disiplin pendidikan dalam perspektif...

161

Upload: others

Post on 04-Aug-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,
Page 2: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,
Page 3: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM

PERSPEKTIF ISLAM

Page 4: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,
Page 5: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Dr. Ir. Nurbaiti, M.Pd.

Page 6: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Penulis: Dr. Ir. Nurbaiti, M.Pd.

Editor: Drs. Ahmad Azhar, MA

Layout: Tiaz Rifqi Fakhrurrasi, MT

Design Cover: Tiaz Rifqi Fakhrurrasi, MT

Katalog Dalam Terbitan

Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/

Dr. Ir. Nurbaiti, M.Pd..–

Tangerang: CV Qalbun Salim, 2020.

xii, 159 hal.; 20,5 cm

ISBN : 978-602-53168-3-8

1. Buku I. Judul

2. Majalah Ilmiah

3. Standar

ISBN 978-602-53168-3-8

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang memperbanyak dan menerjemahkan sebagian

atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

Diterbitkan:

CV Qalbun Salim

Tangerang, Telp. 021-68004616

Page 7: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

v

ABSTRAK

Dr. Ir. Nurbaiti, M.Pd. Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Jakarta, 2020.

Disiplin dalam perspektif Islam, merupakan salah

satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan,

meskipun penerapan disiplin akan selalu berdampingan

dengan pemberian sanksi.

Terlepas dari beberapa perbedaan pendapat tentang

dampak negative dari pemberian sanksi dalam

menerapkan sikap disiplin, namun selama penerapan

sanksi hanya untuk menimbulkan efek jera dan tidak

menimbulkan penderitaan pada siswa, maka pemberian

sanksi dalam menciptakan kedisiplinan pendidikan

diperbolehkan.

Kata Kunci :

Disiplin, Pendidikan, Perspekif Islam, Pemberian Sanksi, Kualitas Pendidikan.

Page 8: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,
Page 9: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

vii

ABSTRACT

Dr. Ir. Nurbaiti, M.Pd. Educational Discipline in Islamic

Perspective. Jakarta, 2020.

Discipline in an Islamic perspective is a way to improve

the quality of education, although the application of

discipline can do by giving punishment, but it is allowed

to increasing discipline and without causing suffering to

students.

Keywords :

Discipline, Education, Islamic Perspective, Punishment, Quality of Education.

Page 10: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,
Page 11: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

karena berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat

menyelesaikan penulisan buku ini, selanjutnya s}alawat

dan salam penulis haturkan kepada nabi Muhammad

SAW.

Penulisan buku ini berdasarkan pada hasil penelitian

di Pondok Pesantren Lirboyo, Jawa Timur yang penulis

lakukan pada tahun 2013, dengan harapan buku ini dapat

menjadi landasan berfikir akan pentingnya arti dan

penerapan disiplin dalam pendidikan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan

terima kasih banyak pada semua pihak yang telah

membantu demi kelancaran penelitian yang penulis

lakukan.

Selanjutnya penulis menyadari, buku ini masih

memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis

menerima kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan penulisan buku.

Jakarta, Mei 2020

Penulis

Page 12: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,
Page 13: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

xi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................ v

ABSTRACT .................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................. 1

A.Latar Belakang Masalah ................................................ 1

B. Tujuan Penulisan Buku................................................. 9

BAB II. PEMAKSAAN DALAM PENDIDIKAN ......... 11

A. Pemaksaan dan Pembebasan Pendidikan Dalam

Perspektif Islam .......................................................... 11

B. Tujuan Pendidikan Islam ............................................ 17

C. Pendidikan Humanistik Dan Pendidikan Behavioristik.

.................................................................................... 20

1. Pendidikan Humanistik Dalam Berbagai Perspektif. 20

Page 14: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

xii

2. Pendidikan Humanistik Dalam Perspektif Liberalisme,

Eksitensialisme, Marxisme dan Dalam Perspektif

Agama Islam. .............................................................. 24

3. Pendidikan Behavioristik ........................................... 30

BAB III PRESTASI BELAJAR SISWA ........................ 33

A. Pembelajaran di Pondok Pesantren ............................ 35

B. Aktivitas Pembelajaran di Pondok Pesantren ............ 37

C. Pembelajaran di Sekolah ............................................ 41

D. Prestasi Belajar Santri Pondok Pesantren .................. 43

1. Ranah Kognitif Santri PPST Ar-Risalah ................... 43

a. Prestasi Belajar Santri Pondok Pesantren Ranah

Kognitif ...................................................................... 45

b. Upaya PPST Ar-Risalah Dalam Meningkatkan Ranah

Kognitif Santri. .......................................................... 48

2. Ranah Afektif Santri PPST Ar-Risalah ..................... 49

3. Ranah Psikomotorik Santri Pondok Pesantren ........... 50

E. Kontribusi Pemberian Sanksi terhadap Prestasi Belajar

.................................................................................... 54

BAB IV PEMBERIAN SANKSI DALAM DISIPLIN

PENDIDIKAN ................................................................ 65

1. Pelaksanaan Tata Tertib ............................................. 76

A. Suasana Belajar dalam Kelas ..................................... 92

Page 15: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

xiii

B. Kontribusi Kedisiplinan terhadap Suasana Belajar

Yang kondusif ............................................................. 93

BAB V KEDISIPLINAN SISWA DAN PRESTASI

BELAJAR ..................................................................... 107

C. Kontribusi Kedisiplinan Terhadap Prestasi Belajar

Siswa ......................................................................... 110

BAB VIPENUTUP ....................................................... 113

DAFTAR PUSTAKA ................................................... 115

GLOSARIUM ............................................................... 129

INDEKS ........................................................................ 135

RIWAYAT HIDUP PENULIS ..................................... 143

Page 16: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,
Page 17: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bukan hanya proses mentransfer ilmu

dari guru kepada siswa, tetapi pendidikan merupakan

proses mendidik yang bertujuan menjadikan siswa insan

yang sempurna, yaitu insan yang memiliki keseimbangan

seluruh aspek yang dimilikinya, baik aspek spiritual,

aspek moral dan aspek lainnya secara seimbang.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hamm yang

menyatakan bahwa pendidikan adalah setiap usaha yang

ditujukan untuk mendidik dan membangun semua aspek

kehidupan manusia, baik aspek moral, emosional dan lain

sebagainya. (Hamm, 2012),

sehingga penentu

keberhasilan pendidikan tidak hanya salah satu aspek

kepribadian siswa saja.

Dengan demikian pendidikan dapat didefinisikan

sebagai usaha yang dilakukan agar terjadi keseimbangan

kepribadian pada semua aspek hidup manusia. Hal yang

Page 18: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

2

berkaitan dengan keberhasilan pendidikan adalah tujuan

akhir (goal) pendidikan.

Tujuan akhir (goal) pendidikan seperti dinyatakan

oleh Badhshah et.al (2011) adalah agar terjadi

keseimbangan antara perkembangan fisik dan mental

manusia. (Badhshah et.al., 2011). Ini berarti, kedua aspek

yang dimiliki manusia yaitu aspek fisik dan mental harus

dikembangkan secara seimbang (balance), karena baik

aspek fisik maupun mental mempunyai peranan yang

sama dalam membentuk sikap seseorang.

Banyak faktor yang dapat menentukan keberhasilan

pendidikan, salah satunya adalah kedisiplinan siswa yang

diterapkan lembaga pendidikan, dimana guru merupakan

salah satu yang menjadi pelaksana dan melakukan kontrol

atau pengawas dalam penerapan kedisiplinan di lembaga

pendidikan.

Agbenyega (2006) menyatakan, guru sebagai

pendidik, mempunyai kewajiban membimbing siswa atas

dasar norma-norma yang berlaku, baik norma agama,

adat, hukum dan kebiasaan-kebiasaan lain. Untuk hal

tersebut maka siswa perlu ada yang mengontrol, karena

proses belajar mengajar tidak akan efektif jika tidak ada

yang mengontrol (Agbenyega, 2006).

Bentuk kontrol yang dilakukan sekolah terhadap

siswa dapat dilihat melalui sikap kedisiplinan. Melalui

sikap disiplin prestasi belajar siswa dapat meningkat,

karena melalui sikap disiplin siswa, maka tercipta suasana

belajar yang kondusif. Disiplin siswa dapat dilihat melalui

ketaatan siswa dalam melaksanakan disiplin sekolah.

Disiplin sekolah didefinisikan oleh Kilimci sebagai

semua kebijakan sekolah untuk mencegah siswa

Page 19: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

3

melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang telah

ditentukan (Kilimci,S., 2009).

Penerapan disiplin yang efektif terhadap seluruh

siswa dapat menciptakan lingkungan belajar yang

produktif. Dengan adanya lingkungan belajar yang

produktif dan kondusif, dapat tercipta prestasi belajar

yang tinggi.

Hal yang sebaliknya jika siswa tidak disiplin.

Dampak dari sikap siswa yang tidak disiplin menurut

Nakpodia adalah guru menjadi gelisah dan tidak tenang

pada saat mengajar (Nakpodia, 2010).

Hal ini disebabkan karena sikap siswa yang tidak

disiplin dapat mengganggu aktivitas belajar mengajar,

sehingga tujuan pembelajaran menjadi tidak tercapai.

Penerapan disiplin di sekolah bertujuan agar siswa dapat

menaati peraturan yang telah ditentukan, sehingga

prestasi belajar menjadi baik.

Jika berbicara masalah disiplin, maka akan selalu

berdampingan dengan pemberian sanksi, karena sikap

disiplin dapat diciptakan melalui pemberian sanksi,

seperti dinyatakan oleh Hurlock bahwa konsep umum

dari disiplin adalah sama dengan sanksi (Hurlock,1978).

Selanjutnya Nakpodia menyatakan, untuk mencegah

terjadinya sikap siswa yang tidak disiplin, perlu adanya

sanksi, sehingga pendekatan yang dapat dilakukan untuk

menciptakan sikap disiplin adalah dengan sanksi fisik,

skorsing dan pengusiran siswa dari dalam kelas

(Nakpodia, 2010).

Namun Arif, et.al., (2007) tidak setuju dengan adanya

pemberian sanksi fisik kepada siswa, karena

Page 20: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

4

bagaimanapun sanksi fisik dapat memberikan dampak

negatif terhadap siswa, bahkan siswa di Pakistan merasa

takut datang ke sekolah karena adanya sanksi fisik

(Arif,et.al., 2007)

Dengan demikian, pemberian sanksi menurut

pernyataan tersebut dapat memberikan dampak negative

terhadap siswa. Namun menurut Ormond pemberian

sanksi dalam proses pembelajaran dianggap penting,

karena belajar merupakan proses perubahan tingkah laku

dan sanksi dapat merangsang stimulus siswa dalam

berprilaku (Ormond, 2008).

Hal ini sesuai dengan pernyataan Mut}t}aha>ri (1920-

1979) yang menyatakan, pemberian sanksi bukan

merupakan faktor pendorong pengembangan potensi anak.

Namun sanksi tetap diperlukan untuk mencegah sikap

vandalisme ( Mut}t}aha>ri, 2003). Sanksi dengan kadar yang

sesuai diperlukan untuk menekan kecenderungan

membandel atau vandalisme.

Hal yang sama juga dinyatakan oleh al- Fawzan.

Ibnu Khaldun (1332 -1406) seperti dinyatakan oleh al-

Fawzan, menolak pemberian sanksi kepada siswa karena

dianggap berbahaya, dapat merusak moral dan

mempengaruhi karakternya, serta berdampak pada

perilaku peserta didik yang tidak diinginkan, namun

pemberian sanksi fisik diperbolehkan asalkan untuk

memodifikasi perilaku tertentu dan sebagai sarana untuk

mencegah siswa melakukan kesalahan (al- Fawzan,2007).

Latif menyatakan, pada dasarnya Ibnu Sina (980-

1037) tidak berkenan menggunakan sanksi dalam

kegiatan pengajaran. Hal ini didasarkan pada sikapnya

yang sangat menghargai martabat manusia. Namun dalam

Page 21: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

5

keadaan terpaksa sanksi dapat dilakukan dengan cara

yang amat hati-hati dan Ibnu Sina sangat membatasi

dalam pelaksanaan sanksi (sanksi). Hal ini

mengindikasikan, pemberian sanksi untuk menciptakan

kedisiplinan pendidikan dalam perspektif Islam

diperbolehkan (Latif,A., 2014).

Dengan demikian, menurut Mut}t}aha>ri, Ibnu

Khaldun, dan Ibn Sina, meskipun sanksi dapat

memberikan dampak negatif, namun sanksi tetap dapat

diberikan dengan kadar tertentu dan untuk mencapai

tujuan pendidikan. Hal ini berarti, dalam pendidikan

sanksi tetap perlu dilaksanakan.

Terlepas dari dampak negatif yang ditimbulkannya,

pemberian sanksi tetap diperlukan dengan beberapa

alasan, yaitu : sanksi diberikan setelah semua cara lain

yang digunakan tidak mampu merubah perilaku buruk

siswa, pemberian sanksi harus hati-hati, karena jika tidak,

dapat mempengaruhi jiwa dan kepribadian siswa dan

pemberian sanksi disesuaikan dengan pelanggaran yang

dilakukan.

Pemberian sanksi dalam menegakkan disiplin

pendidikan terkait dengan keadaan manusia, baik dari

aspek psikologis, sosiologis maupun agama Islam. Secara

psikologis, manusia pada dasarnya merupakan individu

yang terdiri dari beberapa dimensi dan unsur penyusun

dalam dirinya.

Manusia seperti yang dinyatakan oleh Hagin terdiri

dari 3 dimensi, yaitu dimensi roh, dimensi jiwa dan

dimensi raga. Dimensi roh berkaitan dengan alam roh,

yaitu bagian dari manusia yang mengenal Allah, dimensi

jiwa, berkaitan dengan alam mental, intelek, kepekaan

Page 22: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

6

dan kemauan manusia dan dimensi raga, berkaitan dengan

dunia fisik (Hagin, 1995)

Dengan demikian, dalam diri manusia selain memiliki

raga juga memiliki jiwa dan roh. Ketiga unsur tersebut

harus dikembangkan secara seimbang. Keseimbangan

yang terjadi pada semua unsur manusia tersebut

menyebabkan manusia bisa menjadi manusia yang

seutuhnya.

Menurut Sigmund Freud (1856–1939) sebagaimana

dinyatakan oleh Liang, manusia jika ditinjau secara

psikologis, terdiri dari tiga unsur penyusun, yaitu : Id, ego

dan superego. (Liang,Y., 2011). Selanjutnya Ahmed

menyatakan, Id merupakan aktivitas dari otak bawah

sadar (unconscious) dan mendominasi dari aspek lainnya,

ego merupakan otak sadar (conscious) dan superego

merupakan otak prasadar (preconscious) (Ahmed,S.,

2012).

Allah memperingatkan manusia tentang adanya

pahala Sesuai dengan QS An Nahl (16) : 97. dan Allah

juga akan memberikan azab Sesuai dengan QS An Nahl

(16) : 97 bagi setiap perbuatan salah. Keadaan ini

menunjukkan bahwa manusia memerlukan batasan atas

apa yang dilakukannya.

Dengan demikian, manusia bukanlah makhluk dengan

kebebasan yang tak terbatas. Adanya sanksi dalam

rangka menyentuh aspek ego dan superego yang terdapat

dalam diri manusia.

Dari uraian yang telah dipaparkan, jelas terlihat

bahwa disiplin dalam pendidikan baik secara umum

maupun perspektif agama penting untuk dilaksanakan

demi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa meskipun

Page 23: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

7

pelaksanaan kediplinan selalu berdampingan dengan

pemberian sanksi.

Berdasarkan pemaparan yang dituliskan, maka

penulis ingin menyatakan, bahwa prestasi belajar dapat

tercapai melalui pemaksaan dan secara sederhana dapat

dinyatakan bahwa pendidikan adalah pemaksaan.

Pemaksaan dalam pendidikan dengan bentuk-bentuk

manusiawi bukanlah merupakan sebuah pelanggaran

terhadap hak asasi manusia, karena pada dasarnya,

manusia terdiri dari dua sisi dalam dirinya, yaitu sisi baik

dan sisi buruk. Adanya pemaksaan dalam pendidikan

dalam rangka membangun aspek atau sisi baik manusia.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Shariati (1933-

1977), dalam pandangan Islam, manusia pada dasarnya

terdiri dari dua unsur penyusun yang berbeda pada saat

diciptakan (Shari’ati, 1986).

Kedua unsur yang terdapat dalam diri manusia

tersebut adalah ruh tuhan Pernyataan ini terdapat dalam

QS Al Hijr(15) : 29 dan tanah liat yang hitam dan kotor

(s}als}a>l ka al fakhkha>r = lumpur) (Pernyataan ini terdapat

dalam QS Al-Rahman(55):14).

Makna simbolis dari keadaan ini adalah, karena

manusia diciptakan tuhan dari dua unsur yang berbeda,

menyebabkan timbulnya sikap manusia yang berbeda

pula, sehingga manusia merupakan makhluk yang perlu

diarahkan untuk berbuat baik.

Demikian juga menurut Mut}t{aha>ri (1920-1979),

manusia pada dasarnya mempunyai dua sisi dalam

dirinya, yaitu sisi terang dan sisi gelap, sehingga manusia

mempunyai potensi untuk menjadi baik dan menjadi jahat

Page 24: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

8

secara bersamaan. (Mut}t{aha>ri,1986). Dengan demikian,

fungsi dari sanksi dalam hal ini untuk mencegah manusia

berbuat jahat.

Penelitian dan pernyataan yang telah penulis

paparkan bertentangan dengan teori yang dikemukakan

oleh Carmelo Tropiano, yang menyatakan bahwa

pendidikan adalah proses pembebasan. dan adanya

penekanan dalam pembelajaran merupakan bentuk

penindasan pada siswa.

Penelitian ini sesuai dengan teori pedagogi

behaviorisme yang dinyatakan oleh John B. Watson

(1879–1958). Ellias menyatakan, dalam pembelajaran

menurut teori behaviorisme, adanya kontrol yang sangat

kuat terhadap tujuan, materi, lingkungan dan pegukuran

hasil belajar (Ellias,J.L., 1994)

Teori ini banyak dikritik dan dianggap sebagai

pedagogi penindasan, karena proses pembelajaran ini

merupakan model pembelajaran yang tidak menghargai

kondisi anak, keinginan anak dan minat dari pembelajar.

Pedagogi ini menurut para tokoh humanis secara

psikologis menindas siswa, karena menghambat

kreativitas dan pengembangan potensi anak.

Teori yang dikemukakan Carmelo Tropiano tidak

sesuai dengan model pembelajaran behaviorisme yang

pertama kali dikemukakan oleh John Broudus Watson

(1878-1958), dan pernyataan Amy Chua (2011)

Amy Chua menyatakan, pendidikan harus dilakukan

dengan cara pemaksaan agar dihasilkan anak-anak yang

sukses (Chua, 2011)

Page 25: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

9

Pemaksaan pendidikan dilakukan Amy Chua

terhadap kedua anaknya. Meskipun kedua anak Amy

Chua mempunyai karakter dan kemampuan yang berbeda,

keduanya sama-sama dapat meraih prestasi tinggi berkat

adanya pendidikan dengan cara pemaksaan.

B. Tujuan Penulisan Buku

Buku ini ditulis dengan tujuan untuk memaparkan

bahwa pada dasarnya keberhasilan pendidikan dapat

dicapai melalui penerapan disiplin. Meskipun ketika

penerapan disiplin akan selalu berdampingan dengan

pemberian sanksi.

Pemberian sanksi menurut beberapa ahli dalam

pendidikan dapat memberikan dampak buruk bagi siswa,

namun dalam perspektif Islam, pemberian sanksi dalam

pendidikan selama masih bersifat manusiawi dan tidak

menimbulkan penyiksaan, perlu untuk dilakukan.

Page 26: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

10

Page 27: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

11

BAB II

PEMAKSAAN DALAM PENDIDIKAN

A. Pemaksaan dan Pembebasan Pendidikan Dalam

Perspektif Islam

Rasyid menyatakan, Islam merupakan agama rahmat li al-’a>lami<n, yaitu agama yang menjadi pegangan hidup

manusia dan merahmati seluruh alam (Rasyid, 2016).

Dalam ajaran Islam terdapat pranata sosial, politik,

ekonomi, budaya dan pendidikan. Pernyataan ini sesuai

dengan QS Saba’ (34) : 28.

Islam melarang praktik-praktik penindasan dan

ketidakadilan. Islam juga memberi ruang bagi terciptanya

kebebasan kepada manusia, sehingga Islam disebut

sebagai agama pembebas kaum mustad}’afi>n. Pernyataan

ini sesuai dengan surah Al-Qashas (28) : 5

Menurut Evirianti, kebebasan merupakan hak asasi

manusia dan setiap orang berhak untuk mendapatkan dan

mempertahankan hak asasi yang diinginkannya, namun

hak asasi manusia dalam Islam bukanlah produk historis

yang muncul dari ideologi manusia, tetapi hak asasi

manusia dalam perspektif Islam merupakan sebuah

Page 28: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

12

konsep yang memiliki dimensi teologis dan akan

bertanggung jawab kepada Tuhan (Evirianti, 2018).

Al-Maududi menyatakan, Kebebasan manusia

merupakan hak yang diberikan Allah pada tiap individu,

sehingga manusia sebagai makhluk individu memiliki hak

untuk memperoleh kebebasan (Al-Maududi, 1980).

Kedua pernyataan tersebut diperkuat oleh Firman

Allah dalam QS Al Shams (91), ayat 7-10 yang

menyatakan bahwa dalam pemahaman dari al-Qur’an,

manusia sejak awal penciptaannya diberikan kemampuan

untuk menentukan pilihan dan manusia juga merupakan

makhluk yang bertanggung jawab. Allah juga tidak

memaksakan kehendakNya kepada manusia, manusia

diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, namun Allah

memberitahukan tentang akibat dari tiap perbuatan yang

dilakukan manusia. Pernyataan ini sesuai dengan QS al-

Baqarah (2) : 256.

Kaseem menyatakan, dalam pandangan Islam, sejak

awal penciptaannya, manusia diberi kemampuan untuk

membedakan antara yang benar dengan yang salah dan

memilih antara yang bersih dan kotor (Kaseem, A

S.2012). Hal senada juga dinyatakan oleh Bishop yang

menyatakan bahwa kebebasan merupakan sesuatu yang

melekat sejak manusia dilahirkan. (Bishop, PS, 2007)

Namun menurut Carl Roger (1902-1987), setiap

orang mempunyai kebutuhan akan anggapan positif, yaitu

anggapan yang bernilai bagi dirinya sendiri. Carl Roger

juga menyatakan bahwa konsep diri manusia bersifat

tersirat dan terpadu, dalam diri manusia terdiri dari apa

yang diinginkan, dicita-citakan atau apa yang seharusnya

dianggap demikian.

Page 29: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

13

Selanjutnya Shari’ati (1933–1977) juga

mendefinisikan bahwa manusia adalah makhluk berfikir,

memiliki kehendak bebas, makhluk kreatif, mempunyai

cita-cita, merindukan sesuatu yang ideal dan merupakan

makhluk moral (Shariati, 2017 dan Shariati, 1980).

Dengan demikian, pada fitrahnya manusia adalah

mahkluk bebas dan berhak mendapatkan kebebasan,

karena manusia memiliki berbagai macam potensi positif

dalam dirinya, namun dalam perspektif Islam kebebasan

manusia bukanlah kebebasan tanpa batas, tetapi

kebebasan yang harus mempertanggung jawabkan atas

apa yang dilakukannya.

Imarah menyatakan, dalam pandangan Islam,

kebebasan manusia merupakan hal yang sangat penting,

karena hanya dengan kebebasan, manusia dapat

mempunyai arti dalam hidupnya (‘Imarah, 1990), namun

menurut Madani, kebebasan dalam agama Islam, ibarat

kekang yang diberikan pada kuda yang sedang berlari,

tidak ada ayat dalam Al-Qur’an yang benar-benar

menyatakan tentang kebebasan pada manusia, kecuali

ayat yang berhubungan dengan kebebasan pada

perbudakan. Ini berarti, dalam agama, Islam kebebasan

selalu dikaitkan dengan keadilan (Madani, 2011). Dengan

demikian kebebasan menurut Madani merupakan

kemampuan seseorang dalam melakukan pengendalian

diri.

Pernyataan Madani ini dapat diartikan bahwa Allah

memberikan kebebasan kepada manusia, namun Allah

mewajibkan umat manusia untuk dapat melakukan

pengendalian ini. Hal ini disebabkan kebebasan manusia

dalam Islam tidak hanya untuk kepentingan kemanusiaan,

tetapi juga bernuansa teosentris, sebagai bentuk

Page 30: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

14

pertanggungjawaban dan pengendalian diri. Oleh karena

itu dalam perspektif Islam, mengingat kondisi yang

terdapat dalam diri manusia, maka untuk berbuat baik,

manusia memang perlu dipaksa, demikian juga dalam

pendidikan.

Pemaksaan dalam pendidikan bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa baik dari segi kognitif,

afektif maupun psikomotorik dan pemaksaan dalam

pendidikan juga bertujuan untuk memperbaiki karakter

siswa.

Al-Ghazali menyatakan, dalam pendidikan,

pengetahuan dimanfaatkan dengan tujuan untuk menjaga

keseimbangan alam semesta ini dengan melestarikan

kehidupan manusia dan alam sekitarnya, juga sekaligus

sebagai sebuah aplikasi dari tugas penciptaan manusia di

muka bumi (Al-Ghazali, 2014).

Menurut Rayan, Pendidikan Islam berdasarkan

konsep dasar manusia sebagai individu, masyarakat dan

dunia. Dalam pendidikan Islam, hubungan diantara

semuanya terjadi secara seimbang dan harmonis dan

untuk hal tersebut perlu adanya aturan agar tercipta

kehidupan yang harmonis (Rayan, 2012).

Azra menyatakan, manusia dalam pandangan Islam

adalah makhluk rasional dan sekaligus mempunyai hawa

nafsu kebinatangan, sehingga manusia bisa menjadi

pribadi yang dekat dengan Tuhan, tetapi jika manusia

tidak mampu mengendalikan nafsu kebinatangannya bisa

menjadi makhluk yang paling hina (Azra, 2012).

Seperti telah dinyatakan sebelumnya, pada prinsipnya

dalam pandangan agama Islam, manusia adalah makhluk

bebas, namun kebebasan manusia bukanlah kebebasan

Page 31: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

15

tanpa batas, tetapi kebebasan yang tetap pada kendali

yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Hal ini

mengindikasikan, dalam pendidikan Islam, manusia

tidaklah diberi kebebasan tanpa batasan, tetapi kebebasan

yang perlu dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu

adanya pembatasan terhadap kebebasan, agar manusia

terhindar dari perbuatan jahat. Salah satu cara membatasi

kebebasan melalui pemaksaan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Anderson bahwa

ada dua pendekatan yang digunakan dalam pemaksaan,

yaitu pemaksaan sebagai penekanan terhadap kemauan

dan pemaksaan (sanksi) sebagai penegakan (Anderson,

2010).

