60065681 bab ii hipertensi

83
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi berasal dari dua kata, hiper=tinggi dan tensi=tekanan darah, merupakan penyakit yang sudah lama dikenal. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008). Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, timbulah gejala yang disebut sebagai penyakit tekanan darah tinggi (Vitahealth, 2005).

Upload: akhmadfajrinpriadinata

Post on 04-Jan-2016

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

Page 1: 60065681 BAB II Hipertensi

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi berasal dari dua kata, hiper=tinggi dan tensi=tekanan

darah, merupakan penyakit yang sudah lama dikenal. Menurut American

Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu

sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai

akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani,

2008).

Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah,

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Tubuh akan

bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras

untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung

lama dan menetap, timbulah gejala yang disebut sebagai penyakit

tekanan darah tinggi (Vitahealth, 2005).

Adanya pemahaman yang keliru bahwa hipertensi bukan merupakan

penyakit akan tetapi merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah

dengan pertambahan usia. Hal ini menyebabkan penanganannya menjadi

terlambat. Hipertensi yang dibiarkan tanpa penanganan akan

mengakibatkan komplikasi berupa penyakit jantung dan pembuluh darah,

stroke, gangguan fungsi ginjal, kerusakan mata dan kematian dini (Sani,

2008).

Page 2: 60065681 BAB II Hipertensi

10

Menurut Arjatmo (2004) dalam Warlina (2007), tekanan darah tinggi

atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan

darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang

mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yaitu tekanan

darah sistole 140 mmHg dan atau diastole 90 mmHg saat istirahat

diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang

selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan

jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal jantung

kronis.

Tekanan jantung tidaklah sama setiap saat. Pada saat berolahraga

atau beraktivitas berat lainnya, atau pada keadaan yang emosional, selain

detakannya tambah cepat, kekuatan pompa tersebut juga bertambah

melebihi angka rata-rata pada keadaan istirahat. Untuk itu, sangat tidak

dianjurkan mengukur tekanan darah sewaktu baru selesai beraktivitas

(lari, jalan jauh, naik/turun tangga dan lain-lain) atau dalam keadaan

emosi (marah, sedih, senang dan lain-lain). Angka 140/90 menurut WHO

merupakan angka paling tinggi yang bisa ditolerir jika diukur pada saat

beristirahat (aktivitas normal). Di atas angka tersebut itulah yang disebut

Hipertensi atau keadaan Tekanan Darah Tinggi (Tapan, 2004).

Hipertensi adalah salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner

yang kurang diwaspadai karena bersifat asimtomatis. Banyak penderita

yang mengabaikan perjalanan lanjut hipertensi sehingga disebut juga

pembunuh tersembunyi. Pengelolaan penyakit hipertensi memerlukan

pengetahuan tentang patogenesis dan karakteristik berbagai obat

Page 3: 60065681 BAB II Hipertensi

11

hipertensi, mengingat pilihan obat harus disesuaikan dengan indikasi

serta karakteristik setiap individu (Sani, 2009).

Hipertensi adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, baik

muda maupun tua, entah orang kaya maupun miskin. Hipertensi

merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Sebanyak 1

milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini.

Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat

menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025.

Menurut WHO tekanan darah  dianggap normal bila sistoliknya 120-

140 mmHg dan diastoliknya 80-90 mmHg sedangkan dikatakan

Hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg dan diantara nilai tersebut

dikatakan normal tinggi. Batasan ini berlaku bagi orang dewasa diatas 18

tahun (Sani, 2008).

Sedangkan WHO-ISH (International of Hypertension) pada tahun

1999 mengeluarkan panduan klasifikasi hipertensi seperti yang bisa

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

KategoriSistolik

(mmHg)

Diastolik

(mmHg)

Tekanan darah optimal < 120 < 80

Tekanan darah normal 120-129 80-84

Tekanan darah normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi ringan 140-159 90-99

Hipertensi sedang 160-179 100-109

Page 4: 60065681 BAB II Hipertensi

12

Hipertensi berat >180 > 110

Sumber: (Tapan, 2004).

Saat ini, WHO-ISH tidak membedakan kriteria ini baik orang muda

maupun orang tua, karena pada prinsipnya, tekanan darah yang tinggi bisa

menyebabkan komplikasi ke organ lain yang lebih berbahaya. Jadi

anggapan bahwa untuk orang tua, angka “tinggi” tersebut relatif masih

normal, tidak bisa dipertahankan untuk saat ini, mengingat komplikasi

jangka panjang yang bisa ditimbulkan jika tidak dilakukan intervensi

pengendalian tekanan darah (Tapan, 2004).

2. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau

peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya hipertensi:

a. Genetik: Respon nerologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau

transport Na.

b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan

tekanan darah meningkat.

c. Stres Lingkungan.

d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta

pelebaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Hipertensi Esensial (Primer)

Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor yang

mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan

Page 5: 60065681 BAB II Hipertensi

13

saraf simpatik, systemrennin angiotensin, efek dari ekskresi Na,

obesitas, merokok dan stres.

2. Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.

Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil, gangguan endokrin dan lain-

lain (Anonim, 2010).

3. Gejala Hipertensi

Hampir semua gangguan medis diikuti dengan tanda dan gejala.

Namun hal ini tidak berlaku untuk tekanan darah tinggi karena sebagian

besar orang dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi tidak merasakan

gejala sampai mereka mengukur tekanan darahnya. Kondisi hipertensi

tidak bisa dianggap remeh karena merupakan salah satu faktor risiko

paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit kardiovaskular. Penyebab

hipertensi umumnya sulit ditentukan dan keadaan ini biasanya

berhubungan dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. Karena itu,

hipertensi seperti ini disebut hipertensi esensial.

Akan tetapi ada beberapa faktor yang berpengaruh pada hipertensi,

yakni: faktor usia, merokok, kegemukan atau obesitas, kurang aktivitas

fisik, terlalu banyak mengonsumsi garam, minum alkohol secara

berlebihan, stres, kelainan pembuluh darah, adanya gangguan ginjal

seperti gagal ginjal, penyempitan arteri ginjal, dan sebagainya, masalah

tiroid, preeklamsia, suatu komplikasi kehamilan (AN, 2010).

Hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala

seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, kelelahan, mual, muntah,

Page 6: 60065681 BAB II Hipertensi

14

sesak nafas, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga

berdenging, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya

kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal, kadang penderita

hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena

terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif

yang memerlukan penanganan segera (Soeharto, 2001).

Penyebab Hipertensi dapat dikategorikan menjadi 2 golongan besar:

a. Hipertensi Essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, yang menempati bagian terbesar kasus yang ada

(95%). Sedangkan faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,

lingkungan, gangguan pengeluaran/eksresi garam natrium, serta

faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti kegemukan

(obesitas), alkohol, merokok dan lain-lain.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal/ginjal. penyebab

spesifiknya diketahui seperti penyakit ginjal, tekanan darah tinggi

pembuluh darah ginjal, pengaruh hormon (aldosteron, estrogen).

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko timbulnya hipertensi

faktor keturunan pada 70-80% kasus hipertensi essensial, didapatkan

riwayat hipertensi didalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi

didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi essensial lebih

besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar

monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi dugaan

ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam

terjadinya hipertensi (Soengkowo, 2007).

Page 7: 60065681 BAB II Hipertensi

15

4. Epidemiologi

Di negara berkembang, sekitar 80 persen penduduk negara

mengidap hipertensi. Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab

kematian sekitar 7,1 juta orang di seluruh dunia atau sekitar 13 % dari

total kematian. The American Heart Association memperkirakan tekanan

darah tinggi mempengaruhi sekitar satu dari tiga orang dewasa di

Amerika Serikat yang berjumlah 73 juta orang. Tekanan darah tinggi

juga diperkirakan mempengaruhi sekitar dua juta remaja Amerika dan

anak-anak. Hipertensi jelas merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang utama.

Di Indonesia terdapat beban ganda dari prevalensi penyakit

hipertensi dan penyakit kardiovaskuler lainnya dengan penyakit infeksi

dan malnutrisi. Prevalensi hipertensi yang tertinggi adalah pada wanita

(25%) dan pria (24%). Rata-rata tekanan darah sistole 127,33 mmHg

pada pria indonesia dan 124,13 mmHg pada wanita indonesia. Tekanan

diastole 78,10 mmHg pada pria dan 78,56 mmHg pada wanita. Penelitian

lain menyebutkan bahwa penyakit hipertensi terus mengalami kenaikan

insiden dan prevalensi, berkaitan erat dengan perubahan pola makan,

penurunan aktivitas fisik, kenaikan kejadian stres dan lain-lain (Sani,

2008).

Di Indonesia berdasarkan hasil survei INA-MONICA (Multinational

Monitoring of Trends and Determinants In Cardiovascular Disease)

tahun 1988 angka hipertensi mencapai 14,9%, jumlah penderita

hipertensi terus meningkat hingga 16,9% pada survei 5 tahun kemudian.

