ergonomi - bab 2 landasan teori - modul-3 - laboratorium perancangan sistem kerja dan ergonomi -...
DESCRIPTION
Bab 2 Landasan Teori2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi Rancangan suatu sistem kerja yang baik perlu mengenal sifat-sifat, keterbatasan serta kemampuan manusia. Manusia mempunyai peran sebagai perencana, perancang, pelaksana, pengendali, pengevaluasi sistem kerja keseluruhan agar diperoleh hasil kerja yang baik. Pada abad ke-20 orang mulai mensistemasikan cara-cara perbaikan dan secara khusus mengembangkannya. Usaha-usaha ini berkembang terus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang iTRANSCRIPT
Bab 2
Landasan Teori
2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi
Rancangan suatu sistem kerja yang baik perlu mengenal sifat-sifat,
keterbatasan serta kemampuan manusia. Manusia mempunyai peran
sebagai perencana, perancang, pelaksana, pengendali, pengevaluasi
sistem kerja keseluruhan agar diperoleh hasil kerja yang baik. Pada abad
ke-20 orang mulai mensistemasikan cara-cara perbaikan dan secara
khusus mengembangkannya. Usaha-usaha ini berkembang terus dan
sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut ergonomi.
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan
manusia dalam merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat
hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan
yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman, sehat,
nyaman dan efisien. Tidak hanya dalam dengan alat, ergonomi juga
mencangkup pengkajian interaksi antar manusia dengan unsur-unsur
sistem kerja lain, yaitu bahan dan lingkungan. Bahkan juga metode dan
organisasi. Tujuan ergonomi (human factory) ada 2 yaitu:
a. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari pekerja dan aktivitas
yang dilakukan.
b. Untuk mempertinggi hasil suatu produk berkualitas yang dihasilkan
demi tercapainya permintaan di pasar.
Ergonomi sebagai salah satu cabang ilmu yang beracuan untuk
menciptakan sistem kerja yang baik dan sangat membantu dalam proses
perancangan sistem kerja. Lebih jauh lagi ergonomi secara sistematis
memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan
keterbatasan manusia untuk dapat merancang suatu sistem kerja yang
baik dan memenuhi kriteria-kriteria ergonomis. Seperti kita ketahui bahwa
beban yang dialami oleh seorang pekerja dapat berupa beban fisik, beban
mental (psikologis) atupun beban sosial (moral) yang timbul dari
lingkungan kerja. Oleh karena itu sistem kerja (khusunya peralatan kerja)
dan lingkungan kerja sebaiknya dirancang sesuai dengan kemampuan
dan keterbatasan fisik dan mental pekerja.
Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk
yang sangat kompleks. Untuk mempelajari manusia, tidak cukup ditinjau
dari satu disiplin ilmu saja. Oleh karena itulah untuk mengembangkan
ergonomi diperlukan dukungan dari berbagai disiplin ilmu, antara lain
psikologi, antropologi, fisiologi, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, fisika
dan lain-lain. Masing-masing disiplin tersebut berfungsi sebagai pemberi
informasi. Pada gilirannya para perancang, dalam hal ini para ahli teknik,
bertugas untuk meramu masing-masing informasi diatas, dan
menggunakannya sebagai pengetahuan untuk merancang fasilitas kerja
sehingga mencapai kegunaan yang optimal.
2.2. Manusia Sebagai Komponen Sistem Manusia-Mesin
Yang dimaksud dengan sistem manusia-mesin disini adalah kombinasi
antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin
dimana salah satu mesin dengan lainnya saling berinteraksi untuk
menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang
diperoleh. Yang dimaksud dengan “mesin” dalam rangka ini adalah
mempunyai arti luas, yaitu mencakup semua objek fisik seperti peralatan,
perlengkapan, fasilitas dan benda-benda yang bisa digunakan oleh
manusia dalam melaksanakan kegiatannya.
