bernas edisi mei 2015

36
Pendidikan Bernafaskan Agama Untuk Generasi Yang Lebih Baik Dari Nusa Tenggara Timur Untuk Nusantara Be rn as Edisi 03 Tahun IV,Nomor 15, Mei 2015 Hierarki Gereja Katolik Memberikan Restu GELIAT SMAK NTT DALAM PAYUNG KEMENTERIAN AGAMA

Upload: kanwilagamantt

Post on 25-Jul-2016

249 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Geliat SMAK NTT Dalam Payung Kementerian Agama

TRANSCRIPT

Page 1: Bernas Edisi Mei 2015

Pendidikan Bernafaskan Agama Untuk Generasi Yang Lebih Baik

Dari Nusa Tenggara Timur Untuk Nusantara

BernasEdisi

03 Ta

hun I

V,Nom

or 15

, Mei 2

015

Hierarki Gereja Katolik Memberikan Restu

GELIAT SMAK NTTDALAM PAYUNG KEMENTERIAN AGAMA

Page 2: Bernas Edisi Mei 2015

Http :// ntt.kemenag.go.id

M I S I• Meningkatkan Pemahaman dan Pengamalan Ajaran Agama• Memantapkan Kerukunan Intra dan Antar Umat Beragama• Menyediakan Pelayanan Kehidupan Beragama yang Merata dan Berkualitas• Meningkatkan Pemanfaatan dan Kualitas Pengelolaan Potensi Ekonomi

Keagamaan • Mewujudkan Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah yang Berkualitas dan

Akuntabel• Meningkatkan Akses dan Kualitas Pendidikan Umum Berciri Agama, Pendidikan

Agama pada Satuan Pendidikan Umum dan Pendidikan Keagamaan• Mewujudkan Tatakelola Pemerintahan yang Bersih, Akuntabel dan Terpercaya

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMAPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

V I S ITerwujudnya Masyarakat

Nusa Tenggara Timur Yang Taat Beragama, Rukun,Cerdas, dan Sejahtera Lahir

Batin dalam Rangka Mewujudkan Indonesia yang

Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan

Gotong-Royong

Page 3: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

1

Membangun Masyarakat Beragama NTT Beriman, Cerdas, Rukun, dan Sejahtera

Pelindung :Kepala Kantor Wilayah

Kementerian AgamaProvinsi Nusa Tenggara Timur

(ex-officio)

Penanggungjawab :Kepala Bagian Tata Usaha

Kantor Wilayah Kementerian AgamaProvinsi Nusa Tenggara Timur

(ex-officio)

Pemimpin Umum :Drs. Sarman Marselinus

Wakil Pemimpin Umum:H. Hasan Manuk, S.Pd, M.Pd

Pemimpin Redaksi./Redaktur Pelaksana :

John. B. Seja

Dewan Redaksi :Yohanes F. G.M. Wassa

Yos SudarsoBobby Babaputra

Ivony BlegurGenoveva Menggol

Robertus FidiantoPaskalis F. Gara

Sirkulasi :Genoveva Menggol; Ivony Blegur

Design Grafis/Layout/ Foto :Paskalis F. Gara

Kontributor Daerah :Kantor Kementerian Agama Kabupaten/

Kota dan Madrasah Negeri se-NTT

ALAMAT REDAKSI/ SIRKULASI :Subbag Informasi dan Humas

Kanwil Kementerian Agama NTTJl. Frans Seda Kupang,

Telp/Fax [email protected]

Diterbitkan sebagai Media Komunikasi dan Informasi

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur

PERCETAKAN : CV. INARApublishing

Redaksi menerima berita, opini, baik dari kalangan internal maupun dari penulis di luar lingkup Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai dengan misi penerbitan majalah ini. Redaksi berhak melakukan editing tanpa mengubah isi dan struktur naskah. Naskah yang tidak dimuat tidak dikembalikan

DITERBITKAN OLEH SUB BAGIAN INFORMASIDAH HUBUNGAN MASYARAKAT

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMAPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Salam Redaksi

1

Salam Sejahtera.

Pembaca nan budiman.

Selamat bersua kembali dalam BERNAS edisi ketiga. Kami menyajikan informasi seputar dunia pendidikan dan ceritera tentang peristiwa menonjol sepanjang bulan Mei 2015.

Bulan Mei adalah bulan yang dibaktikan bagi Pendidikan. Kementerian Agama sebagai salah satu lembaga yang membidangi pendidikan, khususnya pendidikan agama dan keagamaan, juga memberi makna khusus pada bulan ini.

Kami mencoba memberikan perhatian khusus pada upaya membangun pendidikan di NTT, sebagai salah satu bentuk tanggung jawab Kementerian Agama. Secara khusus yang menonjol akhir-akhir ini yakni berdirinya Sekolah berciri khas agama Katolik. Ini menjadi menarik karena selama ini Kementerian Agama “hanya” terkenal dengan Madrasahnya.

Pada edisi Mei, kami menyuguhkan geliat Sekolah Menengah Agama Katolik di Nusa Tenggara Timur. Ini kisah tentang semangat yang hidup dalam hati umat Katolik NTT, dan harapannya kepada Kementerian Agama.

Gaya penulisan belum banyak berubah. Hanya tampilan yang sedikit kami tingkatkan yakni pada ukuran kertas yang lebih tebal dari dua edisi sebelumnya.

Bicara tentang pendidikan adalah sebuah diskusi abadi sepanjang peradaban. Setiap refleksi atas jejak pendidikan pasti melahirkan strategi dan metode baru. Negara kita terkenal dengan kekayaan kurikulumnya. Walaupun sebenarnya esensi dan substansinya sama. Mendidik tetap adalah upaya sistematis untuk menjadikan manusia lebih manusiawi.

