pendidikan multikultural perspektif al qur’an (telaah surah al hujurat ayat 9-13)

92
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PERSPEKTIF AL QUR’AN (TELAAH SURAH AL HUJURAT AYAT 9-13) S K R I P S I Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh SITI TAFWIROH NIM : 111 09 031 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014

Upload: -

Post on 20-Dec-2015

181 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

adf

TRANSCRIPT

Page 1: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

PERSPEKTIF AL QUR’AN

(TELAAH SURAH AL HUJURAT AYAT 9-13)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

SITI TAFWIROH

NIM : 111 09 031

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2014

Page 2: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)
Page 3: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

KEMENTERIAN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Stadion 03 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721

Wibsite : www.stainsalatiga.ac.id Email : [email protected]

M. Gufron, M.Ag

DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 eksemplar

Hal : Naskah skripsi

Saudari Siti Tafwiroh

Kepada:

Yth. Ketua STAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka

bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari :

Nama : SITI TAFWIROH

NIM : 11109031

Jurusan/ Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul : PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

PERSPEKTIF AL QUR‟AN (Telaah Surah al

Hujurat Ayat 9-13)

Dengan ini kami mohon skripsi saudari tersebut diatas supaya segera

dimunaqosahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Salatiga, 09 Januari 2014

Pembimbing

M. Gufron, M. Ag.

NIP. 19720814 200312 1 001

Page 4: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Stadion 03 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721

Wibsite : www.stainsalatiga.ac.id Email : [email protected]

PENGESAHAN

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PERSPEKTIF AL QUR’AN

(TELAAH SURAH AL HUJURAT AYAT 9-13)

Disusun oleh :

SITI TAFWIROH

NIM : 11109031

Telah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan

Tarbiya h PAI, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada

tanggal 2 Maret 2014, dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh

gelar sarjana S1 kependidikan Islam.

Susuanan Panitia Ujian

Ketua penguji : Dr. Imam Sutomo, M. Ag ………………………

Sekretaris penguji : Wahidin, S. Pd. I., M. Pd ………………………

Penguji I : Drs. A. Bahrudin, M. Ag ………………………

Penguji II : Muna Erawati, S. Psi., M. Si ………………………

Penguji III : Dra. Siti Asdiqoh, M. Si ………………………

Salatiga, 17 Maret 2014

Ketua STAIN Salatiga

Dr.Imam Sutomo, M.Ag

NIP: 19580827 198303 1 002

Page 5: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

DEKLARASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Siti Tafwiroh

NIM : 11109031

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya

sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 9 Januari 2014

Penulis

SITI TAFWIROH

NIM: 11109031

Page 6: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

MOTTO

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang

Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.

(Q.S. Maryam: 96)

Page 7: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah „ala kulli hal wa ni‟mah, dengan izin Allah skripsi ini selesai.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ibu dan Bapakku beserta seluruh keluarga yang telah mendukung penulis

sepenuhnya untuk belajar di STAIN Salatiga.

2. Dosen STAIN Salatiga yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Semoga ilmu beliau menjadi ilmu yang bermanfaat.

3. Bapak KH. Masduq Chariri dan Abah Mansur Azizi beserta keluarga besar

yang senantiasa penulis nantikan berkah doa dan ilmunya.

4. Ibu Nyai Hj. Zulaicho beserta keluarga besar yang senantiasa penulis

nantikan fatwa dan barakahnya.

5. Teman-teman RUQ dan al Azhar yang tak pernah lelah memotivasi

penulis untuk tetap sabar dan tersenyum.

6. Sahabat-sahabatku, mb Pink, mb Retna, mb Accan, mb Bad, mb Bar, dan

mb Eny, terimakasih untuk kasih sayang dan semuanya.

7. Teman-teman se-bantal, mb Aida, de Nani, mb Ella, mb Ila, Nisa, mb

Uliq, mb Shofi, mb Hida, terimakasih atas tawa yang selalu kalian

ciptakan.

8. Teman-teman seperjuangan di kelas PAI A, FataSmart, khususnya

angkatan 2009, merekalah orang-orang luar biasa yang senantiasa ada di

sampingku.

9. Ade‟

Page 8: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

KATA PENGANTAR

Asslamu‟alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Atas

segala limpahan cinta dan kasih-Nya serta ni‟mat yang tak pernah henti dari-Nya,

sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga,

sahabat dan para pengikutnya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Imam Sutomo M. Ag. selaku ketua STAIN Salatiga.

2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M. Si. selaku Ketua Program Studi PAI.

3. Bapak Dr. Sumarno Widjadipa selaku dosen pembimbing akademik.

4. Bapak M. Gufron, M. Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

dengan ikhlas mencurahkan pikiran, tenaganya, dan waktunya untuk

membimbing penulis menyusun karya ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan

dan mendukung penulis.

Page 9: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan

mendapatkan ridho Allah SWT.

Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis

khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Salatiga, 09 Januari 2014

Penulis

SITI TAFWIROH

Page 10: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

ABSTRAK

Siti Tafwiroh (NIM. 11109031). Pendidikan Multikultural Perspektif Al

Qur‟an (Telaah Surah al Hujurat Ayat 9-13) Program Strata I Jurusan

Pendidikan Agama Islam (STAIN) Salatiga, 2014.

Kata kunci: Pendidikan Multikultural, Al Qur’an

Penelitian ini merupakan upaya untuk menemukan solusi mengenai

konflik yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini. Solusi yang tidak terlepas dari Al

Qur‟an sebagai pedoman hidup seluruh umat manusia. Pendidikan multicultural

dirasa relevan dengan al Qur‟an yang mengandung nilai-nilai universal. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk; 1) Mengetahui nilai-nilai pendidikan

multikultural yang terkandung dalam Al Qur‟an Surah Al Hujurat ayat 9-13, 2)

mengetahui implementasi pendidikan multicultural dalam pendidikan Islam.

Penelitian ini adalah library research, yaitu penelitian dimana objek

penelitiannya digali lewat berbagai sumber kepustakaan. Untuk membahas

permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan

pendekatan kajian tafsir maudlu‟i. Metode ini penulis gunakan untuk

menganalisis ayat- ayat yang membicarakan tema yang sama, yang kemudian

penulis kaitkan dengan paparan mengenai pendidikan multikultral. Sehingga dapat

ditemukan titik temu, bahwa al Qur‟an pun telah menjelaskan nilai-nilai

multikulturalisme yang terkristal di dalamnya.

Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa pendidikan multikultural

merupakan pndidikan yang berbasis keanekaragaman. Perbedaan suku, ras,

agama, sampai kepada perbedaan kelas ekonomi dan sosial, semuanya berhak

mendapatkan hak-haknya sebagai menusia, makhluk Allah paling sempurna.

Semuanya berhak mendapatkan penghormatan dan penghargaam yang sama.

Karena al Qur‟an telah menjelaskan bahwa hanya orang-orang yang bertakwalah

yang paling mulia di sisi-Nya. Allah senantiasa memerintahkan untuk selalu

menghimpun persatuan, karena semua manuisa merupakan saudara, oleh sebab itu

manusia dilarang untuk melakukan hal-hal buruk yang mengakibatkan

perpecahan. Kemudian Allah menjelaskan prinsip dasar hubungan bersosial

kepada seluruh manusia. Nilai-nilai multikulturalisme yang terkandung dalam

lima ayat tersebut adalah; Memupuk Persaudaraan dalam Perbedaan, Saling

Menghargai dan Saling Menghormati, Menjauhkan Diri dari Prasangka, Bersikap

Terbuka, Menumbuhkembangkan Sikap Inklusif, Membangun Sikap Toleransi,

Meningkatkan Ketakwaan Terhadap Allah SWT. Dalam perwujudannya,

Pendidikan multikultural dapat disajikan dalam bentuk materi pembelajaran.

Diintegrasikan dengan pendidikan agama Islam dan pendidikan kewarganegaraan.

Page 11: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN BERLOGO ................................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv

DEKLARASI ................................................................................................... v

MOTTO ........................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

ABSTRAK ....................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6

D. Kegunaan Penelitian.............................................................. 6

E. Metode Penelitian.................................................................. 6

F. Penegasan Istilah ................................................................... 8

G. Sistematika Pembahasan ....................................................... 10

Page 12: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

BAB II KOMPILASI AYAT-AYAT MULTIKULTURALISME …... 11

BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH AYAT-AYAT

MULTIKULTURALISME ………………………………… 18

A. Asbabun Nuzul …………………………………………… 18

B. Munasabah………………………………………………. 26

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 32

A. Pendidikan Multikultural ………………………………….. 32

B. Analisis Pendidikan Multikultural dalam Qur‟an Surah al Hujurat

Ayat 9-13………………………………………………….. 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………… 71

B. Saran ……………………………………………………….. 72

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 74

Page 13: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wacana tentang pendidikan multikultural saat ini memang sering

diperbincangkan disetiap kalangan, baik dari kalangan politik, agama, sosial,

budaya, dan khususnya dikalangan para pemikir pendidikan. Fenomena

konflik etnis, sosial, budaya, yang kerap muncul di tengah-tengah masyarakat

yang berwajah plural menyebabkan limpungnya arah pendidikan dimasa

depan.

Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia.

Kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosial-kultural

maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Sekarang ini, jumlah pulau

yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sekitar tiga

belas ribu pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya berjumlah lebih dari

dua ratus juta jiwa, terdiri dari tiga ratus suku yang menggunakan hampir dua

ratus bahasa yang berbeda. Selain itu mereka juga menganut agama dan

kepercayaan yang beragam seperti Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu,

Budha, Konghucu, serta berbagai macam aliran kepercayaan. (Yaqin, 2005:3-

4). Dari kasus di atas, sangat diperlukan sikap terbuka dan menerima setiap

perbedaan yang ada. Setiap manusia berkewajiban menumbuh kembangkan

sikap multikultural. Sikap multikultural merupakan sikap yang terbuka pada

perbedaan. Mereka yang memiliki sikap multikultural berkeyakinan:

perbedaan bila tidak dikelola dengan baik memang bisa menimbulkan

Page 14: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

konflik, namun bila kita mampu mengelolanya dengan baik maka perbedaan

justru memperkaya dan bisa sangat produktif. Salah satu syarat agar sikap

mutikultural efektif adalah bila kita mau menerima kenyataan hakiki bahwa

manusia bukan makhluk sempurna, manusia adalah makhluk yang selalu

menjadi. Padahal agar dapat menjadi, manusia membutuhkan sesamanya.

Dengan perkataan lain, sikap yang seharusnya mendasari masyarakat

multikultural adalah sikap rendah hati (=mau menerima kenyataan), bahwa

tidak ada seorang pun yang mampu memiliki kebenaran absolut, karena

kebenaran absolut melampaui ruang dan waktu, padahal manusia adalah

makhluk yang terikat pada ruang dan waktu. Kita merupakan makhluk yang

berjalan bersama menuju kebenaran absolut tersebut. Untuk itu kita perlu

mengembangkan sikap hormat akan keunikan masing-masing pribadi atau

kelompok tanpa membeda-bedakan entah atas dasar gender, agama dan etnis.

(Molan, Putranto, dkk, 2009:16-17). Allah SWT menganjurkan kepada

manusia untuk berbuat kebajikan dan mencegah tindakan keji dalam Qur‟an

Surah Ali Imran ayat 104:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada

kebajikan, menyeru kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar;

merekalah orang yang beruntung. (Tafsir al Misbah, Vol. 2).

Page 15: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Lebih khusus lagi, apabila dilihat dari cara pandang tindak dan

wawasan setiap individu yang ada terhadap berbagai macam fenomena sosial,

budaya, ekonomi, politik dan terhadap hal-hal lainnya, tak dapat dipungkiri,

mereka mempunyai pandangan yang beragam. Contohnya, masyarakat kita

dengan berbagai macam latar belakang yang berbeda seperti pendidikan,

etnis, agama, kelas sosial dan ekonomi –mempunyai tindakan dan pandangan

yang berbeda-beda pula tentang berbagai macam fenomena sosial seperti

kesetaraan gender, demokrasi, hak asasi manusia dan terhadap hal-hal

lainnya. Ada anggota masyarakat yang kurang mendukung adanya proses

demokrasi di negara ini, namun di sisi lain tidak sedikit masyarakat yang

menginginkan adanya demokrasi. Ada anggota masyarakat yang sangat

peduli dan selalu memperjuangkan hak-hak asasi manusia, namun di sisi lain

tidak sedikit masyarakat yang tidak peduli terhadap masalah tersebut. Bahkan

mereka dengan sengaja menggilas hak-hak asasi orang lain. Ada anggota

masyarakat yang merespon baik dan bahkan mendukung adanya kesetaraan

gender, namun tidak sedikit masyarakat yang menentangnya. (Yaqin, 2005:3-

4).

Keragaman ini, diakui atau tidak, akan dapat menimbulkan berbagai

persoalan seperti yang sekarang dihadapi bangsa ini. Premanisme,

perseteruan politik, kemiskinan, kekerasan, perusakan lingkungan dan

hilangnya rasa kemanusiaan untuk selalu meghormati hak-hak orang lain, hal

tersebut adalah bentuk nyata sebagai bagian dari multikulturalisme itu.

Page 16: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Maka, menjadi keharusan bagi kita bersama untuk memikirkan upaya

pemecahannya (solution). Termasuk pihak yang harus bertanggung jawab

dalam hal ini adalah kalangan pendidikan. Pendidikan sudah selayaknya

berperan dalam menyelesaikan masalah konflik yang terjadi di masyarakat.