Dengan ergonomi diharapkan penggunaan objek fisik dan fasilitas lebih
efektif serta dapat memberikan keselamatan, kenyamanan, kesehatan
dan kepuasan kerja.
Dilihat dari sisi rekayasa, informasi hasil penelitian ergonomi dapat
dikelompokkan menjadi 4 bidang penelitian yaitu:
a. Penelitian tentang display. Yang dimaksud dengan display disini
adalah bagian dari lingkungan yang berkomunikasi. Contohnya, kalau
kita ingin mengetahui kecepatan sepeda motor yang sedang kita
kemudikan, maka dengan melihat jarum speedometer, kita akan
mengetahui keadaan lingkungan, dalam hal ini kecepatan motor.
b. Penelitian mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendaliannya.
Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika
bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas
tersebut; penelitian ini banyak berhubungan dengan ilmu faal kerja
dan biomekanika.
c. Penelitian mengenai tempat kerja. Tempat kerja yang baik ialah
sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang ukuran
dari tempat kerja tersebut harus sesuai dengan tubuh manusia. Hal-
hal yang bersangkutan denan dimensi tubuh manusia ini dipelajari
dalam anthropometri.
d. Penelitian mengenai lingkungan fisik. Yang dimaksud dengan
lingkungan fisik meliputi ruangan dan fasilitas-fasilitas yang biasa
digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan kerja seperti
kalimat, kebisingan dan pencahayaan. Semua itu banyak
mempengaruhi pekerja manusia.
2.3. Peran Display Bagi Manusia Sebagai Penerima dan Pengolah
Informasi
Yang dimaksud dengan display disini adalah bagian dari lingkungan yang
perlu memberi informasi kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi
lancar. Arti informasi disini cukup luas, menyangkut semua rangsangan
yang diterima oleh indera manusia baik secara langsung maupun tidak
langsung, biasanya berbentuk energi.
Jalan raya merupakan contoh dari display langsung, dimana keadaan
lingkungan bisa langsung diterima oleh pengemudi sebagaimana adanya.
Sehubungan dengan lingkungan, displai bisa dibagi dalam dua kelas,
yaitu display dinamis dan statis. Display dinamis adalah yang
menggambarkan perubahan menurut waktu sesuatu dengan perubahan
variabelnya. Contohnya mikroskop dan speedometer. Display statis
merupakan informasi tentang sesuatu yang tidak bergantung terhadap
waktu, misalnya tentang sebuah kota yang digambarkan dalam peta.
Secara lebih lengkap dapat dikatakan bahwa display menjadi penting
apabila rangsangan tersebut tidak dapat dirasakan dengan cukup baik, hal
ini disebabkan karena:
a. Terlalu kecil, sehingga diperluka alat-alat pembesar elektronik, optik
atau alat-alat lain misalnya bakteri dilihat dengan mikroskop.
b. Terlalu besar, sehingga agar bisa ditangkap dengan indera perlu
diperkecil, misalnya: suatu daerah yang luas digambarkan dengan
suatu peta.
c. Bercampur dengan berbagai gangguan (noise) sehingga kita perlu
menyaringnya atau memperbesarnya.
d. Ada diluar batas kemampuan batas manusia, sehingga untuk
mengetahui perlu dirubah kedalam bentuk energi lain yang kemudian
bisa menunjukkan keadaan aslinya, misalnya dipancarkan melalui
televisi atau radio.
e. Perlu diamati dengan teliti, sehingga manusia bisa membedakannya,
misalnya mengenai temperatur, suara, berat dan lain-lain.
f. Perlu disimpan untuk jangka waktu yang panjang, misalnya foto-foto
dan tape recorder.
g. Rangsangan tersebut bisa diterima dengan lebih baik apabila diubah
kedalam bentuk lainnya; misalnya peta-peta untuk meggambarkan
data-data kuantitatif atau serine untuk menunjukkan tanda bahaya.
h. Display merupakan cara terbaik untuk menyatakan informasi tersebut,
misalnya rambu-rambu jalan.
