bab iv pendidikan sosial anak perspektif abdullah …digilib.uinsby.ac.id/865/8/bab 4.pdf · utama,...
TRANSCRIPT
40
BAB IV
PENDIDIKAN SOSIAL ANAK
PERSPEKTIF ABDULLAH NASIH ULWAN
DALAM KITAB TARBIYAH AL-AWLAD FI AL-ISLAM
A. Pengertian Pendidikan Sosial Anak menurut Abdullah Nasih Ulwan
Maksud dari pendidikan sosial anak menurut Abdullah Nasih
Ulwan adalah mendidikan anak sejak dini untuk komit dengan etika-etika
sosial yang baik dan dasar-dasar jiwa yang luhur, yang bersumber dari
akidah islam yang abadi dan perasaan iman yang dalam. Dengan demikian
si anak dapat hidup di masyarakat dengan pergaulan dan adab yang baik,
pemikiran yang matang dan bertindak secara bijaksana.1
Tak bisa dipungkiri, tanggung jawab sosial ini amat penting bagi
orang tua dan guru di dalam mempersiapkan seorang anak. Dan ini
merupakan kombinasi atau gabungan dari seluruh aspek pendidikan yang
telah dibahas sebelum ini, baik pendidikan iman, ahklak dan mental. Hasil
penelitian dan fakta-fakta empiris membuktikan bahwa kekuatan
bangunan masyarakat amat tergantung pada individi-individu anggota
1 Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah Al-Aulad fi al-Islam, Juz I, (Beirut: Darussalam, t.th), 273.
41
masyarakat itu. Maka dari itu, islam amat mendukung pendidikan anak-
anak agar berprilaku baik. Baik perilaku pribadi maupun perilaku
sosialnya. Sehingga bila mereka telah terdidik baik dan terbentuk sikap
perilakunya, mereka akan mampu bersinggungan dengan panggung
kehidupan dengan citra yang baik sebagai orang yang disiplin, seimbang,
dan bijaksana. Oleh karena itu pendidikan harus menyingsingkan lengan
bajunya, bertekat dan bersungguh-sungguh untuk melaksanakan tanggung
jawab besar pendidikan sosial dengan benar agar menjadi masyarakat
Islam terbaik, yang tegak di atas iman, ahklak, pendidikan sosial yang
utama, dan nilai-nilai Islam yang tinggi.2
B. Pendidikan Sosial Anak Perspektif Abdullah Nasih Ulwan
Dalam Perspektif Abdullah Nasih Ulwan, pendidikan sosial
anak berkisar pada empat hal pokok berikut ini. Yaitu; menanamkan
mentalitas yang luhur, memperhatikan hak-hak orang lain, komitmen pada
etika sosial secara umum, pengawasan kritik dan sosial. Secara rinci kami
jelaskan apa saja materi dari pendidikan sosial menurut Abdullah Nasih
Ulwan.
1. Menanamkan dasar-dasar mentalitas yang luhur
Islam menegakkan kaidah pendidikan yang utama di dalam jiwa
individu. Yaitu menanamkan dasar-dasar mentalitas yang luhur.
Pembentukan kepribadian islam tidak akan sempurna dan tidak akan
2 Ibid., 273.
42
lengkap selain dengan mewujudkannya. Untuk menanamkan dasar-
dasar mentalitas yang luhur di dalam jiwa individu dan kelompok,
Islam memberikan arahan dan bimbingan agar pendidikan sosial dapat
berjalan di atas nilai yang luhur dan tujuan yang sempurna. Sehingga
masyarakat dapat tumbuh di atas dasar saling tolong menolong yang
produktif, ikatan yang kuat, etika yang tinggi, saling cinta kasih dan
kritik yang membangun.
Adapun dasar-dasar kejiwaan yang mulia yang selalu
diupayakan Islam pembiasaannya menurut Nasih Ulwan adalah berikut
ini :
a) Takwa
.3
Takwa merupakan hasil hakiki dan buah alami dari iman
yang mendalam, yang berhubungan dengan (perasaan) selalu
diawasi oleh Allah, takut kepada-Nya, takut kepada murka dan
siksaan-Nya, serta mengharapkan ampunan dan pahala dari pada-
Nya.
Menurut para ulama takwa adalah Allah melihatmu
dimanapun, Dia telah memerintahkan dan melarangmu, Dia tidak
kehilangan kamu dimanapun. Sebagian ulama mengartikan takwa
3 Ibid., 265.
43
adalah mencegah azab Allah dengan amal shaleh, dan takut kepada
Allah baik dalam keadaan terang-terangan atau sembunyi-
sembunyi. Oleh karna itu al-Qur‟an sangat memperhatikan
keutamaan takwa, memerintahkan dan menganjurkannya secara
tegas di beberapa ayat hingga orang yang membacanya pasti akan
menemukan kata-kata takwa yang memiliki keterkaita dengan
beberapa aspek.4
b) Persaudaraan sesama muslim (Ukhuwwah)
Persaudaraan adalah ikatan kejiwaan yang melahirkan
perasaan yang mendalam. Dengan kelembutan, cinta dan sikap
hormat terhadap setiap orang yang sama-sama diikat dengan ikatan
aqidah Islamiyah, iman dan takwa.