Kementerian Agama masuk dalam upaya sistematis ini. Bahkan lebih berat tugasnya karena predikat “agama”. Artinya insan ikhlas beramal harus mampu bekerja ekstra secara tuntas dan konsekuen. Semoga dengan membaca majalah BERNAS ini kita dibantu untuk segera menuntaskan pekerjaan dan kembali ke arasnya, konsekuen dengan visi dan misi. Selamat membaca.

Redaksi

Page 4: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

2

DAFTAR ISI

Salam Redaksi 1

Daftar Isi 2

Editorial 3

Fokus Utama 4-7

Ssst, Ini Bukan SARA 8

Liputan Khusus 9-13

Bidik Lensa 14-18

Seputar Kanwil 19-22

Lintas Flobamora 23-29

Sahabat BERNAS 30-31

Bianglala 32

Fokus Utama Hal. 4 - 8

Liputan Khusus Hal. 10 - 15

Sahabat BERNAS Hal. 30 - 31

Ikhtiar Melahirkan Generasi Berakhlak Mulia

“Kita tidak dapat membangun masa depan bagi generasi muda kita, tetapi kita dapat membangun generasi muda kita untuk masa depan.”

Geliat Sekolah Menengah Agama Katolik di Nusa Tenggara Timur“Sekolah Menengah Agama Katolik yang selanjutnya disingkat SMAK adalah satuan pendidikan formal setara Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mengintegrasikan mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan mata pelajaran umum.” (Pasal 1 PMA Nomor 54 Tahun 2014)

“Apakah Masih Ada Guru Yang Tertinggal?”Sejenak Bersama Yosef Nganggo, S.Ag(Kakankemenag Kab. Ende)Peningkatan Profesionalitas dan kesejahteraan. Kunci penentu keberhasilan pendidikan di mana pun dan di level apa pun adalah tersedianya guru yang profesional serta kesejahteraannya yang memadai. Guru yang profesional akan menghasilkan proses pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan generasi yang baik pula.

Page 5: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

3

Pendidikan Bernafaskan AgamaUntuk Generasi Yang Lebih Baik

Editorial

Sejak awal pendirian bangsa Indonesia, character building telah diletakkan sebagai dasar perwujudan cita-cita nasionalisme. Gagasan ini

populer lagi ketika Presiden Jokowi mengkampanyekannya sebagai Revolusi Mental. Dan revolusi mental pulalah yang menjadi tonggak perubahan masyarakat Indonesia dewasa ini. Tak terkecuali di dunia pendidikan.

Di atas kertas, Kurikulum 2013 menjadi wujud filosofis dari revolusi mental. Konsep pendidikan karakter yang menjadi mainstream K 13 pada hakekatnya adalah pendidikan nilai, yang berpijak dari karakter dasar manusia. Dan ini lahir dari keprihatinan akan kondisi mental bangsa yang dipandang telah merosot jauh di bawah ambang batas. Bahkan pernah ada yang berseloroh, untuk memperbaiki kondisi mental bangsa ini harus mengorbankan beberapa generasi agar rantai virus mental negatif putus.

Untuk konteks Indonesia, dasar pijak utama penyelenggaraan pendidikan karakter adalah nilai-nilai agama, the good. Mengukir karakter (akhlak) melalui proses knowing the good, loving the good, acting the good yaitu proses melibatkan aspek kognitif, emosi dan fisik sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart and hands. Dengan kata lain, pendidikan karakter merupakan usaha aktif untuk membentuk kebiasaan baik.

Tidak dapat dipungkiri bahwa peran agama dalam memajukan pendidikan NTT sangat menonjol. Banyak orang hebat dan berpengaruh telah lahir dari rahim pendidikan Katolik yang dikembangkan oleh misionaris, dengan kekhasan pembentukan watak, di samping pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan berasrama (pemondokan atau boarding school) yang memberi tempat seluas-luasnya bagi pembiasaan atau habitualisasi the good. Itu dulu, karena sekarang sepertinya fakta tampilan karakter negatif dari insan NTT hampir saja menghapus keluhuran warisan pendidikan masa lalu tersebut.

Kementerian Agama memiliki perhatian pada pendidikan, secara khusus pendidikan bernafaskan agama. Kita kenal madrasah, pondok pesantren, pasraman, pesantenan dan akhir-akhir ini sekolah teologia Kristen serta sekolah menengah agama Katolik. Lembaga pendidikan ini tampil unik karena tidak bernaung di

bawah Kementerian Pendidikan Nasional, tetapi pada Kementerian Agama. Salah satu alasannya adalah karena porsi yang diberikan untuk agama “lebih banyak” dibandingkan sekolah lainnya. Demikian pun harapan pembentukan karakter mulia bernafaskan agama menjadi “lebih banyak” pula.

Sebenarnya perhatian pada fak agama di NTT sudah menjadi kekhasan pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga agama seperti yayasan Katolik, Kristen, Islam dan yang lainnya. Hasilnya tentu kita nikmati sekarang ini, bahkan masih tersisa kenangan akan kejayaan pendidikan bernafaskan agama yang diselenggarakan swasta pada masa lampau yang tetap berkualitas di tengah keterbatasan.

Kita sepakat bahwa revolusi adalah sebuah proses panjang sejauh peradaban manusia. Dan kini proses itu serentak dipertegas lagi secara sistematis dalam wadah lembaga pendidikan formal yang mengusung idealisme membangun karakter mulia berlandaskan ajaran agama. Karena itu, peran Kementerian Agama memperoleh afirmasinya dalam menyelenggarakan pendidikan formal bernafaskan agama.

