ergonomi dan penyakit akibat kerja.docx

Upload: chesa-sjarfi

Post on 09-Oct-2015

165 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    1/23

    1

    ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

    Disusun Oleh:

    WIDIASTUTI

    1210221003

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

    2014

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    2/23

    2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya, Penulis dapat

    menyelesaikan penulisan Ergonomi dan Penyakit Akibat Kerja.

    Penulisan ini dibuat guna melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan

    Masyarakat. Besar harapan penulis dengan penulisan ini dapat bermanfaat.

    Dalam usaha menyelesaikan penulisan ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai

    pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan

    terima kasih kepada:

    1. dr. Hari Peni

    2.

    Kedua orangtua yang telah memberikan dukungan dan doa

    3. Semua teman-teman Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat UPNVeteran

    Jakarta yang telah memberikan motivasi.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

    itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik membangun guna

    penyempurnaan penulisan ini.

    Semarang, Juli 2014

    Penulis

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    3/23

    3

    DAFTAR ISI

    Cover ................................................................................................................................ 1

    Kata Pengantar ............................................................................................................... 2

    Daftar Isi .......................................................................................................................... 3

    Daftar Tabel .................................................................................................................... 4

    BAB I ISI ......................................................................................................................... 5

    I.1. Ergonomi ................................................................................................................... 5

    A. Definisi Ergonomi ................................................................................................. 5

    B. Tujuan Ergonomi ................................................................................................. .6

    C.

    Ruang Lingkup Ergonomi..................................................................................... 6D. Manfaat Ergonomi ................................................................................................ 6

    E. Metode-metode Ergonomi .................................................................................... 7

    F. Pengembangan Penerapan Ergonomi ................................................................... 7

    G.

    Keluhan-keluhan di Tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi ............... 10

    H. Waktu Bekerja dan Istirahat yang Baik bagi Pekerja ......................................... 10

    I. Upaya Kesehatan Kerja....................................................................................... 11

    I.2. Penyakit Akibat Kerja ........................................................................................... 13

    A. Definisi Penyakit Akibat Kerja...........................................................................13

    B. Penyebab Penyakit Akibat Kerja ........................................................................ 13

    C. Klasifikasi Penyakit Akibat Kerja ...................................................................... 13

    D. Macam-macam Penyakit Akibat Kerja ............................................................... 14

    E. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja ........................................................................ 18

    F. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja ..................................................................... 20

    G. Pemeriksaan Kesehatan ...................................................................................... 22

    BAB II Daftar Pustaka ................................................................................................. 23

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    4/23

    4

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ........................... 10

    Tabel 2. Pedoman intensitas penerangan ........................................................................ 12

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    5/23

    5

    BAB I

    ISI

    I. 1. Ergonomi

    A. Definisi Ergonomi

    Ergonomi yaitu ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan

    lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan

    efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya.

    Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan

    kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara

    lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan,pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh

    manusia. Contoh: suatu perusahaan kerajinan mengubah cara kerja duduk di lantai dengan

    bekerja di meja kerja, mengatur tata ruangan menjadi lebih baik, mengadakan ventilasi,

    menambah penerangan, mengadakan ruang makan, mengorganisasi waktu istirahat,

    menyelenggarakan pertandingan olahraga, dan lain-lain. Dengan usaha ini, keluhan-keluhan

    tenaga kerja berkurang dan produksi tidak pernah terganggu oleh masalah-masalah

    ketenagakerjaan. Dengan begitu, produksi dapat mengimbangi perluasan dari pemasaran.

    Ergonomi mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan manusia.

    Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara

    singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi

    tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress atau tekanan yang akan dihadapi. Salah satu

    upaya yang dilakukan antara lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh

    agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban. Hal ini bertujuan agar

    sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada salah satu definisi yang menyebutkan bahwa

    ergonomi bertujuan untuk fitting the job to the worker. Ergonomi juga bertujuan sebagai

    ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan

    lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan

    produktivitasnya.