Page 8: 60065681 BAB II Hipertensi

16

Gaya hidup modern telah membuat hipertensi menjadi masalah besar. Di

Indonesia saja prevalensi hipertensi cukup tinggi 7% sampai 22%.

Bahkan berdasarkan hasil penelitian, penderita akan berujung pada

penyakit jantung 75%, stroke 15%, dan gagal ginjal 10%.

Pasien hipertensi yang tercatat pada poli ginjal dan hipertensi RSHS

Bandung tahun 2007 sebanyak 4.000 orang dan tahun 2008 naik menjadi

4.100 orang. Dari 4.000 penderita hipertensi, sekitar 17 persen

diantaranya juga menyumbang penyakit gagal ginjal. Kejadian hipertensi

tertinggi ada pada usia di atas 60 tahun dan terendah pada usia di bawah

40 tahun (Soelaeman, 2009).

5. Patofisiologi

Jantung memompa darah melalui pembuluh darah arteri. Dari

pembuluh darah yang besar ke pembuluh darah yang kecil yang disebut

arteriol. Arteriol membagi darah ke pembuluh darah yang lebih kecil lagi

yang disebut kapiler. Tugas kapiler-kapiler ini adalah memberi organ-

organ makanan dan oksigen. Darah akan kembali ke jantung melalui

pembuluh darah vena.

Normalnya, pembuluh darah akan mengembang (menerima darah)

dan mengecil (meneruskan darah) melalui sistem persarafan yang

kompleks. Namun peristiwa ini sering kali tidak berjalan mulus. Banyak

keadaan (Penyakit atau kelainan) yang bisa membuat pembuluh darah

tidak membesar atau tidak elastis lagi akibatnya akan terjadi kekurangan

darah pada organ tertentu. Jika suatu organ kekurangan oksigen dan sari

makanan, maka suatu proses umpan balik akan terjadi.

Page 9: 60065681 BAB II Hipertensi

17

Organ tersebut akan mengirim tanda ke otak bahwa membutuhkan

darah lebih banyak. Reaksinya adalah tekanan darah ditingkatkan

sayangnya peningkatan tekanan darah ini juga terjadi pada organ-organ

lainnya yang tidak mengirim tanda tersebut. Dan yang paling beresiko

tinggi pada ginjal dan otak. Tekanan darah yang tinggi pada ginjal dan

otak mengakibatkan kerusakan kedua organ tersebut (Tapan, 2004).

6. Pengobatan

Secara umum, pengobatan hipertensi dapat dibedakan atas

pendekatan farmakologis yaitu dengan obat dan pendekatan non-

farmakologis yaitu dengan mengubah gaya hidup. Seseorang yang tidak

menderita hipertensi, mempertahankan gaya hidup sehat berpotensi

dalam pencegahan hipertensi yang berkaitan dengan bertambahnya usia.

Sedangkan bagi seseorang yang menderita hipertensi, pendekatan non-

farmakologis merupakan penanganan awal sebelum penambahan obat-

obat hipertensi.

Hipertensi sebenarnya tidak dapat disembuhkan tapi harus selalu

dikontrol atau dikendalikan, karena hipertensi merupakan keadaan

dimana pengaturan tekanan darah tidak berfungsi sebagaimana mestinya

yang disebabkan oleh banyak faktor. Mengobati hipertensi memang

harus dimulai dengan modifikasi gaya hidup yang sehat, dan apabila hal

ini tidak berhasil maka mulai diberikan obat (Karyadi, 2002).

Pengobatan hipertensi hampir selalu termasuk perubahan gaya hidup

untuk mengendalikan faktor-faktor risiko.

Page 10: 60065681 BAB II Hipertensi

18

1. Kurangi berat badan jika kegemukan

Kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi adalah mereka

yang gemuk. Jaringan yang berlemak memerlukan banyak darah

untuk pemberian zat-zat makanan. Kurangi asupan garam, baik dari

garam dapur atau makanan yang banyak mengandung garam seperti

makanan yang diasinkan (ikan asin, telur asin), makanan yang

diawetkan (dendeng, abon), acar, makanan kaleng, bumbu-bumbu

(terasi, tauco, vetsin), dan makanan camilan yang banyak

mengandung garam (biskuit, roti, kue).

2. Ubah gaya hidup “malas”

Kehidupan saat ini mengharuskan kita untuk serba malas.

Kurangnya aktivitas olahraga cenderung mengakibatkan kegemukan

dan juga bisa meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Kegiatan olahraga dikatakan bermakna jika bisa melakukan 20-40

menit perhari sekurang-kurangnya 3 kali seminggu. Jalan kaki

merupakan olahraga yang murah meriah namun jika bosan bisa

mengkombinasi dengan renang, fitness ataupun aktivitas permainan

lainnya seperti bulu tangkis, tenis meja atau bahkan berdansa.

3. Hindari merokok dan alkohol

Merokok dan alkohol merupakan sesuatu yang mutlak harus

dihindari jika seseorang sudah didiagnosis hipertensi. Minum

alkohol bisa meningkatkan tekanan darah dan juga jumlah kalori

Page 11: 60065681 BAB II Hipertensi

19

yang masuk jika seseorang sedang berdiet. Alkohol adalah minuman

yang kaya akan kalori yang mudah menyebabkan kegemukan.

4. Kendalikan stress

Stress adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Stress bisa

dikurangi dengan cara berdoa, meditas, berolahraga, membaca

buku/majalah, mendengarkan musik atau menonton.

5. Kurangi konsumsi garam

Sebaiknya antara penderita dan non penderita dalam keluarga

mengatur diet yang berbeda. Jika sedang diet rendah garam, berhati-

hatilah jika mengkonsumsi makanan yang bisa dibeli/peroleh di luar

rumah.

6. Perbanyak konsumsi buah dan sayuran

Buah-buahan dan sayuran sangat baik untuk dikonsumsi. Selain

mempunyai fungsi menurunkan kolesterol, buah dan sayuran juga

bermanfaat agar bisa buang air besar secara teratur (Tapan, 2004).

7. Olahraga/aktivitas fisik teratur, dan pilih olahraga yang tidak terlalu

berat dan dapat meningkatkan tekanan darah seperti joging, jalan

kaki, berenang.

8. Minum obat antihipertensi secara teratur sesuai dengan anjuran

dokter, dengan mempertimbangkan dosis, jangka waktu pengobatan,

dan perhatikan efek samping yang timbul selama pengobatan.

9. Lakukan pengukuran tekanan darah secara rutin, dengan

mengevaluasi kemajuan pengobatan, disamping menghindari risiko-

risiko terjadinya komplikasi penyakit lainnya.

Page 12: 60065681 BAB II Hipertensi

20

10. Konsultasikan segera ke dokter bila timbul penyakit penyerta lain

seperti jantung koroner, diabetes mellitus, gangguan ginjal dan

lainnya (Karyadi, 2002).

B. Tinjauan Umum Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemi.

Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit

menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga

mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi

dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di

dalam konteks lingkungannya. Mencakup juga studi tentang pola-pola

penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut

(Notoatmodjo, 2003).

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab,

pengendalian, dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi

penyakit, kecatatan, dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi

berguna untuk mengkaji dan menjelaskan dampak dari tindakan pengendalian

kesehatan masyarakat, program pencegahan, intervensi klinis, dan pelayanan

kesehatan terhadap penyakit atau mengkaji dan menjelaskan faktor lain yang

berdampak pada status kesehatan penduduk. Epidemiologi penyakit juga

dapat menyertakan deskripsi keberadaannya di dalam populasi dan faktor-

faktor yang mengendalikan ada atau tidaknya penyakit tersebut (Timmreck,

2004).

Epidemiologi merupakan filosofi dasar disiplin ilmu-ilmu kesehatan

termasuk kedokteran yakni suatu proses logis untuk menganalisis serta

Page 13: 60065681 BAB II Hipertensi

21

memahami hubungan interaksi antara proses fisik, biologis dan fenomena

sosial yang berhubungan erat dengan derajat kesehatan, kejadian penyakit

maupun gangguan kesehatan lainnya. Dalam hal ini sifat dasar epidemiologi

lebih mengarahkan diri pada kelompok penduduk atau masyarakat tertentu

dan menilai peristiwa dalam masyarakat secara kuantitatif.

Metode epidemiologi merupakan cara pendekatan ilmiah dalam

mencari faktor-faktor penyebab serta hubungan sebab-akibat terjadinya

peristiwa tertentu pada suatu kelompok penduduk tertentu. Dalam hal ini

istilah penduduk dapat berarti sekelompok objek tertentu baik yang bersifat

organisme hidup seperti manusia, binatang dan tumbuhan maupun yang

bersifat benda/material seperti hasil produk industri serta benda lainnya.