Sanggupkah Kementerian Agama memberikan jawaban yang memuaskan dengan menyelenggarakan pendidikan formal bernafaskan agama? Secara khusus di NTT, yang mayoritas penduduknya beragama Katolik dan Kristen? Apalagi dengan akan berlakunya serentak Kurikulum 2013 yang menganut cita-cita pembentukan karakter, yang tentu saja akan menjadi perhatian dari semua penyelenggara pendidikan formal di Flobamorata.

Kiprah Madrasah dan Pondok Pesantren di Nusa Tenggara Timur yang dibina oleh Kementerian Agama sudah memberikan jejak prestasi yang membanggakan, sejajar dengan lembaga pendidikan umum negeri pun swasta lainnya. Sekarang ditambah lagi dengan lembaga pendidikan bernafaskan agama Kristen dan Katolik, walaupun masih berstatus swasta. Juga ada Hindu dan Buddha.

Tanggungjawab Kementerian Agama menjadi semakin berat. Regulasi yang ditetapkan sudah menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi, selanjutnya tergantung pada para pemainnya, ASN Kementerian Agama. Tuntutannya jelas, harus bisa bekerja secara tuntas dan konsekuen. (john seja)

“Banyak orang hebat dan berpengaruh telah lahir dari rahim pendidikan Katolik yang dikembangkan oleh pastor misionaris, dengan kekhasan pembentukan watak, di samping pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan berasrama yang memberikan tempat

seluas-luasnya bagi pembiasaan atau habitualisasi the good.”

Page 6: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

4

Fokus Utama

Membangun generasi muda untuk masa depan merupakan tantangan yang mesti dijawab oleh dunia

pendidikan dewasa ini. Untuk mencapai hal tersebut, tentu saja setiap komponen yang terlibat dalam dunia pendidikan mesti memiliki kepekaan yang sama seturut kekinian zaman yang senantiasa cepat berubah. Ini tidak hanya menjadi tugas para pendidik semata tetapi merupakan tugas setiap kita untuk bersinergi menanamkan benih pendidikan yang baik bagi generasi muda agar kelak menjumpai masa depan yang cemerlang.

Menarik untuk disimak sebuah kisah yang

dibagikan seorang teman melalui media sosial tentang bagaimana para guru di Negara maju lebih khawatir jika para murid tidak bisa mengantri daripada tidak bisa matematika. Mengapa? Karena untuk bisa matematika, seorang anak hanya perlu dilatih dan dibimbing secara intensif selama 3 bulan, sementara untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran di balik proses mengantri seorang anak bahkan perlu dilatih selama 12 tahun bahkan lebih. Lantas, pelajaran penting apakah di balik budaya mengantri? Sang guru pun membeberkan 10 hal terkait pelajaran di balik budaya mengantri yakni Pertama; anak belajar manajemen waktu, jika ingin paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal. Kedua; anak belajar bersabar menunggu giliran, jika mendapat antrian di tengah ataupun di belakang. Ketiga; anak belajar menghormati hak orang lain yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal. Keempat; anak belajar disiplin, setara tidak menyerobot hak orang lain. Kelima; anak belajar

Ikhtiar MelahirkanGenerasi Berakhlak Mulia

“Kita tidak dapat membangun masa depan bagi generasi muda kita, tetapi kita dapat membangun generasi muda

kita untuk masa depan.”

Page 7: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

5

kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi rasa bosan ketika mengantri (baca buku misalnya). Keenam; anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan berkomunikasi dengan orang lain di antrian. Ketujuh; anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya. Kedelapan; anak belajar hukum sebab akibat, jika datang terlambat harus menerima konsekuensi di antrian belakang. Kesembilan; anak belajar disiplin, teratur, dan menghargai orang lain. Kesepuluh; anak belajar memiliki rasa malu, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.

Cerita sederhana tersebut merupakan potret tantangan dunia pendidikan kini sekaligus memberikan hikmah kepada kita bahwa pendidikan bukan semata-mata nilai akademis yang tinggi dalam rupa secarik kertas ijazah ataupun sertifikat. Lebih dari itu, pendidikan sesungguhnya perlu menyiapkan generasi muda dengan menanamkan sebuah karakter yang kuat terutama menyangkut etika dan moral serta kepekaan sosial untuk berbagi dengan orang lain.

Hal tersebut patut menjadi catatan dan disadari betul oleh Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur, Drs. Sarman Marselinus yang dalam berbagai kesempatan sebelum penyelenggaraan UN Tahun 2015 menekankan tentang pentingnya integritas baik pengawas, guru, maupun siswa ketika menghadapi Ujian Nasional. Kejujuran, menurutnya, merupakan hal yang mesti di nomorsatukan dalam proses mencapai tujuan yakni kelulusan para siswa. Karenanya, orang nomor satu di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT ini meminta para pengelola sekolah agama dan keagamaan di bawah naungan Kementerian Agama mesti memperhatikan betul kualitas pendidikan sehingga bisa menghasilkan output-output yang mampu menjawab tantangan globalisasi yang semakin nyata di depan mata.

Seruan moral Kakanwil tersebut, sejatinya dimaknai secara komprehensif sebagai sebuah ikhtiar bersama menyiapkan generasi muda berkarakter yang memiliki akhlak mulia melalui berbagai program terobosan sekaligus sebagai jawaban atas perwujudan misi meningkatkan

Page 8: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

6

kualitas pendidikan agama dan keagamaan.Tanggung jawab ini menjadikan seluruh

komponen pendidikan agama dan keagamaan di bawah naungan Kementerian Agama perlu memikirkan strategi yang cakap dalam mengimplementasikan program yang digulirkan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur. Strategi tersebut mesti dipikirkan secara serius terutama yang lebih menyentuh esensi dari sejumlah masalah pendidikan. Bila perlu dituangkan dalam bentuk cetak biru berupa langkah konkret yang mesti ditempuh secara bersama-sama sehingga menjadi semacam pedoman bersama guna melahirkan generasi muda handal yang mampu menantang arus globalisasi.

