faktor faktor pengaruh penyakit diare pada balita

Upload: ayon-friday-yonaza

Post on 15-Oct-2015

139 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    1/2

    [Type text]

    [Type text]

    BAB I

    JUDUL PENELITIAN

    A. Masalah PenelitianPenyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan

    kematian yang tinggi diberbagai negara terutama di negara berkembang seperti Indonesia

    dan juga sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian

    anak di dunia. Secara umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5

    tahun meninggal setiap tahunnya di dunia sekitar 20 % meninggal karena infeksi diare.

    Secara umum diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan bertambahnya

    frekuensi buang air besar lebih dari biasanya(lazimnya lebih dari 3 kali sehari) disertai

    adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita yang bersangkutan.

    Tingginya angka kejadian diare pada balita, penulis tertarik untuk meneliti lebih

    jauh tentang faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita terutama

    dalam menganalisis adanya hubungan dengan faktor ibu, faktor bayi dan faktor

    lingkungan dengan kejadian diare pada balita. Selain itu penelitian ini bermaksud untuk

    memecahkan masalah diare yang terjadi pada balita khususnya di Desa Karang Pucung,

    Purwokerto Selatan serta mengidentifikasi upaya penanggulangannya.

    B. Judul PenelitianPenentuan judul berangkat dari masalah yang telah dipaparkan dimuka.

    Berdasarkan BAB Pendahuluan yang telah disusun meliputi latar belakang pengambilan

    masalah dan penelitian, tujuan baik tujuan umum maupun tujuan khusus, hingga

    perumusan masalah, didapatlah judul penelitian ini. Faktor-faktor penyebab penyakit

    diare pada balita (Study Kualitatif di Desa Karang Pucung, Purwokerto Selatan,

    Kab.Banyumas, Prov. Jawa Tengah)

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    2/2

    [Type text]

    [Type text]

    BAB II

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

    berkembang seperti di Indonesia, karena masih sering timbul dalam bentuk Kejadian

    Luar Biasa (KLB), dan disertai dengan kematian yang tinggi, terutama di Indonesia

    Bagian Timur. Disamping itu menurut hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukan bahwa

    penyakit diare merupakan penyebab utama kematian pada balita. Target MDGs ke-4

    adalah penurunan kematian anak dari tahun 1990 menjadi 2/3 bagian sampa 2015. Salah

    satu upaya untuk menurunkannya adalah dengan menurunkan kematian karena diare.

    Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak

    seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih

    dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lender

    darah. Penyebab diare pada balita dan anak ialah bakteri Escherichia Coli. Pada anak dan

    balita Escherichia Coli dapat menyebabkan epidemic diare dengan mortalitas tinggi.

    Bakteri Escherichia Coli tidak menembus mukosa usus, tetapi hanya bersarang dalam

    lumen usus. Sehingga toksin yang dilepaskan oleh bakteri ini menyebabkansekresi usus.

    Akibatnya sekresi usus ini dapat terjadi dehidrasi dan asidosis.Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mendorong

    terjadinya diare, faktor tersebut antara lain keadaan gizi, sosio demografi, lingkungan,

    dan perilaku. Oleh karenanya permasalahan mengenai diare khususnya pada balita

    dibahas lebih detail lagi. Penelitian ini menggunakan studi pendekatan naturalistik atau

    biasa disebut metode kualitatif dengan 5 orang responden yang dipilih secara random di

    Desa Karang Pucung, Purwokerto Selatan. Mengenai hal lebih jelasnya bisa dilihat dalam

    tinjauan pustaka dan kaitannya dengan metode penelitian yang digunakan.

    B. Perumusan Masalah

    Berikut ini adalah masalah yang dapat dirumuskan, antara lain:

    1) Faktor faktor penyebab apa saja yang mampu mempengaruhi terjadinyapenyakit diare pada balita?

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    3/2

    [Type text]

    [Type text]

    2) Bagaimana gambaran pengetahuan masyarakat di Desa karang Pucung tentangfaktor penyebab diare?

    3) Bagaimana gambaran keadaan air bersih dengan terjadinya diare pada balita?4) Bagaimana gambaran penyehatan makanan dan minuman dengan terjadinya diare

    pada balita?

    5) Bagaimana gambaran keadaan lingkungan dengan terjadinya diare pada balita?C. Tujuan Penelitian

    1) Tujuan Umum

    Untuk mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita di

    Desa karang Pucung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas.