Maka rasa ukhuwah yang benar ini akan melahirkan
dalam jiwa sorang muslim perasaan-perasaan mulia dan sikap
positif untuk saling menolong satu sama lain, mementingkan orng
lain, kasih sayang dan sikap memaafkan, serta menjauhi sikap-
sikap negatif seperti menjauhi setiap perbuatan yang
4 Ibid., 268.
5 Ibid., 270.
44
membahayakan jiwa, harta benda, nama baik, dan kemuliaan orang
lain.
Beliau juga menyatakan bahwa sebagai hasil dari ukhuwah
(persaudaraan) dan saling mencintai di jalan Allah ini ialah bahwa
interaksi anggota masyarakat Islam sepanjang sejarah dan zaman
adalah yang terbaik dalam pergaulan, rasa penderitaan,
mengutamakan kepentingan orang lain, saling menolong, dan
saling membantu.6
c) Kasih sayang
7
Menurut beliau kasih sayang merupakan kelembutan hati
dan kepekaan perasaan sayang kepada orang lain, merasa
sependeritaan, mengasihi mereka dan ikut serta menghapus air
mata kesedihan dan penderitaan mereka, dan lemah lembut kepada
mereka.
Beliau juga menyatakan bahwa dengan semua itulah yang
mempersiapkan orang mukmin untuk menghindari penderitaan,
menjauhi kejahatan, dan untuk menjadi sumber kebaikan dan
kedamaian bagi seluruh umat manusia.
Dengan demikian, orang mukmin sendiri harus bersifat
pengasih, takut kepada Allah dan sadar bahwa akan dihisab dan
6 Ibid., 276.
7 Ibid., 277.
45
dipertanyakan bila ia menyia-nyiakan binatang dan menyakitinya,
Nabi telah memberitahukan bahwa pintu-pintu surga terbuka bagi
seorang perempuan pelacur yang memberi minum seekor anjing,
lalu Allah mengampuninya dan pintu-pintu neraka dibukakan bagi
seorang perempuan yang menahan seekor kucing hingga mati. Ia
tidak memberinya makan dan minum melepaskannya walaupun
hanya sekedar untuk makan serangga.8
d) Mementingkan orang lain ( Itsar)
9
Itsar ialah suatu perasaan kejiwaan yang lebih
mengutamakan orang lain dari pada dirinya sendiri, dalam
kebaikan dan kepentingan pribadi yang bermanfaat.
Beliau menjelaskan pula Itsar merupakan akhlaq mulia
bila ditujukan untuk mencapai ridla Allah yang merupakan bagian
dari dasar kejiwaan berdasarkan kebenaran iman dan kebersihan
jiwa. Dalam waktu bersamaan, sikap ini merupakan bagian
terpenting dari integritas dan solidaritas sosial dan kebaikan bagi
manusia. Menurutnya cukuplah bagi kita bahwa Al-Qur‟an telah
mengabadikan orang-orang Anshar yang termasuk masyarakat
8 Ibid., 278.
9 Ibid., 279.
46
Islam awal yang sudah mengukir persaudaraan, persamaan,
mementingkan orang lain, saling menghormati dan mengasihi.10
e) Memaafkan
.11
Memaafkan ialah perasaan jiwa yang bersikap toleran
meski lawannya orang dzalim yang sudah melampaui batas pada
saat ia mampu membalas dendam bila ia menghendakinya.
Beliau menjelaskan pula bahwasanya sikap bermusuhan
itu bukanlah ajaran agama dan kesucian. Maaf membuktikan
kemantapan iman dan tingkah laku islam yang tinggi. Maka tidak
aneh bila kita mendapati al-qur‟anul karim menjelaskan masalah
ini dalam banyak ayatnya. Sebagaimana telah dijelaskan, jiwa
seorang mukmin yang berhiaskan sifat sabar, pemaaf, penyayang
dan toleran akan menjadi contoh dalam keluhuran moral,
kelembutan, dan pergaulan yang baik terhadap yang lain, bahkan
kesempurnaan, kesucian dan kebersihannya, akan menyerupai
malaikat yang berjalan dimuka bumi.12
f) Berani karena benar (al-Jur’ah)
10
Ibid., 280. 11
Ibid., 281. 12
Ibid., 281.
47
Al-jur’ah ialah kekuatan jiwa yang tinggi, yang
dipancarkan oleh seorang mukmin dari keimanannya kepada yang
Maha Esa dan tunggal yang diyakininya, dari kebenaran yang
dianutnya, dari kebadian yang diyakininya, dari takdir yang
diterimanya, dari tanggung jawab yang dirasakannya, dan dari
pendidikan yang tumbuh dewasa dengannya. 13
Itulah tadi beberapa prinsip kejiwaan yang sangat ditekankan
di dalam hati seorang mukmin. Semua prinsip itu saling berkaitan
dalam membentuk kepribadian seorang muslim. Beliau menegaskan
bahwa dengan kadar iman seorang mukmin kepada Allah yang
tidak pernah lekang dengan kebenaran yang tidak pernah bisa
ditundukkan, dengan ketentuan yang tidak pernah berubah, dengan
tanggung jawab yang dirasakan berat, dan pendidikan yang
dirasakan tidak menjemukan, dengan kadar semua ini seorang
mukmin akan menjadi berani karena benar dan berani menyatakan
kebenaran.14
Beliau menjelaskan pula bahwa semua hal diatas
merupakan dasar-dasar kejiwaan yang terpenting untuk diajarkan
Islam dengan sungguh-sungguh pada jiwa seorang mukmin, dan
semua itu memadai untuk membentuk kepribadian muslim serta
membuktikan bahwa islam, dalam upaya mewujudkan pendidikan
13
Ibid., 281. 14
Ibid., 284.
