f8. ggn perkembangan psikologis

41
GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS A. Pendahuluan Gangguan-gangguan yang termasuk dalam gangguan perkembangan psikologis (F80-f89) pada umumnya mempunyai gambaran onset bervariasi selama masa bayi atau anak-anak, adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan dengan kematangan biologis dari susunan saraf pusat, dan berlangsung terus menerus tanpa ada remisi dan kekambuhan yang khas pada beberapa gangguan jiwa. Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruhi termasuk bahasa, keterampilan video-spatial dan/atau koordinasi motorik. Yang khas adalah hendayanya yang berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia anak (walaupun defisit lebih ringan sering menetap hingga masa dewasa). Khas pada gangguan perkembangan terdapat riwayat keluarga dengan gangguan yang sama atau sejenisnya. Terdapat bukti bahwa faktor genetik juga berperan penting dalam beberapa kasus (meskipun tidak semuanya). B. Gangguan Perkembangan khas berbicara dan berbahasa (F80)

Upload: novia-khairulbaria

Post on 09-Dec-2015

66 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS

A. Pendahuluan

Gangguan-gangguan yang termasuk dalam gangguan perkembangan psikologis

(F80-f89) pada umumnya mempunyai gambaran onset bervariasi selama masa

bayi atau anak-anak, adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-

fungsi yang berhubungan dengan kematangan biologis dari susunan saraf pusat,

dan berlangsung terus menerus tanpa ada remisi dan kekambuhan yang khas pada

beberapa gangguan jiwa.

Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruhi termasuk bahasa,

keterampilan video-spatial dan/atau koordinasi motorik. Yang khas adalah

hendayanya yang berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia anak

(walaupun defisit lebih ringan sering menetap hingga masa dewasa). Khas pada

gangguan perkembangan terdapat riwayat keluarga dengan gangguan yang sama

atau sejenisnya. Terdapat bukti bahwa faktor genetik juga berperan penting dalam

beberapa kasus (meskipun tidak semuanya).

B. Gangguan Perkembangan khas berbicara dan berbahasa (F80)

Gangguan ini adalah gangguan pola normal penguasaan bahasa sejak awal

perkembangan. Kondisi ini secara tidak langsung berkaitan dengan kelainan

neurologis, mekanisme bicara, gangguan sensori, retardasi mental, atau faktor

lingkungan. Anak mungkin lebih mampu berkomunikasi atau mengerti pada

situasi tertentu yang sangat dikenalnya daripada situasi lain, tetapi kemampuan

berbahasa pada setiap keadaan sedikit terganggu.

Kesulitan utama diagnosis gangguan perkembangan khas berbicara dan

berbahasa adalah membedakannya dengan variasi perkembangan anak normal.

Anak dengan perkembangan yang normal mempunyai variasi yang besar pada

usia saat pertama kali belajar berbicara dan berbahasa. Anak normal dengan

keterlambatan berbicara (slow speaker) sebagian besar bisa berkembang menjadi

normal. Sebaliknya, anak dengan gangguan perkembangan khas bicara dan

Page 2: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

berbahasa, meskipun pada akhirnya sebagian besar mencapai tingkat normal dari

keterampilan berbahasa, namun juga akan diikuti oleh masalah-masalah yang

lainnya seperti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan

interpersonal, serta gangguan emosional dan prilaku. Terdapat empat kriteria

utama yang digunakan untuk menemukan terjadinya gangguan klinis yang nyata

yaitu: a. Keparahan; b. Perjalanan penyakit; c. Pola; d. Masalah yang menyertai.

Kesulitan kedua dalam mendiagnosis gangguan perkembangan khas berbicara

dan berbahasa adalah membedakannya dengan retardasi mental atau kelambatan

perkembangan global. Kecurigaan pada gangguan perkembangan khas jika

ditemukan bahwa kelambatan perkembangan yang ditemukan tidak menyimpang

dari tingkat rata-rata umum fungsi kognitif. Pada umumnya, retardasi mental akan

disertai dengan pola prestasi intelektual yang tidak merata dan hendaya berbahasa

yang lebih berat.

Kesulitan ketiga dalam mendiagnosis gangguan perkembangan khas berbicara

dan berbahasa adalah membedakannya dari suatu gangguan sekunder akibat dari

ketulian yang berat atau beberapa kelainan neurologis atau struktur lain yang

khas. Ketulian yang berat pada awal masa kanak-kanak hampir selalu dapat

menimbulkan keterlambatan perkembangan bahasa yang menyolok. Kelainan

artikulasi yang lansung disebabkan oleh langit-langit mulut yang terbelah atau

disatria yang diakibatkan oleh cerebral palsy juga dapat menyebabkan gangguan

berbicara. Gangguan berbicara dan berbahasa yang disebabkan oleh hal-hal ini

tidak termasuk dalam gangguan khas berbicara dan berbahasa.

.

1. Gangguan Artikulasi berbicara Khas (F80.0).

Gangguan ini merupakan gangguan perkembangan khas dimana penggunaan

suara untuk berbicara dari anak, berada di bawah tingkat yang sesuai dengan

tingkat mentalnya, namun tingkat kemampuan bahasanya berada dalam batas

normal. Perlu diperhatikan bahwa usia penguasaan suara untuk berbicara dan cara

suara berkembang, menunjukan variasi yang cukup besar pada masing-masing

individu. Pada perkembangan normal, anak berusia 4 tahun biasanya akan terjadi

kesalahan mengungkapkan suara bicara, namun kesalahan ini dapat dimengerti

Page 3: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

dengan mudah oleh orang lain. Pada usia 6-7 tahun, sebagian besar suara untuk

berbahasa akan diperoleh. Meskipun kesulitan berbicara dapat menetap dengan

kombinasi suara tertentu, tetapi hal ini tidak menyebabkan masalah dalam

komunikasi. Pada usia 11-12 tahun, penguasaan dari hampir semua suara untuk

berbicara harus dicapai.

Pada perkembangan yang abnormal, kemahiran suara bicara akan terlambat

dan/menyimpang sehingga hal ini dapat menimbulkan misartikulasi berbahasa

anak dengan kesulitan orang lain memahami, subtitusi suara bicara dan

inkontinensi mengeluarkan suara (anak dapat dengan benar mengucapkan

beberapa kata tetapi tidak dapat untuk kata-kata yang lainnya).

Diagnosis ditegakkan hanya jika beratnya gangguan artikulasi diluar batas

variasi normal bagi usia mental anak. Pada gangguan ini, kecerdasan

(intelegensia) non verbal anak masih dalam batas normal. kelainan artikulasi tidak

langsung diakibatkan oleh suatu kelainan sensorik, struktural atau neurologis.

Kesalahan ucap pada gangguan ini ditemukan tidak normal dalam konteks

pemakaian bahasa percakapan sehari-hari.

Sebagian besar anak dengan gangguan artikulasi bahasa berespon baik pada

pengobatan. Kesulitan artikulasi bahasa bisa ditangani dengan baik dan tidak

menetap hingga dewasa. Namun, jika gangguan artikulasi ini juga diikuti dengan

gangguan berbahasa ekspresif, prognosis gangguan akan menjadi lebih buruk dan

perlu terapi bicara yang lebih spesifik untuk menanganinya.