    2) Tujuan Khusus

    a) Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor penyebab yang mampumempengaruhi terjadinya diare pada balita.

    b) Mengetahui gambaran pengetahuan responden tentang faktor penyebab diare padabalita.

    c) Mengetahui gambaran keadaan bersih yang ada di lingkungan responden.d) Mengetahui gambaran penyehatan makanan dan minuman yang diberikan oleh

    responden kepada balita.

    e) Mengetahui gambaran keadaan lingkungan yang ada di sekitar responden.

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    4/2

    [Type text]

    [Type text]

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian Diare

    Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya

    defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan

    perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik

    dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten.

    Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air

    bersih lebih dari biasanya (lazimnya lebih dari 3 kali sehari) disertai adanya perubahan

    bentuk dan konsistensi tinja dari penderita yang bersangkutan (Emiliana et all, 1994).

    B. Penyebab Diare

    Keadaan lingkungan fisik dan biologis pemukiman penduduk Indonesia belum

    maksimal, hal ini berakibat masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena

    berbagai penyakit. Salah satu penyakit terbanyak yang disebabkan oleh buruknya sanitasi

    di lingkungan masyarakat adalah diare.

    Lingkungan yang buruk disertai rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk

    berperilaku sehat menjadikan kawasan kumuh sebagai kawasan yang rawan akan

    penyebaran penyakit. Lingkungan yang buruk menjadi penyebab berkembangbiaknya

    berbagai virus penyakit menular. Karena itu berbagai infeksi penyakit sering terjadi padapara penghuni kawasan kumuh. Penyakit menular yang sering dijumpai adalah diare.

    Gaya hidup yang jorok, tidak memperhatikan sanitasi menyebabkan usus rentan terhadap

    serangan virus diare.

    Namun, seperti yang telah dijelaskan di atas, berkembangnya perilaku

    pencegahan ini sangat tergantung pada kondisi pribadi masing-masing individu, termasuk

    persepsi individu bersangkutan dalam memandang diare. Dengan kata lain jika seseorang

    mempersepsikan diare adalah penyakit yang membahayakan maka yang bersangkutan

    dapat diproyeksikan akan semakin berusaha keras untuk melakukan pencegahan agar

    tidak terserang diare. Sebab, upaya pencegahan penyakit ini bersumber pada seluruh

    aktivitas manusia yang berkaitan dengan upaya preventif (Aswitha Budiarso, 1987).

    Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    5/2

    [Type text]

    [Type text]

    ( Depkes RI, 2007):

    1) Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Padabalita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita

    yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.

    2) Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran olehkuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau

    sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering

    menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-

    kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut

    beresiko terinfeksi diare

    3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapajam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang

    biak.

    4) Menggunakan air minum yang tercemar.5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak

    atau sebelum makan dan menyuapi anak

    6) Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidakberbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah

    besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.C. Gejala Diare

    Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit, terutama

    natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis metabolik. Dehidrasi dapat

    diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan serum elektrolit. Setiap

    kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam sehari merupakan hilangnya air

    dari tubuh. Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan apabila defisit melampaui 15%

    (Soegianto, S. 2002).

    Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali

    atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, panas,

    tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah

    dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-

    tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    6/2

    [Type text]

    [Type text]

    kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-

    gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.

    Gangguan bakteri dan parasit kadangkadang menyebabkan tinja mengandung darah

    atau demam tinggi (Amiruddin, 2007).

    Menurut Ngastisyah (2005) gejala diare yang sering ditemukan mula-mula pasien

    cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja mungkin

    disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare. Bila

    penderita banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak,

    yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi

    cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

    Dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja

    yang berulang-ulang. Dehidrasi terjadi akibat kehilangan air dan elektrolit yang

    melebihi pemasukannya (Suharyono, 1986). Kehilangan cairan akibat diare

    menyebabkan dehidrasi yang dapat bersifat ringan, sedang atau berat.

    D. Pencegahan Penyakit Diare

    Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:

    pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan

    dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention) yang

    meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga(tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry

    Noor, 1997).

    1)Pencegahan Primer

    Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab,

    lingkungan dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai upaya agar

    mikroorganisme penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi

    lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan.

    Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan

    status gizi dan pemberian imunisasi.

    a) Penyediaan air bersihAir adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, bahkan hampir

    70% tubuh manusia mengandung air. Air dipakai untuk keperluan makan, minum,

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    7/2

    [Type text]

    [Type text]

    mandi, dan pemenuhan kebutuhan yang lain, maka untuk keperluan tersebut

    WHO menetapkan kebutuhan per orang per hari untuk hidup sehat 60 liter. Selain

    dari peranan air sebagai kebutuhan pokok manusia, juga dapat berperan besar

    dalam penularan beberapa penyakit menular termasuk diare (Sanropie, 1984).

    Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat adalah: air permukaan

    yang merupakan air sungai, dan danau. Air tanah yang tergantung kedalamannya

    bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam. Air angkasa yaitu air yang

    berasal dari atmosfir seperti hujan dan salju (Soemirat, 1996).

    Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam

    terjadinya penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba patogen,

    sarang insekta penyebar penyakit, bila jumlah air bersih tidak mencukupi,

    sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik, dan air sebagai

    sarang hospes sementara penyakit (Soemirat, 1996).

    Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari

    sumber yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh

    dari kandang ternak dan kakus paling sedikit sepuluh meter dari sumber air. Air

    harus ditampung dalam wadah yang bersih dan pengambilan air dalam wadah

    dengan menggunakan gayung yang bersih, dan untuk minum air harus di masak.

    Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai resikomenderita diare lebih kecil bila dibandingkan dengan masyarakat yang tidak

    mendapatkan air besih (Andrianto, 1995) .

    b) Tempat pembuangan tinjaPembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan

    lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat berpengaruh langsung

    terhadap insiden penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja antara lain

    penyakit diare (Haryoto, 1983) .

    Keluarga yang tidak memiliki jamban harus membuat dan keluarga harus

    membuang air besar di jamban. Jamban harus dijaga dengan mencucinya secara

    teratur. Jika tak ada jamban, maka anggota keluarga harus membuang air besar

    jauh dari rumah, jalan dan daerah anak bermain dan paling kurang sepuluh meter

    dari sumber air bersih (Andrianto, 1995).

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    8/2

    [Type text]

    [Type text]

    Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka

    pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban

    memenuhi syarat kesehatan apabila memenuhi syarat kesehatan: tidak mengotori

    permukaan tanah, tidak mengotori air permukaan, tidak dapat di jangkau oleh

    serangga, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, dan murah

    (Notoatmodjo, 1996).

    Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan

    meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali

    lipat dibandingkan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang

    memenuhi syarat sanitasi. Menurut hasil penelitian (Irianto (1996), bahwa anak

    balita berasal dari keluarga yang menggu nakan jamban (kakus) yang dilengkapi

    dengan tangki septik, prevalensi diare 7,4% terjadi di kota dan 7,2% di desa.

    Sedangkan keluarga yang menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1% diare

    terjadi di kota dan 8,9 % di desa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada keluaga

    yang mempergunakan sungai sebagi tempat pembuangan tinja, yaitu, 17,0% di

    kota dan 12,7% di desa.

    c) Status giziStatus gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang berhubungan

    dengan penggunaan makanan oleh tubuh. Penilaian status gizi dapat dilakukandengan menggunakan berbagai metode, yang tergantung dan tingkat kekurangan

    gizi. Menurut Gibson (1990) metode penilaian tersebut adalah;1) konsumsi

    makanan; 2) pemeriksaan laboratorium, 3) pengukuran antropometri dan 4)

    pemeriksaan klinis. Metode-metode ini dapat digunakan secara tunggal atau

    kombinasikan untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif.

    Makin buruk gizi seseorang anak, ternyata makin banyak episode diare

    yang dialami. Mortalitas bayi dinegara yang jarang terdapat malnutrisi protein

    energi (KEP) umumnya kecil (Canada, 28,4 permil). Pada anak dengan

    malnutrisi, kelenjar timusnya akan mengecil dan kekebalan sel-sel menjadi

    terbatas sekali sehingga kemampuan untuk mengadakan kekebalan nonspesifik

    terhadap kelompok organisme berkurang (Suharyono, 1986).

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    9/2

    [Type text]

    [Type text]

    d) Pemberian air susu ibu (ASI)ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi komponen zat makanan

    tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara

    optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai

    umur 4-6 bulan. Untuk menyusui dengan aman dan nyaman ibu jangan

    memberikan cairan tambahan seperti air, air gula atau susu formula terutama pada

    awal kehidupan anak. Memberikan ASI segera setelah bayi lahir, serta berikan

    ASI sesuai kebutuhan. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik

    dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut

    memberikan perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada bayi yang baru

    lahir secara penuh mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare

    dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak

    diberi ASI pada enam bulan pertama kehidupannya, risiko mendapatkan diare

    adalah 30 kali lebih besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI (Depkes,

    2000).

