dampak psikologis kehilangan orang tua pada remaja …

86
DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA (STUDI DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 KOTA JAMBI) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah Oleh HUDRIA NIM : UB160215 PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2021

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN

ORANG TUA PADA REMAJA

(STUDI DI MADRASAH TSANAWIYAH

NEGERI 4 KOTA JAMBI)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam

Fakultas Dakwah

Oleh

HUDRIA

NIM : UB160215

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2021

Page 2: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …
Page 3: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …
Page 4: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …
Page 5: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …
Page 6: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas

limpahan rahmat, karunia dan kasih sayangNya telah memberikan kesabaran dan

kemudahan dalam setiap proses yang saya lalui untuk menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, semoga

kita mendapatkan syafa’at beliau di akhirat kelak, Aamiin.

Saya persembahkan

Skripsi ini

Kepada orang-orang yang sangat berarti dalam hidup saya

Terutama kepada kedua orang tua saya dan saudara saya

Ayah (Hambali) dan Mak (Alm. Hj.Parida)

Mokte (Pitria Hb. S.Pd.I), Abang Nga (Jazuli),

Abang Ning (Alwan S.Pd), Bining (Eka Yuni Astriyana S.Pd)

serta kepada ibu sambung saya Mak (Tasnim)

Dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang yang selalu diberikan, do’a yang selalu

tercurahkan, keikhlasan yang selalu tersampaikan, serta kesabaran dalam

memberikan pendidikan dan semangat kepada saya dari kecil hingga saya dewasa.

Terima kasih juga kepada diri saya sendiri karena sudah kuat, sabar dan ikhlas,

tidak pernah menyerah dari setiap cobaan yang datang secara silih berganti dan

mampu bertahan hingga sejauh ini.

Terima kasih kepada keponakanku tersayang Aqlan Harith dan

Muhammad Khairul Azzam yang selalu memberikan semangat kepada saya untuk

dapat menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih kepada keluarga besar yang selalu memberikan semangat kepada

saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih kepada sahabat saya Muthohillah, Amd.keb, Fiqih Aulia, Ayu Riski

Sofianti, Widia Lestari, Ely Sukmawarni, Rizki Aulia Harahap yang selalu ada

disetiap keadaan dan selalu memberikan semangat kepada saya.

Terima kasih juga teruntuk teman-teman yang pernah hadir dalam hidup saya dan

teman seperjuangan khususnya BPI A yang selama ini selalu ada dalam setiap

keadaan, memberi semangat dan juga selalu memberikan kebahagian kepada saya.

Terima kasih kepada keluarga besar H.Muhammad Hatta, terutama Ibu Nila

Asmara Dewi, Adek Putra Satria Dwireja dan adek Dimas Zulpan Ramadhan

yang banyak membantu dan memberikan semangat kepada saya didetik-detik

akhir perjuangan ini.

Page 7: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

vii

ABSTRAK

Pada umumnya keluarga yang lengkap itu terdiri dari ibu, ayah, anak,

saudara, tetapi kenyataannya tidak semua keluarga lengkap. Kehilangan orang tua

tentunya sangat memberikan dampak bagi keluarga, baik dampak ekonomi

maupun pada perkembangan. Kehilangan seseorang yang dekat dan dicintai

karena kematian terutama orang tua merupakan peristiwa yang sangat tidak

diinginkan oleh setiap orang. Kematian orang tua merupakan peristiwa yang

paling menyedihkan sepanjang kehidupan seseorang dibandingkan dengan

peristiwa-peristiwa lain. Apalagi jika kehilangan tersebut dialami pada masa

remaja. Maka dari itu tujuan penelitian ini untuk mengetahui dampak psikologis

kehilangan orang tua pada remaja di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskripstif. Penelitian ini dilakukan di

Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi Jalan Berdikari RT.23 Kelurahan

Payo Selincah Kecamatan Paalmerah Kota Jambi dengan subjek penelitian adalah

siswa kelas VIII dan IX serta Guru Bimbingan Konseling sebagai informan.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada dampak psikologis kehilangan

orang tua pada remaja seperti kurangnya kasih sayang yang seharusnya dipenuhi

remaja, mengalami kesedihan yang mendalam, hilangnya seorang figur orang tua,

tiada tempat untuk berbagi dan kehilangan keutuhan keluarga. Dampak psikologis

anak tanpa ayah seperti sulit menyesuaikan diri, gangguan kemampuan akademis,

kemungkinan gangguan kesehatan fisik dan mental, bermasalah dengan tanggung

jawab serta dampak psikologis bagi anak yang tumbuh tanpa ibu seperti kurang

percaya diri, sulit percaya dengan orang lain, sulit menetapkan batasan, sulit

mengembangkan potensi, sering menghindari suatu hal, terlalu sensitif dan meniru

apa yang ibu lakukan. Hasil belajar siswa juga mengalami perubahan akibat

dampak kehilangan orang tua terutama pada tingkat penurunan prestasi belajar

siswa seperti siswa tidak pernah mengumpulkan tugas, jarang masuk sekolah dan

sering masuk ruang BK untuk pembinaan. Selain itu perubahan sikap siswa

setelah kehilangan orang tua tidak mengalami perubahan sikap hanya sebatas

shock/penolakan, kekacauan, rasa bersalah, kehilangan dan kesepian pada saat

kejadian. Untuk itu tetap perlu ada pendampingan terhadap kehilangan orang tua

pada siswa. Lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat sangat dibutuhkan agar

dampak psikologis terhadap kehilangan orang tua pada remaja dapat berbentuk

positif mengarah kepada tingkat hasil belajar yang tinggi.

Page 8: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdullillah puji syukur tiada hentinya-hentinya kehadirat Allah SWT,

yang telah menganugrahkan penulis dengan memberikan kesehatan, kemudahan

dan sedikit bekal pengetahuan, serta rezeki sehingga penulis menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

Sholawat beriring salam selalu tercurahkan kepada junjungan nabi besar kita

Nabi Muhammad SAW, beliau seorang Nabi yang telah membawa kita umatnya

dari zaman kebodohan menuju zaman yang telah diterangi oleh ilmu pengetahuan

seperti yang kita rasakan saat sekarang ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam upaya penyelesaian karya tulis

ini banyak mengalami hambatan dan rintangan yang ditemui, baik disebabkan

keterbatasan maupun kekurangan penulis. Namun berkat bantuan, motivasi dan

dukungan dari berbagai pihaklah penulis dapat menyelesaikan dalam bentuk

skripsi yang berjudul “Dampak Psikologis Kehilangan Orang Tua Pada

Remaja (Studi di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi” guna

melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Srata Satu (S-1) dalam

Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) pada fakultas Dakwah Universitas Islam

Negeri Sultah Thaha Saifuddin Jambi. Tak lupa pula rasa terima kasih yang

sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs. Sururuddin, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah

membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

2. Ibu Dani Sartika, S.Ag, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

3. Bapak Drs. Abdullah Yunus, M.Pd selaku Ketua Jurusan Bimbingan

Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

4. Bapak Dr. Zulqarnain, M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Bapak Dr. D.I. Ansusa Putra, Lc, M.A.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas

Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Bapak Arfan Aziz, S.TH.I, M.Sos, Ph.D selaku Wakil Dekan II Fakultas

Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Bapak Dr. Samin Batubara, M. HI selaku Wakil Dekan III Fakultas Dakwah

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

8. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

9. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE.,M. EI selaku Wakil Rektor I Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

10. Bapak Dr. As’ad Isma, M.Pd selaku Wakil Rektor II Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Page 9: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …
Page 10: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

NOTA DINAS .......................................................................................................... ii

PENGESAHAN ....................................................................................................... iii

MOTTO ................................................................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ......................................... v

PERSEMBAHAN .................................................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

DAFTAR TABEL.................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1

B. Permasalahan .......................................................................................... 7

C. Batasan Masalah .................................................................................... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 7

E. Kerangka Teori ....................................................................................... 8

F. Metode Penelitian ................................................................................... 19

G. Pemeriksaan Pengabsahan Data ............................................................. 23

H. Studi Relevan ........................................................................................ 26

BAB II FROFIL MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 KOTA JAMBI

A. Sejarah Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi.............................. 29

B. Vidi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi ................... 29

C. Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi .......... 30

D. Keadaan Guru dan Siswa ........................................................................ 31

BAB III DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA

REMAJA

A. Dampak dari Kehilangan Orang tua........................................................ 37

B. Teori Kehilangan ..................................................................................... 44

C. Makna Kehilangan .................................................................................. 48

BAB IV PENGARUH DAN PERUBAHAN SIKAP KEHILANGAN ORANG

TUA TERHADAP HASIL BELAJAR

A. Kehilangan Orang tua terhadap Hasil Belajar ........................................ 51

B. Perubahan Sikap setelah Kehilangan Orang tua .................................... 55

C. Bentuk Dukungan dari Keluarga Terhadap Anak yang

Kehilangan Orang tua............................................................................. 58

Page 11: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

xi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................. 61

B. Implikasi Penelitian ................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 12: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Keadaan Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi .............. 32

Tabel 2 : Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi ............. 34

Tabel 3 : Data Siswa yang Orangtuanya Meninggal .......................................... 35

Page 13: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi .......... 30

Page 14: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

xiv

TRANSLITERASI1

A. Alfabet

Arab Indonesia Arab Indonesia

th ط ` ا

zh ظ B ب

a` ع T ت

gh غ Ts ث

f ف J ج

q ق Ch ح

k ك Kh خ

l ل D د

m م Dz ذ

n ن R ر

w و Z ز

h ه S س

؍ ء Sy ش

y ى Sh ص

Dh ض

B. Vokal dan Harkat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

Aa اى aa ا A ا

Aw ا و ii ا ى U ا

Ay ا ى uu ا و I ا

1Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN

STS Jambi (Jambi : Fak.Ushuluddin IAIN STS JAMBI, 2016),149-150.

Page 15: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

xv

C. Tᾱ’ Marbūtah

Transliterasi untuk Tᾱ’ Marbūtah ada tiga macam:

1. Tᾱ’ Marbūtah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya

adalah /h/.

Arab Indonesia

Salᾱh صلاة

Mir’ᾱh مراة

2. Tᾱ’ Marbūtah yang hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan

dommah, maka transliterasinya adalah /t/.

Arab Indonesia

زارةالتربيةو Wizᾱrtat Al-Tarbiyah

Mir’ᾱt Al-Zaman مراةالزمن

3. Tᾱ’ Marbūtah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah

/tan/tin/tun/.

Arab Indonesia

فجئة

Page 16: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu tidak selalu siap menerima kematian orang tua dengan cepat

apalagi seorang pelajar yang masih sangat memerlukan peran orang tuanya dalam

meraih hasil belajar yang baik. Dalam observasi awal penelitian di Madrasah

Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, peneliti mewawancarai salah satu guru di

Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, beliau mengatakan bahwa di

Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi siswa yang orang tuanya meninggal

berjumlah 48 orang diantaranya yang yatim berjumlah 37 orang, piatu berjumlah

10 orang dan yatim piatu 1 orang.1 Seperti yang dialami oleh Bima salah satu

siswa yang sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, bima ditinggal

meninggal ibunya, dia hanya bersama bapaknya, tapi bapaknya sudah sakit-

sakitan yaitu sakit struk. Beliau anak bungsu yang harus merawat bapaknya itu

dan menjadi tulang punggung keluarga. Bima memiliki kakak yang sudah

berkeluarga yang mempunyai perekonomian yang pas-pasan. Jadi bima berjualan

bakso bakar sampai malam untuk dapat uang agar bisa makan dan bertahan hidup.

Bima kelas VIII akan naik ke kelas IX, banyak perdebatan guru ketika rapat

kenaikan kelas karna anak ini sangat malas sekolah dan dalam pembelajaran.

Pada remaja berduka kurang lebih sama dengan orang dewasa, namun

karena pada tingkat pertumbuhan ini para remaja sering merasakan emosi yang

naik-turun, mereka bisa menderita depresi karenanya. Remaja bisa merasakan

dampak yang sangat besar akibat kesedihan yang mereka rasakan setelah putus

hubungan, perpisahan orang tua atau kematian seseorang yang dekat dengan

mereka. Mereka bisa menutup diri, tertekan dan mudah marah.2 Mereka mungkin

lebih suka mendapatkan dukungan dan menghabiskan waktu bersama kawan-

1Hasil observasi penulis di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi tanggal 14 Oktober

2020 2Suzanna, “Makna Kehilangan Orangtua Bagi Remaja di Panti Sosial Bina Remaja

Indralaya Sumatera Selatan; Studi Fenomenologi”, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol.3,

No.1, Juni 2018,pp.63

1

Page 17: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …
Page 18: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

3

Kehadiran ayah dan ibu demikian pentingnya sebagai alas yang kuat dalam

keluarga, sehingga bilamana kesatuan ini khusus dalam keluarga itu sendiri

maupun dalam masyarakat. Gambaran kesatuan antara kedua orang tua akan

memberikan perasaan aman dan terlindung. Perasaan aman dan perasaan bahwa

dirinya tertampung merupakan suatu kebutuhan dasar bagi setiap individu.

Kebutuhan dasar haruslah dipenuhi agar orang dapat hidup dengan tenang.

Namun, kebutuhan dasar hanya dipenuhi dan perasaan aman diperoleh dalam

suasana keluarga sejahtera.1

Kematian salah satu atau kedua orang tua akan menyisakan luka yang

mendalam bagi remaja. Bahkan tidak jarang remaja mengalami shock dan sangat

terpukul, krisis yang ditimbulkan akibat kehilangan orang tua memiliki dampak

serius dalam tahapan perkembangan remaja. Masa remaja yang merupakan

tonggak penting dalam pembentukan identitas tentunya sangat membutuhkan

dukungan dari orang-orang yang dicintainya, dalam hal ini orang tua. Orang tua

yang menanamkan nilai-nilai dasar, menyediakan kasih sayang, dukungan baik

berupa moril maupun materil. Kematian orang tua menjadi peristiwa yang sangat

berarti bagi remaja karena dengan demikian keluarganya tidak lagi utuh. Akan

banyak perubahan dan penyesuaian yang terjadi, hal ini tidak menutup

kemungkinan dapat menimbulkan konflik dalam diri remaja.2 Tidak selamanya

remaja menganggap kehilangan adalah sebagai suatu hal yang buruk, sebagian

remaja mampu menerima kehilangan sebagai suatu hal yang positif. Sebagaimana

ungkapan DZ:3

“[K]alau perubahan ada sih kak, misalnya mau nakal di sekolah tapi ingat

pesan bapak untuk baik-baik sekolah nggak jadi nakalnya. Kadang juga

sering ditegur ibu dan mbak mengingatkan kalo sudah tidak punya bapak

jadi jangan nakal. Perubahan yang terjadi pada DZ tidak terlepas dari

dukungan langsung dari orang-orang di sekitar seperti ibu, mbk, abang dan

juga mas. Ketika ayah meninggal, sadar bahwa tidak lagi memiliki orang tua

1Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga,( Jakarta : Gunung Mulia, 2007),10.

2Nurhidayati, Lisya Chairani. Makna Kematian Orangtua Bagi Remaja (Studi

Fenomenologi Pada Remaja Pasca Kematian Orangtua). Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 1,

Juni (2014). 41-42 3DZ, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 3

Desember 2020. Rekaman Audio.

Page 19: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

4

yang utuh, dan berarti ada yang hilang dalam keluarga, dan kami tidak lagi

memiliki keluarga yang utuh seperti sebelumnya”.