Pentingnya pengetahuan tentang Penyakit Tidak Menular (selanjutnya

disingkat PTM) dilatarbelakangi dengan kecenderungan semakin

meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular (PTM) dalam masyarakat,

khususnya masyarakat Indonesia. Perubahan pola struktur masyarakat agraris

ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap perubahan pola

fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi yang pada gilirannya dapat memacu

semakin meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) (Bustan, 2000).

Dengan demikian tidaklah mengherankan bila metode epidemiologi

tidak terbatas pada bidang kesehatan saja tetapi juga pada bidang lainnya

termasuk bidang manajemen. Oleh sebab itu dalam penggunaanya,

epidemiologi sangat erat hubungannya dengan berbagai disiplin ilmu di luar

kesehatan baik disiplin ilmu eksakta maupun ilmu sosial (Noor, 2001).

C. Tinjauan Teori Obesitas Sebagai Faktor Risiko Hipertensi

Page 14: 60065681 BAB II Hipertensi

22

Kegemukan juga sering menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-

hari atau kurang lincah, selain daripada itu, sering mengalami depresi, baik

yang datang dari dalam dirinya sendiri maupun dari lingkungannya.

Di negara-negara barat, kejadian kegemukan sangat tinggi, sehingga

telah dianggap sebagai epidemi. Sementara itu, akibat adanya pengaruh

faktor lingkungan dan perubahan gaya hidup serta pola makan yang kebarat-

baratan di negara sedang berkembang seperti Indonesia, terjadi pula

peningkatan kejadian kegemukan yang drastis.

Di Indonesia sendiri, walaupun belum ada penelitian yang baku

mengenai kegemukan, akan tetapi peningkatan kejadian kegemukan dapat

dijumpai khususnya di kota-kota besar. Dari hasil penelitian epidemiologi di

Koja, Jakarta Utara dalam periode sepuluh tahun (l982 dan 1992/93)

menunjukkan adanya peningkatan angka berat badan (BB) lebih dan

kegemukan (Indeks Massa Tubuh/IMT) dari 4,2 menjadi 10,9 % pada pria

dan dari 7,1 % menjadi 24,1 % pada wanita.

Angka persentase ini tampaknya hampir mendekati perkiraan Berat

Badan (BB) lebih dan kegemukan pada populasi di Indonesia yaitu berat

badan lebih untuk pria dan wanita 12,8 % dan 30 %, sedangkan obesitas pria

2,5 % dan wanita 5,9 %.

Dari hasil penelitian membuktikan bahwa kegemukan terutama pada

lanjut usia (lansia) menimbulkan banyak masalah dan memperbesar risiko

seseorang terserang penyakit degeneratif sebagaimana diuraikan di atas.

Kegemukan juga merupakan penyebab kematian kedua setelah merokok yang

harus dicegah (Siburian, 2007).

Page 15: 60065681 BAB II Hipertensi

23

Secara sederhana, obesitas menggambarkan suatu keadaan

tertimbunnya lemak dalam tubuh sebagai akibat berlebihnya masukan kalori.

Secara klinis seseorang dinyatakan mengalami obesitas bila terdapat

kelebihan berat badan sebesar 15% atau lebih dari berat badan idealnya.

Dengan pengukuran yang lebih ilmiah, penentuan obesitas didasarkan pada

proporsi lemak terhadap berat badan total seseorang (Misnadiarly, 2007).

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam

dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan

dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan.

Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan

terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada

siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri

punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul,

lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.

Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif

lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh

tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih

banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan

sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki (Anonim, 2010).

Penyakit kegemukan (Obesitas) terjadi karena ketidakseimbangan

antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu

berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan

energi dalam tubuh disimpan dalam bentuk lemak. Seseorang dikatakan

Page 16: 60065681 BAB II Hipertensi

24

Obesitas bila berat badannya pada laki-laki melebihi 15% dan pada wanita

melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya. Pada orang yang

menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih

berat, karena harus membawa kelebihan berat badan. Oleh sebab itu pada

umumnya lebih cepat gerah, capai, dan mempunyai kecenderungan untuk

membuat kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari penyakit obesitas ini, para

penderitanya cenderung menderita penyakit-penyakit: kardiovaskuler,

hipertensi, dan diabetes mellitus. Cara untuk mengukur berat badan ideal

pada orang dewasa dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Notoatmodjo,

2003):

BB normal = (Tinggi badan - 100) - 10% (Tinggi badan - 100).

Pengukuran status gizi masyarakat dapat dilakukan dengan menghitung

melalui cara berikut (Supariasa, 2001):

1. Berat badan menurut umur (BB/U)

Pengukuran BB/U berguna untuk anak pengukuran anak balita.

Baku rujukan yang digunakan adalah WHO-NCHS dengan lima

klasifikasi, yaitu :

a. Gizi lebih, apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya > 120%

b. Gizi baik, apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya > 80%-

120%

c. Gizi sedang, apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya diantara

70%-79,9%

d. Gizi kurang, apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya diantara

60%-69,9%

Page 17: 60065681 BAB II Hipertensi

25

e. Gizi buruk, apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya < 60%

2. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Pengukuran TB/U juga berguna untuk anak pengukuran anak

balita. Baku rujukan yang digunakan adalah WHO-NCHS dengan empat

klasifikasi, yaitu :

a. Gizi baik, apabila tinggi badan bayi/anak menurut umurnya > 90%

b. Gizi sedang, apabila tinggi badan bayi/anak menurut umurnya

diantara 81%-90%

c. Gizi kurang, apabila tinggi badan bayi/anak menurut umurnya

diantara 71%-80%

d. Gizi buruk, apabila tinggi badan bayi/anak menurut umurnya < 70%.

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih

banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya

ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum

jelas.

Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:

1. Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga

memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya

berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa

mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan

faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru

Page 18: 60065681 BAB II Hipertensi

26

menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh

sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.

2. Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai

kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan

yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup

(misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta

bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah

pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan

aktivitasnya.

3. Faktor psikis. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap

emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah

persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang

serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa

menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta

rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial. Ada dua pola makan

abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam

jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma

makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh

stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana

seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal

ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan.

Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada

sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di

Page 19: 60065681 BAB II Hipertensi

27

pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan

insomnia pada malam hari.

4. Faktor kesehatan.

Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:

a. Hipotiroidisme

b. Sindroma Cushing

c. Sindroma Prader-Willi

d. Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak

makan.

5. Faktor obat-obatan.

Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi)

bisa menyebabkan penambahan berat badan.

6. Faktor perkembangan.

Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)

menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh.

Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-

kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak

dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel

lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya

dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap

sel.

7. Aktivitas fisik.

Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu

penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah

Page 20: 60065681 BAB II Hipertensi

28

masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan

lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan

kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan

mengalami obesitas (Rocky, 2007).

8. Tingkat sosial

Di negara-negara barat, obesitas banyak dijumpai pada golongan

sosial-ekonomi rendah. Salah satu survei di Manhattan menunjukkan

bahwa obesitas dijumpai 30% pada kelas sosial-ekonomi rendah, 17%

pada kelas menengah, dan 5% pada kelas atas. Obesitas banyak

dijumpai pada wanita keluarga miskin barangkali karena sulitnya

membeli makanan yang tinggi kandungan protein. Mereka hanya

mampu membeli makanan murah yang umumnya mengandung banyak

hidrat arang. Obesitas yang dijumpai pada kalangan eksekutif atau

wirausahawan, barangkali timbul karena makanan berlemak tinggi

disertai penggunaan minuman beralkohol (Misnadiarly, 2007).

Cara yang paling mudah untuk menentukan apakah seseorang kelebihan

berat badan adalah dengan melihat ukuran tubuh dirinya sendiri didepan kaca.

Cara lain adalah dengan mencubit kulit bagian pinggang atau dibawah lengan.

Apabila tebal lipatan kulit yang ikut tercubit lebih dari 2,5 cm, kemungkinan

akan mengalami Obesitas. Selain itu bentuk tubuh juga ikut menentukan. Bila

tubuh cenderung membesar dibagian pinggang dibandingkan dengan bagian

pinggul seperti buah apel maka beresiko mengalami Obesitas. Sebaliknya bila

yang lebih besar dibagian pinggul dan paha (tipe buah pir) resikonya adalah

Page 21: 60065681 BAB II Hipertensi

29

lebih kecil. Untuk tipe buah apel perlu mengurangi kelebihan lemak yang

mengganggu tubuh.

