kekerasan pada lansia.doc

35
KEPERAWATAN KOMUNITAS (SUBTANCE ABUSE PADA LANSIA) DISUSUN OLEH : 1. David eka S 2. Eka budi kusuma 3. Fika kristian Mahardika 4. Mohamad Hidayat 5. Mohamad Imron Aji 6. Oktavia Muji R 7.Shinta Eka PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Upload: rusma-sinsetsu-sakurai-kimhiga

Post on 03-Jan-2016

741 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

KEPERAWATAN KOMUNITAS

(SUBTANCE ABUSE PADA LANSIA)

DISUSUN OLEH :

1. David eka S

2. Eka budi kusuma

3. Fika kristian Mahardika

4. Mohamad Hidayat

5. Mohamad Imron Aji

6. Oktavia Muji R

7. Shinta Eka

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2013

Page 2: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai

macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan,

baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga

semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Yunan Yusuf Habibi

SKep.Ns serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril

maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna serta banyak sekurang-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal

pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadang kala hanya

menuruti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang

membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami di lain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa

yang kelompok kami susun ini penuh manfaat, sehingga dapat di ambil hikmah dari judul

substance abuse pada lansia ini sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Jombang, Mei, 2013

Penyusun

 

Page 3: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................ I

Kata Pengantar........................................................................................................... II

Daftar Isi..................................................................................................................... III

Bab I Pendahuluan

Latar Belakang....................................................................................................

Rumusan Masalah...............................................................................................

Bab II Tinjauan Pustaka

Tinjauan Teori

Definisi ...............................................................................................................

Perubahan system reproduksi pada wanita.........................................................

Proses menua di tinjau dari tahapan seksual.......................................................

Pemeriksaan fisik ...............................................................................................

Pemeriksaan penunjang.......................................................................................

Penatalaksanaan..................................................................................................

Bab III Penutup

Pengkajian ..........................................................................................................

Alasan masuk .....................................................................................................

Faktor predisposisi .............................................................................................

Faktor presipitasi ................................................................................................   

Pemeriksaan fisik ...............................................................................................   

Psikososial ..........................................................................................................

Status mental ......................................................................................................  

Kebutuhan persiapan pulang ..............................................................................

Mekanisme koping .............................................................................................    

Aspek medik ...................................................................................................... 

Pohon Masalah ...................................................................................................

Diagnosa .............................................................................................................  

Analisa data ........................................................................................................

Kesimpulan ........................................................................................................

Kritik Dan Saran ................................................................................................

Daftar Pustaka ...........................................................................................................

Page 4: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembangunan di semua bidang, pergeseran pola masyarakat dari masyarakat

agrikultur ke masyarakat industry dan dari masyarkat tradisional menjadi masyarkat

modern ,serta tekanan arus globalisasi/informasi yang diperberat dengan krisis ekonomi,

social dan politik, selain membawa kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat,

juga telah menimbulkan berbagai masalah-masalah yang ditimbulkan antara lain terjadinya

pergeseran nilai moral, kesenjangan keadaan ekonomi, proporsi penduduk mskin yang

semakin besar, angka pengangguran yang semakin tinggi serta berbagai masalah social lain

dan politik, Sementara pemenuhan kebutuhan untuk bertahan hidup makin sulit dilakukan.

Kondisi ini mendukung peningkatan tindak kekerasan , terutama bagi golongan yang

dianggap lemah dan rentan ,yaitu wanita dan anak-anak.