    Bayi yang memperoleh ASI mempunyai morbiditas dan mortalitas diare

    lebih rendah. Bayi dengan air susu buatan (ASB) mempunyai risiko lebih tinggi

    dibandingkan dengan bayi yang selain mendapat susu tambahan juga

    mendapatkan ASI, dan keduanya mempunyai risiko diare lebih tinggidibandingkan dengan bayi yang sepenuhnya mendapatkan ASI. Risiko relatif ini

    tinggi dalam bulan-bulan pertama kehidupan (Suryono, 1988).

    e) Kebiasaan mencuci tanganDiare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan

    penerapan perilaku hidup sehat. Sebahagian besar kuman infeksius penyebab

    diare ditularkan melalui jalur oral. Kuman-kuman tersebut ditularkan dengan

    perantara air atau bahan yang tercemar tinja yang mengandung mikroorganisme

    patogen dengan melalui air minum. Pada penularan seperti ini, tangan memegang

    peranan penting, karena lewat tangan yang tidak bersih makanan atau minuman

    tercemar kuman penyakit masuk ke tubuh manusia.

    Hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare dikemukakan

    oleh Bozkurt et al (2003) di Turki, orang tua yang tidak mempunyai kebiasaan

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    10/

    [Type text]

    [Type text]

    mencuci tangan sebelum merawat anak, anak mempunyai risiko lebih besar

    terkena diare. Heller (1998) juga mendapatkan adanya hubungan antara kebiasaan

    cuci tangan ibu dengan kejadian diare pada anak di Betim-Brazil.

    f) Imunisasi

    Diare sering timbul menyertai penyakit campak, sehingga pemberian

    imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare. Anak harus diimunisasi

    terhadap penyakit campak secepat mungkin setelah usia sembilan bulan

    (Andrianto, 1995).

    2) Pencegahan Sekunder

    Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita

    diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini

    dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat

    samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi

    dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat

    disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang.

    Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien. Obat diare

    dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare

    seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan

    spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidakmenyenangkan. Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa

    resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab

    diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping

    dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter (Fahrial Syam, 2006).

    3) Pencegahan Tertier

    Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami

    kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare

    diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada

    tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat

    samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus

    mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi

    juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    11/

    [Type text]

    [Type text]

    dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak yang menderita

    diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi

    dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan

    teman sepermainan

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    12/

    [Type text]

    [Type text]

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Kerangka Pikir

    Pengetahuan warga Desa Karang Pucung, Purwokerto Selatan mengenai faktor- faktor yang

    mempengaruhi terjadinya penyakit diare pada balita.

    Perilaku warga Desa Karang Pucung, Purwokerto Selatan dalam memberikan penyehatan

    makanan dan minuman pada balita yang mampu mempengaruhi terjadinya penyakit diare

    pada balita meliputi mencuci peralatan makan, mencuci tangan setelah BAB, memberikan

    ASI ekslusif, memberikan imunisasi

    Sarana dan prasarana sanitasi yang ada di Desa Karang Pucung, Purwokerto Selatan yang

    mempengaruhi terjadinya penyakit diare pada balita meliputi kesediaan air bersih dan

    pemanfaatan air bersih.

    Peran petugas kesehatan diwilayah Desa Karang Karang Pucung, Purwokerto Selatan dalam

    membantu mencegah dan mengobati penyakit diare pada balita dan menggalakan program

    yang mampu membantu upaya pencegahan jika ada dan sudah dicanangkan oleh pemerintah.

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    13/

    [Type text]

    [Type text]

    B. Definisi Operasional

    1. Pengetahuana) Apa yang masyarakat di Desa Karang Pucung, Purwokerto Selatan ketahui mengenai

    faktor- faktor yang mempengaruhi Diare khususnya pada balita?b) Apa saja yang masyarakat ketahui mengenai gejala-gejala yang mempengaruhinya?Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara mendalam.

    2. Perilakua) Bagaimana perilaku masyarakat di Desa Karang Pucung, Purwokerto Selatan dalam

    memberikan penyehatan makanan dan minuman pada balita?

    b) Apa saja yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Karang Pucung dalam mencegahterjadinya penyakit diare khususnya pada balita?

    Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara mendalam.

    3. Sarana dan Prasaranaa) Bagaimana kesediaan air bersih di wilayah Desa Karang Pucung, Purwokerto

    Selatan?

    b) Apakah masyarakat memiliki WC sebagai tempat buang air besar?c) Apakah masyarakat memiliki fasilitas tempat sampah?d) Bagaimana lingkungan rumah warga di Desa Karang Pucung, Purwokerto Selatan?Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara mendalam, observasi, dan

    dokumentasi.

    4. Peran Petugas Kesehatana) Bagaimana peran petugas kesehatan di wilayah Desa Karang Pucung Purwokerto

    Selatan dalam membantu mencegah dan mengobati penyakit diare khususnya pada

    balita.

    b) Apakah ada program yang digalakan untuk membantu upaya pencegahan yangdicanangkan oleh pemerintah?

    Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara mendalam dan observasi.

    C. Jenis Penelitian

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    14/

    [Type text]

    [Type text]

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif.

    Digunakan penelitian kualitatif dimaksudkan agar lebih mudah melakukan penelitiannya

    karena penelitian ini berangkat dari sebuah masalah yang ada dalam fenomena kehidupan

    balita. Penelitian kualitatif ini juga berguna untuk memecahkan masalah yang ada serta

    mencari tahu jalan keluar dari masalah yang timbul. Selain itu, disusun pula faktor-faktor

    yang mampu mempengaruhi terselesaikannya masalah.

    Penelitian ini disebut penelitian kualitatif juga karena penelitian ini menggunakan

    teknik triangulasi dalam pengumpulan datanya. Ada pula kumpulan sampel dalam hal ini

    informan masyarakat Desa Karang Pucung Purwokerto Selatan yang terkumpul dalam situasi

    sosial. Maka dengan begitu diharapkan penelitian ini mampu memecahkan masalah yang ada

    dan mencari solusi terbaik khususnya balita mengenai penyakit diare.

    D. Situasi Sosial

    Penelitian kualitatif menggunakan situasi sosial dalam kajiannya dengan sekumpulan

    sampel berupa informan atau subyek penelitian. Situasi sosial merupakan pengganti populasi

    dalam penelitian kuantitatif. Situasi sosial terbagi dalam 3 aspek, diantaranya adalah sebagai

    berikut :

    1) Pelaku (Actors)

    Pelaku yang dijadikan sebagai kumpulan dari subyek penelitian dalam penelitian

    masalah diare khususnya pada balita yaitu ibu rumah tangga yang mempunyai balita umur0 24 bulan. Hal ini karena kebanyakan kejadian diare pada bayi disebabkan karena

    kesalahan dalam pemberian makan, dimana bayi sudah diberi makan selain ASI sebelum

    berusia 4 bulan. Perilaku tersebut sangat berisiko bagi bayi untuk terkena diare karena

    alasan sebagai berikut; (1) pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI,

    (2) bayi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan zat kekebalan yang hanya dapat

    diperoleh dari ASI serta yang ke (3) adanya kemungkinan makanan yang diberikan bayi

    sudah terkontaminasi oleh bakteri karena alat yang digunakan untuk memberikan

    makanan atau minuman kepada bayi tidak steril.

    2) Tempat (Place)

    Penelitian mengenai masalah diare pada balita dilakukan di wilayah Desa Karang

    Pucung, Purwokerto Selatan. Tempat ini dijadikan sebagai lahan melakukan teknik

    pengumpulan data mulai dari wawancara mendalam, observasi, dokumentasi maupun

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    15/

    [Type text]

    [Type text]

    teknik triangulasi itu sendiri. Maka dengan demikian, hasil penelitian kualitatif ini yang

    mengambil 5 informan dari informan yang ada mampu diterapkan di tempat lain dengan

    situasi sosial yang serupa.

    3) Aktifitas (Activities)

    Penelitian ini menitikberatkan pada perilaku masyarakat khususnya ibu rumah

    tangga yang mempunyai balita yang berumur antara 0- 24 bulan. Hal ini karena sang ibu

    yang mempunyai faktor resiko terhadap kesehatan balita.