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    6/23

    6

    B. Tujuan Ergonomi

    Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang sederhana

    dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan dapat meningkatkan

    efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan

    yang cocok, aman, nyaman dan sehat.

    Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :

    1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban kerja

    tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan

    kepuasan kerja.

    2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak

    sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem

    kebersamaan dalam tempat kerja.

    3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi,

    antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan

    efisiensi sistem manusia-mesin.

    C. Ruang Lingkup Ergonomi

    Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:

    1.

    Tehnik

    2. Fisik

    3.

    Pengalaman psikis

    4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan

    persendian

    5.

    Sosiologi

    6. Fisiologi, kaitanya dengan temperatur tubuh, oxygen up take, dan aktifitas otot

    7.

    Desain, dll

    D. Manfaat Ergonomi

    1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja

    2. Menurunnya kecelakaan kerja

    3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang

    4. Stres akibat kerja berkurang

    5.

    Produktivitas membaik

    6. Alur kerja bertambah baik

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    7/23

    7

    7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera

    8. Kepuasan kerja meningkat

    E. Metode-metode Ergonomi

    1. Diagnosis : Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat

    kerja, penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomi checklist dan pengukuran

    lingkungan kerja lainnya. Variasi akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai

    kompleks.

    2. Terapi : Dapat dilakukan dengan cara perubahan posisi mebel, letak pencahayaan atau

    jendela yang sesuai, Membeli furnitur sesuai dengan dimensi fisik pekerja.

    3. Follow up : Bisa dilakukan dengan cara menanyakan kenyamanan, bagian badan yang

    sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain.

    F. Pengembangan Penerapan Ergonomi

    1.

    Pengorganisasian kerja

    a. Semua sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah harus

    dihindari. Fleksi tubuh atau kepala ke arah samping lebih melelahkan dari

    sedikit membungkuk ke depan. Sikap tubuh yang disertai paling sedikit

    kontraksi otot statis dirasakan paling nyaman.

    b. Posisi ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun ke samping

    harus dihindari. Selain menimbulkan kelelahan, posisi lengan seperti itu

    sangat mengurangi ketepatan kerja dan keterampilan aktivitas tangan.

    c. Selalu diusahakan agar bekerja dilakukan sambil duduk. Sikap kerja dengan

    kemungkinan duduk dan berdiri silih berganti juga dianjurkan.

    d. Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan.

    Bila hanya satu lengan saja yang bergerak terus-menerus, maka otot-otot

    tubuh yang lainnya akan berkontraksi statis. Gerakan berlawanan

    memungkinkan pula pengendalian saraf yang lebih cermat terhadap kegiatan

    pekerjaan tangan.

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    8/23

    8

    2. Bangku atau meja kerja

    Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin sering-sering adalah

    penyebab kerja otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-syarat

    bangku kerja yang benar adalah sebagai berikut :

    a. Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan mudah

    dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil ukuran benda,

    makin dekat jarak lihat optimal dan makin tinggi area kerja.

    b. Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus

    ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-gerakan

    yang paling sering dilakukan dalam keadaan fleksi.

    c. Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan pemberian

    penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-topangan

    tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di stel, sehingga sesuai bagi

    pemakainya.

    3.

    Sikap kerja

    a. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang bekerja

    dengan sikap duduk mendapatkan kenyamanan dan tidak mengalami

    penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi

    darah.

    b. Meja kerja tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan

    dengan sikap tubuh pada saat bekerja.

    c. Luas pandangan daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan

    diukur dari tinggi mata adalah 0-30 vertikal kebawah, dan 0-50 horizontal ke

    kanan dan ke kiri.

    4. Proses kerja

    Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja

    dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri

    barat dan timur.

    5. Tata letak tempat kerja

    Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol

    yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    9/23

    9

    6. Mengangkat beban

    Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu, tangan,

    punggung, dan lain-lain. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang

    punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. Faktor-faktor

    yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan mengangkut adalah sebagai

    berikut :

    a. Beban yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.

    b. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun,

    dan lain-lain.

    c. Keterampilan bekerja

    d. Peralatan kerja beserta keamanannya.

    Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis,

    yaitu:

    1. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak mungkin otot

    tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan

    2. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.

    Penerapannya adalah sebagai berikut :

    1.

    Pegangan harus tepat

    2.

    Lengan harus berada sedekatnya pada badan dan dalam posisi lurus

    3. Punggung harus diluruskan

    4.

    Dagu ditarik segera setelah kepala bisa di tegakkan lagi seperti pada permulaan

    gerakan

    5. Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum

    yang terjadi dalam posisi mengangkat

    6. Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertical yang melalui pusat

    grafitas tubuh

    7.

    Menjinjing beban.

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    10/23

    10

    Tabel 1 Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan

    Jenis kelamin Umur(th) Beban yang disarankan (kg)

    Laki-laki 16-18 15-20

    >18 40Wanita 16-18 12-15

    >18 15-20

    G. Keluhan-keluhan di Tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi

    1. Ketidaktepatan kursi kerja, menyebabkan keluhan kepala, leher, bahu, pinggang,

    bokong, lengan, tangan, lutut, kaki, dan paha.

    2.

    Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan

    diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa

    hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.

    a. Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual). Mata

    merupakan indera yang mempunyai peranan penting dalam penyelesaian

    pekerjaan.

    b. Kebisingan

    Pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:1.

    Kerusakan pada indera pendengaran

    2. Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian

    3. Pengaruh faal seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur dan efek-efek saraf

    otonom

    4. Efek psikologis

    H. Waktu Bekerja dan Istirahat yang Baik bagi Pekerja

    1. Lama bekerja. Lamanya bekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6-8 jam

    sisanya untuk istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal

    lamanya kerja melebihi ketentuan-ketentuan yang ada, perlu diatur istirahat khusus

    dengan mengadakan organisasi kerja secara khusus. Pengaturan kerja demikian

    bertujuan agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta rohani dapat

    dipertahankan.

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    11/23

    11

    2. Istirahat

    Terdapat 4 jenis istirahat yaitu :

    1.

    Istirahat secara spontan adalah istirahat pendek setelah pembebanan

    2. Istirahat curian terjadi jika beban kerja tidak di imbangi oleh kemampuan kerja

    3. Istirahat yang ditetapkan adalah istirahat atas dasar ketentuan perundang-undangan

    4.

    Istirahat oleh karena proses kerja tergantung dari bekerjanya mesin peralatan atau

    prosedur-prosedur kerja.

    I.

    Upaya kesehatan kerja

    1. Gizi dan produktivitas. Dalam bekerja seorang pekerja dalam kehidupannya

    memerlukan kalori makanan yang cukup demi menunjang aktivitas para pekerja.Adapun susunan yang baik bagi pekerja adalah sebagai berikut :

    a. Makan pokok, yakni : Bahan makan yang lazim dimakan dengan porsi besar

    sehingga diharapkan dapat menjamin tenaga (kalori) yang besar. Bahan

    makanan setempat, yang mudah didapatkan atau yang sesuai dengan selera

    keluarga. Bahan-bahan ini berupa beras, jagung, sagu, ubi, dan lain-lain.

    b. Lauk pauk, yakni : Bahan makan yang lazim dapat menjamin pertumbuhan

    tubuh atau mengganti bagian badan yang aus dan rusak. Bahan-bahan ini

    berupa kedelai, kacang, tempe, tahu, dan lain-lain.

    c. Sayuran, yakni : Bahan makan yang lazim dapat mempertahankan tubuh,

    dalam keadaan sehat atau mempertahankan tubuh terhadap serangan atau

    penyakit. Sayuran yang berwarna lebih baik khasiatnya misalnya kangkung,

    bayam, wortel, tomat, dan lain-lain.

    d. Buah, yakni : Bahan makan yang gunanya hampir seperti sayuran. Di

    Indonesia buah terkenal sebagai pencuci mulut. Setelah makan dan biasa

    dimakan dan sebagai maknan ekstra diluar waktu-waktu makan. Sebaiknya

    buah-buahan yang sesuai dengan musimnya sebab relatif lebih murah.