Cara yang mudah dan obyektif untuk mengukur kelebihan berat badan

adalah dengan menghitung BMI (Body Mass Index) atau Indeks Massa Tubuh

dengan rumus; BMI = Berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat

(m²). Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18

tahun. Untuk kategori ambang batas IMT dapat dilihat pada tabel dibawah

ini :

Tabel 2.2 Kategori Ambang Batas IMT

Kategori IMT

Kurus

Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5

Normal >18,5-25,0

Gemuk

Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

Sumber: Supariasa (2001 : 61)

Antar batas IMT yang dianggap baik untuk berbagai kelompok umur

adalah sebagaimana tertulis dalam tabel berikut:

Tabel 2.3 IMT Ideal Menurut Umur

Umur (Tahun) IMT

Page 22: 60065681 BAB II Hipertensi

30

19-24 19-24

25-34 20-25

35-44 21-26

45-54 22-27

55-64 23-28

>65 24-29

Sumber: Almatsier (2003 : 149)

Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan

komponen yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua

komponen ini juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi

penurunan berat badan. Harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik

dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat.

Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh

penderita dan risiko kesehatannya dengan cara menghitung Body Mass Index

(BMI). Risiko kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat

sejalan dengan meningkatnya angka BMI:

a. Risiko rendah: BMI < 27

b. Rsiko menengah: BMI 27-30

c. Risiko tinggi: BMI 30-35

d. Risiko sangat tinggi: BMI 35-40

e. Risiko sangat sangat tinggi: BMI 40 atau lebih.

Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap

penderita berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan

penderita. Penderita dengan risiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang

Page 23: 60065681 BAB II Hipertensi

31

(1200-1500 kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria)

disertai dengan olahraga. Penderita dengan risiko kesehatan menengah,

menjalani diet rendah kalori (800-1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400

kalori/hari untuk pria) disertai olahraga. Penderita dengan risiko kesehatan

tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat anti-obesitas disertai diet rendah

kalori dan olah raga.

Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil.

Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program

penurunan berat badan:

a. Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan

(vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus

rendah kalori.

b. Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat

badan secara perlahan dan stabil.

c. Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan

pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.

d. Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah

penurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan

bagian tersulit dari pengendalian berat badan. Program yang dipilih harus

meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang permanen,

untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya

penambahan berat badan. Program ini harus menyelenggarakan perubahan

perilaku, termasuk pendidikan dalam kebiasaan makan yang sehat dan

Page 24: 60065681 BAB II Hipertensi

32

rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah berat badan (Anonim,

2010).

Obesitas merupakan suatu keadaan menahun (kronis). Obesitas

seringkali dianggap suatu keadaan sementara yang bisa diatasi selama

beberapa bulan dengan menjalani diet yang ketat. Pengendalian berat badan

merupakan suatu usaha jangka panjang. Agar aman dan efektif, setiap

program penurunan berat badan harus ditujukan untuk pendekatan jangka

panjang.

Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah

telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan indeks masa tubuh

(IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah

sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5

kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal.

Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki

berat badan lebih (overweight) (Karyadi, 2002).

Obesitas adalah faktor gaya hidup nomor satu yang berhubungan

dengan tekanan darah tinggi, seperti juga dengan banyak penyakit modern

lainnya. Penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah secara langsung

berbanding lurus dengan kenaikan berat badan. Bahkan berkurangnya

beberapa kilogram terbukti membuat perbedaan yang signifikan dalam

menurunkan tekanan darah (Braverman, 2006).

Hubungan antara obesitas dan hipertensi adalah kompleks dan mungkin

menggambarkan interaksi faktor genetik, demografi dan biologik. Berbagai

Page 25: 60065681 BAB II Hipertensi

33

penelitian telah melaporkan bahwa penurunan berat badan bermanfaat untuk

mengurangi tekanan darah (Siburian, 2007).

D. Tinjauan Teori Merokok Sebagai Faktor Risiko Hipertensi

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam

kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan perokok jika telah menghisap

minimal 100 batang. Rokok merupakan salah satu produk industri dan

komoditi internasional yang mengandung sekitar 1.500 bahan kimiawi.

Unsur-unsur yang penting antara lain: tar, nikotin, benzopryn, metal kloride,

aseton, amonia dan karbon monoksida. Ada beberapa kecenderungan negatif

mengenai situasi rokok ini:

1. Umur usia merokok makin muda.

Semua umur bisa merokok namun tidak ada bayi yang lahir dengan

merokok. Ditemukan sekitar 30% perokok di Amerika Serikat (AS) adalah

golongan usia dibawah 20 tahun. Di Indonesia kepulan asap bukanlah hal

yang langka ditemukan di sekolah menengah. Makin awal seseorang

merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya dose-

respone effect artinya makin muda usia rokok makin besar pengaruhnya.

2. Semakin banyak wanita merokok.

Tampak kaum lelaki perokok menurun tetapi tempatnya diambil

alih oleh wanita. Masalah rokok untuk wanita ini menjadi lebih serius jika

dikaitkan dengan kehamilan. Pengaruhnya dapat berupa abortus spontan,

kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan kematian perintal.

Page 26: 60065681 BAB II Hipertensi

34

3. Kecenderungan peningkatan konsumsi rokok di negara berkembang.

Alasannya, makin banyak negara berkembang menjadi tempat pelemparan

komoditi tembakau karena:

a. Demografis: dalam 20 tahun terakhir ini terdapat pertambahan

penduduk dari 1,5 menjadi 2 miliar di negara-negara sedang

berkembang.

b. Kesadaran penduduk yang rendah terhadap bahaya rokok.

c. Sosial ekonomi meningkat dan kemampuan membeli rokok juga

meningkat.

d. Proteksi terhadap zat-zat berbahaya umumnya kurang.

e. Perokok juga didominasi oleh kelompok pendapatan rendah dan pekerja

kasar. Pendapatan yang seharusnya dipakai untuk membeli protein atau

makanan, harus melayang jadi asap rokok.

4. Makin meningkatnya masalah passive smoking. Lingkungan kerja atau

tempat tinggal (kamar) yang semakin tertutup memungkinkan terjadinya

pengaruh passive smoking. Hal ini menunjukkan bahaya ganda rokok yang

tidak saja untuk perokok sendiri tetapi untuk orang lain di sekitarnya

(Bustan, 2000).

Merokok juga berperan penting atas timbulnya tekanan darah tinggi.

Rokok mengandung kadmium, suatu mineral yang tidak bisa digunakan oleh

tubuh dan yang dikaitkan erat dengan tekanan darah tinggi (Marvyn, 1995).

Menghisap satu batang rokok saja bisa membuat tekanan darah naik

sepuluh poin atau lebih. Nikotin membuat pembuluh darah menyempit,

sehingga jantung harus bekerja lebih berat untuk memompa darah melalui

Page 27: 60065681 BAB II Hipertensi

35

pembuluh tersebut, dan karbon monoksida dari rokok menurunkan jumlah

oksigen dalam darah. Merokok secara teratur bisa membuat tekanan darah

tetap tinggi. Lambat laun, penurunan kadar oksigen meningkatkan

pembekuan darah dan pembentukan plak (Braverman, 2006).

Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang

dihisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat

mengakibatkan tekanan darah tinggi. Selain dapat meningkatkan tekanan

darah, merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen

untuk disuplai ke otot-otot jantung (Karyadi, 2002).

Akibat negatif rokok, sesungguhnya sudah mulai terasa pada waktu

orang baru mulai menghisap rokok. Dalam asap rokok yang membara karena

dihisap, tembakau terbakar kurang sempurna sehingga menghasilkan karbon

monoksida, yang disamping asapnya sendiri, tar dan nikotin (yang terjadi dari

pembakaran tembakau tersebut) dihirup masuk kejalan napas. Karbon

monoksida, tar, nikotin berpengaruh terhadap syaraf yang menyebabkan:

gelisah, tangan gemetar (termor), cita rasa atau selera makan kurang, ibu-ibu

hamil yang merokok dapat kemungkinan keguguran kandungan.

Tar dan asap rokok dapat juga merangsang jalan napas, dan tertimbun

didalamnya sehingga menyebabkan: batuk-batuk atau sesak napas, kanker

jalan napas, lidah, dan bibir. Nikotin merangsang bangkitnya adrenalin

hormon dari anak ginjal yang menyebabkan: jantung berdebar-debar,

meningkatkan tekanan darah serta kadar kolesterol dalam darah. Gas karbon

monoksida juga berpengaruh negatif terhadap jalan napas. Karbon monoksida

lebih mudah terikat pada hemoglobin dari pada oksigen. Oleh karena itu,

Page 28: 60065681 BAB II Hipertensi

36

darah yang kemasukan karbon monoksida banyak, akan berkurang daya

angkutnya bagi oksigen dan orang dapat meninggal dunia karena keracunan

karbon monoksida. Pada seorang perokok tidak akan sampai terjadi

keracunan karbon monoksida, namun pengaruh karbon monoksida yang

dihirup oleh perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lambat akan

berpengaruh negatif pada jalan napas dan pembuluh darah (Ayurai, 2009).