Minimal, pendidikan harus mampu memberikan penyadaran (consciousness)

kepada masyarakat bahwa konflik bukan suatu hal yang baik untuk

dibudayakan. Dan selayaknya pula, pendidikan mampu memberikan tawaran-

tawaran yang mencerdaskan, antara lain dengan cara mendesign materi,

metode, hingga kurikulum yang mampu menyadarkan masyarakat akan

pentingnya sikap saling toleran, menghormati perbedaan suku, agama, ras,

etnis dan budaya masyarakat indonesia yang multikultural. Sudah selayaknya

pendidikan berperan sebagai media transformasi sosial, budaya dan

mutikulturalisme. (Mahfud, 2006:4-5).

Problem perbedaan tidak hanya dialami pada tataran kehidupan antar

umat beragama saja, namun juga terdapat dalam masing-masing agama.

Karena persoalan keberagamaan sebenarnya tidak lepas dari interpretasi

manusia akan teks suci atau divine text yang dipercaya sebagai ungkapan

langsung dari Tuhan kepada manusia. Sementara dalam kerangka kerja

(frame work)-nya, tidak ada tafsir yang seragam terhadap suatu hal, pastilah

akan ada perbedaan yang disebabkan oleh banyak hal. Bisa jadi karena faktor

budaya, ekonomi, politik, pendidikan atau perbedaan tingkat peradaban.

Contohnya, perbedaan pendapat yang muncul antara masyarakat sunni dan

syi‟I, katolik dan Kristen, dan realitas terdekat adalah antara dua organisasi

Page 17: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

kemasyarakatan (ormas) Islam terbesar di Indonesia; NU dan

Muhammadiyah. (Yaqin, 2005: xiv-xvii).

Oleh sebab itu, wacana multikulturalisme sangat dibutuhkan guna

internalisasi nilai-nilai multikultural pada diri setiap manusia. Dengan

memahami perbedaan tafsir setiap teks yang ada, diharapkan akan

menghasilkan pemahaman keberagamaan yang inklusif, toleran, dan terbuka

kepada siapapun. Tidak ada yang merasa menjadi makhluk pilihan yang

selalu menganggap dirinya paling benar dan menyalahkan yang lain.

Dalam skripsi ini, penulis akan mengkaji isi kandungan al Qur‟an

surah al Hujurat ayat 9-13 yang menjelaskan mengenai hakikat manusia

diciptakan laki-laki dan perempuan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku tak

lain agar mereka saling mengenal dan dan saling menghargai antar sesama.

Islam melalui Al Qur‟an mengajarkan hormat menghormati antara manusia

satu dengan yang lain, tidak ada perselisihan di antara manusia, Islam adalah

agama yang mengajarkan nilai-nilai yang universal dengan tujuan untuk

memberikan rahmat bagi semesta alam, (rahmatan lil‟alamin) sehingga

terdapat ayat-ayat al Qur‟an yang mengajarkan tentang perdamaian, kasih

sayang, meghormati perbedaan, dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas , pokok permasalahan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan multikultural dalam al Qur‟an Surah Al

Hujurat ayat 9-13?

Page 18: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

2. Bagaimana implementasi pendidikan multikultural dalam pendidikan

Islam?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan multikultural yang terkandung dalam

Al Qur‟an Surah Al Hujurat ayat 9-13.

2. Mengetahui implementasi pendidikan multikultural dalam pendidikan

Islam.

D. Kegunaan Penelitian

1. Menambah khasanah pengetahuan tentang pendidikan yang berbasis

multikultural bagi bangsa Indonesia.

2. Sebagai sumbangan fikiran dalam rangka peningkatan pendidikan agama

Islam.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja meneliti, mengkaji dan

menganalisis objek sasaran penelitian untuk mencari hasil atau kesimpulan

tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini

adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian pustaka (library

research) dengan bahan pustaka yang berkaitan pembahasannya dalam

penelitian ini, baik bahan primer maupun skunder.

Page 19: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

a. Bahan Primer

Bahan primer merupakan bahan pokok yang diperoleh melalui buku-

buku seperti tafsir al Misbah dan tafsir ibnu katsir.

b. Bahan sekunder

Sumber penunjang yang dijadikan alat bantu dalam menganalisa

masalah-masalah yang muncul, yakni dengan buku-buku

kependidikan seperti pendidikan multicultural oleh Choirul Mahfud,

pendidikan multicultural Cross-Cultural Understanding untuk

Demokrasi dan Keadilan oleh M. Ainul Yaqin, Pendidikan

Multikultural Konsep dan Aplikasi oleh Ngainun Naim dan Ahmad

Sauqi.

2. Pendekatan

Dalam pencapaian hasil yang maksimal, maka metodologi

penelitian ini menggunakan pendekatan kajian tafsir maudlu‟i, yaitu

menafsirkan ayat-ayat al Qur‟an dengan menghimpun ayat-ayat al Qur‟an

yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama

membicarakan satu topic dan menyusunnya berdasarkan kronologi dan

sebab turunnya ayat tersebut. (Budiharjo, 2012: 150-151). Dengan

maksud untuk menghimmpun ayat-ayat Al Qur‟an dari berbagai surah

yang berkaitan dengan persoalan atau topik yang ditetapkan. Kemudian

peneliti membahas dan menganalisis kandungan ayat-ayat tersebut

sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

Page 20: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari Adanya kemungkinan penafsiran yang salah

tentang istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian , maka penulis

perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini, antara

lain :

1. Pendidikan Multikultural

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga ,

masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang

hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan

peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan

datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram

dalam bentuk pendidikan formal, non-formal, dan informal di sekolah,

dan luar sekolah, yang berlansung seumur hidup yang bertujuan

optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar

dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.

(Mudyahardjo, 2010:11).

Sedangkan yang dimaksud dengan multikultural adalah gejala pada

seseorang atau suatu masyarakat yang ditandai oleh kebiasaan

menggunakan lebih dari satu kebudayaan. (http://www.artikata.com/arti-

341549-multikulturalisme.html).

Dengan kata lain, multikultural adalah beberapa kebudayaan.

Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak),

Page 21: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Secara hakiki, dalam kata itu

terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam

komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik.

(Mahfud, 2006:75).

Baidhawy (2005) menyimpulkan mengenai pengertian pendidikan

multikultural. Menurutnya, ada dua istilah penting yang berdekatan

secara makna dan merupakan suatu perkembangan yang sinambung,

yakni pendidikan multietnik dan pendidikan multikultural. “pendidikan

multietnik” sering dipergunakan di dunia pendidikan sebagai suatu usaha

sistematik dan berjenjang dalam rangka menjembatani kelompok-

kelompok rasial dan kelompok-kelompok etnik yang berbeda dan

memiliki potensi untuk melahirkan ketegangan dan konflik. Sementara

itu istilah “ pendidikan multikultural” memperluas payung pendidikan

multietnik sehingga memasukkan isu-isu lain seperti relasi gender,

hubungan antar agama, kelompok kepentingan, kebudayaan dan

subkultur, serta bentuk-bentuk lain dari keragaman. Kata “kebudayaan”

lebih diadopsi dalam hal ini daripada kata “rasisme” sehingga audiens

dari pendidikan multikultural semacam ini akan lebih mudah menerima

dan mendengarkan. (Baidhawy, 2005:6-7).

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami isi dan kajian skripsi ini, maka

penulis memaparkan sistematika yang terbagi menjadi lima bab beserta

penjelasan secara garis besar isi per babnya.

Page 22: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Bab pertama merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini

dikemukakan mengenai latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika

penulisan skripsi.

Bab kedua berisi kompilasi ayat-ayat yang berkenaan dengan

multikulturalisme.

Bab ketiga merupakan asbabun nuzul dan munasabah dari ayat-ayat

multikulturalisme.

Bab keempat berisi pembahasan mengenai pengertian pendidikan

multikultural, pendidikan multikultural dalam Islam, urgensi pendidikan

multikultural, tujuan pendidikan multikultural dan analisis tentang pendidikan

multikultural dalam Qur‟an Surah al Hujurat ayat 9-13.

Bab kelima, merupakan bab penutup yang merefleksikan kembali

ringkasan skripsi dalam bentuk kesimpulan dan saran

Page 23: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

BAB II

KOMPILASI AYAT-AYAT MULTIKULTURALISME

1. Surah al Hujurat ayat 9

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang

hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu

melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar

Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah

Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut

keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah

mencintai orang-orang yang Berlaku adil. (Tafsir Al Misbah, Vol. 13,

hal. 243)

2. Al-Hujurat Ayat 10

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu

dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”

(Tafsir Al Misbah, Vol. 13, hal. 246-247)

Page 24: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

3. Al-Hujurat Ayat 11

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-

olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-

olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan

pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain,

(karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari

perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela

satu sama lain, dan jagnlah saling memanggil dengan gelar-gelar

yang buruk.seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk

(fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka

mereka iutlah orang-orang yang zalim. (Tafsir Al Misbah, Vol. 13,

hal. 250)

4. Al-Hujurat Ayat 12

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-

sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.

Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah

menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu

yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka

tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha

Penyayang.” (Tafsir Al Misbah, Vol. 13, hal. 253)

Page 25: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Allah menganjurkan untuk mengonfirmasi kabar yang diterima.

Mengenai hal ini Allah menegaskan dalam surah Al Hujurat ayat 6:

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang

Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar

kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa

mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas

perbuatanmu itu. (Tafsir al Misbah, Vol. 13, Hal 236)

Al Qur‟an Surah An-Nuur Ayat 11:

Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu

adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa

berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi

kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat Balasan dari

dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang

mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita

bohong itu baginya azab yang besar. (Dahlan, Al Farisi, 2009:

372)

Page 26: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

5. Al-Hujurat Ayat 13

“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah

ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Tafsir Al Misbah, Vol. 13,

hal. 260)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan

makhluk-Nya, laki-laki dan perempuan, dan menciptakan manusia

berbangsa-bangsa, untuk menjalin hubungan yang baik. Kata ta‟arafu

pada ayat ini maksudnya bukan hanya berinteraksi tetapi berinteraksi

positif. Jadi dijadikannya makhluk dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-

suku adalah dengan harapan bahwa satu dengan yang lainnya dapat

berinteraksi secara baik dan positif. Lalu dilanjutkan dengan …inna

akramakum „ndallahi atqaakum.. maksudnya, bahwa interaksi positif itu

sangat diharapkan menjadi prasyarat kedamaian di bumi ini. Namun, yang

dinilai terbaik di sisi Allah adlah mereka itu yang betul-betul dekat kepada

Allah. (Wahyunianto, Muslim, 2010: 69-70).

Allah SWT sengaja menciptakan manusia dalam keadaan yang

berbeda. Dalam Qur‟an Surah al Maidah ayat 48 Allah berfirman:

Page 27: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan

yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-

Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap

pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat

kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu

beritahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.

(Shihab, 1999: 491)

Kemudian dalam Qur‟an Surah Yunus ayat 99:

Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang

yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak)

memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman

semuanya ?. (Shihab, 1999: 99)

Qur‟an surah Ar-Ruum ayat 22:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit

dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.

Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-

tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (Shihab, 1999: 289)

Qur‟an Surah Al Maidah ayat 69:

Page 28: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin

dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-

benar saleh, Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak

(pula) mereka bersedih hati. (Tafsir Al Misbah, Vol. 3, hal. 154)

Qur‟an Surah al Baqarah ayat 62:

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-

orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka

yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal

saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada

kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

(Tafsir Al Misbah, Vol. 1, Hal. 213)

Selanjutnya, untuk mewujudkan persaudaraan antarpemeluk

agama Al Qur‟an memperkenalkan ajaran:

Bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak

ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan

antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)". (Shihab, 1999: 493)

Page 29: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Islam tidak diperkenankan memaksakan kehendak terhadap

orang lain. Tetapi, melalui Al Qur‟an Allah menganjurkan agar

mencari titik singgung dan titik temu antarpemeluk agama. Al Qur‟an

menganjurkan agar dalam interaksi sosial, bila tidak ditemukan

persamaan hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak

lain, dan tidak perlu saling menyalahkan.

Allah SWT berfirman dalam AlQur‟an Surah Ali Imran ayat 64:

Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu

kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan

kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita

persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita

menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika

mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah,

bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

(Shihab, 1999: 493).

Page 30: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

BAB III

ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH AYAT-AYAT

MULTIKULTURALISME

A. Asbabun Nuzul

1. Al-Hujurat Ayat 9-10

Riwayat yang menyebutkan bahwa ayat 9 turun berkaitan

dengan pertengkaran yang mengakibatkan perkelahian dengan

menggunakan alas kaki, antara kelompok Aus dan Khazraj. Itu

dimulai ketika Rasul SAW. yang mengendarai Keledai melalui

jalan di mana Abdullah Ibn Ubay Ibn Salul sedang duduk dan

berkumpul dengan rekan-rekannya. Saat itu Keledai Rasulullah

SAW buang air, lalu Abdullah yang merupakan tokoh kaum

munafikin itu berkata: “Lepaskan keledaimu karena baunya

menggangu kami”. Sahabat Nabi SAW., Abdullah Ibn Rawahah ra.

menegur Abdullah sambil berkata: “Demi Allah, bau air seni

Keledai Rasulullah SAW lebih wangi dari minyak wangimu”. Dan

terjadilah pertengkaran yang mengundang kehadiran kaum masing-

masing. (HR. Bukhari dan Muslim melalui Anas Ibn Malik).

(Shihab, 2007:246).

Dalam riwayat lain, diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu

Abi Hatim yang bersumber dari as-Suddi, dikemukakan bahwa

seorang laki-laki anshar yang bernama „Imran, beristrikan Ummu

Zaid. Ummu Zaid bermaksud ziarah ke rumah keluarganya, akan

Page 31: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

tetapi dilarang oleh suaminya, bahkan dikurung di atas loteng.

Ummu Zaid mengirim utusan kepada keluarganya. Maka datanglah

kaumnya menurunkannya dari loteng untuk dibawa ke rumah

keluarganya.