    2. Penerangan dan dekorasi

    Penerangan dan dekorasi yaitu keserasian fungsi mata terhadap pekerjaan dan

    kegairahan atas dasar faktor kejiwaan.

    Intensitas penerangan

    Tabel 2 Pedoman intensitas penerangan

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    12/23

    12

    Pekerjaan Contoh-contoh Tingkat penerangan yang

    perlu

    Tidak teliti Penimbunan barang 8070

    Agak teliti Pemasangan (tidak teliti) 170350Teliti Membaca, menggambar 350700

    Sangat teliti Pemasangan(teliti) 70010.000

    Warna di tempat kerja

    Warna yang dipakai di tempat kerja sangat berpengaruh karena menimbulkan

    penciptaan kontras warna agar tangkapan mata dan pengadaan lingkungan psikologis yang

    optimal.

    Pemeliharaan pendengaran dan penggunaan musik.

    1.

    Kebisingan,efek dan pencegahannya

    Adapun pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:

    o Kerusakan pada indera pendengaran

    o Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian

    o Pengaruh faal,seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur, dan efek-efek saraf

    otonom

    o Efek psikologis yaitu perasaan terganggu dan ketidaksenangan

    2. Musik dan pekerjaan

    Musik dalam kerja diharapkan meningkatkan kegairahan dan kesegaran, tetapi musik

    tidak dapat dipergunakan dalam pekerjaan yang memiliki kebisingan tinggi, karena pada

    keadaan seperti itu musik menambah besarnya gangguan. Musik dapat dimainkan pada saat

    sebelum bekerja, Ketika bekerja, pada waktu istirahat atau ketika pulang menurut keperluan.

    3.

    Olahraga dan kesegaran jasmani

    Mengingat pentingnya kesegaran jasmani untuk kesehatan dan produktivitas maka

    pembinaan kesegaran jasmani perlu mendapat perhatian yang lebih, sungguh-sungguh baik

    berupa pelaksanaan, pembinaan kesegaran jasmani yang khusus maupun melalui berbagai

    kegiatan olahraga. Pembinaan kesegaran jasmani perlu dilaksanakan sejak seleksi karyawan

    yang berupa tes kesegaran jasmani. Misalnya, program aerobik dari cooper.

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    13/23

    13

    I. 2. Penyakit Akibat Kerja

    A. Definisi Penyakit Akibat Kerja

    Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,

    bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan

    penyakit yang artifisual atau man made disease.

    B. Penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK)

    Terdapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja, Beberapa

    jenisnya yang digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada di tempat kerja,

    antara lain sebagai berikut:

    1. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, penerangan

    2.

    Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan, kabut

    3. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dan lain-lain

    4. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja

    5.

    Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjaan, dan lain-lain.

    C. Klasifikasi Penyakit Akibat Kerja

    Dalam melakukan tugasnya di perusahaan seseorang atau sekelompok pekerja

    berisiko mendapatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

    World Healthy Organization (WHO) membedakan empat kategori Penyakit Akibat

    Kerja, yaitu:

    1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis

    2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma

    Bronkhogenik

    3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor

    penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis

    4.

    Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya,

    misalnya asma.

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    14/23

    14

    D. Macam-macam Penyakit Akibat Kerja

    Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang

    memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu:

    a. Penyakit Silikosis

    Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2 yang

    terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika bebas ini

    banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang

    mengerjakan besi (mengikir, menggerinda, dan lain-lain). Selain dari itu, debu silika

    juga banyak terdapat di tempat-tempat penampang bijih besi, timah putih dan

    tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak

    menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan

    terdispersi ke udara bersama-sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina,

    oksida besi dan karbon dalam bentuk abu. Debu silika yang masuk ke dalam paru-

    paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan

    lebih pendek, atau gejala penyakit silikosis akan segera tampak, apabila konsentrasi

    silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit

    silikosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ini seringkali

    tidak disertai dengan dahak. Pada silikosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang

    disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali

    diamati. Bila penyakit silikosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan

    kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan

    kegagalan kerja jantung. Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika

    perlu mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan

    yang ketat sebab penyakit silikosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan

    preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya.