48
sosial pada individu-individu harus memulai pembinaan dari
individu-individu secara benar. Pendidikan apapun yang dilakukan
dengan tidak berdasarkan pedoman-pedoman kejiwaan yang
diajarkan islam, pasti akan gagal. Ikatan individu dengan
masyarakat akan menjadi lebih rapuh dari pada sarang lebah.15
2. Memperhatikan hak-hak orang lain
Adapun memperhatikan hak-hak orang lain adalah upaya
membiasakan anak didik untuk melaksanakannya sejak usia dini untuk
menjaga dan menghormati hak-hak orang lain. Dan perlu dimengerti
bahwa memperhatiakn hak-hak sosial merupakan kelaziman yang
harus disertai dengan dasar-dasar kejiwaan yang mulia, bahkan dengan
ungkapan yang lebih jelas bahwa dasar-dasar kejiwaan adalah aktivitas
jiwa, sedangkan memelihara hak-hak masyarakat merupakan fenomena
lahir.16
Bisa juga dikatakan, yang pertama merupakan rohnya sedang
yang kedua adalah jasadnya. Maka mustahil bila yang pertama tidak
menguatkan yang kedua. Jika tidak, tentu akan terjadi keguncangan
dan ketidak seimbangan. Yang dimaksud dengan hak ialah semacam
milik, kepunyaan, yang tidak hnya merupakan benda saja, melainkan
pula tindakan pikiran dan hasil pikiran itu sendiri. Akan tetapi, apakah
hak-hak sosial terpenting yang harus kita ajarkan kepada anak-anak
kita, yang dijadikan landasan mereka dalam kehidupan bermasyarakat
15
Ibid., 288. 16
Ibid., 290.
49
kelak, dan yang harus kita perintahkan untuk membiasakan
melaksanakanya sehingga ia terbiasa melaksanakannya dengan sebaik-
baiknya, dalam hal ini beliau menjelaskan hak-hak terpenting tersebut
secara rinci agar pendidik dapat menanamkannya pada anak sejak
masa pertumbuhan, adalah sebagai berikut:
a) Hak Orang Tua
17
Diantara kewajiban terpenting yang harus dikenalkan oleh
pendidik adalah memperkenalkan anak akan hak-hak orang tua
mereka, yaitu antara lain ialah berbakti, taat, berbuat baik,
memelihara keduanya, memeliharanya pada masa tua, tidak boleh
bersuara keras apalagi menghardik mereka, mendo‟akan setelah
mereka wafat, dan sebagainya termasuk sopan-santun yang
semestinya terhadap kedua orangtua. 18
Inilah dasar-dasar utama yang semestinya menjadi
pedoman bagi para pendidik dalam membimbing anaknya. Mereka
harus dituntun dengan dasar-dasar itu sehingga anak terbiasa
melakukan kebaikan dan memahami hak kedua orang tuanya
semenjak kecil.
17
Ibid., 291. 18
Ibid., 291.
50
b) Hak Saudara
Kerabat disini adalah orang-orang yang terkait oleh
hubungan kekerabatan dan keturunan. Secara berurutan, mereka
adalah ayah, ibu, kakek, nenek, saudara laki-laki, saudara
perempuan, paman dan bibi dari pihak ayah, keponakan dari
saudara laki-laki, keponakan dari saudara perempuan serta paman
dan bibi dari pihak ibu dan seterusnya. Para kerabat yang ada di
sekeliling mereka, yang lebih dekat kemudian yang lebih dekat.
Saudara adalah orang-orang yang memiliki garis
keturunan atau kekerabatan mereka disebut saudara karena dua
sebab. Pertama; terbentuk dari kata Rahm yang berarti rahmat,
pendorong kasih sayang dan cinta kasih terhadap orang yang
memiliki hubungan kekerabatan dan pertalian garis keturunan.
19
Ibid., 297.
51
Kedua, karena garis kekerabatan atau keturunan yang dijadikan
pegangan oleh manusia. 20
c) Hak Tetangga
21
Di antara hak-hak yang harus diperhatikan oleh pendidik
adalah hak tetangga. Siapakah tetangga itu? Abdullah Nasih Ulwan
memberikan penjelasan bahwa tetangga ialah orang yang berada di
kanan , kiri, atas, dan bawah hingga 40 rumah. Semua itu adalah
tetangga kita. Mereka mempunyai hak, dan kita mempunyai
kewajiban kepada mereka.22
Beliau menjelaskan pula bahwasanya hak-hak tetangga
dalam Islam dikembalikan pada masalah pokok yaitu:
1) Tidak Menyakiti Tetangga
Menyakiti tetangga itu macam-macam, antara lain ialah
menzinahi, mencuri, mengumpat, mencela dan menuduh kotor.
Yang paling menyakitkan ialah menzinahi, mencuri dan
merusak kehormatan. Termasuk mengganggu tetangga adalah
memandang sinis dan menghina.
20
Ibid., 298. 21
Ibid., 299. 22
Ibid., 300.
