini jelas betapa besarnya resiko menghilangkan nyawa manusia yang

memang harus dipertahankan. Qishash sebagai salah satu ajaran Islam diperintahkan

sebenarnya adalah sebagai upaya membela nyawa yang dihilangkan.Namun demikian

qishash bukanlah tindakan balas dendam, melainkan sebagai upaya untuk

menyelamatkan nyawa-nyawa lain, sebagaimana firman Allah SWT dalam al- Qur’an,

yang artinya: ”Sesungguhnya dalam qishash itu terdapat kehidupan...”

Perintah untuk menebarkan rahmat tidak hanya tertuang dalam al- Qur’an,

melainkan juga dalam beberapa hadits, seperti yang berbunyi: ”Kasihilah orang yang

ada di bumi, kamu akan dikasihi orang yang ada di langit”.

Bukan faktor agama

Apabila secara tekstual tidak ada ajaran Islam yang membenarkan tindak

kekerasan, maka jika tindakan kekerasan terjadi bukanlah diakibatkan ajaran Islam

melainkan oleh factor lain. Dan jika dilakukan pendekatan faktor (factor approach),

maka tidak ada satu faktor yang dominan yang melahirkan suatu tindakan.

Terdapat banyak faktor, seperti faktor psikologi, faktor ekonomi, atau mungkin

factor rekayasa luar yang tidak ingin Indonesia aman dan maju. Jika faktor-faktor itu

yang bicara, maka tidak ada kaitannya dengan agama atau Islam, walaupun pelakunya

adalah seorang beragama atau Muslim, karena memang tindakan seperti ini ada di

semua agama dan di semua belahan dunia.

Begitu juga dengan pesantren yang disebut terkait dengan peristiwa bom, jika

dirujuk kepada silabus pesantren, tidak ada pesanteren yang mengajarkan santrinya

untuk bersikap keras tanpa konpromi terhadap orang atau kelompok lain. Jangankan

bicara bom, silabus tentang jihad secara khususpun tidak dipelajari di pesantren.

Penyelesaian faktor

Jika demikian halnya, suatu hal yang bisa kita lakukan ialah penyelesaian faktor,

agar faktor itu tidak memiliki daya dorong melahirkan suatu tindak kekerasan. Jika

faktornya adalah kejiwaan berupa rasa tertekan dan tidak memperoleh keadilan, maka

perasaan itu harus dihilangkan.

Tertekan atau ketidak adilan sebenarnya sangat subyektif, tergantung dari sisi

mana melihatnya, namun tentulah masalah ini menjadi PR bagi pihak-pihak terkait

Page 5: ISLAM TIDAK MENGAJARKAN KEKERASAN

sehingga masyarakat tidak sampai berkesimpulan seperti itu. Dibutuhkan kearifan

dalam menyelesaikan setiap masalah, sehingga tidak ada yang merasa terzolimi.

Jika melihat akar tindak kekerasan di dunia Islam, nampaknya bermula

dari Timur Tengah, jelasnya Pelestina. Tindakan yang dilakukan para pemuda

Pelestina adalah sebagai bentuk protes terhadap arogansi Israel dan keacuhan dunia

sehingga mereka terusir dari kampung halaman mereka.

Dalam kondisi seperti ini mereka melakukan apa saja untuk menunjukkan ketidak

senangan mereka kepada Israel, termasuk dengan cara meledakkan bom. Karena

sampai saat ini masalahnya belum selesai, akhirnya upaya ini mendapat simpatik dari

belahan dunia lain, yang seringkali menggunakan cara yang sama.

Maka jika ingin permasalahan kekerasan terhapus, maka faktor inilah yang harus

diselesaikan oleh dunia internasional, sehingga tidak menjadi sebuah mode

menghadapi masalah. Atau jika faktornya adalah ekonomi, yaitu sulitnya mencari

lapangan pekerjaan dan ketatnya persaingan, maka yang harus kita lakukan ialah

dengan bekerja keras sehingga memiliki peran secara ekonomi.

Dan kepada pihak terkait, seperti Pemerintah dan swasta kiranya memberikan

advokasi dan memberikan peluang bereknomi bagi semua pihak, tanpa memandang

suku dan agama. Jika ini yang dilakukan masyarakat akan berkesimpulan bahwa

mereka telah terperhatikan sehingga diharapkan memiliki rasa memiliki (sense of

belonging) dan rasa bertanggung jawab (sense of responsibility) tersehadap negeri ini.