2. Gangguan berbahasa ekspresif (F80.1)

Gangguan berbahasa ekspresif adalah gangguan perkembangan khas dengan

kemampuan anak dalam mengekspresikan bahasa lisan/ucapan dibawah rata-rata

usia mentalnya, namun pengertian bahasa dalam batas normal, dengan atau tanpa

gangguan artikulasi.

a. Epidemiologi

Page 4: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

Prevalensi gangguan bahasa ekspresif berada pada rentang 3-10% dari semua

anak usia sekolah, dengan sebagian besar perkiraan adalah 3 dan 5% lebih sering

2-3 kali pada anak laki-laki .

b. Etiologi

Penyebab spesifik gangguan bahasa ekspresif tidak diketahui. Kerusakan otak

yang samar serta keterlambatan pematangan perkembangan otak dicurigai

menjadi penyebab yang mendasari gangguan ini. Faktor genetik diperkirakan

memainkan peran dalam gangguan ini. Terdapat bukti yang menunjukan bahwa

gangguan bahasa terdapat dalam frekuensi yang lebih tinggi pada keluarga

tertentu. Beberapa studi juga menunjukan bahwa pada anak kembar monozigot,

ditemukan adanya kecenderungan kejadian bersama mengalami gangguan

komunikasi yang signifikan. Faktor lingkungan dan pendidikan juga dicurigai

turut berperan di dalam gangguan perkembangan bahasa dan perkembangan pada

anak.

c. Diagnosis

Perlu diperhatikan bahwa pada umumnya terdapat variasi individu yang

cukup besar dalam tingkat perkembangan bahasa yang normal. Namun, pada anak

berusia 2 tahun yang ditemukan tidaknya ada kata yang terucap atau hanya

kemunculan beberapa kata, hal ini dapat menjadi tanda yang bermakna dalam

mencurigai keterlambatan pada anak. Tanda keterlambatan lain juga dapat

diberikan pada anak berusia 3 tahun yang tidak mampu mengerti kata majemuk

sederhana. Tanda lain yang muncul belakangan dapat berupa perkembangan

kosakata yang terbatas, kesulitan dalam memilih dan mengganti kata-kata yang

tepat, penggunaan berlebihan dari sekelompok kecil kata-kata umum,

pemendekan ucapan yang panjang, struktur kalimat yang mentah, kesalahan

kalimat (syntactical), kehilangan awalan dan akhiran yang khas serta

kesalahan/kegagalan dalam menggunakan aturan tata bahasa seperti kata

penghubung, kata ganti, artikel dan kata kerja/benda yang mengalami perubahan.

Dapat dijumpai generalisasi yang tidak tepat dari aturan tata bahasa, seperti

kekurangan dalam pengucapan kalimat dan kesulitan mengurut kejadian yang

Page 5: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

telah lewat. Ketidakmampuan dalam bahasa lisan sering disertai dengan

kelambatan atau abnormalitas dalam bunyi kata yang dihasilkan.

Diagnostik ditegakan jika tingkat keparahan dari kelambatan perkembangan

berbahasa ekspresif telah melewati batas variasi normal dari umur mental anak,

namun kemampuan pengertian bahasa masih dalam batas normal. Penggunaan

bahasa non verbal (Senyum dan gerakan tubuh) dan bahasa internal yang tampak

dalam imajinasi atau dalam permainan khayalan tetap utuh. Dalam hal ini,

kemampuan dalam komunikasi sosial tanpa kata tidak terganggu. Anak sebagai

kompensasi dari kekurangannya akan berusaha berkomunikasi dengan

menggunakan demonsterasi, gerakan tubuh, mimik atau bunyi-bunyi non bahasa.

Namun, anak sebagian besar akan menjumpai kesulitan dalam hubungan dengan

teman sebayanya, gangguan emosional, gangguan prilaku dan/atau aktivitas

berlebih serta kurang perhatian. Gangguan kehilangan pendengaran parsial sering

ditemukan dalam kasus ini, namun hal ini tidak harus menjadi penyebab dari

kelambatan bahasa. Gangguan dalam percakapan dapat dianggap sebagai

penyebab terbesar dalam gangguan perkembangan berbahasa ekspresif.

d. Perjalanan penyakit dan Prognosis

Prognosis pada umumnya baik. Kecepatan dan derajat pemulihan tergantung

pada keparahan gangguan, motivasi anak untuk berperan dalam terapi, dan

pemberian bahasa yang tepat waktu dan intervensi terapeutik lain.

e. Terapi

Berbagai tehnik telah digunakan untuk membantu seorang anak dalam

memperbaiki penggunaan kata pada pembicaraan. Intervensi langsung melibatkan

ahli patologi bahasa dan bicara yang langsung berhubungan dengan anak.

Intervensi dengan melibatkan guru atau orang tua yang telah terlebih dahulu

dilatih terbukti efektif dalam meningkatkan efektifitas terapi bahasa.

Page 6: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

3. Gangguan berbahasa Reseptif (F80.2)

Gangguan berbahasa reseptif adalah gangguan perkembangan khas ditandai

dengan kemampuan anak untuk mengerti bahasa di bawah rata-rata usia

mentalnya. Namun, dalam hampir semua kasusnya dalam perkembangannya,

kemampuan bahasa ekspresif juga akan kemungkinan besar juga ikut terganggu

dalam gangguan ini.

a. Epidemiologi

Prevalensi diperkirakan terentang dari 1 sampai 13% untuk gangguan bahasa

reseptif maupun ekspresif. Gangguan lebih sering terjadi pada anak laki-laki

dibandingkan anak perempuan.

b. Etiologi

Penyebab utama gangguan bahasa reseptif tidak diketahui secara pasti. Teori

awal menunjukan bahwa disfungsi perseptual, cedera serebral yang samar,

keterlambatan maturasi dan faktor genetik sebagai kemungkinan faktor penyebab

gangguan ini. Beberapa penelitian menemukan bahwa gangguan ini juga dapat

disebabkan karena adanya gangguan dasar pada diskrimanasi auditorik anak. Hal

ini karena sebagian besar anak dengan gangguan ini lebih responsif terhadap

lingkungan dibandingkan suara bicara.

c. Diagnosis

Gangguan ini perlu dicurigai jika ditemukan anak tidak mampu memberi

respon terhadap nama benda yang umum pada umur 1 tahun, anak ditemukan

tidak mampu mengidentifikasi beberapa objek sederhana dalam umur 18 bulan

serta anak ditemukan gagal mengikuti instruksi sederhana pada umur 2 tahun.

Kesulitan yang ditemukan pada massa lanjut seperti kesulitan dalam pengertian

struktur tata bahasa (bentuk kalimat, pertanyaan, perbandingan, dsb) dan

pengertian kehalusan bahasa (nada suara, gerakan tubuh, dsb) (PPDGJ).

Diagnostik gangguan berbahasa reseptif ditegakan jika tingkat kelambatan

dalam bahasa reseptif anak berada di luar batas normal rata-rata usia mental anak

dan jika kriteria gangguan perkembangan pervasif tidak dijumpai pada anak. Pada

hampir semua kasus, perkembangan bahasa ekspresif juga ditemukan terlambat.