52
2) Melindungi Tetangga
Melindungi tetangga dan tidak menyakitinya adalah
bagian dari jiwa yang suci, malah termasuk dari bagian moral
yang mulai dari pandangan islam. Hal inilah yang dapat
membangkitkan seseorang untuk segera menyelamatkan
tetangganya jika ia terkena musibah atau bencana. Melindungi
etangga termasuk salah satu loyalitas islam seperti yang
tercermin dalam syair berikut ini: Hasan bin Tsabit r.a. berkata
“Tamu kita harus dihormati, jangan biarkan bila tetangga kita
dalam keadaan terkena musibah”.
3) Berbuat Baik kepada Tetangga
Berbuat baik terhadap tetangga, tidak cukup bagi
seseorang hanya dengan tidak menyakitinya atau menjaganya
dari perlakuan sewenang-wenang. Akan tetapi ia harus ikut
juga berduka dan merasakannya saat tetangga dalam keadaan
tertimpa musibah, mengucapkan selamat saat ia bergembira,
menjenguk saat ia sakit, mengucapkan salam dan
membimbingnya kepada hal yang berguna, baik dalam masah
dunia maupun agamanya, dengan ilmu dan nasihat. Secara
umum, hendaknya ia memuliakannya semaksimal mungkin.
4) Menanggung Derita tetangga
Ada banyak keutamaan bagi seorang Muslim dalam
interaksinya dengan tetangga. Antara lain tidak mengganggu
53
tetangganya, tidak menyakiti tetangganya, dan adalah suatu
perbuatan utama bila seseorang melindunginya dan
membentenginya dari perbuatan tangan jahat. Juga adalah
perbuatan luhur bila seseorang dapat melupakan kesalahan-
kesalahan tetangganya, bahkan membalas kejahatannya dengan
kesabaran. Lebih-lebih terhadap kejahatan yang tidak disengaja
atau kejahatan yang telah disesalinya dan ia meminta maaf
atasnya.23
d) Hak Guru
Di antara hak-hak bermasyarakat yang penting yang
harus diperhatikan dan diingat oleh para pendidik dalam pandangan
nashih Ulwan ialah mengajari anak untuk menghormati guru dan
memberikan haknya sehingga anak akan tumbuh dengan sopan-
santun sosial yang tinggi terhadap gurunya, terhadap orang yang
mengajar, disamping mengarahkan dan mendidiknya. Lebih-lebih
jika guru itu berkepribadian yang baik, takwa dan berakhlak mulia.
Hak-hak seorang guru bagi murid adalah sebagai berikut:
1) Seorang murid hendaknya bersikap tawadlu’ terhadap gurunya,
malah hendaknya ia bersikap seperti seorang pasien terhadap
dokter ahli yang merawatnya, hendaknya ia diajak bicara
tentang cita-citanya dan meminta saran dari padanya. Malah ia
harus bersikap rendah hati dan mengikuti gurunya yang mulia
23
Ibid.,304.
54
dan dapat di banggakan olehnya. Bertawadlu’ kepada guru
adalah keluhuran budi seorang murid.
2) Hendaknya seorang murid mengetahui hak-hak gurunya dan
tidak melupakan keutamaannya, Syu‟bah berkata “ Apabila
aku dengar sebuah hadits dari seseorang, maka aku siap
menjadi budaknya selama aku hidup.”
3) Hendaknya seorang murid mendo‟akan gurunya sepanjang
hidupnya, memelihara kerabat, keluarga, dan kecintaannya,
setelah ia wafat, menziarahi kuburnya, memintakannya ampun,
sedekah untuk dalam setiap kesempatan, memelihara ilmu,
agama dan akhlak dan biasa dilakukan guru, mengikuti cara
gerak dan diamnya, dan beramal dengan contoh panutan yang
baik. Seorang murid hendaknya sabar terhadap akhlak dan
perilaku negatif gurunya. Ia terus memanfaatkan ilmunya. 24
e) Hak Teman
Diantara masalah-masalah penting yang harus
diperhatikan para pendidik terhadap anak ialah memilihkan teman
yang baik dan mendidik bergaul dengan baik pula karena ia sangat
berpengaruh terhadap sikap istiqamah anak, juga terhadap kebaikan
hidup dan akhlaknya.
Oleh karena itu pendidikan harus memilihkan teman-
teman yang salih bagi mereka, lebih-lebih pada usia yang belum
24
Ibid., 307.
55
baligh sehingga mereka bermain dan bergaul bersamanya, belajar
dari mereka, saling berkunjung, saling menjenguk jika mereka
sakit, saling memberi hadiah jika mereka sukses, mengingatkan
mereka jika lupa, dan saling menolong jika mereka butuh.25
Akan tetapi apa sajakah hak-hak penting persahabatan
yang harus di tanamkan oleh para pendidik kepada anak-anak ?
Nasih Ulwan memberikan penjelasan sebagai berikut :
1) Mengucapkan salam jika bertemu
2) Menjenguk jika teman sakit
3) Mendoakan jika bersin
4) Menziarahi karena Allah
5) Mengucapkan “selamat bulanan atau tahunan “ seperti kebiasaan
banyak orang.
6) Saling memberi hadiah dalam kesempatan tertentu
f) Hak orang yang lebih tua
Orang yang lebih tua ialah orang yang lebih tinggi dari
kita dalam segala hal; usia, takwa, derajat, kemuliaan, dan
kedudukan. Jika mereka ikhlas dalam beragama, loyal terhadap
syariat Allah, maka seharusnya orang-orang mengakui kelebihan
mereka.