Potret Pendidikan di Nusa Tenggara TimurLantas, seperti apakah potret dunia

pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Timur? Apakah sudah berada pada lintasan yang benar dalam usaha mencapai garis finish seperti yang diharapkan? Bia sudah dalam lintasan yang tepat, maka pertanyaan selanjutnya yakni berada pada

posisi berapakah derap pacu dunia pendidikan di NTT untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat dalam balutan masa depan yang terbentang?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, disadari sungguh bukan merupakan perkara mudah kalau tidak mau disebut sulit. Untuk itu, sebelum menguliti lebih jauh dunia pendidikan di NTT, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu kesadaran akan pentingnya pendidikan di Provinsi ini yang tergambar dalam prosentase angka partisipasi sekolah menurut kelompok umur.

Setidaknya prosentase angka partisipasi sekolah di Provinsi NTT menurut kelompok umur dalam kurun waktu 10 tahun terakhir seperti yang dilansir dari ntt.bps.go.id menunjukan perkembangan yang cukup berarti walaupun belum menggembirakan. Hal ini bisa dilihat dari prosentase angka yang dicantumkan yakni untuk kelompok usia 7 – 12 tahun pada tahun 2013 mencapai 97,34 % dibanding pada tahun 2003 yang hanya mencapai 90,77 %. Demikian juga dengan kelompok usia 13 -15 tahun pada tahun 2013 yang mencapai 89,39 % dibanding tahun

Page 9: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

7

2003 yang hanya berkisar di 71,65 %. Untuk kelompok usia 16 – 18 tahun pada tahun 2013 mencapai 64,90 % dibanding tahun 2003 yang hanya mencapai 37,79 %.

Angka-angka tersebut perlu dibaca sebagai potret realitas yang sekiranya dapat dijadikan titik awal refleksi segenap pemangku kepentingan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dunia pendidikan. Terkait angka-angka yang dibeberkan ini tentu akan menimbulkan perdebatan panjang karena menyangkut beragam faktor di dalamnya. Namun tetap saja prosentase angka partisipasi sekolah merupakan hal mendasar yang menjadi tanggung jawab semua pihak bila menginginkan generasi muda di NTT memiliki masa depan yang cemerlang.

Sampai pada titik ini, seharusnya kita sudah menemukan celah untuk menyiapkan solusi dari setumpuk persoalan dunia pendidikan NTT. Tak lagi menunda untuk memikirkan dan merancang formula yang tepat secara bersama guna melahirkan generasi NTT yang dapat memeluk masa depan gemilang sekaligus menjadi tuan rumah di tanahnya sendiri di tengah era

persaingan yang sedemikian bebasnya.Pembekalan dalam rupa pelatihan berbagai

ketrampilan tambahan mesti menjadi hal mutlak sebagai salah satu prioritas dalam dunia pendidikan agama dan keagamaan di Provinsi NTT. Karenanya, tanggung jawab menyiapkan generasi muda berkarakter kuat yang mandiri dan berdikari untuk menghadapi persaingan global dengan akhlak mulia harus sampai pada tataran praksis dalam lingkungan pendidikan agama dan keagamaan di Provinsi NTT.

Bila sudah demikian, niscaya segala bekal yang telah ditanamkan dalam diri generasi muda pada lingkungan pendidikan bukan lagi semata-mata untuk sekedar memenuhi target prosentase kelulusan, melainkan menjawab serta memenuhi panggilan tuntutan zaman.

Selamat datang Ujian Nasional 2015!! Bertanggung jawablah karena semakin lama kejujuran total tertunda, semakin banyak juga tumpukan beban pikiran, rasa bersalah, serta ketakutan yang menghalangi kita.

*** (Gerald Wassa)

Page 10: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

8

Ingin Masuk SurgaSeorang guru sedang mengajar mata pelajaran agama di SD mengenai surga.Guru Agama : "Anak-anak.. siapa yang mau masuk surga?"Murid-Murid : "Saya pak.. saya..." (masing-masing anak pada

teriak kecuali si Randus yang sedang tertidur di belakang)

Guru Agama : "Yang mau masuk surga tunjukkan tangannya."Murid-Murid : "Saya..."(bersama-sama para murid menunjukkan

tangannya kecuali si Randus).Guru Agama : "Yang mau masuk surga ayo berdiri..."

Kemudian murid-murid pada berdiri kecuali si Randus karena masih tertidur. Lalu guru agama menghampiri si Randus yang kemudian membangunkannya. Guru agama tersebut kemudian bertanya kepada si Randus.Guru agama : "Randus kamu mau masuk surga?"Udin : "Mau dong pak!"Guru agama : "Terus kenapa kamu tidak berdiri?"Udin : "Lha... memangnya mau berangkat sekarang pak?"

(Ivonny Blegur/dari berbagai sumber).

Pelajaran AgamaJangan Berbohong

Seorang guru agama mengakhiri pelajarannya hari ini dan memberikan tugas untuk minggu depan.”Anak-anak, minggu depan kita akan mempelajari salah satu dari perintah Allah, yaitu jangan berbohong. Sebagai persiapan, Ibu menugaskan kalian untuk membaca Injil Markus bab 17 ayat 2,” katanya di depan kelas.

Seminggu kemudian, si Ibu Guru pun kembali bertanya,”Siapa yang sudah membaca Injil Markus bab 17 ayat 2, tunjuk tangan!” Lalu para murid pun beramai-ramai mengangkat tangannya.

Lalu lanjutnya,”Kalian semua yang tunjuk tangan tadi, maju ke depan semuanya, angkat kedua tangan kalian dan satu kaki kalian ke atas, sampai pelajaran ini selesai!”