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Suseno, pada

prinsipnya ada tiga cara membatasi kebebasan manusia,

yaitu melalui pemaksaan atau pemerkosaan fisik, melalui

tekanan atau manipulasi fisik dan melalui pewajiban dan

larangan (Suseno, 1998)

Dari pemaparan yang telah disampaikan, dapat

dimaknai bahwa salah satu cara pembatasan pembebasan

adalah melalui pemaksaan, sehingga pendidikan bukan

merupakan pembebasan tetapi pemaksaan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Durkheim seperti dinyatakan oleh

Hoenish bahwa pendidikan merupakan gambaran dan

refleksi dari masyarakat. Pendidikan bisa terjadi melalui

perubahan sosial pada masyarakat dan perubahan sosial

bisa terjadi melalui pemaksaan (Hoenish, 2005).

Pemaksaan dalam pendidikan menurut Osipian

merupakan alat yang digunakan untuk mengontrol siswa

(Osipian, AL, 2008). Namun Nelson mempunyai

pandingan berbeda, Nelson mendefinisikan pendidikan

Page 32: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

16

sebagai aktivitas yang dilakukan untuk pengembangan

dan kebebasan akademik (Nelson, J.L. 2003) hal ini sesuai

dengan Tropiano yang menyatakan, pendidikan

merupakan pembebasan.

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Kadenyi dan

Kariuki yang menyatakan, pendidikan harus

membebaskan manusia dari situasi yang membelenggu

dan menghambat pengembangan dirinya (Kadenyi dan

Kariuki, 2011)

Senada dengan hal tersebut, Arnold Dodge juga

menyatakan, dalam proses pembelajaran siswa harus

diberikan kebebasan. Hal yang sama juga dinyatakan oleh

Osman bahwa pendidikan merupakan akivitas

membebaskan. Pendidikan yang membebaskan menurut

Osman, dibutuhkan agar siswa menjadi manusia

seutuhnya yang memungkinkan siswa menjadi kritis,

mampu bertindak dan mengubah keadaan (Dodge, 2009).

Pendidikan yang membebaskan dicirikan dengan guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir

secara kritis dan mendorong siswa menjadi kreatif,

sehingga siswa tumbuh menjadi individu yang

bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan pendapat Pring.

Ciri-ciri pendidikan membebaskan seperti yang

dinyatakan oleh Pring adalah: mengembangkan

kecerdasan untuk meningkatkan daya pemikiran dan

pemahaman, perkembangan intelektual tidak hanya

didasarkan pada pengetahuan praktis, tetapi juga filosofis,

siswa belajar didasarkan pada ketertarikan dan siswa

mempunyai tanggung jawab dalam belajar (Pring,2005).

Pembebasan pendidikan menurut Hruby merupakan

sebuah model pendidikan yang masing-masing orang

Page 33: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

17

diberi kebebasan menentukan tujuan pembelajarannya

sesuai dengan kemuannya sendiri (Hruby, 2008)

Pembebasan pendidikan menurut Ohan merupakan

pendidikan yang memberikan dampak kebebasaan kepada

seseorang untuk melakukan keinginannya(Ohan, 2012)

Hal ini tidak sesuai dengan pembebasan pendidikan

menurut agama Islam. Pembebasan pendidikan dalam

perspekif Islam adalah pendidikan yang sesuai dengan

tujuan pendidikan dalam Islam.

B. Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang

dapat memberi kemampuan seseorang untuk menjalani

hidupnya sesuai dengan visi agama Islam, yaitu hanya

menyembah Allah.(Sesuai dengan QS Az-zariyat :56)

Ja>bir, Ali menyatakan bahwa tujuan pendidikan

dalam Islam terdiri dari empat tingkatan, pertama, tujuan

pada tingkat penghambaan manusia pada Allah SWT,

kedua: pada tingkat individu, untuk menciptakan karakter

Islam, ketiga: Pembangunan komunitas muslim atau

nation-building dan keempat: tujuan yang berkisar

mencapai manfaat agama dan sekuler ‘Ali. Ja>bir.

Muhammad Bn Sa>lim (2006).

Hal ini mengindikasikan bahwa tujuan akhir

pendidikan dalam Islam menyangkut seluruh aspek hidup

manusia, baik berupa hubungan antara manusia dengan

sang Kha>liq (Allah SWT) maupun hubungan manusia

dengan sesamanya.

Page 34: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

18

Menurut Al-Atas, pendidikan adalah proses

menanamkan sesuatu ke dalam diri sesorang, dengan

tujuan akhir menjadi manusia sempurna (insān kāmil). Insān kāmil, bisa diartikan sebagai manusia yang

mengabdikan diri hanya beribadah kepada Allah. (Al-

Atas, 2014). Hal ini sesuai dengan tujuan Allah

menciptakan makhlukNya. Pernyataan ini sesuai dengan

QS Al-Dzariya>t (51) :56 Mut}t}aha>ri (1920-1979) mendefinisikan insān kāmil

sebagai insan yang memiliki keseimbangan seluruh nilai-

nilai insaninya. Hal ini berarti, insān kāmil bukanlah

manusia taat, saleh, bijaksana dan penuh kasih. Insān kāmil adalah manusia yang semua nilai-nilai

kemanusiaannya tumbuh dan berkembang secara harmoni

dan seimbang. (Mut}t}aha>ri, M., 2014 dan 1978)

Dengan demikian, pendidikan dalam perspektif Islam

dapat didefinisikan sebagai usaha sadar manusia dengan

tujuan mengembangkan seluruh potensi dasar manusia,

agar tercipta hubungan yang baik antara manusia dengan

Sang Kha>liq (h}abl min Allah) dan manusia dengan

sesamanya (h}abl min al-na>s).

Pendidikan yang membebaskan bukanlah pendidikan

dengan memberikan kebebasan sepenuhnya kepada siswa,

tetapi pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan

yang mendorong siswa untuk mendekati Allah dan

mampu mengembangkan semua potensi yang dimilikinya.

Tujuan dari pembebasan pendidikan menurut A.

Storss dan Inderbitzin adalah untuk menolong siswa agar

tumbuh menjadi individu yang dengan sengaja dalam

melakukan pembelajaran, kehidupan dan menjadi individu

yang bertanggung jawab (Stross, A., 2006).

Page 35: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

19

Berdasarkan uraian tersebut, pada prinsipnya

pendidikan merupakan proses pembebasan, namun

terdapat perbedaan dalam memberikan arti kebebasan.

Sebagian berpendapat bahwa pendidikan dengan

pembebasan adalah pendidikan dimana para peserta didik

diberikan kebebasan dalam menentukan berlangsungnya

proses pendidikan.

Tetapi sebagian lain berpendapat, pendidikan

pembebasan adalah pendidikan dengan memberikan

kesempatan kebebasan kepada siswa untuk

mengembangkan potensi yang dimilikinya agar menjadi

manusia yang bertanggung jawab.

Badhsah dan lain-lain menyatakan, sistem pendidikan

menurut Islam bersifat fleksibel dan dinamis (Badhsah,

2011) sedangkan proses pembelajaran pembebasan

menurut Osman adalah proses pembelajaran dengan

membawa situasi belajar disesuaikan dengan kebudayaan,

kemampuaan belajar siswa dan mengubah kurikulum yang

digunakan merupakan jantung dari pembebasan

pendidikan (Osman, 2013)

Pembebasan pendidikan dalam penelitian ini

bukanlah pendidikan yang memberi kebebasan kepada

siswa dalam menentukan aktivitas proses belajar

mengajar sesuai dengan kemauannya sendiri, tetapi

pembebasan pendidikan adalah pendidikan yang berusaha

mengembangkan potensi yang dimiliki manusia, dengan

memberikan kebebasan dalam berfikir, berkehendak dan

berbuat agar siswa menjadi individu yang bertanggung

jawab, dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan

kemuliaan sehingga siswa tumbuh menjadi manusia yang

bertanggung jawab dan mampu mendekati Tuhan.

Page 36: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

20

C. Pendidikan Humanistik Dan Pendidikan

Behavioristik.

1. Pendidikan Humanistik Dalam Berbagai Perspektif.

Lamont menyatakan, humanisme merupakan sarana

manusia untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Shari’ati (1933–

1977), humanisme merupakan aliran filsafat yang

mempunyai tujuan pokok untuk keselamatan dan

kesempurnaan manusia, sehingga humanisme merupakan

ungkapan sekumpulan nilai ilahiyah yang ada dalam diri

manusia (Lamont, 1997)

Humanisme dalam pandangan Sartre (1905-1980),

manusia menjadi penentu terhadap dirinya, tidak ada

legislator kecuali manusia sendiri, manusialah yang harus

memutuskan untuk dirinya sendiri (Satre, 1948)

Pernyataan Shariati dan Satre meskipun keduanya

mengatas namakan kemanusiaan, tetapi mempunyai dua

sudut pandang yang berbeda. Menurut Shariati dalam

humanisme ada nilai-nilai ketuhanan, sedangkan menurut

Satre justru dalam humanisme tidak ada nilai-nilai

ketuhanan.

Pada dasarnya pendidikan humanistik adalah

pendidikan yang mengutamakan hak-hak asasi manusia.

Aslan dan Kepenecki menyatakan, pendidikan hak asasi

manusia dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang

ditawarkan dalam rangka untuk menggugah kesadaran

untuk kognisi, perlindungan, pemanfaatan dan

peningkatan hak asasi manusia oleh siswa dalam suasana

pendidikan formal (Aslan dan Kepenecki, 2008).

Page 37: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

21

Pendidikan yang selama ini terjadi menurut Rowan,

dapat menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan

bagi siswa, karena siswa dipaksa untuk melakukan

pembelajaran sesuai dengan yang telah ditentukan. Pada

pendidikan humanistik siswa yang menentukan proses

pembelajaran dan pendidik hanya sebagai fasilitator

saja(Rowan, 2005).

Prabhavanty dan Mahalaksmi menyatakan, dalam

proses pembelajaran humanistik, guru berfungsi sebagai

fasilitator (Prabhavanty dan Mahalaksmi, 2012). Hal yang

sama juga dinyatakan oleh Henson. Dalam pembelajaran

humanistik, pembelajaran berpusat pada siswa, siswa

terlibat dalam program pembelajaran (Henson, 2003).

Dengan demikian, dalam pembelajaran humanistik

guru bukanlah satu-satunya sumber pengetahuan bagi

siswa, sehingga siswa dianggap sebagai botol kosong

yang siap diisi oleh pengetahuan yang dimiliki guru.

Dalam pembelajaran humanistik, siswa diberikan

kesempatan untuk mengembangkan potensi yang

dimilikinya dan dalam proses pembelajaran, guru hanya

sebagai fasilitator.

Knight menyatakan, Prinsip-prinsip pembelajaran

humanistik mencakup keterpusatan pada anak, peran guru

yang tidak otoritatif, pemfokusan pada subjek didik yang

terlibat aktif, dan sisi-sisi pendidikan yang kooperatif dan

demokratif (Knight, 2004).

Selanjutnya Chen dan Schmidtke menyatakan

pembelajaran dengan pendekatan humanis biasanya

terlihat dalam hal: metode pengajaran, lingkungan belajar,

dan cara instruktur memberi siswa kebebasan dan

menggunakan kerja tim atau pembelajaran proyek

Page 38: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

22

(Chen,P and Schmidtke, 2017)

Pendekatan yang digunakan dalam pendidikan

humanis menurut Nata adalah pendekatan individualistis,

yaitu pendekatan yang menyatakan bahwa setiap manusia

memiliki bakat dan kecenderungan, oleh karena itu

mereka harus diberi kebebasan sebebas-bebasnya tanpa

ada tekanan dan paksaan dari luar (Nata, 2009)

Teknik pendekatan individual menurut Gaza,

merupakan pendekatan yang bersifat personal dengan

menitikberatkan perlakuan pada satu orang siswa.

Pendekatan ini lebih menekankan pada pendekatan

komunikasi verbal, dan pendekatan ini akan sangat efektif

jika dilakukan guru secara kontinu dan tetap berpaku pada

perilaku yang akan dibentuk (Gaza, M.,2011)

Pendekatan humanistik merupakan pendekatan

dengan teori pembelajaran konstruktivisme, yaitu proses

pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada

siswa untuk membangun materi yang telah dipelajari

dengan pengalaman yang dimilikinya.

Slavin mendefinisikan teori konstruktivisme sebagai

teori dimana peserta didik secara individual menemukan

dan mentransformasikan informasi yang kompleks,

memeriksakan informasi yang baru terhadap aturan yang

lama dan merevisinya jika aturan tersebut sudah tidak lagi

bekerja (Slavin, 1994).

Dengan demikian, dalam pembelajaran ini siswa

tidak hanya sebagai penerima pengetahuan, tetapi juga

diberikan kebebasan untuk mengembangkan kemampuan

yang dimilikinya.

Dalam pembelajaran konstruktivisme menurut

Page 39: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

23

Henson, siswa harus membangun pemahanam yang

diperoleh melalui pembelajaran ke dalam pengalamannya

sendiri (Henson, 2003)

Weegar and Pacis menyatakan bahwa menurut teori

belajar konstruktivisme, anak-anak dapat

mengembangkan pengetahuan melalui partisipasi aktif

dalam pembelajaran. Hal ini membuat siswa menjadi aktif

dalam proses belajar mengajar tersebut(Weegar dan

Pacis., 2012).

Pembelajaran konstruktivisme berbeda dengan

pembelajaran tradisional. Dahar menyatakan, dalam

pembelajaran tradisional, untuk menjadikan murid tahu

tentang apa yang kita ketahui dengan memindahkan

pengetahuan secara utuh dari fikiran guru ke murid,

sedangkan dalam pembelajaran konstruktivisme, pengetahuan dibangun dalam fikiran murid (Dahar, 2006).

Pembelajaran konstruktivisme juga berbeda dengan

pembelajaran behaviorisme atau pendekatan prilaku.

Pendekatan prilaku belajar konstruktivisme menurut

Psunder, pemberian sanksi sebagian besar dihindari

karena konsekuensinya hampir tidak dapat diprediksi.

Siswa aktif dalam proses belajar mengajar yang aktif,

pembangunan pengetahuan berasal dari learning by doing.

Larochelle et.al. menyatakan, guru dalam

pembelajaran pada teori konstruktivisme berhasil

merubah kebiasaan siswa dan siswa merekonstruksikan

beberapa alternatif keadaan. Guru mengajarkan kepada

siswa beberapa konteks, kemudian fikiran siswa dan guru

didistribusikan dalam tindakan dan siswa diberi

kebebasan dalam merekonstruksikan kembali. Dalam

pembelajaran ini, hal yang terpenting bukan hanya

Page 40: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

24

pengetahuan, tetapi juga kemampuan siswa menciptakan

beberapa kemungkinan dari materi yang disampaikan

guru. (Larochelle, et.al., 1998).

Pembelajaran menurut teori konstruktivisme, siswa

diajak untuk berfikir secara kreatif sehingga siswa tidak

hanya secara pasif menerima pengetahuan yang diberikan

oleh guru.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan, yang

dimaksud dengan pendidikan humanistik dalam penelitian

ini adalah pendidikan yang memanusiakan manusia

dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki

manusia dan untuk menjadikannya manusia yang

sempurna.

Sampai saat ini, menurut Shari’ati, ada empat

pemikiran penting, yang meskipun bertentangan satu

sama lain, namun mengklaim sebagai pemilik humanisme,

yaitu 1. Liberalisme barat 2. Marxisme, 3.

Eksistensialisme dan 4. Agama. Ali Shari’ati, Marxism and Other Western Fallacies (Shariati, 2014).

Keempat pemikiran tersebut mengklaim pemikiran

mereka sebagai pemikiran humanistik, karena semua

pemikiran tersebut didasarkan pada kebebasan manusia.

2. Pendidikan Humanistik Dalam Perspektif Liberalisme,

Eksitensialisme, Marxisme dan Dalam Perspektif

Agama Islam.

Faham humanistik memandang, pendidikan sebagai

proses memanusiakan manusia. Pendidikan idealnya harus

membantu peserta didik tumbuh dan berkembang menjadi

pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan

berpengaruh di dalam masyarakatnya, bertanggung jawab,

Page 41: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

25

bersifat proaktif dan kooperatif.

Melihat realitas tersebut, maka sudah selayaknyalah

pendidikan dikembalikan pada hakikat sesungguhnya,

yaitu proses memanusiakan manusia dan merubah

paradigma pendidikan yang memandang peserta didik

sebagai objek.

Berikut dibahas pendidikan humanistik berdasarkan

pandangan beberapa faham, yaitu aliran pendidikan

humanistik menurut faham liberal, faham marxis, faham

ekstensialis dan faham agama Islam.

a. Pendidikan Humanistik Menurut Faham Liberal

Humanisme liberal menurut Deshmukh, lahir dari ide

sekelompok filsafat dan politik yang menegaskan,

kebebasan dan kemandirian merupakan subyek diri

individu, sehingga dia mengasumsikan, pada dasarnya

manusia adalah bebas dan semua yang dilakukan manusia

didasarkan pada pengalamannya (Deshmukh, 2011)

Menurut Lynch, pada masyarakat Liberal, pendidikan

merupakan komoditas pasar, sehingga sekolah dikelola

murni sebagai bisnis (Lynch, 2006). Menurut Guttman

untuk mendapatkan pendidikan terbaik, maka teori

pendidikan liberal dan konservative harus diterapkan

(Guttman, 1998)

Kebebasan menurut Nelson untuk menguji dan

melakukan kritik merupakan bagian yang paling penting

bagi budaya demokrasi, sehingga tujuan utama

pendidikan adalah kebebasan akademik (Nelson, 2003).

Oleh karena itu menurut Parker, sekolah sebaiknya

menggunakan sistem demokrasi deliberative dengan

alasan, mempunyai missi yang jelas dan mempunyai

Page 42: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

26

kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan

bahwa pendidikan humanistik menurut faham liberal,

merupakan pendidikan dimana anak didik dijadikan

komoditas pasar, sehingga pendidikan dikelola secara

bisnis. Tujuan pendidikan dalam faham ini lebih kepada

keuntungan semata dan manajemen yang digunakan juga

manajemen perusahaan.

b. Pendidikan Humanistik Menurut Faham Marxis (1818

– 1883)

Manusia dalam Marxisme menurut Shariati (1933–

1977), dalam Marxism and Other Western Fallacies,

merupakan makhluk terbelenggu dan terikat syarat. Max

menolak kapitalisme yang menjadikan manusia bebas

tanpa syarat, mengingkari kelas, pemerintahan dan

menolak milik pribadi (Shariati,2014).

Menurut Hambali dan Aisah dalam Eksistensi

Manusia dalam filsafat Pendidikan menurut konsep Marx

(1818–1883) manusia hendaknya merdeka, manusia harus

bebas dari (free from) dan bebas untuk (free to). Oleh

karena itu manusia harus membebaskan dirinya dari

keterasingan (alienasi) yang disebabkan oleh kapitalisme

(Hambali dan Aisah, 2011).

Dengan demikian, Max (1818 –1883) memandang

manusia sebagai pribadi yang merdeka dan bebas tanpa

syarat apapun. Ismail dan Basir dalam Karl Marx dan

Konsep Kelas Sosial menyatakan, Marx (1818–1883)

meneliti sejarah manusia dari dua aspek, yaitu dari aspek

ekonomi dan aspek social.

Menurut Soyomukti, elemen-elemen filsafat

Page 43: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

27

Marxisme adalah materialisme-dialektika historis,

ekonomi sebagai basis dan menguliti eksploitasi

kapitalisme (Soyomukti, 2008)

Selanjutnya menurut Ismail dan Basir, Marx

menggambarkan kapitalisme dengan menonjolkan

keadaan buruh yang sengsara dan tertindas dan

membayangkan masyarakat tanpa kelas melalui

pembentukan “Negara Komunis” (Ismail dan Basir, 2012).

Dengan demikian falsafah Marxisme adalah

membentuk negara sosialis agar hak-hak ekonomi dan

politik kaum buruh dapat dikembalikan dan menekankan

keperluan memelihara kebebasan dan kemerdekaan.

Pada falsafah Marxisme, hak-hak manusia termasuk

kaum buruh diutamakan. Tujuan pendidikan Marxis

menurut Soyomukti, untuk mewujudkan kembali

kesadaran masyarakat tuntutan-tuntutan kemanusiaannya

sehingga pendidikan menurut Max merupakan proses

pembebasan dan humanisasi (Soyomukti, 2008).

Dengan demikian pendidikan menurut faham Marx

adalah agar dia hidup sesuai dngan memberikan

kebebasan kepada manusia dengan kebebasan sebebas-

bebasnya tanpa ada batasan yang ditentukan.

c. Pandangan Humanistik Menurut Faham

Eksistensialis

Jamalzadeh dan Tavassoli menyatakan, menurut

Eksistensialis, manusia adalah pencipta dirinya sendiri.

Manusia sebagai satu-satunya pemegang kebenaran,

sehingga kebebasan manusia adalah kebebasan penuh,

kesempurnaan manusia tergantung kepada kemauan dan

kebebasannya, penerimaan manusia sebagai bagian dari

Page 44: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

28

alam merupakan hal yang menghalangi manusia dan

kebebasan(Jamalzadeh dan Tavassoli, 2011).

Menurut Eksistensialis, tidak ada yang bisa

memberikan batasan terhadap kebebasan manusia. karena

manusia satu-satunya pemegang kebenaran dan tidak ada

satupun yang dapat menghalangi kebebasan manusia.

Dalam faham ini tidak mengakui adanya kekuasan Allah

sebagai penguasa alam semesta.

Selanjutnya Shariati (1933–1977) menyatakan,

menurut Eksistensialisme segala perwujudan yang ada di

alam ini baru bisa dinyatakan mempunyai eksistensi

sesudah ditentukan esensinya, kecuali manusia. Esensi

manusia baru ada sesudah adanya eksistensi manusia itu

sendiri. Dengan kata lain, manusia adalah tuhan yang

menciptakan dirinya sendiri(Shariati, 2014).

Suseno mendefinisikan kebebasan eksistensial adalah

kemampuan manusia untuk menentukan tindakannya

sendiri, karena tindakan merupakan suatu yang menyatu

dengan manusia(Suseno, 1998).

Dengan demikian dapat disimpulkan, pendidikan

eksistensialis adalah pendidikan yang memberikan

kebebasan pada privasi masing-masing siswa dengan

pemberian kurikulum yang bersifat liberal.

d. Pendidikan Humanistik Menurut Agama Islam

Gerakan pendidikan humanistik menurut Dosset

dikembangkan di barat sebagai penolakan terhadap

metode pembelajaran gereja yang kaku (Dosset, 2005).

Gerakan humanis dalam Islam klasik dikembangkan

dari keprihatinan filologis kehilangan bahasa dan

Page 45: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

29

melibatkan revitalisasi tata bahasa dan leksikografi.

Gerakan ini akan berkembang dan ditandai oleh dua ciri

yaitu kefasihan dalam pidato dan komposisi sastra yang

meniru model klasik Arab.

Menurut Jamalzadeh dan Tavasolli, Humanisme

dalam pandangan Islam menempatkan manusia sebagai

makhluk ciptaan Allah yang memiliki jiwa ilahi dan

memiliki sifat bersih. Manusia mempunyai tempat

sebagai utusan tuhan (khali>fatulla>h fi> al ard}) dan bahkan

malaikat bersujud di hadapannya. Manusia memiliki

kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya, manusia

adalah makhluk yang mempunyai pengetahuan dan

manusia adalah makhluk yang bertanggung

jawab(Jamalzadeh dan Tavasolli, 2011).

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Husein. Ada

kekeliruan tentang humanisme, karena selama ini

humanisme diartikan sebagai anti agama, padahal

humanisme lahir karena agama, mereka keberatan dengan

pencitraan Allah yang terkesan tidak peduli dengan

penderitaan manusia. Menurut Islam manusia adalah

makhluk bebas, namun dia akan diminta pertanggung

jawaban atas apa yang telah dilakukannya. Mahmoud

Husein dalam The Muslim phase of humanism(Hussein,

2011).

Kaseem menyatakan, kebebasan dalam Al-Qur’an

berarti kesatuan antara objektif dan subyektif, sosial dan

alami, individual dan plural dan pengajaran dalam Islam

berarti keselarasan antara kekuatan-kekuatan fitrah yang

pada akhirnya mengisi pada tingkat individual dan sosial

(Kaseem, 2012).

Menurut Taher, manusia adalah makhluk bebas dan

Page 46: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

30

berkehendak, namun dalam kehidupan beragama manusia

tidak pernah terlepas dari etika dalam masyarakat. Ada

tiga tahap untuk mendapatkan kehidupan beretika, yaitu

melalui iman, melakukan pelayanan dan bersyukur kepada

Allah SWT (Taher, 2012)

Dengan demikian humanisme dalam pandangan

Islam, menghargai manusia sesuai fitrahnya sebagai

makhluk yang memiliki kebebasan dalam menentukan

jalan hidupnya, namun kebebasan manusia adalah

kebebasan yang harus memberikan pertanggung jawaban

atas perbuatannya di hadapan Allah.

3. Pendidikan Behavioristik

Pembelajaran behavioristik menurut Slavin,

merupakan pembelajaran yang menekankan pada

perubahan perilaku yang dapat diamati, teori

pembelajaran yang termasuk kedalam pembelajaran

behavioristik adalah teori dari Ivan Pavlov (1849-1936),

Thorndike (1874-1949) dan Skinner (1904-1990). Ketiga

teori tersebut berdasarkan kepada perubahan tingkah

laku(Slavin, 1994).

Nata juga menyatakan, menurut teori behavioristik

manusia tidak memiliki apa-apa dari sejak kelahirannya,

perkembangan manusia ditentukan oleh lingkungannya,

baik lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, manusia,

alam, budaya serta religi yang membentuknya. Islam

tidak sefaham dengan pandangan behavioristik, karena

manusia dianggap sebagai tong kosong, makhluk tidak

berjiwa atau seperti robot yang digerakkan sepenuhnya

oleh keinginan sang dalang (Nata,2011).

Tingkah laku manusia Menurut Dymond et al.,

Page 47: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

31

dibedakan oleh berbagai kompleksitas, variasi dan

prestasi. Menurut Jones dan Brader-Araje, dalam

pendidikan behavioristik guru bertanggung jawab untuk

merekonstruksi lingkungan dan menentukan pendekatan

yang tepat untuk digunakan dalam menentukan tingkah

laku siswa (Dymond, 2003).

Rostami dan Khadjooi menyatakan, orientasi

Pembelajaran behavioristik khususnya dalam

pengembangan kompetensi dan untuk menunjukkan

keterampilan psikomotor dan melakukan pengamatan

pada tingkah laku yang dapat diukur, sehingga menurut

pembelajaran behavioristik latihan yang bersifat

pengulangan akan menjadi kebiasaan. (Rostami dan

Khadjooi, 2010).