    Penyakit silikosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita

    penyakit Tubercullosis paru, bronchitis, asma bronchiale dan penyakit saluran

    pernapasan lainnya. Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi

    pekerja akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit

    akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan

    sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau

    sewaktuwaktu diperlukan.

    b.

    Penyakit Asbestosis

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    15/23

    15

    Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau

    serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silika,

    namun yang paling utama adalah Magnesium silika. Debu asbes banyak dijumpai pada

    pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap

    asbes dan lain sebagainya. Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan

    mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung

    jari penderitanya akan tampak membesar/melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada

    dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk

    berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan

    kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.

    c. Penyakit Bisinosis

    Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh

    pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-

    paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik

    tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan

    kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.

    Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal

    penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin

    (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang

    menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi

    alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala

    awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga

    diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.

    d. Penyakit Antrakosis

    Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu

    batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada

    pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara

    pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja

    boiler pada Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batubara. Masa inkubasi

    penyakit ini antara 24 tahun. Seperti halnya penyakit silikosis dan juga penyakit-penyakit

    pneumoconiosis lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas.

    Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silika maka penyakit antrakosis juga

    sering disertai dengan penyakit silikosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut

    silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni,

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    16/23

    16

    penyakit silikoantrakosis dan penyakit tuberkulosilikoantrakosis. Penyakit antrakosis murni

    disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi

    berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai

    dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi

    emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantrakosis yang relatif jarang

    diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantrakosis sulit

    dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan penyakit tuberkulosilikoantrakosis

    lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah

    dilihat dari fototoraks yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu

    batubara dan debu silika, serta juga adanya basil tuberkulosis yang menyerang paru-paru.

    e. Penyakit Beriliosis

    Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni,

    oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran

    pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingitis,

    bronchitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan

    sesak napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang

    menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik

    pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.

    Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silika) dan

    juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed

    berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5

    tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima

    tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam

    tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah

    lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan

    secara berkala bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam

    tersebut perlu dilaksanakan terus-menerus.

    Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:

    a. Penyakit Saluran Pernafasan

    PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut misalnya asma

    akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut atau karena virus.

    Kronis, missal: asbestosis. Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary Disease

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    17/23

    17

    (COPD). Edema paru akut. Dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti nitrogen

    oksida.

    b. Penyakit Kulit

    Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan, kadang

    sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit

    yang berhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam

    mengidentifikasi iritan yang merupakan penyebab, membuat peka atau karena faktor

    lain.

    c. Kerusakan Pendengaran

    Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan yang

    lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan secara detail

    sebaiknya didapatkan dari setiap orang dengan gangguan pendengaran. Dibuat

    rekomendasi tentang pencegahan terjadinya hilangnya pendengaran.

    d. Gejala pada Punggung dan Sendi

    Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung yang

    berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.

    Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan. Artritis dan

    tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang yang tidak wajar.

    e.

    Kanker

    Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus kanker yang disebabkan oleh

    pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen sering kali

    didapat dari laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi. Pada kanker pajanan

    untuk terjadinya karsinogen mulai >20 tahun sebelum diagnosis.

    f. Coronary Ar tery Disease

    Oleh karena stres atau karbonmonoksida (CO) dan bahan kimia lain di tempat kerja.

    g.

    Penyakit Liver

    Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau sirosis

    karena alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.

    h. Masalah Neuropsikiatrik

    Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering diabaikan.

    Neuropati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol atau tidak

    diketahui penyebabnya, depresi SSP oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah

    psikiatri. Kelakuan yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang

    berhubungan dengan pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (antara lain: solven)

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    18/23

    18

    dapat menyebabkan depresi SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah,

    merkuri, methyl, butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer. Karbon

    Disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.

    i. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya

    Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia atau

    lingkungan. Sick building syndrome, Multiple Chemical Sensitivities (MCS), misal:

    parfum, derivate petroleum, rokok.