WHO Global Campaign for Violence Prevention (2003), menginformasikan bahwa

1,6 juta penduduk dunia kehilangan hidupnya Karena tindakan kekerasan dan penyebab

utama kematian pada mereka yang berusia antara 15 hingga 44 tahun. Empat puluh hingga

tujuh puluh persen wanita yang menjadi korban pembunuhan ternyata dilakukan oleh

suami atau teman kencan mereka sendiri. Bahkan di beberapa Negara, 69% wanita

dilaporkan pernah diperlakukan secara kasar oleh teman kencan laki-lakinya. Data

menunjukakkan bahwa hampir 1 dari 4 perempuan melaporkan pernah dianiaya secara

seksual oleh teman dekatnya dan hingga sepertiga dari mereka diperkosa.Selain itu,ratusan

dari ribuan wanita diperjual belikan untuk dijadikan pekerja seksual.sementara itu, jutaan

anak-anak di dunia di aniaya dan ditelantarkan oleh orang tua mereka atau yang

seharusnya mengasuh mereka. Terjadi 57.000 kematian karena tindak kekerasan terhadap

anak di bawah usia 15 tahun pada tahun 2000,dan anak berusia 0-4 tahun lebih dari dua

kali lebih banyak dari anak usia 5-14 tahun yang mengalami kematian. Terdapat 4-6%

lansia mengalami penganiayaan di rumah ( Jenkins, 2003).

Data tahun 1993 sebelum krisis moneter saja,telah terjadi 164.577 kasus kekerasan

berupa tindakan pencurian, pemerasan, pemerkosaan, pembunuhan, narkotika, kenakalan

remaja, penipuan, penggelapan pengrusakan, perjudian dan kebakaran (Roesdiharjo,1994).

Tidak terhitung jumlah korban tindak kekerasan akibat tekanan social politik yang terjadi

di beberapa daerah tertentu di Indonesia yang tidak saja meninggalkan beban materi ,tetapi

juga beban psikososial bahkan rendahnya kualitas kehidupan secara menyeluruh bagi

korban dan keluarga serta masyarkat.Tindak kekerasan dipandang sebagai tindak kriminal

Page 5: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

yang dilakukan tanpa dikehendaki oleh korban yang menimbulkkan dampak fisik,

psikologis, social, serta spiritual bagi korban dan juga mempengaruhi system keluarga

serta masyarakat secara menyeluruh. Korban tindak kekerasan akan merasa tidak berdaya,

putus asa, dan merasa kehilangan kemampuan untuk dapat menolong dirinya sendiri,serta

mengalami kepedihan psikologis yang luar biasa diikuti perasaan hilang nya harga diri

sebagai manusia yang utuh yang dimanifestasikan dalam rentang respon dari perasaan

cemas dan takut sampai depresi berat. Korban merasa tidak mampu menetukan jalan

hidupnya. Menanggapi tindak kekerasan yang terjadi dan dampak pada korban dan

keluarganya, keperawatan turut berperan dan berkewajiban untuk menanggulangi

permasalahan ini sesuai dengan lingkup ilmu dan profesi keperawatan dengan

memperhatikan kebutuhan holistic korban melalui / pelayanan keperawatan yang

komprehensif dan bersifat individual.

2. Rumusan Masalah

a. Identifikasi tentang pengertian perilaku kekerasan

b. Identifikasi tentang kekerasan pada lansia

c. Identifikasi tentang factor fresipitasi

d. Identifikasi tentang factor predisposisi

e. Identifikasi tentang sumber koping

f. Identifikasi tentang mekanisme koping

g. Identifikasi tentang proses keperawatan

3. Tujuan

a. Tujuan umum

Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa / mahasiswi memiliki kemampuan

konsep pemahaman sebagai tenaga perawat professional di bidang Keperawatan komunitas

sehingga mampu menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif yang

mencakup bio, psiko, sosio, dan spiritual.

b. Tujuan khusus

a. Untuk menegtahui tentang pengertian perilaku kekerasan

b. Untuk menegtahui tentang pengertian perilaku kekerasan

c. Untuk menegtahui tentang factor fresipitasi

d. Untuk menegtahui tentang factor predisposisi

e. Untuk menegtahui tentang sumber koping

Page 6: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

f. Untuk menegtahui tentang mekanisme koping

g. Untuk menegtahui tentang proses keperawatan

Page 7: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian kekerasan

Menurut budi anna Kelliat 1995, amuk merupakan kemarahan yang paling mal

adaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai

hilangnya kontrol individu dimana individu tersebut dapat merusak dirinya sendiri, orang

lain dan lingkungan.