Dari survei secara nasional juga ditemukan bahwa laki-laki remaja

banyak yang menjadi perokok dan hampir 2/3 dari kelompok umur produktif

adalah perokok. Pada pria prevalensi perokok tertinggi adalah umur 25-29

tahun. Hal ini terjadi karena jumlah perokok pemula jauh lebih banyak dari

perokok yang berhasil berhenti merokok dalam satu rentan populasi

penduduk. Sebagian perokok mulai merokok pada umur < 20 tahun dan

separuh dari laki-laki umur 40 tahun ke atas telah merokok tiga puluh tahun

atau lebih, lebih dari perokok menghisap minimal 10 batang perhari, hampir

70% perokok di Indonesia mulai merokok sebelum mereka berusia 19 tahun

(Pdpersi, 2003).

Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri

menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar. Menurut Iman Soeharto

(2001) keadaan paru-paru dan jantung mereka yang merokok tidak dapat

bekerja secara efisien.

Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh

besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Pada keadaan

merokok pembuluh darah di beberapa bagian tubuh akan mengalami

penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya

Page 29: 60065681 BAB II Hipertensi

37

darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu

jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh

darah meningkat (Wardoyo, 1996).

Variabel rokok sebagai variabel independen dalam suatu penelitian

mempunyai variasi yang cukup luas dalam kaitannya dengan dampak yang

diakibatkannya:

1) Jenis perokok (perokok aktif atau pasif)

Rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari hisapan perokok

atau asap utama pada rokok yang dihisap. Dari pendapat diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan

langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi

kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang

tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi

manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap

perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok yang dihembusan oleh

perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak

mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar

dan nikotin.

2) Jumlah rokok yang dihisap dalam (dalam satuan batang, bungkus atau pak

perhari)

Jenis perokok dapat dibagi atas perokok ringan sampai berat.

Perokok ringan jika merokok kurang dari 10 batang perhari, perokok

sedang mengisap 10-20 batang dan perokok berat jika lebih dari 20 batang.

Page 30: 60065681 BAB II Hipertensi

38

Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok

maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu

bungkus) per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa

zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif

(ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksik sehingga

akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan.

3) Jenis rokok yang dihisap kretek, cerutu atau rokok putih (pakai filter atau

tidak).

Dalam peraturan (PP) Nomor 19 tahun 2003 tentang pengamanan

rokok bagi kesehatan, pemerintah tidak menentukan kandungan kadar

nikotin sebesar 341,5 mg dan kandungan kadar tar serbesar 20 mg pada

rokok kretek. Dan rokok kretek menggunakan tembakau rakyat. Tetapi

menurut Direktur Agro Departemen Perindustrian dan Perdagangan

(Deperindag) Yamin Rahman menyatakan kandungan kadar nikotin pada

rokok kretek melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg dan kandungan kadar tar pada

rokok kretek melebihi 20 mg yaitu 40 mg (Pdpersi, 2003).

Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatnya yaitu

tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah cengkeh dan bahan-bahan lain

dicampur untuk dibuat rokok. Selain itu juga masih ada beberapa jenis

rokok yang dapat digunakan yaitu rokok linting, rokok putih, rokok cerutu,

Page 31: 60065681 BAB II Hipertensi

39

rokok pipa, rokok kretek dan rokok klobot. Rokok kretek mengandung 60–

70 tembakau, sisanya 30%-40% cengkeh dan ramuan lain.

Secara umum rokok dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu rokok

filter dan rokok non filter. Dibandingkan rokok filter, rokok non filter

memiliki kandungan nikotin dan tar lebih besar. Dengan kandungan

nikotin dan tar yag lebih besar serta tidak diserta penyaring pada pangkal

batang rokok, maka potensi masuknya nikotin dan tar ke dalam paru-paru

dari rokok non filter akan lebih besar daripada rokok filter yang

berdampak buruk pada pemakainya dan salah satunya akan terkena risiko

Hipertensi (Yuliana, 2007).

4) Cara mengisap rokok

Cara manghisap rokok antara lain: saat menghisap langsung

dihembuskan (secara dangkal), ditelan sampai ke dalam mulut (dimulut

saja), ditelan sampai di kerongkongan (hisapan dalam).

5) Alasan mulai merokok

Sekedar ingin kelihatan hebat, ikut-ikutan, kesepian, pelarian,

sebagai gaya, meniru orang tua.

6) Lama mengisap rokok

Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan.

Dampak rokok bukan hanya untuk perokok aktif tetapi juga perokok pasif.

Risiko kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan

umur awal merokok yang lebih dini (Bustan, 2000).

E. Tinjauan Teori Stress Sebagai Faktor Risiko Hipertensi

Page 32: 60065681 BAB II Hipertensi

40

Stress adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu

dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang

berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis

dan sosial dari seseorang. Stress adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi,

fisik atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan

kita untuk mengatasinya dengan efektif. Namun harus dipahami bahwa stres

bukanlah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar itu. Stress adalah respon

kita terhadap pengaruh-pengaruh dari luar itu (Anonim, 2010).

Stress pada dasarnya menyerang semua orang tanpa memandang usia,

pekerjaan, maupun kebangsaan. Kita perlu berhati-hati terhadap stress berat

yang berlangsung lama atau tidak mampu kita kendalikan. Stress berat bisa

menyebabkan seseorang lumpuh, merasa tidak bahagia, seolah-olah tidak lagi

berdaya atas dirinya. Ini akan membawa kita pada keadaan statis dan dapat

menurunkan tingkat produktivitas sehingga berbagai aspek kehidupan

menjadi kacau.

Ketegangan emosional (stress) dapat memicu pelepasan hormon-

hormon yang bersifat vasokonstriktif (tekanan pada pembuluh darah), yaitu

hormon adrenalin dan non adrenalin. Yang mana jika pelepasan hormon

tersebut terjadi menerus akan menyebabkan tekanan darah meningkat

(Anonim, 2010).

Sebuah lonjakan tekanan darah merupakan akibat langsung dari stress.

Tubuh merespon stres fisik atau mental dengan merilis sebuah gelombang

hormon dalam persiapan untuk "melawan atau lari" respon (Mayo Clinic).

Setelah penyebab stress teratasi, denyut jantung dan tekanan darah kembali

Page 33: 60065681 BAB II Hipertensi

41

normal. Seiring waktu, kerusakan ginjal, jantung dan pembuluh darah masih

dapat terjadi, seperti hipertensi kronis. Tetapi dalam jangka panjang tingkat

stress yang tinggi telah ditemukan menjadi prediktor kuat hipertensi masa

depan (American Institute of Stress) (Anonim, 2010).

Secara keseluruhan, studi menunjukkan bahwa stress jangka pendek

tidak langsung menyebabkan hipertensi, tetapi bisa berpengaruh terhadap

perkembangannya. Selain itu beberapa efek samping stress, seperti makan

terlalu banyak dan kurangnya olahraga dapat berkontribusi untuk

mengembangkan hipertensi (Anonim, 2010).

Jika seseorang didiagnosis dengan hipertensi , itu tidak berarti bahwa ia

adalah "terlalu stress," "terlalu gugup," terlalu cemas, atau obsesif. Ini adalah

mitos yang populer. Hipertensi tidak ketegangan saraf atau sedang tertekan.

Bahkan, banyak orang yang benar-benar tenang memiliki hipertensi, juga

dikenal sebagai tekanan darah tinggi.

Penelitian para ilmuwan tidak yakin pada saat ini tentang kemungkinan

efek stress jangka panjang pada tinggi tekanan darah. Mereka percaya bahwa

stress jangka panjang dapat berkontribusi untuk hipertensi, tetapi mereka

tidak yakin berapa banyak dampak sebenarnya mungkin. Dalam hal situasi

stress jangka pendek, mereka tahu bahwa stress dapat membuat tekanan darah

naik untuk sementara waktu. Tetapi begitu stress adalah lega, pembacaan

kembali ke "normal” (Schoenstadt, 2009).

Peningkatan tekanan darah merupakan respons terhadap stress. Sistem

saraf terlibat dalam “fight or flight” respon ketika seseorang berada di bawah

tekanan. Tekanan darah meningkat pada dua cara: Pertama, konstriksi

Page 34: 60065681 BAB II Hipertensi

42

pembuluh darah sebagai respon terhadap peningkatan epinefrin, dan sebagai

cara untuk meningkatkan aliran darah ke otot-otot. Kedua, pompa jantung

lebih cepat, dalam rangka untuk meningkatkan aliran darah ke otak dan otot,

sehingga meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan otot (Anonim, 2010).

Stress merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana

hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten

(tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan

darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka

kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di

pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami

kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Anonim, 2010).

Stres adalah salah satu penyebab hipertensi. Dalam keadaan stres

pembuluh darah akan mengkerut sehingga akan menyempit lalu menaikkan

tekanan darah. Dengan hilangnya stres, maka umumnya tekanan darah ini

akan turun ke tingkat yang normal. Akan tetapi jika tubuh terus-menerus

berada dalam keadaan stres, maka tekanan darah pun akan tetap tinggi.