Gambar 3.2.1. Pola yang harus diperhatikan dalam membuat skala
Agar displai dapat menjalankan fungsinya dengan baik, yaitu menyajikan
informasi-informasi yang diperlukan manusia dalam melaksanakan
pekerjaannya, maka display harus dirancang dengan baik. Display yang
baik adalah display yang dapat menyampaikan informasi selengkap
mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang
menerimanya.
Tabel 3.2.1. Jarak rata-rata dalam meter untuk pandangan yang masih bisa
melihat huruf dari berbagai perbandingan antara tebal dan tinggi huruf
Kemampuan kita untuk menangkap informasi melalui suatu grafik,
dipengaruhi juga oleh bentuk grafik tersebut. Artinya penyajian akan
berpengaruh terhadap kemudahan dan kecepatan menafsirkan serta
berpengaruh terhadap kebenaran mengartikannya.
Gambar 3.2.2. Tiga macam diagram yang menyampaikan pesan-pesan
yang sama
Schutz menyimpulkan bahwa grafik dengan garis merupakan penyajian
terbaik dan grafik dengan balok horizontal merupakan grafik terburuk.
Secara ringkas, hasil penilaiannya dapat dinyatakan sebagai berikut.
Tabel 3.2.2. Perbandingan waktu rata-rata relatif dengan nilai ketelitian dari
bentuk peta berupa grafik
2.4. Hasil Kerja Manusia dan Proses Pengendaliannya
Setiap hari manusia selalu terlibat dengan kegiatan-kegiatannya apakah
itu bekerja ataupun bergerak semuanya memerlukan tenaga. Yang
penting harus kita perhatikan, bagaimana mengatur kegiatan ini,
sedemikian rupa sehingga posisi tubuh saat bekerja atau bergerak
tersebut ada dalam keadaan nyaman tanpa mempengaruhi hasil kerjanya.
Untuk mencari metode pengukuran tentang semua kegiatan yang dialami
pekerja selama kegiatannya dan kemudian untuk menyebarkan informasi
tersebut kedalam bentuk angka-angka, diperlukan bentuk pendekatan
secara ilmiah dan teknik. Sebagaimana kita ketahui, kerja manusia itu ada
yang bersifat mental dan ada yang bersifat fisik dan masing-masing
mempunyai tingkat intensitas yang berbeda-beda ada yang memiliki
tingkat intensitas tinggi dan juga rendah. Tingkat intensitas optimum ada
diantara kedua batas tersebut, umumnya dilaksanakan apabila tidak ada
tekanan dan ketegangan.
2.4.1. Mengukur Aktivitas Kerja Fisik Manusia
Yang dimaksud dengan mengukur aktivitas kerja manusia dalam rangka
ini adalah mengukur berapa besarnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh
seorang pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya. Tenaga yang
dikeluarkan tersebut biasanya diukur dalam satuan kilokalori.
Gambar 3.2.3. Model kerja manusia pada umumnya berubah-ubah menurut
bentuk dan tingkat intensitas kerja
Gambar 3.2.4. Denyut Jantung selama dan sesudah berjalan sepanjang 1,6 km
pada berbagai kecepatan
Secara umum kriteria pengukuran aktivitas kerja manusia dapat dibagi
dalam dua kelas utama, yaitu:
a. Kriteria fisiologis, Kriteria fisiologis dari kegiatan manusia biasanya
ditentukan berdasarkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan.
b. Kriteria operasional, Kriteria operasional melibatkan teknik-teknik
untuk mengukur atau menggambarkan hasil-hasil yang bisa dilakukan
tubuh atau anggota-anggota tubuh pada saat melaksanakan gerakan-
gerakannya.