Kemudian suaminya („Imran) meminta tolong kepada

keluarganya. Maka datanglah anak-anak pamannya mengambil

kembali istrinya dari keluarganya. Dengan demikian terjadilah

perkelahian, pukul-memukul dengan menggunakan sandal untuk

memperebutkan Ummu Zaid. Maka turunlah ayat ini. Berkenaan

dengan peristiwa tersebut Rasulullah saw mengirimkan utusan

kepada mereka untuk mendamaikan perselisihan mereka. (Dahlan,

Alfarisi, 2009: 515)

2. Al-Hujurat Ayat 11

Sekian banyak riwayat yang dikemukakan oleh para

mufasir menyangkut sebab nuzul-nya ayat ini. Misalnya ejekan

yang dilakukan oleh Bani Tamim terhdap Bilal, Shuhaib dan

„Ammar yang merupakan orang-orang tidak punya. Ada lagi yang

menyatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan ejekan yang

dilontarkan oleh Tsabit Ibn Qais, seorang sahabat Nabi saw yang

tuli. Tsabit melangkahi sekian orang untuk dapat duduk di dekat

Rasul agar dapat mendengar wejangan beliau. Salah seorang

menegurnya, tetapi Tsabit marah sambil memakinya dengan

menyatakan bahwa dia yakni sipenegur adalah anak si anu (seorang

Page 32: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

wanita yang pada masa jahiliyah yang dikenal memiliki aib).

Orang yang diejek ini merasa dipermalukan, maka turunlah ayat

ini. Ada lagi yang menyatakan bahwa ayat ini turun berkenaan

dengan ejekan ejekan yang dilontarkan kepada Ummu Salamah

yang merupakan istri Nabi Muhammad saw. Ummu Salamah

mereka ejek sebagai wanita pendek. (Shihab, 2007:253).

Diriwayatkan oleh Ahmad yang bersumber dari Abu Jubair

bin adl-Dlahhak dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan

dengan Bani Salamah. Nabi saw tiba di Madinah pada saat orang-

orang biasanya mempunyai dua atau tiga nama. Pada suatu saat

Rasulullah memanggil seseorang dengan salah satu namanya,

tetapi ada orang yang berkata: “Ya Rasulullah! Sesungguhnya ia

marah dengan panggilan itu. Ayat ini turun sebagai larangan

memanggil orang dengan sebutan yang tidak disukainya. (Dahlan,

Afarisi, 2009: 516-517)

3. Al-Hujurat Ayat 12

Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Ibnu

Juraij, dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan

Salman al Farisi yang bila selesai makan, ia suka tidur dan

mendengkur. Pada waktu itu ada yang mempergunjingkan

perbuatannya. Maka turunlah ayat ini yang melarang seseorang

mengumpat dan menceritakan keaiban orang lain. (Dahlan,

Alfarisi, 2009: 517).

Page 33: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Al Hafizh Abu Ya‟la meriwayatkan dalam kisahnya yang

menceritakan perajaman Ma‟iz r.a., sampai dia mengatakan, “Nabi

saw mendengar dua orang yang satu berkata kepada yang lainnya,

“tidakkah kamu melihat, sesungguhnya seseorang yang aibnya

telah ditutupi oleh Allah ini, akan tetapi dia tidak membiarkannya

tertutup sehingga dia dirajam seperti anjing?” kemudian Nabi

melanjutkan perjalanan sehingga tatkala melewati bangkai keledai,

beliau mengatakan, „di manakha si fulan dan si fulan itu. Turunlah

dan makanlah bangkai keledai ini‟. Mereka berdua mengatakan,

„semoga Allah mengampuni engkau, ya Rosulullah. Mana

mungkin hewan ini dimakan? „ Rasulullah saw., “kalau begitu, apa

yang telah kalian peroleh dari saudaramu yang dipercakapkan tadi

adalah lebih buruk untuk dimakan daripada bangkai ini. Demi

jiwaku yag berada dala genggaman-Nya, sesungguhnya saudaramu

itu sekarang berada di sungai-sungai surga. Dia berenang di sana.”

4. Al Hujurat Ayat 6

Diriwayatkan oleh Ahmad dn lain-lain dengan sanad yang

baik, yang bersumber dari Al-Harits bin Dlirar Al-Khuza‟i. Dan

pula diriwayatkan oleh At-Thobrani yang bersumberdari Jabir „Al

Qomah bin Najiah, dan Ummu Salamah dan diriwayatkan pula ole

Ibnu Jarir al „Aufi yang bersumber dari Ibnu „Abbas bahwa al

Harits menghadap Rasululah saw. Beliau mengajaknya untuk

masuk Islam. Ia pun berikrar menyatakan diri masuk Islam.

Page 34: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Rosulullah mengajaknya untuk mengeluarkan zakat, ia pun

menyanggupi kewajiban itu, dan berkata: “ ya Rosulullah, aku

akan pulang ke kaumku untuk mengajak merekamasuk Islam dan

menunaikan zakat. Orang-orang yang mengikuti ajaran ku akan

aku kumpulkan zakatnya. Apabila telah tiba waktunya, kirimlah

utusan untuk mengambil zakat yang telah ku kumpulkan itu”.

Ketika al Harits telah banyak mengumpulkan zakat, dan

waktu yang sudah ditetapka pun telah tiba, tak seorang pun utusan

yang menemuinya. Al Harits mengira telah terjadi sesuatu yang

menyebabkan Rosulullah marak kepadanya. Ia pun memanggil

para haratawan kaumnya dan berkata: “sesungguhnya Rosulullah

telah menetapkan waktu untuk mengutus seseorang untuk

mengambil zakat yang telah ada padaku, dan beliau tak pernah

menyalahi janjinya. Akan tetapi saya tidak tahu mengapa beliau

menangguhkan utusannya itu. Mungkinkah beliau marah? Mari

kita berangkat menghadap Rosulullah saw”.

Rosulullah saw. Sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan, mengutus al Walid Bin „Uqbah untuk mengambil dan

menerima zakat yang ada pada al Harits. Ketika al Walid

berangkat, diperjalanan hatinya merasa gentar, lalu ia un pulang

sebelum sampai ke tempat yang dituju. Ia melaporkan (laporan

palsu) kepada Rosulullah bahwa al Harits tidak mau menyerahkan

zakat kepadanya, bahkan mngancam akan membununya”.

Page 35: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Kemudian Rosulullah mengirim utudna berikutnya kepada

al Harits. Di tengah perjalanan, utusan itu berpapasan dengan al

Harits dan sahabat-sahabatanya yang tengah menuju ketempat

Rosulullah saw. Setelah berhadap-hadapan Al Harits menanyai

utusan itu: “kepada siapa engkau diutus?” utusan itu menjawab:

“kami diutus kepadamu”. Dia bertanya: “mengapa?” mereka

menjawab: “sesungguhnya Rosulullah saw. Telah mengutus al

Walid bin „Uqbah. Namun, ia mengatakan bahwa engkau tidak

mau menyerahkan zakat, bahkan bermaksud membunuhnya”. Al

Harits menjawab: “demi Allah yang telah mengutus Muhammad

dengan sebenar-benarnya, aku tidak melihatnya. Tidak ada yang

datang kepadaku”.

Ketika mereka sampai dihadapan Rosulullah saw,.

Bertanyalah beliau: “mengapa engkau menahan zakat dan akan

membunu utusanku?” al Harits menjawab: “demi Allah yang telah

mengutus engkau dengan sebenar-benarnya, aku tidak berbuat

demikian.” Maka, turunlah ayat ini (Q. S. Al Hjujurat: 6) sebagai

peringatan kepada kaum mukminin agar tidak hanya menerima

keterangan dari sebelah pihak saja. (Dahlan, Al Farisi, 2009: 512-

514)

5. An-Nuur Ayat 11

Berita bohong ini mengenai istri Rasulullah s.a.w. 'Aisyah

r.a. Ummul Mu'minin, sehabis perang dengan Bani Mushtaliq

Page 36: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

bulan Sya'ban 5 H. Perperangan ini diikuti oleh kaum munafik,

dan turut pula 'Aisyah dengan Nabi berdasarkan undian yang

diadakan antara istri-istri beliau. dalam perjalanan mereka

kembali dari peperangan, mereka berhenti pada suatu tempat.

'Aisyah keluar dari sekedupnya untuk suatu keperluan, kemudian

kembali. tiba-tiba Dia merasa kalungnya hilang, lalu Dia pergi

lagi mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan

persangkaan bahwa 'Aisyah masih ada dalam sekedup. setelah

'Aisyah mengetahui, sekedupnya sudah berangkat Dia duduk di

tempatnya dan mengaharapkan sekedup itu akan kembali

menjemputnya. Kebetulan, lewat ditempat itu seorang sahabat

Nabi, Shafwan Ibnu Mu'aththal, diketemukannya seseorang

sedang tidur sendirian dan Dia terkejut seraya mengucapkan:

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, isteri Rasul!" 'Aisyah

terbangun. lalu Dia dipersilahkan oleh Shafwan mengendarai

untanya. Syafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di

Madinah. orang-orang yang melihat mereka membicarakannya

menurut Pendapat masing-masing. mulailah timbul desas-desus.

kemudian kaum munafik membesar- besarkannya, Maka fitnahan

atas 'Aisyah r.a. itupun bertambah luas, sehingga menimbulkan

kegoncangan di kalangan kaum muslimin.

Page 37: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

6. Al-Hujurat Ayat 13

Diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa ayat ini turun

berkenaan dengan Abu Hind yang pekerjaan sehari-harinya adalah

pembekam. Nabi meminta kepada Bani Bayadhah agar

menikahkan salah seorang putri mereka dengan Abu Hind, tetapi

mereka enggan dengan alasan tidak wajar mereka menikahkan

putri mereka dengannya yang merupakan salah seorang bekas

budak mereka. Dan ada juga riwayat yang menyatakan bahwa

Usaid Ibn Abi al-Ish berkomentar ketika mendengar Bilal

mengumandangkan azan di Ka‟bah bahwa: “Alhamdulillah ayahku

wafat sebelum melihat kejadian ini”. Ada lagi yang berkomentar: “

apakah Muhammad tidak menemukan selain burung gagak ini

untuk berazan?”. (Shihab, 2007:261).

Diriwayatkan oleh Ibnu „Asakir yang bersumber dari Abu

Bakr bin Abi Dawud, dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan

dengan Abu Hind yang akan dikawinkan oleh Rasulullah kepada

seorang wanita Bani Bayadlah. Bani Bayadlah berkata: “Wahai

Rasulullah, pantaskah kalau kami mengawinkan putri-putri kami

kepada bekas budak-budak kami?”. Ayat ini turun sebagai

penjelasan bahwa dalam Islam tidak ada perbedaan antara bekas

budak dan orang merdeka (Dahlan, Alfarisi, 2009: 518)

Page 38: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

7. Al Baqarah Ayat 62

Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dan al „Adni di dalam

musnadnya dari Ibnu Abi Najih bahwa Salman bertanya kepada

Nabi saw tentang penganut agama yang pernah ia anut bersama

mereka. Kemudian ia menerangkan cara shalat dan ibadahnya.

Maka turunlah ayat ini (Q. S. Al Baqarah: 62) sebagai penegasan

bahwa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan

berbuat saleh akan mendapat pahala dari Allah SWT. (Dahlan,

Alfarisi, 2009: 17)

B. Munasabah

1. Surah al-Hujurat Ayat 9

“Jika dua golongan dari dua orang-orang yang beriman itu

berperang (berbunuh-bunuhan), maka hendaklah kamu

berusaha mendamaikan diantara keduanya. Jika salah satu dari

keduanya (menzalimi) orang lain, maka perangilah golongan

yang menganiaya itu, samapi mereka kembali kepada perintah

Allah. Karenanya, jika golongan yang menganiaya itu telah

kembali kepada perintah Allah, damaikanlah keduanya dengan

cara yang adil serta berlaku jujurlah kamu; sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang berlaku jujur.” (Tafsir Ibnu Katsir,

Jilid 4, Hal. 426-427)

Page 39: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Ayat di atas memerintahkan untuk melakukan ishlah

sebanyak dua kali. Yang pertama ( ماصلحىابينهفًا ) faashlihuu

bainahumaa tanpa diikuti dengan kata (بالعدل) bi al „adl/ dengan

adil. Hal ini tidak berarti bahwa ishlah yang pertama tidak harus

dilakukan dengan adil, hanya saja yang kedua lebih ditekankan atau

lebih keras lagi diperintahkan untuk berlaku adil. ( وًاقسطىا

صلحىابينهمابالعدلفًا ) faashlihuu bainahumaa bi al „adli wa aqsithuu,

hal ini dikarenakan yang kedua telah didahului oleh tindakan

terhadap kelompok yang enggan menerima ishlah yang pertama.

Menurut Quraish Shihab (2007), kata al muqsithiin terambil

dari kata qisth yang juga bisa diartikan adil. Sementara para ulama

mempersamakan makna dasar qisth dan „adl, dan ada juga yang

membedakannya dengan berkata bahwa al qisth adalah keadilalan

yang diterapkan atas dua pihak atau lebih, keadilan yang

menjadikan mereka semua senang. Sedang „adl adalah

menempatkan segala sesuatu pada tempatnya walau tidak

menyenangkan satu pihak. (Shihab, 2007:245)

Oleh sebab itu, Allah meletakkan qisth sebelum „adl, hal itu

dapat diartikan bahwa Allah tetap mememerintahkan untuk

bertindak adil meskipun menyakitkan atau membuat tidak senang

pada salah satu pihak. Namun jikalau bisa, Allah memerintahkan

untuk bertindak adil yang dapat menjadikan semuanya baik-baik

saja atau bahkan lebih baik.

