ergonomi - bab 2 landasan teori - modul-3 - laboratorium perancangan sistem kerja dan ergonomi -...

20
Bab 2 Landasan Teori 2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi Rancangan suatu sistem kerja yang baik perlu mengenal sifat-sifat, keterbatasan serta kemampuan manusia. Manusia mempunyai peran sebagai perencana, perancang, pelaksana, pengendali, pengevaluasi sistem kerja keseluruhan agar diperoleh hasil kerja yang baik. Pada abad ke-20 orang mulai mensistemasikan cara-cara perbaikan dan secara khusus mengembangkannya. Usaha-usaha ini berkembang terus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut ergonomi. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman, sehat, nyaman dan efisien. Tidak hanya dalam dengan alat, ergonomi juga mencangkup pengkajian interaksi antar manusia dengan unsur-unsur sistem kerja lain, yaitu bahan dan lingkungan. Bahkan juga metode dan organisasi. Tujuan ergonomi (human factory) ada 2 yaitu: a. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari pekerja dan aktivitas yang dilakukan. b. Untuk mempertinggi hasil suatu produk berkualitas yang dihasilkan demi tercapainya permintaan di pasar. Ergonomi sebagai salah satu cabang ilmu yang beracuan untuk menciptakan sistem kerja yang baik dan sangat membantu dalam proses perancangan sistem kerja. Lebih jauh lagi ergonomi secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk dapat merancang suatu sistem kerja yang

Upload: muhammad-ahlan-munajat-moch-ahlan-munajat

Post on 28-Jul-2015

994 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Bab 2 Landasan Teori2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi Rancangan suatu sistem kerja yang baik perlu mengenal sifat-sifat, keterbatasan serta kemampuan manusia. Manusia mempunyai peran sebagai perencana, perancang, pelaksana, pengendali, pengevaluasi sistem kerja keseluruhan agar diperoleh hasil kerja yang baik. Pada abad ke-20 orang mulai mensistemasikan cara-cara perbaikan dan secara khusus mengembangkannya. Usaha-usaha ini berkembang terus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang i

TRANSCRIPT

Page 1: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

Bab 2

Landasan Teori

2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi

Rancangan suatu sistem kerja yang baik perlu mengenal sifat-sifat,

keterbatasan serta kemampuan manusia. Manusia mempunyai peran

sebagai perencana, perancang, pelaksana, pengendali, pengevaluasi

sistem kerja keseluruhan agar diperoleh hasil kerja yang baik. Pada abad

ke-20 orang mulai mensistemasikan cara-cara perbaikan dan secara

khusus mengembangkannya. Usaha-usaha ini berkembang terus dan

sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut ergonomi.

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan

informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan

manusia dalam merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat

hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan

yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman, sehat,

nyaman dan efisien. Tidak hanya dalam dengan alat, ergonomi juga

mencangkup pengkajian interaksi antar manusia dengan unsur-unsur

sistem kerja lain, yaitu bahan dan lingkungan. Bahkan juga metode dan

organisasi. Tujuan ergonomi (human factory) ada 2 yaitu:

a. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari pekerja dan aktivitas

yang dilakukan.

b. Untuk mempertinggi hasil suatu produk berkualitas yang dihasilkan

demi tercapainya permintaan di pasar.

Ergonomi sebagai salah satu cabang ilmu yang beracuan untuk

menciptakan sistem kerja yang baik dan sangat membantu dalam proses

perancangan sistem kerja. Lebih jauh lagi ergonomi secara sistematis

memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan

keterbatasan manusia untuk dapat merancang suatu sistem kerja yang

Page 2: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

baik dan memenuhi kriteria-kriteria ergonomis. Seperti kita ketahui bahwa

beban yang dialami oleh seorang pekerja dapat berupa beban fisik, beban

mental (psikologis) atupun beban sosial (moral) yang timbul dari

lingkungan kerja. Oleh karena itu sistem kerja (khusunya peralatan kerja)

dan lingkungan kerja sebaiknya dirancang sesuai dengan kemampuan

dan keterbatasan fisik dan mental pekerja.

Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk

yang sangat kompleks. Untuk mempelajari manusia, tidak cukup ditinjau

dari satu disiplin ilmu saja. Oleh karena itulah untuk mengembangkan

ergonomi diperlukan dukungan dari berbagai disiplin ilmu, antara lain

psikologi, antropologi, fisiologi, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, fisika

dan lain-lain. Masing-masing disiplin tersebut berfungsi sebagai pemberi

informasi. Pada gilirannya para perancang, dalam hal ini para ahli teknik,

bertugas untuk meramu masing-masing informasi diatas, dan

menggunakannya sebagai pengetahuan untuk merancang fasilitas kerja

sehingga mencapai kegunaan yang optimal.

2.2. Manusia Sebagai Komponen Sistem Manusia-Mesin

Yang dimaksud dengan sistem manusia-mesin disini adalah kombinasi

antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin

dimana salah satu mesin dengan lainnya saling berinteraksi untuk

menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang

diperoleh. Yang dimaksud dengan “mesin” dalam rangka ini adalah

mempunyai arti luas, yaitu mencakup semua objek fisik seperti peralatan,

perlengkapan, fasilitas dan benda-benda yang bisa digunakan oleh

manusia dalam melaksanakan kegiatannya.

Dengan ergonomi diharapkan penggunaan objek fisik dan fasilitas lebih

efektif serta dapat memberikan keselamatan, kenyamanan, kesehatan

dan kepuasan kerja.

Page 3: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

Dilihat dari sisi rekayasa, informasi hasil penelitian ergonomi dapat

dikelompokkan menjadi 4 bidang penelitian yaitu:

a. Penelitian tentang display. Yang dimaksud dengan display disini

adalah bagian dari lingkungan yang berkomunikasi. Contohnya, kalau

kita ingin mengetahui kecepatan sepeda motor yang sedang kita

kemudikan, maka dengan melihat jarum speedometer, kita akan

mengetahui keadaan lingkungan, dalam hal ini kecepatan motor.

b. Penelitian mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendaliannya.

Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika

bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas

tersebut; penelitian ini banyak berhubungan dengan ilmu faal kerja

dan biomekanika.

c. Penelitian mengenai tempat kerja. Tempat kerja yang baik ialah

sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang ukuran

dari tempat kerja tersebut harus sesuai dengan tubuh manusia. Hal-

hal yang bersangkutan denan dimensi tubuh manusia ini dipelajari

dalam anthropometri.

d. Penelitian mengenai lingkungan fisik. Yang dimaksud dengan

lingkungan fisik meliputi ruangan dan fasilitas-fasilitas yang biasa

digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan kerja seperti

kalimat, kebisingan dan pencahayaan. Semua itu banyak

mempengaruhi pekerja manusia.

2.3. Peran Display Bagi Manusia Sebagai Penerima dan Pengolah

Informasi

Yang dimaksud dengan display disini adalah bagian dari lingkungan yang

perlu memberi informasi kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi

lancar. Arti informasi disini cukup luas, menyangkut semua rangsangan

yang diterima oleh indera manusia baik secara langsung maupun tidak

langsung, biasanya berbentuk energi.

Page 4: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

Jalan raya merupakan contoh dari display langsung, dimana keadaan

lingkungan bisa langsung diterima oleh pengemudi sebagaimana adanya.

Sehubungan dengan lingkungan, displai bisa dibagi dalam dua kelas,

yaitu display dinamis dan statis. Display dinamis adalah yang

menggambarkan perubahan menurut waktu sesuatu dengan perubahan

variabelnya. Contohnya mikroskop dan speedometer. Display statis

merupakan informasi tentang sesuatu yang tidak bergantung terhadap

waktu, misalnya tentang sebuah kota yang digambarkan dalam peta.

