kekerasan pada lansia.doc
TRANSCRIPT
KEPERAWATAN KOMUNITAS
(SUBTANCE ABUSE PADA LANSIA)
DISUSUN OLEH :
1. David eka S
2. Eka budi kusuma
3. Fika kristian Mahardika
4. Mohamad Hidayat
5. Mohamad Imron Aji
6. Oktavia Muji R
7. Shinta Eka
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan,
baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga
semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Yunan Yusuf Habibi
SKep.Ns serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril
maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna serta banyak sekurang-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadang kala hanya
menuruti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami di lain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang kelompok kami susun ini penuh manfaat, sehingga dapat di ambil hikmah dari judul
substance abuse pada lansia ini sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Jombang, Mei, 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................ I
Kata Pengantar........................................................................................................... II
Daftar Isi..................................................................................................................... III
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang....................................................................................................
Rumusan Masalah...............................................................................................
Bab II Tinjauan Pustaka
Tinjauan Teori
Definisi ...............................................................................................................
Perubahan system reproduksi pada wanita.........................................................
Proses menua di tinjau dari tahapan seksual.......................................................
Pemeriksaan fisik ...............................................................................................
Pemeriksaan penunjang.......................................................................................
Penatalaksanaan..................................................................................................
Bab III Penutup
Pengkajian ..........................................................................................................
Alasan masuk .....................................................................................................
Faktor predisposisi .............................................................................................
Faktor presipitasi ................................................................................................
Pemeriksaan fisik ...............................................................................................
Psikososial ..........................................................................................................
Status mental ......................................................................................................
Kebutuhan persiapan pulang ..............................................................................
Mekanisme koping .............................................................................................
Aspek medik ......................................................................................................
Pohon Masalah ...................................................................................................
Diagnosa .............................................................................................................
Analisa data ........................................................................................................
Kesimpulan ........................................................................................................
Kritik Dan Saran ................................................................................................
Daftar Pustaka ...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembangunan di semua bidang, pergeseran pola masyarakat dari masyarakat
agrikultur ke masyarakat industry dan dari masyarkat tradisional menjadi masyarkat
modern ,serta tekanan arus globalisasi/informasi yang diperberat dengan krisis ekonomi,
social dan politik, selain membawa kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat,
juga telah menimbulkan berbagai masalah-masalah yang ditimbulkan antara lain terjadinya
pergeseran nilai moral, kesenjangan keadaan ekonomi, proporsi penduduk mskin yang
semakin besar, angka pengangguran yang semakin tinggi serta berbagai masalah social lain
dan politik, Sementara pemenuhan kebutuhan untuk bertahan hidup makin sulit dilakukan.
Kondisi ini mendukung peningkatan tindak kekerasan , terutama bagi golongan yang
dianggap lemah dan rentan ,yaitu wanita dan anak-anak.
WHO Global Campaign for Violence Prevention (2003), menginformasikan bahwa
1,6 juta penduduk dunia kehilangan hidupnya Karena tindakan kekerasan dan penyebab
utama kematian pada mereka yang berusia antara 15 hingga 44 tahun. Empat puluh hingga
tujuh puluh persen wanita yang menjadi korban pembunuhan ternyata dilakukan oleh
suami atau teman kencan mereka sendiri. Bahkan di beberapa Negara, 69% wanita
dilaporkan pernah diperlakukan secara kasar oleh teman kencan laki-lakinya. Data
menunjukakkan bahwa hampir 1 dari 4 perempuan melaporkan pernah dianiaya secara
seksual oleh teman dekatnya dan hingga sepertiga dari mereka diperkosa.Selain itu,ratusan
dari ribuan wanita diperjual belikan untuk dijadikan pekerja seksual.sementara itu, jutaan
anak-anak di dunia di aniaya dan ditelantarkan oleh orang tua mereka atau yang
seharusnya mengasuh mereka. Terjadi 57.000 kematian karena tindak kekerasan terhadap
anak di bawah usia 15 tahun pada tahun 2000,dan anak berusia 0-4 tahun lebih dari dua
kali lebih banyak dari anak usia 5-14 tahun yang mengalami kematian. Terdapat 4-6%
lansia mengalami penganiayaan di rumah ( Jenkins, 2003).