Gambar 3.2.5. Gaya-gaya dalm 3 dimensi (vertikal, frontal, dan tranversal) dalam
pengoperasian mesin tik manual dan elektris, yang dicatat dengan platform gaya
Gambar 3.2.6. Pandangan atas dan samping subjek yang sedang diuji
kekuatan lengannya
Gambar 3.2.7. Kekuatan maksimum lengan kanan pada berbagai arah gerak dan
sudut posisi. (a) Menunjukkan nilai pada persentil, (b) Menunjukkan nilai rata-rata
Gambar 3.2.8. Konsumsi oksigen relatif dari tujuh cara membawa beban, dengan
cara pertama sebagai perbandingan (100%)
2.4.2. Proses Terjadinya Kelelahan
Banyak definisi yang memberikan kepada kelelahan ini, tetapi secara garis
besarnya dapat dikatakan bahwa kelelahan ini merupakan suatu pola
yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap
individu, yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya.
Pada dasarnya pola ini ditimbulkan oleh 2 hal yaitu akibat kelelahan
fisiologis dan akibat psikologis.
Gambar 3.2.9. Penggunaan tenaga (kkal/menit) untuk 5 sikap tubuh dalam
melakukan pekerjaan memungut kepingan-kepingan logam dari atas lantai
Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya
perubahan-perubahan faal dalam tubuh. Secara fisiologis, tubuh manusia
dapat dianggap sebagai mesin yang mengkonsumsi bahan bakar dan
memberikan output berupa tenaga yang berguna untuk melaksanakan
aktivitas sehari-hari. Pada prinsipnya ada 5 macam mekanisme yang
dijalankan tubuh, yaitu sistem peredaran darah, sistem pencernaan,
sistem otot, dan sistem saraf. Kerja fisik yang continue berpengaruh
tehadap mekanisme kerja diatas.
Sumber energi tubuh adalah makanan. Makanan yang mengandung
glikogen (setelah melewati tahap pencernaan) mengalir dalam tubuh
melalui peredaran darah. Setiap kontraksi otot akibat gerakan kerja akan
selalu diikuti oleh reaksi kimia (oksidasi glukosa) yang mengubah glikogen
tersebut menjadi tenaga, panas, dan asam laktat. Kelelahan terjadi karena
terkumpulnya asam laktat, sebentuk produk sisa dalam otot dan
peredaran darah. Produk yang terakumulasi ini menghambat gerakan otot
dan pada tingkat lanjut membatasi kelangsungan aktivitas otot yang
bersangkutan. Gerakan-gerakan menjadi lambat dan bahkan bisa
berhenti.
Dalam tubuh dikenal fase pemulihan, yaitu suatu peoses untuk mengubah
asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari
pernapasan. Pada tingkat aktivitas rendah hal inilah yang juga
memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontinu, yaitu bila
kecepatan pembentukan asam laktat lebih lambat dari atau sama dengan
kecepatan oksigen mengubahnya kembali menjadi glikogen.
Beberapa hal dibawah ini menambah gambaran tentang proses-proses
yang menimbulkan kelelahan fisik:
1. Oksidasi glukosa dalam otot menimbulkan CO2 dan zat-zat lain diikat
dalam darah untuk kemudian dikeluarkan saat bernapas. Kelelahan
terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang dengan
proses pengeluaran sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot
yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.
2. Karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi glukosa dan
disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Setiap 1 cm 3 darah normal
akan membawa 1 mm glukosa.
Gambar 3.2.10. Kecepatan konsumsi oksigen sebelum, selama, dan sesudah
bekerja
Jenis kelelahan yang kedua ialah kelelahan psikologis. Kelelahan ini bisa
dikatakan kelelahan palsu yang timbul dari perasaan orang yang
bersangkutan dan terlihat dari tingkah lakunya atau pendapatnya yang
tidak konskwen serta jiwanya yang labil dengan adanya perubahan
walupun sendiri dalam kondisi lingkunagan atau kondisi tubuhnya.