Beliau juga memberikan penjelasan yang lebih lanjut
perihal hak-hak orang dewasa adalah sebagai berikut :
25
Ibid., 314.
56
1) Menempatkan orang dewasa sesuai dengan kedudukannya yang
layak serta mengajak orang dewasa bermusyawarah dalam
segala hal, mengutamakannya dalam majelis, dan memulai
dengannya dalam bertamu
2) Dimulai dari yang dewasa dalam segala masalah. Orang dewasa
itu harus diutamakan dari yang kecil dalam shalat berjama‟ah,
berbicara kepada orang banyak, dan dalam mengambil dan
memberi dalam pergaulan.
3) Keharusan yang kecil untuk tidak menganggap remeh yang
lebih dewasa. Misalnya yang kecil mengejek, merendahkan, dan
berbicara jelek kepada yang dewasa, juga berlaku buruk
didepannya atau berwajah beringas di depannya.26
3. Mengamalkan etika sosial
27
Salah satu kaidah yang diletakkan Islam dalam pendidikan
anak di masyarakat adalah membiasakan mereka untuk berkomitmen
sejak dini pada adab masyarakat umum dan membentuk akhlaknya
dengan dasar-dasar pendidikan yang penting.
26
Ibid., 320. 27
Ibid., 327.
57
Mengamalkan etika sosial merupakan upaya atau cara
meletakkan sendi-sendi sosial. Di mana sejak dini harus dibiasakan
menjalankan etika sosial (disiplin) secara umum, dibentuk dasar-dasar
pendidikan yang sebenarnya, tujuannya, bila sudah dewasa dan dapat
menangkap esensi dari segala sesuatu, ia dapat bergaul dengan
sesamanya di tenga-tengah masyarakat dengan kebaikan yang
maksimal dan simpatik, dengan cinta yang utuh dan dengan budi
perkerti yang luhur. Dengan demikian anak dalam bidang-bidang
sosial akan mencapai derajat yang luhur dan ideal, bahkan dalam
berakhlak, dan bergaul dengan masyarakat anak akan tampak lebih
baik, bersikap seperti orang dewasa bijaksana cendikia dan
mempunyai keseimbangan. Demikianlah yang dikehendaki Islam
ketika meletakkan sistem pendidikan untuk membentuk akhlak anak
serta mempersiapkan tingkah laku dan sikap sosial. 28
Adapun disiplin etika sosial yang harus dibiasakan pada
perilaku anak dalam pandangan Nasih Ulwan adalah sebagai berikut;
a. Etika makan minum
Makan dan minum mempunyai tata cara dan sopan santun
yang perlu diajarkan kepada anak didik oleh pendidik. Tata cara ini
harus memperhatikan bagaimana penerapannya. Urutannya adalah
sebagai berikut;
1) Mencuci kedua tangan sebelum dan sesudah makan
28
Ibid., 327.
58
2) Membaca bismillah di awal makan dan alhamdullah diakhirinya
3) Tidak boleh makan sambil bersandar karena cara makan seperti
ini membahayakan kesehatan menimbulkan kesan kosong
4) Dibolehkan berbicara diatas makanan
5) Tidak boleh memulai makan bila ada orang yang lebih tua
6) Tidak boleh membuang-buang makanan.
Dalam masalah minum Nasih Ulwan menerangkan ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dan sekaligus diamalkan
yaitu;
1) Disunnahkan membaca basmalah, hamdalah, dan minum tiga
kali (tidak sekaligus dihabiskan)
2) Minum langsung dari tempat air hukumnya makruh
3) Meniup ke dalam makanan hukumnya makruh
4) Disunnahkan minum sambil duduk
5) Dilarang minum dari bejana emas atau perak
6) Melarang mengisi perut sampai penuh.
b. Etika mengucapkan salam
Mengucapkan Assalamualaikum mempunyai tata cara
tersendiri. Seorang pendidik harus menanamkan dan membiasakan
anaknya untuk mengucapakan assalamualaikum tertibnya. Lafadz
orang yang memberi salam adalah Assalamualaikum. Meskipun
yang memberi salam itu hanya seorang, ucapan ini dijawab dengan
bentuk jamak‟, yaitu wa’alaikumsalam. Ajaran memberi salam ini
59
diambil dari hadits-hadits shahih, antara lain hadits riwayat Abu
Daud dan At-tirmizi dari Amran bin husain ra.29
c. Etika minta izin masuk rumah
Meminta izin masuk rumah mempunyai tata cara dan
sopan santun tersendiri. Karenanya, Nasih Ulwan meminta kepada
para pendidik agar membiasakan pengalaman berikut pada anak
didiknya.
1) Memberi salam dan meminta izin masuk
2) Batas meminta sebanyak tiga kali
3) Tidak boleh mengetuk pintu dengan keras. Terutama jika
pemilik rumah itu ayahnya, gurunya, atau orang terpandang
4) Bergeser dari pintu setelah minta izin
5) Harus pulang bila diperintahkan pulang oleh pemilik rumah.30
d. Etika duduk dalam pertemuan
Menghadiri suatu majelis pertemuan mempunyai tata
cara tersendiri. Pendidik harus mengajarkannya kepada anak,
membimbing dan memoerjelas anak itu menerapkan tata cara,
begitulah keterangan dari Nasih Ulwan. Beliau juga menambahkan
bahwa etika dalam pertemuan yang harus dijaga adalah sebagai
berikut:
29
Ibid., 330. 30
Ibid., 334.