Gangguan berbahasa reseptif mempunyai tingkat hubungan yang tinggi dengan

Page 7: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

gangguan sosio-emosional-perilaku. Meskipun tidak khas, anak dengan gangguan

ini menunjukan hiperaktivitas, kurang perhatian, kecanggungan sosial, anxietas,

sensitifitas dan malu yang tidak wajar. Anak dengan gangguan berbahasa reseptif

yang berat biasanya disertai dengan kelambatan dalam perkembangan sosial,

dapat mengulang kata yang tidak mereka mengerti dan menunjukan pola perhatian

yang terbatas. Meskipun demikian, anak dengan gangguan berbahasa reseptif

berbeda dengan anak autistik dalam hal interaksi sosial yang lebih normal,

pemanfaatan orang tua untuk berlindung normal, penggunaan gerak tubuh yang

hampir normal, dan ditemukan hanya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.

Kehilangan pendengaran terhadap frekuensi tinggi dapat ditemukan, tetapi tingkat

ketulian tidak cukup untuk menimbulkan hendaya berbahasa.

Pemeriksaan bicara dan bahasa yang lengkap, sebelum terapi bicara dan

bahasa, biasanya dianjurkan untuk anak-anak dengan gangguan bahasa reseptif,

terlepas dari tidak adanya penelitian yang terkendali mengenai terapi gangguan.

Beberapa ahli terapi menyukai lingkungan stimuli yang ringan, dimana anak

diberikan instruksi linguistik individual. Beberapa lainnya menganjurkan bahwa

instruksi bicara dan bahasa diintegrasikan ke dalam berbagai lingkungan dengan

kelompok anak yang diajarkan beberapa struktur bahasa secara bersama-sama.

Banyak gejala yang terlibat dalam gangguan, sehingga lingkungan pendidikan

yang khusus dan kecil mungkin bermanfaat dalam memaksimalkan hasil terapi.

d. Perjalan gangguan dan prognosis

Prognosis keseluruhan untuk gangguan bahasa reseptif adalah kurang baik

dibandingkan gangguan berbahasa ekspresif. Jika ganggua ditemukan pada anak

yang masih kecil, prognosisnya menjadi semakin buruk. Hal ini disebabkan

karena masa anak-anak awal adalah waktu dimana bahasa berkembang paling

cepat. Anak kecil dengan gangguan mungkin akan tampak tertinggal

dibandingkan dengan anak normal yang sebaya. Selama jangka panjang, beberapa

anak dengan gangguan berbahasa ini mencapai fungsi bahasa yang mendekati

normal. Secara keseluruhan, prognosis untuk anak-anak yang mendapatkan

gangguan bahasa resepetif sangat bervariasi tergantung pada sifat dan keparahan

kerusakan.

Page 8: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

e. Terapi

Psikoterapi sering diperlukan karena anak-anak dengan gangguan ini sering

memiliki masalah emosional dan prilaku. Perhatian khusus harus diberikan untuk

meningkatkan citra diri anak dan keterampilan sosial. Konseling keluarga di mana

orangtua diajarkan pola interaksi yang sesuai dengan anak yang juga akan

membantu pengobatan.

4. Afasia yang didapat dengan Epilepsi/ Sindrom Landau-Kleffnerr (F80.3)

Sindrom ini merupakan suatu gangguan yang didahului terlebih dahulu dengan

perkembangan berbahasa yang normal, kemudian kehilangan kedua kemampuan

berbahasa reseptif dan ekspresif, namun intelegensia umum masih dalam batas

normal. Onset gangguan disertai dengan abnormalitas paroksismal pada EEG dan

dalam banyak kasus disertai kejang epileptik. Pada umumnya, onset gangguan ini

berada pada rentang umur 3-7 tahun, tetapi dapat juga muncul lebih awal atau

lebih lambat. Pada seperempat jumlah kasus, akan terjadi kehilangan berbahasa

secara perlahan-lahan dalam beberapa bulan. Namun, pada kasus lain, onset

terjadi secara mendadak dalam beberapa hari atau minggu.

Hubungan temporal antara onset kejang dengan kehilangan berbahasa

bervariasi, biasanya salah satu mendahului yang lain dalam beberapa bulan

sampai 2 tahun. Khas pada gangguan ini adalah ditemukannya hendaya berbahasa

reseptif yang sangat berat., dengan kesulitan dalam pengertian melalui

pendengaran yang sering timbul pada manifestasi awal. Beberapa anak menjadi

membisu, mengeluarkan suara ulang yang tak berarti atau kekurang lancaran

berbahasa. Pada beberapa kasus, kualitas suara terganggu dengan hilangnya

alunan suara yang normal. Kadang-kadang gangguan berbahasa timbul-hilang

dalam fase awal gangguan ini. Gangguan emosional dan prilaku sering menyusul

beberapa bulan setelah gangguan berbahasa, tetapi hal itu cenderung membaik

pada saat anak mampu berkomunikasi.

Penyebab kondisi ini tidak diketahui pasti, namun dengan ciri khas yang

ditunjukan diperkirakan disebabkan proses radang pada otak. Perjalanan penyakit

ini cukup bervariasi: kira-kira dua pertiga dari anak-anak ini akan tetap kurang

Page 9: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

mampu dalam bahasa reseptif sedangkan satupertiganya mampu untuk sembuh

sempurna.

5. Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa lainnya (F80.8)

Termasuk dalam gangguan ini adalah gangguan bicara tipe pelat (lisping).

6. Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa YTT (F80.9)

Gangguan berbicara dan berbahasa kategori ini harus dihindarkan sejauh

mungkin dan hanya digunakan untuk gangguan yang tidak ditentukan dengan

hendaya yang bermakna dalam pengembangan bicara atau bahasa yang tidak

termasuk retardasi mental dan kelainan neurologis (sensoris atau fisik).

C. Gangguan perkembangan belajar khas (F81)

Gangguan perkembangan belajar khas adalah suatu gangguan pada pola

normal kemampuan penguasaan keterampilan yang terganggu sejak stadium awal

dari perkembangan yang bukan semata-mata akibat dari kurangnya kesempatan

belajar atau pun berhubungan dengan cedera otak yang didapat ataupun penyakit

lainnya. Gangguan ini lebih banyak berasal dari kelainan proses kognitif,

khususnya beberapa tipe disfungsi biologis. Gangguan ini lebih banyak dijumpai

pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Dalam mendiagnosis gangguan perkembangan belajar khas, terdapat 5 hal

yang perlu diperhatikan dalam menegakan diagnosis kasus yakni :

a. Variasi normal dalam prestasi sekolah.

b. Perjalanan taraf perkembangan gangguan.

c. Keterampilan skolastik yang perlu pengajaran dan pembelajaran.

d. Penyebab dari kesulitan membaca.

e. Belum bakunya cara terbaik dalam penggolongan gangguan perkembangan

khas kemampuan skolastik.