Data tahun 1993 sebelum krisis moneter saja,telah terjadi 164.577 kasus kekerasan
berupa tindakan pencurian, pemerasan, pemerkosaan, pembunuhan, narkotika, kenakalan
remaja, penipuan, penggelapan pengrusakan, perjudian dan kebakaran (Roesdiharjo,1994).
Tidak terhitung jumlah korban tindak kekerasan akibat tekanan social politik yang terjadi
di beberapa daerah tertentu di Indonesia yang tidak saja meninggalkan beban materi ,tetapi
juga beban psikososial bahkan rendahnya kualitas kehidupan secara menyeluruh bagi
korban dan keluarga serta masyarkat.Tindak kekerasan dipandang sebagai tindak kriminal
yang dilakukan tanpa dikehendaki oleh korban yang menimbulkkan dampak fisik,
psikologis, social, serta spiritual bagi korban dan juga mempengaruhi system keluarga
serta masyarakat secara menyeluruh. Korban tindak kekerasan akan merasa tidak berdaya,
putus asa, dan merasa kehilangan kemampuan untuk dapat menolong dirinya sendiri,serta
mengalami kepedihan psikologis yang luar biasa diikuti perasaan hilang nya harga diri
sebagai manusia yang utuh yang dimanifestasikan dalam rentang respon dari perasaan
cemas dan takut sampai depresi berat. Korban merasa tidak mampu menetukan jalan
hidupnya. Menanggapi tindak kekerasan yang terjadi dan dampak pada korban dan
keluarganya, keperawatan turut berperan dan berkewajiban untuk menanggulangi
permasalahan ini sesuai dengan lingkup ilmu dan profesi keperawatan dengan
memperhatikan kebutuhan holistic korban melalui / pelayanan keperawatan yang
komprehensif dan bersifat individual.
2. Rumusan Masalah
a. Identifikasi tentang pengertian perilaku kekerasan
b. Identifikasi tentang kekerasan pada lansia
c. Identifikasi tentang factor fresipitasi
d. Identifikasi tentang factor predisposisi
e. Identifikasi tentang sumber koping
f. Identifikasi tentang mekanisme koping
g. Identifikasi tentang proses keperawatan
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa / mahasiswi memiliki kemampuan
konsep pemahaman sebagai tenaga perawat professional di bidang Keperawatan komunitas
sehingga mampu menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif yang
mencakup bio, psiko, sosio, dan spiritual.
b. Tujuan khusus
a. Untuk menegtahui tentang pengertian perilaku kekerasan
b. Untuk menegtahui tentang pengertian perilaku kekerasan
c. Untuk menegtahui tentang factor fresipitasi
d. Untuk menegtahui tentang factor predisposisi
e. Untuk menegtahui tentang sumber koping
f. Untuk menegtahui tentang mekanisme koping
g. Untuk menegtahui tentang proses keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian kekerasan
Menurut budi anna Kelliat 1995, amuk merupakan kemarahan yang paling mal
adaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
hilangnya kontrol individu dimana individu tersebut dapat merusak dirinya sendiri, orang
lain dan lingkungan.
Menurut Townsend 2000, amuk (aggresion) adalah tingkah laku yang bertujuan
untuk mengancam atau melukai diri sendiri dan orang lain juga diartikan sebagai perang
atau menyerang.
Menurut Varcolaris 1994, amuk adalah tindakan kekerasan yang bertujuan untuk
menyelesaikan tujuan dimana individu tidak dapat menemukan cara lain, biasanya dipicu
oleh perasaan marah, frustasi dan harga diri rendah.
Jadi berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat kita simpulkan bahwa amuk
merupakan suatu tindakan kekerasan yang dapat membayakan diri sendiri maupun orang
lain yang ditandai dengan ekspresi kemarahan, melakukan tindakan yang berbahaya,
mengeluarkan kata-kata ancaman dan melukai dari tahap yang paling ringan sampai
berat/serius.