Anak-anak yang tadi beramai-ramai mengangkat tangan tersebut serentak kebingungan...

“Injil Markus itu, cuma sampai bab 16, jadi kalian semua berbohong kalau membaca Injil Markus bab 17!” bentaknya.

(Ivonny Blegur/dari berbagai sumber).

Sssttt...Ini Bukan SARA

8

Page 11: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

9

Liputan Khusus

Lahir dari keprihatinanPada awal tahun 2012 dari Ende, rahimnya

Pancasila, terbersit asa untuk memiliki juga “madrasah” bagi umat Katolik. Bagaimana tidak, di tempat yang selalu dipandang sebagai pusatnya agama Katolik, justru wadah formal untuk proses pewarisan tradisi dan nilai-nilai Kekatolikan, minim sekali.

Tidak dapat diabaikan bahwa di NTT terdapat sekian banyak sekolah swasta Katolik yang bermutu. Soal kualitas pasti berbanding lurus dengan harga. Semakin tinggi mutunya, pasti semakin tinggi pula biaya yang harus dikorbankan untuk itu. Ini berarti, pendidikan bermutu di NTT yang “ramah” bagi orang Katolik kebanyakan, masih sangat terbatas.

Sekelompok awam Katolik yang berdinas di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende pada tang ga l 14 J a n u a r i 2 0 1 2 , mendeklarasikan i k h t i a r menghadirkan lagi lembaga pendidikan khas Katolik yang bermutu dan murah seperti yang dahulu pernah ada.

Ketika tahun 1992, keberadaan S P G K d a n P G A K d i a l i h f u n g s i ka n , p e r n a h a d a

Geliat Sekolah Menengah Agama Katolik di Nusa Tenggara Timur

“Sekolah Menengah Agama Katolik yang selanjutnya disingkat SMAK adalah satuan

pendidikan formal setara Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mengintegrasikan mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan mata pelajaran umum.” (Pasal 1 PMA Nomor 54 Tahun 2014)

penggantinya yakni Sekolah Menengah Agama Katolik di Ende dan di Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara. Tetapi kemudian menghilang karena dilema memilih induk semang, berkiblat ke Kementerian Agama atau Kementerian Pendidikan Nasional.

Inisiatif ASN Katolik Kementerian Agama Satu dekade telah berlalu, gagasan Sekolah

Menengah Agama Katolik kembali mencuat di bumi Flobamorata. Bukan untuk menghadirkan pesaing baru, atau menisbikan torehan prestasi sekolah Katolik lainnya, atau sekedar menampilkan nuansa adil di lembaga ikhlas beramal yang terkenal dengan kiprah madrasah. Sebaliknya, SMAK lahir sebagai sebuah penegasan bahwa yang bernafaskan agama sudah sepantasnya berada di bawah naungan Kementerian Agama.

Pertengahan tahun 2012, hadir perdana di NTT, SMAK Santo Thomas Morus Ende, dengan memanfaatkan sarana prasarana berupa gedung dan meubeler pinjaman dari Kantor Kemenag Kab. Ende dan SDK Ende 8, dengan restu dan dukungan penuh

Page 12: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

10

Yang Mulia Uskup Agung Ende, Mgr. Vinsen Poto Kota, Pr, terbitlah Ijin Operasional dari Kementerian Agama RI dengan nomor DJ.IV/Hk.00.5/123/2012, ditandatangani oleh Semara Duran Antonius.

Pada tahun dan bulan yang sama, terbit pula ijin operasional bagi tiga SMAK lain yakni SMAK Santo Thomas Aquinas Bengkayang, Kalimantan Barat, SMAK Seminari Mario John Boen Pangkalpinang, Medan, dan SMAK Maria Mediatrix Langgur, Maluku Tenggara.

Tahun 2013, setahun setelah SMAK Santo Thomas Morus Ende berkreasi dalam keterbatasan, di Sumba Barat Daya dan Sikka gayung bersambut. Geliat awam Katolik di Ende mendapat tanggapan dan proses studi banding pun dilakukan, hasilnya berdirilah SMAK Santo Dominikus Tambolaka, Sumba Barat Daya dan SMAK Santo Petrus Kewapante, Sikka. Kemudian pada tahun 2014, berdiri pula SMAK Santo Fransiskus Asisi Larantuka, Kabupaten Flores Timur.

Kekhasan dari proses berdirinya Sekolah Menengah Agama Katolik di NTT, peran insan Ikhlas Beramal sangat besar. Inisiatif berasal dari awam Katolik yang kesehariannya adalah PNS, entah sebagai guru agama, pengawas, staf pun pejabat pada Kantor Kementerian Agama. Sebagai orang yang mengetahui seluk beluk aturan perundang-undangan dan mekanisme pendirian sekolah agama,

mereka hadir sebagai jembatan komunikasi antara Negara dan gereja Katolik.

Atas Restu Pimpinan Gereja KatolikSesuai Peraturan Menteri Agama (PMA) nomor

1 tahun 2013 tentang Sekolah Menengah Agama Katolik, prosedur pendirian SMAK harus bermula dari lembaga agama yakni Gereja Katolik setempat (pasal 4). Peran Uskup selaku pimpinan gereja lokal sangat menentukan. Hal ini sejalan dengan amanat Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007.

Hingga kini telah ada 7 lembaga SMAK di wilayah provinsi NTT, yakni SMAK Santo Thomas Morus Ende, SMAK Santo Dominikus Tambolaka, Sumba Barat Daya, SMAK Santo Petrus Kewapante, Sikka, SMAK Santo Fransiskus Asisi Larantuka, Flores Timur, SMAK

Page 13: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

11

Santo Karolus Riung, Kabupaten Ngada, SMAK Santo Mikhael Solor, dan SMAK Santa Maria Immaculata Baniona, Adonara. Dari tujuh SMAK yang ada, Ende menjadi yang sulung dan juga telah menyelenggarakan dengan sukses UN bagi 54 siswa angkatan perdana dengan prestasi membanggakan.