Tekanan darah yang selalu tinggi akan memaksa jantung untuk bekerja lebih

keras. Hal ini juga akan merusak dinding pembuluh darah (Hutapea, 2009).

Hampir setiap orang dapat terkena stres atau perasaan tertekan.

Penyebabnya bisa macam-macam: karena menghadapi ujian, menghadapi

skripsi yang tak selesai-selesai, dimarahi orang tua, diomeli pacar yang

memang cerewet, kesulitan ekonomi, dan lain-lain. Akibatnya juga macam-

macam, mulai dari yang ringan sampai ke yang berat seperti ingin bunuh diri.

Page 35: 60065681 BAB II Hipertensi

43

Tanda-tanda stres bisa berupa naiknya tekanan darah, hilangnya atau

meningkatnya nafsu makan, sakit kepala, tidak bisa tidur atau malas bangun

dari tidur. Orang yang merasa stres sering lari ke minuman keras atau obat

bius. Perasaan cemas, frustrasi, atau apatis bisa menyertai stres (Furchan,

2009).

Sejumlah orang menderita stress karena tidak bisa mengatur waktu.

Mereka sebenarnya bisa menyelesaikan semua pekerjaan seandainya dapat

mengatur waktu dengan sebaik-baiknya (Noi, 2004). Kehidupan di kota

modern dan besar lebih banyak stressnya daripada kehidupan dalam

lingkungan yang secara relatif lebih primitif. Namun penyebab stress yang

terbesar di sebuah kota modern ialah karena begitu banyaknya hal yang

menyebabkan tekanan yang ada di luar kendali kita (Coleman, 1995).

Pada dasarnya stress dibedakan ke dalam:

1. Stress Emosional

Bila pertengkaran, pertentangan pendapat, dan konflik menyebabkan

perubahan dalam kehidupan yang dijalani.

2. Stress Fisik

Penyebab utama stress fisik adalah terlalu memaksakan diri dalam segala

hal. Jika tubuh dipaksa bekerja 16 jam sehari, maka dapat mengurangi

waktu istirahat. Cepat atau lambat, persediaan energi akan habis, tidak

sesuai dengan energi yang didapat. Dengan demikian akan terjadi

perubahan pada organ-organ tubuh, termasuk jantung dan pembuluh darah.

3. Stress Lingkungan

Page 36: 60065681 BAB II Hipertensi

44

Lingkungan yang terlalu panas atau dingin dapat menyebabkan stress.

Ketinggalan pesawat dan racun dari lingkungan juga menyebabkan

perubahan yang mengakibatkan stress.

4. Stress Asap Rokok

Asap rokok adalah racun yang sangat akut. Asapnya menghancurkan sel-

sel yang bertugas membersihkan kerongkongan, saluran napas, sampai

paru-paru serta dapat menyebabkan emfisema dan bronkhitis kronis.

Selain itu juga dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah sehingga

pasokan darah ke otak, jantung dan organ vital lainnya berkurang.

5. Stress Hormonal

Perubahan hormonal seperti masa pubertas dan sindroma pramenstrual

juga menyebabkan stress. Hal lainnya seperti kondisi setelah melahirkan

dan menopause.

6. Stress Tanggung Jawab

Bila seseorang harus bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain,

perubahan dalam hidup menyebabkan ia tidak mempunyai kontrol.

Misalnya, teman kerja tidak masuk, ia harus mengganti tugasnya.

7. Stress Alergi

Reaksi alergi adalah bagian dari usaha tubuh untuk mengamankan diri.

Kalau zat asing itu di hidung, mungkin dapat menyebabkan hidung jadi

pilek yang tak kunjung sembuh. Alergi itu termasuk stress yang

ditunjukkan oleh tubuh (Nurmianto, 2004).

Pengukuran stress menggunakan Rahe Holmes Social Readjustment

Rating Scale, dikenal juga dengan nama Rahe Holmes Stress Scale. Holmes,

Page 37: 60065681 BAB II Hipertensi

45

T. H. and Rahe, R. H. pada tahun 1967 menerbitkan Journal of

Psychosomatic Research dan mencoba mengklasifikasikan peristiwa-

peristiwa yang memicu stress. Dikarenakan hampir semua stress diakibatkan

adanya perubahan dalam hidup, maka dari itu Holmes dan Rahe

memfokuskan pada perubahan-perubahan dalam hidup yang menuntut

penyesuaian diri.

Salah satu perubahan besar yang terjadi pada hampir seluruh umat

manusia dan menuntut penyesuaian diri adalah pernikahan. Holmes dan Rahe

melakukan penelitian dengan memberikan kuisioner dimana diberikan daftar-

daftar kejadian yang dapat menimbulkan perubahan dan meminta responden

memberikan jawaban dengan membandingkan perubahan yang terjadi dengan

peristiwa pernikahan. Pernikahan diberikan nilai 50 dan responden

memberikan perbandingan nilai peristiwa-peristiwa lainnya dengan peristiwa

pernikahan. Hasilnya ditemukan bahwa rata-rata kematian pasangan hidup 2

kali lebih stressful dibanding pernikahan, dan ada 6 peristiwa lainnya yang

lebih membutuhkan penyesuaian diri dibanding pernikahan.

Skala ini memiliki korelasi yang berada di tingkat cukup/sedang ketika

dikorelasikan antara kejadian di tahun kemarin dan kesehatan seseorang di

tahun yang sedang dijalani. Terutama kejadian seperti serangan jantung,

diabetes, masalah kehamilan dan kelahiran, kegagalan akademis, absen

pegawai dan kesulitan lainnya (Nelwandi, 2010).

Setiap pertanyaan memiliki skor yang berbeda-beda, penilaian stress

dilakukan dengan menjumlah seluruh skor, jika skor ≥ 150, maka dalam

Page 38: 60065681 BAB II Hipertensi

46

kondisi stress. Dikatakan tidak stress bila nilainya dibawah 150 (Nurmianto,

2004).

Tabel 2.4 Skala Stress Holmes

No Stress Skor

1 Kematian Pasangan Hidup 100

2 Perceraian 60

3 Berpisah tempat tinggal dengan pasangan 60

4 Dipenjara 60

5 Kematian anggota keluarga selain pasangan hidup 60

6 Menopause 60

7 Sakit serius 45

8 Menikah 45

9 Dipecat 45

10 Rujuk 40

11 Pensiun 40

12 Perubahan kondisi kesehatan 40

13 Kerja lebih 40 jam seminggu 35

14 Gangguan seks 35

15 Ada tambahan anggota keluarga 35

16 Kehamilan 35

17 Perubahan tugas/peran di tempat kerja 35

18 Perubahan kondisi keuangan 35

19 Kematian teman dekat (bukan keluarga) 30

20 Bertengkar dengan pasangan 30

21 Dapat kredit dalam jumlah besar 25

22 Kredit jatuh tempo 25

23 Tidur kurang dari 18 jam seminggu 25

24 Masalah dengan keluarga atau anak 25

25 Mencapai prestasi luar biasa 25

26 Pasangan mulai atau berhenti kerja 20

27 Mulai atau lulus sekolah 20

Page 39: 60065681 BAB II Hipertensi

47

28 Perubahan di rumah (tamu, menginap, renovasi rumah) 20

29 Perubahan kebiasaan hidup (diet, puasa dll) 20

30 Alergi kronis 20

31 Masalah dengan bos 20

32 Perubahan jam kerja 20

33 Pindah rumah 15

34 Menjelang mens 15

35 Perubahan di sekolah 15

36 Perubahan aktivitas religious 15

37 Perubahan aktivitas social 15

38 Utang kecil-kecilan 15

39 Perubahan frekuensi bertemu keluarga 10

40 Liburan 10

Sumber: Nurmianto (2004)

F. Tinjauan Teori Konsumsi Garam Sebagai Faktor Risiko Hipertensi

Garam merupakan faktor penting dalam patogenesis hipertensi.

Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan

garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram/hari prevalensi

hipertensinya rendah, sedangkan asupan garam antara 5-15 gram/hari

prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan terhadap

hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan

tekanan darah (Basha, 2004).

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik

cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan

tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang

ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-

8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang

dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari yang setara dengan 110 mmol natrium

Page 40: 60065681 BAB II Hipertensi

48

atau 2400 mg/hari. Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh

meretensi cairan yang meningkatkan volume darah (Anonim, 2010).

Waspadai asupan garam berlebih karena garam merupakan sumber

sodium yang utama dan faktor utama penyebab meningkatnya tekanan darah

atau hipertensi yang dapat berkembang menjadi penyakit-penyakit

kardiovaskuler. Hipertensi terjadi jika ada peningkatan volume darah dan

penyempitan pembuluh darah yang memaksa kerja jantung untuk memompa

darah dan nutrisi.