B. Kekerasan seksual pada lansia
Kekerasan pada lansia adalah Pengniayaan terhadap lansia mengakibatkan cedera
fisik atau penelantaran emosional meliputi menentang keinginan lansia, mengintimidasi,
atau membuat keputusan yang kejam. Penganiayaan terhadap lansia umumnya dilakukan
oleh anak-anak mereka.
Tindakan yang disengaja atau kelalaian terhadap lansia baik dalam bentuk
malnutrisi, fisik/tenaga atau luka fisik, psikologis oleh orang lain yang disebabkan adanya
kegagalan pemberian asuhan, nutrisi, pakaian, pengawasan, pelayanan medis,rehabilitasi
dan perlindungan yang dibutuhkan
C. Faktor Presipitasi (Stressor Pencetus)
Identitas seksual tidak dapat dipisahkan dari konsep diri atau citra tubuh seseorang. Oleh
karena itu, apabila terjadi perubahan pada tubuh atau emosi seseorang, respons seksual
juga berubah. Ancaman yang spesifik meliputi :
a. Penyakit fisik dan cedera
b. Gangguan jiwa
c. Pengobatan
d. HIV, sindrom imunopdefisiensi didapat (AIDS)
e. Proses penuaan
D. Faktor Predisposisi
Menurut Townsend (1996), ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang faktor
predisposisi, yaitu teori biologi, teori psikologi, dan teori sosiokultural, yaitu :
a. Teori Biologi
Teori biologi terdiri atas tiga pandangan, yaitu pengaruh neurofisiologis, biokimia,
genetik, dan gangguan otak.
a) Pengaruh Neurofisiologis
Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik secara jelas terlibat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Pengaruh Biokimia
Berbagai neurotransmitter sangat berperan dalam memfasilitasi dan menghambat
impuls agresif.
c) Pengaruh Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif
dengan keterkaitan dengan genetik.
d) Gangguan Otak
Penelitian membuktikan bahwa sindrom otak organik berhubungan dengan
berbagai gangguan serebral merupakan faktor predisposisi perilaku agresif dan
tindak kekerasan.
b. Teori Psikologi
a) Teori Psikoanalitik
Teori psikoanalitik menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya
ego dan membuat konsep diri yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka tehadap rasa ketidakberdayaannya dan
rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting.
Insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas dan insting kematian yang
diekspresikan dengan agresivitas.
b) Teori Pembelajaran
Anak-anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, yakni orang
tua, kemudian mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman dan orang lain.
Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau yang mempunyai orang tua
yang mendisiplinkan mereka dengan hukuman fisik akan cenderung berperilaku
keras setelah dewasa.
c. Teori Sosiokultural
Selain pengaruh biologis dan psikologis, faktor budaya dan struktural sosial juga
berpengaruh terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah.
E. Sumber Koping
Sumber koping dapat meliputi pengetahuan tentang seksualitas, pengalaman seksual
yang positif dimasa lal, adanya individu yang mendukung termasuk pasangan seksual,
dan norma social atau budaya yang mendorong ekspresi seksual yang sehat.
F. Mekanisme Koping
Berbagai mekanisme koping yang dapat digunakan untuk mengekspresikan respons
seksual individu adalah sebagai berikut :
1. Fantasi dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman seksual.
2. Penyangkalan dapat digunakan untuk menolak pengakuan terhadap konflik atau
ketidakpuasan seksual
3. Rasionalisasi dapat digunakan untuk membenarkan atau menerima impuls, prilaku,
perasaan, atau motif seksual yang dapat diterima.
4. Menarik diri dapat dilakukan untuk mengatasi perasaan rentan yang belum
terselesaikan dan perasaan ambivalen terhadap keintiman.
G. Proses Keperawatan
Penerapan proses keperawatan meliputi pengkajian menyeluruh, perencanaan yang
cermat, strategi implementasiyang tepat dan evaluasi berkesinambungan terhadap klien
dengan masalah kekerasan seksualsangat penting, karena proses keperawatan
memberikan kerangka kerja untuk menyusun, mengimplementasidan mengevaluasi
strategi keperawatan yang di awali dengan pengkajian.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN
1. Pengkajian
a. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi
epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar,
pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti
meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal,
tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah
bertambah.
b. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi,
dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan
dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran
panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah
dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien
marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi,
dan diintegrasikan.
d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah
sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan
mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan
mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat
mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti
aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal
yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan/ amuk.
a. Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin
membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
b. Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan
kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
2. Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.
a. Data Subjektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. b. Data Objektif
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang barang.