“Sungguh Ende menjadi inspirasi dan motivasi pendidikan Katolik, setidaknya semangat dan kekompakan kerja tim penyelenggara SMAK, patut diapresiasi dan perlu ditiru oleh teman-teman di Kabupaten lain,” ungkap Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus ketika mengunjungi SMAK Santo Thomas Morus Ende dalam lawatan Safari Pendidikan tahun 2015.

Dukungan gereja lokal sangat terasa, terutama di tengah keterbatasan SMAK pada masa awal kiprahnya. Satu syarat administratif yang menentukan proses pendirian adalah badan hukum. Ketujuh SMAK bernaung di payung hukum Yayasan Katolik milik keuskupan /gereja Katolik, ini adalah salah satu bentuk dukungan sekaligus restu yang mengandung harapan kemajuan pendidikan Katolik di NTT.

Di samping itu, posisi hierarki Gereja Katolik dalam SMAK sangat menentukan. Terutama menyangkut isi ajaran iman dan moral yang menjadi privilese magisterium gereja Katolik. Dan hal ini diafirmasi oleh PMA nomor 54 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2013 tentang Sekolah Menengah Agama Katolik.

Menghidupkan Lagi Sekolah Berasrama“Kita sedang membangun dan membawa sekolah

ini ke arah yang lebih baik dan benar dalam menghasilkan pemimpin-pemimpin Katolik yang berkualitas sesuai dengan roh atau ajaran Gereja Katolik,” demikian disampaikan Rm. Sebas Uran Bala, Pr usai dilantik menjadi Kepala SMAK Santo Fransiskus Asisi Larantuka, Flores Timur (19/08/2014). Harapan yang sama ini juga hidup pada enam SMAK lain di NTT.

“Melalui SMAK ini diharapkan para siswa dibekali dengan pengetahuan umum dan lebih khusus lagi mereka diberi mata pelajaran keagamaan yang tidak diperoleh di sekolah umum, misalnya Kitab Suci, Pokok Iman dan Moral Katolik, Sejarah Gereja, Liturgi dan

Pastoral Kateketik lalu ditambah dengan pembiasaan hidup keagamaan,” ini harapan sekaligus janji Ketua Penyelenggara SMAK St. Thomas Morus Ende yang juga adalah Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende, Yosef Ngganggo, S.Ag.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumba Barat Daya, Drs. Julius David Kalumbang, selaku Ketua Badan Penyelenggara SMAK St. Dominikus, Tambolaka. Harapan ini telah memperoleh jawabannya dalam PMA nomor 54 tahun 2014, pasal 6 (enam).

Pada SMAK, mata pelajaran Pendidikan Agama dikembangkan menjadi tujuh (7) mata pelajaran lagi yaitu: Kitab Suci, Doktrin Gereja Katolik, Etika/Moral Kristiani, Sejarah Gereja Katolik, Pastoral, Kateketik, dan Liturgi. Ketujuh mata pelajaran ini ditetapkan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik berdasarkan persetujuan Gereja Katolik dan/atau Uskup.

Selain itu, pada SMAK juga berjalan kegiatan ekstrakurikuler bernafaskan agama Katolik seperti safari liturgi, peribadatan dan juga pastoral umat basis. Tentu pertanyaan lanjutnya adalah bagaimana mengelola waktu untuk sekian banyak muatan kurikulum ini?

Sekolah berasrama atau boarding school menjadi jawaban. Sekolah asrama merupakan ciri khas sekolah Katolik. Sistem sekolah asrama menjadi pusat kristianitas, pusat pembentukan tingkah laku, sifat, mental, watak/karakter etis peserta didik. Dalam asrama terjadilah proses habitualisasi karakter Kekatolikan. Iman kristiani adalah iman yang komunal.

Page 14: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

12

“Sekolah asrama menjadi wadah pengembangan sumber daya peserta didik, layaknya seminari awam, sekaligus tempat mereka belajar, merefleksikan dan menginternalisir nilai-nilai Kristiani melalui program bina rohani dan keterampilan kewirausahaan.” Demikian disampaikan P. Yeremias Purin Koten, SVD, Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Renha Rosario Kewapante, yang memayungi SMAK St. Petrus Kewapante.

Perjalanan panjang menuju SMAK NegeriDukungan Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Katolik pada penyelenggaraan SMAK di NTT menjadi topangan yang diandalkan. Salah satu alasan adalah kualitas pendidikan berbanding lurus dengan harga/biaya pendidikan. Masyarakat Katolik di NTT sebagaimana kebanyakan masyarakat NTT berada dalam tataran ekonomi menengah ke bawah. Karena itu, bantuan menjadi penting, apalagi hampir semua SMAK yang kini hadir di NTT lahir dari keterbatasan

dan keprihatinan. Ketika Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI, menerbitkan Keputusan Dirjen Bimkat Kemenag RI No. DJ.IV/Hk.00.5/103 A/2013 tentang Petunjuk Teknis Proses Penegerian Sekolah Menengah Agama Katolik, semua SMAK yang ada di NTT mengajukan proporsal penegerian, dengan dukungan penuh masyarakat Katolik dan hierarki Gereja lokal serta lembaga pemerintah dan swasta terkait.