Dan jika faktornya adalah rekayasa luar, maka yang harus kita lakukan ialah lebih

mempertebal nasionalisme dan ukhuwah wathaniyah sehingga tidak mudah

terpropokasi dengan adu  domba asing tersebut. Kita harus tetap komit sebagai negara

kesatuan dan persatuan dengan sebuah prinsip menolak campur tangan asing dalam

urusan negeri kita sendiri.

Dengan demikian jelaslah bahwa Islam tidak mengajarkan kekerasan, dan jika

tindakan ini dilakukan oleh mereka yang menganut Islam (Muslim), maka hal itu

terjadi bukan karena dorongan Islam, melainkan karena faktor lain, seperti psikologi,

ekonomi, dan rekayasa pihak luar. Semoga kita mampu melewati masalah kita ini

tanpa kehilangan jati diri dan mengorbankan bangsa.

2. Jihad dalam Islam

Islam menyebut kekerasan dengan jihad, menurut bahasa jihad adalah jahada-

juhdun dan jahdun sudah mempunyai makna mubalaghah (bersungguh-sungguh).

Apalagi kata jihad yang berasal dari kata jaahada dengan sighah mubalaghah, tentulah

Page 6: ISLAM TIDAK MENGAJARKAN KEKERASAN

maknanya bersungguh-sungguh kuadrat. Ini menunjukkan bahwa kedua belah pihak

saling mengerahkan kemampuan maksimalnya untuk mengalahkan lawannya, Itulah

sebabnya para pakar bahasa menyebutkan makna jihad secara bahasa adalah :

  Aو?ب= ب مDح? Fل? Dي Fن ل طDاقDة= مFن? Aان Dس? Fن ?إل ا AهAع? DطFي ت Dس? ي مDا Dق?صDي أ Aذ?لD ب

و?ه= Aر? مDك Fف?عDدF ل و?D أ

“Mengerahkan seluruh kemampuan untuk mendapatkan kebaikan dan menolak

bahaya” . Atau :

  فFي? مDا Dق?صDى أ Fذ?لD Fب ب Aةhق DشDم? Dل ا

Fع ?وAس? وDال FةDاقhالط

“Menanggung kesulitan dengan mengerahkan segala kemampuan”.

Bahkan dalam hadist Rasulullah SAW setan pun mengerti betul bahwa jihad adalah

perang :

: F Dم ال Fس? ?إل ا Fق? FطDرFي ب AهD ل DدDعDقDف FهFق Dط?رD Fأ ب DمDدD أ Fن? Fب ال DدDعDق DانDط? ي hالش hنF إ FةDهF فDاك Fي? ب

D أ Aن? ب Dة Dر? ب Fس عDن?

: Fق? FطDرFي ب AهD ل DدDعDق hمA ث DمD ل س?D فDأ AاهDصDعDف DلD ؟قا Dك? Fي ب

D أ FاءD Dب أ Dو DكF Dائ Dب أ Dن? دFي Dو DكD ?ن دFي AرDذD ت Dو AمF ل Aس? ت AهD ل DالDقDف

: FلDالط�و فFي? FسDرDف? ال FلD DمDث ك FرFاجDهAلم? ا AلD hمDامDث Fن وDإ DكFاءDم DسDو DكDض ر?D DدDع أ وت AرFاجDهA ت AهD ل DالDقDف Fة Dهج?رF ?ل ا

: . DلD DقDات فDت FالDم? وDال Fف?سh الن Aه?دAج DوAه AهD ل DالDقDف FادDهFج? ال Fق? FطDرFي ب AهD ل DدDعDق hمA ث DالDق فDهDاجر AاهDصDعDف DالDقDف

. DنD كا DكFلDذ DلDعDف فDمDن? Fالله Aو?ل Aس Dر DالDقDف DدDاه DجDف AاهDصDعDف ؟ AالDم? ال Aم hسDقA ي Dو AةD أ ?مDر? ال AحD ?ك Aن فDت AلD Aق?ت فDت