Beberapa sebab kelelahan ini diantaranya: kurangnya minat dalam
pekerjaan, berbagai penyakit, monotoni, keadan lingkungan, adanya nilai
hokum atau moral yang mengikat yang dirasakan tidak cocok baginya,
serta sebab-sebab psikologis lainnya seperi tanggung jawab,
kekhawatiran dan konflik-konflik. Pengaruh-pengaruh ini seakan-akan
terkumpul dalam tubuh (benak) dan menimbulkan rasa lelah.
Para ahli banyak melakukan percobaan-percobaan yang bertujuan
mengetahui proses terjadinya kelelahan psikologis ini. Suatu konsep
menyatakan bahwa keadaan dan perasaan kelelahan ini timbul karena
adanya reaksi fungsional dari pusat kesadaran, yaitu cortex cerebri yang
bekerja atas pengaruh dua system antagonistik , yaitu sistem penghambat
(inhibsi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat
dalam thalamus dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk
bereaksi. Sementara sistem penggerak terdapat dalam formation
retikolaris yang bersifat merangsangpusat-pusat vegetatif untuk
konversiergotropis dari organ-organ tubuh kearah bereaksi. Dengan
demikian keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung pada
hasil kerja kedua sistem antagonis ini.
Gambar 3.2.11. Sistem penghambat dan penggerak kelelahan
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, diantaranya:
a. Sediakan kalori secukupnya sebagi input untuk tubuh.
b. Bekerja dengan metoda kerja yang baik.
c. Memperhatikan kemampuan tubuh.
d. Memperhatikan waktu kerja yang teratur.
e. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya.
f. Berusaha untuk mengurangi monotoni dan ketegangan akibat kerja.
2.4.3. Kecepatan dan Ketelitian
Maksud dari kecepatan disini ialah berhubungan dengan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sedangkan ketelitian
menunjukkan jumlah kesalahan yang dilakukan persatuan waktu. Ini
berhubungan dengan gerakan-gerakan pada saat menjalankan aktivitas.
Banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan dan ketelitian, diantaranya:
a. Waktu menanggapi
Waktu menanggapi terjadi karena kita mendapat rangsangan dari luar
yang diterima melalui organ indera. Keseluruhan waktu yang diperlukan
untuk menanggapi suatu rangsangan disebut waktu reaksi. Disini kita bisa
membedakan antara waktu untuk memulai gerakan (waktu gerak) dengan
waktu menanggapi, yakni waktu menanggapi penjumlahan dari waktu
reaksi dengan waktu gerakan. Berbagai faktor menentukan kecepatan ini
seperti sifat rangsangan (termasuk intensitas dan lamanya), kesiapan
kerja (fisik maupun psikologis), umur serta perbedaan-perbedaan
individual lainnya.
b. Pengharapan (expectancy)
Waktu reaksi pada dasarnya terjadi karena subjek mengharapkan
rangsangan. Akan tetapi, jika rangsangan itu jarang terjadi atau jika
rangsangan itu tidak diharapkan, perhatian kita akan bisa menanggapi
rangsangan tersebut perlu ditambah.
c. Faktor-faktor rancangan sistem kerja
Hal-hal seperti jelas tidaknya rangsangan (antara lain dipengaruhi oleh
rancangan displai atau pencahayaan jika itu sesuatu yang mesti di indera
oleh mata), tata letak (mempengaruhi urut-urutan gerak dan jarak
tempuh), lingkungan (kalimat dan kebisingan berpengaruh pada
konsentrasi) berperan besar pada kecepatan dan ketelitian seseorang
dalam bekerja.
2.5. Anthropometri dan Objek-Objek Fisik Yang Sesuai Dengan
Dimensi Tubuh Manusia
Agar memperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia, maka ukuran-ukuran dari tempat
kerja tersebut harus sesuai dengan tubuh menusia. Hal-hal yang
bersangkutan tentang tubuh manusia ini dipelajari dalam anthropometri.