Bervariasi alasan yang melatarbelakangi sikap ini, tetapi satu hal yang pasti, ini menjadi salah satu bentuk keterbukaan umat Katolik NTT untuk menjadi bagian yang utuh dari penyelenggaraan pemerintahan NKRI ini, khususnya di bidang pendidikan. Diskusi demi diskusi dilakukan untuk mematangkan motivasi penegerian SMAK. Kesimpulannya adalah SMAK pantas untuk dinegerikan. Namun sayang, upaya ini belum membuahkan hasil karena moratorium satker

Page 15: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

13

n e g e r i ya n g s e d a n g berlaku.

Direktur Pendidikan Katol ik Dit jen Bimas Kato l ik Kemenag R I , Fransiskus Endang, SH, MM dalam lawatan ke SMAK di NTT mengisahkan jalan penuh liku proses penegerian SMAK yang harus melewati berbagai kementerian dan lembaga serta perlu mendapat persetujuan anggaran dari DPR RI. Dan saat ini sedang moratorium.

“Kita akan terus berjuang walau kini sedang moratorium.” Namun dikatakan, negeri atau pun tidak, Ditjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI akan tetap membantu dengan berbagai program. “Walaupun kalau

menjadi negeri akan lebih baik,” tegasnya.Model pendidikan Sekolah Menengah Agama

Katolik adalah sebuah terobosan baru tonggak sejarah era kebangkitan Gereja Katolik. Dimulai dari keterbatasan dan keprihatinan, dengan

semangat untuk menjadi lebih baik, SMAK menjadi harapan membangun kehidupan masyarakat NTT yang lebih baik. Begitu besar harapan yang dipundakkan pada lembaga ini.

“ K a l i a n a d a l a h inspirasi di masa modern i n i . M a k n a i p ro s e s pendidikan di SMAK sebagai investasi untuk masa depan gemilang dengan menampilkan citra diri dengan nilai p lus . Ka l ian ada lah iklan yang hidup bagi masyarakat,” demikian selalu diamanatkan oleh Kepala Kanwil Kemenag N T T, D r s . S a r m a n Marselinus kepada siswa-siswi SMAK.

Selamat berkiprah S e ko l a h M e n e n g a h Agama Katolik. Pro Patria et Ecclesia.

(by. jose / sumber: ntt.kemenag.go.id)

Page 16: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

14

Bidik Lensa

Kegiatan pelatihan bagi 16 Duta Pramuka Santri Kanwil Kemenag Prov. NTT oleh Bidang Pendikan Islam yang berlangsung di Asrama Haji Kupang, 27 s.d 31 Mei 2015

Plh. Kakanwil Kemenag NTT, Drs. Dominikus Djata, M.Si (Kabid Pendidikan Katolik) melepas secara resmi 16 Duta Pramuka Santri NTT untuk mengikuti Perkemahan Pramuka Santri Nusantara (PPSN) VII Tingkat Nasional Tahun 2015

yang berlangsung di Bumi Perkemahan Agro Wisata Tambang Ulang, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan.

Page 17: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

15

Kakanwil Kemenag Prov. NTT, Drs. Sarman Marselinus bersama peserta kegiatan Pembinaan dan Peningkatan Kualitas Tenaga Pendidikan dan Kependidikan Agama Hindu, pada acara pembukaan kegiatan yang berlangsung

di Aula Badan Pelatihan Kesehatan Kupang.

Kakanwil Kemenag Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus dikalungi selendang oleh siswi MAN Labuan Bajo - Manggarai Barat saat berkunjung ke madrasah tersebut.

Page 18: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

16

Penandatanganan prasasti peresmian Gedung Asrama Madrasah Aliyah Al-Bara’ah Crowerian di Sagu, Adonara Kabupaten Flores Timur oleh Kakanwil Kemenag Provinsi NTT.

Kakanwil Kemenag Provinsi NTT dan Ibu Ketua DWP Unit Kanwil Kemenag Prov. NTT foto bersama Kepala Kantor Kemenag TTU, Dra. Yosefina M. Neonbeni, M.Hum dan para pengajar di MIN Kefamenanu.

Page 19: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

17

Irjen Kemenag RI, Moch. Jasin bergambar bersama pejabat eselon III Kanwil Kemenag Prov. NTT dan Kepala Kantor Kemenag Kab. Kupang serta Kepala Kantor Kemenag Kota Kupang setelah kegiatan Diskusi Pendahulan Pengawasan

dengan Pendekatan Agama di Asrama Haji Kupang, Provinsi NTT.

Sekretaris Itjen Kemenag RI, Hilmi Muhammadiyah ketika menyampaikan materi 5 Budaya Kerja Kemenag di hadapan Pejabat Eselon III dan IV Kanwil Kemenag Provinsi NTT, Kantor Kemenag Kabupaten Kupang

dan Kantor Kemenag Kota Kupang, di Asrama Haji, Kupang, Prov. NTT.

Page 20: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

18

Kakanwil Kemenag Prov. NTT bersama Kakankemenag Kabupaten Sumba Barat Daya bergambar bersama Kepala dan siswa-siswi Sekolah Menengah Theologia Kristen (SMTK) Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya.

Tarian putra-putra cilik Sumba menyambut kedatangan Kakanwil Kemenag Prov. NTT, Drs. Sarman Marselinusbersama rombongan ketika mengunjungi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumba Tengah.

Page 21: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

19

Subbag Informasi & Humas Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT menggelar rapat koordinasi internal (Sabtu, 09/05/2015), bertempat di

Aula II Kanwil Kemenag. Provinsi NTT guna membahas dua agenda penting yakni rencana penerbitan majalah Bernas 2015 dan penerbitan Buku Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT dalam angka 2014.