Secara lebih lengkap dapat dikatakan bahwa display menjadi penting

apabila rangsangan tersebut tidak dapat dirasakan dengan cukup baik, hal

ini disebabkan karena:

a. Terlalu kecil, sehingga diperluka alat-alat pembesar elektronik, optik

atau alat-alat lain misalnya bakteri dilihat dengan mikroskop.

b. Terlalu besar, sehingga agar bisa ditangkap dengan indera perlu

diperkecil, misalnya: suatu daerah yang luas digambarkan dengan

suatu peta.

c. Bercampur dengan berbagai gangguan (noise) sehingga kita perlu

menyaringnya atau memperbesarnya.

d. Ada diluar batas kemampuan batas manusia, sehingga untuk

mengetahui perlu dirubah kedalam bentuk energi lain yang kemudian

bisa menunjukkan keadaan aslinya, misalnya dipancarkan melalui

televisi atau radio.

e. Perlu diamati dengan teliti, sehingga manusia bisa membedakannya,

misalnya mengenai temperatur, suara, berat dan lain-lain.

f. Perlu disimpan untuk jangka waktu yang panjang, misalnya foto-foto

dan tape recorder.

g. Rangsangan tersebut bisa diterima dengan lebih baik apabila diubah

kedalam bentuk lainnya; misalnya peta-peta untuk meggambarkan

data-data kuantitatif atau serine untuk menunjukkan tanda bahaya.

h. Display merupakan cara terbaik untuk menyatakan informasi tersebut,

misalnya rambu-rambu jalan.

Page 5: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

Gambar 3.2.1. Pola yang harus diperhatikan dalam membuat skala

Agar displai dapat menjalankan fungsinya dengan baik, yaitu menyajikan

informasi-informasi yang diperlukan manusia dalam melaksanakan

pekerjaannya, maka display harus dirancang dengan baik. Display yang

baik adalah display yang dapat menyampaikan informasi selengkap

mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang

menerimanya.

Tabel 3.2.1. Jarak rata-rata dalam meter untuk pandangan yang masih bisa

melihat huruf dari berbagai perbandingan antara tebal dan tinggi huruf

Kemampuan kita untuk menangkap informasi melalui suatu grafik,

dipengaruhi juga oleh bentuk grafik tersebut. Artinya penyajian akan

berpengaruh terhadap kemudahan dan kecepatan menafsirkan serta

berpengaruh terhadap kebenaran mengartikannya.

Page 6: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

Gambar 3.2.2. Tiga macam diagram yang menyampaikan pesan-pesan

yang sama

Schutz menyimpulkan bahwa grafik dengan garis merupakan penyajian

terbaik dan grafik dengan balok horizontal merupakan grafik terburuk.

Secara ringkas, hasil penilaiannya dapat dinyatakan sebagai berikut.

Tabel 3.2.2. Perbandingan waktu rata-rata relatif dengan nilai ketelitian dari

bentuk peta berupa grafik

2.4. Hasil Kerja Manusia dan Proses Pengendaliannya

Setiap hari manusia selalu terlibat dengan kegiatan-kegiatannya apakah

itu bekerja ataupun bergerak semuanya memerlukan tenaga. Yang

penting harus kita perhatikan, bagaimana mengatur kegiatan ini,

sedemikian rupa sehingga posisi tubuh saat bekerja atau bergerak

tersebut ada dalam keadaan nyaman tanpa mempengaruhi hasil kerjanya.

Untuk mencari metode pengukuran tentang semua kegiatan yang dialami

pekerja selama kegiatannya dan kemudian untuk menyebarkan informasi

tersebut kedalam bentuk angka-angka, diperlukan bentuk pendekatan

Page 7: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

secara ilmiah dan teknik. Sebagaimana kita ketahui, kerja manusia itu ada

yang bersifat mental dan ada yang bersifat fisik dan masing-masing

mempunyai tingkat intensitas yang berbeda-beda ada yang memiliki

tingkat intensitas tinggi dan juga rendah. Tingkat intensitas optimum ada

diantara kedua batas tersebut, umumnya dilaksanakan apabila tidak ada

tekanan dan ketegangan.

2.4.1. Mengukur Aktivitas Kerja Fisik Manusia

Yang dimaksud dengan mengukur aktivitas kerja manusia dalam rangka

ini adalah mengukur berapa besarnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh

seorang pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya. Tenaga yang

dikeluarkan tersebut biasanya diukur dalam satuan kilokalori.