Naisaban menyatakan, bentuk pembelajaran dari

psikologi behavioristik adalah pembelajaran “operant conditioning” yang dikemukakan oleh BP Skinner (1904-

1990) (Naisaban, 2004). Menurut Walker, teori psikologi

Skinner terdiri atas 1) Operant conditioning, yaitu suatu

system mengenai pengkondisian tingkah laku operant

melalui studi mengenai belajar dan 2)Kepribadian, yaitu

menolak semua teori yang mengatakan bahwa bahwa

tingkah laku manusia didasarkan pada self, ego dan

sebagainya (Walker, 2008).

Dalam teori operant conditioning menurut Gaza,

fungsi penguatan (penguat perilaku) menyebabkan

perilaku yang dikehendaki dapat terbentuk dengan baik,

yaitu dengan cara memunculkan perilaku yang

dikehendaki sehingga ada kecenderungan anak untuk

mengulangi perilaku itu kembali (Gaza,M.,2011)

Menurut Nata kegiatan pembelajaran melalui operant

Page 48: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

32

condiotioning merupakan upaya untuk menciptakan

lingkungan yang menimbulkan inisiatif pada siswa untuk

melakukan kegiatan pembelajaran (Nata, 2009)

Imarah menyatakan, dalam pandangan Islam,

kebebasan manusia merupakan hal yang sangat penting,

karena hanya dengan kebebasan, manusia dapat

mempunyai arti dalam hidupnya (Imarah, 1990).

Page 49: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

33

BAB III

PRESTASI BELAJAR SISWA

Prestasi belajar siswa merupakan salah satu penentu

kualitas pendidikan, karena prestasi belajar siswa

merupakan hasil pengukuran kemampuan siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran dalam periode tertentu,

sehingga prestasi belajar siswa merupakan output dari

proses pembelajaran.

Ankomah menyatakan, salah satu faktor yang

menentukan kualitas pendidikan adalah output dari proses

pembelajaran (Ankomah, 2005). Selanjutnya Pickard

menyatakan, ada tiga ranah yang diukur dalam

menentukan hasil dari proses pembelajaran, yaitu

pengukuran terhadap ranah kognitif (kecerdasan siswa),

ranah afektif (sikap siswa selama pembelajaran) dan ranah

psikomotorik (ranah keterampilan siswa) (Pickard, 2007).

Hubungan antara ketiga ranah tersebut dapat dilihat pada

gambar 3.1

Page 50: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

34

Sumber : EDqual Project-Ghana, Literature Review, 2005.

Gambar 3.1 Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik

Siswa

Dari gambar 3.1 terlihat bahwa dalam proses

pembelajaran ketiga ranah siswa baik kognitif, afektif

maupun psikomotorik harus berhasil ditingkatkan secara

seimbang. Hal ini berarti, ketika seorang siswa mampu

menguasai materi pembelajaran dalam salah satu ranah

saja, pembelajaran dikatakan belum berhasil. Keefektifan

dalam pembelajaran dapat dilihat dari pencapaian

keberhasilan ketiga ranah tersebut.

Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar,

baik berupa faktor internal maupun faktor eksternal. Huitt

dan lain-lain menyatakan, faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar dapat berupa variabel yang berasal dari

rumah dan sekolah (Huitt,2009). Variabel-variabel yang

dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dilihat

pada gambar 3.2.

Affective

Procedural

Skill and

Cognitive

Page 51: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

35

Sumber : The Athens Institute for Education and Research

(ATINER), 2009.

Gambar 3.2 Variabel yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Dari gambar 3.2 terlihat, kualitas input siswa

dipengaruhi oleh keadaan rumah dan sekolah, sedangkan

kualitas output siswa berupa prestasi belajar dan prestasi

belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh input siswa,

tetapi juga variabel-variabel lain selama proses

pembelajaran di kelas.

A. Pembelajaran di Pondok Pesantren

Kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk

penyelenggaraan pendidikan dengan memadukan kegiatan

Rumah Sekolah

Input Kelas Variabel proses-proses kelas

Proses di Kelas

- Strategi Mengajar

- Perilaku guru

- Perilaku siswa

- Proses belajar

mengajar

- karakteristik guru

- karakteristik siswa

Prestasi Belajar siswa

Page 52: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

36

pendidikan yang berkesinambungan dan sistematis agar

diperoleh hasil sesuai dengan yang diinginkan. Salah satu

faktor yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah

lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang kondusif

ditentukan oleh tingkat kedisiplinan siswa dalam belajar.

Penyelenggaraan pembelajaran di pondok pesantren

berdasarkan observasi dan wawancara penulis dengan

pengurus Pondok Pesantren Ar-Risalah, Lirboyo Jawa

timur, secara garis besarnya terdiri dari pendidikan

formal dan pendidikan non-formal.

Pendidikan formal terdiri dari pendidikan umum,

pendidikan al-Qur’an dan pendidikan diniyah. Pendidikan

non-formal terdiri dari pendidikan ekstrakurikuler dan

kegiatan organisasi pondok. Pendidikan ekstrakurikuler merupakan kegiatan dari Departemen Apresiasi Kesenian

dan yang mengelola kegiatan ekstrakurikuler secara

menyeluruh dengan mengambil waktu pada malam Jum’at

dan Jum’at pagi.

Kegiatannya meliputi kelompok jam’i >yah, barzanji, mana>qib, tahli>l, bahthul masa>’il, kursus bahasa Arab,

Inggris, Mandarin, Jepang, kaligrafi Arab, s}alawat rebana, nashi>d, dan drum band. Kegiatan organisasai

pondok pesantren dan pengurus asrama dengan aktifitas

kegiatan yang meliputi: aktifitas asrama, koperasi,

bimbingan belajar, jam’i >yah dan pengajian sistem

bandongan.

Pendidikan non-formal lainnya adalah pendidikan

keorganisasian atau yang biasa dikenal dengan Organisasi

Siswa Intra Sekolah (OSIS). Pendidikan ini dibawah

naungan lembaga pendidikan SMP dan SMA dan

mengelola kegiatan kesenian, bahasa, dan jurnalistik,

Page 53: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

37

dengan menerbitkan buletin untuk tingkat SMA dan

majalah dinding untuk tingkat SMP.

B. Aktivitas Pembelajaran PPST Ar-Risalah Lirboyo,

Jawa Timur

Aktivitas pembelajaran di Pondok pesantren Salafi

Ar-Risalah Lirboyo dilakukan sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan, sehingga model pendidikan yang

diterapkan adalah model pedagogy behaviorisme yang

merupakan bentuk kebalikan dari pedagogy konstruktivisme. Pembelajaran dilakukan dengan adanya

pengontrolan yang ketat terhadap semua aktivitas siswa,

juga diterapkan pemberian hukuman terhadap aktivitas

siswa yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah

ditetapkan.

Sesuai dengan pernyataan Hassad bahwa Perbedaan

utama antara pendekatan pembelajaran behaviorisme

dengan pembelajaran konstruktivisme adalah: pada

pembelajaran dengan pendekatan behaviorisme, berpusat

di sekitar transmisi pengetahuan dari instruktur kepada

siswa (siswa pasif dan pendekatan top-down atau

instruktur terpusat), sedangkan pada pendekatan

pembelajaran konstruktivisme difokuskan pada

pembangunan pengetahuan oleh siswa (siswa aktif dan

pendekatan berpusat pada siswa)(Hassad, 2011).

Sedangkan Ellias menyatakan bahwa salah satu ciri

pembelajaran dengan pendekatan behaviorisme adanya

kontrol yang sangat kuat terhadap tujuan, materi,

lingkungan dan pegukuran hasil belajar. Teori ini banyak

dikritik dan dianggap sebagai pedagogi penindasan,

karena dianggap sebagai pembelajaran yang tidak

Page 54: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

38

menghargai kondisi anak, keinginan anak dan minat dari

pembelajar (Ellias, JL., 1994).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Tetteh menunjukkan bahwa siswa yang dalam proses

pembelajarannya dilakukan kontrol yang ketat

menunjukkan hasil belajar yang tinggi dibandingkan

dengan siswa yang dalam proses pembelajarannya tidak

dilakukan kontrol (Tetteh, 2017).

1. Pembelajaran Pendidikan Al-Qur’an.

Pembelajaran pendidikan Al-Qur’an merupakan salah

satu bentuk pembelajan yang juga dilaksanakan di Pondok

pesantren, selain aktivitas pembelajaran di sekolah.

Penetapan tata tertib pembelajaran Pendidikan Al-Qur’an

juga sama dengan tata tertib pembelajaran yang

ditetapkan secara umum di Pondok Pesantren.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis

dengan pengurus Pondok Pesantren Ar-Risalah Lirboyo,

Jawa Timur, diperoleh temuan bahwa Pendidikan Al-

Qur’an yang diselenggarakan di Pondok Pesantren ini

terdiri dari tiga jenjang yaitu jenjang Ibtida>iy>ah, thana>wiyah, a>liyah dan i’da>iyah. Jenjang i’da>iy>ah

merupakan jenjang sebelum memasuki jenjang pendidikan

yang sesungguhnya. Jenjang i’daiyah (kelas persiapan)

diberikan bagi santri yang belum mampu membaca Al-

Qur’an.

Pada jenjang ibtida>iyah anak didik dikenalkan

tentang dasar-dasar ilmu yang berkaitan dengan al-Qur’an

yang meliputi : huruf hijaiyah, ilmu tajwid serta melatih

materi tilawah ar-Risalah, do’a-do’a, hafalan juz ‘Amma, al-Wāqiah, Yāsin, al-Mulk, al-Sajdah, al-Dukhān dan al-Kahfi. Pada jenjang thana>wiyah siswa sudah fasih dan

Page 55: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

39

lancar membaca al-Qur’an 30 Juz, pada jenjang a>liyah

siswa sudah menghafal 30 Juz Al-Qur’an dan mempelajari

‘ulu>m al-Qur’an.

a. Tata Tertib

Dalam melaksanakan pembelajaran, meskipun santri

dalam kondisi yang bukan di sekolah, tetapi santri

diharuskan memakai pakaian seragam yang telah

ditentukan, tidak diperbolehkan untuk melakukan ghosob,

salah membawa kitab dan ketentuan-ketentuan tata tertib

lainnya.

Selama pembelajaran, biasanya ada saja santri yang

melakukan pelanggaran, terutama jika santri merasa

mengantuk. Jika santri mengantuk, maka santri

diperintahkan untuk berdiri di sudut ruang kelas.

Pelanggaran-pelanggaran terhadap tata tertib yang lain

jarang terjadi. Selama proses belajar mengajar terlihat

berjalan dengan tertib dan tidak ada kegaduhan.

Dengan demikian pembelajaran di Pondok Pesantren

ini berjalan dengan tertib dan aman, karena diterapkannya

sanksi bagi pelanggaran yang dilakukan terhadap tata

tertib.

b. Kurikulum Pembelajaran AlQur’an di Pondok

Pesantren

Menurut Hamdani, kurikulum merupakan ide yang

dikembangkan pada level nasional dalam bentuk dokumen

yang dapat dikembangkan di daerah tersebut(Hamdani,

2013). Kurikulum yang digunakan pada pondok

pesantren ini seperti terlihat pada tabel 3.1 berikut:

Page 56: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

40

Tabel 3.1. Kurikulum Pendidikan Al-Qur’an PPST Ar-

Risalah

Mata Pelajaran Kurikulum

Al-Qur’an al-Qur’an Rosm Uthma>ni

Ilmu Al-Qur’an Fath}an Mana>n, Jaza>riyah

Sumber : Data Administrasi PPST Ar-Risalah

Dalam pembelajaran mata pelajaran al-Qur’an

kurikulum yang digunakan adalah Al-Qur’an Rosm Uthma>ni dan buku standard tajwid Pondok Pesantren

Salafiyah Terpadu Ar-risalah, yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas santri dalam membaca al-Qur’an

dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid yang

mu’tabar. Dalam kurikulum ini juga digunakan Fath}an Mana>n dan Jaza>riyah untuk mepelajari ilmu al-Qur’annya.

c. Metode Pembelajaran Al-Qur’an di Pondok Pesantren

Pendidikan pada pembelajaran al-Qur’an di pondok

pesantren ini terdiri mulai tingkat ibtida>iyah (3 tahun),

thana>wiyah (3 tahun), a>liyah (3 tahun) dan i’da>iy>ah (1

tahun). ketiga tingkatan ini memakai sistem semester dua

kali setiap 1 tahun. bagi santri yang sudah

mengkhatamkan 30 juz bin Naz{or dengan baik, bisa

mengikuti wisuda dan mendapatkan ijazah. Metode

pembelajaran yang digunakan adalah metode sorogan,

tadarus dan tahfiz.

Metode sorogan dalam pembelajaran al-Qur’an

merupakan sistem membaca al-Qur’an secara individual,

pada prakteknya seorang murid mendatangi guru yang

akan membacakan al-Qur’an dan dengan cara ini setiap

Page 57: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

41

murid mempunyai kesempatan untuk belajar secara

langsung kepada kiyai atau pembantu kiyai.

Menurut Hamdani, pembelajaran dengan metode

sorogan diterapkan pada siswa baru yang memerlukan

bimbingan secara individual. Metode tadarus adalah

metode membaca al-Qur’an secara berkelompok, dimana

seseorang membaca dan yang lain mendengarkan

(Hamdani, 2013).

C. Pembelajaran di Sekolah

Kegiatan sekolah untuk santri PPST Ar-Risalah

dimulai pada pukul 07.00 pagi. Untuk menciptakan

suasana belajar yang kondusif, maka sekolah memberikan

tata tertib sekolah yang harus dipatuhi oleh siswa, baik

yang berhubungan dengan kebersihan kelas maupun

kebersihan lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan karena

suasana belajar yang kondusif baru bisa tercipta jika

suasana kelas dan lingkungan sekolah juga baik.

1. Tata Tertib

Sebelum pembelajaran dimulai siswa diharuskan

untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif

yaitu dengan melakukan aktivitas yang telah ditentukan

oleh tata tertib sekolah, tata tertib tersebut adalah dengan

membentuk piket kebersihan kelas dan lingkungan.

Selama kegiatan belajar mengajar, santri dan guru

berpedoman pada tata tertib yang dilakukan oleh pondok

pesantren, baik penggunaan fasilitas laboratorium,

olahraga maupun fasilitas lain yang ada di kelas.

Page 58: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

42

2. Kurikulum

Ada banyak konsepsi dan definisi dari kurikulum,

yaitu kurikulum sebagai konten, sebagai pengalaman

belajar, sebagai tujuan perilaku, sebagai rencana

pengajaran, dan sebagai pendekatan non teknis

(Lunenburg, 2011).

Kurikulum mengikuti kurikulum Departemen

Pendidikan Nasional, SMP Ar-Risalah juga memasukkan

beberapa mata pelajaran tambahan sebagai program

unggulan yaitu Bahasa Jepang dan Bahasa Arab, dengan

tujuan agar outputnya siap mengahadapi era globalisasi

yang mana tuntunan berbahasa asing mutlak diperlukan.

3. Metode Mengajar

Guru pasti dihadapkan pada metode pembelajaran.

Menurut Mar’i dan al-Hilah. Metode pembelajaran terdiri

dari metode ceramah, diskusi, pertanyaan kelas, proyek,

pembelajaran kooperatif dan instruksi individual (Mar’i

dan Al-Hilah, 2002).

Metode pembelajaran yang dilakukan di PPST Ar-

Risalah sangat bervariasi, mulai dari metode ceramah,

metode muh}a>waroh, metode muza>karah, metode majlis

ta’lim, metode problem solving dan metode karya wisata.

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode

pembelajaran di PPST Ar-Risalah tidak monoton.

Metode pembelajaran di PPST Ar-Risalah

disesuaikan dengan materi pelajaran, waktu pembelajaran

dan situasi dalam pembelajaran. Sehingga metode

pembelajaran untuk masing-masing mata pelajaran

berbeda-beda.

Page 59: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

43

D. Prestasi Belajar Santri Pondok Pesantren

Prestasi belajar santri PPST Ar-Risalah Lirboyo.

Jawa Timur ditentukan penilaiannya berdasarkan ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik. Berikut disajikan

tentang penilaian ketiga ranah tersebut.

1. Ranah Kognitif Santri PPST Ar-Risalah

Menurut Huitt, ranah kognitif terdiri dari enam

tahapan, yaitu : 1). menghafal, berupa kemampuan siswa

dalam membuat definisi, 2). memahami, yaitu

kemampuan siswa menjelaskan kembali 3). terapan, yaitu

kemampuan siswa mendemontrasikan, 4). analisis, yaitu

kemampuan siswa membandingkan 5). sintesis berupa

kemampuan mengkombinasikan materi-materi yang

sudah diajarkan menjadi sesuatu yang baru. dan 6).

evaluasi, kemampuan siswa melakukan penilaian (Huitt,

2011).

Aktivitas santri dalam pempelajaran di PPST A-

Risalah selain menyentuh aspek kognitif menghafal,

memahami dan mengaplikasikan materi yang diajarkan,

pihak pondok juga menerapkan pembelajaran untuk aspek

analisis, sistesis dan evaluasi.

Menurut Mary J. Pickard . Gambaran tentang

taksonomi kognitif menurut Bloom bisa dilihat pada

gambar 3.6. Penyusunan ranah ini mulai dari berfikir yang

sederhana sampai kepada yang paling komplek (Pickard,

2007).

Page 60: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

44

Sumber : The eLearning Guild Research (2013)

Gambar 3.2 Taksonomi Bloom

Dari gambar 3.2 Taksonomi Bloom, terlihat adanya

hirarki dalam ranah kognitif. Penyusunan ini berdasarkan

dari aktivitas yang paling mudah hingga kepada aktivitas

yang paling sulit. Dalam pengukuran tingkat ranah

kognitif, soal – soal yang diberikan kepada santri harus

memenuhi keenam aspek dalam aspek kognitif Bloom

ini.

Munzenmaier dan Nancy dalam Perspectives Bloom’s

Taxonomy menyatakan, dalam ranah kognitif siswa

menurut Bloom, Pengetahuan adalah kemampuan untuk

menghapal materi yang telah disampaikan oleh guru,

pemahaman adalah kemampuan sesorang untuk

memahami setelah sesuatu yang dipelajari diingat,

penerapan adalah kemampuan seseorang untuk

menggunakan ide-ide umum, analisis adalah kemampuan

seseorang menguraikan materi yang dipelajari dan

menghubungkan antara bagian satu dengan yang lain,

sintesis yaitu kemampuan siswa untuk memadukan

bagian-bagian yang telah dipelajari hingga menjadi suatu

Pengetahuan

Pemahaman

Penerapan

Analisis

Sintesis

Evaluasi

Page 61: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

45

pola terstruktur dan evaluasi adalah kemampuan siswa

untuk membuat suatu pertimbangan untuk suatu situasi (

Munzenmaier dan 2013)

Pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang diajarkan

di PPST Ar-Risalah untuk tingkat pengetahuan lebih

kepada hapalan, tingkat pemahaman, santri tidak hanya

mampu menghapal materi yang diberikan guru, tetapi

lebih kepada memahami materi yang dihapalkan. Pada

tingkat penerapan santri mengetahui bagaimana santri

mampu menerapkan materi yang telah dihapal dan

dipahami ke dalam aktivitas sehari-hari.

Tingkat analisis pada ranah ini menunjukkan

kemampuan santri dalam mengkaji lebih dalam materi

yang sudah mampu diterapkan. Untuk tingkat sintesis

ditunjukkan dengan kemampuan santri dalam

menghasilkan suatu materi baru berdasarkan hal yang

sudah ada dan untuk tingkat evaluasi memberikan

penilaian terhadap materi yang telah dipelajari.

a. Prestasi Belajar Santri Pondok Pesantren Ranah

Kognitif

Seperti halnya Bloom, Thomas C. Reeves juga

menyatakan, taksonomi ranah kognitif dalam

pembelajaran berjenjang, yaitu terdiri dari : remembering, understanding, applying, analysing, evaluating and creating (Reeves, 2006).

Antara Reeves dan Bloom mempunyai kesamaan

dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, yaitu

sama-sama menyatakan bahwa keberhasilan belajar siswa

dalam aspek kognitif adalah terdiri dari beberapa

Page 62: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

46

tingkatan. Dan baik menurut taxonomy Bloom maupun

Reeves, menghafal adalah aktivitas pembelajaran ranah

kognitif terendah. Namun menghafal adalah aktivitas

yang harus dilakukan agar dapat meningkat kepada

aktivitas belajar yang lebih tinggi.

PPST Ar-Risalah mewajibkan santri untuk

menghapal dan setelah itu santri wajib mengaplikasikan

materi yang sudah diajarkan dan dihapal tersebut dalam

bentuk kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan PPST

Ar-Risalah Lirboyo Jawa Timur ini berusaha untuk

meningkatkan keberhasilan belajar santri dalam semua

ranah pembelajaran santri.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan

dilanjutkan dengan perhitungan dengan menggunakan

SPSS, diperoleh hasil rata-rata prestasi belajar santri

PPST Ar-Risalah dengan mengukur aspek kognitif santri

pada mata pelajaran matematika, Ilmu Pengetahuan Alam

(Sains), Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan

SPSS tersebut dari skor maksimum test 100. diperolehan

nilai santri sebagai berikut : Nilai tertinggi (maksimum)

adalah 76, nilai terendah (minimum) sebesar 39, standard

deviasi (Sd) sebesar 9.65 dan rerata (mean) sebesar 55.70.

Prestasi belajar tersebut selengkapnya dapat terlihat pada

tabel 3.2 dan gambar 3.3.

Page 63: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

47

Tabel 3.2 Prestasi Belajar Santri PPST Ar-Risalah

Nilai Frekuensi

36-42 8

43-49 12

50-56 9

57-63 22

64-70 8

71-77 5

Jumlah 64

Gambar 3.3 Prestasi Belajar Santri PPST Ar-Risalah

8 12

9

22

8 5

0

5

10

15

20

25

36-42 43-49 50-56 57-63 64-70 71-77

Frekuensi

Nilai

Frekuensi

Page 64: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

48

Dari tabel 3.2 dan gambar 3.3 terlihat bahwa nilai

santri menyebar secara merata antara nilai 39 sampai

dengan 77. Nilai rata-rata dengan frekuensi tertinggi yaitu

22, berada antara 57 sampai 63. nilai terendah antara 36-

42 sebanyak 8 siswa dan nilai tertinggi berada antara 71-

77 sebanyak 5 siswa.

Dari tabel dan gambar tersebut juga terlihat, nilai

santri menyebar secara normal, hal ini ditandai dengan

jumlah santri yang berdistribusi normal (membentuk

lonceng) antara prestasi belajar yang rendah, sedang dan

tinggi. Sebagian besar prestasi belajar santri berada pada

kriteria sedang, sedangkankan jumlah santri dengan

prestasi belajar rendah dan tinggi relative sedikit.

Nilai kognitif santri SLTP PPST Ar-Risalah untuk

mata pelajaran umum tidak termasuk kategori tinggi. Hal

ini disebabkan santri lebih terfokus pada mata pelajaran

agama dan pendidikan karakter yang diterapkan oleh

pondok pesantren serta padatnya materi agama yang

diajarkan di pondok pesantren tersebut.

b. Upaya PPST Ar-Risalah Dalam Meningkatkan

Ranah Kognitif Santri.

Dari hasil observasi penulis di PPST Ar-Risalah pada

Oktober 2013. PPST Ar-Risalah berusaha untuk

mencerdaskan ranah kognitif santri, baik berupa

kemampuan hapalan (knowledge), pemahaman

(comprehenship), penerapan (aplication), analisis

(analysis), sintesis (Syntesis) dan evaluasi (evaluation).

Dari hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SLTP

PPST Ar-Risalah, Lirboyo Jatim pada Oktober 2013.

Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditentukan oleh

Page 65: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

49

sekolah untuk setiap mata pelajaran ditentukan

berdasarkan perhitungan dan ketentuan standard PPST

Ar-Risalah.

Bagi santri yang tidak tuntas untuk mata pelajaran

tertentu maka dilakukan remedial untuk memperbaiki

nilai yang diperoleh. Santri diwajibkan menghafal dan

memahami materi yang sudah diajarkan, baik pelajaran

agama maupun pelajaran umum. Santri juga diwajibkan

menghafal ayat-ayat al-Qur’an dan doa-doa sesuai dengan

yang telah ditentukan oleh PPST Ar-Risalah, sehingga

setiap hari aktivitas santri adalah menghafal.

2. Ranah Afektif Santri PPST Ar-Risalah

Belajar merupakan suatu kegiatan direncanakan yang

kompleks, dengan tujuan meningkatkan kualitas dan

kuantitas tingkah laku manusia dalam bentuk kognitif,

afektif dan psikomotoriknya, sehingga perlu adanya

pembelajaran yang berhubungan dengan pembentukkan

sikap dan nilai.

Hasil observasi di PPST Ar-Risalah pada bulan

Oktober 2013.Pembelajaran di PPST Ar-Risalah selain

meningkatkan kemampuan kognitif siswa, juga

meningkatkan ranah afektifnya, karena pembelajaran

afektif membantu siswa untuk memahami masalah-

masalah yang berhubungan dengan prinsip-prinsip kerja

kognitif, sosial dan keterampilan.

Shaphed menyatakan, pendidik untuk sekolah

lanjutan perlu untuk mengidentifikasi hasil belajar ranah

afektif yang berupa nilai-nilai, sikap dan perilaku

(Shaphed, 2010)

Page 66: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

50

Pembelajaran afektif menurut Neuman dan

Friedman melibatkan perubahan dalam perasaan, sikap

dan nilai-nilai yang membentuk pemikiran dan perilaku.

(Neuman dan Friedman, 2010). Demikian juga pada

pembelajaran di PPST Ar-Risalah.

Jakaria menyatakan pendidikan karakter bukan

hanya membentuk siswa secara komprehensif menjadi

pintar dan baik secara pribadi, tetapi juga membentuk

mereka menjadi aktor yang baik untuk perubahan dalam

hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan

menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial yang

lebih adil, baik, dan manusiawi (Jakaria, 2012).

Pengembangan ranah efektif pada nilai tidak bisa

dipisahkan dari ranah kognitif dan psikomotorik, karena

masalah nilai adalah masalah emosional dan arena itu

dapat berubah, berkembang, sehingga bisa dibina.

Perkembangan nilai-nilai atau moral tidak akan

terjadi sekaligus tetapi melalui tahap-tahap tertentu.

Tahapan-tahapan yang dilalui dalam proses pembentukan

sikap dapat terjadi melalui proses pembiasaan dan

modelling.

3. Ranah Psikomotorik Santri Pondok Pesantren

a. Ranah Psikomotorik Santri Pondok Pesantren

Ranah psikomotorik adalah ranah keterampilan

(skill), ranah ini berkaitan dengan kemampuan seseorang

menerima pembelajaran tertentu. Hasil dari ranah

psikomotorik ini sebenarnya adalah bentuk kelanjutan

dari ranah kognitif dan afektif dalam bentuk

kecenderungan berprilaku.