Kematian dan kehilangan merupakan bagian yang tidak terlepas dari

kehidupan manusia. Kematian merupakan fakta hidup, setiap manusia di dunia ini

pasti akan mati. Kematian tidak hanya dialami oleh kaum usia lanjut tapi juga

oleh orang-orang yang masih muda, anak-anak bahkan bayi. Seseorang dapat

meninggal karena sakit, usia lanjut, kecelakaan dan sebagainya. Hal ini sejalan

dengan firman Allah dalam Al-Qur’an An-nisa : 784

“Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun

kamu di dalam benteng yang tinggi dan kokoh. JIka mereka memperoleh

kebaikan, mereka mengatakan, “Ini dari sisi Allah”, dan jika mereka

ditimpa suatu keburukan mereka mengatakan, “Ini dari engkau

(Muhammad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka

mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak

memahami pembicaraan (sedikit pun)”.

Jika seseorang meninggal dunia, peristiwa kematian tersebut tidak hanya

melibatkan dirinya sendiri namun juga melibatkan orang lain yaitu orang-orang

yang ditinggalkannya, kematian dapat menimbulkan penderitaan bagi orang-orang

yang mencintai orang yang meninggal tersebut.

Kehilangan seseorang yang dekat dan dicintai karena kematian terutama

orang tua merupakan peristiwa yang sangat tidak diinginkan oleh setiap orang.

Kematian orang tua, merupakan peristiwa yang paling menyedihkan sepanjang

kehidupan seseorang dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa lain. Apalagi jika

kehilangan tersebut dialami pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa

transisi dari anak-anak menuju ke arah dewasa merupakan tonggak yang sangat

penting dalam pembentukan identitas diri sehingga mereka membutuhkan peranan

orang tua untuk memberikan bimbingan dan arahan agar mereka dapat melewati

masa perkembangan dengan baik dan tumbuh menjadi dewasa secara optimal.

4Al-Qur’an dan Terjemahnya, Juz 1-30 Edisi Revisi Terbaru (Surabaya: Karya Agung,

2006), 117

Page 20: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

5

Kematian salah satu atau kedua orang tua baik ayah maupun ibu akan

menyisakan luka yang mendalam bagi setiap orang. Seseorang akan mengalami

shock dan sangat terpukul rasa sedih, rindu, kehilangan, kesepian, semua

tercampur jadi satu. Berbagai permasalahan akan muncul setelah kematian orang

tua terutama pada kondisi psikologis. Untuk orang yang kehilangan seorang ibu

akan sangat memberikan dampak pada kehidupan selanjutnya, karena ibu

merupakan sosok yang berperan penting dalam kehidupan, selalu memberikan

support dan nasehat terutama seorang anak perempuan, ada rasa kekhawatiran jika

sudah menikah nanti ia harus lebih mandiri. Begitu juga dengan remaja yang

kehilangan sosok seorang ayah juga akan menyisakan luka yang mendalam, sosok

seorang ayah bukan hanya sebagai kepala keluarga yang harus mencukupi

kebutuhan ekonomi saja, melainkan memberikan perlindungan, rasa aman dan

nyaman terhadap anak-anaknya. Apalagi untuk seorang anak perempuan, tentunya

jika menikah nanti ia ingin ayahnya menjadi wali dipernikahannya. Belum lagi

status sosial baru yang akan disandangnya yakni sebagai anak yatim akan

menambah beban psikologis seseorang yang mengalami kematian orang tua

tersebut dan kekhawatiran lain juga muncul jika suatu hari nanti orangtuanya akan

menikah lagi.

Kehilangan orang tua akan menimbulkan dampak terhadap perkembangan

remaja. Remaja yang mampu memahami kehilangan sebagai suatu hal positif

akan dapat melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik, seperti mampu

mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab dan mencapai kemandirian

emosional. Sebaliknya remaja yang tidak mampu memahami kehilangan sebagai

suatu hal yang positif akan mengalami masalah dalam perkembangannya.5

Adapun masalah yang mendasar pada remaja adalah kurangnya kasih sayang yang

seharusnya diperoleh remaja. Remaja yang tidak mendapatkan kasih sayang akan

berusaha mendapatkan apa yang seharusnya dia peroleh. Sebagimana ungkapan

FS:

5Nurhidayati, Lisya Chairani. Makna Kematian Orangtua Bagi Remaja (Studi

Fenomenologi Pada Remaja Pasca Kematian Orangtua). Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 1,

Juni (2014). 43

Page 21: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

6

“[F]S ingin mencari kesenangan, kebahagian, kasih sayang, teman-teman

yang bisa mengerti FS dan yang pastinya bisa menerima FS apa adanya”6

Pada remaja yang tidak memiliki orang tua tekanan-tekanan yang dialami

akan semakin banyak terkait dengan tidak adanya orang tua sebagai sumber kasih

sayang, perlindungan dan dukungan. Ketiadaan orang tua merupakan kondisi

yang sangat kompleks bagi remaja, selain pemenuhan kebutuhan fisiologis anak

membutuhkan kasih sayang bagi perkembangan psikis yang sehat. Diketahui juga

bahwa remaja dapat bertahan dengan baik dari situasi yang menekan bila remaja

mempunyai hubungan yang dekat dan penuh kasih sayang dengan orang tua

terutama ibu.7

Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak, hangatnya

sebuah keluarga akan membuat kedekatan yang terjalin antara anak dan orang tua

dan kedekatan itu akan membuat anak menjadi merasa aman dan nyaman, ketika

seorang remaja dihadapkan pada suatu peristiwa yang tidak diinginkan dalam

hidupnya pasti akan merasa berat untuk menerimanya, seperti peristiwa kematian

yang dapat memisahkan hubungan antara orang tua dan anak, peristiwa tersebut

sulit untuk diterima oleh siapapun karena tidak ada satu orangpun yang akan

benar-benar siap ketika harus kehilangan orang yang dicintainya.

Beranjak dari permasalahan di atas peneliti bermaksud ingin mengetahui

lebih jauh mengenai permasalahan yang berjudul “Dampak Psikologis

Kehilangan Orang tua pada Remaja (Studi di Madrasah Tsanawiyah Negeri

4 Kota Jambi)”.

6FS, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 3

Desember 2020, Rekaman Audio. 7Suzanna, “Makna Kehilangan Orangtua Bagi Remaja di Panti Sosial Bina Remaja

Indralaya Sumatera Selatan; Studi Fenomenologi”, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol.3,

No.1, Juni 2018,pp.61-76

Page 22: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

7

A. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, masalah pokok yang diangkat

sebagai kajian utama penelitian ini adalah bagaimana dampak psikologis

kehilangan orang tua pada remaja (studi di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota

Jambi). Berdasarkan pokok permasalahan di atas maka dapat dirumuskan sub

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak psikologis kehilangan orang tua pada remaja?

2. Adakah pengaruh kehilangan orang tua terhadap hasil belajar?

3. Bagaimana perubahan sikap siswa setelah kehilangan orang tua?

B. Batasan Masalah

Penelitian ini di lakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi

Kecamatan Paalmerah Kota Jambi, dan di batasi pada lingkup bahasan yang

terkait dengan dampak psikologis kehilangan orang tua pada remaja, penelitian ini

hanya pada kelas VIII dan IX di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dampak psikologis kehilangan orang tua pada remaja

Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi.

b. Tujuan khusus

1) Untuk mengetahui bagaimana dampak psikologis kehilangan orang

tua pada remaja.

2) Untuk mengetahui pengaruh kehilangan orang tua terhadap hasil

belajar.

3) Untuk mengetahui perubahan sikap siswa setelah kehilangan orang

tua.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk Pengembangan ke Ilmu

Jurusan dan Bimbingan Penyuluhan Islam.

Page 23: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

8

b. Secara Praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan

informasi bagi para remaja yang mengalami kasus kehilangan orang

tua atau masyarakat yang memiliki kerabat yang memiliki kasus yang

sama agar melewati dan menyelesaikan masa-masa sulit pasca

kematian orang yang di sayang, serta dapat kembali hidup normal.

2) Memberi pengalaman kepada peneliti khususnya.

D. Kerangka Teori

Demi memudahkan pemahaman pembaca, didalam landasan teori ini akan

di jelaskan penjabaran masing-masing variabel dan keterkaitannya antara satu

dengan yang lain, yaitu sebagai berikut:

1. Dampak Psikologis

Dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benturan, pengaruh

yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif.8 Dampak dibedakan

menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak negatif yaitu:

a. Dampak positif adalah pengaruh atau akibat yang timbul secara baik dan

benar atau bisa diartikan sebagai pengaruh yang menguntungkan

individu.

b. Dampak negatif adalah pengaruh atau akibat yang timbul secara kurang

baik atau dapat merugikan individu itu sendiri.

Secara khusus dampak kematian terhadap kondisi psikologis adalah

terhadap emosi dan kognitif. Pada asfek emosi ditimbulkan dengan gejala gejala

seperti syok, rasa takut, sedih, marah, dendam, rasa bersalah, malu, rasa tidak

berdaya, kehilangan emosi seperti perasaan cinta, kegembiraan atau perhatian

pada kehidupan sehari hari. Pada asfek kognitif ditimbulkan dengan gejala seperti

pikiran kacau, salah persepsi, menurunnya kemampuan seperti mengambil

8Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai

Pustaka, 2002), 234

Page 24: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

9

keputusan, daya konsentrasi dan daya ingat berkurang, mengingat hal hal yang

tidak menyenangkan, dan terkadang menyalahkan diri sendiri.9

Secara etimologi, Psikologi terdiri dari dua kata yaitu psyche yang berarti

jiwa atau roh, dan Logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Dengan

demikian, psikologi berarti ilmu pengetahuan tentang jiwa atau dalam bahasa

sederhana disebut ilmu jiwa. 10

Terlebih dahulu dibedakan antara nyawa dengan

jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang keberadaannya tergantung pada hidup

jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah organic behavior, yaitu perbuatan

yang ditimbulkan oleh proses belajar.11

Sedangkan jiwa adalah hidup rohaniah

yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengantar bagi sekalian

perbuatan pribadi dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Secara umum, psikologi

diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau ilmu yang

mempelajari gejala-gejala jiwa manusia.12

Jadi psikologi adalah ilmu yang

mempelajari kejiwaan manusia sedangkan psikologis adalah kondisi kejiwaan

pada manusia.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa psikologis

atau jiwa jika dilihat dari kacamata psikologi maka dapat dinyatakan sebagai

cerminan dari perilaku yang dimunculkan oleh seseorang dalam bentuk tindakan

atau perbuatan nyata yang meliputi tindakan yang dapat teramati(perilaku terbuka)

ataupun tindakan yang tidak dapat diamati secara langsung(perilaku tertutup)

dalam hubungannya dengan realitas eksternal di luar dirinya.

2. Kehilangan

Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang

sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau

keseluruhan.13

Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh

setiap individu selama rentang kehidupan, sejak individu sudah mengalami

9Mundakir, Dampak Psikososial Bencana Lumpur Lapindo, (Jakarta : FIK UI, 2009), 22

10Baharuddin, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 2007), 13

11Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), 1

12Sarlito Wirawan, Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 1-

3 13

Potter & Perry, Fundamendal Keperawatan Volume 1, (Jakarta: EGC, 2005)

Page 25: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

10

kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk

yang berbeda. Kehilangan dapat berupa kehilangan yang nyata atau kehilangan

yang dirasakan. Kehilangan yang nyata merupakan kehilangan terhadap orang

atau objek yang tidak dapat lagi dirasakan, dilihat, diraba atau dialami individu,

misalnya anggota tubuh, anak, hubungan dan peran ditempat kerja. Kehilangan

yang dirasakan merupakan kehilangan yang sifatnya unik berdasarkan individu

yang mengalami kedukaan, misalnya kehilangan harga diri atau rasa percaya diri.

Jenis-jenis kehilangan yaitu:

a. Kehilangan objek eksternal, misalnya kehilangan karena kecurian atau

kehancuran akibat bencana alam.

b. Kehilangan lingkungan yang dikenal, misalnya kehilangan karena

berpisah rumah, dirawat di rumah sakit atau berpisah pekerjaan.

c. Kehilangan sesuatu atau individu yang berarti, misalnya kehilangan

pekerjaan, kepergian anggota keluarga atau teman dekat, kehilangan

orang yang dipercaya atau kehilangan binatang peliharaan.

d. Kehilangan suatu aspek diri, misalnya kehilangan anggota tubuh dan

fungsi psikologis atau fisik.

e. Kehilangan hidup, misalnya kehilangan karena kematian anggota

keluarga, teman dekat atau diri sendiri.

Kehilangan tidak hanya dirasakan oleh individu pada saat berusia remaja,

kehilangan juga dirasakan oleh remaja semenjak usia dini. Hal ini karena

meninggal ketika mereka masih balita. Pada dasarnya balita belum mampu

memahami tentang kehilangan, namun hal ini dapat dipahaminya ketika dia sudah

beranjak remaja. Kehilangan mulai mereka rasakan pada saat mereka merasa

berbeda dari teman-temannya yang masih memiliki orang tua yang utuh.

Kehilangan orang tua akan menimbulkan dampak terhadap perkembangan

remaja. Remaja yang mampu memahami kehilangan sebagai suatu hal positif

akan dapat melaksanakan tugas perkembangannya sengan baik, seperti mampu

mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab dan mencapai kemandirian

emosional. Sebaliknya remaja yang tidak mampu memahami kehilangan sebagai

suatu hal yang positif akan mengalami masalah dalam perkembangannya. Adapun

Page 26: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

11

masalah yang mendasar pada remaja adalah kurangnnya kasih sayang yang

seharusnya diperoleh remaja. Setiap remaja memiliki makna tersendiri tentang

kehilangan orang tua, namun pada umumnya mereka mengartikan kehilangan

orang tua sebagai hilangnya figur yang akan memberikan kasih sayang, hilangnya

keutuhan keluarga, kehilangan model, kehilangan arah, kehilangan rasa aman dan

kehilangan teman berbagi. Oleh karena itu kehilangan memberikan dampak

positif dan negatif bagi remaja. Dampak positifnya adalah kehilangan mampu

membuat remaja lebih mandiri, sebaliknya dampak negatif dari kehilangan adalah

terganggunya perkembangan remaja.

3. Orang tua

Orang tua merupakan sosok yang paling dekat dengan anak. Tugas

membesarkan anak bukanlah hal yang mudah, butuh adanya kerja sama antara ibu

dan ayah. Suasana rumah yang hangat dan perasaan yang aman adalah sebuah

kebutuhan dasar di dalam kehidupan keluarga, dengan adanya kebutuhan dasar ini

maka hal tersebut harus dipenuhi agar selalu berada pada perasaan yang tenang,

aman dan nyaman. Perasaan aman nyaman tersebut merupakan kebutuhan dasar di

dalam suasana keluarga, hanya dapat di peroleh di lingkungan keluarga yang

adanya kesejahteraan di dalamnya.14

Suatu keluarga disebut dalam formasi yang lengkap ketika di dalamnya ada

sosok ayah, ibu dan anak, tetapi pada faktanya tidak semua keluarga selalu

lengkap. Ketidak lengkapan pada keluarga salah satunya adalah karena orang tua

meninggal dunia, baik ditinggal ayah atau ibu. Perasaan akan kehilangan orang

tua pasti akan sangat berdampak bagi anggota keluarga lainnya terutama bagi

anak, apalagi anak yang masih remaja. Ia sedang mencari jati diri dan ketika

ditinggalkan orang tua meninggal dapat membuat dirinya amat terpukul.

Suatu bagian yang tidak akan lepas dari makhluk yang bernyawa di dunia

ini adalah kematian. Semua makhluk yang bernyawa harus menerima fakta yang

nyata adanya yaitu kematian, termasuk manusia. Tidak ada misteri yang selalu

14

Singgih D. Gunarsa, Psikolog Untuk Keluarga, (Jakarta : Gunung Mulia, 2007), 10

Page 27: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

12

mengguncang akal dan batin manusia, kecuali kematian.15

Sosok yang paling

dekat dengan anak adalah orang tua, suasana hangat sebuah keluarga adalah

suasana yang akan membangun kedekatan orang tua dengan anak semakin erat

dan akan terciptanya lingkungan keluarga yang sangat nyaman, kehangatan dalam

keluarga adalah suasana yang tidak akan didapatkan dimana pun, bisa

dibayangkan ketika peristiwa yang tidak diinginkan ada pada suatu keluarga yaitu

kematian orang tua, seorang anak tentu akan merasa tidak mampu menerima

segala kenyataan yang dihadapi. Karna pada saat kematian itu terjadi, hal tersebut

akan membuat hubungan anak dan orang tua menjadih terpisah di dunia. Tentu

saja kejadian itu bukanlah hal yang mudah untuk diterima oleh siapapun.