Menurut Townsend 2000, amuk (aggresion) adalah tingkah laku yang bertujuan

untuk mengancam atau melukai diri sendiri dan orang lain juga diartikan sebagai perang

atau menyerang.

Menurut Varcolaris 1994, amuk adalah tindakan kekerasan yang bertujuan untuk

menyelesaikan tujuan dimana individu tidak dapat menemukan cara lain, biasanya dipicu

oleh perasaan marah, frustasi dan harga diri rendah.

Jadi berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat kita simpulkan bahwa amuk

merupakan suatu tindakan kekerasan yang dapat membayakan diri sendiri maupun orang

lain yang ditandai dengan ekspresi kemarahan, melakukan tindakan yang berbahaya,

mengeluarkan kata-kata ancaman dan melukai dari tahap yang paling ringan sampai

berat/serius.

B. Kekerasan seksual pada lansia

Kekerasan pada lansia adalah Pengniayaan terhadap lansia mengakibatkan cedera

fisik atau penelantaran emosional  meliputi menentang keinginan lansia, mengintimidasi,

atau membuat keputusan yang kejam. Penganiayaan terhadap lansia umumnya dilakukan

oleh anak-anak mereka.

Tindakan yang disengaja atau kelalaian terhadap lansia baik dalam bentuk

malnutrisi, fisik/tenaga atau luka fisik, psikologis oleh orang lain yang disebabkan adanya

kegagalan pemberian asuhan, nutrisi, pakaian, pengawasan, pelayanan medis,rehabilitasi

dan perlindungan yang dibutuhkan

C. Faktor Presipitasi (Stressor Pencetus)

Identitas seksual tidak dapat dipisahkan dari konsep diri atau citra tubuh seseorang. Oleh

karena itu, apabila terjadi perubahan pada tubuh atau emosi seseorang, respons seksual

juga berubah. Ancaman yang spesifik meliputi :

a. Penyakit fisik dan cedera

Page 8: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

b. Gangguan jiwa

c. Pengobatan

d. HIV, sindrom imunopdefisiensi didapat (AIDS)

e. Proses penuaan

D. Faktor Predisposisi

Menurut Townsend (1996), ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang faktor

predisposisi, yaitu teori biologi, teori psikologi, dan teori sosiokultural, yaitu :

a. Teori Biologi

Teori biologi terdiri atas tiga pandangan, yaitu pengaruh neurofisiologis, biokimia,

genetik, dan gangguan otak.

a) Pengaruh Neurofisiologis

Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi

dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik secara jelas terlibat dalam

menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.

b) Pengaruh Biokimia

Berbagai neurotransmitter sangat berperan dalam memfasilitasi dan menghambat

impuls agresif.

c) Pengaruh Genetik

Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif

dengan keterkaitan dengan genetik.

d) Gangguan Otak

Penelitian membuktikan bahwa sindrom otak organik berhubungan dengan

berbagai gangguan serebral merupakan faktor predisposisi perilaku agresif dan

tindak kekerasan.

b. Teori Psikologi

a) Teori Psikoanalitik

Teori psikoanalitik menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kebutuhan untuk

mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya

ego dan membuat konsep diri yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan

merupakan pengungkapan secara terbuka tehadap rasa ketidakberdayaannya dan

rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.

Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting.

Insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas dan insting kematian yang

diekspresikan dengan agresivitas.

Page 9: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

b) Teori Pembelajaran

Anak-anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, yakni orang

tua, kemudian mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman dan orang lain.

Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau yang mempunyai orang tua

yang mendisiplinkan mereka dengan hukuman fisik akan cenderung berperilaku

keras setelah dewasa.

c. Teori Sosiokultural

Selain pengaruh biologis dan psikologis, faktor budaya dan struktural sosial juga

berpengaruh terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum

menerima perilaku kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah.

E. Sumber Koping

Sumber koping dapat meliputi pengetahuan tentang seksualitas, pengalaman seksual

yang positif dimasa lal, adanya individu yang mendukung termasuk pasangan seksual,

dan norma social atau budaya yang mendorong ekspresi seksual yang sehat.