, . Fن? إ Dو Dةh ن Dج? ال AهD ل Fد?خA ي Dن? أ hلDجDو hزDع Fالله عDلDى حDق�ا DانD ك DلF قAت و?D أ Dةh ن Dج? ال AهD ل Fد?خA ي Dن? أ Fالله عDلDى حDق�ا

AهFD Aد?خل ي Dن? أ Fالله عDلDى حDق�ا DانD ك AهA hت دDاب Aه? وDقDصDت و?D أ Dةh ن Dج? ال AهD ل Fد?خA ي Dن? أ حDق�ا Fالله حDق�اعDلDى DانD ك Dق DرDغ

Dةh ن Dج? .ال

Dari Sibrah bin Abi Fakihah bahwasanya Rasulullah bersabda," Sesungguhnya

setan menghadang manusia di setiap jalan kebaikan. Ia menghadang manusia di jalan

Islam," Apakah kau mau masuk Islam dan meninggalkan agamamu, agama bapakmu

dan agama moyangmu ?" Ia tidak menururti setan dan masuk Islam.Maka setan

menghadangnya di jalan hijrah," Kau mau hijrah, meninggalkan tanah air dan langit

yang menanungimu ?Ia tidak menururti setan dan berhijrah maka setan

menghadangnya di jalan jihad," Kau mau berjihad, sehingga terbunuh dan istrimu

diambil orang serta hartamu dibagi-bagi ?" Ia tidak menururti setan dan tetap berjihad.

Siapa saja melakukan hal, itu maka sudah menjadi kewajiban Allah untuk

memasukkannya ke surga. Dan siapa saja terbunuh maka sudah menjadi kewajiban

Allah untuk memasukkannya ke surga. Dan siapa saja tenggelam (karena jihad atau

hijrah—pent) maka sudah menjadi kewajiban Allah untuk memasukkannya ke surga.

Dan siapa saja terlempar dari kendaraannya (saat hijrah atau jihad) maka sudah

menjadi kewajiban Allah untuk memasukkannya ke surga.” (HR. Ahmad 3/483

no:16054hal:1127, Shahih al Jami' al Shaghir 1/338 no. 1652/736.)

Page 7: ISLAM TIDAK MENGAJARKAN KEKERASAN

Tapi seiring waktu berjalan jihad mengalami distorsi dari orang-orang yang

menafikkan kekerasan dalam menegakkan hukum Allah, padahal di dalam hadist,

jihad  yaitu perang melawan orang-orang kafir dalam rangka menegakkan

kalimatulloh dan tidak dibawa kepada pengertian-pengertian lain baik thalabul ilmi,

dakwah, mendirikan pondok pesantren dan madrasah membangun jembatan,

menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim dan amal sholih lainnya.

Lalu masihkah kita menafikan bahwa syariat jihad memang diperintahkan oleh

Allah untuk menegakkan Dien yang mulia, dan sebagai alat untuk pembuktian mana

orang-orang yang benar-benar teguh dalam berjuang untuk Dien dan mana orang-

orang yang munafik, yang hanya duduk-duduk untuk mencari-cari alasan untuk tidak

pergi berjihad.

Tapi bukan berarti kita menafikkan bahwa dakwah dengan lisan tidak penting, hal

ini untuk mengingatkan kembali bahwa jihad tidak bisa di pisahkan dari dakwah

dengan lisan,pikiran dan harta. Karena musuh hari ini telah memerangi umat Islam

dari segala arus dan berbagai tipu daya, maka seyogyanya keasyikkan dengan dakwah

tidak melupakan kita dengan puncaknya agama yaitu jihad di jalan Allah.

3. Makna Islam Sebagai Rahmatan Lil Alamiin

Memahami Rahmat Islam “Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk

(menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS 21: 107). Ayat di atas sering dijadikan

hujjah bahwa Islam adalah agama rahmat. Itu benar. Rahmat Islam itu luas, seluas dan

seluwes ajaran Islam itu sendiri. Itu pun juga pemahaman yang benar. Sebagian orang

secara sengaja (karena ada maksud buruk) ataupun tidak sengaja (karena pemahaman

Islamnya yang tidak dalam), sering memaknai ayat tersebut diatas secara

menyimpang.