Gangguan perkembangan belajar khas terdiri dari sekelompok gangguan yang

ditandai oleh adanya hendaya yang khas dan bermakna dalam belajar

keterampilan skolastik. Hendaya dalam belajar ini tidak merupakan hasil langsung

Page 10: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

dari gangguan yang lain (retardasi mental, defisit neurologis yang besar, masalah

visus dan daya dengar yang tidak terkoreksi, atau gangguan emosiona), walaupun

mungkin terdapat bersamaan dengan kondisi tersebut. Gangguan perkembangan

belajar khas seringkali terdapat bersamaan dengan sindrom klinis lain (seperti

gangguan pemusatan perhatian atau gangguan tingkah laku) atau gangguan

perkembangan lain (gangguan perkembangan motorik khas atau gangguan

perkembangan khas berbicara atau berbahasa). Etiologi dari gangguan

perkembangan belajar khas tidak diketahui, tetapi diduga hal ini disebabkan oleh

faktor biologis yang berinteraksi dengan faktor non biologis (seperti kesempatan

belajar dan kualitas pengajaran).

Terdapat syarat dasar dalam diagnosis gangguan perkembangan belajar khas

diantaranya adalah :

a. Terdapat hendaya yang bermakna dalam keterampilan skolastik tertentu.

b. Hendayanya harus khusus dalam arti bahwa tidak semata-mata karena adanya

retardasi mental atau hendaya ringan pada intelegensia umum.

c. Hendaya harus dalam perkembangannya.

d. Tidak ada faktor luar yang menjadi alasan untuk kesulitan skolastik.

e. Gangguan perkembangan belajar khas tidak langsung disebabkan oleh

hendaya visus atau pendengaran yang tak terkoreksi.

1. Gangguan membaca khas (F81.0)

Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya yang khas dan bermakna

dalam perkembangan kemampuan membaca, yang tidak semata-mata dijelaskan

dari usia mental, masalah ketajaman pandangan, atau dari tidak adekuatnya

pendidikan. Kemampuan mengerti/memahami bacaan, mengenali kata pada

bacaan, kemampuan membaca secara lantang, dan pelaksanaan tugas/pekerjaan

yang membutuhkan kemampuan membaca mungkin semua akan terkena.

Kesulitan mengeja seringkali dihubungkan dengan gangguan membaca khas dan

sering menetap sampai remaja walau kemampuan membaca sudah sempurna.

Anak-anak dengan gangguan membaca khas seringkali mempunyai riwayat

gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa dan pemeriksaan yang

Page 11: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

seksama tentang fungsi berbahasa sering mengungkapkan kesulitan yang berada

bersama. Selain kegagalan akademik, absen dari sekolah dan masalah penyesuaian

sosial merupakan kesulitan yang sering dijumpai, terutama sekali pada akhir

pendidikan dasar dan menengah pertama.

a. Epidemiologi

Suatu perkiraan sebesar 4% anak usia sekolah di amerika serikat memiliki

gangguan membaca. Studi prevalensi menemukan angka yang berkisar antara 2%

dan 8%. Anak laki-laki 3-4 kali lebih banyak dibandingkan anak perempuan,

dilaporkan memiliki ketidakmampuan membaca pada sampel yang merujuk

secara klinis. Studi epidemiologis yang teliti menemukan angka yang hampir

sama antara laki-laki dan perempuan yang memiliki gangguan membaca. Anak

laki-laki dengan gangguan membaca mungkin lebih sering dirujuk untuk evaluasi

dibandingkan anak perempuan karena masalah perilaku yang sering terkait.

b. Etiologi

Tidak ada penyebab tunggal yang diketahui menyebabkan gangguan membaca.

Hal ini dikarenakan penyebab gangguan membaca diduga disebabkan oleh

multifaktorial. Gangguan membaca diduga disebabkan karena beberapa faktor

seperti faktor genetika, gangguan defisit samar-samar visual dan verbal, serebral

palsi, komplikasi kehamilan, kesulitan prenatal dan pascanatal, prematuritas,

BBLR, dan lain sebagainya. Gangguan membaca berat sering kali diserat dengan

masalah psikiatrik. Gangguan membaca mungkin merupakan akibat gangguan

psikiatrik yang telah ada sebelumnya atau menyebabkan gangguan emosional dan

perilaku. Namun, hubungan ini belum dapat dipastikan dengan pasti.

c. Diagnosis

Dalam menegakkan diagnosis gangguan membaca khas, kemampuan membaca

anak harus secara bermakna lebih rendah tingkatannya daripada kemampuan yang

diharapkan pada usianya. Terdapat beberapa kesalahan dalam kemampuan

membaca secara lisan seperti yang digambarkan dengan:

a. Penghilangan (ommision), penggantian (Subtitution) dan distorsi pada

imbuhan kata atau suku kata.

b. Kecepatan membaca yang lamban.

Page 12: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

c. Salah mengawali, keraguan yang lama atau kehilangan bagian dari teks dan

ketidaktepatan menyusun kalimat.

d. Memutar-balikkan kata dalam kalimat atau huruf dalam kata

e. Pada akhir masa kanak dan masa dewasa, biasanya kesulitan mengeja lebih

parah daripada kesulitan membaca.

Gangguan perkembangan khas membaca biasanya didahului oleh riwayat

gangguan perkembangan berbicara atau berbahasa. Pada beberapa kasus mungkin

juga ada masalah dalam proses penglihatan. Meskipun demikian, hal tersebut tak

ada hubungan langsung terhadap buruknya kemampuan membaca anak. Kesulitan

dalam mempertahankan perhatian juga ditemukan. Biasanya sering terlihat

overaktivitas dan impulsivitas. Pola yang tepat dari kesulitan perkembangan

dalam massa prasekolah bervariasi dari satu anak ke anak yang lain.

Gangguan membaca biasanya tampak pada usia 7 tahun (kelas 2). Pada kasus

berat, bukti-bukti kesulitan membaca mungkin tampak pada umur 6 tahun (kelas

satu). Kadang-kadang gangguan membaca terkompensasi pada tingkat dasar awal,

terutama jika disertai dengan skor yang tinggi pada tes kecerdasan. Pada kasus

tersebut, gangguan mungkin tidak terlihat sampai umur 9 tahun.

Gangguan emosional dan/prilaku yang menyertainya biasanya juga ada pada

masa usia sekolah. Masalah emosional biasanya lebih banyak pada masa tahun

pertama sekolah, tetapi gangguan perilaku dan sindrom hiperaktivitas hampir

selalu ada pada akhir masa kanak dan remaja. Perasaan rendah diri sering

dijumpai dan kesulitan penyesuaian di sekolah dan hubungan dengan teman

sebaya.

d. Perjalanan gangguan dan prognosis

Banyak anak dengan gangguan membaca mendapatkan pengetahuan dari

bahasa yang dicetak pada masa 2 tahun pertama sekolah dasar, bahkan tanpa

bantuan untuk memperbaikinya. Jika dibetikan dini, pada kasus yang lebih ringan,

tidak diperlukan lagi terapi perbaikan di akhir kelas satu atau dua. Pada kasus

yang berat dan bergantung pada pola defisit dan kekuatan, terapi remidial dapat

dilanjutkan hingga sekolah menengah atau tingkat SMU.