Garam menyebabkan tubuh menahan air dengan tingkat melebihi

ambang batas normal tubuh sehingga dapat meningkatkan volume darah dan

tekanan darah tinggi. Dengan begitu garam menjadi cikal bakal penyakit yang

menyebabkan kematian nomor satu di dunia yakni jantung. Secara global,

menurut data Yayasan Jantung Indonesia, tujuh juta jiwa meninggal setiap

tahunnya akibat tekanan darah tinggi. Angka kematian ini bisa dicegah

dengan merubah pola makan misalnya mengurangi asupan sodium. Meskipun

sodium terkandung dalam garam namun 80% kandungan sodium terdapat

pada makanan yang diproses atau makanan kemasan. Mengurangi konsumsi

garam menjadi 6 gr per hari dapat menurunkan risiko stroke hingga 24%.

Di Indonesia menurut data dari Indonesian Society of Hypertension

asupan garam harian mencapai 15 gr hingga dua kali yang direkomendasikan

WHO yaitu 5 sampai 6 gr per hari. Ada tiga tahap diet rendah garam yakni

terdiri dari diet ringan (konsumsi garam 3,75-7,5 gram per hari), menengah

(1,25-3,75 gram per hari) dan berat (kurang dari 1,25 gram per hari) (Fesya,

2009).

Page 41: 60065681 BAB II Hipertensi

49

Garam mempunyai sifat menahan air. Mengkonsumsi garam lebih atau

makan-makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan

darah. Hindari pemakaian garam yang berlebih atau makanan yang diasinkan.

Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta

hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah

dan untuk mencegah edema dan penyakit jantung (lemah jantung). Adapun

yang disebut rendah garam bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur

tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium atau natrium (Na). Oleh karena

itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet rendah

garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup zat-zat gizi,

baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium

(Gunawan, 2001).

Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi

garam dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada

mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi

melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah.

Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan

garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan)

yang normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping

ada faktor lain yang berpengaruh (Yundini, 2006).

Saat ini Hipertensi tidak hanya masalah bagi kaum lanjut usia tapi

sudah mulai dikeluhkan oleh orang dengan usia lebih muda. Sumber natrium

yang utama adalah natrium klorida (garam dapur) dan penyedap masakan

(monosodium glutamat=MSG). Para pakar menemukan bahwa faktor

Page 42: 60065681 BAB II Hipertensi

50

makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya Hipertensi. Semua

bahan makanan sumber natrium perlu dibatasi bagi penderita Hipertensi.

Bahan makanan tersebut antara lain:

1. Garam.

2. Semua makanan yang diawetkan dengan garam, seperti ikan asin, telur

asin, ikan pindang, ikan teri, dendeng, udang kering, abon, daging asap,

asinan sayuran, asinan buah, manisan buah, serta buah dalam kaleng.

3. Makanan yang diolah/ dimasak dengan garam dapur atau soda kue dan

pengembang cake, roti dan kue-kue tradisional seperti biscuit, kracker,

cake dan kue-kue lainnya, margarin, mentega, keju, cereals.

4. Fast food (makanan cepat saji) seperti mie instan, sosis, hamburger, fried

chicken, pizza, dan lain-lain.

5. Makanan warung (bakso, soto, bubur ayam, nasi goreng, mie goreng,

capcay, acar dan lain-lain) (Kristanti, 2009).

Berikut informasi mengenai kandungan natrium dalam beberapa

makanan:

Tabel 2.5 Kandungan Natrium dalam Makanan:

Makanan Natrium (mg)

Daging sapi 93

Hati sapi 110

Ginjal sapi 200

Telur bebek 191

Telur ayam 158

Ikan kaleng 131

Udang 185

Teri kering 885

Susu sapi 36

Yogurt 40

Page 43: 60065681 BAB II Hipertensi

51

Mentega 780

Margarin 950

Susu kacang kedelai 15

Roti cokelat 500

Roti putih 530

Kacang merah 19

Jambu monyet, biji 26

Selada 14

Pisang 18

The 50

Cokelat manis 33

Ragi 610

Sumber: Almatsier (2003: 231)

Makanan Natrium (mg)

Daging kering, dicacah 1988

Daging kepiting, dimasak 1436

Selada kentang 1322

Bakso daging kalengan 1220

Krim sop jamur 1076

Kacang polong gorengan 1071

Capcai daging sapi 1071

Berbagai maca roti isi 1008

Jus tomat kalengan 881

Kacang mete asin disangrai 877

Pizza keju 811

Hamburger 800

Bumbu sop 700

Take away chicken 400

Tomato/ chili sauce 300

Keju 200

French fries 150

Pudding vanili kalengan 441

Sumber: (Kristanti, 2009)

No. Jenis Makanan URT Kadar Na200-400 mg

Kadar Na>400 mg

1 Ikan asin 1 potong sedang

2 Kerang ½ gelas

3 Fried chicken 1 potong

4 Biscuit 4 buah besar

5 Roti putih 3 iris

6 Kecap -

Page 44: 60065681 BAB II Hipertensi

52

7 Tauco -

8 Mie instant 1 bungkus

9 Sosis ½ potong

10 Air kaldu -

11 Nasi goreng 1 porsi

12 Mentega -

13 Udang -

14 Sarden -

15 Kornet -

16 Kacang goreng -

Sumber: (Fitriah, 2009)

Garam natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa

ikatan yaitu:

a. Natrium Chlorida atau garam dapur

b. Mono-Natrium Glutamat atau vetsin

c. Natrium Bikarbonat atau soda kue

d. Natrium Benzoat untuk mengawetkan buah

e. Natrium Bisulfit atau sendawa yang digunakan untuk mengawetkan

daging seperti Corned beef.

f. Dinatrium fosfat ditambahkan pada olahan sereal cepat saji dan keju.

g. Natrium alginate pengemulsi adonan pada susu, cokelat dan es krim.

Natrium bersifat mengikat air. Pada saat garam dikonsumsi maka garam

tersebut akan mengikat air sehingga air akan terserap masuk kedalam

intravaskuler yang menyebabkan meningkatnya volume darah. Apabila

volume darah meningkat, kerja jantung akan meningkat dan akibatnya

tekanan darah pasti juga meningkat (Indriyani, 2009).

Makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap

dalam jumlah tinggi dapat menaikkan tekanan darah karena mengandung

natrium dalam jumlah berlebih. Natrium bersama klorida dalam garam dapur

Page 45: 60065681 BAB II Hipertensi

53

sebenarnya membantu mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan

mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah berlebih dapat

menahan air (retensi) sehingga meningkatkan jumlah volume darah.

Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan

darah menjadi naik. Selain itu narium yang berlebihan akan menggumpal di

dinding pembuluh darah dan mengikisnya sehingga terkelupas. Kotoran

tersebut akan menyumbat pembuluh darah.

Dari penelitian ditemukan fakta bahwa dengan mengurangi pemakaian

garam dapur menjadi sekitar 3 gram (tidak sampai satu sendok teh) sehari

dapat mencegah terjadinya stroke (26 persen) dan serangan jantung (15

persen) akibat tersumbatnya pembuluh darah. WHO 1990 menganjurkan

pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram per hari (2400 mg natrium)

atau setara dengan (1 sendok teh) perhari. Sedangkan konsumsi natrium yang

dianjurkan perhari adalah 500-2400 mg untuk orang dewasa (Khomsan,

2003) dengan frekuensi konsumsi natrium sering (>3 kali perminggu)

merupakan resiko terbesar untuk menderita Hipertensi (Rahman, 2009).

Penelitian mengenai Hipertensi menunjukkan bahwa pengurangan

asupan garam, baik secara tunggal maupun dikombinasikan dengan

penurunan berat badan dapat menurunkan kejadian Hipertensi sampai sekitar

20%. Untuk menurunkan asupan garam, pasien sebaiknya mengkonsumsi

makanan rendah garam dan membatasi jumlah garam yang ditambahkan pada

makanan (Sani, 2008). Setiap 1 gram garam dapur mengandung 400 mg

natrium. Apabila dikonversikan ke dalam ukuran rumah tangga 4 gram garam

dapur setara dengan ½ sendok teh atau sekitar 1600 mg natrium.

Page 46: 60065681 BAB II Hipertensi

54

Makanan kaleng sebenarnya terbuat dari bahan makanan segar namun

yang perlu diperhatikan yaitu dalam proses pembuatannya karena makanan

kaleng ditambahkan garam untuk membuat bahan makanan tersebut lebih

awet.

Berbeda halnya dengan natrium, kalium (potassium) merupakan ion

utama di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah kebalikan dari

natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya

di dalam cairan intraseluler sehingga cenderung menarik cairan dari bagian

ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.

Dengan demikian, konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium.

kebutuhan kalium perhari rata-rata 808 mg. Rasio konsumsi natrium dan

kalium yang dianjurkan adalah 1:1. Sumber kalium yang baik adalah buah-

buahan, seperti pisang, jeruk, melon dan lain-lain. Dengan memperbanyak

minum air putih minimal 8 gelas (2 liter) perhari kelebihan natrium juga

dapat dibuang oleh tubuh.

