hi per bilirubin

Upload: nuraini-maghfuroh

Post on 06-Jan-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

Hiperbilirubin adalah warna kuning pada bayi yang ditandai pada

akibat akumulasi bilirubin dan diberi istilah jaundice atau ikterus (Bobak, 2004).

Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah diatas normal, dapat berpotensi untuk menimbulkan kern icterus

Menurut Haws Paulette (2007) penyebab

hiperbilirubin yaitu :

1. Hemolysis pada inkompatibilitas yang

terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan

darah ibu dan anak pada golongan rhesus

dan ABO.

2. Gangguan konjugasi bilirubin.

3. Rusaknya sel-sel hepar, obstruksi hepar.

4. Pembentukan bilirubin yang berlebihan.

5. Keracunan obat (hemolysis kimia : salsilat,

kortiko steroid, kloramfenikol).

6. Bayi dari ibu diabetes, jaundice ASI.

7. Penyakit hemolitik yaitu meningkatnya

kecepatan pemecahan sel darah merah.

Disebut juga icterus hemolitik.

8. Gangguan transportasi akibat penurunan

kapasitas pengangkutan , misalnya

hiperbilirubin atau karena pengaruh obat-

obatan.

9. Bayi imatur, hipoksia, BBLR dan kelainan

system syaraf pusat akibat trauma atau

infeksi.

10. Gangguan fungsi hati (infeksi) yang

disebabkan oleh beberapa mikroorganisme

atau toksin yang dapat langsung merusak sel

hati dan sel darah merah seperti : infeksi

toxoplasma, shypilis.

Manifestasi klinis

a. Kulit jaundice (kuning)

b. Sklera ikterik

c. Peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10

mg/dl pada neonatus yang cukup bulan dan

15 mg% pada neonatus yang kurang bulan.

d. Kehilangan berat badan sampai 5% selama

24 jam yang disebabkan oleh rendahnya

intake kalori.

e. Asfiksia

f. Hipoksia

g. Sindrom gangguan nafas

h. Pemeriksaan abdomen terjadi bentuk perut

yang membuncit

i. Feses berwarna seperti dempul dan

pemeriksaan neurologis dapat ditemukan

adanya kejang

j. Epistotonus (posisi tubuh bayi melengkung)

k. Terjadi pembesaran hati

l. Tidak mau minum ASI

m. Letargi

(AH Markum, 2002)

6. Klasifikasi

Ada 2 macam icterus menurut (Vian Nanny

Lia Dewi, 2010) yaitu :

1. Ikterus fisiologi (direks)

a. Timbul pada hari ke-2 atau ke 3

b. kadar bilirubin serum pada bayi cukup

bulan tidak lebih dari 10 mg/dl dan 12 mg/dl

pada bayi kurang bulan

c. Peningkatan kecepatan kadar bilirubin

tidak melebihi 5 mg/dl per hari

d. Ikterus hilang 10-14 hari

e. Tidak ada mempunyai hubungan dengan

patologis

2. Ikterus patologis

a. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama

kehidupan

b. Peningkatan kadar bilirubin 5 mg/dl atau

lebih dalam 24 jam

c. Apabila kadar bilirubin serum pada bayi

cukup bulan tidak lebih dari 10 mg/dl dan 10

mg/dl pada bayi kurang bulan

d. Ikterus menetap setelah 2 minggu

e. Mempunyai hubungan dengan hemolitik

7. Penatalaksanaan

Penanganan hiperbilirubin pada bayi

baru lahir menurut Varney (2007), antara lain

:

1. Memenuhi kebutuhan atau nutrisi

a. Beri minum sesuai kebutuhan, karena bayi

malas minum, berikan berulang-ulang, jika

tidak mau menghisap dot berikan pakai

sendok. Jika tidak dapat habis berikan melalui

sonde.

b. Perhatikan frekuensi buang air besar,

mungkin susu tidak cocok (jika bukan ASI)

mungkin perlu ganti susu.

2. Mengenal gejala dini mencegah

meningkatnya ikterus

a. Jika bayi terlihat mulai kuning, jemur pada

matahari pagi (sekitar pukul 1- 8 selama 30

menit)

b. Periksa darah untuk bilirubin, jika hasilnya

masih dibawah7 mg% ulang esok harinya.

c. Berikan banyak minum

d. Perhatikan hasil darah bilirubin, jika

hasilnya 7 mg% lebih segara hubungi dokter,

bayi perlu terapi

3. Gangguan rasa aman dan nyaman akibat

pengobatan

a. Mengusahakan agar bayi tidak kepanasan

atau kedinginan

b. Memelihara kebersihan tempat tidur bayi

dan lngkungannya

c. Mencegah terjadinya infeksi

( memperhatikan cara bekerja aseptik).

Pencegahan

Ikterus dapat dicegah dan dihentikan

peningkatannya dengan :

1. Pengawasan antenatal yang baik

2. Menghindari obat yang dapat

meningkatkan ikterus pada bayi dan

masakehamilan dan kelahiran, contoh:

sulfaforazol, novobiosin, oksitosin.

3. Pencegahan dan mengobati hipoksia

pada janin dan neonatus.

4. Penggunaan fenobarbital pada ibu

1-2 hari sebelum partus.

5. Imunisasi yang baik pada bayi baru

lahir

6. Pemberian makanan yang dini.

7. Pencegahan infeksi

Komplikasi

1. Bilirubin Encephalopathy

2. Kernikterus

3. Retardasi mental - Kerusakan

neurologis

4. Gangguan pendengaran dan

penglihatan

Penilaian ikterik neonatus:

Kramer I : Daerah kepala

(Bilirubin total 5 7 mg)

Kramer II : Daerah dada pusat

(Bilirubin total 7 10 mg%)

Kramer III : Perut dibawah pusat -

lutut (Bilirubin total 10 13 mg)

Kramer IV : Lengan sampai

pergelangan tangan, tungkai bawah sampai

pergelangan kaki (Bilirubin total 13 17 mg

%)

Kramer V : hingga telapak tangan

dan telapak kaki (Bilirubin total >17 mg%)

Penatalaksanaan: (diambil dari Standar

Penatalaksanaan IKA FK UNSRI)

1. Fototerapi jika terdapat indikasi menurut

grafik Cockington

2. Fototerapi dihentikan jika kadar bilirubin

tidak meningkat lagi dan kadarnya separuh

dari kadar indikasi transfusi tukar bila kada

bilirubin sebelumnya < 13 mg/dl.

3. Transfusi tukar dilakukan bila Hb tali pusat 5 g/dl;

bilirubin total meningkat > 5 g/dl; bayi

menunjukkan tanda bilirubin ensefalopati

( hipotoni, kaki melengkung, retrocolis, panas,

panas tinggi); anemia dengan early jaundice

dengan Hb 10-13 dan kecepatan peningkatan

0,5 mg%/jam; anemia dengan bilirubin >

umur bayi (jam) setelah usia 24 jam pertama;

bilirubin total > 25 mg/dl; anemia progresif

saat pengobatan hiperbilirubinemia.

4. Taransfusi tukar ulang jika: bilirubin

meningkat lagi > 1 mg%/jam setelah transfusi

tukar, bilirubin meningkat lagi > 25 mg%/dl,

dan persisten hemolitik anemia.