3. Intervensi Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan/ amuk
Tujuan Umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
Tujuan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
e. Beri rasa aman dan sikap empati.
f. Lakukan kontak singkat tapi sering.
1) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan :
a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang
2) Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan
Tindakan :
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
b. Observasi tanda perilaku kekerasan.
c. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
3) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
c. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai
4) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
5) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
a. Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
b. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
c. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal /
kasur atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/ tersinggung.
Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara – cara marah yang sehat, latihan
asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.
Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
6) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bantu memilih cara yang paling tepat.
b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
7) Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan
Tindakan :
a. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah
dilakukan keluarga selama ini.
b. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
c. Jelaskan cara – cara merawat klien
8) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
a. Jelaskan jenis – jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.
b. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin
dokter.
c. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
d. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
e. Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak
menyenangkan.
f. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
b. Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya,
Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
1)Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan :
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negative
c. Utamakan memberi pujian yang realistis.
2)Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
a. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.
3)Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan ( mandiri, bantuan sebagian, bantuan total ).
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
4)Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya
Tindakan :
a. Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
b. Beri pujian atas keberhasilan klien.
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
5)Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri
rendah.
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarg
TINJAUAN KASUS
Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2013
Tanggal Masuk : 20 Desember 2012
Ruang : Perkasa
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Tn. T
Umur : 60 Tahun
Alamat : Jenggotan Pranggon Andong Boyolali
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
No. CM : 03 74 38
B. Penganggung Jawab
Nama : Tn. J
Hubungan dengan Klien : Anak Kandung
Alamat : Jenggotan Pranggon Andong Boyolali
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan sering marah karena tidak bisa hidup seperti orang lain yang
normal, terkadang mengamuk, mengancam hingga memukul orang.
III. ALASAN MASUK
±2 hari sebelum masuk rumah sakit klien bingung, labil, marah – marah, mengamuk
mengancam, gelisah, sulit tidur, hyperaktif, bicara kacau dan bicara sendiri, sulit
dikendalikan, memukul orang lain.
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Klien mengalami gangguan jiwa ± 15 tahun yang lalu, pernah rawat inap di Rumah
Sakit Jiwa Solo > 20 x.
b. Kontrol tidak rutin, putus obat 6 bulan, pengobatan kurang berhasil.
c. Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
d. Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang menakutkan yaitu pernah bertengkar
dipukul dengan helm oleh istrinya dan kepalanya berdarah.
V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda – tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,2 0C Pernafasan : 26 x/menit
B. Ukuran :
Tinggai badan : 172 cm Berat badan : 64 Kg
C. Kondisi Fisik :
Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, jika ada bagian tubuh yang terasa sakit
langsung minta obat, tidak ada kelainan fisik.
VI. PSIKOSOSIAL
A. Genogram
Ket : : Klien
: Istri
: Anak 1
: Anak 2
: Tinggal serumah
B. Konsep Diri
Citra tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah kaki, karena kuat.
Identitas : Klien mengatakan anak ke 2 dari 6 bersaudara.
Peran : Klien mengatakan dirumah atau di dalam keluarga sebagai bapak.
Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, klien merasa bosan keluar
masuk rumah sakit jiwa.
Harga diri : Klien mengatakan orang yang paling dekat dengan klien adalah istri, klien
mengatakan malu karena pendapatan yang dihasilkan tidak mencukupi untuk
kehidupan sehari hari.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.
C. Hubungan Sosial
Orang yang terdekat dengan klien adalah ayah dan ibu. Peran serta dalam masyarakat
/ kelompok : Klien sebelum sakit sering mengikuti ronda di desanya. Hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain : selama klien sering keluar masuk rumah sakit jiwa
temannya berkurang karena lebih suka berdiam diri di rumah.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.
D. Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat / tidak genap 5x sehari, sehabis sholat klien berdoa
agar diberikan kesembuhan.