Page 40: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

2. Surah al Hujurat ayat 10

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu

itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat

rahmat.” (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4, Hal. 427)

Setelah ayat yang lalu memerintahkan untuk melakukan

perdamaian antara dua kelompok orang-orang beriman, ayat di atas

menjelaskan mengapa hal itu perlu dilakukan. Hal tersebut perlu

dilakukan dan ishlah perlu ditegakkan bagi orang-orang yang

beriman meskipun tidak seketurunan. Karena hubungan setiap

manusia merupakan saudara.

3. Surah al Hujurat ayat 11

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum

mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka

(yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-

olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok)

perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-

olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok).

Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah

saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.seburuk-

buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah

beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka iutlah

Page 41: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

orang-orang yang zalim. (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4, Hal. 429-

430)

Setelah ayat yang lalu memerintahkan untuk melakukan

ishlah akibat pertikaian yang muncul, ayat di atas member petunjuk

tentang beberapa hal yang harus dihindari untuk mencegah

timbulnya pertikaian.

4. Surah al-Hujurat ayat 12

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-

sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.

Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah

menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu

yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka

tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha

Penyayang.” (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4, Hal. 431)

Ayat di atas masih merupakan lanjutan tuntunan ayat yang lalu.

Hanya di sini hal-hal buruk yang sifatnya tersembunyi.

5. Surah Al Hujurat Ayat 6

Page 42: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang

Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar

kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa

mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas

perbuatanmu itu. (Tafsir al Misbah, Vol 13, Hal: 236)

Kelompok ayat-ayat yang lalu merupakan tuntunan bagaimana

seharusnya bertata karma dengan nabi saw. Kelompok ayat-ayat ini

menguraikan bagamana bersikap dengan sesama manusia. Yang

pertama diuraikan adalah sikap terhadap kaum fasik.

6. Surah al-Hujurat ayat 13

“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi

Maha Mengenal.” (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4, Hal. 437)

Setelah memberi petunjuk tata krama pergaulan dengan

sesama muslim, ayat di atas beralih kepada uraian tentang prinsip

dasar hubungan antar manusia.

7. Al Baqarah Ayat 62

Page 43: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-

orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara

mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian

dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan

mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula)

mereka bersedih hati. (Tafsir Al Misbah, Vol. 1, Hal. 62-63)

Pada ayat-ayat yang lalu Allah telah mengecam bahkan

mengancam orang-orang Yahudi yang durhaka. Tentu saja

ancaman dapat menimbulkan rasa takut. Melalui ayat ini Allah

memberikan jalan keluar sekaligus ketenangan kepada mereka

yang bermaksud memperbaiki diri. Ini sejalan dengan kemurahan

Allah yang selalu membuka pintu bagi hamba-hamba-Nya yang

insaf. Kepada mereka disampaikan bahwa jalan guna meraih ridha

Allah bagi mereka serta bagi umat-umat lain, tidak lain kecuali

iman kepada Allah dan hari kemudian serta beramal saleh.

Page 44: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

a. Pengertian Pendidikan Multikultural

Hingga saat ini wacana pendidikan multikultural di Indonesia

belum tuntas dikaji oleh berbagai kalangan, termasuk oleh para pakar dan

pemerhati pendidikan sekalipun.

Pendidikan multikultural merupakan gabungan dari dua kata;

pendidikan dan multicultural. Menurut Koentjaraningrat, Pendidikan bisa

diartikan sebagai usaha untuk mengalihkan adat istiadat dan seluruh

kebudayaan dari generasi lama ke generasi baru. (Naim, Sauqi, 2010:30)

Sedangkan multikultural sendiri berasal dari dua kata; multi

(banyak/beragam) dan cultural (budaya atau kebudayaan), yang secara

etimologi berarti keberagaman budaya. Budaya yang mesti dipahami

bukanlah budaya dalam arti sempit, melainkan mesti dipahami sebagai

semua dialektika manusia terhadap kehidupannya. Dialektika ini akan

menimbulkan banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal,

bahasa, dan lain-lain.

Dengan demikian, multikultural berarti beraneka ragam

kebudayaan. Menurut Parsudi Suparlan yang dikutip oleh Ali Maksum,

akar kata dari multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu kebudayaan

yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia.

Dalam konteks pembangunan bangsa, istilah multikultural ini telah

Page 45: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

membentuk suatu ideologi yang disebut multikulturalisme. Konsep

multikulturalisme tidaklah dapat disamakan dengan konsep

keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa yang

menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikuturalisme menekankan

keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Ulasan mengenai

multikulturalisme mau tidak mau akan mengulas berbagai permasalahan

yang mendukung ideology ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan

penegakan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak budaya

komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, serta

tingkat dan mutu produktivitas. (Maksum, 2011:143).

Keragaman budaya tidaklah terbatas atas unsur-unsur budaya

seperti yang biasa didengar oleh masyarakat, yaitu hanya terbatas

mengenai perbedaan suku, agama, ras, dan perbedaan yang ada antar

golongan. Mengenai hal ini, Maksum (2011) berpendapat bahwa

keberagaman budaya dalam konteks realitas keseharian justru hadir

berlapis-lapis dalam lingkup antar pribadi, keluarga, kelompok, negara,

regional, dan mondial. Dalam kenyataannya, keragaman budaya justru

mencakup hal yang tak terbatas, mulai dari latar belakang pendidikan,

kemampuan ekonomi, jenis kelamin, daya nalar, profesi, hobi, gaya hidup,

selera, akses informasi, dan lain-lain. (Maksum, 2011:145).

Kebudayaan mempunyai arti yang sangat luas. Elisabeth B. Taylor

memberikan definisi yang cukup lengkap, yaitu komplikasi (jalinan) dalam

keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

Page 46: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

keagamaan, hukum, adat istiadat, serta lain lain-lain kenyataan dan

kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.

Pada umumnya, orang mengartikan kebudayaan dengan kesenian,

seperti seni tari, seni suara, seni lukis, dan sebagainya. Dalam pandangan

sosiologi, kebudayaan tidak hanya berarti kesenian, namun mempunyai

arti yang lebih luas lagi. Kebudayaan meliputi semua hasil cipta, rasa,

karsa, dan karya manusia, baik material maupun non-material. (Naim,

sauqi, 2010:194-195).

Dengan berdasarkan kepada pengertian kebudayaan yang

sedemikian luas dan mengingat signifikansinya dalam konteks pendidikan,

aspek kebudayaan seharusnya bisa menjadi tolak ukur dalam

pengembangan kualitas pendidikan di negara yang multikultural secara

budaya dan plural secara agama ini.

Dalam hal ini, aspek kebudayaan menjadi penting dalam rangka

membangun toleransi. Toleransi tidak bisa diusung hanya oleh komunitas

agama-agama saja, melainkan oleh keseluruhan etnis yang terdapat dalam

sebuah bangsa. Negara-negara yang menganut system demokrasi, pada

umumnya mempunyai kesadaran yang tinggi perihal pentingnya

mutikulturalisme untuk membangun toleransi, asimilasi, dan persamaan

hak di antara warga negara. (Misrawi, 2007:217)

Sebagaimana dikutip oleh Chairil Mahfud meminjam pendapat

Andersen Cusher (1994:320), bahwa pendidikan multikultural dapat

diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman kebudayaan.

Page 47: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Kemudian, James Banks (1993:3) mendefinisikan pendidikan multicultural

sebagai pendidikan untuk kaum berwarna/minoritas (people of color).

Artinya, pendidikan multikultural ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai

keniscayaan (anugerah Tuhan/sunnatullah). Kemudian, bagaimana kita

mampu menyikapi perbedaan tersebut dengan penuh toleran dan semangat

egaliter. (Mahfud, 2006:167-168).

Menurut Ainurrafiq Dawam yang dikutip Ngainun Na‟im dan

Ahmad Sauqi pendidikan multikultural adalah proses pengembangan

seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya

sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran (agama).

Pengertian pendidikan multikultural yang demikian tentu mempunyai

implikasi yang sangat luas dalam pendidikan. Karena pendidikan itu

sendiri secara umum dipahami sebagai proses tanpa akhir atau proses

sepanjang hayat. Dengan demikian, pendidikan multikultural menghendaki

penghormatan dan penghargaan setinggi-tingginya terhadap harkat dan

martabat manusia dari mana pun dia datangnya dan berbudaya apa pun dia.

Harapannya adalah terciptanya kedamaian sejati, keamanan yang tidak

dihantui kecemasan, dan kebahagiaan tanpa rekayasa. (Naim, Sauqi, 2010:

50-51).

Pendidikan multikultural mengandaikan adanya kesederajatan

dalam setiap perbedaan. Perbedaan suku, ras, etnis, budaya, tidak menjadi

masalah untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dan damai.

Page 48: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Penulis menyimpulkan, pendidikan multikultural merupakan sarana

untuk memecahkan masalah berkaitan dengan tindakan membeda-bedakan

dan sikap deskriminasi terhadap salah satu pihak tertentu. Pendidikan

merupakan jalan yang paling efektif untuk menyampaikan nilai-nilai

multikulturalisme kepada masyarakat. Pendidikan dirasa merupakan jalan

yang paling efektif karena, hampir setiap individu merasakan yang

namanya pendidikan, baik formal maupun non formal. Harapannya,

internalisasi nilai-nilai tersebut tidak hanya akan menjadi angan-angan

belaka. Hal ini tentu tidak terlepas dari kerjasama yang bersifat

komprehensif dari pihak-pihak terkait antara lain, tenaga pengajar yang

professional, masyarakat, dan objek pendidikan itu sendiri yaitu peserta

didik.

Al Qur‟an sebagai landasan utama bagi umat Islam sesungguhnya

mengandung nilai-nilai universal dan bersifat fleksibelitas dalam

menjawab tuntutan zaman yang terus berkembang. Al Qur‟an berlaku

untuk semua manusia, agar mereka dapat mengarungi kehidupan ini (di

dunia) hingga di akhirat kelak. Sedangkan manusia diciptakan dalam

keadaan yang berbeda-beda, sangat bermacam-macam bentuk dan latar

belakangnya. Oleh sebab itu, Al Qur‟an tidak hanya untuk umat Islam saja,

namun seluruh umat di muka bumi ini. Al Qur‟an mengatur segala tata

cara hidup umat manusia, termasuk di dalamya bagaimana cara

memuliakan manusia sebagaimana ciptaan Allah yang paling sempurna.

Page 49: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

b. Pendidikan Multikultural Dalam Islam

Seperti yang dikatakan Said Agil Husin (2002) bahwa Islam

merupakan puncak kesempurnaan dari agama Allah. Penyempurna agama-

agama sebelumnya. Islam sangat sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan

sebab, melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri adalah bagian

horizontal dari pengaplikasian nilai-nilai keislaman. Dalam Islam tidak

hanya bukan hanya membahas mengenai norma-norma dan kaidah-kaidah

Ilahiyah, tetapi juga nilai-nilai yang berhubungan dengan dasar-dasar

kemanusiaan. (Al Munawar, 2002: 404). Termasuk di dalamnya

pemberian penghormatan setinggi-tingginya terhadap hak-hak yang

dimiliki setiap manusia.

Dari nilai-nilai pendidikan multikultural tentang penghormatan

terhadap hak-hak asasi manusia. Islam berprinsip egalitarianisme atau

dipertahankannya penghormatan pada hak-hak non muslim dan segi hak-

hak perempuan (yang terkadang dianggap sebagai kaum lemah). Al Qur‟an

sebagai sumber hukum utama Islam menyetujui adanya beberapa karakter

pendidikan multikultural yang ada.

Al Qur‟an hadir bersamaan dengan prinsip yang menjadikan dasar

bagi kaidah-kaidah atau sumber-sumber umum yang berlaku, dan ia tidak

memuat prinsip atau dasar-dasar yang saling kontradiktif. Al Qur‟an

senantiasa sejalan dengan perkembangan waktu dan tempat. (Ghazali,

2008: 162). Hal ini termasuk di dalamnya telah disampaikan mengenai

karakter-karakter yang mengisyaratkan tentang multikultikulturalisme.

Page 50: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Dalam konteks ini, Zakiyuddin Baidhawy berpendapat terdapat

tujuh karakteristik pendidikan agama berwawasan multikultural yaitu;

1. Belajar hidup dalam perbedaan

Pendidikan selama ini lebih diorientasikan pada tiga pilar

pendidikan, yaitu menambah pengetahuan, pembekalan

keterampilan hidup (life skill), dan menekankan cara menjadi

“orang” sesuai dengan kerangka berfikir peserta didik.

Realitasnya dalam kehidupan yang terus berkembang, ketiga

pilar tersebut kurang berhasil menjawab kondisi masyarakat

yang semakin mengglobal. Maka dari itu diperlukan satu pilar

strategis yaitu belajar saling menghargai akan perbedaan,

sehingga akan terbangun relasi antara personal dan intra

personal. Dalam terminology Islam, realitas akan perbedaan

tak dapat dipungkiri lagi, sesuai dengan Q.S. Al-Hujurat ayat

13 yang menekankan bahwa Allah SWT menciptakan manusia

yang terdiri dari berbagai jenis kelamin, suku, bangsa, serta

interprestasi yang berbeda-beda.

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan

kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu

Page 51: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling

taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Mengenal. (Tafsir al Misbah, Vol.

13, Hal. 260)

3. Membangun Saling Percaya (mutual trust) dan saling

pengertian (mutual understanding).

Merupakan konsekuensi logis akan kemajemukan dan

kehegemonikan, maka diperlukan pendidikan yang berorientasi

kepada kebersamaan dan penanaman sikap toleran, demokratis,

serta kesetaraan hak.

Implementasi menghargai perbedaan dimulai dengan sikap

saling menghargai dan menghormati dengan tetap menjunjung

tinggi rasa persatuan dan persaudaraan. Hal tersebut dalam

Islam lazim disebut tasamuh (toleransi).