Gambar 3.2.3. Model kerja manusia pada umumnya berubah-ubah menurut

bentuk dan tingkat intensitas kerja

Page 8: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

Gambar 3.2.4. Denyut Jantung selama dan sesudah berjalan sepanjang 1,6 km

pada berbagai kecepatan

Secara umum kriteria pengukuran aktivitas kerja manusia dapat dibagi

dalam dua kelas utama, yaitu:

a. Kriteria fisiologis, Kriteria fisiologis dari kegiatan manusia biasanya

ditentukan berdasarkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan.

b. Kriteria operasional, Kriteria operasional melibatkan teknik-teknik

untuk mengukur atau menggambarkan hasil-hasil yang bisa dilakukan

tubuh atau anggota-anggota tubuh pada saat melaksanakan gerakan-

gerakannya.

Gambar 3.2.5. Gaya-gaya dalm 3 dimensi (vertikal, frontal, dan tranversal) dalam

pengoperasian mesin tik manual dan elektris, yang dicatat dengan platform gaya

Page 9: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

Gambar 3.2.6. Pandangan atas dan samping subjek yang sedang diuji

kekuatan lengannya

Gambar 3.2.7. Kekuatan maksimum lengan kanan pada berbagai arah gerak dan

sudut posisi. (a) Menunjukkan nilai pada persentil, (b) Menunjukkan nilai rata-rata

Page 10: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

Gambar 3.2.8. Konsumsi oksigen relatif dari tujuh cara membawa beban, dengan

cara pertama sebagai perbandingan (100%)

2.4.2. Proses Terjadinya Kelelahan

Banyak definisi yang memberikan kepada kelelahan ini, tetapi secara garis

besarnya dapat dikatakan bahwa kelelahan ini merupakan suatu pola

yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap

individu, yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya.

Pada dasarnya pola ini ditimbulkan oleh 2 hal yaitu akibat kelelahan

fisiologis dan akibat psikologis.

Gambar 3.2.9. Penggunaan tenaga (kkal/menit) untuk 5 sikap tubuh dalam

melakukan pekerjaan memungut kepingan-kepingan logam dari atas lantai

Page 11: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya

perubahan-perubahan faal dalam tubuh. Secara fisiologis, tubuh manusia

dapat dianggap sebagai mesin yang mengkonsumsi bahan bakar dan

memberikan output berupa tenaga yang berguna untuk melaksanakan

aktivitas sehari-hari. Pada prinsipnya ada 5 macam mekanisme yang

dijalankan tubuh, yaitu sistem peredaran darah, sistem pencernaan,

sistem otot, dan sistem saraf. Kerja fisik yang continue berpengaruh

tehadap mekanisme kerja diatas.

Sumber energi tubuh adalah makanan. Makanan yang mengandung

glikogen (setelah melewati tahap pencernaan) mengalir dalam tubuh

melalui peredaran darah. Setiap kontraksi otot akibat gerakan kerja akan

selalu diikuti oleh reaksi kimia (oksidasi glukosa) yang mengubah glikogen

tersebut menjadi tenaga, panas, dan asam laktat. Kelelahan terjadi karena

terkumpulnya asam laktat, sebentuk produk sisa dalam otot dan

peredaran darah. Produk yang terakumulasi ini menghambat gerakan otot

dan pada tingkat lanjut membatasi kelangsungan aktivitas otot yang

bersangkutan. Gerakan-gerakan menjadi lambat dan bahkan bisa

berhenti.

Dalam tubuh dikenal fase pemulihan, yaitu suatu peoses untuk mengubah

asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari

pernapasan. Pada tingkat aktivitas rendah hal inilah yang juga

memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontinu, yaitu bila

kecepatan pembentukan asam laktat lebih lambat dari atau sama dengan

kecepatan oksigen mengubahnya kembali menjadi glikogen.

Beberapa hal dibawah ini menambah gambaran tentang proses-proses

yang menimbulkan kelelahan fisik:

1. Oksidasi glukosa dalam otot menimbulkan CO2 dan zat-zat lain diikat

dalam darah untuk kemudian dikeluarkan saat bernapas. Kelelahan

terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang dengan

Page 12: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

proses pengeluaran sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot

yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.

2. Karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi glukosa dan

disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Setiap 1 cm 3 darah normal

akan membawa 1 mm glukosa.