VII. STATUS MENTAL
a. Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang disisir, berpakaian klien
rapi, klien menggunakan baju yang disediakan rumah sakit.
b. Pembicaraan : Klien bicara cepat, dapat dipahami.
c. Aktivitas Motorik : Klien beraktifitas sesuai, klien kooperatif.
d. Alam Perasaan : Klien mengatakan sedih dengan keadaannya dan terkadang marah jika
merenungi keadaan.
e. Afek : Klien labil dan mudah marah.
Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
f. Ingteraksi Selama Wawancara : Klien aktif, selalu menjawab jika ditanya.
g. Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
h. Pola Pikir : Tidak ada waham, obsesi, delusi, dll.
i. Tingkat Kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian, hari senin
tanggal 14 Januari 2013 jam 14.30 WIB
j. Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
k. Tingak Konsentrasi dan Berhitung : Klien sekolah sampai 3 smp, berhitung klien lancar,
contoh 25 + 25 = 50.
l. Kemampuan Penilaian : Klien dapat menilai antara menolong orang atau melanjutkan
perjalanan, klien memilih menolong orang.
m. Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya di rumah sakit jiwa sedang sakit
jiwa.
VIII.KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
A. Makan
Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum ± 6 gelas / hari, mandiri.
B. BAB / BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ± 5x sehari, mandiri.
C. Mandi
Klien mandi 2x sehari, pagi, dan sore, gosok gigi setiap kali mandi, mandiri.
D. Berpakaian / Berhias
Klien mengatakan baju dengan benar, mampu memakai sendiri.
E. Istirahat dan Tidur
Klien lebih banyak tiduran, tidur siang jarang, tidur malam jam 19.00 – 04.30 WIB.
F. Penggunaan Obat
Klien minum obat 3x sehari, setelah makan, heloperidol 2×5 mg, trihexiperidine 2×2 mg,
resperidone 2×2 mg.
G. Pemeliharaan Kesehatan
Klien baru di rawat di Rumah Sakit Jiwa Klaten, sebelumnya di rawat di Rumah Sakit Jiwa
Surakarta.
H. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien di rumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah.
IX. MEKANISME KOPING
A. Klien mampu berbicara dengan orang lain, terlihat malu.
B. Klien mampu menjelaskan masalah ringan, misalnya kebersihan diri klien dengan
sendiri.
C. Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain, lebih suka diam.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
A. Masalah dengan dukungan kelompok (-)
B. Masalah berhubungan dengan lingkungan : klien menarik diri dari lingkungan.
C. Masalah dengan kesehatan (-)
D. Masalah dengan perumahan : klien tinggal dengan ibu dan ayahnya.
E. Masalah dengan ekonomi : kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya.
XI.ASPEK MEDIK
A. Inj. Lodomer 1 amp IM extra
B. Haloperidol 2×5 mg
C. Trihexiperidine 2×2 mg
D. Resperidone 2×2 mg
XII. MASALAH KEPERAWATAN
A. Perilaku Kekerasan
B. Harga Diri Rendah
C. Menarik Diri
D. Koping Individu Tidak Efektif
XIII. POHON MASALAH
Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan
Perilaku Kekerasan
Harga Diri Rendah
Koping Individu Tidak Efektif
XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah.
B. Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan berhubungan dengan
Perilaku Kekerasan.
XV. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1. Ds :
- Klien malu dengan masyarakat.
- Klien mengatakan pengen menjadi orang kaya.
- Klien mengatakan tidak punya teman semenjak sakit.
Do :
- Klien tampak malu saat berbicara. Koping Individu Tidak Efektif Harga Diri Rendah
2. Ds :
- Klien Mengatakan marah jika memikirkan keadaannya.
Do :
- Klien tampak marah, nada bicara tinggi. Harga Diri Rendah Perilaku Kekerasan
3. Ds :
- Klien mengatakan mengamuk jika sudah terlalu kesal dan jengkel memikirkan keadaan.
Do : - Perilaku Kekerasan Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan.
XVI. RENCANA KEPERAWATAN
Tgl. Dx. Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
16-01-13 Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah TUM :
Klien tidak melakukan perilaku kekerasan.