Ayat-ayat al-Qur‟an yang menekankan akan pentingnya

saling percaya, pengertian, dan menghargai orang lain,

diantaranya ayat yang menganjurkan untuk menjauhi berburuk

sangka dan mencari kesalahan orang lain yaitu Qur‟an Surat

al-Hujurat ayat 12:

Page 52: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruk

sangka (kecurigaan), karena sebagian dari buruk sangka

itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan

janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang

diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya

yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik

kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya

Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Tafsir

Al Misbah, Vol. 13, Hal. 253)

Tidak mudah menjatuhkan vonis dan selalu mengedepankan

klarifikasi (tabayyun) dalam Q.S. al-Hujurat ayat 6 :

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu

orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah

dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah

kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang

menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Tafsir

Al Misbah, Vol. 13, Hal. 236)

4. Menjunjung tinggi saling menghargai (mutual respect)

Islam selalu mengajarkan untuk selalu menghormati,

menghargai, dan berkasih sayang terhadap siapapun. Bahkan

terhadap non muslim pun, Allah mengajari manusia melalui Al

Qur‟an yang mulia. Hal ini dapat kita lihat dalam potongan

ayat Allah dalam Al Qur‟an Surat al An‟am ayat 108:

Page 53: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang

mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan

memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.

Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik

pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah

kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka

apa yang dahulu mereka kerjakan. (Q. S. Al An‟am: 108)

Selain itu, Allah juga memberikan penegasan bahwa

setiap manusia diperbolehkan memilih agama yang mereka

yakini dan mereka anggap benar menurut hati mereka.

Mengenai hal ini, Allah juga berfirman dalam Al Qur‟an surah

al Baqarah ayat 256:

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama

(Islam)..(Tafsir al Misbah, Vol. 1, Hal. 551)

Menurut Roem Rowi, tidak dipaksakannya manusia

untuk kembali bersatu dalam agama yang satu yakni Islam

dikarenakan dua hal, yaitu: pertama, karena agama adalah

keyakinan yang akan memberikan ketenangan dan kepuasan

batin dan bahkan sebaliknya akan melahirkan sifat

kemunafikan yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Kedua,

karena telah nyata jalan menuju kebenaran, sebagaimana jalan

Page 54: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

menuju kesesatan, sementara manusia telah dilengkapi dengan

perangkat akal. (Muslim, Wahyuninto, 2010: 68).

Firman Allah Qur‟an Surat Ali Imran: 85:

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka

sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya,

dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi. (Q. S. Al

Imran: 85 )

5. Terbuka dalam berpikir

Pendidikan seyogyanya memberi pengetahuan baru tentang

bagaimana berfikir dan bertindak, bahkan mengadopsi dan

beradaptasi terhadap kultur baru yang berbeda, kemudian

direspons dengan fikiran terbuka dan tidak terkesan eksklusif.

Peserta didik didorong untuk mengembangkan kemampuan

berfikir sehingga tidak ada kejumudan dan keterkekangan

dalam berfikir. Penghargaan al-Qur‟an terhadap mereka yang

mempergunakan akal, bisa dijadikan bukti representatif bahwa

konsep ajaran Islam pun sangat responsif terhadap konsep

berfikir secara terbuka. Salah satunya ayat yang menerangkan

betapa tingginya derajat orang yang berilmu yaitu Qur‟an Surat

Al Mujaadillah ayat 11 :

Page 55: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan

kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka

lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan

untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang

yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi

ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Tafsir Al Misbah,

Vol 14, Hal. 77)

Ayat yang menjelaskan bahwa Islam tidak mengenal

kejumudan dan dogmatisme, hal ini dijelaskan dalam Qur‟an

Surat al-Baqarah ayat 170 yang berbunyi :

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang

telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi

Kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari

(perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan

mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak

mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".

(Tafsir al Misbah, Vol. 1, Hal. 381)

6. Apresiasi dan Interdependensi

Karakteristik ini mengedepankan tatanan sosial yang

care (peduli), dimana semua anggota masyarakat dapat saling

menunjukan apresiasi dan memelihara relasi, keterikatan,

Page 56: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

kohesi, dan keterkaitan sosial yang rekat, karena

bagaimanapun juga manusia tidak bisa survive tanpa ikatan

sosial yang dinamis. Konsep seperti ini banyak termaktub

dalam al-Qur‟an, salah satunya Q.S. al-Maidah (5): 2 yang

menerangkan betapa pentingnya prinsip tolong menolong

dalam kebajikan, memelihara solidaritas dan ikatan sosial

(takwa), dengan menghindari tolong menolong dalam

kejahatan.

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong

dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan

bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah

Amat berat siksa-Nya. (Tafsir al Misbah, Vol. 3, Hal.

9)

Redaksi ayat tersebut mengisyaratkan bahwa tolong

menolong yang dapat mengantarkan manusia, baik sebagai

individu atau kelompok, kepada sebuah tatanan masyarakat

yang kokoh dalam bingkai persatuan dan kebersamaan adalah

tolong menolong dalam hal kebaikan, kejujuran dan ketaatan.

7. Resolusi konflik dan rekonsiliasi nirkekerasan

Konflik dalam berbagai hal harus dihindari, dan

pendidikan harus mengfungsikan diri sebagai satu cara dalam

Page 57: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

resolusi konflik. Adapun resolusi konflik belum cukup tanpa

rekonsiliasi, yakni upaya perdamaian melalui sarana

pengampunan atau memaafkan (forgiveness). Pemberian

ampun atau maaf dalam rekonsiliasi adalah tindakan tepat

dalam situasi konflik komunal. Dalam ajaran Islam, seluruh

umat manusia harus mengedepankan perdamaian, cinta damai

dan rasa aman bagi seluruh makhluk. Juga secara tegas al-

Qur‟an menganjurkan untuk memberi maaf, membimbing

kearah kesepakatan damai dengan cara musyawarah, duduk

satu meja dengan prinsip kasih sayang. (Baidhawy, 2005: 84)

Hal tersebut terdapat dalam Qur‟an Surat asy-Syuura

ayat 40 yang berbunyi :

Dan Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang

serupa, Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik

maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya

Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. (Dahlan, al

Farisi, 2009)

Apabila terjadi perselisihan, maka Islam menawarkan

jalur perdamaian melalui dialog untuk mencapai mufakat. Hal

ini tidak membedakan ras, warna kulit, etnik, kebudayaan dan

bahkan agama.

Page 58: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Kesadaran terhadap kehidupan yang multikultural pada akhirnya

akan menjelma menjadi suatu kesatuan yang harmonis yang memberi

corak persamaan dalam spirit dan mental. Untuk memperoleh keberhasilan

bagi terealisasinya tujuan mulia yaitu perdamaian dan persaudaraan abadi

di antara orang-orang yang pada realitasnya memang memiliki agama dan

iman berbeda, perlulah kiranya adanya keberanian mengajak pihak-pihak

yang berkompenten melakukan perubahan-perubahan di bidang

pendidikan terutama sekali melalui kurikulumnya yang berbasis

keanekaragaman.

Pada awal memulai kehidupan di Madinah, langkah pertama yang

dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah menyatukan masyarakat

Madinah dan sekitarnya yang terdiri dari beberapa suku dan agama.

Langkah strategis ini telah melahirkan beberapa kesepakatan atau

perjanjian yang biasa disebut “piagam madinah” yang meletakkan dasar-

dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi masyarakat majemuk.

Dalam piagam madinah tersebut diatur hubungan antara sesama manusia

atau pun sesama anggota komunitas Islam, dan antar anggota komunitas

Islam satu dengan yang lainnya.

Piagam madinah tersebut berisi; pertama, masyarakat Muslim dan

Yahudi hidup berdampingan dan bebas menjalankan agamanya masing-

masing, kedua, Apabila salah satu diperangi musuh yang lainnya

membantu, dan ketiga, Apabila terjadi perselisihan penyelesaiannya

Page 59: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

diserahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin tertinggi.

(As‟ad, Nursahad, 2009: 26).

Nabi Muhammad selalu mengajarkan untuk selalu menghormati

dan menghargai orang lain, baik dari golongan yang berbeda atau bahkan

agama yang sama sekali berbeda. Terlihat pada isi piagam di atas, bahwa

Islam mengajarkan kebaikan kepada setiap manusia. Islam sangat

menjunjung dan menghargai setiap Hak Asasi Manusia (HAM).

Dalam pandangan Islam yang berperan sebagai wahyu, ajaran,

serta nilai, tidak dipungkiri bahwa Islam adalah agama yang begitu toleran

dan merupakan rahmat bagi semesta alam. Ajaran-ajaran Islam menuntun

manusia untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.

Menghormati setiap hak asasi manusia, berjalan bersama, dan saling

tolong menolong dalam kebaikan.

Kini saatnya para pemeluk semua agama mengembangkan tafsir

baru atas wahyu yang mereka yakini yang termaktub dalam kitab suci

masing-masing, yaitu suatu tafsir fungsional bagi proyk kemanusiaan dan

keadilan bagi semua orang di luar batas kepemelukan dan paham

keagamaan. Perolehan janji surgawi tak hanya dilihat dari ketaatan ritual,

tetapi juga dari kepedulian terhadap si tertindas, miskin, dan menderita.

Ukuran utama keagamaan dilihat dari keikhlasan dan kejujuran membela

mereka yang tertindas, miskin, dan menderita tanpa melihat kepemelukan

dan paham keagamaan. (Mulkhan, 2007:319)

Page 60: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Oleh karena itu, misi suci dari semua agama perlu dikembangkan

bagi sebuah proyek kemanusiaan, bukan penundukan semua manusia

hanya pada agama yang dipeluknya sendiri. Dari sini, peradaban dunia

bisa berharap pada keagamaan dan menempatkannya sebagai pelindung.

Keagamaan baru di atas akan menampilkan Tuhan dan agama-Nya di

dalam wajah yang lebih ramah dan manusiawi. Ketinggian keagamaan dan

perolehan atas janji surgawi Tuhan bagi seseorang tidak semata-mata

dilihat dari ketaaatan formal atas kontruksi ajaran konservatif. Janji Tuhan

akan diberikan kepada mereka yang dengan penuh keikhlasan dan

kesungguhan membebaskan seluruh umat manusia dengan segala bentuk

kepercayaan keagamaan dari segala macam penderitaan. (Mulkhan, 2007:

319-320).

Pendidikan multikultural memegang peranan penting dalam

mewujudkan cita-cita mengenai kehidupan damai yang diimpikan bangsa

yang plural ini. Kehidupan yang bernuansa keimanan dan ketakwaan

terhadapa Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan multicultural bertugas

mensosialisasikan dan menanamkan nilai-nilai kemajemukan sebagai

suatu kazanah keilmuan yang harus diterima dan dipelajari oleh setiap

peserta didik.

Paradigma tentang pendidikan multikultural dan upaya-upaya

untuk penerapannya di Indonesia kini mendapat perhatian yang semakin

besar karena relevansi dan urgensinya yang tinggi. Pengembangan

Page 61: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

pendidikan multikultural tersebut diharapkan dapat mewujudkan

masyarakat multikultural, yaitu suatu masyarakat yang majemuk dari latar

belakang etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai tekad

dan cita-cita yang sama dalam membangun bangsa dan negara.

3. Urgensi Pendidikan Multikultural

Untuk mewujudkan multikultualisme dalam dunia pendidikan, maka

pendidikan multikultural juga perlu dimasukkan ke dalam kurikulum

nasional, yang pada akhirnya dapat menciptakan tatanan masyarakat

Indonesia yang multicultural, serta upaya-upaya lain yang dilakukan guna

mewujudkannya.

Choirul Mahfud (2006) berpendapat ada beberapa urgensi

pendidikan multicultural jika melihat keberagaman yang ada di Indonesia,

antara lain:

1. Sebagai sarana alternatif pemecahan konflik

Penyelenggaraan pendidikan multicultural di dunia

pendidikan diyakini dapat menjadi solusi nyata bagi konflik dan

disharmonisasi yang terjadi di masyarakat, khususnya yang kerap

terjadi di masyarakat Indonesia yang secara realitas plural.

Dengan kata lain, pendidikan multicultural dapat menjadi sarana

alternatif pemecahan konflik sosial budaya. (Mahfud, 2006: 208)

Pendidikan merupakan alat yang strategis dalam

mengembangkan visi dan misi pendidikan multikultural. Melalui

pendidikan berbasis multikultural, diharapkan para pendidik

Page 62: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

dapat membantu internalisasi nilai-nilai multikulturalisme dalam

diri masing-masing anak didik. Ketika peserta didik telah sampai

kepada pemahaman dan penghayatan mengenai nilai-nilai

multiculturalisme, peserta didik diharapkan mampu mengubah

sikap (bagi yang menafikkan adanya setiap perbedaan), sebagai

wujud pengimplementasian nilai-nilai multikulturalisme yang

sudah disampaikan oleh masing-masing pendidik.

Sebab, pendidikan tetap masih akan dikatakan gagal apabila

ia belum mampu membawa perubahan. Pendidikan harus mampu

mengubah terma-terma yang mendoktrin peserta didik, sehingga

diharapkan peserta didik dapat merubah perilaku mereka menjadi

lebih baik. Tugas seorang pendidikan tidak hanya sebatas

menyampaikan materi saja, namun harus memenuhi lingkup

ketiganya, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Supaya Siswa Tidak Tercerabut dari Akar Budaya

Selain sebagai sarana alternatif pemecahan konflik,

pendidikan multikultural juga signifikan dalam membina siswa

agar tidak tercerabut dari akar budaya yang ia miliki sebelumnya,

tatkala dia berhadapan dengan realitas sosial-budaya di era

globalisasi. (Mahfud, 2006: 210)

Melalui pendidikan multikultural, peserta didik tidak akan

mudah terpengaruh dengan arus global yang terkadang

membawa budaya baru yang akan berdampak pada

Page 63: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

perkembangan setiap peserta didik. Dengan maksud, peserta

didik mampu mengelola budaya-budaya “asing” agar tidak

menjadi dampak yang negative bagi dirinya maupun

lingkungannya.