Secara alami, banyak bahan pangan yang memiliki kandungan kalium

dengan rasio lebih tinggi dibandingkan dengan natrium. Rasio tersebut

kemudian menjadi terbalik akibat proses pengolahan yang banyak

menambahkan garam ke dalamnya.

Sebagai contoh, rasio kalium terhadap natrium pada tomat segar adalah

100:1, menjadi 10:6 pada tomat kaleng dan 1:28 pada saus tomat. Contoh lain

adalah rasio kalium terhadap natrium pada kentang bakar 100:1, menjadi 10:9

pada keripik, dan 1:1,7 pada salad kentang. Dari data tersebut tampak bahwa

Page 47: 60065681 BAB II Hipertensi

55

proses pengolahan menyebabkan tingginya kadar natrium di dalam bahan

sehingga cenderung menaikkan tekanan darah (Made, 2008).

Untuk mengetahui jumlah konsumsi makanan yang mengandung

natrium dapat digunakan pengukuran konsumsi makanan dengan metode

frekuensi makanan (food frequency). Metode ini bertujuan untuk memperoleh

data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi

selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun.

Langkah-langkah metode frekuensi makanan:

1) Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang

tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran

porsinya.

2) Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan

makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat

gizi tertentu selama periode tertentu pula (Supariasa, 2001).

F. Kerangka Teori

Suatu penyakit timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik

dari host, agent dan lingkungan. Para ahli telah membuat model-model

timbulnya penyakit dan atas dasar model tersebut dilakukan eksperimen

terkendali untuk menguji sampai mana kebenaran dari model tersebut. Model

karakteristik tersebut dikenal dengan segitiga epidemiologi. (Notoatmodjo,

2003).

Page 48: 60065681 BAB II Hipertensi

56

Host

Agent Environment

Gambar 2.1 Segitiga Epidemiologi

Adapun segitiga epidemiologi dari Hipertensi dapat dilihat sebagai

berikut:

1. Host (Penjamu)

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada

penjamu :

a. Daya Tahan Tubuh Terhadap Penyakit

Daya tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi,

aktifitas, dan istirahat. Dalam hidup modern yang penuh kesibukan juga

membuat orang kurang berolagraga dan berusaha mengatasi stresnya

dengan merokok, minum alkohol, atau kopi sehingga daya tahan tubuh

menjadi menurun dan memiliki resiko terjadinya penyakit hipertensi.

b. Genetis

Para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga

penderita hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita

penyakit ini.

c. Umur

Penyebaran hipertensi menurut golongan umur agaknya terdapat

kesepakatan dari para peneliti di Indonesia. Disimpulkan bahwa

prevalensi hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur.

Page 49: 60065681 BAB II Hipertensi

57

Sebagai gambaran saja, berikut ini dikutipkan salah satu hasil penelitian

tentang penyebaran menurut umur tersebut.

Prevalensi 6-15% pada orang dewasa. Prevalensi meningkat

menurut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang

mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat

sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia

55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun

drastis.

Tetapi di atas usia tersebut, justru wanita (setelah mengalami

menapouse) berpeluang lebih besar. Para pakar menduga perubahan

hormonal berperan besar dalam terjadinya hipertensi di kalangan wanita

usia lanjut. Namun sekarang penyakit hipertensi tidak memandang

golongan umur.

d. Jenis Kelamin

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan

prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia

cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga.

Pada umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi

dibandingkan dengan perempuan.

Wanita > Pria pada usia > 50 tahun

Pria > wanita pada usia < 50 tahun

e. Adat Kebiasaan

Kebiasaan-kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman

kesehatan bagi orang tersebut seperti:

Page 50: 60065681 BAB II Hipertensi

58

1. Gaya hidup modern yang mengagungkan sukses, kerja keras dalam

situasi penuh tekanan, dan stres terjadi yang berkepanjangan adalah

hal yang paling umum serta membuat orang kurang berolagraga, dan

berusaha mengatasi stresnya dengan merokok, minum alkohol atau

kopi, padahal semuanya termasuk dalam daftar penyebab yang

meningkatkan resiko hipertensi.

2. Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki

ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk

dapat menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit

dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar

rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).

3. Pola makan yang salah, faktor makanan modern sebagai

penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan

dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat

meningkatkan tekanan darah kerana mengandung natrium dalam

jumlah yang berlebih.

f. Pekerjaan

Stress pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya

hipertensi berat. Pria yang mengalami pekerjaan penuh tekanan,

misalnya penyandang jabatan yang menuntut tanggung jawab besar

tanpa disertai wewenang pengambilan keputusan, akan mengalami

tekanan darah yang lebih tinggi selama jam kerjanya, dibandingkan

dengan rekannya mereka yang jabatannya lebih “longgar” tanggung

jawabnya. Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai

Page 51: 60065681 BAB II Hipertensi

59

penyakit misalnya sakit kepala, sulit tidur, tukak lambung, hipertensi,

penyakit jantung, dan stroke.

g. Ras/Suku

Ras/Suku: Di USA, orang kulit hitam > kulit putih. Di Indonesia

penyakit hipertensi terjadi secara bervariasi.

2. Agent (Penyebab Penyakit)

Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau

ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau mempengaruhi

perjalanan suatu penyakit. Untuk penyakit hipertensi yang menjadi agen

adalah :

a. Faktor Nutrisi

1) Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, natrium memegang

peranan penting terhadap timbulnya hipertensi. Konsumsi natrium

yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan

ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler

ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.

Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan

meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya

hipertensi.

2) Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak

lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam

kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak

masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam. Indra

perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki

Page 52: 60065681 BAB II Hipertensi

60

ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk

dapat menerima makanan yang agak tawar.

3) Minuman berkafein dan beralkohol.Minuman berkafein seperti kopi

dan alkohol juga dapat meningkatkan resiko hipertensi.

4) Juga terbukti adanya hubungan antara resiko hipertensi dengan

makanan cepat saji yang kaya daging. Makanan cepat saji juga

merupakan salah satu penyebab obesitas (berat badan berlebih ).

Dilaporkan bahwa 60% penderita hipertensi mempunya berat badan

berlebih.

b. Faktor Kimia

Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, Pil KB Kortikosteroid,

Siklosporin, Eritropoietin, Penyalahgunaan Alkohol, Kayu manis

(dalam jumlah sangat besar).

c. Faktor Biologi

1) Penyebab tekanan darah tinggi sebagian besar diketahui, namun

peniliti telah membuktikan bahwa tekanan darah tinggi

berhubungan dengan resistensi insulin dan/ atau peningkatan kadar

insulin (hiperinsulinemia). Keduanya tekanan darah tinggi dan

resistensi insulin merupakan karakteristik dari sindroma metabolik,

kelompok abnormalitas yang terdiri dari obesitas, peningkatan

trigliserid, dan HDL rendah (kolesterol baik) dan terganggunya

keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan

darah.

Page 53: 60065681 BAB II Hipertensi

61

2) Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan,

namun hubungannya tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil

dari interaksi gen yang beragam, sehingga tidak ada tes genetik

yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi

hipertensi secara konsisten.

3) Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal,

penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80

mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko terjadi hipertensi.

d. Faktor Fisik

1) Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan

lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika

beristirahat.

2) Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu

terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang

diturunkan.

3) Berat badan yang berlebih akan membuat seseorang susah bergerak

dengan bebas. Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk

memompa darah agar bisa menggerakkan berlebih dari tubuh

terdebut. Karena itu obesitas termasuk salah satu yang

meningkatkan resiko hipertensi.

3. Environment (Lingkungan)

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia

serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan

perkembangan manusia. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya

Page 54: 60065681 BAB II Hipertensi

62

hidup misalnya gaya hidup kurang baik seperti gaya hidupnya penuh

dengan tekanan (Stres). Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya

berbagai penyakit seperti hipertensi. Dalam kondisi tertekan adrenalin dan

kortisol dilepaskan ke aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan

tekanan darah agar tubuh siap beraksi. Gaya hidup yang tidak aktif (malas

berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu

terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang

diturunkan.

Terdapatnya perbedaan keadaan geografis, dimana daerah Pantai

lebih berisiko terjadinya penyakit hipertensi dibading dengan daerah

pegunungan, karena daerah pantai lebih banyak terdapat natrium bersama

klorida dalam garam dapur sehingga Konsumsi natrium pada penduduk

pantai lebih besar dari pada daerah pegunungan.

Penyakit hipertensi ditemukan di semua daerah di Indonesia

dengan prevalensi yang cukup tinggi. Dimana daerah perkotaan lebih

dengan gaya hidup modern lebih berisiko terjadinya penyakit hipertensi

dibandingkan dengan daerah pedesaan (Sawitra, 2009).