Kematian orang tua merupakan peristiwa yang sangat berdampak bagi

seseorang untuk melanjutkan hidupnya, karna hal tersebut sangatlah sulit dan

membuat siapa pun yang ditinggalkan amat sedih yang sangat mendalam. Setiap

siapa pun akan menunjukan tanggapan yang tidak sama. Karna setiap orang

memiliki cara untuk menghadapinya dengan berbeda-beda saat kehilangan orang

yang dicintai. Beberapa tanggapan atau reaksi yang ditunjukan misalnya dengan

reaksi psikologis yang menunjukan rasa ketakutan, perasaan putus asa, merasa

kesepian dan kegelisahan lainnya. Reaksi tersebut merupakan reaksi yang wajar

ditunjukkan saat ditinggalkan orang yang dicintai apalagi karna kematian.

Terutama apabila hal tersebut dialami oleh seorang anak yang di tinggalkan oleh

orangtuanya.

4. Remaja

a. Pengertian Remaja

Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu

konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di Negara-negara Barat, istilah

remaja dikenal dengan “adolescence” yang berasal dari kata dalam bahasa Latin

“adolescere” (kata bendanya adolescentia = remaja), yang berarti tumbuh

menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Terlepas dari

kesulitan untuk merumuskan definisi dan menentukan batas akhir masa remaja,

15

Komarudin Hidayat, Psikologi Kematian, (Jakarta: PT Mizam Publika, 2006), 103

Page 28: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

13

namun dewasa ini istilah “adolesen” atau remaja telah digunakan secara luas

untuk menunjukkan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa

dewasa, yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan

kognitif dan sosial. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli

adalah antara 12 hingga 21 tahun.16

Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai

berikut:

1) Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-

anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan

tidak tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan

terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat

dengan teman sebaya.

2) Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir

yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun

individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self directed).

Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku,

belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan

awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain

itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.

3) Masa remaja akhir (19-22 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-

peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan

tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity.

Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam

kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap

ini.17

16

Desmita. Psikologi Perkembangan. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005), 189-190 17

Kayyis Fithri Ajhuri, Psikologi Perkembangan Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan, (Yogyakarta: Penebar Media Pustaka, 2019),123-124

Page 29: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

14

b. Ciri-ciri Masa Remaja

Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang

kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan

periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut adalah:18

1) Masa remaja sebagai periode yang penting

Ada beberapa periode yang lebih penting daripada beberapa

periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan

perilaku, da nada lagi yang penting karena akibat-akibat jangka

panjangnya. Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat

jangka panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat

fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Pada periode remaja kedua-

duanya sama-sama penting.

2) Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya bukan

berarti terputus dengan periode sebelumnya, tetapi apa yang telah terjadi

sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang

dan yang akan datang.

Masa remaja sebagai periode peralihan memiliki status yang tidak

jelas dan terdapat keraguan akan peran yang dilakukan. Pada masa ini,

remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan pula orang dewasa.

Status remaja yang tidak jelas ini memberi waktu kepadanya untuk

mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai

dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

3) Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja

sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika

perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga

berlangsung pesat. Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat

uninersal, yakni: pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya

18

Riryn Fatmawaty. “Memahami Psikologi Remaja”. Jurnal Reforma Vol. VI No.02,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA, 57

Page 30: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

15

bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

Perubahan informasinya biasanya berlangsung lebih cepat selama awal

masa remaja, maka meningginya emosi lebih menonjol pada masa awal

periode akhir masa remaja. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran

yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk diperankan, menimbulkan

masalah baru. Bagi remaja muda masalah baru yang timbul tampaknya

lebih banyak dan sulit diselesaikan dibandingkan dengan masalah

sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia

sendiri dapat menyelesaikannya menurut kepuasannya. Ketiga, dengan

berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah.

Sesuatu yang pada masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah

hamper dewasa tidak penting lagi. Misalnya, sebagian remaja tidak lagi

menganggap bahwa banyaknya teman merupakan petunjuk popularitas

yang lebih penting daripada sifat-sifat yang dikagumi dan dihargai oleh

teman-teman sebaya. Sekarang mereka mengerti bahwa kualitas lebih

penting dari kuantitas. Keempat, sebagian besar remaja bersifat

ambivalen terhadap setiap perubahan, mereka menginginkan dan

menuntut kebebasan, tetap mereka sering takut bertanggung jawab akan

akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi

tanggung jawab tersebut.19

4) Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-

sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit

diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan.

Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut

cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa

penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.20

19

Miftahul Jannah. Remaja dan Tugas-tugas Perkembangannya dalam Islam. Jurnal

Psikoislamedia, Volume 1, Nomor 1, April 2016. 250-251 20

Khamim Zarkasih Putro. Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.

APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Volume 17, Nomor 1, 2017. 27

Page 31: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

16

5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap

kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan.

Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas

lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti

sebelumnya. Status remaja yang mendua ini menimbulkan suatu dilemma

yang menyebabkan remaja mengalami “krisis identitas” atau masalah-

masalah identitas ego pada remaja.

6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya

sendiri atau “semau gue”, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung

berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus

membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung

jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis

Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata

berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain

sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih

dalam hal harapan dan cita-cita. Harapan dan cita-cita yang tidak realistik

ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-

temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari

awal masa remaja. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain

mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang

telah ditetapkannya sendiri.

8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi

gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk

memberikan kesan bahwa mereka sudah hamper dewasa . Berpakaian

dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh

karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang

dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman

Page 32: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

17

keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks bebas

yang cukup meresahkan. Mereka menganggap bahwa perilaku yang

seperti ini akan memberikan citra yang sesuai dengan yang diharapkan

mereka.

c. Aspek-aspek Perkembangan Remaja

Pada masa perkembangan remaja ini ada beberapa aspek yang sangat

menonjol perkembangannya. Antara lain adalah sebagai berikut:21

1) Perkembangan Fisik

Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan fisik sangat pesat

pada usia 12/13-17/18 tahun. Pada masa ini, remaja merasakan

ketidaknyamanan dan ketidakharmonisan pada diri mereka karena

anggota badan dan otot-ototnya tumbuh secara tidak seimbang.

Pertumbuhan otak secara cepat terjadi pada usia 10-12/13 dan 14-16/17

tahun. Pertumbuhan otak wanita meningkat 1 tahun lebih cepat daripada

laki-laki yaitu pada usia 11 tahun, sedangkan pertumbuhan otak laki-laki

meningkat 2x lebih cepat dari pada wanita dalam usia 15 tahun.

2) Perubahan Eksternal

Untuk tinggi rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang

matang pada usia antara 17-18 tahun. Sedangkan laki-laki 1 tahun lebih

lambat dari pada perempuan. Untuk berat perubahan berat badan

mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi, tetapi berat badan

sekarang tersebar ke bagian-bagian tubuh yang tadinya hanya

mengandung sedikit lemak atau tidak mengandung lemak sama sekali.

Sedang untuk organ seks, organ seks laki-laki maupun perempuan akan

mencapai ukuran yang matang pada akhir masa remaja.

3) Perubahan Internal

a) Sistem Pencernaan

(1) Perut menjadi lebih panjang sehingga tidak terlalu menyerupai

bentuk pipa.

21

Riryn Fatmawaty. “Memahami Psikologi Remaja”. Jurnal Reforma Vol. VI No.02,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA, 58-59

Page 33: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

18

(2) Hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.

(3) Otot-otot diperut dan dinding-dinding usus manjadi lebih tebal

dan kuat.

(4) Usus bertambah panjang dan bertambah besar.

b) Sistem Peredaran Darah: Jantung tumbuh pesat pada masa remaja

pada usia 17/18 tahun, beratnya 12 kali berat pada waktu lahir.

Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan

mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.

c) Jaringan Tubuh: Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada

usia 18 tahun, sedangkan jaringan selain tulang terus berkembang

sampai tulang mencapai ukuran matang.

d) Sistem Pernafasan: Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir

matang pada usia 17 tahun, anak laki-laki mencapai kematangan

beberapa tahun kemudian.

4) Perkembangan Emosi

Perkembangan emosi pada masa remaja ini cenderung lebih tinggi

dari masa anak-anak. Hal ini dikarenakan mereka berada dibawah

tekanan sosial dan menghadapi kondisi yang baru. Sedangkan selama

mereka pada masa kanak-kanak kurang mempersiapkan diri untuk

menghadapi kehidupan bermasyarakat. Meskipun ketika pada masa

remaja emosianya sama dengan masa kanak-kanak Cuma berbeda pada

rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat.

5) Perkembangan Kognisi22

Mulai dari usia 12 tahun, proses pertumbuhan otak telah mencapai

kesempurnaan. Pada masa ini, system syaraf yang memproses informasi

berkembang secara sepat dan telah terjadi reorganisasi lingkaran syaraf

lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu

kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau mengambil

keputusan.

22

Ibid, 60

Page 34: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

19

6) Perkembangan Sosial

Social cognition berkembang pada masa remaja. Social cognition

yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja dapat memahami

orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat

pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahaman ini

mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab

dengan mereka, terutama teman sebaya.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan penelitian

lapangan yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif menekankan analisis proses

dari proses berfikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan

antar fenomena yang diamati dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.23

Penulis mengarahkan penelitian kualtitatif yang bersifat deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah

secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi dengan

menggambarkan atau menguraikan masalah dan fakta-fakta tersebut.24

Penelitian yang bersifat deskriptif ini juga menggunakan istilah Kriek dan

Miler dalam Sugiono merupakan tradisi penelitian ilmu pengetahuan sosial

bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasan yang berhubungan dengan

orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahan yang digunakan Bogdan dan

Biklen, data yang dihasilkan dalam penelitian kualitatif adalah data di amati.

Inilah yang menjadi penyebab studi kualitatif diistilahkan Inquiry research

naturalistik research.25

23

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif:teori dan praktis (Jakarta: Bumi Aksara,

2013),80 24

Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),

44 25

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2015), 218

Page 35: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

20

2. Setting dan Subjek penelitian

Setting adalah lokasi tempat penelitian lapangan dilakukan.26

Setting dalam

penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi Jalan

Berdikari RT.23 Kelurahan Payo Selincah Kecamatan Paalmerah Kota Jambi.

Subjek adalah responden dan informan yang akan dimintai keterangan.27

Pemilih subjek ini dilandasi teori bahwa subjek yang baik adalah subjek yang

lama terlibat aktif dalam medan dan aktivitas yang diteliti, cukup mengetahui,

memahami, atau berkepentingan dengan aktivitas-aktivitas yang akan diteliti,

serta memiliki banyak waktu untuk memberikan informasi secara benar kepada

peneliti.

Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif ini terdiri dari Guru Bimbingan

Konseling sebagai informan dan siswa kelas VIII dan IX Madrasah Tsanawiyah

Negeri 4 Kota Jambi sebagai narasumber. Mengingat subjek yang baik adalah

subjek yang terlibat aktif, cukup mengetahui, ,memahami atau berkepentingan

dengan aktivitas yang akan di teliti, serta memiliki waktu yang memberikan

informasi secara benar.28

3. Sumber dan Jenis Data

Sumber data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data

dapat diperoleh.29

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari, manusia, situas

i/peristiwa, dan dokumentasi. Sumber data berbentuk perkataan maupun tindakan

sumber data orang yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban

lisan melalui wawancara. Sumber data suasana/peristiwa berupa suasana yang

bergerak (peristiwa) ataupun diam (suasana). Meliputi ruangan suasana, dan

proses. Sumber data tersebutmerupakan objek yang akan diobservasi. Sumber

26

Tim Penyusun, Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas IAIN STS Jambi, (Jambi:

Fak.Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016),59 27

Ibid. 59 28

Ibid,. 62 29

Suharsimi Arikuno, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2013),172

Page 36: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

21

data dokumenter atau berbagai referensi yang menjadi bahan rujukan dan

berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti.30

Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama (first hand)

melalui observasi atau wawancara di lapangan. Data primer dari penelitian ini

adalah dari hasil wawancara langsung penulis bersama guru bimbingan konseling

(BK). Kemudian para siswa yang terlibat disana. Data sekunder adalah data yang

diperoleh dari sumber kedua berupa dokumentasi serta peristiwa yang bersifat

lisan dan tertulis. Data sekunder dalam penelitian ini adalah, jurnal, skripsi, buku-

buku, dokumen-dokumen di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi.

4. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik

yang dilakukan secara berkesinambungan agar keabsahan datanya dapat

dipertanggungjawabkan, ketiga teknik itu ialah:

a. Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-

gejala yang diselidiki.31

Dalam metode observasi ini peneliti

menggunakan observasi berperan serta (participant observation). Dalam

observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang

sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang

dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan

observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap,

tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku

yang nampak.32

30

Tim Penyusun, Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas IAIN STS Jambi, (Jambi:

Fak.Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 62 31

Cholid Narbuko dan Abu Ahmad, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,2012),

70 32

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitataif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2009), 145

Page 37: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

22

b. Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penulisan yang

berlangsung secara lisan oleh dua orang atau lebih dengan bertatap muka

mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-

keterangan.33

Dalam penelitian ini menggunakan wawancara tidak

terstruktur (Unstructured Interview) yaitu wawancara yang bebas yakni

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan

yang ditanyakan.34

Tujuan dari wawancara adalah untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara

diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti

perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan

oleh informan.

c. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumentasi yang berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life historis), cerita, biografi,

peraturan kebijakan.Dokumentasi yang berbentuk gambar misalnya foto,

gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumentasi yang berbentuk karya

misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-

lain. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.35

5. Metode/Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang di gunakan adalah teknik analisis data yang di

lapangan, analisis dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu,

pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang di

33

Narbuko Cholid & Ahmad Abu, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 83 34

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitataif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2013), 233-234 35

Ibid, 240

Page 38: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

23

wawancarai. Bila jawaban yang di wawancarai setelah di analisis terasa belum

memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap

tertentu, diperoleh data yang kredibel. Miles dan Huberman, mengemukakan

bahwa aktifitas dalam menganalisis data kualitatif di lakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga data nya sudah jenuh.

Aktifitas dalam menganalisis data, yaitu data reduksion, data displey, dan

konklution drawing or ferifikation.

Langkah-langkah analisi ini sebagai berikut :

a. Reduksi data ( data reduktion)

Yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan pola. Dengn demikian data yang telah di

teduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya

bila di perlukan.

b. Penyajian data atau data displey

Yaitu penyajian data berupa narasi pengungkapan secara tertulis agar

alur kronologis peristiwa dapat mengungkap apa yang terjadi di balik

peristiwa itu. Dalam penelitian kualitatif, penjian data bisa di lakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungna antar kategori, flochart dan

sejenisnya.

c. Penarikan kesimpulan (ferifiktion konklution)

Yaitu suatu kegiatan yang di lakukan selama penilitaan berlangsung.

Makna yang muncul harus selalu di uji kebenaran dan kesesuaian nya

melalui proses pemeriksaan keabsaan data sehingga faliditas nya terjamin.36

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memperoleh data yang terpercaya dan dapat dipercaya, maka peneliti

melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data melalui empat cara yakni:

36

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitataif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2013), 249

Page 39: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

24

1. Perpanjangan keikutsertaan

Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan

peneliti dilokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan

memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data,

karena kesalahan penilaian data (data distertion) oleh peneliti atau responden, di

sengaja atau tidak sengaja.37

Distorsi data dari peneliti dapat muncul karena

adanya nilai-nilai bawakan dari peneliti atau saat adanya keterasingan peneliti dari

lapangan yang di teliti , sedangkan distorsi data dari responden, dapat timbul

secara tidak sengaja, karena responden berupaya memberikan informasi fiktif

yang dapat menyenangkan peneliti, atau pun menutupi data yang sebenarnya.