Gambar 3.2.10. Kecepatan konsumsi oksigen sebelum, selama, dan sesudah

bekerja

Jenis kelelahan yang kedua ialah kelelahan psikologis. Kelelahan ini bisa

dikatakan kelelahan palsu yang timbul dari perasaan orang yang

bersangkutan dan terlihat dari tingkah lakunya atau pendapatnya yang

tidak konskwen serta jiwanya yang labil dengan adanya perubahan

walupun sendiri dalam kondisi lingkunagan atau kondisi tubuhnya.

Beberapa sebab kelelahan ini diantaranya: kurangnya minat dalam

pekerjaan, berbagai penyakit, monotoni, keadan lingkungan, adanya nilai

hokum atau moral yang mengikat yang dirasakan tidak cocok baginya,

serta sebab-sebab psikologis lainnya seperi tanggung jawab,

kekhawatiran dan konflik-konflik. Pengaruh-pengaruh ini seakan-akan

terkumpul dalam tubuh (benak) dan menimbulkan rasa lelah.

Para ahli banyak melakukan percobaan-percobaan yang bertujuan

mengetahui proses terjadinya kelelahan psikologis ini. Suatu konsep

Page 13: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

menyatakan bahwa keadaan dan perasaan kelelahan ini timbul karena

adanya reaksi fungsional dari pusat kesadaran, yaitu cortex cerebri yang

bekerja atas pengaruh dua system antagonistik , yaitu sistem penghambat

(inhibsi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat

dalam thalamus dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk

bereaksi. Sementara sistem penggerak terdapat dalam formation

retikolaris yang bersifat merangsangpusat-pusat vegetatif untuk

konversiergotropis dari organ-organ tubuh kearah bereaksi. Dengan

demikian keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung pada

hasil kerja kedua sistem antagonis ini.

Gambar 3.2.11. Sistem penghambat dan penggerak kelelahan

Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, diantaranya:

a. Sediakan kalori secukupnya sebagi input untuk tubuh.

b. Bekerja dengan metoda kerja yang baik.

c. Memperhatikan kemampuan tubuh.

Page 14: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

d. Memperhatikan waktu kerja yang teratur.

e. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya.

f. Berusaha untuk mengurangi monotoni dan ketegangan akibat kerja.

2.4.3. Kecepatan dan Ketelitian

Maksud dari kecepatan disini ialah berhubungan dengan waktu yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sedangkan ketelitian

menunjukkan jumlah kesalahan yang dilakukan persatuan waktu. Ini

berhubungan dengan gerakan-gerakan pada saat menjalankan aktivitas.

Banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan dan ketelitian, diantaranya:

a. Waktu menanggapi

Waktu menanggapi terjadi karena kita mendapat rangsangan dari luar

yang diterima melalui organ indera. Keseluruhan waktu yang diperlukan

untuk menanggapi suatu rangsangan disebut waktu reaksi. Disini kita bisa

membedakan antara waktu untuk memulai gerakan (waktu gerak) dengan

waktu menanggapi, yakni waktu menanggapi penjumlahan dari waktu

reaksi dengan waktu gerakan. Berbagai faktor menentukan kecepatan ini

seperti sifat rangsangan (termasuk intensitas dan lamanya), kesiapan

kerja (fisik maupun psikologis), umur serta perbedaan-perbedaan

individual lainnya.

b. Pengharapan (expectancy)

Waktu reaksi pada dasarnya terjadi karena subjek mengharapkan

rangsangan. Akan tetapi, jika rangsangan itu jarang terjadi atau jika

rangsangan itu tidak diharapkan, perhatian kita akan bisa menanggapi

rangsangan tersebut perlu ditambah.

c. Faktor-faktor rancangan sistem kerja

Hal-hal seperti jelas tidaknya rangsangan (antara lain dipengaruhi oleh

rancangan displai atau pencahayaan jika itu sesuatu yang mesti di indera

oleh mata), tata letak (mempengaruhi urut-urutan gerak dan jarak

Page 15: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

tempuh), lingkungan (kalimat dan kebisingan berpengaruh pada

konsentrasi) berperan besar pada kecepatan dan ketelitian seseorang

dalam bekerja.

2.5. Anthropometri dan Objek-Objek Fisik Yang Sesuai Dengan

Dimensi Tubuh Manusia

Agar memperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai dengan

kemampuan dan keterbatasan manusia, maka ukuran-ukuran dari tempat

kerja tersebut harus sesuai dengan tubuh menusia. Hal-hal yang

bersangkutan tentang tubuh manusia ini dipelajari dalam anthropometri.