Page 13: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

e. Terapi

Seperti dalam psikoterapi, hubungan ahli terapi dengan dan pasien sangat

penting dalam meningkatkan keberhasilan terapi. Anak-anak dengan gangguan

membaca harus ditempak dalam kelas yang sedekat mungkin dengan tingkat

fungsional sosialnya dan diberikan beban khusus dalam membaca. Satu metoda

terapi yang sering digunakan adalah dengan mendorong perhatian anak untuk

menguasai fonetik sederhana, diikuti dengan mencampur unit tersebut menjadi

kata dan kalimat. Suatu pendekatan yang secara sistematis mendorong

penggunaan indera sangat dianjurkan.

2. Gangguan mengeja khas (F81.1)

Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya yang khas dan bermakna

dalam perkembangan kemampuan mengeja tanpa riwayat gangguan membaca

khas, yang bukan disebabkan oleh rendahnya usia mental, masalah ketajaman

penglihatan atau pendidikan sekolah yang tidak adekuat. Kemampuan untuk

mengeja secara lantang (lisan) dan menuliskan kata secara benar keduanya

terkena. Anak memiliki sebuah masalah seperti kemampuan tulisan tangan tidak

harus dimasukan ke dalam gangguan ini. Namun, dalam beberapa kasus,

kesulitan mengeja juga berhubungan dengan masalah kemampuan menulis.

Berlainan dengan pola gangguan membaca khas yang biasa, kesalahan mengeja

ternyata secara fonetik benar.

Penegakan diagnosis gangguan mengeja khas harus melihat kemampuan

mengeja secara bermakna dibawah tingkat yang seharusnya sesuai dengan

usianya. Penilaian gangguan ini sebaiknya dinilai dengan cara pemeriksaan untuk

kemampuan mengeja yang baku. Kemampuan membaca anak harus dalam batas

normal dan harus tidak ada riwayat sebelumnya yang bermakna tentang kesulitan

membaca. Kesulitan dalam mengeja bukan sebagai akibat cara pengajaran yang

tidak adekuat atau karena kekurangan daya penglihatan, pendengaran atau fungsi

neurologis, dan bukan didapat sebagai akibat gangguan neurologis, psikiatris atau

lainnya.

Page 14: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

Meskipun diketahui bahwa gangguan mengeja murni berbeda dari gangguan

membaca yang berhubungan dengan kesulitan mengeja, ternyata sedikit sekali

diketahui tentang awal kejadian, perjalanan penyakitnya, hubungan atau akibat

dari gangguan mengeja.

3. Gangguan berhitung khas (F81.2)

Gangguan berhitung khas adalah suatu ketidakmampuan dalam melakukan

keterampilan aritmetika yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas

intelektual dan tingkat pendidikan seseorang. Kelemahan gangguan ini terletak

pada kelemahan pada penguasaan kemampuan dasar berhitung yaitu tambah,

kurang, kali dan bagi (bukan kemampuan matematika yang lebih abstrak seperti

aljabar, trigonometri, geometri atau kalkulus). Tidak adanya kemampuan

matematika ini dapat mengganggu kinerja sekolah atau aktivitas hidup sehari-hari.

a. Epidemiologi

Prevalensi gangguan berhitung sendiri diperkirakan terjadi dalam kira-kira 1%

anak-anak usia sekolah, yaitu kira-kira 1 dari 5 anak dengan gangguan belajar.

Studi epidemiologi menunjukan bahwa hingga 6% anak-anak usia sekolah

memiliki kesulitan dalam berhitung. Gangguan matematika dapat terjadi dengan

frekuensi yang lebih tinggi pada anak perempuan.

b. Etiologi

Timbulnya gangguan berhitung, serupa dengan gangguan belajar lain,

cenderung disebabkan setidaknya sebagian oleh faktor genetik. Suatu teori awal

mengajukan defisit neurologis di hemisfer serebri kanan sebagai penyebabnya,

terutama pada area lobus oksipitalis. Regio ini bertanggung jawab untuk

memproses stimulus visuospasial yang selanjutnya bertanggung jawab untuk

keterampilan matematis.

Saat ini, penyebab dianggap multifaktorial, sehingga faktor kematangan,

kognitif, emosional, pendidikan dan sosioekonomi turut berperan di dalam

berbagai derajat dan kombinasi untuk gangguan berhitung.

c. Diagnosis

Page 15: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

Pada penegakan diagnosis, gangguan berhitung harus ditemukan. Kemampuan

berhitung anak harus secara bermakna lebih rendah daripada tingkat yang

seharusnya dicapai sesuai umurnya. Gangguan ini dinilai dengan cara

pemeriksaan untuk kemampuan berhitung yang baku. Keterampilan membaca dan

mengeja harus dalam batas normal sesuai dengan sesuai dengan umur mental

anak.

Sebagian besar anak dengan gangguan berhitung dapat diklasifikasikan selama

kelas dua dan tiga dalam sekolah dasar. Kinerja anak yang terkena dalam

menangani konsep angka dasar, seperti berhitung dan menjumlahkan mengalami

gangguan meskipun kemampuan keterampilan intelektual di bidang lain dalam

batas normal. Selama dua atau tiga tahun pertama sekolah dasar, seorang anak

dengan gangguan berhitung tampak mengalami kemajuan dalam matematika

dengan menyandarkannya pada hafalan. Tetapi dengan segera, saat aritmatika

berkembang menjadi tingkat yang kompleks yang memerlukan diskrriminasi dan

manipulasi hubungan ruang dan numerik, adanya gangguan dicurigai.

Kesulitan berhitung ternyata beraneka ragam termasuk: sulit megerti konsep

perhitungan yang mendasari, tidak mengerti istilah dan lambang matematika,

tidak mengenal angka, kesulitan mengaksarakan upaya perhitungan dasar,

kesulitan mengenal angka yang terkait dengan soal berhitung, kesulitan dalam

menjajarkan angka yang sesuai atau meletakan titik desimal atau lambang

berhitung, tidak pandai mengatur ruang dalam perhitungan matematika dan tidak

mampu untuk menghafal perkalian secara memuaskan.

d. Perjalanan gangguan dan prognosis

Aspek dengan gangguan berhitung biasanya dapat diidentifikasikan pada usia 8

tahun (kelas 3). Pada beberapa anak, gangguan ini dapat terlihat pada usia 6 tahun

(kelas 1). Namun, pada kasus lain, gangguan bisa tidak terlihat hingga usia 10

tahun (Kelas 5) atau lebih. Sejauh ini, sejumlah kecil data studi longitudinal

tersedia untuk memperkirakan pola jelas perjalanan perkembangan dan akademik

pada anak yang digolongkan memiliki gangguan berhitung pada kelas awal. Di

sisi lain, anak dengan gangguan berhitung sedang yang tidak mendapatkan

intervensi bisa mengalami komplikasi, termasuk kesulitan akademik yang

Page 16: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

berlanjut, rasa malu konsep diri yang buruk, frustasi dan depresi. Komplikasi ini

dapat menimbulkan keengganan untuk datang ke sekolah, bolos, dan akhirnya

putus asa mengenai keberhasilan akademiknya.

e. Terapi

Terapi yang paling efektif oada gangguan berhitung adalah terapi pendidikan

meskipun masih menjadi kontroversi hingga saat ini. MATH, suatu program

mulitmedia dalam “self-instructional/ group instructional” telah berhasil dalam

mengatasi gangguan berhitung pada anak.