60
1) Berjabatan tangan dengan orang yang telah hadir di majelis
2) Duduk ditempat yang telah ditentukan
3) Tidak boleh duduk diantara dua orang kecuali dengan izin mereka
4) Dilarang berbisik-bisik di depan orang ketiga di dala satu majelis
5) Orang yang meninggalkan tempat duduknya karena suatu
kepentingan. Kemudian kembali lagi ke tempatnya semula, lebih
berhak menempatinya kembali.
6) Minta izin sebelum beranjak dari majlis
7) Membaca doa penutup majelis.31
e. Etika Berbicara
Diantara adab sosial yang patut mendapat perhatian
secara khusus dari pendidik kepada anak didik adalah mengajarkan
tata krama dan berbicara, menurut Nasih Ulwan ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan etika berbicara
adalah sebagai berikut;
1) Berbicara dengan bahasa arab yang fasih
2) Berbicara perlahan-lahan (tidak tergesa-gesa), perlahan-lahan
didalam mengungkapkan pembicaraan sehingga orang-orang
yang mendengarkannya dapat memahami maksud pembicaraan
itu. Disamping itu orang-orang yang berada dalam majelis itu
31
Ibid., 335.
61
dapat memikirkan isi dari pembicaraannya. Demikianlah Nabi
saw. Berbuat dalam mendidik umatnya.
3) Dilarang memaksakan diri untuk pura-pura pandai bicara fasih
4) Berbicara dengan orang lain sesuai tingkat pemahamannya
5) Larangan mempersingkat atau memperpanjang pembicaraan
6) Jangan berbicara yang membuat bosan dan tidak patut
7) Bersikap ramah terhadap orang yang diajak berbicara pada saat
dan sesudah berbicara.32
f. Etika dan sopan santun bergurau
1) Tidak berlebihan.
2) Tidak boleh menyakiti orang. Bersenda gurau disunnahkan
dikalangan sanak keluarga dan teman-teman serta handai taulan
dengan syarat, hendaknya tidak menyakiti, meremehkan dam
membuat sedih orang lain
3) Menjauhi perbuatan dan perkataan dusta. 33
g. Etika mengucapkan selamat
Diantara etika sosial yang perlu mendapatkan perhatian
serius dalam mempersiapkan pendidikan dan membentuk sikap
sosial anak adalah membiasakan anak menerapkan etika
menyampaikan ucapan selamat, memperkenalkan cara-cara dan
dasar-dasarnya agar di dalamnya pribadi anak itu timbul
32
Ibid., 337-339. 33
Ibid., 342.
62
kecenderungan dan cinta akan peraturan sehingga ikata cinta
persaudaraan dengan sesamanya jadi kuat dan akrab ucapan
selamat mempumyai beberapa etika dan sopan santun yang secara
besarnya sebagai berikut;
1) Menampakan rasa gembira dan perhatian pada kesempatan
menyampaikan ucapan selamat.
2) Ucapan selamat dengan bahasa lembut dan doa ma‟tsur.34
h. Etika menjenguk orang sakit
Sopan santun dalam menjenguk orang sakit adalah
merupakan bagian dari etika sosial yang cukup penting. Menurut
beliau ada beberapa hal yang perlu dibiasakan pada anak didik dalam
kaitannya dengan etika dalam menjenguk orang sakit diantaranya
yaitu:
1) Segera menjenguk
2) Mengajari orang yang sakit agar meletakkan tangan kananya
ditempat yang sakit dan membaca doa yang ma‟tsur untuk
dirinya.
3) Disunnatkan menanyakan keadaan orang sakit kepada
keluarganya
4) Disunnatkan menjenguk duduk didekat kepala orang yang sakit
5) Disunnatkan memberikan harapan kepada orang yang sakit
6) Menjenguk diperbolehkan meminta do‟a dari orang yang sakit.
34
Ibid., 343.
63
7) Mengingatkan orang sakit untuk membaca „laa ilaaha illa Allah‟
pada saat menghadapi sakaratul maut.35
i. Etika melayat (ta’ziah)
Etika ta’ziah kepada orang yang ditinggal mati atau
kehilangan tokoh mulia termasuk bagian dari etika sosial yang perlu
mendapatkan perhatian para pendidik. Menurut Nashih Ulwan
ta’ziah artinya menganjurkan berbuat sabar kepada keluarga mayat
dengan kata-kata yang berkesan yang dapat menghibur dan
meringankan kesedihan keluarga tertimpa musibah sehingga mala
petaka itu dapat diatasi dengan ringan.
Ada beberapa etika penting dalam melayat yaitu;
1) Mengucapkan kata-kata yang ma’tsur jika memungkinkan
2) Disarankan memberi makanan untuk keluarga yang meninggal
3) Memperlihatkan duka kepada orang yang sedang berduka.
Menampakkan rasa iba, sayang, sedih, dan menyebutkan jasa-
jasa orang yang meninggal adalah cara melayat yang paling baik
dan seperti inilah yang dilakukan ulama‟.36
j. Etika bersin dan menguap
Diantara etika sosial yang diperintahkan dan dianjurkan
oleh Islam adalah etika saat bersin dan menguap. Para pendidik
35
Ibid., 347. 36
Ibid.,351.
64
harus menanamkan etika ini kepada anak didik agar mereka dapat
mengamalkannya. Diantara etika bersin dan menguap adalah;
1) Mengucapakan kata-kata pujian kepada Allah
2) Tidak perlu tasymit37
bagi orang bersin jika dia tidak memuji
Allah.