Data-data dari hasil pengukuran atau data anthropometri digunakan
sebagai data untuk merancang peralatan. Mengingat bahwa keadan dan
ciri fisik dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga berbeda satu sama
lainnya maka terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data tersebut, yaitu:
a. Perancangan berdasarkan individu ekstrim (dapat dipakai dengan
enak dan nyaman oleh sebagian orang).
b. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan (dapat dipakai dengan
enak dan nyaman oleh semua orang).
c. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata para pemakainya
(prinsip ini digunakan apabila kedua prinsip diatas tidak dapat
dilaksanakan).
2.6. Kondisi Lingkungan Kerja Yang Mempengaruhi Kegiatan
Manusia
Manusia sebagai mahluk yang paling sempurna, tidak luput dari
kekurangan dalam kata segala kemampuannya dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Salah satu faktor dari luar yang akan dibahas adalah
lingkungan kerja diantaranya:
a. Temperatur
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai
temperatur yang berbeda-beda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan keadaan normal ini dengan sesuatu sistem tubuh yang
sangat sempurna sehingga dapat menyesuaikan dengan perubahan-
perubahan yang terjadi diluar tubuhnya walaupun adanya batasnya.
Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk
melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi
kekurangan atau kelebihan panas. Menurut penyelidikan, apabila suhu
lebih rendah dari 17°C, berarti suhu udara ini ada dibawah kemampuan
tubuh untuk menyesuaikan diri (35% dibawah normal), maka tubuh
manusia akan mengalami kedinginan karena hilangnya panas tubuh yang
sebagian besar diakibatkan oleh konveksi dan radiasi, juga sebagian kecil
oleh penguapan.
b. Kelembapan
Yang dimaksud kelembaban disini adalah banyaknya air yang terkandung
dalam udara, biasa dinyatakan dengan persentase. Kelembapan ini
sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udaranya dan
memang secara bersama-sama antara temperatur, kelembapan,
kecepatan bergerakudara radiasi dari udara tersebut akan dipengaruhi
keadaan tubuh pada saat menerima atau melepaskan panas dari
tubuhnya.
Suatu keadaan dimana temperatur udara sangat panas dan kelembapan
nya tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara
besar-besaran, karena sistem penguapan dan pengaruh lain ialah makin
cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk
memenuhi kebutuhan akan oksigen. Sebagaimana kita ketahui, bahwa
tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara
panas tubuhnya dengan suhu sekitarnya.
M + R + C – E = 0
Dimana: M = panas yang diperoleh dari proses metabolisme
R = perubahan panas karena radiasi
C = perubahan panas karena konveksi
E = hilangnya tenaga akibat penguapan
R dan C berharga (+) jika suhu diluar tubuh lebih panas dibanding suhu
tubuh yang berarti tubuh menerima panas dari lingkungan. Demikian
sebaliknya bila R dan C berharga (-). Jika suhu udara panas dan
kelembapannya tinggi, rumus keseimbangan akan menjadi: M + R + C - E
= 0. keadaan ini sangat berbahaya bagi orang-orang tua atau mereka
yang lemah jantung.
c. Sirkulasi Udara
Udara disekitar kita dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara
telah berkurang dan telah bercampur dengan gas-gas atau bau-bauan
yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kotornya udara disekitar kita dapat
dirasakan dengan sesaknya pernapasan kita dan ini tidak boleh dibiarkan
berlangsung terlalu lama, karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh
dan akan mempercepat proses kelelahan.
Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat dalam arti
kata kita cukup mengandung oksigen dan bebas dari zat-zat yang bisa
mengganggu kesehatan, harus dipikirkan tentang sirkulasi udara yang
baik, sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara segar dan bersih,
yang biasanya dilakukan melalui ventilasi. Sumber utama adanya
tanaman disekitar tempat kerja. Dengan cukupnya oksigen disekitar kita,
ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman-
tanaman disekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan
dan kesegaran pada jasmani kita. Rasa sejuk dan segar selama bekerja
akan sangat membantu untuk mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah
setelah bekerja.
d. Pencahayaan
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat
objek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan
pencahayaanyang baik, akan makin diperlukan apabila kita mengerjakan
suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena penglihatan.