4. Gangguan belajar campuran (F81.3)

Gangguan belajar campuran merupakan kategori sisa gangguan yang

batasannya tidak jelas. Pada gangguan ini, terdapat hendaya pada kemampuan

berhitung, membaca atau mengeja secara bermakna, tetapi tidak dapat diterangkan

sebagai akibat dari retardasi mental atau pengajaran yang tidak adekuat, atau efek

langsung dari ketajaman penglihatan, pendengaran atau fungsi neurologis.

5. Gangguan perkembangan belajar lainnya

Gangguan perkembangan menulis ekspresif termasuk dalam gangguan

perkembangan belajar lainnya.

6. Gangguan perkembangan belajar YTT (F81.9)

Kategori ini harus dihindarkan sebisa mungkin dan dipergunakan hanya untuk

gangguan yang tidak khas dengan disabilitas yang bermakna tentang belajar yang

tidak disebabkan oleh retardasi mental, masalaj ketajaman penglihatan atau

pengajaran yang tidak adekuat.

D. Gangguan perkembangan motorik khas (F82)

Gangguan koordinasi perkembangan merupakan suatu keadaan yang ditandai

dengan kinerja di dalam aktivitas harian yang memerlukan koordinasi berada

dibawah tingkat yang diharapkan untuk usia dan tingkat intelektual anak.

Gangguan koordinasi perkembangan juga dapat ditunjukan dengan keterampilan

Page 17: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

motorik halus dan kasar yang canggung sehingga menimbulkan kinerja yang

buruk di dalam olahraga dan bahkan tulisan tangan. Anak dengan gangguan

koordinasi perkembangan dapat lebih sering terbentur atau menjatuhkan barang-

barang dibandingkan saudara kandungnya.

a. Epidemiologi

Prevalensi gangguan koordinasi perkembangan diperkirakan sekitar 5% anak

usia sekolah. Rasio laki-laki terhadap perempuan pada populasi rujukan

cenderung menunjukan peningkatan angka gangguan ini pada laki-laki. Laporan

di dalam literatur mengenai resiko rasio laki-laki dibandingkan perempuan

berkisar dari 2:1 hingga 4:1. Angka ini dapat meningkat juga akibat bias berupa

meningkatnya pengawasan mengenai perilaku motorik laki-laki dibandingkan

perempuan.

b. Etiologi

Penyebab gangguan koordnasi perkembangan tidak diketahui dan diyakini

meliputi organik dan perkembangan. Faktor resiko yang didalilkan turut berperan

di dalam gangguan ini mencakup prematuritas, hipoksia, malnutrisi, perinatal dan

berat lahir rendah. Gangguan koordinasi perkembangan serta gangguan

komunikasi memiliki kaitan yang erat, meskipun agen penyebab spesifik untuk

kedua tidak diketahui. Masalah koordinasi juga lebih sering ditemukan pada anak

dengan sindrom hiperaktivitas dan gangguan belajar. Gangguan koordinasi

perkembangan memiliki penyebab multifaktorial.

c. Diagnosis

Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya berat dalam perkembangan

koordinasi motorik yang tidak semata-mata disebabkan oleh retardasi mental atau

gangguan neurologis khas baik yang didapat atau yang kongenital (selain dari

yang secara implisit ada kelainan koordinasi). Sesuatu yang biasa bahwa

kelambanan motorik dihubungkan dengan hendaya dalam kemampuan

melaksanakan tugas kognitif visuo-spasial.

Pedoman diagnostik gangguan perkembangan motorik khas ditemukan

koordinasi motorik anak, dalam gerak halus atau kasar, harus secara bermakna di

bawah rata-rata kemampuan dari anak dalam usia mentalnya. Gangguan

Page 18: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

perkembangan motorik khas dinilai dengan tes baku dari koordinasi motorik halus

dan kasar. Kesulitan dalam koordinasi haruslah tampak dalam fase perkembangan

awal (bukan merupakan hendaya yang didapat), dan juga bukan akibat langsung

dari gangguan penglihatan atau pendengaran atau dari gangguan neurologis

lainnya.

Tanda klinis yang mengarahkan adanya gangguan koordinasi motorik terlihat

paling awal pada massa bayi, saat anak yang terkena mulai berusaha melakukan

tindakan yang memerlukan koordinasi motorik. Gambaran klinis yang penting

adalah gangguan kinerja anak yang jelas terganggu pada koordinasi motorik.

Kesulitan dalam koordinasi motorik mungkin bervariasi menurut usia dan stadium

perkembangan anak.

Pada massa bayi dan masa anak-anak awal gangguan mungkin bermanifestasi

sebagai keterlambatan kejadian perkembangan normal, seperti berputar,

merangkak, duduk, berdiri, berjalan, mengacingkan baju, dan mengunci retsleting

celana. Antara umur 2 dan 4 tahun, kecanggungan tampak pada hampir semua

aktivitas yang memerlukan koordinasi motorik. Anak yang terkena tidak dapat

memegan benda dan mereka mudah menjatuhkannya; Gaya berjalan mereka tidak

mantap; mereka seringkali tersandung pada kakinya sendiri; dan mereka mungkin

menabrak anak-anak lain saat berusaha mendekati mereka.

Pada anak yang lebih besar gangguan koordinasi motorik mungkin terlihat

dalam permainan di meja, seperti mencocokan kepingan gambar atau membangun

balok, dan pada tiap jenis permainan bola. Walaupun tidak ada ciri spesifik yang

patognomonik untuk gangguan koordinasi motorik, kejadian perkembangan

seringkali terlambat. Banyak anak dengan gangguan juga memiliki gangguan

bicara. Anak yang lebih tua mungkin juga memiliki masalah kesulitan sekolah

sekunder, termasuk masalah perilaku dan emosional, yang memerlukan intervensi

teraupetik.

d. Perjalanan gangguan dan prognosis.

Sedikit data tersedia mengenai hasil perjalan gangguan secara longitudinal

prospektif pada anak dengan gangguan koordinasi perkembangan yang diterapi

dan anak yang tidak diterapi. Sebagian besar, meskipun kecanggungan dapat

Page 19: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

berlanjut terus, beberapa anak dapat mengkompensasi dengan menumbuhkan

minat pada keterampilan lain. Kecanggungan umumnya berlangsung hingga

remaja dan masa dewasa. Gambaran yang lazim dikaitkan mencakup

keterlambatan pencapaian tonggak non motorik, gangguan berbahasa ekspresif

dan gangguan campuran bahasa reseptif-ekspresif.

e. Terapi

Terapi gangguan koordinasi motorik termasuk latihan motorik perseptual,

teknil latihan neurofisiologis untuk disfungsi motorik dan pendidikan fisik yang

dimodifikasi. Teknik Montessori mungkin berguna bagi banyak anak prasekolah,

karena menekankan perkembangan keterampilan motorik. Tidak ada latihan atau

metoda latihan tunggal yang tampaknya lebih menguntungkan atau efektif

dibandingkan dengan yang lainnya.