3) Meletakkan tangan atau sapu tangan di mulut, dan merendahkan
suara sedapat mungkin
4) Menahan menguap sedapat mungkin.
3. Pengawasan dan kritik sosial
Diantara dasar sosial yang penting di dalam membentuk
perangai anak dan mendidik kehidupan sosialnya adalah dengan
membiasakan anak sejak usia dini melakukan pengawasan masyarakat
dan kritik sosial yang membangun, untuk setiap individu yang
dipergaulinya, yang mengikutinya, yang bertemu dengannya dan
memberikan nasehat kepada setiap individu yang terlihat menyimpang
dan menyeleweng .
37
Tasymit adalah mengucapkan yarhamukallah, untuk menjawab orang bersin yang
mengucapakan alhamdulillah 38
Ibid., 362.
65
Diantara prinsip-prinsip sosial penting untuk membentuk dan
mendidik perilaku sosial anak dengan membiasakan anak sejak kecil
unruk melakukan pengawasan sosial dan memberikan kritik sosial
yang membangun kepada semua orang yang bergaul dan tumbuh
dewasa bersamanya.juga memberi nasehat kepada orang-orang yang
dilihatnya menyimpang. Membiasakan anak sejak dini untuk
menunaikan amar makruf nahi mungkar. Kita sangat membutuhkan
pendidik yang serius dan sadar yang dapat menanamkan akhlak dan
keberanian untuk berkata benar pada anak sejak kecil, sehingga
manakala sang anak mencapai usia cukup untuk mengkritik,
menasehati, dan berkata benar. Mereka akan menegakkan kewajiban
menasehati dan tanggung jawab mengkritik dengan sebaik-baiknya.
Bahkan ia akan siap pergi ke medan dakwah, menyampaikan risalah
Islam dan meluruskan penyimpangan yang ada tanpa takut celaan
orang. Mereka akan melakukan itu semata karena Allah, dan tidak ada
kedzaliman yang mampu mencegahnya dalam menyatakan
kebenaran.39
Ada beberapa dasar dan tahapan untuk membawa anak mampu
melakukan kritik sosial. Sehingga para pendidik dapat menegakkan
tanggung jawab dan kewajiban mereka dalam mendidik dan
mempersiapkan anak didik untuk bisa melakukan pengawasan sosial
39
Ibid., 361.
66
dan memberikan kritik sosial yang membangun. Diantara tahapan
tersebut yaitu;
1. Amar makruf nahi mungkar sebagai tugas sosial
Islam mewajibkan umat untuk melaksanakan amar makruf nahi
mungkar (memerintah kebaikan dan mencegah kemungkaran)
dalam segala bentuk dan jenisnya. Tidak mengistimewakan salah
satunya. Ini adalah kewajiban bagi pemerintah dan ulama‟, kaum
cendekia dan orang awam, laki-laki dan wanita, tua dan muda,
anank-anak dan orang dewasa, pegawai dan pekerja, smua orang
tanpa terkecuali. Artinya, ini adalah tugas sosial yang dibebankan
kepada individu, sesuai kondisi, kemampuan, dan tingkat
keimanan masing-masing.40
2. Aturan main dalam pengawasan dan kritik sosial
Memerintah berbuat baik dan mencegah perbuatan
mungkar (amar makruf nahi mungkar) memiliki aturan main dan
syarat-syarat yang sangat ketat. Para ulama‟ telah menetapkan
kaidah dan syarat-syarat sebagai berikut;
a. harus sama antara perkataan dan perbuatan.
b. kemungkaran yang dilarang sudah pasti kemungkarannya.
c. melarang kemungkaran secara bertahap
d. bersikap santun, lemah lembut, dan berakhlak baik
e. bersabar terhadap ganggguan
40
Ibid., 327.
67
3. Senantiasa mengingat sikap teladan para pendahulu
Diantara faktor yang menimbulkan kemantapan dan
keberanian dalam diri seorang muslim dan mengambil sikap tegas
dalam amar makruf nahi mungkar adalah mengingat sikap teladan
para pendahulu kita. Para salafus sholihin. Dalam merubah
kemungkaran dan meluruskan penyimpangan yang terjadi pada
masa mereka. Mengenang kisah mereka akan membawa pengaruh
sangat baik dalam jiwa anak dan akan membuat mereka tegas
kepada orang yang menyimpang dan tidak menegakkan
kehormatan Islam yang mulia.41
Tidak diragukan lagi bahwasanya sikap mereka telah melahirkan
pengaruh dalam jiwa dan semangat generasi muda. Bahkan itu dapat
mendorong mereka untuk berani menghadapi dan melawan para
penyimpang, pembuat onar, dan orang-orang kafir yang tidak
menghormati ajaran islam dan nilai-nilai moral. Alangkah banyaknya
orang-orang seperti itu pada zaman sekarang ini.
C. Dampak Media Televisi Dan Sejenis Pada Anak Menurut Abdullah
Nasih Ulwan
41
Ibid., 376.
