insbio_priyanka kusuma wardhani 081117029_tugas 5 tekanan darah

2
Priyanka Kusuma Wardhani 081117029- S1 Teknobiomedik 1. Metode yang paling sering digunakan dalam pengukuran noninvasive blood pressure (NIBP) terdiri dari cuff tekanan darah dan stetoskop. Cuff terhubung dengan sebuah alat pengukur yang menampilkan tegangan pada cuff. Cuff dan alat pengukur tersebut dikenal sebagai sphygmomanometer. Cuff tekanan darah biasanya diletakkan di sekitar lengan dan digembungkan untuk menampilkan tekanan pada alat pengukur. Pengukuran tekanan darah dengan teknik manual atau teknik auscultatory terdiri dari seseorang yang mendengarkan suara Korotkoff menggunakan stetoskop. Suara tersebut dihubungkan dengan persamaan tekanan antara tekanan darah pada lengan dan tekanan darah pada jantung [1]. Pada dasarnya, ada dua metode pengukuran tekanan darah, yaitu metode auskultasi dan metode osilometri (NIBP). Metode pengukuran tekanan darah dengan auskultasi menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Metode ini lebih mudah dan lebih murah. Namun, keakuratan tekanan darah yang terukur tergantung oleh kepekaan dan ketrampilan pengukur dalam mendengarkan suara Korotkoff. Metode lainnya adalah metode osilometri. Metode ini menggunakan alat elektronik yang menerapkan teknik osilometri atau teknik Doppler. Pada osilometri, perubahan tekanan ditransmisikan melalui dinding arteri ke manset penekan, dan osilasi dideteksi oleh suatu indikator yang sensitif terhadap tekanan. Osilometer dilengkapi dengan pembacaan digital untuk sistolik, diastolik, tekanan arteri rata-rata, dan nadi. Tekanan arteri rata-rata tidak sama dengan tekanan darah rata-rata. Namun, nilai tekanan arteri rata-rata biasanya lebih rendah dibandingkan tekanan darah rata-rata. Hasil pengukuran tekanan darah dengan metode osilometri pada umumnya lebih tinggi dan berkorelasi lebih baik dengan nilai arteri radialis langsung hasil pengukuran auskultasi. Osilometri juga mengatasi masalah umum yang ditemukan dengan metode auskultasi, seperti pengempesan manset yang terlalu cepat atau tidak mendengar suara Korotkoff [4]. 2. Dalam pengukuran tekanan darah continuous arterial, tekanan darah yang diperoleh bisa lebih presisi. Tekanan darah yang diukur langsung dari pembuluh darah, sehingga tekanan darah yang diperoleh juga berdasarkan tekanan dari pembuluh darah. Berbeda dengan pengukuran tekanan darah menggunakan spygmomanometer, tekanan darah yang diperoleh berupa pendekatan dari tekanan udara pada cuff. Namun, dalam pengukuran tekanan darah melalui arteri, pasien rentan terhadap beberapa komplikasi, antara lain: - Vascular insuffiency and vasopasm - Hematoma - Kehilangan darah - Arterial thrombosis - Air or thrombotic embolic - Nerve damage - Infection - Infra-arterial drug injection

Upload: priyanka-kusuma-wardhani

Post on 20-Jan-2016

61 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Insbio_Priyanka Kusuma Wardhani 081117029_Tugas 5 Tekanan Darah

Priyanka Kusuma Wardhani

081117029- S1 Teknobiomedik

1. Metode yang paling sering digunakan dalam pengukuran noninvasive blood pressure

(NIBP) terdiri dari cuff tekanan darah dan stetoskop. Cuff terhubung dengan sebuah alat

pengukur yang menampilkan tegangan pada cuff. Cuff dan alat pengukur tersebut

dikenal sebagai sphygmomanometer. Cuff tekanan darah biasanya diletakkan di sekitar

lengan dan digembungkan untuk menampilkan tekanan pada alat pengukur.

Pengukuran tekanan darah dengan teknik manual atau teknik auscultatory terdiri dari

seseorang yang mendengarkan suara Korotkoff menggunakan stetoskop. Suara tersebut

dihubungkan dengan persamaan tekanan antara tekanan darah pada lengan dan tekanan

darah pada jantung [1].