Page 67: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

51

Menurut Reeves, ranah psikomotorik terdiri dari :

komunikasi non diskursif, gerakan keterampilan,

kemampuan fisik, kemampuan persepsi, gerakan dasar,

gerakan reflektif (Reeves, 2006). Hal ini seperti terlihat

pada gambar 3.10.

Sumber : International Journal Learning Technology, 2006

Gambar 3.4. Ranah psikomotorik menurut Reeves.

Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan

kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu)

dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam

bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).

Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar

yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi

yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah

psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas

fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain

sebagainya.

gerakan keterampilan

Kemampuan Fisik

kemampuan persepsi

gerakan dasar

gerakan

reflektif.

komunikasi non diskursif

Page 68: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

52

Pembinaan AlQur’an di PPST Ar-Risalah Lirboyo

Jawa Timur terdiri dari tarti>l al-Qur’an dan tilāwah al-Qur’an, tarti>l al-Qur’an yaitu pembelajaran tentang

qiro>’ah al- Qur’an secara tartil dan tila>wah al-Qur’an, adalah qiro>’ah al- Qur’an dengan irama. Pembelajaran ini

dibina oleh Umi Ustadhah Hj. F dan pelaksanaannya pada

setiap hari Jum’at. Untuk setiap Jum’at legi dilaksanakan

pembacaan shalawat Barzanji dan S}alawat Rebana.

b. Penilaian Ranah Hasil belajar Psikomotorik Santri

Hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan

menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan

menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan

pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4)

kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5)

keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau

ukuran yang telah ditentukan.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpukan, dalam

penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan

harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian

dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada

waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah

proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.

PPST Ar-Risalah dalam rangka memberikan nilai

psikomotorik dilakukan dengan tiga cara, yaitu secara

pengamatan langsung, memberikan test kepada siswa

setelah pembelajaran dan melihat hasil setelah

pembelajaran selesai dilaksanakan.

Namun sebagian besar penilaian psikomotorik di

PPST Ar-Risalah melalui observasi atau pengamatan.

Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk

Page 69: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

53

mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya

suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi

yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau

menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik.

Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik,

kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik

dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar.

Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu

berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan

kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak

diobservasinya,lalu dibuat pedoman agar memudahkan

dalam pengisian observasi.

Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat

sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian

mengenai tingkah laku yang tampak untuk diobservasi,

bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (√) pada

kolom jawaban hasil observasi.

Tes untuk mengukur ranah psikomotorik yang

digunakan oleh PPST Ar-Risalah adalah untuk mengukur

keterampilan santri atau kinerja (performance) yang telah

dikuasai oleh santri berupa tes paper and pencil, tes

identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.

Selain melalui observasi, PPST Ar-Risalah juga

melakukan penilaian hasil belajar santri malalui beberapa

tahapan berikut, yaitu : (1) pengamatan langsung dan

penilaian tingkah laku peserta didik selama proses

pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti

pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada

peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,

Page 70: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

54

dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran

selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.

Penilaian hasil belajar psikomotor juga dilakukan

Melalui: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap

kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan

menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan

mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan

atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang

diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.

Dari penjelasan yang telah dipaparkan, dapat

disimpulkan bahwa dalam penilaian hasil belajar

psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan,

proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat

proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik

melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung

dengan cara mengetes peserta didik.

E. Kontribusi Pemberian Sanksi terhadap Prestasi

Belajar

Ranah kognitif merupakan ranah yang berkaitan

dengan kegiatan mental (otak). Salah satu cara untuk

menentukan keberhasilan ranah kognitif adalah dengan

melakukan evaluasi belajar melalui test, baik berupa lisan

maupun tulisan. Dalam hal tersebut santri dituntut untuk

memperoleh nilai yang baik dalam prestasi belajar.

Dalam pembelajaran di PPST Ar-Risalah, santri

dituntut untuk mempunyai nilai yang baik, jika setelah

dilakukan evaluasi, santri mempunyai nilai dibawah

standart yang telah ditentukan, maka santri akan

dikenakan sanksi berupa jalan sambil jongkok.

Page 71: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

55

Pada pembelajaran diniyah santri diwajibkan

menguasai materi yang telah diajarkan pada waktu

sebelumnya dan jika santri tidak menguasai materi

tersebut, maka santri dikenakan sanksi fisik, baik berupa

push up, scott jump atau berdiri di sudut ruangan.

Dengan demikian, PPST Ar-Risalah menggunakan

pembelajaran dengan kedisiplinan tinggi untuk

meningkatkan meningkatkan prestasi belajar santri.

Adanya penerapan kedisiplinan dalam pendidikan tidak

pernah terlepas dari pemberian sanksi. Besarnya

kontribusi pemberian sanksi terhadap prestasi belajar

dantri di PPST Ar-Risalah Lirboyo,Jawa Timur, dihitung

berdasarkan persamaan statistika dengan menggunakan

program SPSS.

Dari hasil perhitungan statistic dengan program

SPSS diperoleh hasil bahwa pemberian sanksi dalam

pembelajaran di PPST Ar-Risalah Lirboyo, Jawa Timur

memberikan korelasi yang postif dan signifikans terhadap

prestasi belajar. hal ini terlihat dari hasil perhitungan

statistic dengan SPSS pada Tabel 3.3

Tabel 3.3 Nilai r dan r2 PemberianSanksi Terhadap Prestasi

Belajar Santri

Model R

R

Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .145a .021 .005 9.535

a. Predictors: (Constant), Sanksi

Pada tabel 3.3 terlihat bahwa diperoleh hasil r =

0.145 dan r2 = 0.021. perhitungan ini menunjukkan bahwa

Page 72: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

56

pemberian sanksi secara langsung mempunyai korelasi

(hubungan) yang positif dansignifikans sebesar 0.145.

Dengan demikian, jika pemberian sanksi

ditingkatkan, maka prestasi belajar juga menigkat secara

langsung, sedangkan nilai kontribusi sebesar 2.10%, ini

menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dapat

terjelaskan oleh pemberian sanksi sebesar 2.10 % dan

selebihnya dapat dijelaskan oleh variable lain.

Selanjutnya pada tabel 3.4, disajikan tentang tingkat

signifikansi dari pemberian sanksi terhadap prestasi

belajar santri. Dari tabel tersebut juga terlihat nilai F =

1.328 pada tingkat signifikansi 0.254. Hal ini dapat

dijelaskan bahwa pemberian sanksi secara langsung

mempunyai korelasi yang positif dan signifikans terhadap

prestasi belajar santri.dengan demikian dengan

meningkatnya pemberian sanksi terhadap santri maka

prestasi belajar santri juga meningkat secara signifikans.

Adapun nilai koefisien regresi dapat dilihat pada tabel

3.5,pada tabel tersebut terlihat nilai a = 54.411 dan nilai

b= 0.018. dengan demikian persamaan regresinya menjadi

y = 54.544 + 0.018X.

Tabel 3.4 ANOVAa Pemberian Sanksi Terhadap Prestasi Belajar Santri

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 120.719 1 120.719 1.328 .254b

Residual 5636.718 62 90.915 Total 5757.438 63

a. Dependent Variable: Prestasi

b. Predictors: (Constant), Sanksi

Page 73: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

57

Tabel 3.5 Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 54.411 1.573 34.588 .000

Sanksi .018 .015 .145 1.152 .254

a. Dependent Variable: Prestasi

Dari persamaan tersebut terlihat bahwa jika tidak ada

variable pemberian sanksi maka nilai prestasi belajar santri

adalah 54.544 dan jika pemberian sanksi dinaikkan

sebanyak satu satuan, maka prestasi belajar menjadi

meningkat sebanyak 0.018 satu satuan. Pernyataan ini

dapat dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.5 Korelasi Pemberian Sanksi Terhadap Prestasi

Belajar Santri

Page 74: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

58

Dari gambar 3.5 terlihat bahwa pemberian sanksi,

dengan tanpa melibatkan variabel lain, memberikan

korelasi yang positif dan signifikans terhadap prestasi

belajar santri. Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan

prestasi belajar, perlu adanya pemberian sanksi. Semakin

tinggi sanksi yang diberikan, semakin tinggi prestasi

belajar yang diraih santri.

F. Pembentukkan Perilaku dan Sikap Siswa dalam

Belajar.

Pondok pesantren sejak masa berdirinya, yaitu abad

ke 15 sampai saat ini memberikan kontribusi positif dan

signifikan terhadap pembangunan karakter bangsa.

Pengembangan karakter nasional yang koheren dilakukan

melalui proses sosialisasi, pendidikan dan pembelajaran di

pondok pesantren. Oleh karena itu pesantren mempunyai

ciri sebagai lembaga yang mengembangkan pendidikan

karakter.

Menurut Park pendidikan karakter sangat penting,

karena karakter kekuatan vital yang memainkan peranan

penting untuk perkembangan positif dan kesejahteraan

sosial. Kekuatan ini dapat dibudidayakan dan diperkuat

oleh pola asuh yang tepat, sekolah, berbagai program

pembangunan pemuda, dan masyarakat yang sehat.

Dengan demikian karakter seseorang dapat dibentuk

melalui pola asuh yang tepat( Park, 2006)

Pengajaran dalam domain afektif menurut Allen dan

Friedman diperlukan untuk memfasilitasi pembangunan

dalam nilai-nilai, etika, estetika, dan perasaan siswa

pekerjaan sosial. Hal ini bisa dibilang tipe yang paling

rumit dari mengajar karena mengintegrasikan kognisi,

perilaku, dan perasaan(Allen dan Friedman, 2010).

Page 75: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

59

PPST Ar-risalah dalam rangka memberntuk perilaku

santri, meggunakan 5 metode yaitu : Metode keteladanan

(Uswah h}asanah), metode Latihan dan Pembiasaan,

metode nasehat (mau’iz}ah), metode kedisiplinan dan

metode Pemberian sanksi (Sanksi).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, dalam

pembelajaran di PPST Ar-Risalah menerapkan sanksi sebagai cara pemaksaan pembelajaran kepada para santri.

Pemaksaan ini dilakukan dengan maksud agar santri

terbiasa melakukan perbuatan baik.

Pemaksaan dalam pendidikan dimaksudkan sebagai

bentuk pembiasaan. Menurut Pierce dan Cheney,

pembiasaan (habituasi) adalah proses perilaku yang telah

terjadi karena sejarah filogenetik, hal ini dapat terjadi

melalui pengulangan suatu kejadian. Secara fisiologi

pembiasaan atau habituasi bisa terjadi karena telah

adanya pembangunan busur refleks pada diri seseorang

(Pierce dan Ceney. 2004).

Dengan demikian pemaksaan dalam pendidikan

merupakan suatu cara pembatasan kebebasan siswa

melalui pemberian sanksi terhadap pelanggaran yang

dilakukan, memberitahukan tentang apa yang boleh dan

tidak boleh dilakukan melalui kewajiban dan larangan dan

adanya kontrol yang ketat terhadap aktivitas siswa.

Belajar membentuk sikap melalui pembiasaan itu

juga dilakukan oleh Skinner melalui teorinya operant conditioning. Pembentukkan sikap yang dilakukan

Skinner menekankan pada proses peneguhan respon anak.

Setiap kali anak menunjukkan prestasi yang baik

diberikan penguatan (penguatan) dengan cara

memberikan hadiah atau perilaku yang menyenangkan.

Lama-kelamaan anak berusaha meningkatkan sikap

Page 76: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

60

positifnya.

Pemaksaan pendidikan di PPST dalam rangka

membentuk sikap afektif dalam proses belajar mengajar

dilakukan dengan melakukan beberapa tahapan, yaitu

tahapan receiving, responding, valuing, organizing dan characterization.

Tahapan receiving dilakukan antara lain dengan

mewajibkan santri memperhatikan guru pada saat

pembelajaran, bagi santri yang tidak menyimak akan

dikenakan sanksi. Seperti yang terjadi pada Mohammad

Fahmi yang dilempar dengan benda karena mengobrol di

dalam kelas.

Hal yang sama juga dinyatakan oleh beberapa santri

yang mendapatkan sanksi karena pada saat pembinaan

santri, dianggap tidak memperhatikan materi yang

disampaikan guru. Keadaan ini menunjukkan bahwa

pada saat proses belajar mengajar santri tidak boleh

melakukan aktivitas lain selain menyimak,

memperhatikan dan belajar.

PPST Ar-Risalah, pada tingkat receiving atau attending, juga mengarahkan peserta didik untuk

memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena

khusus atau stimulus tertentu, agar peserta didik senang

melakukan perbuatan baik, misalnya melaksanakan

ibadah wajib dan ibadah sunah. Ibadah sunnah

dilaksanakan seperti ibadah wajib, yaitu dilakukan secara

rutin dan terkoordinir. Hal ini terlihat, tidak hanya pada

pelaksanaan s}alat sunnah yang dilakukan seperti s}alat wajib, tetapi pelaksanaan puasa sunnah.

Ranah afektif tingkat kedua adalah responding.

Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik,

Page 77: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

61

yaitu sebagai bagian dari perilakunya. Pada tingkat ini

peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus

tetapi ia juga sudah memberikan reaksi. Hasil

pembelajaran pada ranah ini menekankan pada

pemerolehan respons, berkeinginan memberi respons, atau

kepuasan dalam memberi respons.

Pembentukan sikap santri untuk tingkat responding

terlihat dari setiap santri diwajibkan untuk memberikan

respon terhadap materi pembelajaran. PPST Ar-Risalah

mengadakan pembelajaran agar santri memiliki

kemampuan responding dilakukan melalui metode

diskusi, baik pada saat pembelajaran di kelas maupun

pada saat pembelajaran di pondok pesantren.

Pembelajaran di pondok pesantren dilakukan metode

diskusi pada mata pelajaran bahthul masa>’il, yaitu

membahas masalah – masalah yang diberikan oleh

pondok-pesantren. Pembelajaran ini dilakukan setiap

kamis malam. Namun bahthul masa>il hanya

diperuntukkan bagi santri untuk tingkat SLTA,

sedangkan untuk SLTP harus belum ada pembelajaran

bahthul masa>il.

Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau

sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan

komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima

suatu nilai, sampai pada tingkat komitmen. Hal ini

dilakukan PPST Ar-Risalah, yaitu melalui pembinaan

penanaman nilai terhadap suatu aktivitas pembelajaran,

ibadah dan kehidupan keseharian santri. Santri tidak

hanya diwajibkan mentaati sejumlah peraturan, tetapi

juga ditanamkan tentang nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya.

Page 78: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

62

Valuing atau penilaian didasarkan pada internalisasi

dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada

tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten

dan stabil berkaitan dengan nilai yg dianut. Dalam tujuan

pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap

dan apresiasi.

Hal ini juga dinyatakan oleh para santri PPST Ar-

Risalah, yang sebelum melakukan pembelajaran di PPST

Ar-Risalah sangat tidak disiplin, baik dalam meletakkan

barang, mengatur aktivitas pembelajaran dan beribadah,

setelah sekolah di PPST tumbuh menjadi anak yang

disiplin baik dalam hal mengatur barang-barang miliknya

sendiri maupun ibadah wajib dan sunah seperti yang

diajarkan di PPST Ar-risalah.

Sedangkan beberapaorang tua, penulis sudah

melakukan wawancara dan diperoleh hasil bahwa setelah

anaknya sekolah di PPST Ar-Risalah, tumbuh menjadi

anak yang tidak egois, taat beribadah dan disiplin.

Penggunaan sanksi yang digunakan dalam

meningkatkan ranah afektif siswa, menunjukkan adanya

kemampuan yang dapat dimiliki siswa antara lain

menunjukkan penerimaan dengan mengiyakan,

mendengarkan, dan menanggapi sesuatu (receiving),

berperan serta dalam diskusi melalui kegiatan

menanggapi (responding), mendukung atau menentang

suatu gagasan (valuing), mendiskusikan permasalahan,

merumuskan masalah, menyimpulkan suatu gagasan

(organization), dan kemampuan dalam mencari

penyelesaian suatu masalah (characterization).

Kelima aspek kemampuan yang diperoleh melalui

penerapan sanksi dalam pembelajaran merupakan aspek-

Page 79: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

63

aspek kemampuan siswa dalam ranah afektif. Oleh karena

itu, penggunaan sanksi dalam proses belajar mengajar

dapat meningkatkan kemampuan afektif siswa.

G. Kendala Dalam Pembelajaran Afektif

Pembelajaran di PPST Ar-Risalah, sama seperti hal

yang tejadi di tempat lainnya dalam hal pembelajaran

afektif, yaitu mendapat kendala. Pembentukkan sikap

peserta didik merupakan aspek yang sangat penting,

disamping aspek pembentukkan kemampuan intelektual

untuk membentuk kecerdasan peserta didik dan

pembentukkan keterampilan untuk mengembangkan

kompetensi agar peserta didik memiliki kemampuan

motorik.

Proses pendidikan bukan hanya membentuk

kecerdasan dan memberikan ketrampilan tertentu saja,

akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap

agar anak berperilaku sesuai dengan norma-norma yang

berlaku di masyarakat.

Dalam pendidikan di sekolah, proses pembelajaran

sikap kadang-kadang terabaikan. Hal ini disebabkan

proses pembelajaran sikap berkaitan dengan pembentukan

nilai-nilai yang terdapat dalam diri santri. Adapun

penyebab dari kendala dalam pembelajaran afektif adalah

sebagai berikut.

Pertama, selama ini proses pendidikan sesuai dengan

kurikulum yang berlaku cenderung diarahkan untuk

pembentukkan intelektual. Dengan demikian,

keberhasilan proses pendidikan dan proses pembelajaran

di sekolah ditentukkan oleh kriteria kemampuan

intelektual (kemampuan kognitif). Akibatnya, upaya yang

Page 80: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

64

dilakukan setiap guru diarahkan kepada bagaimana agar

anak dapat menguasai sejumlah pengetahuan sesuai

dengan standart isi kurikulum yang berlaku, oleh karena

kemampuan intelektual identik dengan penguasaan materi

pelajaran.

Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam bentuk

evaluasi yang dilakukan baik evaluasi tingkat sekolah,

tingkat wilayah, maupun evaluasi nasional diarahkan pada

kemampuan anak menguasai materi pelajaran.

Kedua, sulitnya melakukan kontrol karena banyak

faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sikap

seseorang. Pengembangan kemampuan sikap bukan hanya

ditentukan oleh faktor guru, akan tetapi juga faktor-faktor

lain terutama faktor lingkungan.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa walaupun di

sekolah, guru berusaha memberikan contoh yang baik,

akan tetapi manakala tidak didukung oleh lingkungan

anak baik lingkungan sekolah maupun lingkungan

masyarakat, maka pembentukan sikap akan sulit

dilaksanakan.

H. Upaya-Upaya yang Dilakukan PPST Ar-Risalah

Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar.

Prestasi meningkat bukan hanya dambaan setiap

siswa maupun orang tua murid, guru pun memiliki

harapan akan peningkatan prestasi belajar siswa yang

dibinanya. Akan tetapi tidak banyak guru memiliki ilmu

atau kemampuan tentang strategi peningkatan prestasi

belajar siswa.

Page 81: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

65

BAB IV

PEMBERIAN SANKSI DALAM DISIPLIN

PENDIDIKAN

Dalam ilmu pendidikan, disiplin merupakan cara

menjaga kelangsungan kegiatan pendidikan. Hal ini

disebabkan disiplin merupakan cara menciptakan suasana

pembelajaran yang kondusif, sehingga proses

pembelajaran bisa berjalan secara efektif.

Metode pembelajaran dengan menerapkan sikap

disiplin ini identik dengan pemberian hukuman atau

sanksi. Pemberian sanksi bertujuan untuk menumbuhkan

kesadaran siswa bahwa apa yang dilakukan tersebut tidak

benar, sehingga ia tidak mengulanginya lagi.

Pembentukan sikap lewat kedisiplinan ini

memerlukan ketegasan dan kebijaksanaan. Ketegasan

mengharuskan seorang pendidik memberikan sanksi bagi

pelanggar, sementara kebijaksanaan mengharuskan

pendidik berbuat adil dan arif dalam memberikan sanksi,

tidak terbawa emosi atau dorongan lain. Begitu penting

pemberian sanksi dalam membentuk kedisiplinan siswa,

sehingga kedisiplinan selalu bersamaan dengan pemberian

sanksi.

Page 82: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

66

Berikut disajikan tentang kontribusi penerapan

pembelajaran dengan pemberian sanksi dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa dan tentang kontribusi

penerapan sikap disiplin siswa terhadap prestasi belajar.

A. Kontribusi Pemberian Sanksi dalam Meningkatkan

Kedisiplinan Siswa

Sanksi merupakan salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk menciptakan kedisiplinan dalam belajar.

Dengan demikian, pemberian sanksi dapat digunakan

untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Dari hasil

penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

sanksi mempunyai derajat keeratan hubungan yang cukup

tinggi dengan tingkat kedisiplinan siswa di sekolah

(r=0.255), ini menunjukkan bahwa perlu adanya

pemberian sanksi dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

Nilai koefisien determinasi atau besarnya nilai

kontribusi pemberian sanksi terhadap kedisiplinan siswa

dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi yang

dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:

Koefisien Determinasi (KD) =r2 x 100%.

Dari hasil penelitian diperoleh hasil, nilai Koefisien

Determinasi (KD) pemberian sanksi terhadap kedisiplinan

siswa sebesar 6.50 %. Hal ini berarti 6.5% kedisiplinan

siswa dapat dijelaskan oleh variable pemberian sanksi dan

sisanya yaitu sebesar 93.50% dijelaskan oleh variable lain.

Hubungan antara pemberian sanksi dengan tingkat

kedisiplinan siswa merupakan hubungan yang positif, ini

berarti dengan semakin tinggi tingkat pemberian sanksi,

maka tingkat kedisiplinan menjadi semakin tinggi pula.

Page 83: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

67

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hurlock yang

menyatakan, konsep umum dari disiplin adalah sama

dengan sanksi (Hurlock, 1997). Hal ini juga

mengindikasikan bahwa pemberian sanksi dan disiplin

dua hal yang selalu berdampingan dan tidak bisa

dipisahkan.

Berikut disajikan tabel hasil perhitungan nilai

koefisien korelasi( r ) dan nilai r 2 dari hasil penelitian

antara variable pemberian sanksi terhadap kedisiplinan

siswa.

Tabel 4.1 Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .255a .065 .050 1086.808

a. Predictors: (Constant), Sanksi

Tabel4.2 ANOVAa

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5092927.51 1 5092927.51 4.31 .042b

Residual 73231447.48 62 1181152.379 Total 78324375.00 63

a. Dependent Variable: Kedisiplinan

b. Predictors: (Constant), Sanksi

Tabel4.3 Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 5341.369 179.307 29.789 .000

Sanksi 3.598 1.733 .255 2.076 .042

a. Dependent Variable: Kedisiplinan

Page 84: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

68

Dari tabel 4.1, 4.2 dan 4.3 terlihat bawa pemberian

sanksi mempunyai korelasi yang positif dan signifikans

terhadap kedisiplinan siswa, dengan demikian semakin

tinggi pemberian sanksi,maka semakin tinggi tingkat

kedisiplinan. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan

Harlock,bahwa kedisiplinan selalu bersamaan dengan

pemberian sanksi (Hurlock, 1997).

Selanjutnya kontribusi pemberian sanksi terhadap

tingkat kedisiplinan santri sebesar 6.5%. artinya bahwa

kedisiplinan dapat dijelaskan oleh pemberian sanksi

sebesar 6.5%, selebihnya dijelaskan oleh variable lain.

Nilai koefisien regeresi yang diperoleh adalah a =

5341.369 dan b = 3.598. Nilai tersebut signifikans pada F

= 4.31pada taraf signifikansi 0.042. Adapun Hubungan

antara pemberian sanksi dengan kedisiplinan siswa seperti

terlihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Hubungan antara Sanksi dengan Kedisiplinan Siswa

Page 85: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

69

Dari gambar 4.1 terlihat bahwa pemberian sanksi

(Punishment) dapat meningkatkan kedisiplinan siswa,

sehingga setiap kenaikan nilai pada pemberian sanksi,

mengakibatkan kenaikan nilai pula pada tingkat

kedisiplinan. Hal ini disebabkan dengan adanya

pemberian sanksi, siswa akan berusaha untuk berhati-hati

dalam bersikap dan berusaha untuk tidak melanggar tata

tertib yang ada, sehingga kedisiplinan akan tercipta.

Pernyataan ini tersebut sesuai dengan pernyataan

Compos bahwa untuk menerapkan kedisiplinan maka

perlu adanya penerapan sanksi, karena dengan begitu

siswa akan merasa takut dan tunduk yang pada akhirnya

akan tumbuh rasa tanggung jawab (Compos, 2002).

Seperti dinyatakan oleh beberapa santri di PPST Ar-

Risalah, adanya sanksi membuat santri menjadi hati-hati

dalam bersikap. Adanya sanksi juga membuat santri

merasa takut untuk melanggar aturan yang telah

ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian sanksi

dapat meningkatkan tingkat kedisiplinan santri.

Pemberian sanksi selama dilakukan dengan batas-

batas kemanusiaan dan tidak menimbulkan penderitaan

pada para santri, diperbolehkan untuk dilakukan.

Seperti pernyataan latif bahwa menurut Ibn Sina,

pemberian sanksi dalam pendidikan, selama dalam batas

kemanusiaan dan tidak menimbulkan penderitaan pada

siswa dan dengan tujuan mendisiplinkan siswa boleh

dilakukan (Latif, 2014).

Page 86: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

70

B. Upaya – Upaya Pondok Pesantren Dalam

Meningkatkan Kedisiplinan Siswa.

Menurut Kilimci, kedisiplinan siswa merupakan hal

yang penting agar siswa mentaati peraturan-peraturan

yang telah ditetapkan, karena sikap siswa yang tidak

disiplin dapat menyebabkan terciptanya lingkungan

belajar yang tidak aman dan akan memberikan

penampilan yang buruk bagi siswa (Kilimci, 2009).

Dengan demikian, sanksi dalam pendidikan biasanya

diberikan dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa.

Menurut Nakpodia, pendekatan yang dapat digunakan

dalam rangka menciptakan kedisiplinan adalah sanksi

fisik, skorsing dan pengusiran siswa dari kelas (Nakpodia,

2010)

Pondok Pesantren Salafiyah Terpadu Ar-Risalah

dalam rangka menciptakan kedisiplinan siswa

memberikan sanksi baik dalam bentuk sanksi fisik

maupun non fisik sanksi bagi setiap pelanggaran yang

dilakukan. Namun sanksi fisk yang diberikan tidak pada

tempat-tempat yang membahayakan.

