berduka dan kehilangan

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya. Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada 1

Upload: haru-no-ai

Post on 07-Nov-2015

28 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

jiwa

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

B. Rumusan masalah1. Apa pengertian kehilangan dan berduka?2. Apa tanda dan gejala kehilangan?3. Apa saja faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan?4. Apa saja tipe kehilangan?5. Apa saja jenis-jenis kehilangan?6. Bagaimana konsep ASKEP pada kasus kehilangan dan berduka?

C. Tujuan1. Mengetahui pengertian kehilangan dan berduka2. Mengetahui tanda dan gejala kehilangan3. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan4. Mengetahui apa saja tipe kehilangan5. Mengetahui apa saja jenis-jenis kehilangan6. Mengetahui bagaimana konsep ASKEP pada kasus kehilangan dan berduka.

BAB IIPEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI1. Pengertian Kehilangan dan berduka Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert 2000). Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki (Ermawati,2009) Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipeini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.2. Tanda dan gejala kehilangana. Ungkapan kehilanganb. Menangisc. Gangguan tidurd. Kehilangan nafsu makane. Sulit berkonsentrasif. Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:1) Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama2) Sedih berkepanjangan3) Adanya gejala fisik yang berat4) Keinginan untuk bunuh diri3. Faktor faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan:a. Arti dari kehilanganb. Sosial dan budayac. Kepercayaan sprituald. Peran sekse. Status sosial ekonomif. Kondisi fisik dan psikologi individu4. Tipe kehilangan Kehilangan di bagi menjadi 2 tipe yaitu: 1. Aktual atau nyata Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,misalnya amputasi kematian orang yang sangat berarti/di cintai.2. Persepsi Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.

5. Jenis-jenis Kehilangan Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.3. Kehilangan objek eksternalKehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenalKehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.5. Kehilangan kehidupan/ meninggalSeseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

6. Fase-fase kehilangan dan berduka Fase berduka menurut kubler rose :1. Fase penyangkalan(Denial) Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap kehilangan atau individu tidak percaya.menolak atau tidak menerima kehilangan yang terjadi.pernyataan yang sering diucapkan adalah itu tidak mungkin atau saya tidak percaya .seseorang yang mengalami kehilangan karena kematian orang yang berarti baginya,tetap merasa bahwa orang tersebut masih hidup.dia mungkin mengalami halusinasi,melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat yang biasa digunakan atau mendengar suaranya. Perubahan fisik: letih, pucat, mual ,diare ,gangguan pernafasan , lemah ,detak jantung cepat, menangis, gelisah .2. Fase marah (anger) Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan individu menunjukkan perasaan marah pada diri sendiri atau kepada orang yang berada dilingkungan nya.Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain,muka merah,nadi cepat,susah tidur,tangan mengepal,mau memukul,agresif. Fase tawar menawar (bergaining)Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah akan kehilangan nya ,maka orang tersebut akan maju ketahap tawar menawar dengan memohon kemuraha TUHAN,individu ingin menunda kehilangan dengan berkataseandainya saya hati-hati atau kalau saja kejadian ini bisa ditunda. Maka saya akan sering berdoa.3. Fase depresi Individu berada dalam suasana berkabung,karena kehilangan merupakan keadaan yang nyata, individu sering menunjukkan sikap menarik diri,tidak mau berbicara atau putus asa dan mungkin sering menangis.4. Fase penerimaan (acceptance) Pada fase ini individu menerima kenyataan kehilangan,misalnya : ya,akhirnya saya harus di operasi, apa yang harus saya lakukan agar saya cepat sembuh,tanggung jawab mulai timbul dan usaha untuk pemulihan dapat lebih optimal.secara bertahap perhatiannya beralih pada objek yang baru,dan pikiran yang selalu terpusat pada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang.jadi, individu yang masuk pada fase penerimaan atau damai, maka ia dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangan nya secara tuntas.Fase kehilangan menurut Engel:1. Pada fase ini individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk tidak bergerak atau menerawang tanpa tujuan. Reaksi fisik dapat berupa pingsan, diare, keringat berlebih.2. Pada fase kedua ini individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan mungkin mengalami keputusasaan secara mendadak terjadi marah, bersalah, frustasi dan depresi.3. Fase realistis kehilangan. Individu sudah mulai mengenali hidup, marah dan depresi, sudah mulai menghilang dan indivudu sudah mulai bergerak ke berkembangnya keasadaran