    E. Subyek Penelitian

    Subyek penelitian adalah orang yang akan dijadikan sebagai obyek untuk dijadikan

    sebagai data primer dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan emik

    yaitu pendekatan individual. Subyek penelitian akan memberikan penjelasan terhadap

    sesuatu hal yang hendak diteliti. Subyek penelitian yang biasa disebut informan ini juga

    akan menjawab pertanyaan yang sudah sebagian besar terangkum dalam kerangka pikir

    dan definisi operasional.

    Informan berkewajiban untuk memberikan jawaban yang mampu memecahkan

    permasalahan, bukan untuk menguji sesuatu. Jika informan sebagai sumber data primer

    kurang memuaskan peneliti, hendaknya peneliti mencari informan kunci untuk menguji

    keakuratan jawaban yang diberikan oleh informan semula. Sehingga informan kunciberfungsi untuk menjelaskan dan memastikan jawaban yang didapat dari informan awal.

    Informan dalam penelitian mengenai diare khususnya pada balita ini berjumlah 6

    orang, tetapi 1 diantaranya memiliki jawaban yang bervariasi, sehingga ketika 5

    informan jawabannya sudah jenuh atau tidak bervariasi, penelitian disudahi. Penelitian ini

    tidak menggunakan informan kunci karena peneliti sendiri yang memastikan keakuratan

    jawaban dengan melakukan penelitian lebih lanjut berupa pengamatan kehidupan

    informan sehari-harinya. Maka dengan demikian, penelitian ini cenderung memiliki

    kevalidan tinggi karena peneliti mampu terjun langsung ke lapangan sehingga data dapat

    dipertanggung jawabkan.

    F. Lokasi Penelitian

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    16/

    [Type text]

    [Type text]

    Penelitian mengenai masalah diare khususnya pada balita memiliki lokasi

    penelitian yang mudah dijangkau sehingga memudahkan akses peneliti. Lokasi penelitian

    yakni di Desa Karang Pucung Kecamatan Purwokerto Selatan.

    G. Sumber Data

    Penelitian kualitatif menggunakan sumber data primer dalam pedoman

    penelitiannya. Digunakan sumber data primer karena objek penelitiannya pun dilakukan

    secara langsung dengan apa adanya hasil pengumpulan data yang dilakukan. Sumber data

    primer yang dimaksud adalah subyek penelitiannya yang diupayakan mendapat data

    dengan pendekatan emik. Sumber data primer ini cocok untuk penelitian kualitatif karena

    berguna untuk memecahkan fenomena masalah yang ada.

    Hal ini berbeda dengan penelitian kuantitatif yang cenderung menggunakan

    sumber data sekunder karena berguna untuk menguji keefektifan suatu program untuk

    menanggulangi masalah yang ada. Meskipun demikian, penelitian kualitatifpun

    membutuhkan adanya data sekunder untuk memperkuat hasil penelitiannya. Akan tetapi,

    dalam penelitian mengenai diare khususnya pada balita ini peneliti memutuskan hanya

    menggunakan sumber data primer saja.

    H. Cara Pengumpulan DataInstrument dan teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif menggunakan

    alat human instrumance, artinya menggunakan individu itu sendiri dengan berbagai

    pendekatan yang memungkinkan. Teknik pengumpulan data antara lain sebagai berikut:

    1) Indeep interview atau wawancara mendalamWawancara mendalam dalam penelitian mengenai diare pada balita ini

    dilakukan oleh 6 informan dengan mengambil hasil 5 informan yang dijadikan

    sebagai sumber data. Wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara yang

    sudah disusun dalam definisi operasional diatas. Wawancara mendalam ini berguna

    untuk mengetahui segala faktor yang ada antara lain pengetahuan, keyakinan, sikap,

    sarana dan prasarana serta peran petugas kesehatannya. Wawancara mendalam juga

    merupakan teknik yang pertama kali peneliti lakukan ketika akan melakukan

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    17/

    [Type text]

    [Type text]

    wawancara dengan berbagai pendekatan individual kepada masing-masing informan

    dengan gaya peenliti itu sendiri.

    2) Observasi atau pengamatanObservasi dalam penelitian mengenai diare pada balita ini dilakukan langsung

    oleh peneliti untuk mengetahui perilaku informan, sarana dan prasarana yang ada

    serta peran petugas kesehatan yang ada di wilayah Desa Karang Pucung. Peneliti juga

    menggunakan observasi bermacam-macam seperti observasi partisipatif, observasi

    terus terang dan observasi tak berstruktur.