Mereka ini mengartikan rahmat Islam harus tercermin dalam suasana sosial yang

sejuk, damai dan toleransi dimana saja Islam berada, apalagi sebagai mayoritas.

Sementara dibaliknya sebenarnya ada tujuan lain atau kebodohan lain yang justru

bertentangan dengan Islam itu sendiri, misalnya memboleh-bolehkan ucapan natal dari

seorang Muslim terhadap umat Nasrani atau bersifat permisive terhadap ajaran sesat

yang tetap mengaku Islam.

Islam sebagai rahmat bagi alam semesta adalah tujuan bukan proses. Artinya

untuk menjadi rahmat bagi alam semesta bisa jadi umat Islam harus melalui beberapa

ujian, kesulitan atau peperangan seperti di zaman Rasulullah. Walau tidak selalu harus

melalui langkah sulit apalagi perang, namun sejarah manapun selalu mengatakan

Page 8: ISLAM TIDAK MENGAJARKAN KEKERASAN

kedamaian dan kesejukan selalu didapatkan dengan perjuangan. Misalnya, untuk

menjadikan sebuah kota menjadi aman diperlukan kerjakeras polisi dan aparat hukum

untuk memberi pelajaran bagi pelanggar hukum. Jadi logikanya, agar tercipta

kesejukan, kedamaian dan toleransi yang baik maka hukum Islam harus diupayakan

dapat dijalankan secara kaffah. Sebaliknya, jangan dikatakan bahwa umat Islam harus

bersifat sejuk, damai dan toleransi kepada pelanggar hukum dengan alasan Islam

adalah agama rahmat.

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam

Islam secara keseluruhannya. Dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.

Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu,” (QS al-Baqarah: 208)

Ada banyak dimensi dari universalitas ajaran Islam. Di antaranya adalah, dimensi

rahmat. Rahmat Allah yang bernama Islam meliputi seluruh dimensi kehidupan

manusia. Allah telah mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat bagi seluruh manusia agar

mereka mengambil petunjuk Allah. Dan tidak akan mendapatkan petunjuk-Nya,

kecuali mereka yang bersungguh-sungguh mencari keridhaan-Nya. “Dan orang-orang

yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan

kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-

orang yang berbuat baik,” (QS al-‘Ankabuut: 69).

Bentuk-bentuk Rahmat Islam

Ketika seseorang telah mendapat petunjuk Allah, maka ia benar-benar mendapat

rahmat dengan arti yang seluas-luasnya. Dalam tataran praktis, ia mempunyai banyak

bentuk.

1. Manhaj (ajaran).

Di antara rahmat Allah yang luas adalah manhaj atau ajaran yang dibawa oleh

Rasulullah saw berupa manhaj yang menjawab kebahagiaan seluruh umat manusia,

jauh dari kesusahan dan menuntunnya ke puncak kesempurnaan yang hakiki. Allah

SWT berfirman, “Kami tidak menurunkan al-Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi

susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),” (QS. Thahaa:

2-3). Di ayat lain, Dia berfirman, “…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu

agamamu…,” (QS Al-Maidah: 3).

2. Al-Qur'an.

Al-Qur'an telah meletakkan dasar-dasar atau pokok-pokok ajaran yang abadi dan

permanen bagi kehidupan manusia yang selalu dinamis. Kitab suci terakhir ini

memberikan kesempatan bagi manusia untuk beristimbath (mengambil kesimpulan)

terhadap hukum-hukum yang bersifat furu’iyah. Hal tersebut merupakan konsekuensi

Page 9: ISLAM TIDAK MENGAJARKAN KEKERASAN

logis dari tuntutan dinamika kehidupannya. Begitu juga kesempatan untuk

menemukan inovasi dalam hal sarana pelaksanaannya sesuai dengan tuntutan zaman

dan kondisi kehidupan, yang semuanya itu tidak boleh bertentangan dengan ushul atau

pokok-pokok ajaran yang permanen. Dari sini bisa kita pahami bahwa al-Qur'an itu

benar-benar sempurna dalam ajarannya. Tidak ada satu pun masalah dalam kehidupan

ini kecuali al-Qur'an telah memberikan petunjuk dan solusi. Allah berfirman,

“Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada

Tuhanlah mereka dihimpunkan,” (QS al-An’aam: 38). Dalam ayat lain berbunyi, “Dan

Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan

petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri,” (QS

an-Nahl: 89).