Pada dasarnya, ada dua metode pengukuran tekanan darah, yaitu metode auskultasi dan

metode osilometri (NIBP). Metode pengukuran tekanan darah dengan auskultasi

menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Metode ini lebih mudah dan lebih

murah. Namun, keakuratan tekanan darah yang terukur tergantung oleh kepekaan dan

ketrampilan pengukur dalam mendengarkan suara Korotkoff. Metode lainnya adalah

metode osilometri. Metode ini menggunakan alat elektronik yang menerapkan teknik

osilometri atau teknik Doppler. Pada osilometri, perubahan tekanan ditransmisikan

melalui dinding arteri ke manset penekan, dan osilasi dideteksi oleh suatu indikator yang

sensitif terhadap tekanan. Osilometer dilengkapi dengan pembacaan digital untuk

sistolik, diastolik, tekanan arteri rata-rata, dan nadi. Tekanan arteri rata-rata tidak sama

dengan tekanan darah rata-rata. Namun, nilai tekanan arteri rata-rata biasanya lebih

rendah dibandingkan tekanan darah rata-rata. Hasil pengukuran tekanan darah dengan

metode osilometri pada umumnya lebih tinggi dan berkorelasi lebih baik dengan nilai

arteri radialis langsung hasil pengukuran auskultasi. Osilometri juga mengatasi masalah

umum yang ditemukan dengan metode auskultasi, seperti pengempesan manset yang

terlalu cepat atau tidak mendengar suara Korotkoff [4].

2. Dalam pengukuran tekanan darah continuous arterial, tekanan darah yang diperoleh bisa

lebih presisi. Tekanan darah yang diukur langsung dari pembuluh darah, sehingga

tekanan darah yang diperoleh juga berdasarkan tekanan dari pembuluh darah. Berbeda

dengan pengukuran tekanan darah menggunakan spygmomanometer, tekanan darah yang

diperoleh berupa pendekatan dari tekanan udara pada cuff. Namun, dalam pengukuran

tekanan darah melalui arteri, pasien rentan terhadap beberapa komplikasi, antara lain:

- Vascular insuffiency and vasopasm

- Hematoma

- Kehilangan darah

- Arterial thrombosis

- Air or thrombotic embolic

- Nerve damage

- Infection

- Infra-arterial drug injection

Page 2: Insbio_Priyanka Kusuma Wardhani 081117029_Tugas 5 Tekanan Darah

Risiko tersebut dapat diminimalisir dengan penggunaan kateter berukuran kecil,

penambahan heparin (2 sampai 3 mL/jam), penggunaan pulse oximetry, dan penambahan

antiseptic [2].

3. Kesalahan yang paling sering terjadi dalam pengukuran tekanan darah adalah

penggunaan ukuran cuff yang tidak sesuai. Perkiraan tekanan darah lebih besar dapat

terjadi jika cuff terlalu kecil. Panjang bladder pada cuff yang ideal dan direkomendasikan

oleh AHA (American Heart Association) sebesar 80% dari keliling lengan pasien, dan

lebar yang ideal sebesar 40%. Kesalahan pengukuran bisa diminimalisir dengan lebar

minimal cuff sebesar 46% keliling lengan. [3]

Tabel 1. Ukuran cuffs untuk tekanan darah

Patient Recommended Cuff Size

Adults (by arm circumference)

22 to 26 cm 12 × 22 cm (small adult)

27 to 34 cm 16 × 30 cm (adult)

35 to 44 cm 16 × 36 cm (large adult)

45 to 52 cm 16 × 42 cm (adult thigh)

Children (by age)

Newborns and premature infants 4 × 8 cm

Infants 6 × 12 cm

Older children 9 × 18 cm

Kemungkinan kesalahan pengukuran tekanan darah pada pasien obesitas sangat besar

karena ukuran cuff standar untuk orang dewasa terlalu kecil. Sehingga, cuff tidak bisa

mengkover atau menekan arteri brachialis pada pasien obesitas. Maka, pada pasien yang

obesitas, dibutuhkan cuff yang lebih panjang dan lebih lebar untuk menekan arteri

brachialis secara adekuat. Pada anak-anak, lebar bladder pada cuff sebaiknya 40% dari

keliling lengan antara olecranon dan acromion, selain itu cuff seharusnya bisa mengkover

80% atau lebih keliling lengan [3].

Daftar Pustaka

[1] Christe, Barbara L, 2009, Introduction to Biomedical Instrumentation,

Indianapolis: Indiana University Purdue University

[2] Palatini, Paolo dan Gianfranco Parati, 2011, Blood pressure measurement n very

obese patients: a challenging problem, Journal of Hypertension, 29, 425-429

[3] Smith, Liz, 2005, New AHA Recomendations for Blood Pressure Measurement,

Am Fam Physician, Oct 1, 72(7), 1391-1398

[4] Stevens, Quinn and Nathaen Weitzel, 2011, Manual of Clinical Anesthesiology,

Lippincott Williams & Wilkins

[5] Wong, Donna L, 2010, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 1, ECG:

Jakarta