F. Mekanisme Koping

Berbagai mekanisme koping yang dapat digunakan untuk mengekspresikan respons

seksual individu adalah sebagai berikut :

1. Fantasi dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman seksual.

2. Penyangkalan dapat digunakan untuk menolak pengakuan terhadap konflik atau

ketidakpuasan seksual

3. Rasionalisasi dapat digunakan untuk membenarkan atau menerima impuls, prilaku,

perasaan, atau motif seksual yang dapat diterima.

4. Menarik diri dapat dilakukan untuk mengatasi perasaan rentan yang belum

terselesaikan dan perasaan ambivalen terhadap keintiman.

G. Proses Keperawatan

Penerapan proses keperawatan meliputi pengkajian menyeluruh, perencanaan yang

cermat, strategi implementasiyang tepat dan evaluasi berkesinambungan terhadap klien

dengan masalah kekerasan seksualsangat penting, karena proses keperawatan

memberikan kerangka kerja untuk menyusun, mengimplementasidan mengevaluasi

strategi keperawatan yang di awali dengan pengkajian.

Page 10: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN

1. Pengkajian 

 a. Aspek biologis

Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi

epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar,

pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti

meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal,

tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah

bertambah.

 b. Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi,

dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan

dan menuntut.

 c. Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran

panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah

dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien

marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi,

dan diintegrasikan.

d. Aspek sosial

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah

sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan

mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan

mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat

mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti

aturan.

 e. Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal

yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang

dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

Page 11: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

2. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku

kekerasan/ amuk.

a. Data subjektif

Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin

membakar atau mengacak-acak lingkungannya.

b. Data objektif

Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan

kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

 2. Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.

a. Data Subjektif :

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal

atau marah.

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

b. b. Data Objektif

Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.

Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

Merusak dan melempar barang barang.

3. Intervensi Keperawatan

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku

kekerasan/ amuk

Tujuan Umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya

Tujuan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan :

a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan

jelaskan tujuan interaksi.

b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.

e. Beri rasa aman dan sikap empati.

f. Lakukan kontak singkat tapi sering.

Page 12: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

1) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Tindakan :

a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.

c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap

tenang

2)  Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan

 Tindakan :

a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.

b. Observasi tanda perilaku kekerasan.

c. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.

3) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Tindakan:

a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

c. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai

4) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Tindakan:

a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.

b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.

c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

5)  Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

Tindakan :

a. Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat

b. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

c. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.

Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal /

kasur atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.

Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/ tersinggung.

Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara – cara marah yang sehat, latihan

asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.

Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi

kesabaran.

Page 13: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

6) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.

Tindakan:

a. Bantu memilih cara yang paling tepat.

b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.

c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.

d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.

e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.

7) Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan

Tindakan :

a. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah

dilakukan keluarga selama ini.

b. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.

c. Jelaskan cara – cara merawat klien

8) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:

a. Jelaskan jenis – jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.

b. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin

dokter.

c. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).

d. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

e. Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak

menyenangkan.

f. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.

2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah

a. Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

b. Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Tindakan :

Bina hubungan saling percaya,

Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.

Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.

Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung

jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.

Page 14: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

1)Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Tindakan :

a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

b. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negative

c. Utamakan memberi pujian yang realistis.

2)Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Tindakan :

a. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit

b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.

3)Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.

Tindakan :

a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai

kemampuan ( mandiri, bantuan sebagian, bantuan total ).

b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

4)Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya

Tindakan :

a. Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.

b. Beri pujian atas keberhasilan klien.

c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

5)Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Tindakan :

a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri

rendah.

b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.

c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarg

Page 15: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian     :    14 Januari 2013

Tanggal Masuk     :    20 Desember 2012

Ruang    :    Perkasa

I. PENGKAJIAN

A.    Identitas Klien

Nama : Tn. T

Umur : 60 Tahun

Alamat : Jenggotan Pranggon Andong Boyolali

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pedagang

No. CM : 03 74 38

B.    Penganggung Jawab

Nama :    Tn. J

Hubungan dengan Klien :    Anak Kandung

Alamat :    Jenggotan Pranggon Andong Boyolali

II. KELUHAN UTAMA

Klien mengatakan sering marah karena tidak bisa hidup seperti orang lain yang

normal, terkadang mengamuk, mengancam hingga memukul orang.