    E. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja

    Untuk dapat mendiagnosis PAK pada individu perlu dilakukan suatu pendekatan

    sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya secara

    tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai

    pedoman:

    1. Tentukan diagnosis klinisnya

    Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan

    fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk

    mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat

    dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau

    tidak.

    2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini

    Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah

    esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini

    perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti,

    yang mencakup:

    o Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita

    secara kronologis

    o Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan

    o Bahan yang diproduksi

    o Materi (bahan baku) yang digunakan

    o Jumlah pajanannya

    o Pemakaian alat perlindungan diri (masker)

    o Pola waktu terjadinya gejala

    o

    Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala

    serupa)

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    19/23

    19

    o Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS,

    label, dan sebagainya)

    3.

    Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut

    Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat

    bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam

    kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di

    atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam

    kepustakaan ada yang mendukung,

    4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat

    mengakibatkan penyakit tersebut.

    Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka

    pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut

    dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan

    diagnosis penyakit akibat kerja.

    5.

    Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi

    Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang

    dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan Alat Pelindung Diri

    (APD), riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat.

    Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan

    penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.

    6.

    Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit

    Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita

    mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit.

    Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk

    menyingkirkan penyebab di tempat kerja.

    7.

    Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya

    Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan

    berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah

    disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu

    penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada

    sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu

    pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa

    melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    20/23

    20

    penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu

    keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa

    tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat

    timbulnya penyakit.

    Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit

    Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang

    didapat baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila

    memungkinkan) dan data epidemiologis.

    F. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

    Pencegahan penyakit akibat kerja, diantaranya:

    1. Pakailah alat pelindung diri secara benar dan teratur

    2. Kenali resiko pekerjaan dan cegah supayah tidak terjadi lebih lanjut

    3.

    Segara akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yng berkelanjutan

    Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh agar bkerja

    bukan menjadi lahan untuk menuai penyakit.

    a.

    Pencegahan Primer

    o

    Perilaku kesehatan

    o Faktor bahaya di tempat kerja

    o Perilaku kerja yang baik

    o Olahraga

    o Gizi

    b. Pencegahan Sekunder

    o

    Pengendalian melalui perundang-undangan

    o Pengendalian administratif/organisasi: rotasi/pembatasan jam kerja

    o Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, Alat Pelindung Diri (APD)

    o Pengendalian jalur kesehatan imunisasi

    c. Pencegahan Tertier

    o Pemeriksaan kesehatan prakerja

    o Pemeriksaan kesehatan berkala

    o

    Pemeriksaan lingkungan secara berkala

    o Surveilans

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    21/23

    21

    o Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada kerja

    o Pengendalian segera ditempat kerja

    Dalam pengendalian penyakit akibat kerja, salah satu upaya yang wajib dilakukan

    adalah deteksi dini, seningga pengobatan bisa dilakukan secepat mungkin. Dengan

    demikian, penyakit bisa pulih tanpa menimbulka kecacatan. Sekurang-kurangnya,

    tidak menimbulkan kecacatan lebih lanjut.

    Pada banyak kasus, penyakit akibat kerja bersifat berat dan mengakibatkan cacat.

    Namun demikian ada dua faktor yang membuat penyakit ini mudah dicegah:

    o Pertama: bahan penyebab penyakit mudah diidentifikasi, diukur dan dikontrol

    o Kedua: populasi yang berisiko biasanya mudah didatangi dan dapat diawasi secara

    teratur serta dilakukan pengobatan.

    Disamping itu perubahan awal seringkali bisa pulih dengan penanganan yang tepat.

    Karena itulah deteksi dini penyakit akibat kerja sangatlah penting.