TUK :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
• Klien mau membalas salam.
• Klien mau menjabat tangan.
• Klien mau menyebutkan nama.
• Klien mau tersenyum.
• Klien mau kontak mata.
• Klien mau mengetahui nama perawat.
• Beri salam/panggil nama
• Sebutkan nama perawat
• Jelaskan maksud hubungan interaksi
• Jelaskan akan kontrak yang akan dibuat
• Beri rasa aman dan sikap empati
• Lakukan kontak singkat tapi sering
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
• Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
• Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri,
lingkungan atau orang lain).
• Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan
• Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
• Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel.
• Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala perilaku kekerasan.
• Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan saat masih jengkel
• Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
• Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/kesal yang akan dialami
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
• Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
• Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
• Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
• Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien
(verbal,pada orang lain, pada lingkungan dan diri sendiri)
• Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan oleh
Klien
• Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
• Klien dapat menyelesaikan
akibat dari cara yang digunakan klien :
- Akibat pada klien sendiri
- Akibat pada orang lain
- Akibat pada lingkungan
• Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang dilakukan klien
• Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan oleh klien
• Tanyakan kepada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?”
XVII.TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl Dx. Kep. SP Implementasi Evaluasi
16-01-13 1 SP 1 • Membina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik :
- Menyapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal
- Memperkenalkan diri dengan sopan
- Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
- Menjelaskan tujuan pertemuan
- Menunjukkan sikap empati dan penuh perhatian pada klien
• Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
• Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
• Mengidentifikasikan perilaku kekerasan yang dilakukan
• Mengidentifikasikan akibat perilaku kekerasan
• Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan ( latihan nafas dalam)
• Menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan
S :
• Klien mau menjawab salam dan mengatakan selamat pagi, dan nama lengkap, senang di
panggil T
• Klien mengatakan marah jika terlalu memikirkan keadaannya
• Klien mengatakan mengamuk jika sedang marah
O :
• Klien mau berjabat tangan
• Klien menjawab pertanyaan dengan terarah
• Klien tenang dan ada kontak mata
A : SP 1 tercapai
Pp : Lanjutkan SP 2
Pk : Anjurkan klien untuk berlatih tarik nafasdalam
SP 2
• Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dan penenangan dengan cara sholat dan
berdo’a
• Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan S :Klien mengatakan
sholatnya masih jarang tidak genap 5 waktu dan berdoa setiap setelah sholat
O : -
A : SP 2 tidak tercapai
Pp : Lanjutkan SP 1 keluarga
Pk : Anjurkan klien untuk sholat 5 waktu dan berdoa
SP 3
• Melatih klien minum obat dengan teratur
• Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian S :Klien mengatakan
minum obat secara teratur setelah makan (pagi, siang, sore)
O :Klien mau minum obat tanpa paksaan perawat
A :SP 3 tercapai
Pp : Lanjutkan SP 1 keluarga
Pk : Anjurkan klien minum obat secara terat
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. T tindakan yang dilakukan
sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya,membantu klien
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi
tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara
yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam
berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah
yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.
(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)
Saran
Untuk pasien :
Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
1. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah
tentangkeinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien
jengkel.
2. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan
diterimatanpa menyakiti orang lain
3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan
maupun diluar ruangan.
4. Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.
5. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit
Untuk perawat :
1. Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah
masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah.
2. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada
klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga
untuk dapat pemecehan masalahya.
3. Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang
konstruktif.
4. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang
membantu relaksasi otot seperti olahraga.
5. Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.
Untuk di Rumah Sakit :
1. Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini.
2. Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan.
Untuk mahasiswa :
1. Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok
Agar Dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
2. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang
keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Kelliat, 2012, “Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa”, Jakarta. EGC
Keliat, B.A. (2008). “Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Menarik diri”.Jakarta :
FKUI
Keliat, B.A. (2008). “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta :EGC
Stuart GW, Sunden . 1998 . “Buku Saku Keperawatan Jiwa” . Jakarta EGC
Maramis, WF.1998, Proses keperawatan Kesehatan jiwa, (Terjemahan ).Penerbit Buku
Kedokteran,EGC, Jakarta