III. ALASAN MASUK

±2 hari sebelum masuk rumah sakit klien bingung, labil, marah – marah, mengamuk

mengancam, gelisah, sulit tidur, hyperaktif, bicara kacau dan bicara sendiri, sulit

dikendalikan, memukul orang lain.

Page 16: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

IV. FAKTOR PREDISPOSISI

a. Klien mengalami gangguan jiwa ± 15 tahun yang lalu, pernah rawat inap di Rumah

Sakit Jiwa Solo > 20 x.

b. Kontrol tidak rutin, putus obat 6 bulan, pengobatan kurang berhasil.

c. Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa.

d. Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang menakutkan yaitu pernah bertengkar

dipukul dengan helm oleh istrinya dan kepalanya berdarah.

V. PEMERIKSAAN FISIK

A. Tanda – tanda vital :

Tekanan darah     :    130/80 mmHg Nadi     :    88 x/menit

Suhu    :    36,2 0C Pernafasan     :    26 x/menit

B. Ukuran :

Tinggai badan     :    172 cm Berat badan     :    64 Kg

C. Kondisi Fisik :

Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, jika ada bagian tubuh yang terasa sakit

langsung minta obat, tidak ada kelainan fisik.

VI. PSIKOSOSIAL

A. Genogram

Ket :     :  Klien

:   Istri 

:  Anak 1

: Anak 2

:  Tinggal serumah

B. Konsep Diri

Citra tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah kaki, karena kuat.

Identitas : Klien mengatakan anak ke 2 dari 6 bersaudara.

Peran : Klien mengatakan dirumah atau di dalam keluarga sebagai bapak.

Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, klien merasa bosan keluar

masuk rumah sakit jiwa.

Harga diri : Klien mengatakan orang yang paling dekat dengan klien adalah istri, klien

mengatakan malu karena pendapatan yang dihasilkan tidak mencukupi untuk

kehidupan sehari hari.

Page 17: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.

C. Hubungan Sosial

Orang yang terdekat dengan klien adalah ayah dan ibu. Peran serta dalam masyarakat

/ kelompok : Klien sebelum sakit sering mengikuti ronda di desanya. Hambatan dalam

berhubungan dengan orang lain : selama klien sering keluar masuk rumah sakit jiwa

temannya berkurang karena lebih suka berdiam diri di rumah.

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.

D. Spiritual

Klien mengatakan jarang sholat / tidak genap 5x sehari, sehabis sholat klien berdoa

agar diberikan kesembuhan.

VII. STATUS MENTAL

a. Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang disisir, berpakaian klien

rapi, klien menggunakan baju yang disediakan rumah sakit.

b. Pembicaraan : Klien bicara cepat, dapat dipahami.

c. Aktivitas Motorik : Klien beraktifitas sesuai, klien kooperatif.

d. Alam Perasaan : Klien mengatakan sedih dengan keadaannya dan terkadang marah jika

merenungi keadaan.

e. Afek : Klien labil dan mudah marah.

Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

f. Ingteraksi Selama Wawancara : Klien aktif, selalu menjawab jika ditanya.

g. Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.

h. Pola Pikir : Tidak ada waham, obsesi, delusi, dll.

i. Tingkat Kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian, hari senin

tanggal 14 Januari 2013 jam 14.30 WIB

j. Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.

k. Tingak Konsentrasi dan Berhitung : Klien sekolah sampai 3 smp, berhitung klien lancar,

contoh 25 + 25 = 50.

l. Kemampuan Penilaian : Klien dapat menilai antara menolong orang atau melanjutkan

perjalanan, klien memilih menolong orang.

m. Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya di rumah sakit jiwa sedang sakit

jiwa.