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan,

Pemberian sanksi fisik yang biasa diberikan di PPST Ar-

Risalah Lirboyo, Jawa Timur dalam bentuk : dijewer,

disiram air, berdiri di sudut ruangan, skot jump, push up

dan lari mengelilingi lapangan.ada juga santri yang

sampai ditampar, yaitu jika pelanggaran dilakukan oleh

santri yang merangkap sebagai pengurus pondok dan

kesalahan yang dilakukan berulang-ulang.

Memberikan sanksi fisik diperbolehkan asalkan

memenuhi kriteria tertentu, yaitu membolehkan guru

untuk memukul siswanya jika melakukan kesalahan.

Page 87: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

71

memukul hanya untuk mendidik bukan balas dendam dan

dalam memberikan sanksi fisik, harus menghindari

memukul wajah. Selain itu, ada juga sanksi yang bersifat

psikis yaitu sanksi yang diterapkan pada peserta didik

bukan dengan pukulan atau sanksi, namun dengan

memberikan kegiatan yang menggunakan pikiran dan

tenaga sebagai gantinya sanksi yaitu dengan

memebersihkan kamar mandi atau juga dengan

memeberikan tugas mengerjakan sesuatu yaitu tugas

materi yang berkaitan dengan sanksinya.

Jadi, konsep sanksi yang diberikan di PPST Ar-

Risalah meskipun berbentuk pemaksaan tapi tidak

berbentuk kekerasan. Karena kekerasan yang berlebihan

dalam pendidikan dapat menjadikan anak bersikap

penakut, lemah, malas, tidak semangat, menyeretnya

untuk berdusta dan lari dari tugas.

C. Mendidik melalui kedisiplinan

PPST Ar-Risalah memberikan berbagai peraturan

yang harus dilaksanakan santri pada saat pembelajaran di

dalam kelas. Dari hasil wawancara dengan santri

diperoleh hasil, santri yang tidak disiplin akan diberikan

sanksi baik berupa sanksi fisik maupun sanksi non fisik.

Adapun tujuan dari pemberian sanksi adalah agar santri

bersikap disiplin pada saat pembelajaran.

Ketika belajar di kelas santri tidak mempunyai

kebebasan untuk melakukan aktivitas, semua yang

dilakukan harus sesuai dengan aturan dan norma-norma

yang telah ditetapkan oleh pondok pesantren.

Tingginya sikap kedisiplinan yang diterapkan oleh

pondok pesantren terhadap aktivitas santri bertujuan

Page 88: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

72

untuk menciptakan suasa belajar yang kondusif dan agar

tujuan pendidikan yang telah ditentukan PPST Ar-Risalah

dapat tercapai.

D. Mendidik Melalui Pemberian Sanksi.

Metode penerapan sanksi merupakan metode utama

dalam pembelajaran di PPST Ar-Risalah. Semua

pelanggaran yang dilakukan pasti akan dikenakan sanksi.

Menurut Nakpodia Untuk mencegah terjadinya sikap

siswa yang tidak disiplin maka perlu adanya

sanksi(Nakpodia, 2010).

Secara umum model pembelajaran yang dgunakan di

PPST Ar-Risalah menganut teori behaviorisme. Rosyada

menyatakan, teori behaviorisme merupakan teori

pendidikan yang memandang bahwa belajar merupakan

proses perubahan tingkah laku kepada kebaikan dan

kegagalan dalam pembelajaran dianggap sebagai

kesalahan yang perlu dihukum (Rosyada, 2009).

Dari hasil wawancara penulis dengan pengasuh PPST

Arrisalah pada Oktober 2013 diperoleh temuan bahwa

pemberian sanksi terhadap kesalahan yang dilakukan

santri bertujuan untuk mendidik santri untuk menjauhi

kejahatan dan untuk mendidik santri bahwa semua yang

dilakukan manusia perlu dipertanggungjawabkan.

Metode ini mengarah kepada memberikan tekanan

upaya menjauhi kejahatan atau dosa. Di pesantren,

metode ini biasanya diterapkan dalam pengajian-

pengajian, baik sorogan maupun bandongan. Sanksi di

PPST Ar-Risalah dikenal dengan istilah ta’zir. Ta’zi>r diberikan kepada santri yang melakukan pelanggaran.

Page 89: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

73

sanksi yang diberikan berupa sanksi fisik dan sanksi non

fisik.

Sanksi fisik diberikan bagi santri yang mempunyai

prestasi buruk adalah dengan memerintahkan santri

berjalan sambil berjongkok sejauh beberapa meter.

Sanksi non fisik yang diberikan guru kepada santri yang

tidak berprestasi adalah santri tidak mendapatkan

perhatian guru. Oleh karena itu para santri melakukan

persaingan untuk memperolah prestasi yang tinggi.

Bahkan seorang santri merasa takut untuk melakukan

kesalahan dalam kelas, karena setiap pelanggaran akan

dikenakan sanksi.

Bentuk pelanggaran kedisiplinan santri PPST Ar-

Risalah yang berhubungan dengan prestasi belajar antara

lain adalah : keterlambatan masuk ke dalam kelas, tidak

mengerjakan tugas yang diberikan guru, tidak membawa

buku sesuai dengan mata pelajaran, tidak tertib dan

melakukan kegaduhan di dalam kelas serta tidak

memperhatikan guru pada saat menjelaskan. Pelanggaran

yang paling sering terjadi adalah santri mengantuk pada

saat belajar dan sanksi yang diberikan adalah berdiri di

sudut ruangan kelas.

Page 90: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

74

Page 91: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

75

BAB V

DISIPLIN DAN SUASANA BELAJAR YANG

KONDUSIF

Kedisiplinan siswa merupakan sikap siswa dalam

mematuhi pelaksanaan tata tertib yang ditentukan.

Disiplin sekolah didefinisikan oleh Kilimci sebagai semua

kebijakan yang ditentukan sekolah untuk mencegah siswa

melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan

pelaksanaan disiplin dengan baik, dapat menciptakan

suasana belajar yang kondusif dan produktif (Kilimci,

2009).

Dengan demikian, penerapan disiplin yang efektif

terhadap seluruh siswa dapat menciptakan lingkungan

belajar yang produktif, karena melalui sikap siswa yang

disiplin, maka akan tercipta suasana belajar yang

kondusif.

Untuk mendukung pernyataan tersebut, berikut

dituliskan tentang pelaksanaan disiplin yang dapat

menciptakan suasana belajar yang kondusif dan produktif

di PPST Ar-Risalah, Lirboyo, Jawa Timur.

Page 92: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

76

A. Kegiatan Harian Pondok Pesantren

Kegiatan harian di Pondok Pesantren Salafiyah

Terpadu (PPST) Ar-Risalah merupakan kegiatan yang

terjadi baik pada aktivitas di pondok pesantren maupun

aktivitas pada saat belajar mengajar. Kegiatan harian di

PPST Ar-Risalah ini telah terjadi sejak pukul 03.30 atau

sebelum subuh,yang dimulai dengan Qiya>m al lail atau

s}alah malam.

Kegiatan harian PPST Ar-Risalah tidak terlepas dari

pelaksanaan tata tertib yang telah ditetapkan pondok

pesantren. Pelanggaran terhadap tata tertib akan

dikenakan sanksi baik berupa sanksi fisik maupun sanksi

non fisik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

1. Pelaksanaan Tata Tertib

Tata tertib merupakan sejumlah aturan tertulis yang

harus dipatuhi. Pelanggaran terhadap tata tertib perlu

mendapatkan sanksi. Hal ini disebabkan tujuan dari

dibuatnya tata tertib adalah untuk mendisiplinkan siswa.

Nakpodia menyatakan, untuk mencegah terjadinya sikap

siswa yang tidak disiplin, perlu adanya punishment atau

sanksi (Nakpodia, 2010).

Tata tertib yang terdapat di PPST Ar-Risalah, terbagi

kepada tata tertib pondok pesantren dan tata tertib di

sekolah.

a. Tata Tertib Pondok Pesantren

Pelaksanaan tata tertib di PPST Ar-Risalah

merupakan sikap anggota sekolah dalam melaksanakan

tata tertib yang telah ditentukan. Tata tertib Pondok

Page 93: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

77

Pesantren Salafiyah Terpadu (PPST){ terdiri dari tata

tertib santri, tata tertib guru dan tata tertib wali santri.

Pelaksanaan tata tertib ini bertujuan untuk

menegakkan kedisiplinan yang telah ditentukan oleh

PPST Ar-Risalah. Al Ra’i menyatakan, disiplin sekolah

bertujuan untuk memperkuat proses pendidikan dan

menghilangkan hambatan yang menghalangi tercapainya

tujuan tersebut (Al-Ra’i, 2013).

Dari hasil wawancara dengan pengurus PPST Ar-

Risalah diperoleh temuan bahwa pelaksanaan penegakan

tata tertib di PPST ini dilakukan melalui pengontrolan

ketat terhadap semua aktivitas santri. Pihak pondok tidak

segan-segan memberikan sanksi (punishment) bagi setiap

pelanggaran yang terjadi dan santri dianggap melakukan

pelanggaran terhadap tata tertib apabila santri tidak

melaksanakan kewajiban atau santri melakukan kegiatan

larangan.

Sanksi pada PPST Ar-Riasalah bervariasi mulai dari

teguran, denda berupa uang sampai kepada sanksi fisik. Selanjutnya Straus mengartikan sanksi fisik sebagai

penggunaan kekuatan fisik yang menimbulkan

pengalaman rasa sakit pada anak, tetapi tidak sampai

melukai dengan tujuan sebagai koreksi atau control

terhadap tingkah laku anak (Straud and Inderbitzin,

2006).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, setiap

pelanggaran terhadap tata tertib di PPST Ar-Risalah

dikenakan sanksi, baik sanksi fisik maupun sanksi non

fisik, namun sanksi tersebut tidak sampai melukai santri.

Karena sanksi yang diberikan bertujuan hanya sebagai

kontrol terhadap perilaku santri.

Page 94: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

78

1) Tata Tertib Santri

Kegiatan harian pondok dimulai sejak pukl 03.30

WIB. Pada jam tersebut seluruh santri dibangunkan untuk

segera mempersiapkan diri melaksanakan s}alat malam

atau qiya>m al lail, s{alat tersebut dilaksanakan secara

bersama dan rutin dilakukan setiap malam. s}alat malam

yang dilakukan meliputi : S}alat ha>jat, s}alat tahajjud dan

dilanjutkan dengan s}alat s}ubuh berjamaah.

Suasana yang cukup religius dirasakan pada lokasi

tersebut. Santri memulai aktivitas dengan s}alat sunnah

berjamaah, dilanjutkan dengan s}alat s}ubuh berjamaah.

Pada saat melaksanaan s}alat ini santri tidak boleh datang

terlambat, tidak boleh mengantuk atau melakukan

aktivitas lain yang tidak ada hubungan dengan ibadah.

Jika santri melakukan pelanggaran, maka akan

mendapat sanksi, yaitu berupa berdiri di sudut ruangan,

scott jump atau bahkan push up. Lamanya sanksi

tergantung pada pelanggaran yang dilakukan santri.

Pengurus pondok pesantren melakukan pengontrolan

ketat terhadap semua aktivitas santri, sejak santri masih

berada di pondok pesantren maupun pada saat santri

sedang melakukan proses belajar mengajar di sekolah

dengan tujuan tercipta kedisiplinan.

Adanya kontrol yang ketat menunjukkan bahwa

pembelajaran di PPST ini menggunakan teori

pembelajaran behaviorisme, yaitu teori yang menyatakan

agar proses pembelajaran dapat berhasil, maka perlu

adanya kontrol yang ketat.

Hal ini diharapkan santri menjadi pribadi yang

memiliki kedisiplinan yang tinggi. Sesuai dengan

Page 95: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

79

pernyataan Hamdawi, Pendidikan dan pendisiplinan

bertujuan untuk memelihara sosialisasi pelajar dengan

benar. Sehingga pendidikan diharapkan juga berkontribusi

terhadap pelestarian nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat

dalam membentuk warga negara yang baik (Hamdawi,

2014).

Santri diwajibkan untuk istirahat berupa tidur siang.

Kegiatan ini dilakukan sebelum para santri pondok

pesantren melanjutkan kegiatan pada Pendidikan

Diniyyah yang dilaksanakan setelah s}alat as}ar hingga

maghrib.

Istirahat siang harus dilakukan santri dan jika santri

tidak melaksanakan aktivitas ini maka santri akan terkena

sanksi. Hal ini dilakukan agar santri tidak merasa

kelelahan secara fisik untuk melanjutkan aktivitas

berikutnya, karena bagaimanapun fisik membutuhkan

istirahat.

Tata tertib pondok pesantren selain diterapkan

terhadap aktivitas pondok, juga terhadap pakaian yang

dikenakan santri. Pakaian yang dikenakan santri harus

selalu seragam dan sesuai dengan aturan yang telah

ditentukan pondok.

Santri tidak diperkenankan memakai pakaian bebas,

bahkan baju yang dipakai untuk tidur harus seragam.

Alat-alat yang digunakan untuk s}alat tidak boleh terkesan

mewah, tidak diperkenankan memakai kosmetik dan

menggunakan mukena yang berharga mahal menurut

pondok.

Hal ini juga menunjukkan, santri dididik untuk hidup

dengan pola hidup sederhana. Hal lain yang tidak boleh

dilakukan santri adalah melakukan komunikasi dengan

Page 96: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

80

keluarga, baik melalui telepon maupun alat komunikasi

lainnya. Hal ini dimaksudkan agar santri tumbuh menjadi

pribadi yang mandiri.

Pihak pondok melarang santri melakukan komunikasi

dengan keluarga, kecuali pada saat yang telah ditentukan,

yaitu pada waktu sambangan dan liburan sekolah, dengan

tujuan agar santri lebih fokus dalam melakukan

pembelajaran dan tidak manja.

Jika santri sakit, maka pihak pondok pesantren yang

akan melakukan penanganan, tanpa memberitahukan

kabar tersebut kepada pihak keluarga, pihan pondok

pesantren melakukan hal tersebut sudah berdasarkan

kesepakatan dengan pihak wali santri, pada saat mereka

menyekolahkan anaknya di PPST Ar-Risalah ini dan

berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan

(Oktober 2013), PPST Ar-Risalah mempunyai Rumah

Sakit sendiri.

Seluruh peraturan yang telah ditentukan oleh pondok

pesantren harus dilakukan santri dan jika melakukan

pelanggaran terhadap peraturan yang telah ditentukan,

maka akan diberikan sanksi baik berupa sanksi fisik

maupun sanksi non fisik.

Sanksi fisik atau corporal punishment yang diberikan

kepada santri berupa santri dijewer, dilarang masuk ke

dalam kelas (belajar di luar), berdiri di sudut ruangan,

disiram air, push up, lari keliling lapangan dan ta’zir atau

dipukul dengan rotan.

Pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib

menunjukkan bahwa pendidikan di PPST Ar-Risalah

dilakukan dengan cara pemaksaan, bahkan pihak pengurus

mengakui, pendidikan yang diterapkan di PPST ini

Page 97: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

81

bergaya otoriter, dengan alasan pendidikan di PPST Ar-

Risalah dilakukan pada siswa usia remaja (mulai SD kelas

V sampai dengan SLTA), karena mereka berada pada

masa pemberontak dan labil, sehingga perlu arahan agar

proses pembelajaran bisa berhasil.

Menurut Vanderstaay, pendidikan dengan gaya

otoriter berasal dari John Dewey yang menyatakan,

pendidikan dengan gaya otoriter terjadi sejak masyarakat

demokratis mau mengakui prinsip otoritas

eksternal.Sebaliknya, secara sosiologis gaya mengajar

guru yang otoriter berdasarkan dari pandangan Emile

Durkheim yang menyatakan bahwa sekolah merupakan

pengalaman pertama bagi anak dan merupakan gambaran

dari masyarakat (Vanderstay, 2009). Oleh karena itu perlu

adanya gaya mengajar yang otoriter agar anak mendapat

pengalaman yang ideal secara universal.

Berdasarkan pemaparan yang telah dituliskan dapat

disimpulkan bahwa pendidikan di PPST Ar-Risalah

menggunakan pemaksaan. Pemaksaan dalam pendidikan

dimaksudkan untuk meningkatkan prestasi siswa, karena

semua anak meskipun mempunyai perbedaan secara

individual tetapi mereka mempunyai kesamaan, yaitu

anak bisa berhasil jika melakukan kerja keras.

Sesuai dengan pernyataan Chua, pada dasarnya

semua anak bisa dijadikan sukses dan untuk memperoleh

kesuksesan harus melakukan kerja keras, masalahnya

anak-anak biasanya tidak mau bekerja, sehingga disinilah

peran orang tua dalam mengarahkannya (Chua,A.,2011).

Demikian juga dengan pernyataan Mut}t}aha>ri,

meskipun sanksi bukan merupakan faktor pendorong

pengembangan potensi anak, namun pada masyarakat

Page 98: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

82

kosmopolitan, sanksi tetap diperlukan untuk mencegah

sikap membandel atau vandalism (Mut}t}aha>ri,2014 dan

2003).

Pemaksaan dalam pendidikan di PPST Ar-Risalah

dimaksudkan untuk memberikan pengajaran agar santri

terbiasa melakukan perbuatan baik. Pernyataan ini sesuai

dengan QS Al-Nisaa’(4) : 58 bahwa pada dasarnya

manusia bisa dibiasakan, oleh karena itu Islam memberi

nasihat agar selalu membiasakan diri dalam kebaikan.

Sesuai pernyataan Pierce and Cheney bahwa

pembiasaan (habituasi) adalah proses perilaku yang telah

terjadi karena sejarah filogenetik, hal ini dapat terjadi

melalui pengulangan suatu kejadian. Secara fisiologi

pembiasaan atau habituasi bisa terjadi karena telah

adanya pembangunan busur refleks pada diri seseorang

(Pirce and Cheney, 2004)

Demikian juga dengan pernyataan Rostami dan

Khadjooi yang menyatakan, dalam pengembangan

kompetensi dan untuk menunjukkan keterampilan

psikomotor menurut pembelajaran behavioristik perlu

adanya latihan yang bersifat pengulangan, sehingga akan

menjadi kebiasaan (Rostami dan Khadjooi, 2010).

Pembiasaan dalam pendidikan mempunyai peran

yang sangat penting. Pembiasaan pendidikan sesuai

dengan teori behaviorisme Ivan Pavlop (1849 – 1936),

yaitu seluruh perilaku manusia adalah hasil dari belajar.

Menurut Raygor pembelajaran melalui pemaksaan

merupakan bentuk pembelajaran yang paling sederhana

dan agar pemaksaan yang diinginkan berhasil, maka

memerlukan stimulus secara berulang-ulang

(Raygor,2005).

Page 99: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

83

Pemberian sanksi juga menunjukkan bahwa pesantren

ini merupakan lembaga pendidikan yang memberikan

sikap ramah terhadap anak, karena pemaksaan dalam

bentuk sanksi yang diberikan dalam rangka memberikan

perlindungan terhadap anak dan agar anak menjadi insa>n ka>mil.

Selain itu PPST Ar-Risalah selalu memenuhi semua

kebutuhan santrinya, mulai dari kebutuhan primer sampai

pada kebutuhan skunder, sehingga di PPAT Ar-Risalah

semua kebutuhan santri terpenuhi.

Hal ini memberikan dampak pada tingkat konsentrasi

santri yang tinggi. Karena konsentrasi santri tidak terbagi

pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Oluremi, pendidikan ramah anak

adalah pendidikan dimana staf pendidikan bersikap ramah

pada anak, lingkungan yang sehat dan aman bagi anak

serta semua kebutuhan anak terpenuhi(Oluremi, 2012).

Sanksi terhadap pelanggaran kewajiban dan larangan

ini sudah ditentukan oleh pondok pesantren. Meskipun

pihak pondok sudah menentukan dan menjelaskan tentang

sanksi yang diberikan terhadap setiap pelanggaran, tetapi

tetap saja banyak santri yang terkena sanksi.

2) Tata Tertib Guru

Ketentuan kedisiplinan tidak hanya diterapkan pada

siswa, tetapi juga pada guru. Hal ini bertujuan agar proses

belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan tujuan

pembelajaran dapat dicapai.

Dari wawancara dengan siswa PPST Ar-Risalah,

diperoleh keterangan bahwa seluruh guru-guru pada PPST

Ar-Risalah mempunyai kedisiplinan yang tinggi. Hal ini

Page 100: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

84

terlihat dari kedatangan guru yang tidak pernah

terlambat. Guru-guru pada PPST tidak pernah

menggunakan HP selama proses belajar mengajar, mereka

juga tidak ada yang merokok dan selalu berpakaian dan

berpenampilan rapih.

Dalam hal pembelajaran, meskipun bersifat fleksibel,

namun tetap mengacu pada silabus pembelajaran,

sehingga proses belajar mengajar menjadi terarah dan

materi yang disampaikan dapat mudah dicerna oleh santri.

3) Tata Tertib Wali Santri

Tata tertib yang diterapkan di PPST Ar-Risalah

dalam rangka menjalin hubungan kerjasama antara pihak

sekolah dengan keluarga santri dalam menciptakan

kedisiplinan.

Menurut Osher,D. et.al, tiga hal penting yang harus

diciptakan dalam rangka membentuk kedisiplinan sekolah

adalah kerja sama dengan keluarga siswa, kompetensi

budaya dan linguistik serta kemampuan siswa dalam

memberikan reaksi (Osher, D. et.al, 2010).

Wali santri diberikan waktu berkunjung atau yang di

lingkungan Pondok Pesantren Ar-Risalah Lirboyo dengan

nama sambangan. Waktu berkunjung wali santri sebanyak

4 kali, yaitu, waktu sambangan dua kali dan dua kali pada

saat liburan sekolah.

Liburan sekolah pada saat maulid nabi Muhammad

SAW yaitu selama 15 hari dan pertengahan ramadhan.

Waktu berkunjung wali santri atau sambangan adalah 3

bulan sekali. Pada waktu melakukan sambangan ada

beberapa peraturan yang berupa kewajiban yang harus

Page 101: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

85

ditaati baik ketika santri akan memasuki liburan sekolah

maupun pada saat kunjungan. Bila larangan, akan

dikenakan sanksi.

Sebelum bertemu dengan santri, maka dilakukan

pemeriksaan terhadap isi dari tas wali santri, jika terdapat

makanan, permen, kopi atau makanan lainnya, maka

makanan tersebut dititipkan terlebih dahulu di pengurus

pondok, dan jika waktu kunjungan selesai akan

dikembalikan kepada wali santri, hal ini dilakukan karena

menurut peraturan pondok pesantren ini, wali santri

dilarang membawakan makanan, uang dan kebutuhan

sehari-hari lainnya kepada santri.

Beberapa larangan terhadap wali santri adalah

membawa HP ke dalam lingkungan pondok pesantren

pada saat sambangan, menemui santri diluar jam

sambangan, menemui wali santri tanpa sepengetahuan

pengurus pondok, memasuki asrama, membawakan uang,

makanan dan keperluan santri lainnya, mengajak santri

keluar lokasi pondok, shalat jum’at bersama santri dan

berhubungan dengan santri (internet, telepon, sms dan

berkirim surat).

Untuk mencegah terjadi pelanggaran terhadap

ketentuan yang telah ditentukan, maka pada saat

memasuki lokasi pondok pesantren dilakukan

pemeriksaan terhadap barang bawaan wali santri dan jika

kedapatan wali santri membawa barang yang dilarang

oleh pondok pesantren, maka barang tersebut disita,

disimpan oleh pihak pondok pesantren dan kemudian

barang tersebut dikembalikan lagi pada saat selesai

melakukan sambangan.

Page 102: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

86

b. Tata Tertib Sekolah

Secara umum dibuatnya tata tertib sekolah

mempunyai tujuan utama agar semua warga sekolah

mengetahui apa tugas, hak dan kewajiban serta

melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah

dapat berjalan dengan lancar.

Prinsip tata tertib sekolah adalah diharuskan,

dianjurkan dan ada yang tidak boleh dilakukan dalam

pergaulan di lingkungan sekolah. Sanksi selalu diberikan

bagi santri yang melakukan pelanggaran tata tertib. Tata

tertib ini sangat berkaitan dengan disiplin.

Tata tertib sekolah dibuat dengan tujuan 1. Agar

siswa mengetahui tugas, hak dan kewajibannya, 2. Agar

siswa mengetahui hal–hal yang diperbolehkan dan

kreatifitas meningkat serta terhindar dari masalah–

masalah yang dapat menyulitkan dirinya dan 3.

Agar siswa mengetahui dan melaksanakan dengan

baik dan sungguh–sungguh seluruh kegiatan yang telah

diprogramkan oleh sekolah baik intrakurikuler maupun

ektrakurikuler. Tata tertib yang dibuat pihak PPST dalam

rangka menciptakan suasana belajar yang kondusif adalah

datang 5 menit sebelum pembelajaran dimulai, tidak

membuat kegaduhan, tidak mengobrol pada saat belajar,

tidak bercanda, tidak mengganggu teman dan tidak

mengantuk. Dan jika hal tersebut dilanggar, maka santri

akan menerima sanksi.

Bentuk pelanggaran beserta sanksi yang diberikan

dalam rangka menciptakan suasana belajar yang kondusif

antara lain, push up, lari keliling lapang dan berdiri di

sudut ruangan.

Page 103: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

87

B. Pelanggaran Tata Tertib

1. Pelanggaran Tata Tertib Pondok Pesantren

Tata tertib Pondok Pesantren Salafiyah Terpadu

(PPST) Ar-Risalah dibuat agar penyelenggaraan proses

belajar mengajar bisa berjalan dengan tertib, aman dan

nyaman sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Akan tetapi pada kenyataannya, sering terjadi

pelanggaran terhadap tata tertib tersebut. Pelanggaran

terjadi baik pada tata tertib murid, tata tertib guru dan

tata tertib wali santri.

a. Pelanggaran Tata Tertib Santri

Pelanggaran tata tertib santri yang paling banyak

terjadi pada aktivitas di pondok pesantren, sedangkan di

sekolah pelanggaran hampir tidak terjadi. Pelanggaran di

pondok pesantren terjadi baik pada saat santri makan,

ibadah maupun belajar. Menurut pengakuan seorang

santri, pada saat pembelajaran di sekolah jarang terjadi

sanksi, karena jarang terjadi pelanggaran tata tertib,

tetapi pelanggaran tata tertib paling banyak terjadi pada

saat aktivitas pondok. Pelanggaran juga terjadi pada saat

makan.

Peraturan pondok dalam hal makan menentukan,

selain santri diberikan ketentuan makan 3 kali sehari,

diantara waktu-waktu makan tersebut santri diberikan

snack. Pada saat makan ada tata tertib yang harus

dipatuhi, yaitu apapun makanan yang disediakan pondok

kepada santri, makanan tersebut harus habis dan tidak ada

yang tersisa serta harus habis dalam waktu tujuh menit.

Ketentuan-ketentuan tersebut jika dilanggar, maka

santri akan terkena sanksi. Hal ini tentu saja merupakan

hal yang sulit untuk santri, mengingat adanya perbedaan

Page 104: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

88

individual dan latar belakang santri, tetapi bagi pondok

pesantren melanggar peraturan, berarti dikenakan sanksi.