Beragamnya budaya yang beradu, tidak menjadikan

limpung. Peserta didik akan dapat memilah-memilah budaya

yang masuk setelah mereka memahaminya.

3. Sebagai landasan pengembangan kurikulum nasional

Dalam melakukan pengembangan kurikulum sebagai titik

tolak dalam proses belajar mengajar, atau guna memberikan

sejumlah materi dan isi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa

dengan ukuran atau tingkatan tertentu, pendidikan multikultural

sebagai landasan pengembangan kurikulum menjadi sangat

penting. (Mahfud, 2006:214)

4. Menuju masyarakat Indonesia yang multikultural

Dalam masyarakat multikultural ditegaskan, bahwa corak

masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika ini bukan hanya

dimaksudakan pada keanekaragaman suku bangsa saja,

melainkan juga keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam

masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Eksistensi

keberagaman kebudayaan tersebut selalu dijaga/terjaga yang bisa

tampak dalam sikap saling menghargai, menghormati, toleransi

antar satu kebudayaan dengan kebudayan lainnya. Dalam

Page 64: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

konteks ini ditegaskan, bahwa perbedaan bukan menjadi

penghalang untuk bersatu padu meraih tujuan dan mewujudkan

cita-cita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana

termaktub dalam UUD 1945 dan Pancasila. (Mahfud, 2006:227).

Keragaman merupakan hasil penciptaan Tuhan yang

disengaja, DIA menghendaki setiap perbedaan yang ada (lihat

Q.S. al Maidah ayat 48).

Keragaman sosial, baik dalam kelompok budaya maupun

pemikiran (perbedaan pendapat) merupakan sunnatullah yang

wajib kita syukuri. Selanjutnya, tinggal bagaimana caranya

mengembangkan langkah yang bijak dalam menyikapi perbedaan

tersebut secara arif.

Menurut Nizar (2005), wacana membangun pemahaman

multikultural dalam bingkai pendidikan yang dikembangkan merupakan

suatu yang urgen, bukan saja terhadap umat antar agama, tetapi juga

terhadap sesama intern umat (lintas budaya) dalam suatu agama. Dalam

hal ini, ada baiknya dipikirkan alternatif yang dapat ditawarkan dan perlu

dikembangkan di tengah-tengah masyarakat yang majemuk dalam upaya

membangun kerangka pendidikan multikultural, yaitu: (1) Menjamin

keselamatan fisik dari tindakan di luar hukum. (2) Memberikan

kesempatan kepada komunitas untuk membangun pola budaya yang

heterogen, tanpa melakukan intimidasi dan pemaksaan budaya. (3)

Menjamin kebebasan berkarya, dan berprestasi. (4) Menjamin

Page 65: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

terbangunnya harmonisasi antar kultur untuk hidup berdampingan, tanpa

perlu merasa yang paling benar dan menganggap kultur lainnya tidak

benar. (5) Menjamin terpeliharanya keutuhan dan hak hidup dalam

interaksi kemanusiaan.

Dari wacana di atas, terlihat jelas demikian urgennya pendidikan

multikultural bagi umat manusia. Dalam hal ini, pemahaman positif

terhadap wacana pendidikan multikultural merupakan suatu keharusan,

bukan saja karena tuntutan objektif dari realitas kehidupan modern, karena

wacana pluralisme budaya merupakan pengejawantahan (manifestasi) dari

ajaran agama Islam sebagai pembawa nilai-nilai rahmatan lil„alamin.

Hanya saja, dalam konteks ini pendidikan multikultural perlu dibatasi

hanya menyangkut persoalan peradaban umat manusia dan kehidupan

sosial (human relation) antar umat beragama yang tidak bertentangan

dengan “titah” Allah (akidah). (Nizar, 2005: 227-228).

Setiap individu tidak berhak mengatur, mencampuri, atau bahkan

memaksa orang lain untuk mengikuti sebuah ajaran atau agama yang

dianggapnya paling benar. Karena, setiap individu atau kelompok

mempunyai ritus-ritus suci tersendiri dalam mengekspresikan

keberagamaannya dalam mencapai kesalehan individu terhadap Tuhannya.

Untuk mencapai kepada kehidupan yang damai, manusia dituntut mampu

menjadikan dirinya sebagai manusia yang saleh, tidak hanya individu

(dengan Tuhannya) tetapi juga saleh secara sosial.

Page 66: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Dasar ini dapat dilihat dengan tegas pada QS. Al-Kafirun ayat 6:

...untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. (Tafsir Ibnu

Katsir, Vol. 4, Hal. 1062)

Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Wawasan Al Qur‟an

menjelaskan bahwa al Qur‟an menganjurkan manusia agar mencari titik

temu lebih-lebih antar pemeluk agama. Al Qur‟an menganjurkan agar

dalam interaksi sosial, bila tidak ditemukan persamaan hendaknya masing-

masing mengakui keberadaan pihak lain, dan tidak perlu saling

menyalahkan (al Imran ayat 64). (Shihab, 1999: 357)

Membiarkan yang lain hidup dengan nafas masing-masing. Saling

mengakui dan menghargai setiap perbedaan yang ada. Memberikan ruang

kebabasan terhadap siapa saja yang membutuhkannya.

4. Tujuan Pendidikan Multikultural

Berdasarkan setiap uraian yang disampaikan oleh para pakar

mengenai pendidikan multikultural, dapat dirumuskan beberapa tujuan

diusulkannya pendidikan yang berbasis multikulturalisme. Pendidikan

mutikultural mempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Menanamkan kesadaran akan keragaman (plurality), kesetaraan

(equality), kemanusiaan (humanity), keadilan (justice), dan nilai-

Page 67: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

nilai demokrasi (demokration values) yang dibutuhkan oleh setiap

individu maupun kelompok masyarakat.

Peserta didik diharapkan mampu menerima setiap

perbedaan yang ada, memahami, dan menyikapinya secara arif.

Minimal peserta didik dapat menyikapi perbedaan yang sederhana

seperti yang sering mereka temui di bangku sekolah. Seperti kelas

ekonomi, kelas sosial, perbedaan warna kulit, bahasa, atau bahkan

bagi penyandang disabilitas yang kadang dimasukkan ke dalam

kaum minoritas.

Setelah itu, peserta didik akan dapat menjunjung tinggi

hak-hak kemanusiaan. Memuliakan manusia sebagai ciptaan

Tuhan yang paling sempurna. Menjadikan semuanya

berkedudukan sama, sederajat, dan berlaku adil terhadap semua

golongan. Hal-hal tersebut sudah termasuk kedalam nilai-nilai

demokrasi. Ditegaskan oleh Haqqul Yaqin (2009) bahwa esensi

yang diajarkan dalam berdemokrasi adalah asas kedaulatan rakyat,

penghormatan hak-hak asasi manusia, serta keadilan sosial.

(Yaqin, 2009:76).

b. Membangun Paradigma keberagamaan Inklusif

Paradigma keberagamaan yang inklusif berarti lebih

mementingkan dan menerapkan nilai-nilai agama daripada hanya

melihat dan mengagungkan simbol-simbol keagamaan. Paradigma

pemahaman keagamaan aktif sosial berarti agama tidak hanya

Page 68: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

menjadi alat pemenuhan kebutuhan rohani secara pribadi saja.

Akan tetapi yang terpenting adalah membangun kebersamaan dan

solidaritas bagi seluruh manusia melalui aksi-aksi sosial yang

nyata yang dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia.

(yaqin, 2005: 31).

Melalui Al Qur‟an, Allah mengajarkan kepada hamba-

hambaNya untuk selalu menghargai setiap hak manusia, termasuk

hak dalam beragama. Al Qur‟an mengajarkan sikap inklusif dalam

beragama, yakni Islam melarang adanya paksaan terhadap

keberagamaan seseorang. Seseorang bebas memilih agama ini

(Islam) atau agama lain. Allah SWT berfirman:

Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman

semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah

kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi

orang-orang yang beriman semuanya ? (Tafsir Ibnu Katsir,

Vol 2, Hal. 276)

Munculnya sekelompok umat Islam yang menolak adanya sikap

pluralism, multikulturalisme, toleransi disebabkan karena kurangnya

pengetahuan dan wawasan tentang tujuan, semangat, dan esensi din (ajaran

Islam). Lebih-lebih sikap ekstrimisme, kekakuan, dan kebekuan dalam

ber-Islam, menunjukkan kedangkalan pengetahuan dan wawasan agama

Page 69: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

dan sosialnya. Indikasi ekstrimisme adalah fanatisme dan sikap tidak

toleran. (Maksum, 2011:218)

Zuhairi Misrawi dalam bukunya Al Qur‟an Kitab Toleransi (2007)

menegaskan bahwa, Tuhan tidak menghendaki kejahatan dan kekerasan.

Sebab keduanya hanya akan meninggalkan luka dan duka. Manusia

diciptakan Tuhan bukan untuk menebarkan kekerasan dan kejahatan,

melainkan untuk menebarkan kebahagiaan dan kedamaian. Karena itu,

tidak ada jalan lain kecuali berusaha menjadikan iman dan amal saleh

sebagai basis toleransi. Iman dan amal saleh harus mampu membangun

kesadaran kolektif, bahwa untuk hidup rukun landasan paradigmatiknya

adalah iman dan amal saleh. Keduanya tidak bisa dipisahkan antara satu

dengan yang lain. iman dan amal saleh pada akhirnya harus mampu

menerjemahkan ajaran toleransi di antara sesama makhluk Tuhan. Artinya,

iman seseorang tidak bermakna apa-apa bilamana tidak membangun

kepekaan sosial, terutama dalam rangka mengatasi konflik yang pada

umumnya mengatasnamakan iman.

Spiritualitas agama yang sering dieksplorasi orang, serigkali hanya

berbicara dalam tema-tema individual, padahal spiritualitas

(keberagamaan) yang matang dan sejati juga tidak lepas dari sifat

sosialnya. Karena itu, mengfungsikan kembali aspek sosial agama,

menuntut penafsiran baru yang sesuai dengan masalah sosial yang

kekinian: yaitu melalui suatu penafsiran teologi transformatif, yang

berangkat dari kondisi-kondisi psikologis menuju ke arah analisis sosial-

Page 70: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

transformatif dalam rangka memperjuangkan tegaknya keadilan (sebagai

iman yang adil). (Rachman, 2001:331)

Oleh sebab itu, untuk sampai kepada masyarakat yang rukun dan

damai, seseorang dituntut untuk mempelajari agamanya melalui esensi

yang terkandung dalam setiap agama yang dipeluknya. Karena sejatinya,

setiap agama mengajarkan kebaikan dan kebijaksanaan dalam menjalani

kehidupan yang penuh perbedaan ini.

Sikap tidak menerima akan perbedaan akan berakibat menimbulkan

sikap kekakuan dalam beragama atau sikap “ekstrim”. Ektrimisme sering

tampak pada orang yang selalu menolak untuk mengubah atau

mempertimbangkan pendapat orang lain. Berpegang teguh pada

prasangka-prasangka dan kekakuan dalam beragama. Hal ini akan menjadi

lebih berbahaya ketika ada ungkapan bahwa dirinyalah satu-satunya yang

berada dalam kebenaran.

5. Membangun Sikap Sensitif Gender

Dalam kehidupan sosial, baik pria maupun wanita mempunyai hak

yang sama. Perannyalah yang berbeda sesuai kodrat yang dimiliki masing-

masing.

Maksum (2011) berpendapat, persepsi masyarakat tentang peran

laki-laki dan perempuan terbangun melalui proses internalisasi budaya

laki-laki. Oleh karena itu, pandangan tentang gender tidak terlepas dari

dominasi budaya laki-laki. Bahkan budaya dominasi laki-laki tidak hanya

Page 71: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

memengaruhi perilaku masyarakat saja, tetapi penafsiran terhadap teks-

teks agama pun (Al Qur‟an dan Hadits khususnya yang berkaitan dengan

gender) juga tidak luput dari dominasi budaya laki-laki. Sehingga hal itu

mengakibatkan, sering kali dalil-dalil agama dijadikan dalih untuk

menolak kesetaraan gender. Bahkan dalil-dalil agama dijadikan referensi

untuk melanggengkan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Seolah-

olah kaum lelaki ditakdirkan berkiprah di wilayah public dan perempuan

di wilayah domestic. Pemahaman agama yang demikian, mengendap di

alam bawah sadar perempuan yang berlangsung sedemikian lama,

sehingga melahirkan kesan seolah-olah perempuan memang tidak pantas

sejajar dengan laki-laki. Padahal salah satu tema pokok dalam ajaran Islam

adalah persamaan antara manusia, baik laki-laki dan perempuan, maupun

antar bangsa suku dan keturunan. Perbedaan yang digarisbawahi dan

menentukan tinggi rendahnya kedudukan manusia hanyalah nilai

pengabdian dan ketakwaannya di sisi Allah SWT. Demikian juga

kedudukan perempuan dalam pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana

yang diduga dan dipraktikkan oleh masyarakat. Al Qur‟an sangat

memberikan perhatian dan penghormatan yang besar kepada perempuan.

(Maksum, 2011:258).

Mengenai asal kejadian perempuan, Islam melalui Al Qur‟an begitu

tegas menerangkan bahwa perempuan dan laki-laki berasal dari satu hal

yang sama. Allah berfirman dalam surah an-Nisa‟:

Page 72: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

….