    Sekurang-kurangnya ada tiga hal menurut WHO yang dapat dijadikan sebagai

    pedoman dalam deteksi dini yaitu:

    1. Perubahan biokimiawi dan morfologis yang dapat di ukur melalui analisis

    laboratorium. Misalnya hambatan aktifitas kolinesterase pada paparan terhadap

    pestisida organofosfat, penurunan kada hemoglobin (Hb), sitologi sputum yang

    abnormal dan sebagainya.

    2.

    Perubahan kondisi fisik dan sistem tubuh yang dapat dinilai melalui pemeriksaan

    fisik laboraturium. Misalnya elektrokardiogram, uji kapsitas kerja fisik, uji saraf dan

    sebagainya.

    3.

    Perubahan kesehatan umum yang dapat dinilai dari riwayat medis. Misalnya rasa

    kantuk dan iritasi mukosa setelah paparan terhadap pelarut-pelarut organik.

    G.

    Pemeriksaan Kesehatan

    1. Pemeriksaan sebelum penempatan

    Pemeriksaan ini dilakukan sebelum seorang dipekerjakan atau ditempatkan pada post

    pekerjaan tertentu dengan ancaman terhadap kesehatan yang mungkin terjadi.

    Pemeriksaan fisik yang di tunjang dengan pemeriksaan lain seperti darah, urine,

    radiologis, serta organ tertentu, seperti mata dan telinga, merupakan data dasar yang

    sangat berguna apabila terjadi gangguan kesehatan tenaga kerja setelah sekian lama

    bekerja.

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    22/23

    22

    2. Pemeriksaan kesehatan berkala

    Pemeriksaan kesehatan berkala sebenarnya dilaksanakan dengan selang waktu teratur

    setelah pemeriksaan awal sebelum penempatan. Pada medical check-up rutin tidak

    selalu diperlukan pemeriksaan medis lengkap, terutama bila tidak ada indkasi yang

    jelas. Pemeriksaan ini juga harus difokuskan pada organ dan sistem tubuh yang

    memungkinkan terpengaruh bahan-bahan berbahaya di tempat kerja, sebagai contoh,

    audiometri adalah uji yang sangat penting bagi tenaga kerja yang bekerja pada

    lingkungan kerja yang bising. Sedang pemerikaan foto thoraks penting untuk

    mendeteksi tenaga kerja yang berisiko menderita pneumokonosis, karena lingkungan

    kerja tercemar debu.

  • 5/19/2018 ERGONOMI DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.docx

    23/23

    23

    BAB II

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    http://www.ergoweb.com/news/SubscribeNewsletter.cfm

    2. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/tugas-ergonomi-3/

    3. Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan

    Keselamatan Kerja. Jakarta, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia,

    2005.

    4. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI

    http://ariagusti.wordpress.com/2010/10/17/tugas-kelompok-ergonomi di-tempat-kerja/

    5.

    Silalahi, Bennett N.B, dkk, 1991. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja,Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

    6. Suma'mur, 1985, Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan, Jakarta: Gunung

    Agung.

    7. Sumamur, 1989, Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja, Jakarta, Cermin Dunia

    Kedokteran No. 154, 2007.

    8. Sumamur, 1990, Upaya kesehatan kerja sektor informal di Indonesia, Jakarta:

    Direktorat Bina Peran Masyarakat Depkes RT.

    9.

    Suma'mur, 1991,Higene perusahaan dan kesehatan kerja, Jakarta: Gunung Agung.

    http://www.ergoweb.com/news/SubscribeNewsletter.cfmhttp://www.ergoweb.com/news/SubscribeNewsletter.cfmhttp://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/tugas-ergonomi-3/http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/tugas-ergonomi-3/http://ariagusti.wordpress.com/2010/10/17/tugas-kelompok-ergonomi%20di-tempat-kerja/http://ariagusti.wordpress.com/2010/10/17/tugas-kelompok-ergonomi%20di-tempat-kerja/http://ariagusti.wordpress.com/2010/10/17/tugas-kelompok-ergonomi%20di-tempat-kerja/http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/tugas-ergonomi-3/http://www.ergoweb.com/news/SubscribeNewsletter.cfm