Oleh karena itu untuk menghindari sanksi, maka ada kerja

sama sesama santri, yaitu yang masih merasa lapar

membantu menghabiskan makanan santri lain yang sudah

merasa kenyang.

Hal ini dapat diartikan sebagai pemaksaan dalam

menerapkan kedisiplinan. Namun sebenarnya tujuan pihak

pondok adalah menerapkan bahwa makan dan minum

hanya dilakukan sesuai dengan kebutuhan tubuh saja.

Demikian juga dengan ketentuan tentang waktu tidur.

Santri diharuskan untuk tidur pada jam 22.00 WIB

atau jam 10 malam, meskipun pada jam tersebut santri

belum mengantuk atau sudah mengantuk sebelum jam

tersebut santri tetap harus tidur pada jam 22.00. Dalam

hal ini, banyak santri yang terkena sanksi terutama santri

dari tingkat SLTP.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus PPST

Ar-Risalah Lirboyo, Jawa Timur sebenarnya siswa SLTA

juga banyak yang melakukan pelanggaran, namun mereka

mampu menyembunyikannya, sehingga yang banyak

terkena sanksi adalah santri dari tingkat SLTP.

Adanya peraturan yang ketat tentang waktu tidur

dimaksudkan agar santri memperoleh waktu istirahat

yang cukup, sehingga tidak ada keterlambatan dan

ngantuk pada saat aktivitas pembelajaran di siang hari.

2. Pelanggaran Tata Tertib Sekolah

a. Pelanggaran Tata Tertib Santri

Aktivitas pembelajaran di kelas mulai terjadi pada

pukul 05.30, yaitu pada pendidikan di MQA (Madrasah

Page 105: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

89

Qur’an Ar-Risalah) dan dilanjutkan dengan pendidikan

umum pada pukul 07.30. Sebelum aktivitas pembelajaran

di kelas, dilakukan pengecekan terhadap seragam yang

digunakan santri, jika pakaian yang dikenakan tidak

sesuai dengan nama santri, maka santri akan terkena

sanksi, karna sudah melakukan ghasab. Ada beberapa

santri yang terkena sanksi untuk hal tersebut. Setelah

pemeriksaan terhadap perlengkapan santri, santri

diwajibkan hadir di kelas tepat waktu.

Setiap pagi santri diwajibkan sampai ke kelas 5 menit

sebelum pembelajaran dimulai dan untuk hal tersebut

pengurus asrama segera memberi peringatan, namun

dalam pelaksanaannya sering terdapat siswa yang

terlambat masuk ke dalam kelas.

Apabila ini terjadi maka santri dilarang masuk kelas

atau belajar di luar kelas, namun dari hasil wawancara

terhadap beberapa santri di PPST Ar-Risalah diperoleh

temuan bahwa santri putri hampir tidak pernah ada yang

terlambat datang ke sekolah namun santri putra masih

sering ada yang terlambat.

Mengantuk adalah manusiawi, tetapi di PPST Ar-

Risalah mengantuk pada saat belajar dan aktivitas pondok

adalah sebuah kesalahan yang harus dikenakan sanksi.

Dalam pembelajaran di kelas, pelanggaran yang paling

sering terjadi adalah mengantuk.

Ketika santri mengantuk, guru akan langsung

memerintahkan santri berdiri di sudut ruangan. Berdiri di

sudut ruangan dapat dikategorikan sebagai sanksi fisik,

namun keadaan tersebut tidak menimbulkan rasa sakit,

melukai apalagi membahayakan keselamatan santri.

Larangan terhadap memakai pakaian yang dinilai

mewah juga dilakukan oleh pihak PPST Ar-Risalah,

Page 106: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

90

dengan tujuan agar santri memiliki sifat kesederhanaan

dan kebersamaan. Dari hasil temuan peneliti terdapat

seorang santri yang memakai mukena dengan renda perak,

dan ketika mukena itu dipakai, langsung ditegur oleh

pihak pondok, serta diberi peringatan agar mukena

tersebut tidak dipakai lagi Tujuan dari sanksi ini adalah

agar santri memiliki sikap kesederhanaan dan tidak ada

kesenjangan ekonomi antara satu santri dengan santri

lainnya.

Selain tata tertib tersebut, melaksanakan ibadah

umroh juga tidak dizinkan. Dalam hal ini, pihak pondok

pesantren memberikan alasan, menuntut ilmu adalah

wajib, sedangkan melaksanakan ibadah umroh tidak wajib

hukumnya, apalagi untuk anak dalam usia sekolah.

Dengan demikian adanya sanksi yang diterapkan

dalam upaya PPST untuk meningkatkan kedisiplinan

santri. Sesuai dengan pernyataan Foucoult, bentuk dari

mekanisme disiplin adalah adanya pengamatan yang ketat

terhadap semua aktivitas, sehingga semua gerakan

diamati, semua peristiwa dicatat, adanya pelaksanaan

kekuasaan dan selalu dilakukan pemeriksaan (Foucault,

M., 1995).

Hal ini mengindikasikan, kedisiplinan di PPST Ar-

Risalah sangat diperhatikan. Sesuai dengan pernyataan

Aminah, Masalah kedisiplinan di sekolah menjadi hal

yang sangat penting, karena timbulnya kekerassan di

sekolah dan munculnya sikap membandel siswa sebagai

akibat dari ketidak disiplinan (Aminah, Q., 2014).

Page 107: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

91

b. Pelanggaran Tata Tertib Guru

Tata tertib guru dibuat dengan tujuan agar

menjadi pedoman bagi guru dalam melaksanakan

tugas, tanggung jawab, dan kewajibannya selaku pengajar

dan pendidik di PPST Ar-Risalah, Lirboyo, Jatim demi

tercapai tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945.

Tata tertib guru dibuat dengan mengacu ketentuan-

ketentuan yang digariskan oleh Pemerintah Pusat yaitu

Departemen Pendidikan Nasional dan Pemerintah

Provinsi setempat serta ketentuan-ketentuan lain yang

berlaku. Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah

dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan proses

belajar mengajar secara efektif dan efisien.

Tata tertib guru yang ada di PPST Ar-Risalah

meliputi tugas dan tanggung jawab guru dalam hal

pembuatan program pengajaran, melaksanakan aktivitas

pembelajaran dan dalam hal melakukan evaluasi

pembelajaran.

Selain tata tertib tersebut, dalam tata tertib guru di

PPST Ar-Risalah, guru dilarang menggunakan HP selama

dalam aktivitas belajar mengajar, harus lebih dahulu tiba

di sekolah dibandingkan dengan santrinya dan tidak

diperkenankan merokok.

Guru-guru yang mengajar di PPST tidak pernah

mengalami keterlambatan pada saat mengajar, berpakaian

selalu rapi, tidak pernah merokok dan tidak menggunakan

HP pada saat pembelajaran mereka juga cukup menguasai

materi yang akan diajarkan, kecuali guru biologi dan guru

kesenian, serasa kurang mampu membuat pelajaran

menarik dan kurang menguasai materi.

Page 108: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

92

C. Suasana Belajar dalam Kelas

Pondok Pesantren Salafiyah Terpadu (PPST) Ar-

Risalah berusaha menciptakan lingkungan belajar yang

kondusif. Upaya ini dilakukan pondok dengan tujuan

untuk memaksimalkan potensi siswa dalam proses belajar

mengajar.

Sesuai dengan pendapat Zakaria dan Daud, yang

menyatakan, penciptaan lingkungan pembelajaran yang

kondusif merupakan salah satu faktor penting yang dapat

memaksimalkan kesempatan belajar. Lingkungan belajar

yang kondusif dapat tercipta jika siswa dapat belajar

dengan rasa nyaman dan bebas (Zakaria, S dan Daud, S.,

2009)

Dari hasi penelitian diperoleh hasil, suasana belajar di

PPST Ar-Risalah terlihat kondusif, yaitu dengan tidak

tendengar adanya suara-suara yang mengganggu, tidak

banyak orang berlalu-lalang. Jumlah siswa dalam satu

kelas juga tidak banyak, yaitu maksimal 16 siswa disertai

dengan adanya penataan ruang yang cukup rapih. Hal ini

dimaksudkan agar siswa merasa lebih aman dan nyaman

serta fokus dalam menerima materi pelajaran yang

diberikan.

Suasana saat belajar dapat mempengaruhi efisiensi

waktu belajar. Suasana yang kurang kondusif, bisa

menimbulkan ketidak-fokusan dalam belajar, dan

menyebabkan materi yang dipelajari tidak dapat dicerna

dan dipahami dengan baik dan cepat oleh otak.

Menurut Lewis dan lain-lain, ada dua hal utama yang

menyebabkan suasana belajar yang kondusif itu penting,

pertama agar di masyarakat siswa menjadi warga negara

yang bertanggung jawab dan agar tujuan pembelajaran

dapat berhasil dengan baik (Lewis, R et.al., 2005).

Page 109: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

93

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam

menciptakan suasana belajar yang kondusif, antara lain

jumlah siswa dalam satu kelas tidak terlalu banyak dan

kedisiplinan pada saat proses pembelajaran. Keunggulan

dari Pondok Pesantren salafiyah Terpadu adalah sangat

memperhatikan kenyamanan siswa saat pembelajaran,

sehingga kapasitas satu kelas maksimal hanya 20 siswa

dan bahkan saat ini masing-masing kelas maksimal hanya

terdiri dari 16 siswa.

Sesuai dengan pernyataan Ehrenberg dan lain-lain,

ukuran kelas bukan menyatakan perbandingan antara guru

dan siswa yang diajarkannya, tetapi ukuran kelas lebih

mengacu pada jumlah sebenarnya yang diajarkan guru

dalam proses belajar mengajar dan ukuran kelas yang baik

adalah maksimal 20 siswa(Ehrenberg et.al, 2001).

Ukuran kelas yang tidak terlalu besar dapat

membantu dalam menciptakan kedisiplinan kelas dan

kedisiplinan sangat mempengaruhi terciptanya suasana

belajar yang kondusif.

Nakpodia menyatakan, untuk menciptakan suasana

belajar yang kondusif, perlu diterapkannya kedisiplinan.

Untuk mencegah terjadinya sikap siswa yang tidak

disiplin, perlu adanya sanksi. Pendekatan yang dapat

dilakukan untuk menciptakan sikap disiplin adalah

dengan sanksi fisik, skorsing dan pengusiran siswa dari

dalam kelas(Nakpodia, 2010).

D. Kontribusi Kedisiplinan terhadap Suasana Belajar

Yang kondusif

Kedisiplinan siswa selama proses belajar mengajar

dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, karena

Page 110: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

94

dengan adanya sikap disiplin, maka para santri telah

memberikan bentuk ketenangan dalam belajar.

Dari hasil perhitungan terhadap penelitian yang

dilakukan di PPST Ar-Risalah Lirboyo, Jawa Timur

diperoleh hasil seperti terlihat pada tabel 4.1, 4.2 dan 4.3.

Tabel 4.1 Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .869a .755 .751 7.443

a. Predictors: (Constant), Kedisiplinan

Tabel 4.2 ANOVAa

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 10557.527 1 10557.527 190.595 .000b

Residual 3434.332 62 55.392 Total 13991.859 63

a. Dependent Variable: SBK

b. Predictors: (Constant), Kedisiplinan

Tabel 4.3 Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -13.288 4.788 -2.776 .007

Kedisiplinan 1.161 .084 .869 13.806 .000

a. Dependent Variable: SBK

Dari tabel 4.1, 4.2 dan4.3 terlihat bahwa nilai dari

koefisien korelasi kedisiplinan siswa dengan suasana

belajar yang kondusif sebesar 0.896 dan nilai r2

sebesar

0.755.

Page 111: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

95

Hal ini berarti terdapat keeratan hubungan antara

sikap siswa yang disiplin dengan suasana belajar yang

kondusif. Semakin tinggi tingkat kedisiplinan maka

semakin tercipta suasana belajar yang kondusif.

Besarnya kontribusi kedisiplinan terhadap

terbentuknya suasana belajar yang kondusif sebesar

75.50%. Hal ini berarti 75.50 suasana belajar yang

kondusif dapat terjelaskan oleh variable kedisiplinan dan

selebihnya, yaitu sebesar 24.50% dapat dijelaskan oleh

variable lain.

Keadaan ini juga mengindikasikan bahwa untuk

menciptakan suasana belajar yang kondusif, makaperlu

adanya sikap disiplin dari siswa, karena sikap siswa yang

disiplin selama proses pembelajaran dapat menciptakan

suasana kelas yang tenang.

Pada tabel 4.3, terlihat nilai a = -13.288 dan nilai b =

1.161, sehingga persamaannya menjadi y = -13.288 +

1.161X. Koefisien regresi tersebut signifikans dengan F =

190.595 dengan tingkat signifikansi pada 0.000 (Tabel

4.2).

Hal ini berarti, jika sikap siswa tidak disiplin, maka

suasana belajar hanya -13.288 dan setiap kenaikan sikap

disiplin siswa sebesar satu satuan, maka suasana belajar

yang kondusif meningkat sebesar 1.161 satuan.

Adapun gambar tentang korelasi antara kedisiplinan

siswa dan suasana belajar yang kondusif dapat terlihat

pada gambar 4.1

Page 112: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

96

Gambar 4.2 Korelasi Kedisiplinan dan Suasana Belajar

Kondusif (SBK)

Dengan demikian, Proses pembelajaran seharusnya

mampu menciptakan suasana kelas atau iklim kelas yang

kondusif untuk mendukung terciptanya kualitas proses

pembelajaran.

Pembelajaran di Pondok Pesantren Salafiyah Terpadu

Ar-Risalah cenderung satu arah, sehingga terkesan kurang

memperhatikan partisipasi aktif siswa dalam proses

pembelajaran. Guru cenderung belum menempatkan

dirinya sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator

dalam suatu proses pembelajaran yang lebih

menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.

Dalam proses belajar mengajar di PPST Ar-Risalah,

guru lebih cenderung menempatkan dirinya sebagai satu-

Page 113: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

97

satunya sumber belajar, sehingga peserta didik lebih

cenderung dinggap sebagai objek belajar yang harus

menerima segala sesuatu yang akan diberikan oleh guru.

Iklim belajar demikian tentunya kurang kondusif

untuk mengembangkan kreatifitas, daya analisis, dan

sikap kritis siswa dalam proses pembelajaran. Akibatnya

proses pembelajaran yang terjadi kurang bermakna bagi

siswa, sehingga belum mampu mengembangkan

kompetensi dan potensi kemampuan siswa secara lebih

optimal.

Namun dalam hal penciptaan suasana belajar yang

tertib dan penuh dengan keseriusan sangat terlihat di

pondok pesantren ini. Hal ini sangat terlihat ketika

selama proses belajar mengajar tidak ada terdengar suara

canda dan gelak tawa anak atau suara lain selain dari

keseriusan yang cukup tinggi. Selama proses belajar

mengajar hanya terdengar suara siswa dalam mengulangi

pelajaran yang diberikan guru.

Suasana belajar yang kondusif dapat tercipta dengan

adanya kedisiplinan yang tinggi, menurut Zakaria dan

Daud, belajar dapat dikatakan telah terjadi jika terjadi

perubahan dalam diri seseorang baik dalam hal

pengetahuan maupun tingkah laku (Zakaria dan Daud,

2010).

E. Bentuk Penerapan Sanksi Dalam Menciptakan

Suasana Belajar Yang Kondusif.

Penciptaan lingkungan pembelajaran yang kondusif

merupakan salah satu faktor penting yang dapat

memaksimalkan kesempatan pembelajaran, karena

Page 114: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

98

Suasana belajar dapat mempengaruhi efisiensi waktu

belajar.

Suasana yang kurang kondusif, bisa menimbulkan

ketidak-fokusan siswa dalam belajar, dan menyebabkan

materi yang dipelajari tidak dapat dicerna dan dipahami

dengan baik dan cepat oleh otak. oleh karena itu menurut

Djamarah, guru bertugas menciptakan, memelihara dan

memperbaiki sistem atau organisasi (Djamarah, 2000).

Yamin dan Maisah menyatakan, pendekatan yang

digunakan dalam pengelolaan kelas adalah Behavior Modification Approach, Sosio Emotional Climate Approach, Group Process Approach and Eclectic Approach (Yamin dan Maisah, 2009).

Demikian juga menurut AsiaeUniversity, agar guru

memperoleh hasil optimal dalam pembelajaran, maka

diperlukan perencaaan management klas yang efektif. Hal

ini dapat dilihat pada gambar 4.1.

Sumber : Asiae University, 2010

Gambar 4.1. Bagan Perencanaan Management Klas Yang

efektif.

Karakteristik

Siswa

Tipe

management

klas Management

Klas yang Efektif

Lingkungan

fisik

Lingkungan

pembelajaran

Aktivitas

management klas

yang efektif

Kerjasama dengan

siswa

Tata tertib

Page 115: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

99

Pembelajaran yang kondusif menurut Zakaria dan

Dud, ditentukan oleh variabel-variabel tertentu, yaitu

guru, siswa, fasilitas dan penelitian. (Zakaria dan

Daud,2009). Keadaan ini dapat dilihat pada gambar 4.2.

Sumber : The 2nd

International Conference of Teaching and

Learning, 2009.

Gambar 4.2. Bagan Pembelajaran Yang Kondusif

Suasana belajar yang kondusif di pesantren Salafi

Terpadu (PPST) Ar Risalah digunakan dengan

pendekatan sanksi. Pendekatan sanksi dimaksudkan untuk

membuat agar siswa tidak berprilaku buruk ketika

pembelajaran di kelas. Hal ini bisa terlihat dari tingginya

tingkat sanksi untuk setiap pelanggaran terhadap

peraturan yang harus dipenuhi dalam menciptakan

suasana belajar yang kondusif.

Bentuk sanksi yang diberikan terlihat fleksibel dan

situasional. Sebagai contoh misalnya jika siswa

Guru

Fasilitas

Siswa

Penelitia

n

Kualitas guru,

fasilitas dan beban

mengajar

Kualitas berfikir

kritis

Klas yang cerdas

dan nyaman

Budaya penelitian

dan sumberdaya

penelitian

Pembelajaran

kondusif

Page 116: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

100

melakukan keributan atau berkelahi dengan teman sekelas

maka akan langsung dijatuhi sanksi, dari berupa

peringatan, sanksi fisik bahkan kepada pengembalian

siswa kepada orang tuanya.

Suatu proses pembelajaran di sekolah yang penting

bukan saja materi yang diajarkan atau pun siapa yang

mengajarkan, melainkan bagaimana materi tersebut

diajarkan. Bagaimana guru menciptakan iklim kelas

(Classroom Climate) dalam proses pembelajaran tersebut.

Pembelajaran di PPST Ar-Risalah bergaya otoriter

dan menggunakan pemaksaan. Hal ini disebabkan karna

siswa-siswi PPST AR-Risalah berada pada usia remaja.

Menurut MA, santri di PPST Ar-Risalah berada pada

masa pemberontak, oleh karena itu perlu adanya

pemaksaan dalam proses pembelajaran.

Menurut Hamalik, masa remaja merupakan masa

yang penuh dengan tekanan dan ketegangan (stress and strain), mereka bukan lagi anak-anak tetapi juga belum

menjadi dewasa, mereka cenderung dan bersikap lebih

sensitif karena perannya belum tegas (Hamalik, O.,

2009).

Menurut Sunarto dan Hartono, pada masa remaja

terjadi peralihan antara anak-anak dan dewasa, Pada masa

ini tubuhnya sudah dewasa namun fikirannya belum

dewasa, sehingga sering terjadi kegelisahan,

pertentangan, ingin mencoba segala hal yang belum

diketahuinya, mengkhayal dan berfantasi dan aktivitas

berkelompok (Sunarto dan Hartono,A., 2008).Menurut

Ikorok, masa remaja adalah masa petualangan, bimbingan

dan arahan bahkan paksaan dalam pembelajaran mutlak

diperlukan (Ikorok, 2010).

Page 117: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

101

Guru yang otoriter mementingkan kerja keras

siswanya, mengontrol semua kegiatan siswanya dan

semua kegiatan diarahkan sesuai dengan rencana yang

dibuatnya, siswa menerimanya dan berlaku pasif.

Pemaksaan dalam pembelajaran di PPST dapat

dilihat dari pemberian sanksi yang diberikan untuk setiap

pelanggaran yang dilakukan siswa, baik berupa sanksi

fisik maupun sanksi non fisik.

Sanksi diperlukan untuk mendidik, menyemaikan

sifat takwa atau pengendalian diri dalam hati manusia dan

Islam menerima sanksi sebagai bagian dari sistem

pendidikan. Pemaksaan dalam bentuk sanksi dapat

terlihat dari aktivitas yang dilakukan sehari-hari sejak

santri bangun tidur sampai santri kembali tidur.

Proses pembelajaran seharusnya mampu menciptakan

suasana kelas atau iklim kelas yang kondusif untuk

mendukung terciptanya kualitas proses pembelajaran.

Namun dalam proses pembelajaran yang terjadi di PPST

Ar-Risalah cenderung satu arah, sehingga proses

pembelajaran yang terjadi kurang memperhatikan

partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran.

Akibatnya proses pembelajaran yang terjadi kurang

bermakna bagi siswa, karena siswa belum mampu

mengembangkan kompetensi dan potensi kemampuan

siswa secara lebih optimal. Suasana kelas dengan gaya

seperti ini dikenal dengan gaya otoriter.

Ada tiga jenis suasana yang dihadapi siswa dalam

proses pembelajaran di sekolah berdasarkan sikap guru

terhadap anak dalam mengajarkan materi

pelajaran.suasana kelas yang otoriter, permisif dan riil.

Page 118: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

102

Suasana kelas dengan sikap guru yang “otoriter”.

Yaitu suasana kelas bila guru menggunakan kekuasaannya

untuk mencapai tujuannya tanpa lebih jauh

mempertimbangkan akibatnya bagi anak, khususnya bagi

perkembangan pribadinya.

Menurut Muhibbin Syah, sikap guru kepada siswa

terbagi kepada dua kelompok, yaitu sikap luwes dan sikap

kaku. Ciri guru luwes menggunakan pendekatan

pengajaran problematik, sedangkan guru kaku pendekatan

pengajarannya lebih kepada preskriptif atau perintah.

Menurut Knock, ciri gaya mengajar otoriter menurut

Kurt Lewin adalah banyak pemaksaan dan pemeriksaan

F. Upaya – Upaya Pondok Pesantren Dalam

Menciptakan Suasana Belajar Yang Kondusif.

Pondok pesantren Salafiyah Terpadu (PPST) Ar-

Risalah bekerja keras menciptakan lingkungan yang

kondusif untuk proses pendidikan dan pengajaran. Upaya

yang dilakukan adalah dengan menerapkan pemberian

sanksi untuk menciptakan tingkat kedisiplinan yang

cukup tinggi, karena dengan kedisplinan yang tinggi

dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa

keeratan hubungan (r) antara kedisiplinan dengan suasana

belajar yang kondusif sebesar 0.559, ini berarti bahwa

kedisiplinan mempunyai hubungan yang erat dengan

suasana belajar yang kondusif. Nilai r2 yang diperoleh

sebesar 0.313 ini berarti 31.30 % suasana belajar yang

kondusif tercipta berkat adanya kedisiplinan siswa dan

selebihnya yaitu sebesar 68.70 ditentukan oleh variabel

Page 119: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

103

lain. Bentuk hubungan antara kedua variabel ini positif.

Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

kedisiplinan maka semakin tinggi juga suasana belajar

yang kondusif. Dengan demikian, Kondisi belajar yang

kondusif berkaitan dengan sikap kedisiplinan siswa

selama proses belajar mengajar.

G. Bentuk-Bentuk Sanksi dan Penentuan Bobot Point

Pelanggaran di PPST Ar-Risalah Lirboyo, Jawa

Timur Beserta

Menurut Ofoyuru and Okema, salah satu strategi

untuk menciptakan kedisiplinan siswa di SLTP adalah

dengan menggunakan sanksi fisik atau corporal punishment Namun tidak semua sanksi fisik dapat

digunakan di sekolah.

Menurut Compos sanksi fisik merupakan penggunaan

kekuatan fisik yang mengakibatkan rasa sakit tapi tidak

melukai. Memukul kepala, menampar bukan jenis sanksi

fisik yang diperbolehkan di sekolah, karena hal tersebut

dapat dikategorikan bukan sebagai sanksi fisik, tetapi

sebagai siksaan kepada siswa, karena tujuan dari sanksi

adalah untuk mendisiplinkan siswa dan bukan untuk

menyiksa (Compos, LG.,2002).

Sanksi fisik yang diterapkan di PPST Ar-Risalah

tidak sampai melukai dan membahayakan siswa. Sanksi

fisik yang diberikan di PPST Ar-Risalah menurut MA

adalah santri disuruh berdiri di sudut ruangan dalam

waktu yang lama, push up, scott jump, dijewer, disiram

air, disuruh mengambil dan memakan makanan yang

dibuang, lari keliling lapangan dan ta’zir atau dipukul.

Menurut Strauss, Pemberian sanksi fisik yang dapat

dilakukan di sekolah tidak sampai menimbulkan

Page 120: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

104

penganiayaan, karena sanksi fisik yang diberikan tidak

dalam bentuk yang berlebihan sampai menimbulkan

dampak yang menyengsarakan siswa. sanksi fisik menurut

Straus diartikan sebagai penggunaan kekuatan fisik yang

menimbulkan pengalaman rasa sakit pada anak, tetapi

tidak sampai melukai dengan tujuan sebagai koreksi atau

kontrol terhadap tingkah laku anak (Strauss, 2006).

Pemaparan santri dalam wawancara yang dilakukan

penulis pada 8 Januari 2014, sanksi yang berbentuk sanksi

fisik lebih banyak terjadi pada saat aktivitas pondok dan

pada saat pembelajaran di MQA atau istilah santri ngaji, sedangkan di sekolah sanksi lebih banyak tidak dalam

sanksi fisik, tetapi sanksi yang diberikan dalam bentuk

point.

Para santri juga menyatakan bahwa ketika di sekolah

jarang terjadi sanksi fisik (corporal punishment) tetapi

sanksi yang diberikan dalam bentuk point dan jika point

yang diperoleh siswa sudah tinggi maka akan diberikan

pemberitahuan kepada orang tua.

Kriteria bobot pelanggaran dan bobot point serta

sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran terhadap tata

tertib terlihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Kriteria jenis

pelanggaran dan Bobot point Pelanggaran Pelanggaran Santri

diPPST Ar-Risalah Lirboyo, Jawa Timur.