B.Konsep AskeppadaKliendenganKehilangandanBerduka1.Pengkajian Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku.Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang mereka pikir dan rasakan adalah :a. Persepsi yang adekuat tentang kehilanganb. Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilanganc. Perilaku koping yang adekuat selama proses

a. Faktor predisposisi Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:1)Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.2)Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik3)Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.4)Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991).5)Struktur Kepribadian Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.b. FaktorpresipitasiAda beberapa stressor yang dapatmenimbulkan perasaan kehilangan. Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupunimajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi;1)Kehilangan kesehatan2)Kehilangan fungsi seksualitas3)Kehilangan peran dalam keluarga4)Kehilangan posisi di masyarakat5)Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai6)Kehilangan kewarganegaraanc.Mekanisme kopingKoping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain:Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, SupresidanProyeksiyang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat. d.Respon Spiritual1)Kecewa dan marah terhadap Tuhan2)Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan3)Tidak memilki harapan; kehilangan makna e.Respon Fisiologis1)Sakit kepala, insomnia2)Gangguan nafsu makan3)Berat badan turun4)Tidak bertenaga5)Palpitasi, gangguan pencernaan6)Perubahan sistem imune dan endokrinf.Respon Emosional1)Merasa sedih, cemas2)Kebencian3)Merasa bersalah4)Perasaan mati rasa5)Emosi yang berubah-ubah6)Penderitaan dan kesepian yang berat7)Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang hilang8)Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan9)Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

g. Respon Kognitif1)Gangguan asumsi dan keyakinan2)Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan3)Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal4)Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah pembimbing. h.Perilaku Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti 1)Menangis tidak terkontrol 2)Sangat gelisah; perilaku mencari 3)Iritabilitas dan sikap bermusuhan 4)Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang yang telah meninggal. 5)Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin membuangnya 6)Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol 7)Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan 8)Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi

2.Analisa data1)Merasa putus asa dan kesepian2)Kesulitan mengekspresikan perasaan3)Konsentrasi menurunDataobjektif:1)Menangis2)Mengingkari kehilangan3)Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain4)Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan5)Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

3. Diagnosa keperawatanLynda Carpenito (1995), dalamNursing Diagnostic Application to Clinicsl Pratice,menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang berdasarkan pada pada tipe kehilangan. NANDA 2011 diagnosa keperawatan yang berhibungan dengan asuhan keperawatan kehilangan dan berduka adalah :a) Duka citab) Duka cita tergangguc) Risiko duka cita terganggu

4. Intervensi Intervensiuntukklien yang berduka:a) Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang adaptif.b) Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.c) Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu saat ini.d) Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.e) Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.f) Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.g) Gunakan komunikasi yang efektif.

1)Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka2)Dorong penjelasan3)Ungkapkan hasil observasi4)Gunakan refleksi5)Cari validasi persepsi6)Berikan informasi7)Nyatakan keraguan8)Gunakan teknik menfokuskan9)Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan hal yang tersirath.Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal seperti :1)Kehadiran yang penuh perhatian2)Menghormati proses berduka klien yang unik3)Menghormati keyakinan personal klien4)Menunjukan sikap dapat dipercaya, jujur, dapat diandalkan, konsisten5)Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang berhubungan dengan kehilangani.Prinsip IntervensiKeperawatan pada Pasien dengan Respon Kehilangan1)Bina dan jalin hubungan saling percaya2)Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang menyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya3)Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka4)Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka5)Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien6)Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga7)Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy8)Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :a) Fase PengingkaranBeri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap menerima, ikhlas dan memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian.b) Fase marahBeri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.c) Fase tawar menawarBantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.d) Fase depresiIdentifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.e) Fase penerimaanBantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.j.Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan1) Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga anak selama masa berduka.2) Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang salah.3) Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku yang diperhatikan oleh orang lain.4) Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.k. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon Kehilangan(Kematian Anak)1)Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.2)Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.3) Menyiapkan perangkat kenangan.4)Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan.5)Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang patologis sertaTempat mereka minta bantuan bila diperlukan.

5.Evaluasia.Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontanb.Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilanganc.Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang laind.Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat kehilangane.Klien mampu minum obat dengan cara yang benar

BAB IIIPENUTUP

A.KesimpulanKehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

B. SaranSaran untukmemperbaikidanmeningkatkanmutuasuhankeperawatan.Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagaiberikut:1.Dalamperencanaantindakan,harusdisesuaikandengankebutuhanklienpadasaatit2.Dalamperumusandiagnosekeperawatan,harusdiprioritaskansesuaidengankebutuhanmaslowataupunkegawatandarimasalah.

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliat. 2009. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa. Jakarta : EGC

Iyus, Yosep. 2007. KeperawatanJiwa. RefikaAditama : Bandung

NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

Potter & Perry. 2005.Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004.Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian danBerduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

18