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang

telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya

Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah

memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang

banyak… (Dahlan, Al Farisi, 2009: 127)

Demikianlah al Qur‟an menolak pandangan-pandangan yang

membedakan antara laki-laki dan perempuan dengan menegaskan bahwa

keduanya berasal dari satu jenis yang sama dan bahwa dari keduanya

secara bersama-sama Tuhan mengembangbiakkan keturunannya baik laki-

laki maupun perempuan.

Dalam literatur lain, Achmaduddin merumuskan konsep dan tujuan

pendidikan multikultural dalam ranah yang lebih sempit. Yaitu pendidikan

dalam lingkup keagamaan saja. Menurutnya, konsep pendidikan agama

berwawasan multikultural mencakup: (1) pendidikan agama berwawasan

multikultural bertujuan untuk memperkuat keyakinan agama masing-

masing dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan. Pada saat yang

sama menekankan penghayatan nilai-nilai sosial yang bersumber dari

agama dan mendorong sikap toleransi dan saling menghargai antar

pemeluk agama yang berbeda, serta kerjasama dalam menyelesaikan

persoalan diberbagai aspek kehidupan sebagai bentuk pengamalan ajaran

agama. (2) pendidikan agama berwawasan multikultural menghargai

keragaman agama, budaya, etnis, dan bahasa dengan tetap berprinsip pada

agama masing-masing. (3) pendidikan agama berwawasan multikultural

Page 73: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

merupakan upaya penyampaian pesan-pesan nilai-nilai multikultural

melalui kurikulum pendidikan agama yang sudah ada. (4) pendidikan

agama berwawasan multikultural pada hakekatnya upaya penafsiran ulang

terhadap teks-teks suci yang ada sebagai perwujudan kepedulian agama

terhadap realitas sosial.

Masih menurut Achmaduddin, ia bependapat bahwa pendidikan

agama berwawasan multicultural mempunyai beberapa tujuan, antara lain:

(1) menanamkan keyakinan yang kokoh peserta didik dalam mengamalkan

ajaran agama dalam kehidupan; (2) menekankan penghayatan nilai-nilai

sosial yang bersumber dari ajaran agama dan pada saat yang bersamaan

mendorong sikap toleransi, empati, simpati dan saling menghargai antar

pemeluk agama yang berbeda, serta kerjasama dalam menyelesaikan

persoalan di berbagai aspek kehidupan sebagai wujud pengamalan ajaran

agama; (3) menghargai keragaman agama, budaya, etnis dan bahasa

dengan tetap berprinsip pada ajaran agama masing-masing; dan (4)

menyampaikan pesan-pesan nilai multikultural melalui kurikulum

pendidikan agama. (Achmaduddin, 2006:42-51).

Pendidikan multikultural menyimpan potensi besar dalam upaya

mewujudkan kehidupan masyarakat yang ideal. Masyarakat yang sarat

dengan nilai-nilai Al Qur‟an sebagai rahmat bagi semua umat manusia.

Ali Nurdin (2006), menyimpulkan mengenai ciri-ciri khusus masyarakat

ideal yang tersirat dalam Al Qur‟an, yaitu; Musyawarah, Keadilan,

Persaudaraan, dan Toleransi. (Nurdin, 2006: 225-294).

Page 74: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Dalam hal menyatukan segala sesuatu yang berbeda diperlukan

musyawarah atau dialog antara satu dengan yang lain, bersikap adil serta

saling menghormati. Karena semua manusia hakikatnya merupakan

saudara, memupuk “rasa saling” yang dapat mempererat persaudaraan

individu, golongan, seagama, serta antar agama.

B. Analisis Pendidikan Multikultural dalam QS al Hujurat Ayat 9-13

Islam sebagai agama rahmatan li al‟alamin memberikan penyelesaian

mengenai perbedaan melalui al Qur‟an yang mulia. Perbedaan di sini tidak

sekedar dalam perbedaan budaya yang bermakna sempit. Budaya dalam arti

luas telah penulis sampaikan pada bab sebelumnya. Banyak budaya yang

berbeda di negara kita tercinta ini.

Namun, dapat diperluas mengenai perbedaan yang ada pada setiap

individu. Suku, ras, bahasa, agama, dan sampai kepada pengkelasan bagian-

bagian tertentu. Seperti perbedaan kelas sosial dan kelas ekonomi yang

menyebabkan perpecahan. Padahal Allah SWT tidak pernah memandang

sejauh itu mengenai kedudukan seluruh umat manusia di bumi. Orang-orang

yang paling mulia di sisi Allah hanyalah mereka yang bertakwa.

Dengan menggunakan sekaligus mengimplementasikan strategi

pendidikan yang memiliki visi dan misi di dalamya yaitu, selalu menegakkan

keadilan dan selalu menghargai pluralisme, demokrasi, dan humanisme,

diharapkan siswa dapat menjadi generasi yang menjunjung tinggi moralitas dan

mempunyai kepedulian terhadap kelimpungan sosial dalam masyarakat. Selain

itu, para peserta didik diharapkan mampu mengemban amanah sebagai kholifah

Page 75: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

fil ardl, tidak membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lain dan

bersikap adil terhadap semua manusia.

Dalam QS. Al Hujurat ayat 9, Allah menyuruh manusia untuk melerai

kemudian mendamaikan apabila ditemukan dua golongan orang-orang yang

beriman melakukan peperangan. Mendamaikan antara keduanya dengan

keadilan dan kejujuran, tanpa memihak kepada salah satu pihak. Memerangi

mereka yang memerangi terlebih dahulu, berarti harus menyelesaikan masalah

berdasarkan pemahaman duduk permasalahannya, sehingga tahu mana yang

harus dihukumi dan mana yang harus dibela (tidak dihukumi). Tidak langsung

men-judgement sepihak, menghakimi, menuding, bahkan membunuh. Allah

mengajarkan untuk selalu bersikap jujur dan adil terhadap siapapun.

Kemudian, ayat ini diakhiri dengan kalimat sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang berlaku jujur.

Dalam Qur‟an Surah al Maidah ayat 8 Allah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang

yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi

dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu

kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah,

karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada

Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan. (Tafsir al Misbah, Vol. 3, Hal. 41)

Page 76: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Pada ayat 10 dijelaskan bahwa, semua orang yang mempunyai iman

adalah bersaudara. Allah mengulangi kalimat-Nya untuk mendamaikan antar

saudara dan menyuruh manusia untuk senantiasa bertakwa kepada-Nya agar

senantiasa mendapat curahan rahmat dari-Nya.

Penulis berpendapat bahwa orang-orang yang dianggap saudara tidak

hanya karena agama saja (saudara seagama), melainkan persaudaraan bisa juga

terjadi antara pemeluk agama yang berbeda. Allah memperjelas persaudaraan

seagama dalam Al Qur‟an jika memang yang dimaksud demikian. Misal pada

ayat berikut:

jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat,

Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. (Dahlan,

Al Farisi, 2009: 255)

Jelaslah bahwa ayat tersebut di atas ditujukan kepada semua

manusia. Muslim maupun non Muslim, esensinya mereka adalah bersaudara.

Ayat 11 menjelaskan, karena semua yang beriman merupakan saudara,

Allah melarang untuk saling menghina antara satu dengan yang lain. Baik laki-

laki atau pun perempuan, tidak ada dasar yang membedakan antar keduanya

selain takwa. Belum tentu yang menghina atau yang mengolok-olok lebih baik

dari yang diolok-olok. Melalui al Qur‟an, Allah melarang manusia memberi

Page 77: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

gelar atau sekedar memanggil dengan panggilan yang buruk terhadap manusia

lainnya.

Pada ayat 12, Allah menyuruh manusia untuk menjauhi prasangka-

prasangka terhadap sesama dan agar tidak mencari-cari keburukan orang lain.

Selain itu, Allah juga melarang sebagian manusia dalam mempergunjingkan

sebagian yang lain. Hal tersebut diumpamakan seperti memakan bangkai

saudaranya. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah itu Maha

Menerima taubat dan Maha Kekal rahmat-Nya.

Pada ayat yang terakhir, ayat 13, Allah menegaskan bahwa laki-laki dan

perempuan merupakan makhluk yang sama. Allah meletakkan sejajar dengan

berurutan. Kemudian menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

dengan tujuan agar mereka saling mengenal (dengan baik) satu sama lain.

Tidak ada perbedaan derajat di muka bumi di sini. Hanyalah orang yang

bertakwa yang paling mulia di sisi-Nya.

Ayat di atas menegaskan kesatuan asal usul manusia dengan

menunjukkan kesamaan derajat kemanusiaan manusia. Seseorang tidak pantas

merasa diri lebih tinggi dari yang lain, tidak hanya antar satu bangsa, suku, atau

warna kulit dengan selainnya, tetapi termasuk di dalamnya antar jenis kelamin.

Penjelasan lebih luas telah penulis sampaikan pada bab sebelumnya.

Melalui Al Qur‟an, Allah SWT mengajarkan kepada manusia untuk

selalu berbuat baik terhadap sesama. Memupuk persatuan dalam perbedaan.

Menyikapi perbedaan dengan sikap kearifan, memaknainya sebagai

Page 78: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

sunnatullah. Karena, perbedaan setiap individu yang tidak dikemas dengan

rapih akan berpotensi menimbulkan banyak konflik.

Nilai-nilai multikulturalisme yang terdapat dalam QS Al Hujurat ayat 9-

13 adalah:

a. Memupuk Persaudaraan dalam Perbedaan

Tiap-tiap manusia yang beriman merupakan saudara. Baik

antar pemeluk agama yang sama maupun antar pemeluk agama

yang berbeda. Masing-masing individu memiliki semangat (spirit)

tersendiri dan juga memiliki jalan tersendiri dalam

mengekspresikan spirit-nya tersebut. Namun, semuanya bermuara

pada satu tujuan, yaitu kedamaian yang bersifat absolute.

b. Saling Menghargai dan Saling Menghormati

Salah satu alasan diciptakannya manusia dalam keadaan

yang berbeda-beda, bisa jadi karena Allah ingin menguji setiap

hamba-Nya. Apakah manusia tersebut bersikap acuh terhadap

sesamanya ataukah sebaliknya.

c. Menjauhkan Diri dari Prasangka

Islam menuntun manusia untuk senantiasa menjaga

kebersihan hati dan lisan dari prasangka-prasangka buruk dan

kebiasaan manusia mencerca, mengumbar aib orang lain di depan

umum. Allah secara tegas melarang manusia untuk saling

menggunjing antara satu dengan yang lain, ataupun antar golongan

satu dengan golongan yang lain.

Page 79: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Selain diumpamakan seperti memakan daging saudaranya

yang sudah meninggal, menurut syeikh Muhammad Nawawi,

dalam kitab bidayatu hidayah menggunjing juga dikatakan lebih

hina daripada tiga puluh kali berzina.

d. Bersikap Terbuka

Dengan adanya perbedaan disetiap individu maupun

golongan tertentu, peluang untuk fastabiqul khoirot (berlomba-

lomba dalam kebaikan) semakin terbuka lebar. Saling

mengingatkan dan saling tolong menolong dalam kebaikan.

Menjelaskan apabila ada kesalahpahaman, mengkonfirmasi untuk

menghindari prasangka-prasangka yang mungkin akan memancing

timbulnya permusuhan.

e. Menumbuhkembangkan Sikap Inklusif

Sikap menerima, menghargai, atau menghormati terhadap

sesama harus ditancapkan dalam hati setiap peserta didik. Melalui

hal ini, diharapkan peserta didik akan mampu menyampaikan

pesan-pesan damai melalui tingkah laku mereka sehari-hari.

f. Membangun Sikap Toleransi

Sikap toleransi sangatlah penting dalam kehidupan

bermasyarakat. Sikap toleransi mengakui perbedaan dan sikap siap

menerima bahwa orang lain berbeda dengan kita. Sehingga, dapat

membuka peluang untuk hidup berdampingan, saling memberi

peluang untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia

Page 80: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

lainnya. Naim dan Sauqi (2010) memberikan pengertian, toleransin

adalah kemampuan untuk menghormati sifat dasar, keyakinan, dan

perilaku yang dimiliki oleh orang lain.

Dalam literatur agama Islam, toleransi disebut dengan

tasamuh yang dipahami sebagai sifat atau sikap menghargai,

membiarkan, atau membolehkan pendirian (pandangan) orang lain

yang bertentangan dengan pandangan kita.

g. Meningkatkan Ketakwaan Terhadap Allah SWT

Takwa di sini meliputi tiga aspek yaitu, hablun min Allah,

hablun min annas, dan hablun min al‟alam. Implementasi dari

takwa itu sendiri sangatlah luas, tataran vertical menyangkut

peribadatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan tataran

horizontalnya yaitu bagaimana manusia bersikap arif terhadap

kemajemukan sosial dan melestarikan karunia Allah yaitu alam

semesta. Allah menjanjikan “piala” menjadi manusia paling mulia

di sisi-Nya bagi mereka yang benar-benar mengamalkan nilai

takwa, baik secara vertical maupun horizontal. Hal ini menjadikan

manusia berlomba-lomba untuk menjadikan dirinya layak menjadi

manusia paling mulia.

Pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan Islam, masih dinilai

gagal dalam melaksanakan tugasnya. Mengenai pengertian pendidikan Islam,

Achmadi (1987) berpendapat, pendidikan Islam adalah segala usaha untuk

mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya insan menuju terbentuknya

Page 81: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

insan kamil sesuai dengan norma Islam. Yang dimaksud insan kamil ialah

muttaqin yang terefleksikan dalam perilaku baik, dalam hubungannya dengan

Tuhan, dengan sesama manusia maupun dengan alam sekitarnya. (Achmadi,

1987:10).

Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang menjunjung tinggi

HAM (Hak Asasi Manusia) dan berjalan dengan nafas demokrasi serta

menghargai setiap perbedaan yang ada. Sistem pendidikan yang menghargai

setiap perbedaan, bersikap adil terhadap semua golongan.