Page 121: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

105

No Jenis

Pelanggaran

Bobot

point Keterangan

1 Terlambat 1

Hafalan Al-

Qur’an dan

membersihkan

lingkungan

sekolah

2 Atribut 1-5 Melengkapi

atribut

3 Meninggalkan

kelas tanpa ijin 0,5/jam

Membuat

pernyataan

4

Tidak masuk

kelas, izin(i),

sakit(s) tanpa

bukti fisik

2 Membuat

pernyataan

5 Tidak masuk

Alpha (a) 5

Membuat

pernyataan

6

Melanggar

norma sosial:

berkata kotor,

berkelahi, etika

dengan guru dan

pimpinan

1-10 Membuat

pernyataan

7 Melanggar

norma agama 1-10

Membuat

pernyataan

8 Melanggar

satuan terpisah 1-10

Membuat

pernyataan

9 Melanggar tata

tertib 1

Membuat

pernyataan

10

Tidak

mengikuti

kegiatan Pra

KBM

1 Membuat

pernyataan

Sumber : Tata Tertib PPST Ar-Risalah, 2013

Page 122: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

106

Dari tabel 4.4 terlihat bahwa point yang diberikan

sekolah terhadap setiap pelanggaran berbeda-beda. Point

terbesar diperoleh siswa jika melakukan pelanggaran

terhadap norma agama. Point terendah diperoleh jika

siswa meninggalkan kelas tanpa ijin, namun inipun bisa

menjadi besar jika meninggalkan kelas dalam waktu yang

cukup lama.

Page 123: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

107

BAB V

KEDISIPLINAN SISWA DAN PRESTASI BELAJAR

Prestasi belajar siswa merupakan salah satu factor

yang menjadi penentu kualitas pendidikan. Prestasi

belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik

eksternal maupun internal.

Salah satu Faktor eksternal yang mempengaruhi

prestasi belajar adalah sikap disiplin siswa, karena melalui

kedisiplinan dapat meningkatkan suasana belajar yang

kondusif, sehingga prestasi belajar menjadi meningkat.

Berikut disajikan tentang proses belajar Mengajar di

PPST Ar-Risalah, factor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar siswa, kontribusi disiplin dalam

pendidikan terhadap prestasi belajar siswa dan Penerapan

Kedisiplinan Dalam Pendidikan.

A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Siswa

Sebelum memaparkan tentang factor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa, berikut disajikan

Page 124: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

108

nilai korelasi dan kontribusi antara kedisiplinan siswa dan

prestasi belajar seperti terlihat pada tabel 5.1, 5.2 dan 5.3.

Sedangkan factor- factor yang mempengaruhinya beserta

nilai koefisien korelasinya seperti terlihat pada gambar

5.1.

Tabel 5.1 Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .544a .296 .285 8.085

a. Predictors: (Constant), Kedisiplinan

Tabel 5.2 ANOVAa

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 1704.611 1 1704.611 26.077 .000b

Residual 4052.826 62 65.368 Total 5757.438 63

a. Dependent Variable: Prestasi

b. Predictors: (Constant), Kedisiplinan

Tabel 5.3 Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 29.542 5.201 5.680 .000

Kedisiplinan .467 .091 .544 5.107 .000

a. Dependent Variable: Prestasi

Dari tabel 5.1,5.2 dan5.3 terlihat bahwa terdapat

korelasi positif dan signifikans antara kedisiplinan dan

prestasi belajar siswa. nilai r yang positif dansignifikans

berarti bahwa dengan meningkatnya sikap disiplin,

Page 125: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

109

mengakibatkan kenaikan prestasi belajar secara

signifikans. Dengan demikian, semakin disiplin siswa,

maka semakin tinggi prestasi belajarnya.

Sedangkan dari gambar 5.1 terlihat bahwa

kedisiplinan secara langsung mempunyai keeratan

hubungan dengan prestasi belajar siswa sebesar 0.544 dan

memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar

29.6 %, namun kedisiplinan juga dapat menjadi variable

mediator melalui penciptaansussana belajar yang

kondusif.

Kedisiplinan mempunyai keeratan hubungan dengan

penciptaan suasana belajar yang kondusif sebesar 0.896,

dan kedisiplinan memberikan kontribusi terhadap suasana

belajar yang kondusif sebesar 75.50%.

Hal ini menunjukkan baik secara langsung maupun

melalui penciptaan suasana belajar yang kondusif,

kedisiplinan memberikan kontribusi terhadap prestasi

belajar siswa.

Gambar 5.1. Koefisien Korelasi Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa

Kedisiplinan

Suasana Belajar

Kondusif

Prestasi Belajar

Siswa

r=0.896, r2=0.755

r=0.544, r2=0.296

Page 126: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

110

Seperti telah dinyatakan bahwa terdapat beberapa

factor eksternal siswa yang mempengaruhi prestasi

belajar. Hal ini menunjukkan bahwa sikap disiplin dalam

pendidikan merupakan variable langsung yang memiliki

korelasi positif dan signifikans terhadap prestasi belajar

dan variable lainnya,yaitu pemberian sanksi dan

suasanabelajar kondusif merupakan variable mediator.

B. Kontribusi Kedisiplinan Terhadap Prestasi Belajar

Siswa

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai

siswa setelah melakukan proses pembelajaran dan salah

satu ranah yang biasanya digunakan untuk mengukur

prestasi belajar adalah ranah kognitif.

Ranah kognitif merupakan ranah yang berkaitan

dengan kegiatan mental (otak). Salah satu cara untuk

menentukan keberhasilan ranah kognitif adalah dengan

melakukan evaluasi belajar melalui test, baik berupa lisan

maupun tulisan.

Menurut salah seorang santri yang berhasil penulis

wawancarai, dalam pembelajaran di PPST Ar-Risalah,

santri dituntut untuk mempunyai nilai yang baik, jika

santri mempunyai nilai dibawah standart yang telah

ditentukan, maka santri akan dikenakan sanksi berupa

jalan sambil jongkok.

Hal yang sama juga dinyatakan oleh salah seorang

pengurus PPST Ar-Risalah Lirboyo, Jawa Timur. Beliau

menyatakan bahwa santri diwajibkan menguasai materi

yang telah diajarkan pada waktu sebelumnya dan jika

santri tidak menguasai materi tersebut, maka santri

Page 127: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

111

dikenakan sanksi fisik, baik berupa push up, scott jump

atau berdiri di sudut ruangan. Dengan demikian PPST Ar-

Risalah menggunakan pendidikan melalui kedisiplinan

meningkatkan prestasi belajar santri.

Pemberian sanksi dalam pembelajaran di PPST Ar-

Risalah bertujuan meningkatkan kedisiplinan siswa

menjadi variable mediator atau variable penghubung bagi

sikap disiplin siswa. Hal ini dapat dimaknai bahwa

kedisiplinan dapat tercipta melalui pemberian sanksi.

Secara kuantitatif besarnya kontribusi kedisiplinan

terhadap prestasi belajar sebesar 29.6 %. Nilai ini cukup

tinggi. Dengan demikian, prestasi belajar siswa dapat

terjelaskan melalui kedisiplinan sebesar 29.6%. Hal ini

berarti bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar, perlu

adanya kedisiplinan yang dilakukan melalui sanksi.

Penciptaan kedisiplinan yang selama ini telah

dilakukan oleh pondok pesantren adalah dengan

memberikan sanksi terhadap santri yang melakukan

kegaduhan, ngobrol, bercanda dan tidak fokus terhadap

materi pembelajaran bahkan bagi santri yang tidak

membawa kitab juga mendapat sanksi. Keadaan ini

membuat santri merasa nyaman dalam pembelajaran,

sehingga diperoleh prestasi belajar yang tinggi.

Page 128: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

112

Page 129: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

113

BAB VI

PENUTUP

Pendidikan merupakan usaha perbaikan agar terjadi

keseimbangan kepribadian pada semua aspek hidup

manusia. untuk hal tersebut perlu adanya penerapan

disiplin dalam pendidikan.

Dalam perspektif Islam, penerapan disiplin mutlak

diperlukan baik dalam pendidikan maupun dalam hal

keseharian lainnya. Penerapan disiplin dalam pendidikan

bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa,

karena melalui sikap disiplin siswa, maka akan tercipta

suasana belajar yang kondusif. Hal yang sebaliknya jika

siswa tidak disiplin.

Dalam menerapkan sikap disiplin pendidikan, maka

akan selalu berdampingan dengan pemberian sanksi,

karena sikap disiplin dapat diciptakan melalui pemberian

sanksi.

Terdapat beberapa pendapat tentang pemberian

sanksi dalam pendidikan, mengingat pemberian sanksi

yang kurang tepat dapat menimbulkan dampak negative

bagi siswa. namun terlepas dari hal tersebut, pemberian

sanksi dengan cara yang tepat dapat meningkatkan

kualitas pendidikan.

Page 130: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

114

Page 131: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

115

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Millenuim III. Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2012.

Chua, Amy. Battle Hymn of Tiger Mother. New York :

Penguin Group, 2011.

Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam

Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta,2000).

Durkheim, Emile. Pendidikan Moral, Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan. Jakarta :

Erlangga, 1990. Ellias, John L. Paulo Freire, Pedagogue of Liberation.

Florida : Kriegar Publishing Company, 1994.

Foucault, Michel. Discipline & Punish: The Birth of the Prison translated from the French by Alan

Sheridan Panopticism (New York : Vintage Books

1995), 195 – 228.

Al-Ghazali, Abu Hamid. Muhammad. Ih}ya’ ‘Ulu>m al-Di>n

www.almustafa.com, tth (diakses pada tanggal 24

Mei 2014).

Page 132: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

116

Gaza, Mamiq. Bijak Menghukum Siswa. Jogjakarta : Ar-

Ruzz Media, 2011.

Gutman, Ammy Democratic Education. New Jersey :

Princeton University Press, 1998. Hagin, Keneth E. Man on Three Dimentions. Vil 1.

Spirit, Soul and Body Series. United States :

Faith Library Publications, 1994.

Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar & Mengajar: Membantu Guru dalam Perencanaan Pengajaran, Penilaian Perilaku dan Memberi Kemudahan Kepada Siswa dalam Belajar. Bandung : Sinar

Baru Algesindo, 2009.

Hurlock, Elizabeth B. Child Development. New York :

Mc-Graw Hill, Inc, 1978.

Knight, George R. Filsafat Pendidikan; Terj. Mahmud Arif. dalam Isu-isu Kontemporer dan Solusi Alternatif. Yogyakarta : Idea- Press, 2004.

Knock, Heinz. Saya Guru Yang Baik!?. Yogyakarta :

Kanisius, 1995.

Lamont, Corliss. The Philosophy of Humanism. Eighte

Edtion. New York : Half – Moon Foundation Inc,

1997.

‘Imarah, Muhammad. Al-Isla>m wa huqu>qu al-Insan.

Beirut: ‘Alim Al Ma’rifah, 1990.

Al Maududi, Abu A’la. Human Rights in Islam (London :

The Islamic Foundation, 1980), 19.

Mar’i, Taufiq Ahmad dan Al-Hilah Muhamad Mahmud. Tha>ra>iq al-Tadri>s al-’A>mah. Ama>n : Daar Al

Musiirah Li al-Nasyr wa al Tauzi>’, 2002.

Mut}t}aha>ri>, Murt}a>da>. Insa>n-e Ka>mil. Isfa>ha>n : Markaze Tahqiqa>t Raya>ne-i. www.Ghaemiyeh.com, tt : (diakses pada tanggal 3 mei 2014).

--------.Ya>d-e Da>shta>ha>-e Usta>d Mut}t}a>ha>ri>, Jild Aval, Harf

Page 133: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

117

Alef. Tehra>n va Qum : Sadra>, 1978.

--------. Man And Universe.Qum :Sadr Press, 2003.

translated by Mustajab Ahmad Ansari. Original

Title : Insa>n va Sar Neveshat. --------.Al-Tarbiyah wa al-Ta’li>m fi> al-Isla>m. Beirut : Da>r

al-Hadi, tt www.alameen-

iq.com/book/akhlaq/29/f.htm (diakses pada tanggal 5 mei 2014).

Nata, Abudin. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran Jakarta : Kencana, 2009.

--------.Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. Jakarta :PT.

Rajagrafindo, 2011. Naisaban, Ladislaus. Para Psikolog Terkemuka di Dunia.

Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,

2004.

Parker, Walter. “ Feel Free to Change Your Mind : A

Respon to The Potential for deliberative”, Democratic and Education 19,2 (2011):1-4.

Pierce, David W. and Cheney, Carl D. Behavior Analysis and Learning. Third Edition. London : Lawrence

Erlbaum Associates Publisher, 2004.

Pring, Richard. Philosophy of Education. New York :

Bookends, Ltd, Royston, 2005.

Raygor, Robin The Science of Psychology. New York :

Mc-Graw hill University, 2005.

Rosyada, Dede Pembelajaran PAIS Antara Behaviorisme Dan konstruktivisme. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2009.

Rowan, John. Introducing to ‘A Guide to Humanistic Psychology. New York : UK Association of

Humanistic Psychology Practitioners, 2005.

Satre, Jean Paul. Existentialism and Humanism. Trans.

Philip Mairet. London: Methuen, 1948.

Page 134: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

118

Strauss, Murray A. “Corporal Sanksi and Primary

Presention of Physical Abuse.” Child Abuse & Neglect 24, 9 (2000) ; 1109 – 1114.

Shari’ati, Ali. Marxism and Other Western Fallacies. Translated by R. Campbell. Berkeley, Calif.:

Mizan Press, 1980.

Slavin, Robert E. Educational Psychology Theory and Practice. Baltimore, Maryland: John Hopkin

Unversity,1994.

Suseno, Franz Magniz. Etika Dasar, Masalah-masalah pokok Filsafat Moral. Jakarta : Kanisius, 1989.

Soyomukti, Nurani. Metode Pendidikan Maxis Sosialis. Jakarta : Ar-Ruzz Media, 2008.

Sunarto dan Hartono, Agung. Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta : PT. Rineka Cipta), 2008.

Yamin, Martinis dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta : Gaung Persada Press, 2009.

Jurnal

Ami>nah, Qazami>yah.” Al-‘Unf al-Madrasi> wa

Tas}ni>fa>tihi.” Al-Majallah al-‘Ulu>m wa al-Ijtima>’iy>ah (15 Juni, 2014). www.swma.net

(diakses pada tanggal 13 Juni 2014).

Ankomah, Yan dan lain-lain, “Implementing Quality

Education Low Income Countries,” EDqual Project-Ghana, Literature Review (December,

2005): 9-11.

Arif, Muhammad Shahbaz dan Rafi, Muhammad Shaban”

Effects of Corporal Sanksi and Psychological in

Students’ Learning and Behavior.” Journal of Theory and Practice in Education, 3(2) (2007) :

171-180.

Page 135: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

119

Al-Ra’i, Jazi>dah. “Al-Niz}a>m Al-Madrasi> Wa d}ibt} al-

’Amali>yah al-Tarbawiyah.” al-Awa>’il Awwal Mauqu’u Mukhos}os}u lit}ula>bi Al-Tauji>hi>. [email protected], 2013. (diakses pada tanggal 27

Mei 2014.

Abdul Lati>f, Mahmu>d. Al Fikr al-Tarbawi> ‘Inda Ibn Si>na>.

Abha>th wa Naz}riya>t Tarbawiyah 50 (Damascus :

21/05/2014).

Ahmed, Sofe. “Sigmund Freud’s Psychoanalytic Theory

Oedipus Complex : A Critical Study With

Reference to D.H. Lawrence’s “Sons and

Lovers”.”Internal Journal of English and Literature 3,3 (February, 2012) :60-70.

Aslan, Canan and Kepenecki Yasemin Karaman. “Human

Rights Education : A Comparison of Mother

Tongue Text Books in Turkey and France.”

Mediteranian Journal of Education Studies 13 (1)

(2008) : 101-104

Al-Atas, Syed Muhammad Naquib. “Understanding the

Concept of Education in Islam.” Harakah Daily (9

March, 2014).

Agbenyega, Joseph S. “ ’Corporal Sanksi in The School of

Ghana’ : Does Inclusive Education Suffer?.” The Australian Educational Researcher 33,3 (2006) :

107 – 122.

Anderson, Scott A.”The Enforcement Approaches To

Coercion”, Journal of Ethics & Social Philosophy 5,1 (October, 2010): 1-6.

Badshah, Syed Naeem dan lain-lain, “ Islamic Concept of

Education,” International Journal of Education and Social Science (IJESS) 1,1 (2011): 1-3

Page 136: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

120

Bishop, Philip Schuyler “Three Theories of

Individualism”. Thesis. University of South Florida Scholar Common (2007) : 1-124.

Chen, Pend and Schmidtke, Carsten. “ Humanistic

Elements in the Educational Practice at a United

States Sub-Baccalaureate Technical College.”

International Journal for Research in Vocational

Education and Training (IJRVET) 4, Issue 2

(August 2017):117-145

Chua, Amy. “Why Chinese Mother Are Superior”. The Wall Street Journal on Line: The Saturday Essay

(January 8, 2011), 1-8.

Compos, Louis Garcia.” Educate, don’t Punish!:

Awarenes Compaign Against Corporal punishment

of Children in Family.” Ministry of Labour and Social Affairs (2002), First Session.

Deshmukh, Ajay P. “Mathew Arnold and ‘Liberal

Humanism’.” International Reffered Research Journal III 32 (2011): 32-34.

Dodge, Arnold “ ‘Heuristic and NCLB Standardize Test’ :

A Convenience Lie”. International Journal of Progressive Education 5,2, (2009): 13, Retviered

From Erick.

Dossett, Rena D. “The Historical I Shawn M. Glynn dan

kawan-kawan. “ Motivation to Learn in General

Education Programs. The Journal of General Education 54,2 (2005 :152-154nfluence of

Classical Islam on Western Humanistic

Education.“ International Journal of Social Science and Humanity 4, 2 (March,2014) : 88-91

Dymond, Simond “ The Continuity Strategy, Human

Behavior, and Behavior Analysis”, The Psychological Record 53 (2003): 330-335.

Page 137: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

121

Ehrenberg, Ronald G. dan lain-lain. “Class Size and

Student Achievement” Psychology Science in The Public Interest 2,1 (May, 2001): 1-30.

Evirianti, Linda. “Religious Freedom in Indonesia: An

Islamic Human Right Perspective.” Esensia 18,1(2017):71-80.

Dahar, Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Erlangga, 2006).

D}uh}a> Fatah}ya>. “ Al-dawa>fi’a al-lati> Tartabit} bi’Amaliyah

Al-Ta’alum” Mausi’ah Ta’li>m wa Tadri>b (19

Agustus, 2009).

Al-Fawzan, Muhammad Ibrahim . Ibn Khaldu>n wa Fikruh

al-Tarbawi>. Saudi Arabia: King Sa’ud Univeersity,

2007. KSU Faculty Member Website (diakses

pada tanggal 25 Mei 2014).

Hambali, Yoyo dan Asiah,Siti ”Eksistensi Manusia dalam

filsafat Pendidikan: Studi Komparatif Filsafat Barat

dan Fislafat Islam”,Turats 7,1 (2011): 47.

Hamdani, HM Djaswadi Al “Introduction Curriculum

Multiculturalism Boarding School”. Journal of

Education and Practice. Vol. 4. No. 23 (2013): 61.

https://www.iiste.org/Journals/index.php/JEP/artic

le/viewFile/8392/8729

Hamdawi>,Jami>l.“Al-Tarbiyah wa al-Dimqira>ti>yah.”Al-Ra’i>siyah, Jadi>d Al-Mauqi’. Di>wa>n Al-‘Arab, 25

Maret 2009 (diakses pada tanggal 27 Mei 2014).

Hamm, Ibrahim Mohammad. “Islamic Perspective of

Education and Teachers”, European Journal of Social Science 30,2 (2012): 220-226.

Hassad, Rossi A., Constructivist and Behaviorist

Approaches: Development and Initial Evaluation

of a Teaching Practice Scale for Introductory

Statistics at the College Level,“Advancing

Page 138: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

122

Education in Quantitative Literacy,” 4,2 (2011)

:1-33. Henson, Kenneth T. “ Foundations for Learner Centered

Education : A Knowledge Base”. Journal Education 124,1 (Fall, 2003): 1-6

Hoenish,Steve “Durkheim and Educational Systems:

Essey,” Refered Academic Journal (2005) : 1-6.

Hruby, M. “Freedom in Adult Education”. Journal On Efficiency And Responsibility in Education and Science 1,2 (2008): 1-16.

Huitt, William G. dan lain-lain. “ Improving Student

Achievement 1: A Systems-based Synthesis of

Research Related to Improving Students’

Academic Performance.” . Paper presented at the 3rd International City Break Conference sponsored

by the Athens Institute for Education and

Research (ATINER), (October 16-19, 2009): 1-15.

--------. Sitasi : Bloom et al.'s taxonomy of the cognitive

domain. Educational Psychology Interactive

(1956). Valdosta, GA: Valdosta State

University.(2011).Retrieved [date], from

http://www.edpsycinteractive.org/topics/cogsys/bl

oom.html (diakses pada tanggal 16 Juli 2014): 1-3

Husein, Mahmoud. The Muslim phase of humanism . The

Unesco Courier: October-December, 2011: 22-24.

Ikorok, Maria Michael, “Adolescent Problems : The

Implications for The Nigerian Public Health

Workers”, Illorin Journal of Education (2010):1-

8.

Ismail, Indriaty dan Basir, Mohd Zuhaili Kamal. “ Karl

Marx dan Konsep Kelas Sosial,” International Journal of Islamic Thought 1 (June, 2012): 27-33.

Page 139: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

123

Ja>bir, Ali Muhammad Bn Sa>lam. “Ahda>f al-Tarbi>yah al-

Islami>yah wa Maqa>sidiha>.” Maqa>la>t Muta’alliqah 355117 (12 Juli 2006). www.alukah.net (diakses

pada tanggal 13 Juni 2014).

Jakaria, Ma’zumi. Contributions of Madrasah To The

Development of The Nation Character.”

International Journal of Scientific & Technology

Research 1, Issue 11 (December, 2012) : 37-39.

www.ijstr.org (diakses pada tanggal 16 Juli 2014).

Jamalzadeh, Abdoreza and Tavasoli, Seyedeh Sareh. “

Human Verivy Humanism, Existesionalism adn

Islam.” International Conference on Humanities, Society and Culture 20 (2011) : 389-391.

Kadenyi, Misia and Kariuki, Michael. ” Rethinking

Education for Liberation and Self-Reliance : An

Examination of Nyere’s and Plato’s Paradigm”, International Journal of Curriculum and Instruction 1,1 (April, 2011): 1-17.

Kaseem, Abdul Satar. “The Concept of Freedom in the

Qur’an”, American International Journal Of Contemporary Research 2,2 (April, 2012): 168.

Kilimci, Songul. “The Teachers’ Percepcions Corporal

Sanksi As A Method of Discipline in Elementary

School”, The Journal of International Social Research 2,8 (Summer, 2009): 238-242.

Larochelle, Marie dan lain-lain. Constructivism and Education. New York Cambridge Universiry

Press, 1998.

Lati>f, Mahmu>d Abdul. Al Fikr al-Tarbawi> ‘Inda Ibn Si>na>.

Abha>th wa Naz}riya>t Tarbawiyah 50 ( Damascus :

21/05/2014).

Lewis, Ramon dan lain-lain, “Teachers’ Classroom

Discipline in Australia, China and Israel,” In

Page 140: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

124

Teaching and Teacher Education 21 (2005), 729-

731.

Liang, Yamin. “ The Id, Ego and Superego in Pride and

Prejudice. “ International Education Studies 4,2

(May, 2011) : 165-177

Lynch, Kathleen “Neoliberalism and marketiration : the

implications for higher education”, European Educational Research Journal 5,2 (2006):1-5.

Lunenburg, Fred C. ” Theorizing about Curriculum:

Conceptions and Definitions.” International Journal Of Scholarly Academic Intellectual DiveRSITY 13, 1 (2011) : 1-6.

Madani, Abdul Hai Madani, “Freedom and Its Concept in

Islam.” International Conference on Humanities, Historical and Social Sciences 17,2 (Singapore,

2011): 116-120.

Yamin, Martinis dan Maisah, Manajemen Pembelajaran

Kelas (Jakarta : Gaung Persada Press, 2009).

Mar’i, Taufiq Ahmad dan Al-Hilah Muhamad Mahmud. Tha>ra>iq al-Tadri>s al-’A>mah. Ama>n : Daar Al

Musiirah Li al-Nasyr wa al Tauzi>’, 2002.

Munzenmaier, Cecilia and Rubin, Nancy.” Perspectives

Bloom’s Taxonomy : What’s Old is New Again.”

The eLearning Guild Research (2013) : 1-12.

Mut}t}aha>ri>, Mut}a>da. “Insa>n-e Ka>mil”. Ruzna>meh Risa>lat, 6135 (2/12/86).

Nakpodia, ED.”’Teachers Disciplinary Approaches to

Students’Discipline Problem in Nigeria Secondary

School.” International NGO Journal 5,6

(July,2010) : 144 – 157. Nelson, Jack L. “Academic Freedom, Institutional

Integrity, and Teacher Education”, Teacher Education Quarterly (winter, 2003): 63-72.

Page 141: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

125

Neuman, Allen Karen and Friedman, Bruce D. “Affective

learning: A taxonomy for teaching social work

values”. Journal of Social Work Values and Ethics

7, 2 (Fall 2010) :1-12

Ohan, Christopher “An Incompatible Method : The

Western Liberal Arts Educational Model In

Kuwait and The Arab Gulf Region”. Journal of Educational and Social Research 2,3 (September,

2012): 43-52

Osher, David dan lain-lain, “How Can We Improve

School Discipline?,” Educational Researcher 39,1

(2010) :48 – 58.

Osman, Ahmad A. “Freedom in Teaching and Learning”.

International Journal of Humanities and Social Science 3,2 (Spesial Issue, January 2013): 142-

149.

Oluremi, Olaleye Florence, “Creating A Friendly School

Learning Environment For Nigerian Children”,

European Scientific Journal 8,8 (April Edition, 2012) :

Ormond, JE, “Beyond Pavlop, Thorndike and Skinner’: Other Early Behaviorist Theories”, Pearson Education (2008) : 1 – 5.

Osipian, Ararat L. “ Corruption and Coercion : University

Autonomy Versus State Control”, European Education 20,3 (Fall, 2008): 28.

Park, N., et.al.,” Character strengths in fifty-four nations

and the fifty US states.” The Journal of Positive Psychology (July 2006) 1, 3 : 118–129

Pickard, Mary J. “The New Bloom’s Taxonomy : An

Overview for Family and Consumer Sciences.”

Journal of Family and Consumer Sciences Education . 25,1,(Spring/Summer 2007) : 45- 55.

Page 142: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

126

Prabhavathy, P. and Mahalaksmi, “NS. ELT with Spesific

Regard to Humanistic Approach,” IOSR Journal of Humanistic and Social Sciences 1, 2279-0845,

(2012): 38-39.

Pšunder,Majda and Hederih,Branka Ribič.” The

Comparison Between The Behavioral and

Constructivist Learning and Teaching.” Informatol 43,1( 2010): 34-38.

Rasyid, Muhammad Makmun. “Islam Rahmatan Lil

Alamin Perspektif Kh. Hasyim Muzadi”.Episteme

Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman

11,1(2016):94-116.