Distorsi data tersebut, dapat dihindari melalui perpanjangan keikut sertaan

peneliti di lapangan yang di harapkan dapat menjadikan data yang diperoleh

memiliki derajat reabilitas dan faliditas yang tinggi, perpanjangan keikut sertaan

peneliti pada akhirnya juga akan menjadi semacam motifasi unutk menjalin

hubungan baik yang saling mempercayai antara responden sebagai objek peneliti

dan peneliti.

2. Ketekunan Pengamatan

Dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara teliti, rinci, dan

berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol dalam penelitian.

Faktor-faktor tersebut selanjutnya di telaah, sehingga peneliti dapat memahami

faktor-faktor ketekunan tersebut.38

pengamatan dapat dilakukan dengan upya

mendapatkan karakteristik data yang bener-bener relefan dan terfokus pada objek

penelitian.

Permasalahan dan fokus penelitian, hal ini dapat di harapkan pula untuk

mengurangi distorsi data yang mungkin timbul akibat keterburuan penelitian

untuk menilai suatu persoalan, ataupun distorsi data yang timbul dari kesalahan

responden yang memberikan data secara tidak benar, misalnya berdusta, menipu

dan berpura-pura.

37

Tim Penyusun, Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa IAIN STS Jambi, (Jambi:

Fak.Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 66 38

Ibid, 67

Page 40: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

25

3. Triaggulasi

Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu diluar data pokok, untuk keperluan pengecekan, reabilitas

data melalui pemeriksaan data silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data

yang diperoleh dari banyaknya informan terdapat empat macam teknik

trianggulasi yang akan digunakkan dalam penelitian ini yaitu:39

a. Sumber yaitu, membandingkan dan mengecek balik derajat reabilitas

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

dalam metode kualitatif.

b. Metode yaitu, teknik pengecekan keabsahan data dengan meneliti hasil

konsistensi, reabilitas, dan validitas data yang diperoleh dari metode

pengumpulan data tertentu. Terdapat dua cara yang dapat dilakukan

dalam trianggulasi dalam metode yaitu: pengecekan derajat kepercayaan

penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan

pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode

sumber yang sama.

c. Penyidik yaitu, teknik pengecekan data melalui perbandingan hasil daya

yang diperoleh dari satu pengamat dengan hasil penyidikan pengamat

lainnya. Cara ini dapat dilakukan bila penelitian dilakukan dalam suatu

kelompok, dimana masing-masing peneliti kemudian membandingkan

hasil penelitianny.

d. Teori yaitu, pengecekan ke absahan data melalui berbandinggan dua atau

lebih teori yang berbicara tentang hal yang sama, dimaksudkan untuk

mendapatkan penjelasan banding tentang suatu hal yang diteliti.

Penerapan teknik tersebut, dapat dialakukan dengan memasukkan teori-

teori pembanding dan memperkaya dan membendingkan penjelasan pada

teori utama yng digunakkan dalam penelitian.

39

Tim Penyusun, Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa IAIN STS Jambi, (Jambi:

Fak.Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 67-68

Page 41: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

26

4. Diskusi dengan Teman Sejawat

Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan melakukan

diskusi dengan teman sejawat, guna memastikkan data yang diterima benar-benar

real dan bukan semata persepsi sepihak dari peneliti atau informan. Melalui cara

tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sambungan, masukan, dan saran

yang berharga dan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.40

G. Studi Relevan

Studi relevan memiliki fungsi yang sama dengan tinjauan pustaka dalam

penelitian pustaka, yaitu memuat bahasan tentang penelusuran penulis terhadap

berbagai bahan literatur yang berkaitan dengan topik pembahasan atau juga

bahan-bahan literatur yang telah memberikan inspirasi dalam pendalaman materi

penelitian. Studi relevan yang juga sering disebut penelitian terdahulu atau

literature review, adalah bagian dari proposal yang mendiskusikan laporan

penelitian, tulisan (buku atau jurnal) atau kegiatan akademis lainnya seperti

seminar terdahulu berkenaan atau berdekatan dengan focus kajian yang akan

dilakukan. Dari segi posisinya, studi relevan bisa saja sebagai tulisan yang berdiri

sendiri, bagian dari sebuah proposal atau penelitian atau bagian dari sebuah

makalah.41

1. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dalam penelitian ini,

penulis juga merujuk pada literatur hasil penelitian sebelumnya yang

terkait dengan penelitian ini yaitu : Skripsi yang disusun oleh Adina

Fitria S, mahasiswi Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang Tahun 2013 yang berjudul “Grief pada

Remaja Akibat Kematian Orangtua Secara Mendadak” dalam skripsi ini

dikemukakan bahwa peristiwa kematian dapat menyebabkan grief

(kedukaan), grief dapat dialami oleh siapa saja termasuk remaja. Grief

yang dialami oleh remaja tidak boleh dibiarkan berlarut larut karena grief

yang berkepanjangan dapat menimbulkan stress bahkan depresi sehingga

40

Ibid, 68 41

Tim Penyusun, Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa IAIN STS Jambi, (Jambi:

Fak.Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 69

Page 42: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

27

remaja tidak dapat melanjutkan tugas perkembangannya, terutama

perkembangan emosional dan sosial mereka sehingga sedikit banyak

memiliki andil dalam setiap perilaku mereka.42

2. Jurnal yang disusun oleh Nurhidayati, Lisya Chairani, mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarief Kasim Riau

tahun 2014 volume 10 Nomor 1 yang berjudul “Makna Kematian

Orangtua Bagi Remaja (Studi Fenomenologi Pada Remaja Pasca

Kematian Orangtua)” dalam jurnal ini dikemukakan bahwa kematian

orang tua menjadi peristiwa yang sangat berarti bagi remaja karena

dengan demikian keluarganya tidak lagi utuh. Akan banyak perubahan

dan penyesuaian yang terjadi.Hal ini juga tidak menutup memungkinan

dapat menimbulkan konflik dalam diri remaja. Jurnal ini bertujuan untuk

memahami makna kematian orangtua bagi remaja dan menggali

bagaimana remaja menghadapi kematian orangtuanya.43

3. Artikel penelitian yang disusun oleh Intan Cahya Sari Mahasiswi

Fakultas Psikologi Universitas Gunandarama pada tahun 2008 yang

berjudul “Grief Pada Remaja Karena Kedua Orang Tuanya Meninggal”

peristiwa kematian dapat menyebabkan grief, grief dapat dialami oleh

siapa saja termasuk remaja. Grief yang dialami oleh remaja putra berbeda

dengan grief yang dialami oleh remaja putri, karena remaja putra

cenderung sulit untuk mengungkapkan rasa grief yang dialaminya. Bagi

seorang remaja baik putra maupun putri pasti memiliki perasaan

kehilangan, tetapi dalam meluapkan dan mengekspresikan perasaannya

berbeda, untuk remaja putra biasanya memiliki perasaan kehilangan yang

cenderung sulit untuk diungkapkan, lebih pada menahan dan memendam

perasaanya tersebut sedangkan untuk remaja putri cenderung lebih

42

Adina Fitria S, “Grief Pada Remaja Akibat Kematian Orangtua Secara Mendadak”,

Skripsi, Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2013 43

Nurhidayati, Lisya Chairani, “Makna Kematian Orangtua Bagi Remaja (Studi

Fenomenologi Pada Remaja Pasca Kematian Orangtua)”, Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Sultan Syarief Kasim Riau Vol. 10 Nomor 1 2014.

Page 43: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

28

memiliki perasaan yang sensitive dan lebih peka, lebih menunjukkan

kesedihan dan rasa kehilangannya.44

Ketiga penelitian diatas sama sama meneliti tentang kematian orangtua

begitu juga dengan penelitian yang akan penulis susun. Penulis mencoba

memberikan perbedaan pada penelitian ini yaitu lebih menekankan pada dampak

psikologi seorang remaja yang akan ditimbulkan akibat dari peristiwa

meninggalnya orangtua.

44

Intan Cahyasari, “Grief Pada Remaja Putra Karena Kedua Orang Tuanya meninggal”,

Artikel Penelitian Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, 2008.

Page 44: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

29

BAB II

PROFIL MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 KOTA JAMBI

A. Sejarah Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi

Madrasah Tsnawiyah Negeri Jambi Timur lembaga pendidikan yang berciri

khas Islam dan menjadi pendidikan Islam Negeri yang dibanggakan oleh umat

Islam di Kelurahan Payo Selincah khususnya. Madrasah Tsanawiyah Negeri

Jambi Timur ini juga merupakan salah satu sekolah negeri yang sangat diminati

oleh masyarakat Kelurahan Payo Selincah khususnya yang beragama Islam.

Madrasah Tsanawiyah Negeri Jambi Timur adalah sekolah yang bercirikan

agama Islam di Kelurahan Payo Selincah Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi

dan di selenggarakan oleh Kementerian Agama Kota Jambi. Madrasah

Tsanawiyah Negeri Jambi Timur berdiri diatas tanah yang di wakafkan dari

Muktar HY.Madrasah di negerikan pada tahun 1993, perubahan status dari

Madrasah Tsanawiyah Swasta Dharma Wanita Unit Kandepag Kota Jambi. Letak

Geografis Madrasah Tsanawiyah Negeri Jambi Timur terletak di jalan Berdikari

Rt. 23 Kelurahan Payo Selincah Kecamatan Jambi Timur. Kemudian pada tahun

2018 Madrasah Tsanawiyah Negeri Jambi Timur telah dirubah setatusnya menjadi

Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi.

B. Visi Dan Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi

Visi

“UNGGUL DALAM MUTU, CERDAS DALAM BERKARYA, BERPIJAK

PADA IMAN DAN TAQWA”

Misi

1. Mewujudkan Lembaga Pendidik yang islami dan berkualitas

2. Menyiapkan dan menyampaikan kurikulum yang mempu memenuhi

kebutuhan anak dan dapat diaplikasikan dalam masyarakat

3. Efektifitas tenaga pendidikan yang Propesional dan berdedukasi

4. Efektifitas PBM yang menghasilkan lulusan berprestasi

29

Page 45: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

30

C. Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi

Struktur organisasi merupakan tolak ukur dalam suatu lembaga organisasi

baik lembaga pendidikan ataupun lembaga lainnya. Organisasi yang baik dapat

menunjukkan kegiatan yang baik dan juga merupakan pendukung dalam

pelaksanaan segala program kerja organisasi tersebut. Sebagaimana telah di

ketahui Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Jambi Timur merupakan lembaga

pendidikan formal dan menjalankan berbagai kegiatan dalam rangka mencapai

tujuan, sukses dan lancarnya penyelenggaraan pendidikan sangat ikut dipengaruhi

oleh struktur madrasah yang bersangkutan.

Organisasi adalah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam dunia

pendidikan dan merupakan suatu kebutuhan. Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota

Jambi Kelurahan Payo Selincah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki

organisasi yang terdiri dari beberapa personal dari kepala sekolah sampai kepada

siswa yang bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Adapun

struktur organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi dapat dilihat pada

bagan berikut ini.

Gambar 1 : Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi

Tahun 2020/2021

Komite Sekolah

Nawawi

Kepala Sekolah

Ratna Sari Dewi,

S.Pd, M.Pd

Tata Usaha (TU)

Syaiful Bahri,

S.Ag

Waka

Humas

Ermiyati,

Waka Kurikulum

Dra.Etty

Yusmaniarti, M.Pd

Waka

Kesiswaan

Muhammad

Waka SarPras

Djumiati Syam,

S.Pd

Page 46: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

31

D. Keadaan Guru Dan Siswa

1. Keadaan guru

Peranan guru sebagai tenaga pengajar atau pendidik sangatlah penting di

dalam memupuk minat dan menumbuhkan semangat siswa dalam memberikan

bekal ilmu pengetahuan melalui program pembelajaran. Keberhasilan dalam

setiap mata pelajaran tentunya didukung oleh semangat guru dalam

menyampaikan materi pelajaran. Guru yang baik adalah guru yang memberikan

pelajaran kepada siswanya secara efektif dan senantiasa membuat pelajaran, baik

jangka pendek maupun jangka panjang serta berusaha untuk menanamkan,

memupuk dan mengembangkan sikap cinta kepada pelajaran, serta memberikan

semangat dalam setiap proses pembelajaran.

Guru merupakan unsur dari telaksananya proses pendidikan dan

pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan. Guru merupakan alat untuk

mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa atau yang disebut sebagai pemberi

informasi. Tanpa guru suatu lembaga pendidikan tidak akan berjalan sebagaimana

mestinya. Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan adalah 37 orang. Untuk lebih

jelas mengenai keadaan guru Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi dapat

dilihat pada table berikut ini :

Majelis Guru Wali Kelas

Siswa-siswa

Page 47: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

32

Tabel 1. Keadaan Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi

No Nama Jabatan Bidang Studi

1 Ratna Sari Dewi, S.Pd, M.Pd Kepala Madrasah

2 Dra.Etty Yusmaniarti, M.Pd Wakil Kurikulum 1. IPA Terpadu

3 Muhammad Syafi’i, S.Ag,

M.Pd.I

Wakil Kesiswaan 1. Aqidah Akhlak

2. Prakarya/TIK

4 Ermiyati, S.Pd Wakil Humas 1. Bahasa

Indonesia

5 Djumiaty Syam, S.Pd Wakil

Sarana/Prasarana

1. Bahasa Inggris

6 Drs.Suwanto Guru 1. BK

7 Ermailis, S.Pd, M.Pd Guru 1. MTK

8 Dra.Nina Yuliza Guru 1. Bahasa

Indonesia

9 Liska Evawani, S.Pd, M.Pd Guru 1. IPS Terpadu

2. Seni Budaya

10 Dra.Nurhayati, M.Pd Guru 1. IPA Terpadu

11 Yurnalis, S.Ag, M.Pd Guru 1. Al-Qur’an

Hadist

2. Seni Budaya

12 Desy Pajarwaty, S.Pd, M.Pd Guru 1. Bahasa Inggris

2. Seni Budaya

13 Ahmad Safi’i, S.Ag, M.Pd. I Guru 1. Bahasa Arab

14 Dra.Tsurayya Saman, M.Pd.I Guru 1. SKI

2. Aqidah Akhlak

3. Seni Budaya

15 Yonrizal, S.Pd Guru 1. MTK

16 Murniati, S.Pd Guru 1. Bahasa

Indonesia

17 Dra.Harminawati Guru 1. IPA Terpadu

Page 48: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

33

18 Mailly Septrawati, S.Pd Guru 1. IPS Terpadu

2. PKn

19 Wiwik Lestari, S.Pd Guru 1. IPS Terpadu

2. PKn

20 Sri Rahayu, S.Ag Guru 1. SKI

2. Prakarya/TIK

21 Dra.Martiny Guru 1. Aqidah Akhlak

2. Al-Qur’an

Hadist

3. Seni Budaya

22 Sri Fithriyati, S.Ag Guru 1. Fiqih

2. Seni Budaya

23 Resti Fauziah, S.Pd.I, M.Pd.I Guru 1. SKI

2. Fiqih

24 Syofian, Is, S.Ag, M.Pd Guru 1. BK

2. Prakarya/TIK

25 Mariya, S.Si Guru 1. Penjaskes

26 Nurhasanah, S.Pd.I, M.Pd Guru 1. Bahasa Arab

27 Ria Mustika, SE Guru 1. IPS

2. PKn

28 Nani Afriani, S.Pd.I, M.Pd Guru 1. Bahasa Inggris

29 Ratnawati, S.Pd.I Guru 1. Penjaskes

30 Mardiana, S.Pd Guru 1. MTK

31 Tiara Wulandari, S,Pd Guru 1. BK

2. Seni Budaya

32 M. Padri, As, S.Pd.I Guru 1. BK

2. PKn

33 Arika Ristiana Putri, S.Pd Guru 1. MTK

34 Desi Andriyani, S.Pd Guru 1. MTK

35 Yahya Purnama, S.Pd Guru 1. PKn

Page 49: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

34

2. Prakarya

36 Purwani Asri, S.Pd Guru 1. Bahasa

Indonesia

37 Eka Yuni Astriyana, S.Pd Guru 1. IPA

2. MTK

2. Keadaan siswa

Keberadaan siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi juga

merupakan unsur utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di

sekolah, disamping guru dan karyawan. Tanpa siswa maka penyelenggaraan

pendidikan dan pembelajaran tidak akan terlaksanakan. Siswa adalah objek tujuan

pendidikan. Dengan demikian keberadaan siswa tentunya penting bagi tercapainya

sasaran pendidikan yang telah ditentukan.