    Observasi partisipatif berarti peneliti ikut berupaya merasakan gejala diare

    yang diderita oleh informan juga sehingga harapannya data yang didapat bisa lebih

    tajam. Observasi terus terang berarti peneliti pertama akan memilih informan yang

    memang sudah biasa bercerita kepadanya sehingga ketika diobservasi akan lebih

    terkesan berisi cuharan perasaannya dan informan menjadi tidak segan untuk berbagi

    pengalaman. Sedangkan observasi tak berstruktur berarti jawaban dari observasi yang

    dilakukan langsung oleh peneliti itu mampu berkembang sewaktu-waktu selama

    masih ada perbaikan dalam penyusunan penelitiannya apabila informan yang diajak

    berbincang mampu menghasilkan jawaban yang lebih menarik seputar diare dari

    jawaban yang sudah dijawab sebelumnya.

    3)

    DokumentasiDokumentasi dalam penelitian mengenai diare pada balita dilakukan langsung

    oleh peneliti untuk mengetahui kesediaan sarana dan prasara yang ada di lokasi

    penelitian. Dokumentasi tersebut untuk memperkuat jawaban yang muncul pada

    wawancara dan observasi sehingga mampu dijadikan sebagai bukti otentik. Hal ini

    dilakukan dengan pendokumentasian ketika proses wawancara dan kesediaan kamar

    mandi, air bersih serta jamban sehat yang mampu mendukung upaya penanggulangan

    diare pada balita dengan situasi sosial yang serupa.

    4) Recheck melalui informan kunci atau peneliti langsungRecheck dalam penelitian mengenai diare ini tidak dilakukan dengan

    menggunakan informan kunci melainkan pengamatan langsung dari peneliti. Hal ini

    dikarenakan peneliti memiliki akses yang lebih mudah dan hasil yang didapat bisa

    lebih memuaskan. Recheck ini dilakukan ketika semua instrument dan teknik

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    18/

    [Type text]

    [Type text]

    pengumpulan data telah selesai dilakukan. Recheck berguna untuk memastikan

    keakuratan jawaban sehingga jika ada data yang terasa belum sesuai dapat segera

    disesuaikan.

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    19/

    [Type text]

    [Type text]

    DAFTAR PUSTAKA

    Amiruddin R, 2007, Current Issue Kematian Anak (Penyakit Diare), Universitas hasanuddin,

    Makassar

    Andrianto, P., (1995),Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut, EGC, Jakarta.

    Aswitha, Budiarso. (1987). Clinical Management of Acute in Children. New York: Mcmillan

    Publishing Company

    Depkes, (2000),Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Diare, Ditjen

    PPM & PLP, Jakarta.

    Depkes RI, 2007. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi Ketiga. Ditjen PPM & PL.

    Jakarta

    Emiliana et all, 1994, Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kesakitan Diare pada Balita, Badan

    Litbangkes : Jakarta

    Fahrial Syam, A, (2006),Pengobatan Diare yang Tepat. http: //www.Medicastore.Com

    Haryoto, K., (1983)Kesehatan Lingkungan, Depkes RI., Jakarta, 10-12.

    Irianto, J. Dkk,Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita,Buletin

    Penelitian Kesehatan, Th 1996, No. 24: 494-499.Nasry Noor, N, (1997), Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Rineka Cipta,Jakarta.

    Ngastiyah, (2005),Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

    Sanropie, D.,AR., Sumini, Margono, Sugiharto, Purwanto, S., Ristanto, B., (1983).Pedoman

    Bidang Studi Penyediaan Air Bersih APK-TS, Pusdiklat Depkes RI.,Jakarta: 1-347.

    Soegianto, S. 2002. Ilmu Penyakit Anak-Diagnosa dan Penatalaksanaan.Penerbit Salemba

    Medika. Jakarta.

    Soemirat, J. (1996),Kesehatan Lingkungan, UGM, Yogyakarta.

    Notoatmodjo, S. (2003),Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Renika Cipta, Jakarta.

    Suharyono, (1989),Diare Akut, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

    Jakarta.

    Suryono, A., (1988).Isu Penelitian pada Peningkatan pada Pola Pemberian Makanan Bayi

    untuk Penanggulangan Diare, BKM, IV (11) : 327-333.

  • 5/25/2018 Faktor Faktor Pengaruh Penyakit Diare Pada Balita

    20/

    [Type text]

    [Type text]

    Wibowo, dkk, (2002),Faktor Resiko Kejadian Diare Berdarah pada Balitadi Kabupaten

    Sleman, Tesis, Pascasarjana Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.