E. Gangguan perkembangan khas campuran (F83)

Keadaan ini merupakan sisa kategori gangguan yang batasannya tak jelas,

konsepnya inadekuat (tetapi perlu) dengan gangguan perkembangan khas

campuran dari berbicara dan berbahasa, keterampilan akademik, dan/atau fungsi

motorik, tetapi tidak ada satu gejala yang cukup dominan untuk dibuat sebagai

diagnosis utama. Sering gangguan perkembangan khas ini dihubungkan dengan

hendaya dalam fungsi kognitif, dan kategori campuran ini hanya digunakan jika

terjadi tumpang tindih yang jelas. Jadi kategori ini harus digunakan jika dipenuhi

kriteria dari dua atau lebih F80, F81 dan F82.

F. Gangguan perkembangan pervasif (F84)

Kelompok gangguan ini ditandai dengan kelainan kualitatif dalam interaksi

sosial yang timbul-balik dan dalam pola komunikasi, serta dan aktivitas yang

terbatas, stereotipik, berulang. Kelainan kualitatif ini menunjukan gambaran yang

pervasif dari fungsi-fungsi individu dalam semua situasi, meskipun dapat berbeda

dalam derajat keparahannya.

Page 20: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

1. Autisme masa kanak (F84.0)

Gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya abnormalitas

dan/atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun dan dengan

ciri fungsi yang abnormal dalam tiga bidang yakni interaksi sosial, komunikasi

dan prilaku yang terbatas dan berulang. Gangguan ini dijumpai 3 sampai 4 kali

lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.

Penyebab autisme tidak diketahui secara pasti. Diduga peranan genetika juga

ikut berpengaruh terhadap terjadinya autisme. Selain itu, kelainan temuan-temuan

neurokimia juga ikut terlibat dalam autisme dengan peningkatan jalur katekolamin

dan serotonin pada anak autisme. Penyebab-penyebab lainnya yang diduga juga

ikut berpengaruh terhadap kejadian autisme diantara adalah cedera otak, defisit

retikulum, perubahan struktur serebellum, lesi hipokampus dan lain-lain.

Pada autisme pada massa kanak, biasanya tidak ada riwayat perkembangan

normal yang jelas. Tetapi jika dijumpai, abnormalitas tampak sebelum usia 3

tahun, sehingga diagnosis sudah dapat ditegakkan meskipun gejala-gejalanya

dapat ditemukan pada semua kelompok umur.

Selalu ada hendaya kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik

(Reciprocal interaction). Hal ini berbentuk apresiasi yang tidak adekuat terhadap

isyarat sosio-emosional, yang tampak sebagai kurangnya respon terhadap terhadap

emosi orang lain dan/atau kurangnya modulasi terhadap perilaku dalam konteks

sosial. Pada autisme masa kanak ditemukan adanya hendaya kualitatif dalam

komunikasi. Hal ini berbentuk dengan kurangnya penggunaan keterampilan

bahasa yang dimiliki di dalam hubungan sosial. Demikian juga terdapat pola

perilaku, minat dan kegiatan yang terbatas, berulang dan stereotipik pada anak

dengan autisme. Hal ini berbentuk kecenderungan untuk bersikap kaku dan rutin

dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.

Berbagai pendekatan terapeutik telah dianjurkan untuk menangani dan

menatalaksana anak-anak autis, namun keberhasilannya terbatas. Terapi perilaku

dengan pemanfaatan keadaan yang sedang berlaku dilaporkan meningkatkan

kemahiran bicara. Perilaku dekstruktif dan agresi sering dapat diubah dengan

manajemen perilaku. antagonis opiat yang kuat, baru-baru ini terbukti mengubah

Page 21: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

masalah-masalah perilaku, penarikan diri dan stereotipik. Model penanganan

harian dengan menggunakan permainan, terapi kemampuan berbicara dan latihan

antarperorangan terstruktur juga menampakan harapan.

2. Autisme tidak khas (F84.1)

Gangguan perkembangan pervasif yang dibedakan dari autisme dalam usia

awalnya atau dari tidak terpenuhinya ketiga kriteria diagnostik. Jadi abnormalitas

dan/atau hendaya perkembangan baru timbul untuk pertama kalinya setelah

berusia 3 tahun serta tidak cukup ditunjukan abnormalitas dalam satu atau dua

dari tiga bidang psikopatologi yang dibutuhkan untuk diagnosis autisme

(interaksi sosial timbal balik, komunikasi, serta prilaku terbatas, stereotipik dan

berulang-ulang) meskipun terpadat abnormalitas yang khas pada bidang lain.

Autisme tidak khas sering muncul pada individu dengan retardasi mental yang

berat, yang sangat rendah kemampuannya sehingga pasien tidak mampu

menampakan gejala yang cukup untuk menegakan diagnosis autisme. Ini juga

tampak pada individu dengan gangguan perkembangan yang khas dari bahasa

reseptif yang berat. Jadi, autisme tak khas secara bermakna merupakan kondisi

yang terpisah dari autisme.

3. Sindrom rett (F84.2)

Suatu kondisi yang belum diketahui sebabnya, sejauh ini hanya dilaporkan

terjadi pada anak perempuan. Secara khas ditemukan bahwa di samping suatu

pola perkembangan awal yang normal atau mendekati normal terdapat suatu

kehilangan keterampilan gerakan tangan yang telah didapat (sebagian/

menyeluruh) dan kemampuan berbicara bersamaan dengan terdapatnya

kemunduran/ perlambatan pertumbuhan kepala, yang biasanya terjadi sekitar usia

7-24 bulan. Gejala yang khas adalah gerakan tangan seperti memeras sesuatu yang

stereotipik, hiperventilasi serta kehilangan kemampuan untuk gerakan tangan

yang bertujuan. Perkembangan fungsi sosialisasi dan bermain terhenti pada usia 2

atau 3 tahun pertama, tetapi perhatian sosial cenderung untuk tetap dipertahankan.

Pada usia menengah kanak terdapat ataksia tubuh, apraksia, disertai skoliosis atau

Page 22: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

kifoskoliosis dan kadang terdapat koreoatetosis. Selalu terjadi suatu dampak

gangguan jiwa yang berat yang berkembang pada masa kanak awal atau

menengah.

Pada sebagian besar sindrom ini, onset penyakit terjadi pada usia 7-24 bulan.

Gejala khas yang paling menonjol adalah hilangnya kemampuan tangan yang

bertujuan dan keterampilan motorik manipulatif yang terlatih. Disertai kehilangan

atau hambatan seluruh atau sebagian kemampuan berbahasa, gerakan seperti

mencuci tangan yang stereotipik dengan fleksi lengan di depan dada atau dagu,

membasahi tangan secara stereotipik dengan saliva, hambatan dalam fungsi

mengunyah makanan dan sering terjadi episode hiperventilasi. Secara khas

tampak anak tetap dapat tersenyum sosial dan melihat orang sekitar, tetapi tidak

terjadi interaksi sosial dengan mereka pada awal masa kanak (walaupun interaksi

sosial dapat berkembang kemudian). Cara berdiri dan berjalan cenderung untuk

melebar, otot hipotonik, koordinasi gerakan tubuh memburuk serta skoliosis atau

kifoliosis yang berkembang kemudian. Atrofi spinal spinal dengan hendaya

motorik berat muncul kemudian pada saat remaja dan dewasa pada 50% pasien.