Siswa-siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi berjumlah 573

orang yang terdiri dari 272 orang laki-laki dan 301 orang perempuan. Madrasah

Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi untuk mengetahui keadaan siswa di Madrasah

Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi dapat dilihat pada tebel dibawah ini :

Tabel 2. Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi

No Kelas Jumlah Jumlah

Rombel Laki-laki Perempuan Total

1 VII 92 97 189 6

2 VIII 102 89 191 5

3 IX 78 115 193 5

Jumlah 272 301 573 16

Diketahui bahwa jumlah siswa sangat banyak atau tepatnya sebanyak orang.

Ini tentu merupakan keberhasilan Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi

dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) selama ini sehingga

masyarakat memiliki kepercayaan yang tinggi untuk menyerahkan anak-anak

Page 50: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

35

mereka untuk di didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi. Ini tentunya

bukan tugas yang ringan bagi pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi

dalam memenuhi permintaan masyarakat untuk selalu meningkatkan mutu

pendidikan siswa setiap tahunnya melalui penyelenggaraan pendidikan dan

pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi.

Tabel 3. Data Siswa yang Orang Tuanya Meninggal

No Kelas Siswa Y / P Sebelum / Sudah

1 VIII A Aaron N Y Sebelum

2 Robbi’ L Y Sebelum

3 Sandi P Sebelum

4 VIII B Aini M Y Sebelum

5 Erpandi S P Sebelum

6 M. Agus Y Sebelum

7 VIII C Fajar K Y Sebelum

8 Azzahra Ramadhona P Sudah disekolah

9 Ahmad Miswanto Y Sudah disekolah

10 Cut Maylinda Y Sudah disekolah

11 VIII D Gilly Ibra Y Sebelum

12 VIII E Andriyanto Y Sebelum

13 Ihsan Maulana P Sebelum

14 M. Ramzi Y Sebelum

15 Putri I P Sebelum

16 Nafisa P P Sebelum

17 IX A Nazswa Y Sebelum

18 Fiqih Safitri Y Sudah disekolah

19 IX B Siti Rahmawati Y Sebelum

20 Navil R Y Sebelum

21 IX C Caren Apriliya Angelica Y Sudah disekolah

22 Faizah Y Sebelum

Page 51: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

36

23 Silvia N Y Sebelum

24 Riri Padma Y Sebelum

25 IX D M.Raihan Y Sebelum

26 Rahmat Ramadhan Y Sebelum

27 IX E Dimas Zulpan Ramadhan Y Sudah disekolah

Page 52: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

37

BAB III

DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA

A. Dampak Kehilangan Orang Tua

Kehilangan orang tua akan menimbulkan dampak terhadap perkembangan

remaja. Remaja yang mampu memahami kehilangan sebagai suatu hal positif

akan dapat melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik, seperti mampu

mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab dan mencapai kemandirian

emosional. Sebaliknya remaja yang tidak mampu memahami kehilangan sebagai

suatu hal yang positif akan mengalami masalah dalam perkembangannya.

Adapun dampak yang mendasar pada remaja karena kehilangan orang tua

adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya kasih sayang yang seharusnya diperoleh remaja.1

Remaja yang tidak mendapatkan kasih sayang akan berusaha mendapatkan

apa yang seharusnya dia peroleh. Setiap remaja memiliki makna tersendiri tentang

kehilangan orang tua, namun pada umumnya mereka mengartikan kehilangan

orang tua sebagai hilangnya figur yang akan memberikan kasih sayang, hilangnya

keutuhan keluarga, kehilangan model, kehilangan arah, kehilangan rasa aman dan

kehilangan teman berbagi.

“[Y]a sejak ayah saya meninggal, kasih sayang orang tua berkurang dan

perhatiannya tidak sepenuhnya yang dulu, kehilangan itu pasti kehilangan

sekali soalnya masih butuh sosok seorang ayah. Ayah itu lucu jadi seneng

anak-anaknya senang gitu, nggak keras orangnya lembut, memberi perhatian

kasih sayang”.2

Remaja yang tidak mendapatkan kasih sayang akan berusaha mendapatkan

apa yang seharusnya dia peroleh. Kasih sayang adalah hal yang mutlak harus

diperoleh setiap individu, khususnya remaja. Ketika remaja kehilangan figur yang

seharusnya dapat memberikan kasih sayang, maka dia akan mencari figur yang

1Nurhidayati, Lisya Chairani. “Makna Kematian Orangtua Bagi Remaja (Studi

Fenomenologi Pada Remaja Pasca Kematian Orangtua)”, Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 1,

(2014),44 2CA, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan penulis, 3

Desember 2020

37

Page 53: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

38

mereka anggap dapat memberikan kasih sayang sebagaimana yang mereka

inginkan.

Oleh karena itu kehilangan memberikan dampak positif dan negatif bagi

remaja. Dampak positifnya adalah kehilangan mampu membuat remaja lebih

mandiri, sebaliknya dampak negatif dari kehilangan orang tua adalah

terganggunya perkembangan remaja.

2. Kesedihan yang mendalam dalam rentang berdeda3

Kesedihan yang mendalam dalam rentang yang berbeda adalah perasaan

remaja terhadap kehilangan sosok ibu dan perasaan remaja terhadap kehilangan

sosok bapak. Kehilangan sosok ibu, Azzahra merasakan kesedihan yang teramat

menyakitkan dan perasaan itu sering menghapirinya.

“[S]edih ketika sedang sendiri bahkan sekarang masih terkenang karna ibu

baru meninggalnya ketika saya masih kelas VIII, makanya saya nggak mau

sendiri pasti selalu menangis. Sampai saat ini saya merasa sedih nggak

percaya ibu cepat meninggalkan kami, apalagi ada orang yang bertanya ibu

tanpa sadar air mata itu menetes dengan sendirinya. Ibu sosok yang tidak

dapat tergantikan oleh siapapun”.4

Kondisi grief atau berduka atas kehilangan dari seseorang yang kita kenal

terlebih kita cintai, akan berpengaruh terhadap kehidupan selanjutnya. Apa lagi

jika kehilangan sosok orang tua, maka akan ada masa dimana kita meratapi

kepergian mereka dan merasakan kesedian yang mendalam. Remaja

mengungkapkan perasaan kehilangannya dengan menangis, merasa sedih,

melakukan penolakan dan menyesal. Rentang waktu kesedihan yang dialami

remaja terhadap kehilangan orang tua berbeda-beda, keadaan ini terjadi karena

beberapa faktor diantaranya yaitu hubungan remaja dengan almarhum,

kepribadian, usia dan jenis kelamin serta proses kematian.5

3Suzanna, “Makna Kehilangan Orangtua Bagi Remaja di Panti Sosial Bina Remaja

Indralaya Sumatera Selatan; Studi Fenomenologi”, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol.3,

No.1, Juni 2018,pp.61-76 4AR, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 5

Desember 2020, Rekaman Audio. 5Adina. Fitria, Suprihatin, Grief pada Remaja Akibat Kamatian Orangtua Secara

Mendadak di Semarang, Jurnal Psikologi: 9.(1),(2013), 48-58. Universitas Negeri Semarang.

Page 54: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

39

3. Hilangnya seorang Figur Orang tua

Figur orang tua itu sangat dibutuhkan, hal tersebut tergambar pada

ungkapan berikut:

“[S]osok yang tidak tergantikan, ayah adalah sosok pelindung pertama figur

yang menjadi pahlawan bagi anak-anaknya terutama saya sebagai anak

bungsu yang masih butuh ayah. Kepergian sosok ayah di dalam keluarga

memberikan ruang kekosongan yang mendalam dan pengalaman hidup yang

menyakitkan”.6

Kehilangan sosok pemimpin merupakan kehilangan sosok yang dapat

dijadikan panutan, arahan, motivasi dan pembimbing bagi remaja. Remaja berada

dalam masa peralihan dari kanak-kanak kemasa dewasa. Dalam masa peralihan

remaja sedang mencari identitasnya, dalam proses perkembangan yang serba sulit

dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan panutan, arahan,

motivasi dan bimbingan serta bantuan dari orang yang dicintai dan dekat

dengannya terutama orang tua. Karena orang tua adalah orang yang dekat dan

mengerti akan anak-anaknya, hangatnya sebuah keluarga akan membuat

kedekatan yang terjalin antara anak dan orang tua, kedekatan itu akan membuat

anak menjadi merasa aman dan nyaman, ketika seorang remaja dihadapkan pada

suatu peristiwa yang tidak diinginkan dalam hidupnya pasti akan merasa berat

untuk menerimanya, seperti kehilangan yang memisahkan hubungan antara orang

tua dan anak, peristiwa tersebut sulit untuk diterima oleh siapapun karena tidak

ada satu orang pun yang akan benar-benar siap ketika harus kehilangan orang

yang dicintainya.

4. Tiada lagi tempat berbagi

“[Y]a gimana yah.. sedih nggak bisa kumpul bareng, biasanya orang tua

kalau ada masalah bisa memecahkan, kalau orang tua ngak ada ya.. susah.

Nggak ada teman curhat aku ngadepin sendirian”.7

6FS, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 3

Desember 2020. Rekaman Audio. 7AR, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 5

Desember 2020, Rekaman Audio.

Page 55: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

40

Kehilangan teman berbagi merupakan kehilangan sosok seseorang yang

dapat memahami, membantu dan menyelesaikan masalah yang dialami remaja.

Remaja dengan kehilangan orang tua sangat membutuhkan teman untuk tempat

berbagi, Seperti halnya kehilangan sosok pemimpin dan kehilangan sosok

pemberi kasih sayang, kehilangan teman berbagi juga merupakan bagian dari

kehilangan orang tua karena kehilangan tersebut saling berhubungan. Remaja

yang tidak mendapatkan sosok pemimpin yang dapat dijadikan panutan, tidak

mendapatkan kasih sayang dan juga teman berbagi akan berusaha untuk

mendapatkan apa yang harusnya mereka peroleh. Remaja akan mencari seseorang

yang menurutnya bisa menjadi panutan, perhatian dan teman bercerita. Oleh

karena itu peran keluarga, guru, teman dan pihak lain yang dekat dengan remaja

harus mendukung untuk menyelesaikan tugas perkembangan remaja dengan baik.

5. Kehilangan Keutuhan Keluarga

Kehilangan keutuhan keluarga merupakan kenyataan yang sulit diterima

oleh remaja, karena jika remaja mengalami hal tersebut maka remaja akan merasa

kurang mendaptkan perhatian, kasih sayang, kebersamaan dan perlindungan serta

teman berbagi, karena semuanya akan remaja dapatkan jika memiliki keluarga dan

orang tua yang utuh.

“[A]M, ayah ku sudah meninggal dan ibu ku sudah menikah lagi yang ke

tiga kalinya, ibu ikut bersama suaminya yang sekarang ke Palembang, jadi

aku tinggal bersama ayuk kandungku. Semenjak ayah meninggal aku

berjualan untuk membantu perekonomiannya bersama ayuk, terkadang di

sekolah bahkan tidak pernah absen, tidak mengerjakan tugas, tidak terima

lapor dan sering dipanggil keruang BK.”8

a. Dampak psikologis anak tanpa ayah

Memiliki sosok orang tua yang lengkap sudah pasti menjadi dambaan

dan kebutuhan semua anak. Faktanya, tidak semua anak bisa merasakan

kehangatan dan kasih sayang dari kedua orang tua. Ada sebagian anak yang

harus dibesarkan tanpa ayah. Idealnya, anak memang dibesarkan oleh dua

8AM, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan penulis, 5

Desember 2020, Rekaman Audio.

Page 56: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

41

orang tua, ibu dan ayah. Terdapat perbedaan fungsi peran ibu dan ayah

dalam tumbuh kembang dan pembentukan karakter anak. Maka tak heran

jika seorang anak yang dibesarkan tanpa ayah mungkin mengalami kesulitan

dalam proses pertumbuhannya. Beberapa masalah yang mungkin dihadapi

anak adalah:9

1) Merasa tidak aman

Seorang anak yang dibesarkan tanpa ayah berpotensi merasa

ditinggal, tidak diharapkan dan perasaan-perasaan sejenis lainnya.

Bahkan, anak yang tumbuh dengan kasih sayang seorang ayah sering kali

merasa khawatir dengan dirinya sendiri. Belum lagi anak mungkin tidak

bisa mengontrol emosi yang dimiliki khususnya terhadap diri sendiri.

Tak jarang anak merasa bahwa diri mereka alasan mengapa sang ayah

meninggalkannya. Dengan kata lain anak yang dibesarkan tanpa ayah

sering kali menyalahkan diri sendiri dari kondisi yang dialaminya.

2) Sulit menyesuaikan diri

Selain itu, anak yang dibesarkan tanpa ayah sering kali memiliki

masalah dalam sikap dan perilaku, anak kerap sulit menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Bahkan, tak jarang anak yang dibesarkan tanpa

kasih sayang seorang ayah melakukan bullying kepada teman.

3) Gangguan kemampuan akademis

Dampak dari seorang anak yang dibesarkan tanpa sosok ayah juga

bisa memengaruhi kemampuan akademisnya, anak memiliki

kecenderungan untuk putus sekolah saat SMA jika dibesarkan tanpa

ayah. Sementara itu, efek lain terhadap kemampuan akademis anak juga

terlihat dari masalah yang dihadapi anak dalam kegiatan belajar, sebagai

contoh anak kesulitan berhitung dan membaca saat masih duduk di

bangku SD. Bahkan, ada kecenderungan bagi anak untuk tidak dapat

9Annisa Hapsari, “Apa yang Terjadi Jika Anak Dibesarkan Tanpa Ayah”, diakses melalui

alamat https://hellosehat.com/parenting/remaja/apa-yang-terjadi-jika-anak-dibesarkan-tanpa-ayah/

tanggal 24 Februari 2021

Page 57: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

42

memenuhi tuntutan akademis dan kualifikasi professional ketika beranjak

dewasa.

4) Kemungkinan gangguan kesehatan fisik dan mental

Absennya sosok seorang ayah dalam tumbuh kembang seorang

anak rupanya memiliki pengaruh terhadap kesehatan anak, tidak hanya

kesehatan fisik anak yang dibesarkan tanpa ayah mungkin mengalami

gangguan psikologis. Kesehatan fisik yang mungkin dialami anak adalah

asma, sakit kepala, hingga sakit pada bagian perut. Bahkan, ada

kemungkinan anak mengalami rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan.

Kondisi ini berhubungan dengan gangguan psikosomatik, dimana

beberapa penyakit muncul karena kondisi fisik dan mental. Sementara

itu, gangguan psikologis yang mungkin dialami oleh seorang anak yang

tumbuh tanpa seorang ayah termasuk gangguan kecemasan, depresi dan

kecenderungan untuk bunuh diri.