Page 18: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

VIII.KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

A.    Makan

Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum ± 6 gelas / hari, mandiri.

B.    BAB / BAK

Klien BAB 1x sehari, BAK ± 5x sehari, mandiri.

C.    Mandi

Klien mandi 2x sehari, pagi, dan sore, gosok gigi setiap kali mandi, mandiri.

D.    Berpakaian / Berhias

Klien mengatakan baju dengan benar, mampu memakai sendiri.

E.    Istirahat dan Tidur

Klien lebih banyak tiduran, tidur siang jarang, tidur malam jam 19.00 – 04.30 WIB.

F.    Penggunaan Obat

Klien minum obat 3x sehari, setelah makan, heloperidol 2×5 mg, trihexiperidine 2×2 mg,

resperidone 2×2 mg.

G.    Pemeliharaan Kesehatan

Klien baru di rawat di Rumah Sakit Jiwa Klaten, sebelumnya di rawat di Rumah Sakit Jiwa

Surakarta.

H.    Kegiatan di Dalam Rumah

Klien di rumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah.

IX. MEKANISME KOPING

A.    Klien mampu berbicara dengan orang lain, terlihat malu.

B.    Klien mampu menjelaskan masalah ringan, misalnya kebersihan diri klien dengan

sendiri.

C.    Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain, lebih suka diam.

Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

A.    Masalah dengan dukungan kelompok (-)

B.    Masalah berhubungan dengan lingkungan : klien menarik diri dari lingkungan.

C.    Masalah dengan kesehatan (-)

D.    Masalah dengan perumahan : klien tinggal dengan ibu dan ayahnya.

E.    Masalah dengan ekonomi : kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya.

Page 19: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

XI.ASPEK MEDIK

A.    Inj. Lodomer 1 amp IM extra

B.    Haloperidol 2×5 mg

C.    Trihexiperidine 2×2 mg

D.    Resperidone 2×2 mg

XII. MASALAH KEPERAWATAN

A.    Perilaku Kekerasan

B.    Harga Diri Rendah

C.    Menarik Diri

D.    Koping Individu Tidak Efektif

XIII.    POHON MASALAH

Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan

Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

A.    Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah.

B.    Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan berhubungan dengan

Perilaku Kekerasan.

XV. ANALISA DATA

No    Data    Etiologi    Problem

1.    Ds :

-    Klien malu dengan masyarakat.

-    Klien mengatakan pengen menjadi orang kaya.

-    Klien mengatakan tidak punya teman semenjak sakit.

Do :

-    Klien tampak malu saat berbicara.    Koping Individu Tidak Efektif    Harga Diri Rendah

2.    Ds :

-    Klien Mengatakan marah jika memikirkan keadaannya.

Do :

-    Klien tampak marah, nada bicara tinggi.    Harga Diri Rendah    Perilaku Kekerasan

3.    Ds :

Page 20: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

-    Klien mengatakan mengamuk jika sudah terlalu kesal dan jengkel memikirkan keadaan.

Do : -    Perilaku Kekerasan Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan.

XVI. RENCANA KEPERAWATAN

Tgl.    Dx. Keperawatan    Tujuan    Kriteria Hasil    Intervensi

16-01-13    Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah    TUM :

Klien tidak melakukan perilaku kekerasan.

TUK :

1.    Klien dapat membina hubungan saling percaya.   

•    Klien mau membalas salam.

•    Klien mau menjabat tangan.

•    Klien mau menyebutkan nama.

•    Klien mau tersenyum.

•    Klien mau kontak mata.

•    Klien mau mengetahui nama perawat. 

•    Beri salam/panggil nama

•    Sebutkan nama perawat

•    Jelaskan maksud hubungan interaksi

•    Jelaskan akan kontrak yang akan dibuat

•    Beri rasa aman dan sikap empati

•    Lakukan kontak singkat tapi sering

2.    Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.  

•    Klien dapat mengungkapkan perasaannya.

•    Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri,

lingkungan atau orang lain).