3. Penyempurna kehidupan manusia

Di antara rahmat Islam adalah keberadaannya sebagai penyempurna kebutuhan

manusia dalam tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Rahmat Islam adalah

meningkatkan dan melengkapi kebutuhan manusia agar menjadi lebih sempurna,

bukan membatasi potensi manusia. Islam tidak pernah mematikan potensi manusia,

Islam juga tidak pernah mengharamkan manusia untuk menikmati hasil karyanya

dalam bentuk kebaikan-kebaikan dunia. “Katakanlah: ‘Siapakah yang mengharamkan

perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hambaNya dan (siapa

pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?” (QS al-A`raf: 32).

Islam memberi petunjuk mana yang baik dan mana yang buruk, sedang manusia

sering tidak mengetahuinya. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat

baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk

bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS al-Baqarah: 216).

4. Jalan untuk kebaikan.

Rahmat dalam Islam juga bisa berupa ajarannya yang berisi jalan / cara mencapai

kehidupan yang lebih baik, dunia dan akhirat. Hanya kebanyakan manusia

memandang jalan Islam tersebut memiliki beban yang berat, seperti kewajiban sholat

dan zakat, kewajiban amar ma’ruf

nahi munkar, kewajiban memakai jilbab bagi wanita dewasa, dan sebagainya.

Padahal Allah SWT telah berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan

sesuai dengan kesanggupannya,” (QS al-Baqarah: 286). Pada dasarnya, kewajiban

tersebut hanyalah untuk kebaikan manusia itu sendiri. “Jika kamu berbuat baik

(berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri,” (QS al-Isra’: 7).

Page 10: ISLAM TIDAK MENGAJARKAN KEKERASAN

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ajaran Islam itu adalah rahmat

dalam artian yang luas, bukan rahmat yang dipahami oleh sebagian orang menurut

seleranya sendiri. Rahmat dalam Islam adalah rahmat yang sesuai dengan kehendak

Allah dan ajaran-Nya, baik berupa perintah atau larangan. Memerangi kemaksiatan itu

adalah rahmat, sekalipun sebagian orang tidak setuju dengan tindakan tersebut. Jihad

melawan orang kafir yang zalim adalahrahmat, meskipun sekelompok manusia tidak

suka jihad dan menganggapnya sebagai tindakan kekerasan atau terorisme. Allah

berfirman, “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu

yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,

dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah

mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS al-Baqarah: 216).

Hendaknya kita jujur dalam mengungkapkan sebuah istilah. Jangan sampai kita

menggunakan ungkapan seperti sejuk, damai, toleransi, rahmat, dan sebagainya,

kemudian dikaitkan dengan kata ‘Islam’. Sementara ada tujuan lain yang justru

bertentangan dengan Islam itu sendiri.

C. PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Tidak ada stu ayatpun dalam Al-Qur’an dan hadits yang membenarkan tindak

kekerasan yang bersifat opensif. Justru yang ada adalah sebaliknya, yaitu

mendorong umat Islam agar berlaku kasih sayang kepada seluruh alam

semesta; alam, hewan dan tetumbuhan.

b. Islam menyebut kekerasan dengan jihad, yang berasal dari kata jaahada dengan

sighah mubalaghah, tentulah maknanya bersungguh-sungguh kuadrat. Ini

menunjukkan bahwa kedua belah pihak saling mengerahkan kemampuan

maksimalnya untuk mengalahkan lawannya.

c. Islam sebagai rahmat bagi alam semesta, hal ini berarti untuk menjadi rahmat

bagi alam semesta bisa jadi umat Islam harus melalui beberapa ujian, kesulitan

atau peperangan seperti di zaman Rasulullah.

D. DAFTAR PUSTAKA

diakses pada 2 Maret 2011 : http://www.deshion.com/artikel/islam-news/108-makna-

islam-sebagai-rahmat-bagi-alam-semesta.pdf

Page 11: ISLAM TIDAK MENGAJARKAN KEKERASAN

diakses pada 2 Maret 2011 : http://www.muslimdaily.net/jurnalis/5509/kekerasan-

dalam-islam