Pencahayaan yang terlalu suram, mengakibatkan mata pekerja makin
cepat lelah karena mata akan berusaha untuk bisa melihat, dimana
lelahnya mata mengakibatkan kelelahan mental, lebih jauh lagi keadaan
tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata karena bisa menyilaukan.
Dibawah ini adalah tingkat pencahayaan yang direkomendasikan untuk
perkantoran dan industri:
Perkantoran Tingkat Pencahayaan
Ruang Direktur 350
Ruang Kerja 350
Ruang Komputer 350
Ruang Rapat 300
Ruang Gambar 750
Ruang Arsip 150
Ruang Arsip Aktif 300
Tabel 3.2.3. Tingkat pencahayaan untuk perkantoran
Perkantoran Tingkat Pencahayaan
Gudang 100
Pekerjaan Kasar 100 – 200
Pekerjaan Menengah 200 - 500
Pekerjaan Halus 500 – 1000
Pemeriksaan Amat Halus 1000 - 2000
Pemeriksaan Warna 750
Tabel 3.2.4. Tingkat pencahayaan untuk industri
e. Kebisingan
Kebisingan adalah salah satu dari polusi karena dalam jangka panjang
bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak
pendengaran, dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan
menurut penyelidikan, kebisingan yang serius bisa mengakibatkan
kematian. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi yang
bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu lama,
intensitas dan frekuensinya. Makin lama telinga kita mendengarkan
kebisingan, makin buruk akibatnya bagi kita, diantaranya pendengaran
yang makin kurang.
Berikut ini adalah intensitas bunyi (decibel) dan lamanya dapat
diperdengarkan (jam):
Intesitas Bunyi (dB) Lama
Diperdengarkan (Jam)
85 8
90 4
95 2
100 1
Tabel 3.2.5. Intensitas bunyi (decibel) dan lamanya dapat diperdengarkan (jam)
f. Getaran Mekanis
Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang
ditimbulkan oleh alat-alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai
ketubuh kita dan menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada
tubuh kita. Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas dan frekuensi
getarnya. Secara umum getaran mekanis ini dapat mengganggu tubuh
dalam hal:
1. Mempengaruhi konsentrasi bekerja.
2. Mempercepat datangnya kelelahan.
3. menyebabkan timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena
gangguan terhadap mata, syaraf, peredaran darah, otot-otot,
tulang-tulang dan lain-lain.
g. Bau-bauan
Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai
pencemaran, apalagi kalau bau-bauan tersebut sedemikian rupa sehingga
dapat mengganggu konsentrasi bekerja dan secara lebih jauh bisa
mempengaruhi kepekaan penciuman.
Temperatur dan kelembapan merupakan dua faktor yang mempengaruhi
kepekaan dan ketajaman penciuman. Pemasangan air conditioning (AC)
merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan
bau-bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja.
h. Warna
Maksudnya ialah warna tembok ruangan tempat kerja, dimana warna ini
selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat objek, juga
warna disekitar tempat kerja berpengaruh secara psikologis bagi para
pekerja. Tiap warna memberikan pengaruh secara psikologis yang
berbeda-beda terhadap manusia. Diantaranya warna merah bersifat
merangsang, warna kuning memberikan kesan yang luas atau lega, warna
hijau atau biru memberikan kesan yang sejuk, aman dan menyegarkan,
warna gelap memberikan kesan sempit dan warna terang memberikan
kesan leluasa. Dalam keadaan dimana ruangan terasa sempit, warna
yang sesuai dapat menghilangkan warna tersebut, hal ini secara
psikologis menguntungkan karena kesan sempit cenderung menimbulkan
ketegangan. Dengan sifat-sifat itulah pengaturan ruangan tempat kerja
perlu diperhatikan, dalam arti luas harus disesuaikan dengan kegiatan
kerjanya.