5) Bermasalah dengan tanggung jawab

Saat dewasa, anak yang dibesarkan tanpa ayah cenderung menjadi

pengangguran, memiliki pendapatan rendah, bahkan tidak memiliki

tempat tinggal. Bahkan 90% anak yang lari dari rumah dan tinggal

dijalan atau penampungan biasanya tidak memiliki ayah. Hubungan

dengan lawan jenis juga terganggu, cenderung lebih besar kemungkinan

untuk bercerai atau memiliki anak diluar pernikahan. Hal ini menekankan

pentingnya sosok ayah terutama selama masa pertumbuhan sel dan saraf

di otak anak. Pasalnya, ketidakhadiran ayah dapat memicu terjadinya

gangguan dalam perilaku sosial dan kondisi ini dapat bertahan hingga

anak tumbuh dewasa.

b. Dampak psikologis bagi anak yang tumbuh tanpa ibu

Mengasuh anak bukanlah hal yang mudah karena akan berdampak pada

pertumbuhan psikologis, bahkan bisa terbawa sampai mereka dewasa. Untuk

Page 58: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

43

itu, peran ibu dan ayah sama-sama penting dalam membesarkan anak. Berikut

dampak psikologis yang muncul dari sang anak yang tumbuh tanpa kasih

sayang ibu sebagai berikut:10

1) Kurang percaya diri

Hidup tanpa kasih sayang ibu sering kali membuat anak merasa

diabaikan serta tidak didengar. Bagi seorang anak perempuan, ia cenderung

tidak mengetahui bahwa sebenarnya keberadaannya dapat menyenangkan

serta layak mendapat perhatian dari orang sekitar. Seorang ibu yang sering

kali memuji juga akan membuat anak menjadi percaya diri. Sehingga saat

anak tumbuh tanpa ibu, maka anak tidak akan mendapatkan itu dan

cenderung tidak percaya diri.

2) Sulit percaya dengan orang lain

Hal ini dikarenakan sebuah kepercayaan akan mudah muncul saat

seseorang memiliki hubungan yang baik dengan orang terdekat mereka,

termasuk ibu. Anak tanpa ibu akan cenderung ambivalen dan membutuhkan

berkali-kali pembuktian untuk percaya terhadap suatu hal.

3) Sulit menetapkan batasan

Anak sering kali merasakan menjadi objek dalam hubungan orang

dewasa dan mereka pun tidak dapat keluar dari keadaan ini. Sehingga ia

merasakan hubungan yang tidak sehat dan memunculkan perasaan yang

tidak nyaman dan emosional.

4) Sulit mengembangkan potensi

Meskipun seorang anak akan lebih baik saat mendapatkan perhatian

dari orang tua termasuk ibu. Namun saat seorang ibu menyampaikan hal-hal

kurang baik dan tidak memberikan penjelasan yang baik maka dapat

membuat anak selalu mengingat hal-hal negatif yang terbawa hingga

dewasa nanti, hal tersebut dapat membuat anak selalu fokus terhadap

kekurangannya dan sulit mengembangkan potensi miliknya.

10

Endah Murniaseh, “Apa Dampak Psikologis Bagi Anak yang Tumbuh Tanpa Ibu”,

diakses melalui alamat https://tirto.id/apa-dampak-psikologis-bagi-anak-yang-tumbuh-tanpa-ibu-

f5ne tanggal 24 Februari 2021

Page 59: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

44

5) Sering menghindari suatu hal

Menghindari permasalahan sering kali dilakukan untuk keluar dari

rasa tersakiti. Hal ini dikarenakan sifat kurang percaya diri serta ketakutan

terhadap suatu hal. Padahal dalam diri mereka ingin melakukan hal tersebut,

namun ketakutan tersebut akhirnya yang membuat mereka memilih untuk

menghindar.

6) Terlalu sensitif

Anak-anak akan cenderung sulit mengelola emosi yang ia rasakan

serta cenderung banyak berpikir dan merenung, mereka juga sering kali

mudah tersinggung dan salah paham terhadap ucapan yang menurut mereka

sensitif.

7) Meniru apa yang ibu lakukan

Orang tua merupakan guru pertama bagi anak, maka tidak jarang anak

akan mengikuti apa yang dilakukan orang tua mereka. Meskipun hal

tersebut telah mereka sadari tidak baik, namun karena sering melihat hal

tersebut maka anak tanpa sadar akan melakukan hal yang sering orang tua

mereka lakukan.

B. Teori Kehilangan

1. Tahapan Berduka Menurut Kubler Ross11

a. Denial (Penyangkalan)

Denial adalah tahapan pertama orang yang menghadapi kedukaan,

dimana orang yang menghadapi kedukaan akan menyangkal bahwa

kematian benar akan terjadi. Orang dalam tahapan ini mungkin akan berkata

“tidak, tidak mungkin saya, dan itu tidak mungkin”. Menyangkal

merupakan reaksi yang umum terjadi kepada orang yang mengalami

11

Nurlaili Faozan, “5 Tahapan Berduka menurut Kubler Ross”, diakses melalui alamat

https://nurlailiofaozan.wordpress.com/2020/02/27/tahapan-berduka-kubler-ross/ tanggal 6 Januari

2021

Page 60: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

45

kedukaan, namun reaksi ini merupakan bentuk bertahanan sementara dan

pada akhirnya akan digantikan dengan kesadaran.12

Dalam tahapan ini seseorang yang tengah berduka akan menyangkal

kejadian yang membuatnya berduka. Pada kenyataannya penyangkalan ini

justru membuat individu tersebut dapat bertahan lebih kuat dalam

menghadapi peristiwa duka yang mendalam. Penyangkalan yang dilakukan

dapat berupa menolak (menyangkal) peristiwa duka yang terjadi. Misalnya:

saat seorang individu divonis penyakit mematikan mereka sebisa mungkin

akan menyangkal berita tersebut dan menganggap berita yang mereka

terima adalah berita bohong. Selama proses penyangkalan umumnya mereka

mencoba untuk hidup dalam realitas yang mereka bangun sendiri. Setelah

fase penyangkalan ini berakhir maka seseorang baru bisa melanjutkan

proses penerimaan terhadap kejadian buruk yang menimpanya. Serta realita

yang tadinya ditolak menjadi sebuah kenyataan yang harus dihadapi.

b. Anger (Kemarahan)

Setelah melewati tahapan berduka dan berhasil menerima kejadian

buruk yang menimpanya. Seseorang yang sedang berada dalam siklus

berduka menurut Kubler-Ross mungkin akan mengalami tahapan kedua

yaitu “kemarahan”. Dalam siklus kemarahan ini umumnya individu tersebut

akan mulai mempertanyakan “Mengapa harus aku?” atau “Kenapa hidup

sangat tidak adil”. Hal ini yang mungkin dilakukan adalah menyalahkan

seseorang atas kejadian yang terjadi, bisa kepada keluarga atau teman dekat.

Pada kenyataannya siklus ini cukup penting untuk dilalui, karena

semakin lama seorang individu menekan kemarahannya maka semakin lama

pula proses penyembuhannya. Semakin meluap-luap kemarahannya maka

semakin cepat pula prose ini berlalu. Proses ini adalah sebuah proses alami

yang memang seharusnya dirasakan tanpa perlu menekan perasaan ini.

Dalam tahap ini biasanya mereka yang tengah berduka akan merasakan

ketidakadilan, kehampaan dan merasa sendirian di dunia ini. Namun ini

12

Qayumah, “Tahapan Kedukaan Elizabeth Kubler Ross Terhadap Kematian Adik”, Skripsi

(Jakarta: Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2019), 17-18

Page 61: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

46

adalah sebuah proses alami guna membangun sebuah realitas baru dari

kejadian duka yang telah terjadi.

c. Bargaining (Tawar-menawar)13

Saat berhadapan dengan sebuah masalah besar atau sebuah kejadian

yang berada di luar kontrol diri tentu seringkali seseorang yang tengah

berduka merasa perlu melakukan tawar-menawar kepada semesta,

“Seharusnya aku bisa datang sedikit lebih cepat dan kejadian ini mungkin

tidak terjadi”. Kalimat tawar-menawar tersebut seringkali menjadi salah satu

bentuk negosiasi yang diajukan kepada semesta. Mereka yang tengah

berduka akan dengan bersedia untuk menukar apapun yang mereka miliki

untuk mencegah atau bahkan mengembalikan keadaaan sepeerti pada masa

belum terjadinya peristiwa duka tersebut.

d. Depression (Depresi)

Depresi merupakan salah satu rangkaian dari siklus berduka

seseorang. Depresi menjadi sebuah emosi umum yang diterima seseorang

saat berduka. Perasaan hampa yang begitu mendalam serta kenyataan bahwa

mereka kehilangan seseorang untuk selamanya membuat individu yang

sedang berduka merasa sangat hampa. Perasaan untuk menarik diri dari

kehidupan, perasaan ingin mati, merasa hidup berada di jalan buntu hingga

perasaan tidak ingin bangun dari tempat tidur adalah rangkaian dari proses

depresi yang dialami oleh seseorang.

e. Acceptance (Penerimaan)

Tahapan terakhir dalam siklus berduka yang dialami seseorang adalah

berada dalam proses penerimaan. Pada tahapan ini emosi mereka akan

kembali stabil. Munculnya rasa penerimaan terhadap realita yang semula

ditolak dan mulai menghadapi kejadian buruk tersebut sebagai bagian dari

sebuah siklus hidup. Pada tahap ini individu yang tengah berduka mulai

membangun sebuah realita baru yang mungkin akan berbeda dengan

sebelum terjadinya peristiwa duka. Mereka yang telah menerima kejadian

duka dengan baik umumnya sudah mulai dapat berpikir lebih positif

13

Ibid,.

Page 62: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

47

terhadap hidupnya dan merangkai kehidupan baru yang tidak lagi sama

dengan sebelumnya.

2. Teori Kelekatan Bowlby14

Kelekatan (attachment) merupakan istilah yang pertama kali dikemukakan

oleh seorang psikolog dari Inggris bernama John Bowlby. Kelekatan merupakan

tingkah laku yang khusus pada manusia, yaitu kecenderungan dan keinginan

seseorang untuk mencari kedekatan dengan orang lain dan mencari kepuasan

dalam hubungan dengan orang tersebut.

Kelekatan menurut Monks adalah mencari dan mempertahankan kontak

dengan orang-orang yang tertentu saja. Orang pertama yang dipilih anak dalam

kelekatan adalah ibu (pengasuh), ayah atau saudara-saudara dekatnya. Sedangkan

menurut Santrock kelekatan adalah ikatan emosional yang erat diantara dua orang.

Kelekatan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kahidupan manusia

yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu. Ciri-

ciri seorang anak dapat dikatakan lekat pada orang lain jika mempunyai kelekatan

fisik dengan seseorang, menjadi cemas ketika berpisah dengan figur lekat,

menjadi gembira dan lega ketika figur lekatnya kembali, dan orientasinya tetap

pada figur lekat walaupun tidak melakukan interaksi. Anak memperhatikan

gerakan, mendengarkan suara dan sebisa mungkin berusaha mencari perhatian

figur lekatnya.

Proses berduka akibat suatu kehilangan memiliki empat fase:15

a. Mati rasa dan penyangkalan terhadap kehilangan.

b. Kerinduan emosional akibat kehilangan orang yang dicintai dan

memprotes kehilangan yang tetap ada.

c. Kekacauan kognitif dan keputusasaan emosional, mendapatkan dirinya

sulit melakukan fungsi dalam kehidupan sehari-hari.

14

Cenceng. Perilaku Kelekatan Pada Anak Usia Dini (Perspektif John Bowlby), Jurnal

Lentera Vol. IXX, No.2, Desember 2015, 143-145 15

Rossi Anita Sari, “Pengalaman Kehilangan (loss) dan Berduka (grief) pada Ibu

Preeklampsi yang Kehilangan Bayinya”, Skripsi (Semarang: Program Jurusan Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2015), 27-28

Page 63: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

48

d. Reorganisasi dan reintegrasi kesadaran diri sehingga dapat

mengembalikan hidupnya.

3. John Harvey

John Harvey menetapkan 3 tahap berduka, yaitu:

a. Syok, menangis dengan keras dan menyangkal.

b. Instruksi pikiran, distraksi dan meninjau kembali kehilangan secara

obsesif.

c. Menceritakan kepada orang lain sebagai cara meluapkan emosi dan

secara kognitif menyusun kembali peristiwa kehilangan.

4. Rodebaugh et.al

Proses dukacita sebagai suatu proses yang melalui empat tahap yaitu:

a. Reeling: klien mengalami syok, tidak percaya atau menyangkal.

b. Merasa (feeling): klien mengekspresikan penderitaan yang berat, rasa

bersalah, kesedihan yang mendalam,kemarahan, kurang konsentrasi,

gangguan tidur, perubahan nafsu makan, kelelahan dan ketidaknyamanan

fisik yang umum.

c. Menghadapi (dealing): klien mulai beradaptasi terhadap kehilangan

dengan melibatkan diri dalam kelompok pendukung, terapi dukacita,

membaca dan bimbingan spiritual.

d. Pemulihan (healing): klien mengintegrasikan kehilangan sebagai bagian

kehidupan dan penderitaan yang akut berkurang. Pemulihan tidak berarti

bahwa kehilangan tersebut dilupakan atau diterima.

C. Makna Kehilangan

Pada setiap proses dan hidup tidak akan lepas dari yang namanya

kehilangan. Kehilangan karena suatu hal yang menjebak untuk tidak bisa menolak

kehilangan itu. Kehilangan karena mempunyai tujuan agung, kahilangan karena

memperjuangkan yang saat itu perjuangkan. Kehilangan tetap saja kehilangan,

waktu dan apa yang telah hilang tidak bisa diperoleh kembali pada saat dan

Page 64: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

49

bentuk yang sama. Kehilangan saat berproses dan kehilangan saat mengupayakan.

Kehilangan yang terus ditimpa dengan kehilangan menjadikan seseorang picik

dan menjadikan senjata untuk mengambil yang bukan miliknya. Kehilangan

membuat seseorang melakukan hal sama, kehilangan membuat seseorang merasa

bahwa orang lain juga harus kehilangan seperti dirinya. Kehilangan membuat

seseorang menutup pintu dunia orang lain. Kehilangan membuat seseorang

mengabaikan hak-hak individu orang lain. Kehilangan membuat seseorang

memiliki mindset bahwa tidak ada yang lebih kehilangan dibandingkan dirinya.

Kehilangan membuat seseorang rakus dan dapat melakukan yang tidak

pernah diperkirakan dampaknya bagi orang lain. Kehilangan akan membuat

seseorang melakukan dan memperjuangkan orang lain agar tidak merasakan hal

yang sama dengan dirinya ternyata hanya sebuah teori dan alasan manusiawi lebih

menjelaskan bahwa kehilangan justru membuat seseorang melakukan hal yang

sama kepada orang lain. Membuat orang lain merasa kehilangan sekalipun itu

sedikit dari total kehilangan yang telah dimiliki. Jika setiap kehilangan berekor

dengan kehilangan, apakah aka nada pihak yang menutup pintu kehilangan itu dan

mengantinya dengan pintu yang lebih luas. Pintu yang mengantarkan bahwa setiap

orang tidak mempunyai hak untuk menutup jalan orang lain, tidak berhak

membuat orang lain kehilangan seperti dirinya. Beberapa kehilangan mungkin

memang suatu proses dan wujud pengorbanan atas apa yang sedang dan apa yang

telah diperjuangkan. Kehilangan bisa bermakna positif dan logis untuk beberapa

hal. Tetapi kehilangan bukan senjata untuk memperlakukan orang lain semena-

mena. Kehilangan bukan senjata untuk tidak menghargai setiap impian orang lain.