Kemudian muncul spatisitas dan rigiditas, yang biasanya lebih banyak terjadi pada

ekstremitas bawah daripada ekstremitas atas. Serangan epileptik yang mendadak

biasanya dalam bentuk kecil, dengan onset serangan umumnya sebelum usia 8

tahun dan hal ini terjadi pada sebagian besar kasus. Berbeda sekali dengan

autisme, disini jarang terjadi prilaku mencederai diri secara sengaja serta

preokupasi stereotipik kompleks atau rutin.

Pola perkembangan gejala gangguan ini akan menetap hingga dewasa dan

kehilangan kemampuan motorik umum secara progresif dan persisten. Dalam

kebanyakan kasus, perbaikan yang didapat cukup terbatas.

4. Gangguan desintegrasi masa kanak lainnya (F84.3)

Gangguan desintegtasi masa kanak lainnya adalah suatu gangguan

perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya periode perkembangan normal

sebelum onset penyakit, serta adanya kehilangan yang nyata dari keterampilan

terlatih pada beberapa bidang perkembangan, setelah bulan penyakit berlangsung,

Page 23: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

disertai dengan adanya abnormalitas yang khas dari fungsi sosial, komunikasi dan

prilaku. Kadang ada periode prodromal berupa keadaan sakit yang samar-samar,

anak menjadi gelisah, mudah tersinggung, cemas dan overaktif. Hal ini juga

diikuti dengan kemiskinan dan kehilangan kemampuan berbicara dan berbahasa

disertai dengan disintegrasi prilaku. Pada beberapa kasus hilangnya kemampuan

terjadi secara progresif dan menetap tetapi lebih sering bahwa penurunan yang

terjadi sesudah beberapa bulan akan menetap (plateau) dan kemudian terdapat

perbaikan yang terbatas. Prognosis biasanya amat buruk dan sebagian besar

penderita akan mengalami retardasi mental yang sangat berat. Terdapat

ketidakpastian tentang perluasan kondisi ini yang berbeda dengan keadaan

autisme. Pada beberapa kasus gangguan ini terlihat sebagai akibat dari

ensefalopati, tetapi diagnosis harus dibuat pada gejala prilaku. Setiap keterkaitan

dengan kondisi neurologis harus diberi kode secara terpisah.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan suatu perkembangan normal yang jelas

sampai usia minimal 2 tahun, yang diikuti dengan kehilangan yang nyata dari

keterampilan yang sudah diperoleh sebelumnya disertai dengan kelainan kualitatif

dalam fungsi-fungsi sosial. Biasanya juga terjadi regresi yang berat atau

kehilangan kemampuan berbahasa, regresi dalam kemampuan bermain,

keterampilan sosial dan prilaku adaptif dan sering dengan hilangnya pengendalian

buang air besar atau kecil, kadang-kadang disertai dengan kemorosotan

pengendalian motorik. Yang khas pada gangguan ini adalah terjadi bersamaan

dengan hilangnnya secara menyeluruh perhatian/minat terhadap lingkungan,

adanya mannerisme motorik yang stereotipik dan berulang serta hendaya dalam

interaksi sosial dan komunikasi yang mirip dengan autisme.

5. Gangguan aktivitas berlebih yang berhubungan dengan retardasi mental

dan gerakan stereotipik (F84.4)

Gangguan ini adalah suatu gangguan yang tak jelas batasannya dengan

validitas nosologis yang belum pasti. Kategori ini dibuat karena anak dengan

retardasi mental berat (iq<50) yang menunjukan masalah besar dalam

hiperaktivitas dan gangguan pemusatan perhatian sering memperlihatkan prilaku

Page 24: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

stereotipik, beberapa anak cenderung tidak responsif terhadap obat stimulansia

(tidak seperti penderita dengan IQ yang normal) dan mungkin juga

memperlihatkan suatu reaksi disforik berat (kadang dengan retardasi psikomotor)

saat mendapat stimulansia. Pada anak remaja gejala overaktif cenderung diganti

dengan aktivitas yang menurun (suatu gambaran yang tidak terjadi pada anak

hiperkinetik dengan IQ normal). Juga sering terdapat hubungan sindrom ini

dengan perlambatan perkembangan yang bervariasi, baik yang khusus maupu

umum.

Diagnosis gannguan ini tergantung kepada kombinasi antara perkembangan

yang tidak serasi dari overaktivitas yang berat, streotipi motorik dan retardasi

mental berat. Ketiga hal ini harus ada untuk menegakkan diagnosis gangguan ini.

6. Sindrom Asperger (F84.5)

Sindrom asperger adalah suatu gangguan dengan validitas nosologis yang

belum pasti, ditandai oleh abnormalitas yang kualitatif sama seperti pada autisme,

yaitu hendaya dalam interaksi sosial yang timbal balik disertai dengan

keterbatasan perhatian dan aktivitas yang sifatnya stereotipik dengan pengulangan

pola yang sama. Gangguan ini berbeda dengan autisme karena tidak adanya

keterlambatan atau retardasi umum kemampuan berbahasa atau perkembangan

kognitif. Sebagian besar penderita mempunyai tingkat intelegensia rata-rata

normal, tetapi sering didapatkan mereka bersikap canggung/ kikuk. Kondisi ini

banyak terjadi pada anak laki-laki. Terdapat kecenderungan yang kuat bahwa

abnormalitas yang terjadi akan berlangsung sampai massa remaja dan dewasa.

Diagnosis gangguan ini berdasarkan kombinasi antara hambatan umum yang

secara klinik jelas berupa keterlambatan bahasa atau perkembangan kognitif,

disertai gejala seperti autisme yaitu defisiensi kualitatif fungsi interaksi sosial

yang timbal balik dengan pola prilaku perhatian dan aktivitas yang terbatas,

berulang dan stereotipik. Mungkin terdapat masalah komunikasi yang sama

seperti pada autisme, tetapi terdapatnya retardasi kemampuan bahasa yang jelas

akan menyingkirkan diagnosis.

Page 25: f8. Ggn Perkembangan Psikologis

7. Gangguan perkembangan pervasif lainnya (F84.8)

8. Gangguan perkembangan pervasif YTT (F84.9)

Diagnosis ini merupakan kategori diagnosis sisa yang harus dipergunakan

untuk gangguan yang tidak dapat memenuhi deskripsi umum gangguan

perkembangan pervasif, tetapi terdapat informasi yang tidak memadai atau adanya

hal yang kontradiktif yang memenuhi kriteria untuk kode F84 lainnya.

E. Gangguan perkembangan psikologis lainnya (F88).

Aganosia perkembangan termasuk dalam gangguan perkembangan psikosis

lainnya.

F. Gangguan perkembangan psikologis YTT (F89).

Gangguan perkembangan YTT termasuk dalam gangguan perkembangan

psikosis YTT.