Data-data dari hasil pengukuran atau data anthropometri digunakan

sebagai data untuk merancang peralatan. Mengingat bahwa keadan dan

ciri fisik dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga berbeda satu sama

lainnya maka terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data tersebut, yaitu:

a. Perancangan berdasarkan individu ekstrim (dapat dipakai dengan

enak dan nyaman oleh sebagian orang).

b. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan (dapat dipakai dengan

enak dan nyaman oleh semua orang).

c. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata para pemakainya

(prinsip ini digunakan apabila kedua prinsip diatas tidak dapat

dilaksanakan).

2.6. Kondisi Lingkungan Kerja Yang Mempengaruhi Kegiatan

Manusia

Manusia sebagai mahluk yang paling sempurna, tidak luput dari

kekurangan dalam kata segala kemampuannya dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Salah satu faktor dari luar yang akan dibahas adalah

lingkungan kerja diantaranya:

a. Temperatur

Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai

temperatur yang berbeda-beda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk

Page 16: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

mempertahankan keadaan normal ini dengan sesuatu sistem tubuh yang

sangat sempurna sehingga dapat menyesuaikan dengan perubahan-

perubahan yang terjadi diluar tubuhnya walaupun adanya batasnya.

Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk

melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi

kekurangan atau kelebihan panas. Menurut penyelidikan, apabila suhu

lebih rendah dari 17°C, berarti suhu udara ini ada dibawah kemampuan

tubuh untuk menyesuaikan diri (35% dibawah normal), maka tubuh

manusia akan mengalami kedinginan karena hilangnya panas tubuh yang

sebagian besar diakibatkan oleh konveksi dan radiasi, juga sebagian kecil

oleh penguapan.

b. Kelembapan

Yang dimaksud kelembaban disini adalah banyaknya air yang terkandung

dalam udara, biasa dinyatakan dengan persentase. Kelembapan ini

sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udaranya dan

memang secara bersama-sama antara temperatur, kelembapan,

kecepatan bergerakudara radiasi dari udara tersebut akan dipengaruhi

keadaan tubuh pada saat menerima atau melepaskan panas dari

tubuhnya.

Suatu keadaan dimana temperatur udara sangat panas dan kelembapan

nya tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara

besar-besaran, karena sistem penguapan dan pengaruh lain ialah makin

cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk

memenuhi kebutuhan akan oksigen. Sebagaimana kita ketahui, bahwa

tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara

panas tubuhnya dengan suhu sekitarnya.

Page 17: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

M + R + C – E = 0

Dimana: M = panas yang diperoleh dari proses metabolisme

R = perubahan panas karena radiasi

C = perubahan panas karena konveksi

E = hilangnya tenaga akibat penguapan

R dan C berharga (+) jika suhu diluar tubuh lebih panas dibanding suhu

tubuh yang berarti tubuh menerima panas dari lingkungan. Demikian

sebaliknya bila R dan C berharga (-). Jika suhu udara panas dan

kelembapannya tinggi, rumus keseimbangan akan menjadi: M + R + C - E

= 0. keadaan ini sangat berbahaya bagi orang-orang tua atau mereka

yang lemah jantung.

c. Sirkulasi Udara

Udara disekitar kita dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara

telah berkurang dan telah bercampur dengan gas-gas atau bau-bauan

yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kotornya udara disekitar kita dapat

dirasakan dengan sesaknya pernapasan kita dan ini tidak boleh dibiarkan

berlangsung terlalu lama, karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

dan akan mempercepat proses kelelahan.

Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat dalam arti

kata kita cukup mengandung oksigen dan bebas dari zat-zat yang bisa

mengganggu kesehatan, harus dipikirkan tentang sirkulasi udara yang

baik, sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara segar dan bersih,

yang biasanya dilakukan melalui ventilasi. Sumber utama adanya

tanaman disekitar tempat kerja. Dengan cukupnya oksigen disekitar kita,

ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman-

tanaman disekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan

dan kesegaran pada jasmani kita. Rasa sejuk dan segar selama bekerja

akan sangat membantu untuk mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah

setelah bekerja.