Jika kehilangan yang justru membutakan hati seseorang, mungkin itu adalah

kehilangan yang hakiki. Kehilangan setiap impian bukan berarti juga akan

membuat orang kehilangan kesadarannya, bahwa orang lain tidak berhak

kehilangan juga karena dirinya kecuali dianggap sebagai penebusan.16

Pemaknaan kehilangan yang muncul pada remaja adalah kematian tidak

memandang usia dan alasan, ada Allah pada setiap peristiwa, sehingga saat

16

Sari Wardani, “Makna Kehilangan”, diakses melalui alamat www.kompasiana.com

tanggal 5 Januari 2021.

Page 65: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

50

kehilangan remaja merasa kecewa dan cenderung menyalahkan takdir Allah.

Makna lain saat mengalami kehilangan yaitu hilangnya sosok penting dalam

keluarga yang merupakan sumber kebahagiaan, figure teladan dan sosok yang

mampu menjadi pengayom keluarga. Kehilangan juga dimaknai sebagai

pendidikan mental dan spiritual yang mampu memperkuat mental dan keimanan.

Makna kehilangan orang tua bagi remaja berbeda dan dapat berlangsung

lama bahkan bertahun-tahun. Kehilangan yang dialami remaja tidak boleh

dibiarkan berlarut-larut karena dapat mengganggu kejiwaan remaja seperti stress

bahkan depresi sehingga tidak dapat melakukan tugas perkembangannya, terutama

perkembangan emosional dan sosial mereka sehingga sedikit memiliki andil

dalam setiap perilaku mereka.17

17

Suzanna, “Makna Kehilangan Orangtua Bagi Remaja di Panti Sosial Bina Remaja

Indralaya Sumatera Selatan; Studi Fenomenologi”, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol.3,

No.1, Juni 2018,pp.61-76

Page 66: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

51

BAB IV

PENGARUH KEHILANGAN ORANG TUA

TERHADAP HASIL BELAJAR

A. Kehilangan Orang Tua terhadap Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi

guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang

lebih baik bila dibandingkan pada saat tingkat perkembangan mental tersebut

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari

sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Bila

seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut,

misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

“[S]etelah bapak dari DZ meninggal, ada perubahan yang terjadi terutama

pada tingkat penurunan prestasi belajar. Semuanya harus kita kontrol ya,

dari belajarnya dirumah apalagi sekarang belajarnya daring kalo dak kita

awasi, suruh untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah nggak dikerjakan.

Alhamdulillah mbaknya guru juga di MTs jadi tau kalo DZ tidak

mengumpulkan tugas karna gurunya langsung yang memberitahu kalo

tugasnya DZ belum dikirim. Karna itu abangnya membuat satu buku khusus

untuk semua tugas-tugas dicatat, kalo sudah dikerjakan lapor dulu kirim ke

wa abngnya jadi tau mana yang sudah dikerjakan dan mana yang belom.

Jika tugas tidak dikerjakan sanksinya hp diambil dan jam 10 malam hp

dikasih sama abangnya. Begitu juga dengan sholat dibuat buku sholatnya

jika sholat harus ada ttd siapa yang ada dirumah yang melihat dia sholat,

kalo tidak dengan cara begitu akan berdampak dengan menurunan prestasi

belajar karna sudah kelas IX”.1

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh dua faktor

yaitu:

a. Faktor interen (yang berasal dari dalam diri orang yang belajar)

1) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya

terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak selalu

sehat, sakit kepala, demam, batuk dan sebagainya dapat

1NA, Wawancara Penulis dengan Keluarga DZ, Tanggal 18 Oktober 2020

51

Page 67: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

52

mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula

halnya jika kesehatan rohani (jiwa kurang baik).

“[P]ada saat bapak meninggal adek merasa kurang nafsu

makan, mau ngapa’in malas kak, terkadang juga sering

pusing kak”.2

2) Intelegensi dan bakat

Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang

tinggi umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik.

Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan

belajar. Jika seseorang yang mempunyai intelegensi yang tinggi

dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari maka proses belajar

akan lebih mudah dibandingkan orang yang hanya memiliki

intelegensi tinggi saja atau bakat saja.

3) Minat dan motivasi

Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan

juga datang dari sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan

beberapa hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk

menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta

ingin hidup senang atau bahagia. Begitu pula seseorang yang

belajar dengan motivasi yang kuat akan melaksanakan kegiatan

belajarnya dengan sungguh-sungguh penuh gairah dan semangat

belajar.

“[M]inat mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar,

bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan

minat siswa, maka tidak akan ada daya tarik untuk siswa

belajar dengan sungguh-sungguh. Jika bahan pelajaran yang

dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil

belajarnya akan lebih baik karena siswa merasa senang untuk

mempelajarinya sehingga akan lebih giat dalam belajar.

Motivasi terbesar siswa berasal dari keluarga terutama kedua

2CM, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 3

Desember 2020, Rekaman Audio.

Page 68: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

53

orang tuanya. Setelah kehilangan orang tua siswa merasa

semangat dan motivasi untuk belajarnya berkurang, untuk itu

pendampingan khusus sangat diperlukan setelah siswa

ditinggal orang tuanya, supaya hasil belajarnya tidak

menurun”.3

4) Cara belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil

belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor

fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil

yang kurang maksimal.

“[S]emua siswa mengalami perubahan cara belajar setelah

kehilangan orang tuanya, mulai dari terlambat masuk kelas,

tugas jarang dikumpul dan nilai semester yang menurun dari

sebelumnya”.

b. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri orang yang belajar)

1) Keluarga

Faktor orangtua sangat besar pengaruhnya terhadap

keberhasilan anak dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya

pendidikan, besar kecilnya penghasilan dan perhatian.

“[F]aktor lingkungan keluarga sangat menentukan hasil

belajar anak, adanya hubungan yang harmonis dalam

keluarga, tersedianya fasilitas belajar, keadaan ekonomi yang

cukup, suasana yang mendukung dan perhatian orang tua

terhadap perkembangan proses belajar anak dapat

menjadikan anak semangat sehingga hasil belajar yang

diraihnya dapat maksimal. Selain itu faktor ekonomi sangat

besar pengaruhnya terhadap kehidupan keluarga, suasana

dalam rumah tangga juga berpengaruh dalam membantu

belajar bagi anak”. 4

2) Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat

keberhasilan anak. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian

kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau

3NA, Wawancara Penulis dengan Keluarga DZ, Tanggal 18 Oktober 2020

4EY, Wawancara Penulis dengan Keluarga CM, Tanggal 18 Oktober 2020

Page 69: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

54

perlengkapan di sekolah dan sebagainya, semua ini mempengaruhi

keberhasilan belajar.

“[P]ihak sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota

Jambi sangat peduli sama anak-anak yang orang tuanya

sudah meninggal, baik itu yatim, piatu dan yatim piatu.

Seperti rutinitas setiap hari Jum’at memberikan sedekah

kepada anak yang orang tuanya sudah meninggal dengan

memberikan beras, makanan atau berupa uang”.5

3) Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila

sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-

orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya, rata-rata

bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak

untuk lebih giat belajar.

“[K]egiatan siswa dalam masyarakat dapat menunjang

perkembangan pribadinya. Jika tidak bisa mengatur waktunya

dengan baik maka akan mengganggu kegiatan belajarnya

karena siswa disibukkan dengan kegiatan di lingkungan

masyarakatnya. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh

baik terhadap diri siswa namun sebaliknya teman bergaul

yang tidak baik pasti mempengaruhi siswa secara negatif,

sehingga perhatian orang tua sangat diperlukan untuk terus

dan selalu mengawasinya”.

4) Lingkungan sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat

mempengaruhi hasil belajar. Keadaan lingkungan, bangunan

rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan sebaginya semua ini

akan mempengaruhi kegairahan belajar.

Agar dapat memperoleh hasil belajar yang baik, maka siswa

harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika

hal tersebut tidak menjadi perhatian siswa maka akan timbul

kebosanan sehingga siswa malas untuk belajar. Salah satu faktor yang

5Hasil Wawancara Penulis di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi tanggal 14

Oktober 2020

Page 70: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

55

penting berasal dari orang tua, sebagai orang tua hendaknya dapat

memberikan yang terbaik bagi anak sehingga dapat mendorong kearah

yang lebih baik. Bentuk dari dorongan orang tua yaitu dengan

mengusahakan memenuhi faktor yang dapat mempengaruhi hasil

belajar siswa dengan semaksimal mungkin.

B. Perubahan Sikap Setelah Kehilangan Orang tua

Sikap dapat juga diartikan sebagai pikiran dan perasaan yang mendorong

kita bertingkah laku ketika kita menyukai atau tidak menyukai sesuatu. Sedang

sikap sendiri mengandung tiga komponen yaitu: kognisi, emosi dan perilaku serta

bisa konsisten dan bisa juga tidak, tergantung permasalahan apa yang mereka

hadapi.6

Kavanaugh (dalam Astuti & Gusniarti, 2009) mengidentifikasi perilaku dan

perasaan individu sebagai bagian dari proses duka cita yaitu :7

1. Shock dan Penolakan

Fungsi utama melakukan penolakan adalah untuk memberikan

tempat sementara yang aman bagi mereka yang berduka karena

kehilangan dari kenyataan buruk dari dunia sosial yang hanya

menawarkan kesepian dan rasa sakit.

2. Kekacauan

Kekacauan adalah suatu tingkatan dalam proses berduka cita

dimana seseorang mungkin benar-benar merasa tidak sesuai dengan

kenyataan hidup sehari-hari.

“[S]aya merasa kacau kak, karna setelah ayah meninggal, ibu

menikah lagi dan sekarang bersama dengan suaminya yang baru.

Kami hanya bersama kakak kami dan itupun harus bisa membagi

waktu untuk sekolah dan membantu berjualan”.8

6R.Nuruliah Kusumasari, Lingkungan sosial dalam perkembangan psikologis anak. Jurnal

Ilmu Komunikasi (J-IKA). Vol II. No.1 April (2015), 33 7Tirza Kalesaran. Gambaran Resiliensi Remaja Putri Pasca Kematian Ibu, (Universitas

Pembangunan Jaya), 2016 8AM, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 5

Desember 2020, Rekaman Audio.

Page 71: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

56

3. Rasa Bersalah

Rasa bersalah adalah kemarahan dan kebencian pada diri seseorang

dan sering kali membuat orang menyalahkan dirinya sendiri dan depresi.

Rasa bersalah adalah bagian yang normal dalam proses duka cita.

“[I]ya kak, kami merasa bersalah pada saat ayah meninggal CA

tidak bisa melihat secara langsung, hanya dapat kabar aja kalo ayah

sudah meninggal, karna kami dirumah dan ayah meninggal

dirumah sakit”.9

4. Kehilangan dan Kesepian

Kehilangan dan kesepian adalah sisi lain dari penolakan. Tujuan

pokok melawan kesedihan adalah membangun kebebasan baru atau

untuk menemukan kebebasan baru dan hubungan yang aktif.

“[S]aat itu AR benar-benar sedih kak dan nggak tau harus berbuat

apa dan berfikir apa yang bisa AR perbuat tanpa ibu. Sangat

kehilangan kak karna AR sayang sama ibu, kadang pun selalu

keingat ibu, tebayang ibu dirumah langsung saja tiba-tiba air mato

keluar kak. AR selalu mendo’akan ibu semoga ibu sudah bahagia

disana dan AR selalu merindukan ibu”.10

a. Cara Mengatasi Tekanan Psikis saat Orang Tua Meninggal.

Hubungan antara orang tua dan anak tentu menjadi salah satu

jenis hubungan yang ikatan batin dan psikisnya paling erat. Kadang,

sebagian orang kesulitan menghadapi momen perpisahan dengan

orang tua. Perubahan fisiologis dalam jangka pendek yang mungkin

bisa terjadi di antaranya seperti sakit kepala, sakit perut, pusing, sesak

di dada, kurang tidur dan tidak nafsu makan. Sementara itu dalam

jangka panjang, rasa duka juga bisa mengganggu tubuh secara

keseluruhan. Sejumlah penelitian bahwa telah menemukan hubungan

9CA, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 3

Desember 2020, Rekaman Audio. 10

AR, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 5

Desember 2020, Rekaman Audio.

Page 72: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

57

antara kesedihan yang mendalam dengan resiko hipertensi, gangguan

jantung, gangguan kekebalan tubuh dan bahkan kanker.11

1) Beri diri sendiri waktu untuk menghadapi kesedihan

Tubuh memerlukan waktu untuk benar-benar menghadapi

kenyataan. Setelah mengalami shock, tubuh akan merasakan rasa

duka yang benar-benar mendalam, terutama pada hari-hari awal

setelah orang tua meninggal. Hal yang bisa dilakukan adalah

memberikan waktu dan membiarkan perasaan sedih berkembang.

Meski sulit, tapi menahan dan menolak rasa sedih justru akan

membuat semuanya makin terasa berat.

2) Jangan ragu minta dukungan

Salah satu hal yang membuat rasa sedih setelah orang tua

meninggal adalah perasaan sendirian dan tidak punya orang lain

dalam hidup. Jika merasakan hal seperti itu, maka jangan ragu

untuk minta ditemani atau minta dukungan dari anggota keluarga

lain.

3) Buat rencana untuk memulihkan diri

Setelah rasa duka yang mendalam ini mulai mereda, cobalah

cari waktu untuk mulai memulihkan diri sendiri, tidak perlu dengan

pergi liburan yang jauh atau mahal, cukup dengan melakukan hal-

hal yang anda sukai. Jika anda sanggup, juga bisa dengan

mengingat masa-masa bahagia bersama orang tua sebagai bentuk

penghormatan. Misalnya membuat kue favorit ibu atau pergi ke

tempat favorit bersama orang tua.

11

Ajeng Annastasia Kinanti, “5 Cara Mengatasi Tekanan Psikis saat Orang Tua

Meninggal”, diakses melalui alamat https://www.popmama.com/life/relationship/annas/cara-

mengatasi-tekanan-psikis-saat-orangtua-meninggal tanggal 18 januari 2021

Page 73: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

58

4) Temukan cara untuk menjaga keberadaan orang tua

Jika merasa lebih baik untuk selalu menjaga keberadaan

orang tua dalam kehidupan sehari-hari, maka tak ada salahnya

untuk mencari cara untuk mewujudkan hal tersebut. Misalnya

dengan membuat rekaman audio dari semua pesan yang

ditinggalkan orang tua di ponsel, membuat kolase dari foto-foto

orang tua, serta mendengarkan lagu yang disukai oleh orang tua. Ini

semua adalah cara yang bisa dilakukan untuk menjaga keberadaan

seseorang dalam hati kita dan menjaga ingatan mereka tetap hidup.

5) Memaafkan diri sendiri

Salah satu hal yang seringkali juga membuat rasa duka tak kunjung

hilang adalah penyesalan karena mungkin belum bisa mewujudkan

apa yang orang tua inginkan selagi hidup. Jalani kehidupan

selanjutnya dengan memberikan doa dan penghormatan baik atas

nama orang tua kepada orang lain. Tetap semangat, jangan lupa

berikan waktu dan kesempatan bagi diri sendiri untuk menerima

kesedihan dan bangkit kembali.

C. Bentuk Dukungan dari Keluarga Terhadap Anak yang Kehilangan Orang

tua

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap

anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian,

dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah

suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan

penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada

yang memperhatikan.

Dukungan keluarga yang diberikan kepada orang yang sedang berduka

biasanya akan membuat orang tersebut lebih tegar dan kuat untuk menghadapi

kondisi yang dialami seperti :

Page 74: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

59

“[B]anyak dukungan yang diterima CM dari orang-orang terdekat, baik

keluarga, saudara maupun teman-teman. Dukungan semangat dan motivasi

yang mereka berikan bertujuan agar bisa bersemangat lagi dan tidak teringat

dengan peristiwa meninggalnya bapak. Dukungan yang datang akan

membuat anak yang mengalami kehilangan sosok orang tua merasa lebih

kuat dan tegar untuk menghadapi kondisi yang sedang dialami, tanpa

adanya dukungan akan membuat anak yang ditinggalkan oleh orang yang

dicintainya merasa sepi dan hampa di dunia ini”.12

1. Bentuk atau Fungsi Dukungan keluarga

Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan yaitu:

a. Dukungan penilaian

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami

kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi

koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini

juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang

positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat

diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi

pengharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat,

persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan

positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu.

Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping

individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang

berfokus pada aspek-aspek yang positif.

b. Dukungan Instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti

pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata

(Instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda

atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk

didalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau

meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan

12

CM, siswa MTs N 4 Kota Jambi. Wawancara dengan penulis, 3 Desember 2020,

Rekaman Audio.

Page 75: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

60

pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit

ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah.

Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan

mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai

sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

c. Dukungan Informasional

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung

jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah,

memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa

yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi

dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan

tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stresor. Individu yang

mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan

masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed

back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun

informasi dan pemberian informasi.

d. Dukungan Emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara

emosional, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi

mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai.

Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa

dicintai, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang

menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga

menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.

Page 76: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

61

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Dampak Psikologis Kehilangan Orang

Tua pada Remaja di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi di Kecamatan

Paalmerah Kota Jambi yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dampak psikologis kehilangan orang tua pada remaja. Ada dampak

psikologis kehilangan orang tua pada remaja seperti kurangnya kasih

sayang yang seharusnya dipenuhi remaja, mengalami kesedihan yang

mendalam, hilangnya seorang figur orang tua, tiada tempat untuk berbagi

dan kehilangan keutuhan keluarga. Dampak psikologis anak tanpa ayah

seperti sulit menyesuaikan diri, gangguan kemampuan akademis,

kemungkinan gangguan kesehatan fisik dan mental, bermasalah dengan

tanggung jawab serta dampak psikologis bagi anak yang tumbuh tanpa

ibu seperti kurang percaya diri, sulit percaya dengan orang lain, sulit

menetapkan batasan, sulit mengembangkan potensi, sering menghindari

suatu hal, terlalu sensitif dan meniru apa yang ibu lakukan.

2. Pengaruh kehilangan orang tua terhadap hasil belajar. Hasil belajar siswa

juga mengalami perubahan akibat dampak kehilangan orang tua terutama

pada tingkat penurunan prestasi belajar siswa seperti siswa tidak pernah

mengumpulkan tugas, jarang masuk sekolah dan sering masuk ruang BK

untuk pembinaan.

3. Perubahan sikap siswa setelah kehilangan orang tua. perubahan sikap

siswa setelah kehilangan orang tua tidak mengalami perubahan sikap

hanya sebatas shock/penolakan, kekacauan, rasa bersalah, kehilangan dan

kesepian pada saat kejadian. Untuk itu tetap perlu ada pendampingan

terhadap kehilangan orang tua pada siswa. Lingkungan sekolah, keluarga

dan masyarakat sangat dibutuhkan agar dampak psikologis terhadap

kehilangan orang tua pada remaja dapat berbentuk positif mengarah

kepada tingkat hasil belajar yang tinggi.

Page 77: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

62

61

B. Rekomendasi

1. Kepada anak yang mengalami duka cita: Kehilangan orang tua karena

kematian memang merupakan ujian yang sangat berat, untuk anak yang

mengalami duka cita diharapkan mampu memulai kehidupan yang lebih

baik dan bisa belajar menghilangkan duka yang dirasakan agar dapat

kembali hidup normal.

2. Bagi keluarga yang mengalami duka cita: Dukungan moral dari pihak

keluarga dan kerabat merupakan kebutuhan utama bagi seseorang yang

mengalami kedukaan karena kematian orang tua.

3. Kepada pihak di lingkungan sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota

Jambi: Untuk mampu memaksimalkan segala sumber daya yang ada untuk

membantu siswa memaksimalkan potensinya dan bagi guru Bimbingan

Konseling khususnya untuk mampu memaksimalkan perannya disekolah.

Page 78: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

63

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Al-Qur’an dan Terjemahnya. Juz 1-30 Edisi Revisi Terbaru. Surabaya: Karya

Agung, 2006.

Abu Ahmadi, Cholid Narbuko. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara,

2012.

Ahmadi, Abu. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009.

Ajhuri, Kayyis Fithri. Psikologi Perkembangan Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka, 2019.

Arikuno, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2013.

Baharuddin. Psikologi Pendidikan.Jakarta: Aksara Baru, 2007.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka, 2002.

Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005.

Gunarsa, Singgih D. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta : Gunung Mulia, 2007

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif:teori dan praktis. Jakarta: Bumi

Aksara, 2013.

Hidayat, Komarudin. Psikologi Kematian. Jakarta: PT Mizan Publika, 2006

Mundakir, Dampak Psikososial Bencana Lumpur Lapindo. Jakarta : FIK UI,

2009.

Sarwono, Sarlito Wirawan. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers,

2010.

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:

Alfabeta,2009.

Sugiono. Metode Penelitian Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta,2015.

Tim Penyusun. Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas IAIN STS Jambi.

Jambi: Fak.Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016

Jurnal

Adina. Fitria, Suprihatin, Grief pada Remaja Akibat Kamatian Orangtua Secara

Mendadak di Semarang, Jurnal Psikologi: 9.(1),(2013), 48-58. Universitas

Negeri Semarang.

Cenceng. Perilaku Kelekatan Pada Anak Usia Dini (Perspektif John Bowlby),

Jurnal Lentera Vol. IXX, No.2, Desember 2015.

Fatmawaty, Riryn. Memahami Psikologi Remaja. Jurnal Reforma Vol. VI No.02,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA.

Fitria, Suprihatin, Adina. Grief pada Remaja Akibat Kamtian Orangtua Secara

Mendadak di Semarang, Jurnal Psikologi: 9.(1),(2013), 48-58. Universitas

Negeri Semarang.

Jannah, Miftahul. Remaja dan Tugas-tugas Perkembangannya dalam Islam.

Jurnal Psikoislamedia, Volume 1, Nomor 1, April 2016.

Kusumasari, R.Nuruliah. Lingkungan sosial dalam perkembangan psikologis

anak. Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA). Vol II. No.1 April (2015).

63

Page 79: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

64

Lisya Chairani, Nurhidayati. “Makna Kematian Orangtua Bagi Remaja (Studi

Fenomenologi Pada Remaja Pasca Kematian Orangtua)”, Jurnal Psikologi

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan syrief Kasim Riau Vol.

10 Nomor 1, 2014.

Perry, Potter. Fundamendal Keperawatan Volume 1, (Jakarta: EGC, 2005)

Putro, Khamim Zarkasih. Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa

Remaja. APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Volume 17,

Nomor 1.

Suzanna, “Makna Kehilangan Orangtua Bagi Remaja di Panti Sosial Bina

Remaja Indralaya Sumatera Selatan; Studi Fenomenologi”, Jurnal Aisyah:

Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol.3, No.1, Juni 2018,pp.61-76

Makalah, Skripsi dan Disertasi

Anita Sari, Rossi. “Pengalaman Kehilangan (loss) dan Berduka (grief) pada Ibu

Preeklampsi yang Kehilangan Bayinya”. Skripsi (Semarang: Program

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2015.

Cahyasari, Intan.“Grief Pada Remaja Putra Karena Orang Tuanya Meninggal”.

Artikel Penelitian Fakultas Psikologi. Universitas Gunadarma, 2008.

Fitria S, Adina.“Grief Pada Remaja Akibat Kematian Orangtua Secara

Mendadak”. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang, 2013.

Kalesaran, Tirza. Gambaran Resiliensi Remaja Putri Pasca Kematian Ibu,

(Universitas Pembangunan Jaya), 2016

Qayumah. “Tahapan Kedukaan Elizabeth Kubler Ross Terhadap Kematian

Adik”. Skripsi. Jakarta: Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, 2019.

Web-site

Annastasia Kinanti, Ajeng. “5 Cara Mengatasi Tekanan Psikis saat Orang Tua

Meninggal”. Diakses melalui alamat

https://www.popmama.com/life/relationship/annas/cara-mengatasi-tekanan-

psikis-saat-orangtua-meninggal Tanggal 18 januari 2021

Faozan, Nurlaili. “5 Tahapan Berduka menurut Kubler Ross”. Diakses melalui

alamat https://nurlailiofaozan.wordpress.com/2020/02/27/tahapan-berduka-

kubler-ross/ Tanggal 6 Januari 2021

Hapsari, Annisa. “Apa yang Terjadi Jika Anak Dibesarkan Tanpa Ayah”. Diakses

melalui alamat https://hellosehat.com/parenting/remaja/apa-yang-terjadi-

jika-anak-dibesarkan-tanpa-ayah/ Tanggal 24 Februari 2021

Murniaseh, Endah. “Apa Dampak Psikologis Bagi Anak yang Tumbuh Tanpa

Ibu”. Diakses melalui alamat https://tirto.id/apa-dampak-psikologis-bagi-

anak-yang-tumbuh-tanpa-ibu-f5ne Tanggal 24 Februari 2021

Wardani, Sari. “Makna Kehilangan”. Diakses melalui alamat

www.kompasiana.com Tanggal 5 Januari 2021.

Page 80: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

DAFTAR INFORMAN

NO NAMA POSISI INFORMAN

1 Ratna Sari Dewi, S.Pd, M.Pd Kepala MTs N 4 Kota Jambi

2 Drs. Suwanto Guru BK

3 Tiara Wulandari, S.Pd Guru BK

4 CM Siswa Kelas VIII C

5 AR Siswa Kelas VIII C

6 AM Siswa Kelas VIII C

7 FS Siswa Kelas IX A

8 CA Siswa Kelas IX C

9 DZ Siswa Kelas IX E

10 NA Keluarga DZ

11 EY Keluarga CM

Page 81: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

DOKUMENTASI

A. Foto Wawancara dengan Siswa Kelas VIII dan Kelas IX

Wawancara dengan CM Wawancara dengan AR

Siswa Kelas VIII C Siswa Kelas VIII C

Wawancara dengan AM Wawancara dengan FS

Siswa Kelas IX A Siswa Kelas VIII C

Wawancara dengan CA Wawancara dengan DZ

Siswa Kelas IX C Siswa Kelas IX E

Page 82: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Skripsi

“DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA

(STUDI DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 KOTA JAMBI”

No JENIS DATA METODE SUMBER DATA

1 Letak Geografi dan

Sejarah MTs N 4 Kota

Jambi

Observasi Setting

2 Visi dan Misi MTs N 4

Kota Jambi

Dokumentasi Dokumentasi Visi

dan Misi

3 Stuktur Organisasi MTs

N 4 Kota Jambi

Dokumentasi Bagan Struktur

Organisasi

4 Interaksi Mahasiswa

dengan siswa

Observasi

Dokumentasi

Wawancara

1. Praktik

Implementasi

2. Dokumen

3. Siswa

5 Keadaan Guru dan Siswa

MTs N 4 Kota Jambi

Observasi

Dokumentasi

Wawancara

1. Dokumen

2. Guru

A. Panduan Observasi

No Jenis Data Objek Observasi

1 Letak Geografi MTs N 4 Kota

Jambi

Keadaan dan Letak Geografis

2 Interaksi Mahasiswa Pola yang diterapkan

3 Relevansi Implementasi dampak

psikologis kehilangan orang tua

pada remaja

Pengaruh kehilangan orang tua

terhadap hasil belajar dan perubahan

sikap setelah kehilangan orang tua

B. Panduan Dokumentasi

No Jenis Data Data Dokumenter

1 Letak Geografi dan Sejarah MTs N

4 Kota Jambi

Data dokumentasi Letak

Geografi dan Sejarah MTs N

4 Kota Jambi

2 Visi dan Misi MTs N 4 Kota Jambi Data dokumentasi tentang

Visi dan Misi MTs N 4 Kota

Jambi

3 Struktur Organisasi MTs N 4 Kota

Jambi

1. Data dokumentasi tentang

Struktur Organisasi MTs

N 4 Kota Jambi

Page 83: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

2. Daftar Nama Guru

3. Daftar Nama Pegawai

4. Data-data lain yang

dibutuhkan

4 Keadaan Guru dan Siswa MTs N 4

Kota Jambi

Dokumen tentang Keadaan

Guru dan Siswa

C. Butir-butir Wawancara

No Jenis Data Sumber Data dan Substansi Wawancara

1 Interaksi Mahasiswa

dengan Siswa

SISWA KELAS VIII & IX

1. Apakah benar salah satu dari orang tua anda

meninggal? Jika iya, Ayah atau ibu?

2. Berapa umur anda ketika peristiwa itu terjadi?

3. Ceritakan bagaimana sosok ayah/ibu yang

meninggal bagi anda?

4. Apa saja aktivitas keseharian anda saat itu?

5. Hal-hal apa yang tidak diinginkan yang biasa

terjadi?

6. Bagaimana anda mengatasinya / upaya mencari

jalan keluar?

7. Hal apa yang sering anda lakukan dengan orang

tua anda pada saat itu?

8. Sebenarnya orang tua anda itu mempunyai

penyakit apa, diusia berapa orang tua anda

meninggal / apa penyebab meninggalnya orang

tua anda?

9. Apakah anda mendapatkan firasat atau kejadian

yang dirasakan sebelum meninggalnya orang tua

anda?

10. Pada saat orang tua meninggal anda dimana,

bagaimana perasaaan anda ketika mendengar

berita meninggalnya orang tua anda?

11. Apakah pada saat itu anda sempat bertemu

dengan Almarhum orang tua anda, apa kamu

menyaksikan detik meninggalnya Almarhum?

12. Pada saat beberapa hari orang tua anda

meninggal bagaimana keadaanmu? Keadaan

fisik seperti pola makan dan tidur?

13. Setelah orang tua meninggal apa timbul rasa

marah, bersalah, kecewa terhadap diri sendiri

atau orang tua?

14. Bagaimana perasaan anda ditinggal orang tua

(kesepian, rindu) apa yang dilakukan untuk

Page 84: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

melampiaskan kerinduan anda?

15. Apa anda masih teringat dan merasakan

kehadiran Almarhum?

16. Bagaimana anda mencari makna dari

meninggalnya orang tua seperti mandiri

17. Apakah rencana anda kedepannya?

Page 85: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

JADWAL PENELITIAN

Kegiatan

Februari

2020

Juni

2020

September

2020

Desember

2020

Januari

2021

Maret

2021

Juni

2021

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penulisan Draf Proposal X

2 Konsultasi dengan kajur/prodi dan

lainnya untuk fokus penelitian

X X

3 Revisi Draf Proposal X

4 Proses Seminar Proposal X

5 Revisi Draf Proposal setelah Seminar X

6 Konsultasi dengan Pembimbing X

7 Koleksi Data X X

8 Analisa dan Penulisan Draf Awal

Skripsi

X

9 Draf Awal dibaca Pembimbing X

10 Revisi Draf Awal X

11 Draf dua dibaca Pembimbing X

12 Revisi Draf Dua X

13 Draf Dua Revisi Dibaca Pembimbing X

14 Penulisan Draf Akhir X

15 Draf Akhir Dibaca Pembimbing X X

16 Ujian Munaqashah X

17 Revisi Skripsi Setelah Ujian

Munaqashah

X X

20 Mengikuti Wisuda X

Page 86: DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA …

CURRICULUM VITAE

A. Informasi Diri

Nama : Hudria

Tempat & Tgl. Lahir : Terusan, 10 Mei 1997

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Desa Terusan, Kecamatan Maro Sebo Ilir,

Kabupaten Batanghari

B. Riwayat Pendidikan

SD N 12/1 Terusan : 2009

SMP N 28 Batanghari : 2012

SMA N 11 Batanghari : 2015

C. Riwayat Organisasi/Pekerjaan

1. PPL di KUA Jelutung Kota Jambi

2. KKN di Desa Teluk Rendah, Kecamatan Cermin Nan Gadang, Kabupaten

Sarolangun