•    Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan

•    Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal

3.    Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.  

 •    Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel.

•    Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala perilaku kekerasan. 

•    Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan saat masih jengkel

•    Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien

•    Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/kesal yang akan dialami

4.    Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

•    Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Page 21: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

•    Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

•    Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

•   Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien

(verbal,pada orang lain, pada lingkungan dan diri sendiri)

•    Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan oleh

Klien

•    Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai

5.    Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

•    Klien dapat menyelesaikan

akibat dari cara yang digunakan klien :

-    Akibat pada klien sendiri

-    Akibat pada orang lain

-    Akibat pada lingkungan  

•    Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang dilakukan klien

•    Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan oleh klien

•    Tanyakan kepada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?”

XVII.TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl    Dx. Kep.    SP    Implementasi    Evaluasi

16-01-13    1    SP 1    •    Membina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip

komunikasi terapeutik :

-    Menyapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal

-    Memperkenalkan diri dengan sopan

-    Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

-    Menjelaskan tujuan pertemuan

-    Menunjukkan sikap empati dan penuh perhatian pada klien

•    Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

•    Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan

•    Mengidentifikasikan perilaku kekerasan yang dilakukan

•    Mengidentifikasikan akibat perilaku kekerasan

•    Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan ( latihan nafas dalam)

•    Menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan  

 S :

•    Klien mau menjawab salam dan mengatakan selamat pagi, dan nama lengkap,  senang di

panggil T

Page 22: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

•    Klien mengatakan marah jika terlalu memikirkan keadaannya

•    Klien mengatakan mengamuk jika sedang marah

O :

•    Klien mau berjabat tangan

•    Klien menjawab pertanyaan dengan terarah

•    Klien tenang dan ada kontak mata

A : SP 1 tercapai

Pp : Lanjutkan SP 2

Pk : Anjurkan klien untuk berlatih tarik nafasdalam

SP 2  

•    Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dan penenangan dengan cara sholat dan

berdo’a

•    Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan    S :Klien mengatakan

sholatnya masih jarang tidak genap 5 waktu dan berdoa setiap setelah sholat

O : -

A : SP 2 tidak tercapai

Pp : Lanjutkan SP 1 keluarga

Pk : Anjurkan klien untuk sholat 5 waktu dan berdoa

SP 3  

•    Melatih klien minum obat dengan teratur

•    Menganjurkan klien memasukkan dalam  jadwal kegiatan harian    S :Klien mengatakan

minum obat secara teratur setelah makan (pagi, siang, sore)

O :Klien mau minum obat tanpa paksaan perawat

A :SP 3 tercapai

Pp : Lanjutkan SP 1 keluarga

Pk : Anjurkan klien minum obat secara terat

Page 23: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. T tindakan yang dilakukan

sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya,membantu klien

mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi

tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara

yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam

berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah

yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.

(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)

Saran

Untuk pasien :

Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

1. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah

tentangkeinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien

jengkel.

2. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan

diterimatanpa menyakiti orang lain

3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan

maupun diluar ruangan.

4. Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.

5. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit

Untuk perawat :

1. Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah

masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah.

2. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada

klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga

untuk dapat pemecehan masalahya.

3. Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang

konstruktif.

Page 24: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

4. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang

membantu relaksasi otot seperti olahraga.

5. Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.

Untuk di Rumah Sakit :

1. Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini.

2. Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat meningkatkan mutu

pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan.

Untuk mahasiswa :

1. Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok

Agar Dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.

2. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang

keperawatan jiwa.

Page 25: KEKERASAN PADA LANSIA.doc

DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Kelliat, 2012, “Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa”, Jakarta. EGC

Keliat, B.A. (2008). “Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Menarik diri”.Jakarta :

FKUI

Keliat, B.A. (2008). “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta :EGC

Stuart GW, Sunden . 1998 . “Buku Saku Keperawatan Jiwa” . Jakarta EGC

Maramis, WF.1998, Proses keperawatan Kesehatan jiwa, (Terjemahan ).Penerbit Buku

Kedokteran,EGC, Jakarta