Page 18: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

d. Pencahayaan

Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat

objek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan

pencahayaanyang baik, akan makin diperlukan apabila kita mengerjakan

suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena penglihatan.

Pencahayaan yang terlalu suram, mengakibatkan mata pekerja makin

cepat lelah karena mata akan berusaha untuk bisa melihat, dimana

lelahnya mata mengakibatkan kelelahan mental, lebih jauh lagi keadaan

tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata karena bisa menyilaukan.

Dibawah ini adalah tingkat pencahayaan yang direkomendasikan untuk

perkantoran dan industri:

Perkantoran Tingkat Pencahayaan

Ruang Direktur 350

Ruang Kerja 350

Ruang Komputer 350

Ruang Rapat 300

Ruang Gambar 750

Ruang Arsip 150

Ruang Arsip Aktif 300

Tabel 3.2.3. Tingkat pencahayaan untuk perkantoran

Perkantoran Tingkat Pencahayaan

Gudang 100

Pekerjaan Kasar 100 – 200

Pekerjaan Menengah 200 - 500

Pekerjaan Halus 500 – 1000

Pemeriksaan Amat Halus 1000 - 2000

Pemeriksaan Warna 750

Tabel 3.2.4. Tingkat pencahayaan untuk industri

Page 19: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

e. Kebisingan

Kebisingan adalah salah satu dari polusi karena dalam jangka panjang

bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak

pendengaran, dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan

menurut penyelidikan, kebisingan yang serius bisa mengakibatkan

kematian. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi yang

bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu lama,

intensitas dan frekuensinya. Makin lama telinga kita mendengarkan

kebisingan, makin buruk akibatnya bagi kita, diantaranya pendengaran

yang makin kurang.

Berikut ini adalah intensitas bunyi (decibel) dan lamanya dapat

diperdengarkan (jam):

Intesitas Bunyi (dB) Lama

Diperdengarkan (Jam)

85 8

90 4

95 2

100 1

Tabel 3.2.5. Intensitas bunyi (decibel) dan lamanya dapat diperdengarkan (jam)

f. Getaran Mekanis

Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang

ditimbulkan oleh alat-alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai

ketubuh kita dan menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada

tubuh kita. Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas dan frekuensi

getarnya. Secara umum getaran mekanis ini dapat mengganggu tubuh

dalam hal:

1. Mempengaruhi konsentrasi bekerja.

2. Mempercepat datangnya kelelahan.

Page 20: Ergonomi - Bab 2 Landasan Teori - Modul-3 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer Indonesia

3. menyebabkan timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena

gangguan terhadap mata, syaraf, peredaran darah, otot-otot,

tulang-tulang dan lain-lain.

g. Bau-bauan

Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai

pencemaran, apalagi kalau bau-bauan tersebut sedemikian rupa sehingga

dapat mengganggu konsentrasi bekerja dan secara lebih jauh bisa

mempengaruhi kepekaan penciuman.

Temperatur dan kelembapan merupakan dua faktor yang mempengaruhi

kepekaan dan ketajaman penciuman. Pemasangan air conditioning (AC)

merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan

bau-bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja.

h. Warna

Maksudnya ialah warna tembok ruangan tempat kerja, dimana warna ini

selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat objek, juga

warna disekitar tempat kerja berpengaruh secara psikologis bagi para

pekerja. Tiap warna memberikan pengaruh secara psikologis yang

berbeda-beda terhadap manusia. Diantaranya warna merah bersifat

merangsang, warna kuning memberikan kesan yang luas atau lega, warna

hijau atau biru memberikan kesan yang sejuk, aman dan menyegarkan,

warna gelap memberikan kesan sempit dan warna terang memberikan

kesan leluasa. Dalam keadaan dimana ruangan terasa sempit, warna

yang sesuai dapat menghilangkan warna tersebut, hal ini secara

psikologis menguntungkan karena kesan sempit cenderung menimbulkan

ketegangan. Dengan sifat-sifat itulah pengaturan ruangan tempat kerja

perlu diperhatikan, dalam arti luas harus disesuaikan dengan kegiatan

kerjanya.