68
Sesungguhnya penggunaan siaran radio, televisi, tape recorder, dan
lain-lain, yang merupakan hasil kreasi akal manusia di zaman modern,
bahkan merupakan produk terhebat peradaban meterialisme di abad dua
puluh itu merupakan pedang bermata dua yang dapat digunakan untuk
kebaikan dan keburukan.42
Disini dapat kita fahami bahwa penggunaan televisi, radio, tape
recorder, komputer, LCD, handphone, internet, dan segala jenis hasil
kreasi manusia di zaman modern ini akan menjadi sesuatu yang baik atau
buruk tergantung dari penggunaannya. Jika digunakan untuk sesuatu yang
baik maka akan baik, tapi jika digunakan untuk yang buruk maka akan
buruk. Jika penemuan-penemuan ini digunakan untuk kebaikan,
menyebarkan ilmu, mengokohkan akidah Islam, menopang akhlak yang
mulia, menjembatani generasi modern dengan kemuliaan sejarahnya,
mengarahkan umat pada kebaikan agama dan dunianya, maka boleh
dimanfaatkan. Namun, jika digunakan untuk kerusakan dan
penyimpangan, menebar kebebasan dan kenakalan,mengenal generasi
42
Ibid., 668.
69
muda pada jalan selain Islam, maka jelas bagi orang yang beriman itu
haram untuk digunakan dan didengarkan.
Jika kita mengikuti acara-acara televisi di negara kita, akan kita
temukan kebanyakan acara tersebut merusak kemuliaan, mengarah kepada
fitnah dan pergaulan bebas, memotivasi kebebasan dan kenakalan, juga
kerusakan masyarakat. Sedikit sekali acara yang bersifat ilmu pengetahuan
dan yang baik,dan bermanfaat bagi umat dalam dunianya dan akhiratnya.
Bardasarkan hal tersebut maka memiliki televisi, menyaksikannya, dan
mendengarkan acaranya termasuk hal yang haram dan dosa besar.43
Adapun diantara penyebab pengharaman televisi dan yang
sejenisnya seperti film, teater malam, tempat hiburan mesum adalah
berdasarkan dalil-dalil berikut:44
1. Diantara tujuan syariat Islam yang telah ditetapkan adalah menjaga
keturunan dan kehormatan. Sedangkan kebanyakan acara yang
ditayangkan di televisi, bioskop, drama, sinetron, dan tempat hiburan,
banyak yang menjurus pada perusakan kehormatan, kemuliaan, dan
keturunan. Karenanya mengunjungi tempat tersebut dan menonton
pertunjukannya dianggap sebagai perbuatan haram.
43
Ibid., 668. 44
Ibid., 669.
70
2. Karena adanya hadist
Malik, Ibnu Majah, dan Daruquthni meriwayatkan dari Abi Sa‟id al-
Khudri r.a. bahwa Rasulullah S.A.W. Bersabda; Tidak dibenarkan
melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.
3. Kebanyakan tayangan film, teater malam dan tempat hiburan selalu
disertai dengan musik, lagu-lagu vulgar, tarian-tarian erotis. Terkait
dengan diharamkannya hal-hal tersebut, maka masuk ke dalamnya dan
menyaksikan acara itu juga diharamkan bahkan merupakan dosa besar.
Salah satu rencana kaum yahudi adalah merusak tatanan moral
masyarakat non yahudi. Salah satu cara mereka merusak moral adalah
mengikis nilai-nilai kemanusiaan melalui media informasi, penerbitan,
teater, drama, bioskop, acara radio dan televisi. Kaum yahudi dengan tipu
dayanya telah mampu merusak bangsa dengan melalui kebudayaan, seni,
hiburan, pelacuran, dan sejenisnya. Siang dan malam mereka bekerja keras
untuk merusak akal san moral manusia. Aktivitas membuat agenda
hiburan, permainan, hawa nafsu, dan kesenangan itu dapat mengingkari
pikiran yang sehat, dan pekerjaan yang positif. Oleh karena itu kita harus
memperingatkan anak didik kita agar jangan mengunjungi tempat-tempat
hiburan seperti bioskop, hiburan malam, dan tempat buruk lainnya.
Tempat-tempat itu dalam situasi seperti saat ini dapat merusak akidah dan
71
akhlak umat. Bahkan tempat-tempat ini merupakan salah satu rencana dan
agenda kaum yahudi untuk merusak individu, keluarga, dan generasi muda
anak-anak kita.45
Diantara bahaya dan dampak televisi yang lain, utamanya bagi
anak-anak adalah membahayakan kesehatan seperti melemahkan
penglihatan. Membahayakan jiwa karena hati terikat pada artis-artis
cantik yang menyibukkan perasaan dan pikirannya. Membahayakan
pendidikan karna anak melalaikan kewajiban-kewajiban sekolahnya.
Membahayakan pemikiran karena dapat melemahkan daya ingat,
kemampuan berpikir, dan pemahaman. Membahayakan perekonomian
karena menghabiskan uang untuk membelinya, sedangkan keluarga
membutuhkan untuk berbagai kebutuhan mendesak.46
Dengan segala dampak buruk televisi serta alasan diharamkannya
maka seorang muslim wajib menjaga agama, kehormatan, dan pendidikan
keluarganya. Hal ini tidak dapat dilakukan kecuali dengan menjauhkan
dampak buruk dan bahaya yang mengancam tatanan kehidupan berumah
45
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Pendidikan Akhlak Mulia, (Jakarta: Lentera
Abadi, 2012), 92-93. 46
Ibid., 683.
72
tangga. Sungguh, acara-acara televisi masa kini cenderung mendatangkan
mudarat dan bahaya yag mengancam kehormatan dan etika moral.