Rayan, Sobhi. “Islamic Philosophy of Education”.

International Journal of Humanities and Social Science 2,19 (Special Issue – October 2012): 150-

156.

Reeves, Thomas C.. “How Do You Know They Are

Learning ? : The Importance of Alignment in

Higher Education.” Int. J. Learning Technology

2,4 (2006): 294-304

Rostami, Kamran and Khadjooi, Kayvan “The

Implications of Behaviorsm and Humanism

Theories in Medical Education”. Gastroenterology and Hepatology 3,2 (2010): 68.

Shari’ati, Ali . Jihad and Shahadat. Iranian Chamber Society (April 10, 2014).

Shephard, Kerry.” Higher education’s role in ‘education

for sustainability.”Australian Universities Review

52,1(2010) : 13-22.

Storss, Debbie A. and Inderbitzin, Michelle “ Imagining a

Liberal Education : Criticcally the Learning

Process Through Simulation”, Journal of Transformative Eduation 4 (2006): 175-189.

Page 143: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

127

Strauss, Murray A. “Corporal Sanksi and Primary

Presention of Physical Abuse.” Child Abuse & Neglect 24, 9 (2000) ; 1109 – 1114.

Tahir, Ali Raza “ The Conceps of Ethical Life in Islam.:

Interdisiplinary Journal of Contemporary Research

in Business 3,9 ( JANUARY 2012 ): 1367-1368

Tetteh, Godson A.” The impact of a student’s study time

journal as a lesson and learning study.”

International Journal for Lesson and Learning

Studies 6,1 (2017) : 97 – 115.

VanderStaay, Steven L. dan lain-lain. Close to the Heart:

Teacher Authority in a Classroom Community.

The National Countil of Teachers of English

(2009) : 262-282.

Walker, Robert J. “Twelve Characteristics of an Effective

Teacher.” Educational Horizon (Fall, 2008) :61-68.

Weegar, Mary Anne and Pacis, Dina. “A Comparison of

Two Theories of Learning Behaviorism and

Constructivism as applied to Face-to-Face and

Online Learning”. E-Leader Manila (2012),6

Zakaria, Sabarudin dan Daud, Siti Nurbayah “ Creating

and Maintaining Condusive Learning at Private

Higher Learning Educations,” Proceeding of the 2nd International Conference of Teaching and Learning (ICTL) (2009), 1-8

Page 144: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

128

Page 145: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

129

GLOSARIUM

Bandongan : Pengajian pesantren sistem

bandongan / wetonan adalah

proses belajar mengajar yang ada

di pesantren salaf di mana kyai

atau ustadh membacakan kitab,

menerjemah dan menerangkan.

Sedangkan santri atau murid

mendengarkan, menyimak dan

mencatat apa yang disampaikan

oleh kyai.

Disiplin : Perasaan taat dan patuh terhadap

nilai-nilai yang dipercaya

termasuk melakukan pekerjaan

tertentu yang menjadi tanggung

jawabnya.

Ego : Lingkungan yang menfasiliasi

manusia memenuhi Id nya dan

Page 146: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

130

dapat memisahkan antara

keinginan dari angan-angan.

Eksistensialisme : Aliran filsafat yang pahamnya

berpusat pada manusia sebagai

individu yang bertanggung jawab

atas kemauannya yang bebas tanpa

memikirkan secara mendalam

mana yang benar dan mana yang

tidak benar.

Habituasi : Proses pendidikan yang dilakukan

melalui pembiasaan

Id : Sesuatu yang alami, yang berupa

keinginan manusia terhadap

sesuatu. Id bersifat berlebihan,

tidak rasional, buta, egois dan

memanjakan diri dalam

kenikmatan.

Insān Kāmil : Manusia seutuhnya, yaitu manusia

yang mampu menyeimbangkan

seluruh potensi dasar yang

dimilikinya.

Kecerdasan Spiritual: kecerdasan tertinggi manusia yang

menjadi landasan untuk

memfungsikan IQ dan EQ.

Liberalisme : Secara umum, liberalisme

mencita-citakan suatu masyarakat

yang bebas, dicirikan oleh

kebebasan berpikir bagi para

individu. Paham liberalisme

Page 147: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

131

menolak adanya pembatasan,

khususnya dari pemerintah dan

agama.

Marxisme : Sebuah paham yang mengikuti

pandangan-pandangan dari Karl

Marx.

Marx menyusun sebuah

teori besar yang berkaitan dengan

sistem ekonomi, sistem sosial, dan

sistem politik. Marxisme

mencakup materialisme dialektis

dan materialisme historis serta

penerapannya pada kehidupan

sosial.

Mustad}’afi>n : Sebutan yang diberikan bagi kaum

yang lemah atau tertindas.

Punishment / Sanksi : sebuah cara untuk mengarahkan

sebuah tingkah laku agar sesuai

dengan tingkah laku yang berlaku

secara umum. Sanksi mengajarkan

tentang apa yang tidak boleh

dilakukan.

Pondok Pesantren Salaf, salafi atau salafiyah : Merupakan

tipe pondok pesantren tradisional

di Indonesia. Istilah ini tidak ada

hubungannya dengan gerakan

pembaruan Islam garis keras

Wahabi yang kerap disebut dengan

gerakan salafi.

Page 148: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

132

Ranah Kognitif : Ranah yang mencakup kegiatan

mental (otak) dan menurut Bloom,

semua yang menyangkut aktivitas

kegiatan otak adalah ranah

kognitif yang terdiri :

pengetahuan/hafalan/

ingatan(knowledge),

pemahaman(comprehenhension),p

enerapan(application), analisis

(analysis), sintesis (Synthesis) dan

penilaian (Evaluation).

Ranah Afektif : Ranah yang berkaitan dengan

sikap dan nilai, dan menurut

Krathwoll ranah ini terdiri dari 5

jenjang yaitu: Receiving,

responding. Valuing, organization

dan characterization by a value or

value complex.

Ranah psikomotorik : Ranah yang berkaitan dengan

keterampilan atau kemampuan

bertindak setelah seseorang

menerima pengalaman belajar

tertentu.

Remaja : Sebuah proses atau periode

pertumbuhan antara anak-anak

dan dewasa dan masa ini

merupakan masa perkembangan

baik secara psikologis maupun

emosional.

Page 149: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

133

Sambangan : Istilah yang diberikan pondok

pesantren Salafiy Terpadu (PPST)

Ar-Risalah terhadap waktu yang

diberikan wali murid untuk

melakukan kunjungan. Waktu ini

terjadi sebanyak 2 kali dalam satu

tahun, yaitu pada bulan maulid

dan waktu lain yang ditentukan

oleh pihak pondok pesantren.

Sorogan : Cara penyampaian bahan pelajaran

dimana kyai atau ustazd mengajar

santri seorang demi seorang secara

bergilir dan bergantian, santri

membawa kitab sendiri-sendiri.

Superego : Kebalikan dari Id, yaitu berupa

penyeimbang antara keinginan

manusia yang tak terbatas dengan

realitas yang ada.

Teori Konstruktivisme: Teori pembelajaran yang bersifat

generatif, yaitu tindakan mencipta

sesuatu makna dari apa yang

dipelajari. Konstruktivisme

menyebabkan seseorang

mempunyai pengetahuan dan

menjadi lebih dinamis.

Teori behaviorisme : Sebuah teori yang dicetuskan oleh

Gage dan Berliner tentang

perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari pengalaman. Aliran ini

Page 150: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

134

menekankan pada terbentuknya

perilaku yang tampak sebagai hasil

belajar.

Teori Humanisme : Teori belajar ini berusaha

memahami perilaku belajar dari

sudut pandang pelakunya, bukan

dari sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik

adalah membantu si siswa untuk

mengembangkan dirinya dan

potensi yang dimilikinya.

Vandalisme :Merupakan tingkah laku seseorang

yang cenderung membandel dan

melakukan corat-coret pada

lingkungan sekitar.

Page 151: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

135

INDEKS

A

Afektif, 20, 39, 40, 54, 55, 56, 63,

64, 65, 67, 68

Agama, 30, 34

Agbenyega, 10, 122

Agbenyega, Joseph S., 122

Ahmed, 13, 122

aktif, 27, 29, 43, 65, 99, 104

Al Maududi, Abu A’la, 119

Alami, 35, 133

Al-Atas, Syed Muhammad

Naquib, 122

Allah, 13, 18, 19, 21, 24, 34, 35,

36

Al-Ra’i, Jazi>dah, 121

Amy Chua, 16, 84

Anderson, Scott A., 122

Ankomah, Yan, 121

Ar-Risalah, 42, 45, 47, 48, 51, 52,

53, 54, 55, 57, 58, 59, 63, 65,

66, 67, 74, 75, 76, 77, 78, 79,

80, 83, 84, 85, 86, 87, 89, 92,

93, 94, 95, 99, 103, 104, 105,

106, 113, 135

AsiaeUniversity, 100

Aslan, Canan, 122

asrama, 42, 88, 92

azab, 13

Azra, Azyumardi, 117

B

Badhshah, 9

Badshah, Syed Naeem, 122

Bahasa Inggris, 51

Baik, 10, 82, 119

Bandongan, 42, 77, 132

Basir, Mohd Zuhaili Kamal, 126

Battle Hymn of The Tiger

Mother, 117

bawah sadar, 13

bebas, 19, 21, 31, 32, 35, 58, 82,

95, 133

behaviorisme, 15, 16, 29, 43, 76,

81, 85, 136

behavioristik, 36, 37, 85

Behavioristik, 26, 36

Belajar, 41, 52, 54, 62, 64, 100,

105, 118, 124

berfikir, v, 19, 23, 26, 30, 49

Bishop, Philip Schuyler, 123

botol kosong, 27

Page 152: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

136

C

Cheney, Carl D, 120

Cheney, Carl D., 120

China, 127

Chua, Amy, 117, 123

Cipta, 118, 121

conscious, 13

Corporal punishment, 107

Culture, 126

D

Dampak, 10, 70

Daud, Siti Nurbayah, 131

deliberative, 31, 120

demokrasi, 31

demokratif, 27

Deshmukh, Ajay P., 123

dialektika, 33

Dimensi, 13

Disiplin, iii, 10, 78, 132

disiplin., 10, 16, 67, 88, 116

Dodge, Arnold, 123

Durkheim, Emile, 118

E

efektif, 10, 28, 55, 69, 78, 94, 101

ego, 13, 14, 37

eksistensialis, 34

Eksistensialis,, 33, 34

Eksistensialisme, 30, 34, 133

Eksitensialisme,, 30

ekstensialis, 31

ekstrakurikuler, 42

Ellias, John L., 118

EQ, 133

etika, 35, 63, 108

Existentialism, 120

F

fasilitator, 27, 99

fikiran, 29

filogenetik, 64, 85

Filsafat, 118, 121, 124

fisik, 9, 11, 12, 13, 22, 55, 56, 59,

74, 75, 76, 77, 79, 80, 82, 83,

92, 96, 103, 104, 106, 107,

108, 114

Fisik, 75

fitrah, 35

free from, 32

G

Gaza, Mamiq, 118

ghosob, 45, 91

guru, 9, 10, 23, 27, 28, 29, 30, 36,

46, 47, 49, 50, 64, 65, 68, 69,

75, 77, 79, 83, 86, 90, 92, 93,

94, 95, 99, 100, 101, 103, 104,

105, 108

Guru, 10, 29, 48, 86, 93, 99, 118,

119

Gutman, Ammy, 118

H

habituasi, 64, 85

Hagin, Keneth E., 118

hak asasi, 14, 18, 27

hak asasi manusia, 14, 18, 27

Hamalik, Oemar, 118

Hamm, Ibrahim Mohammad, 125

harmonis, 21

Hassad, Rossi A., 125

historis, 18, 33, 134

Hruby, M., 125

humanis, 15, 28, 34

humanisme, 26, 30, 35, 36

Page 153: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

137

humanistik, 27, 28, 30, 31

Humanistik, 26, 30, 31, 32, 33, 34

I

Ibnu Khaldun, 12

Ibnu Sina, 12

Id, 13, 127, 132, 133, 136

ideologi manusia, 18

ilmu, 9, 44, 46, 69, 93

Ilmu, 45, 51

iman, 36

Inderbitzin, Michelle, 130

individu, 13, 18, 21, 23, 24, 25,

26, 31, 57, 133

individual, 28, 35, 46, 48, 84, 90

individualistis, 28

insan, 9, 24

Insān Kāmil, 24, 133

intelek, 13

IQ, 133

Islam, ii, iii, vii, 12, 13, 14, 16,

18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 30,

31, 34, 35, 36, 37, 84, 104,

116, 117, 119, 120, 122, 123,

124, 126, 127, 130, 134

Ismail, Indriaty, 126

J

jiwa, 13, 35

K

Kadenyi, Misia, 126

kapitalisme, 32, 33

karakter siswa, 20

Kariuki, Michael, 126

keadilan, 20

kebebasan, 14, 18, 19, 20, 21, 22,

23, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 33,

34, 35, 36, 38, 64, 76, 133

Kebebasan, 18, 19, 20, 31

kebiasaan, 10, 29, 37, 81, 85

kebijakan, 10, 78

kedisiplinan, iii, v, 10, 12, 14, 42,

59, 63, 69, 70, 71, 72, 73, 74,

75, 76, 77, 79, 81, 86, 87, 90,

93, 95, 96, 97, 98, 100, 105,

106, 110, 111, 112, 114

kegaduhan, 45, 77, 89, 114

kehendak bebas, 19

kelas, 11, 32, 33, 41, 44, 45, 47,

48, 65, 74, 75, 76, 77, 83, 91,

92, 95, 96, 98, 99, 100, 102,

103, 104, 105, 108

Kelas, 32, 47, 121, 126, 127

kepribadian, 9, 13, 115

Kepribadian, 37

kesadaran, 27, 33, 69

Keseimbangan, 13

keseimbangan alam semesta, 20

kesempatan, v, 23, 25, 27, 28, 46,

94, 100

Kesenian, 42

keterampilan, 37, 39, 54, 55, 56,

57, 58, 59, 67, 85, 135

Khadjooi, Kayvan, 130

Kilimci, 10, 74, 78, 127

Kilimci, Songul, 127

Knight, George R., 118

kognisi, 27, 63

kognitif, 20, 39, 40, 48, 49, 50,

51, 53, 54, 55, 56, 59, 68, 113,

135

Kognitif, 40, 48, 134

komoditas pasar, 31, 32

kompetensi, 37, 67, 85, 87, 99,

104

kompleksitas, 36

Page 154: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

138

kondusif, 10, 42, 47, 69, 76, 78,

89, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100,

101, 102, 104, 105, 110, 112,

113, 116

konservative, 31

konstruktivisme, 28, 29, 30, 43,

120

Konstruktivisme, 136

kontrol, 10, 15, 43, 64, 68, 80, 81,

107

kooperatif, 27, 31, 48

koperasi, 42

kreativitas, 15

kualitas pendidikan, iii, 10, 39,

110, 116

kuda, 20

kurikulum, 25, 32, 34, 45, 47, 68

L

Larangan, 92

Larochelle, Marie, 127

learning by doing., 29

liberal,, 31, 32

Liberalisme, 30, 133

lingkungan, 10, 15, 28, 36, 37,

42, 43, 47, 58, 68, 74, 78, 86,

87, 88, 94, 100, 105, 108, 137

Lingkungan, 47, 94, 132

Lirboyo, 53, 69, 87, 93

Lynch, Kathleen, 127

M

MA, 103

Madani, Abdul Hai, 127

Mahmoud Husein, 35

Maisah, 100, 121, 127

makhluk, 14, 15, 18, 19, 21, 32,

35, 36

makhluk kreatif, 19

manusia, 9, 12, 13, 14, 15, 18, 19,

20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28,

30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,

38, 54, 77, 84, 85, 104, 116,

132, 133, 136

Manusia, 13, 14, 32, 33, 35, 124,

133

manusiawi, 14, 16, 31, 55, 92

Mar’i, Taufiq Ahmad, 119, 128

Marxism, 30, 32, 120

Marxisme, 30, 32, 33, 134

masyarakat, 21, 22, 31, 33, 35,

36, 68, 81, 83, 84, 95, 133

materi, 15, 28, 30, 40, 43, 44, 48,

49, 50, 51, 53, 54, 59, 65, 68,

75, 86, 94, 95, 100, 103, 105,

114

materialisme, 33, 134

Mendidik, 75, 76

Mengajar, 47, 118

mental, 9, 13, 59, 113, 134

Model, 128

moral, 9, 12, 19, 55

Moral, 118, 121

Muslim, 35, 125

Mustad}’afi>n., 134

Mut}t}ah>ri>, Murt}a>da>, 119

N

nafsu kebinatangan, 21

Naisaban, Ladislaus, 120

Nata, Abudin, 119

Nelson, Jack L., 128

Nigeria, 128

NN, 113

NU, 65, 77, 92

O

Ohan, Christopher, 128

Page 155: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

139

operant conditioning, 37, 64

Ormond, JE, 129

Osher, David, 128

Osipian, Ararat L., 22, 129

otak prasadar, 13

otak sadar, 13

otoritatif,, 27

output, 39, 41

P

Pacis, Dina, 131

Pakistan, 11

Parker, Walter, 120

partisipasi, 29, 58, 65, 99, 104

pedagogi, 15, 43

Pedagogi, 15

pemahaman, 18, 23, 50, 53, 135

pemahanam, 29

pemaksaan, 14, 16, 20, 21, 22, 63,

64, 75, 83, 84, 85, 90, 103, 105

Pemaksaan, 16, 22, 63, 64, 84,

104

Pemaksaan pendidikan, 16, 64

pembebasan, 15, 22, 23, 25, 26,

33

Pembebasan pendidikan, 23, 26

pembelajaran, 11, 15, 16, 22, 25,

27, 28, 29, 34, 36, 37, 39, 40,

41, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49,

50, 51, 54, 55, 56, 57, 58, 59,

60, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69,

70, 75, 76, 81, 82, 83, 85, 86,

89, 90, 91, 92, 94, 95, 98, 99,

100, 102, 103, 104, 107, 113,

114, 136

Pembelajaran, vii, 15, 29, 36, 37,

42, 44, 46, 54, 66, 67, 99, 101,

102, 103, 120, 121, 124, 127

pembelajaran tradisional, 29

Pembiasaan, 63, 85

Pendidikan, ii, iii, vii, 9, 18, 21,

22, 23, 25, 26, 27, 30, 31, 32,

34, 36, 42, 44, 45, 46, 47, 81,

82, 93, 110, 115, 117, 118,

120, 121, 124

pendidikan diniyah, 42

pendidikan formal, 27, 42

pendidikan humanistik, 27, 30,

31, 32, 34

pendidikan Islam,, 21

Pendidikan non-formal, 42

penekanan, 15, 21

Pengajaran, 118

pengalaman, 27, 28, 47, 80, 84,

107, 135, 136

pengendalian diri, 20, 104

pengetahuan, 20, 23, 27, 29, 30,

35, 43, 50, 58, 68, 100, 135,

136

Pengetahuan, 49, 51

pengusiran, 11, 74, 96

penindasan, 15, 18, 43

Peraturan, 90

perilaku, 12, 28, 37, 47, 54, 63,

64, 66, 80, 85, 136

perlindungan, 27, 85

perubahan perilaku, 36

perubahan tingkah laku, 11, 36,

76, 136

plural, 35

Pondok pesantren, 43

Pondok Pesantren, v, vii, 41, 42,

44, 45, 48, 50, 55, 74, 78, 79,

87, 89, 94, 95, 99, 105, 134

Pondok Pesantren Salafiy

Terpadu, 46, 74, 78, 79, 83,

89, 94, 99

potensi anak, 11, 15, 84

potensi positif, 19

preconscious, 13

Page 156: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

140

prestasi belajar, 10, 11, 14, 39,

40, 41, 51, 53, 59, 60, 61, 62,

69, 70, 77, 110, 111, 112, 113,

114, 116

PRESTASI BELAJAR, vii, 39,

110

Pring, Richard, 120

Proses, 68, 99, 104, 133

psikologi, 37

psikomotorik, 20, 39, 40, 55, 56,

57, 58, 135

Punishment, 14, 63, 70, 73, 100,

106, 107, 120, 121, 122, 123,

127, 130, 134

Q

qiya>mu al lail,, 80

R

raga, 13

Ranah kognitif, 59, 113

Ranah psikomotor, 56

rasa, 73, 80, 95, 106, 107

rasional, 21, 133

Rayan, Sobhi, 130

religi, 36

Remaja, 135

robot, 36

roh, 13

Rostami, Kamran, 130

Rosyada, Dede, 120

Rowan, John, 120

Rumah Sakit, 83

S

S}alat ha>jat, 81

Sambangan, 135

sanksi, iii, 11, 12, 13, 14, 15, 16,

21, 29, 45, 59, 60, 61, 62, 63,

64, 65, 67, 69, 70, 71, 72, 73,

74, 75, 76, 77, 79, 80, 81, 82,

83, 84, 85, 86, 87, 89, 90, 91,

92, 93, 96, 102, 103, 104, 105,

106, 107, 113, 114, 116

Sanksi, 74, 77, 83, 86, 104, 106,

134

santri, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50,

51, 52, 53, 54, 58, 59, 61, 62,

63, 64, 65, 66, 68, 72, 73, 74,

75, 76, 77, 79, 80, 81, 82, 83,

84, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92,

93, 96, 103, 104, 106, 107,

113, 114, 132, 136

Santri, 48, 52, 53, 54, 55, 62, 66,

80, 81, 82, 87, 90, 91

Satre, Jean Paul, 120

SD, 83

sejarah, 32, 64, 85

Sekolah, 42, 46, 53, 88

Shari’ati, Ali, 120, 130

sikap, 10, 11, 12, 15, 39, 54, 55,

57, 58, 64, 65, 66, 67, 68, 69,

74, 76, 78, 79, 84, 85, 92, 93,

96, 99, 104, 105, 106, 135

siswa, iii, 9, 10, 11, 12, 14, 15,

16, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28,

29, 30, 34, 37, 39, 40, 41, 42,

43, 44, 46, 47, 48, 49, 51, 53,

54, 57, 60, 63, 64, 67, 69, 70,

71, 72, 73, 74, 76, 78, 79, 83,

84, 86, 87, 89, 91, 92, 93, 94,

95, 96, 97, 98, 99, 100, 101,

102,103, 104, 105, 106, 107,

108, 110, 111, 112, 113, 114,

116, 137

Siswa, 41, 42, 70, 71, 74, 118

skill, 55

skorsing, 11, 74, 96

Page 157: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

141

Slavin, Robert E., 121

SLTA, 66, 83, 91

SLTP, 53, 66, 91, 106

Society, 126, 130

Songul Kilimci, 10

sorogan, 46, 77

sosial, 18, 22, 35, 54, 108, 134

Soyomukti, Nurani, 121

Spiritual, 133

Storss, Debbie A., 130

Suasana belajar yang kondusif,

100, 102

superego, 13, 14

Superego, 127, 136

T

ta’zir, 83, 106

Tata tertib, 79, 82, 87, 88, 89, 93

Tata Tertib, 44, 47, 79, 80, 86,

87, 88, 89, 90, 91, 93, 108

teguran, 80

teologis, 18

teosentris, 20

tong kosong, 36

Tuhan, 18, 21, 26

Tujuan, 9, 32, 33, 92, 137

U

unconscious, 13

W

Weegar, Mary Anne, 131

Western Fallacies, 30, 32, 120

Y

Yamin, Martinis, 121

Page 158: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

142

Page 159: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

143

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada

tanggal 9 Oktober 1964. Saat ini

penulis bekerja sebagai dosen

Metodologi Penelitian Pendidikan,

Evaluasi Pembelajaran dan Ilmu-

Ilmu Pendidikan di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Dpk

STAI Al-Hikmah, Jakarta.

Penulis saat ini juga mengajar sebagai Dosen

tidak tetap di Pascasarjana Universitas Terbuka untuk

mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan. Sejak

tahun 2004 sampai 2015, penulis bekerja sebagai

dosen tidak tetap untuk mata kuliah Metodologi

Penelitian Pendidikan, Evaluasi Pendidikan,

Statistika Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Pendidikan di

STAI Madinatul Ilmi, Depok dan di PTIQ (2010)

bekerja sebagai dosen Statistika Pendidikan.

Page 160: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

144

Penulis adalah Doktor dalam bidang Pendidikan

Islam dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Magister

Pendidikan dalam bidang Penelitian dan Evaluasi

Pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.

Hamka (UHAMKA), Jakarta dan Sarjana Peternakan

dari Institut Pertanian Bogor.

Selain buku dengan judul Disiplin Pendidikan

Dalam Perspektif Islam ini, beberapa buku yang

merupakan karya penulis adalah : 1. Punishment dan

Pengaruhnya terhadap Kualitas Pendidikan (2014,

Penerbit : CV. Qalbun Salim, Ciputat), 2. Aceh

Gerbang Masuknya Islam ke Nusantara (2016,

Penerbit: Mahara Publishing, Tangerang), 3.

Pendidikan Humanistik Islami (2017, Penerbit CV.

Qalbun Salim, Ciputat), 4. Bias Gender Dalam Pola

Asuh Anak Perempuan Gayo (2018, CV. Qalbun

Salim), 5. Pendidikan Islam Pada Awal Islamisasi di

Asia Tenggara (2019, Penerbit PT. Raja Grafindo)

dan Statistika Penelitian Pendidikan (2019, CV.

Qalbun Salim, Ciputat).

Beberapa tulisan Penulis di Jurnal dan Tabloid

adalah: 1. Punishment dalam Pendidikan (2015,

Bayan, Jakarta) 2. Islamisasi di Aceh (2015, Bayan :

Jakarta), 3. Peran Mazhab Syiah Dalam Islamisasi di

Indonesia (Maret 2017, Tanwir Bandung). 4.

Pendidikan Aplikatif Pondok Pesantren Dan

Dampaknya Terhadap Kualitas Outcome Siswa, Studi

Kasus di Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta

(2017, Hikmah Jakarta)), 5.Pola Asuh Anak

Page 161: DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50909/1/Disiplin... · Disiplin Pendidikan Dalam Perspektif Islam –/ Dr. Ir. Nurbaiti,

DISIPLIN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

145

Perempuan Gayo Dalam Perspektif Gender (2019,

Hikmah, Jakarta), 6. Pendidikan Humanis Dalam

Perspektif Islam (2019, Koordinat, Jakarta), 7.

Character Building Through Reinforcement of

Islamic Learning (Tarbiya, 2019, UIN Jakarta), 8.

Pemaksaan Dalam Pendidikan dan Prestasi Belajar,

Studi: Pondok Pesantren Salaf Terpadu Ar-Risalah,

Lirboyo, Jawa Timur (2019, Hikmah, Jakarta) dan 9.

Kecanduan Bermain Game Online dan HUbungannya

Dengan Karakter Islami Siswa ) Studi Di SD Azhari

Cilandak Jakarta).