Penulis menyimpulkan bahwa “spirit” untuk mewujudkan pendidikan

multikultural, paling tidak ada tiga pilar yang harus dilalui. Pertama adalah

dialog (dalam Islam bisa disebut musyawarah). Dalam pendidikan

multikultural, semuanya dianggap sama. Tidak ada yang lebih unggul antara

satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Dialog dapat dijadikan jalan

bagi masing-masing budaya untuk menyumbangkan pikiran yang ada pada

setiap kebudayaan. Melalui dialog pula akan ditemukan titik temu (kalimatun

sawa‟) antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda. Karena sesungguhnya,

kebudayaan manusia memiliki nilai-nilai yang sama. Dialog diharapkan dapat

menemukan titik perbedaan dan persamaan yang ada.

Kedua yaitu menjunjung tinggi HAM. Bahwasannya, setiap menusia

memiliki hak-hak yang harus terpenuhi. Apabila titik temu tidak ditemukan

atau berarti berseberangan, maka jangan memaksakan kehendak sendiri.

Pendidikan multikultural menghormati setiap hak yang harus diterima oleh

semua manusia.

Page 82: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Terakhir yaitu toleransi. Toleransi merupakan sikap menerima bahwa

orang lain berbeda denga kita. Pendidikan multikultural mengharapkan

kehidupan yang damai, berjalan bersama meskipun terdapat banyak perbedaan.

Saling memberikan kebebasan untuk mengekspresikan kebudayaan masing-

masing.

Namun, pendidikan multikultural pada saat ini masih menjadi cita-cita

bersama. Mengingat pentingnya pendidikan multikultural pada saat ini, penulis

beranggapan bahwa pendidikan multikultural tidak harus disajikan melalui

semua mata pelajaran yang disampaikan dan tidak harus merubah seluruh

kurikulum pendidikan yang sudah ada. Pendidikan multikultural bisa

dimasukkan kedalam mata pelajaran tertentu, seperti mata pelajaran

kewarganegaraan dan Pendidikan Agama Islam.

Al Qur‟an yang mulia pun mengajarkan nilai-nilai multikulturalisme

melalui kalimat-kalimatnya. Bukankah Allah sendiri yang menghendaki

adanya perbedaan, kemudian Allah pula yang menciptakan manusia dengan

sebaik-baik ciptaan (QS. At-Tiin: 4). Maka dari itu, manusia harus saling

mengerti dan memuliakan, tidak boleh saling merendahkan antara satu dengan

yang lain. Bukankah bisa jadi mereka yang kita rendahkan lebih baik dari kita

(QS al Hujurat: 11)?. Penulis berharap hal ini akan segera menjadi renungan

bersama pada umumnya dan para pemikir pendidikan pada khususnya.

Page 83: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Al Qur‟an sebagai kitab yang mengandung nilai-nilai universal,

penyempurna kitab-kitab sebelumnya, dan penuntun bagi semua umat

manusia juga telah menjelaskan mengenai keanekaragaman yang

memang dikehendaki oleh Allah. Allah menciptakan manusia berjenis

laki-laki dan perempuan, dan menjadikannya berbangsa-bangsa, dan

bersuku-suku, supaya mereka saling mengenal dengan baik antara satu

dengan yang lain (QS. Al Hujurat 13). Orang yang beriman akan selalu

berbuat baik terhadap sesama. Oleh sebab itu, Allah melarang mereka

saling mengolok-olok dan saling mencela (QS Al Hujurat 11), Allah

melarang manusia berprasangka buruk dan mempergunjingkan orang

lain (QS al Hujurat 12). Allah menyuruh manusia untuk selalu

bersikap adil, memperlakukan sama semua manusia, menghormati

menghargainya, mengakui eksistensinya, dan menerima setiap

perbedaan yang ada. Karena sesungguhnya, seluruh umat manusia

adalah bersaudara. Hal tersebut merupakan isyarat multikulturalisme

dalam al Qur‟an, yang kemudian dikristalkan dalam satu misi atau

jalan, yaitu pendidikan berbasis multikultural.

2. Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang menjunjung

tinggi HAM (Hak Asasi Manusia), menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia. Dalam pendidikan multikultural, tidak ada individu

atau golongan yang paling baik atau paling unggul. Lebih jauh lagi,

Page 84: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

pendidikan multikultural tidak membenarkan adanya anggapan bahwa

salah satu golongan manusia merasa paling benar, dan bahkan

menganggap selainnya sama sekali salah. Perbedaan pemikiran atau

pendapat, perbedaan kelas ekonomi atau kelas sosial, dan sampai

kepada perbedaan suku, ras, budaya, dan lain sebagainya akan selalu

menjadi pemicu konflik berkepanjangan jika tidak dikemas secara

rapih. Pemikiran berparadigma eksklusif seperti di atas harus dirubah

menjadi paradigma inklusif. Menjadikan toleransi sebagai pedoman

dalam bersosial. Sikap menerima, bahwa orang lain berbeda dengan

kita. Pendidikan multikultural dapat disampaikan kepada peserta didik

dengan penambahan materi pengajaran dalam mata pelajaran, seperti

mata pelajaran pendidikan agama Islam dan pendidikan

kewarganegaraan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis uraikan di atas,

selanjutnya penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Hendaknya pendidikan Indonesia dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan terkait dengan kesejahteraan masyarakat yang terdiri dari

banyak kultur budaya, ras, agama yang sangat beragam, serta

terciptanya suatu keadaan masyarakat yang dinamis, yang menjunjung

tinggi akan nilai-nilai persatuan dan kesatuan serta kearifan dalam

bermasyarakat, mempertimbangkan pendidikan multikultural sebagai

solusi untuk dijadikan bahan pijakan dalam rangka menata pendidikan

Page 85: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Indonesia menjadi lebih baik kaitannya dengan keberagaman

masyarakat Indonesia.

2. Perbedaan yang sangat beragam ini seharusnya menjadi kekuatan bagi

kita, bukan untuk dinodai dengan kekerasan dan kriminalitas dalam

bermasyarakat yang akan menghambat pembangunan dan kemajuan

bangsa. Lebih-lebih ketika kekerasan tersebut dilakukan atas nama

Tuhan dan agama mereka, hal tersebut dampaknya jauh lebih buruk.

Allah SWT telah menjelaskan melalui ayat-ayatnya, manusia

diciptakan untuk saling mengenal, tolong menolong, dan hidup

berdampingan dengan keharmonisan. Keberagaman dalam

mendapatkan hak pendidikan dan kesejahteraan dalam masyarakat

harus menjadi prioritas dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.

Hal ini penting dalam rangka menjadikan bangsa ini menjadi bangsa

yang menjunjung tinggi akan nilai-nilai kearifan bermasyarakat yang

adil, damai, aman, dan nyaman.

Page 86: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. 1987. Ilmu Pendidikan Islam. IAIN Walisongo Salatiga

Achmaduddin. 2006. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural: Konsep,

Karakteristik, dan Pendekatan. Dalam Jurnal Edukasi. Vol, 4, no.1.

Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan

Al Farisi, Zaka, dkk. 2009. Asbabun Nuzul. Bandung: CV Penerbit Diponegoro

Ar-Rifa‟I, Muhammad Nasib. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Vol. 4.Cet. 11.

Jakarta: Gema Insani

As‟ad, Mahrus, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Penerbit Erlangga

Ata Ujan, Andre, dkk. 2009. Multikulturalisme: belajar hidup bersama dalam

perbedaan. Jakarta: PT Indeks

Baidhawy, Zakiyyuddin. 2005. Pendidikan Agama Berwawasan Multikulural.

Jakarta: Penerbit Erlangga

Budiharjo. 2012. Ilmu-ilmu Al Qur‟an. Yogyakarta: Lokus

Ghazali, Syaikh Muhammad Al-. 2008. Al-Qur‟an Kitab Zaman Kita:

Mengaplikasikan Pesan Kitab Suci dalam Konteks Masa Kini. Bandung:

PT Mizan Pustaka

Mahfud, M. Choirul. 2006. Pendidikan Multikultural Cross-Cultural

Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Cet. 2. Yogyakarta:

Pustaka Belajar

Page 87: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Maksum, Ali. 2011. Plural dan Multikulturalisne Paradigma Baru Pendidikan

Agama Islam di Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media

Misrawi, Zuhairi. 2007. Al Qur‟an Kitab Toleransi: Inklusivisme, Pluralisme, dan

Multikulturalisme. Jakarta: Fitrah

Mulkhan, Abdul Munir. 2007. Manusia Al Qur‟an: Jalan Ketiga Religiositas di

Indonesia. Yogyakarta: Impulse

Munawar, Said Agil Husin Al-. 2002. Al Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan

Hakiki. Cet II. Jakarta: Ciputat Press

Nawawi, Muhammad. Marooqil „Ubuudiyyah. Semarang: Pustaka al „Alawiyyah

Na‟im, Ngainun, dkk. 2010. Pedidikan Multikultural konsep dan aplikasi. Cet II.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Nizar, Samsul. 2005. Sejarah pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam. Ciputat:

Quantum Teaching

Rachman, Budhy Munawar. 2001. Islam Puralis. Jakarta: Paramadina

Shihab, M. Quraish. 1999. Wawasan Al Qur‟an: Tafsir Maudlu‟I atas Pelbagai

Persoalan Umat. Cet IX. Bandung: Penerbit Mizan

Shihab, M. Quraish. 2007. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan keserasian Al

Qur‟an. Volume 13. Cet. VII. Jakarta: Lentera Hati

Wahyunianto, Lyza. 2010. Memburu Akar Pluralisme. Malang: UIIN Maliki

Press

Page 88: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Yaqin, Haqqul. 2009. Agama dan Kekerasan dalam Transisi Demokrasi di

Indonesia. Yogyakarta: Elsaq Press

Yaqin, M. Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding

untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media

http://www.artikata.com/arti-341549-multikulturalisme.html//, diakses 10

september 2013

Page 89: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

LAPORAN SKK

Nama : Siti Tafwiroh

NIM : 11109031

Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

No Jenis Kegiatan Keterangan Pelaksanaan Nilai

1 OPAK 2009 Peserta 18-20 Agustus

2009

3

2 Pelatihan ESIQ Peserta 21 Agustus 2009 3

3 User Education Peserta 25-29 Agustus

2009

3

4 Pra DM KAMMI peserta 7 September

2009

3

5 Masa Penerimaan Anggota

Baru (MAPABA) PMII

Salatiga

Peserta 22 Nopember

2009

3

6 Festival Bahasa

Internasional CEC dan

ITTAQO

Peserta 20 April 2010 3

7 Diskusi Interaktif Korps

Perempuan PMII

Peserta 23 April 2010 3

8 Bedah Buku LDK STAIN

Salatiga

peserta 24 April 2010 2

9 Musabaqah Tilawatil

Qur‟an II JQH STAIN

Salatiga

peserta 24 Mei 2010 3

10 Workshop Jurnalistik 2010

HMJ STAIN Salatiga

Peserta 28 Agustus 2010 3

Page 90: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

11 Praktikum Baca Tulis Al

Qur‟an (BTA)

peserta 2 Nopember

2010

2

12 Seminar Nasional

Pendidikan HMJ Tarbiyah

STAIN Salatiga

Panitia 6 Nopember

2010

6

13 Penerimaan Anggota Baru

(PAB) JQH STAIN

Salatiga

Peserta 13 Nopember

2010

3

14 Masa Penerimaan Anggota

Baru (MAPABA) PMII

Salatiga

Panitia 12-14 Nopember

2010

3

15 Praktikum Etika Profesi

Keguruan

peserta 25 Nopember

2010

3

16 SK Pengangkatan Pengurus

HMJ TArbiyah STAIN

Salatiga 2010-2011

Pengurus 11 Januari 2011 3

17 Seminar Keperempuanan peserta 17 Mei 2011 3

18 Lomba Cerpen Islami

Milad LDK Darul Amal

STAIN Salatiga

Peserta 21 Mei 2011 3

19 Seminar : “Radikalisme

Keagamaan di Indonesia”

STAIN Salatiga

Peserta 1 Juni 2011 3

20 Seminar Nasional

Pendidikan HMJ Tarbiyah

STAIN Salatiga

Panitia 20 Juni 2011 6

21 Praktikum Kepramukaan

Jurusan Tarbiyah STAIN

Salatiga

Peserta 22 Juli 2011 3

Page 91: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

22 Praktikum Metodologi

Pendidikan Agama Islam

Peserta 23 September

2011

3

23 IBTIDA‟ LDK Darul Amal

STAIN Salatiga

Peserta 8-9 Oktober

2011

2

24 Workshop Pendidikan

Anak Usia Dini Yayasan

Tunas Harapan Salatiga

Peserta 19 Nopember

2011

3

25 SK Pengangkatan Pengurus

Dewan Mahasiswa

(DEMA) STAIN Salatiga

Pengurus 3 Januari 2012 3

26 Workshop Leadership

Dewan Mahasiswa

(DEMA) STAIN Salatiga

Panitia 6 April 2012 3

27 Lomba Cerpen Islami

Milad LDK Daru Amal

STAIN Salatiga

Peserta 17 Mei 2012 2

28 SK Pengangkatan Pengurus

PonPes Al Azhar Salatiga

Pengurus 4 Juni 2012 3

39 MTQ Umum Mahasiswa,

Pesantren, SMA sederajat

se-Salatiga JQH STAIN

Salatiga

Peserta 3 Oktober 2012 3

30 Tabligh Akbar “Tafsir

Tematik” JQH STAIN

Salatiga

Peserta 1 Desember 2012 3

Jumlah 92

Page 92: Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an (Telaah Surah Al Hujurat Ayat 9-13)

Salatiga, 4 Februari 2014

Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan

H. Agus Waluyo, M.Ag

Nip. 19750211 2000 03 1 001