Rapat yang dipimpin langsung oleh Kepala Bagian Tata Usaha, H. Hasan Manuk, S.Pd,M.Pd ini dihadiri oleh Kepala Bidang Urakat, Drs. Yakobus B. Kleden, MM, Pembimas Hindu, Dra. Ni Wayan Sunarsih, Pembimas Buddha, Aryadi Satyawira, SH, serta segenap pejabat eselon IV lingkup Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT yang menangani seksi informasi dari bidang teknis terkait. Turut hadir Kasubag Tata Usaha Kabupaten Kupang, Antonius Nggaa Rua, S.Ag.

Dalam arahan pembuka, Kepala Bagian Tata Usaha, H. Hasan Manuk, S.Pd, M.Pd mengharapkan agar adanya sinergitas antara bidang teknis dalam mendukung tugas dan fungsi Sub Bagian Informasi dan Humas. H. Hasan Manuk, S.Pd, M.Pd mengharapkan agar Subbag Informasi & Humas

Bahas Agenda Penting, Inmas Gelar Rakor

dapat segera melaksanakan hasil rapat dan mengajak seluruh unit teknis memberikan dukungan terhadap kesuksesan dua agenda Subbag Informasi & Humas

Sementara itu, Kasubag Informasi & Humas, Yohanes B. Seja, S.Fil mengawali pemaparan dengan membeberkan tugas dan fungsi Subbag Informasi dan Humas serta sekilas pandang Rencana Kerja Tahunan Subbag Informasi & Humas tahun 2015. Selain itu, John Seja juga memaparkan agenda rapat yang perlu dibahas yakni rencana penerbitan majalah Bernas 2015 dan buku Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT dalam angka 2014.

Dua agenda yang dibahas mendapat tanggapan dari para peserta rapat dan disepakati bahwa penerbitan majalah Bernas 2015 dicetak per bulan dengan halaman yang lebih sedikit dari terbitan sebelumnya serta perlu adanya koordinasi yang lebih baik antara bidang teknis dan Subbag Inmas terutama mengenai jadwal kegiatan nasional yang melibatkan kontingen NTT atau kehadiran Kakanwil dalam event nasional sehingga Subbag Inmas dapat mengatur jadwal perjalanan peliputan dengan lebih baik.

Sedangkan rencana penerbitan buku Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT dalam angka 2014 disepakati bahwa data yang sudah ada di Subbag Informasi dan Humas akan diverifikasi dan divalidasi kembali dengan unit teknis terkait. Hal ini juga mendapat penegasan terkait batasan pengertian rohaniwan bagi masing-masing agama agar data yang ditampilkan rasional. Selain itu, dibahas juga mengenai data pendidikan agama dan keagamaan agar dipertegas dan dipilah mana yang masuk kategori untuk ditampilkan. Penegasan juga untuk data jemaah haji yang ditampilkan dan bukan data jemaah calon haji.

Sumber: ntt.kemenag.go.id (JW/BB/YM)

Seputar Kanwil

Page 22: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

20

Sebanyak tujuh orang ASN di lingkup Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT menerima SK yang diserahkan langsung

oleh Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus pada apel kesadaran (Senin, 18/05/2015).

Dari ketujuh orang ASN tersebut, empat orang ASN menerima SK. Kenaikan Pangkat, sementara tiga orang lainnya menerima SK. Jabatan Fungsional

Tertentu sebagai Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.Keempat orang yang menerima SK. Kenaikan

Pangkat yakni Drs. Yakobus Beda Kleden, MM dari pangkat/gol. Ruang Pembina, IV/a ke pangkat/gol. Ruang Pembina Tk.I, IV/b, AryadiSatyawira, SH dari pangkat/gol.ruang PenataTk.I, III/d ke pangkat/gol.ruang Pembina, IV/a, dan Muhammad Adha, SE dari pangkat/gol.ruang Penata, III/c ke pangkat/gol. Ruang PenataTk.I, III/d, serta Syukur A. Ahmad, SE dari pangkat/gol.ruang Penata, III/c ke pangkat/gol.ruang Penata Tk. I, III/d.

Sementara ketiga orang ASN yang menerima SK. Jabatan Fungsional Tertentu sebagai Pengelola Pengadaan Barang/Jasa yakni Genoveva Menggol, S.Sos, Ibrahim Nday, SE, dan Paskalis F. Gara, ST.

Kakanwi l pada kesempatan tersebut menyampaikan proficiat atas apa yang telah diraih oleh ketujuh orang ASN dimaksud. Menurutnya, apa yang diraih merupakan penghargaan Negara atas kinerja yang telah diberikan selama ini. Beliau pun berharap agar kinerja yang baik tetap ditunjukkan.

Sumber: ntt.kemenag.go.id (JW/BB/YM)

Tujuh ASN Terima SKPangkat Dan Jabatan

Page 23: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

21

Kios Informasi Haji dan SMS Gateway prediksi keberangkatan Jemaah Calon Haji Provinsi NTT secara resmi diluncurkan

penggunaannya oleh Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus di sela-sela pelaksanaan Apel Kesadaran (Senin, 18/05/2015) yang ditandai dengan pengguntingan pita.

Didampingi oleh para pejabat Eselon III, Kakanwil menggunting pita dan puluhan balon gas yang telah disediakan pun beterbangan ke udara disertai bunyi sirene yang disambut dengan aplaus meriah oleh para ASN di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT.

Usai melakukan pengguntingan pita, Kakanwil melakukan simulasi menguji mesin kios informasi

haji dengan mencoba memasukkan nomor porsi salah seorang jemaah calon haji dan hasilnya prediksi kapan waktu keberangkatan pun terpampang di layar monitor.

O r a n g n o m o r s a t u d i l i n g k u p Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT in i menyampaikan

proficiat atas apa yang telah dilakukan oleh Kepala Bidang Haji & Bimas Islam, Drs. H. Syamsul Maarif bersama jajarannya yang telah membuat sebuah terobosan demi pelayanan publik yang memadai.

Kepala Bidang Haji dan Bimas Islam, Drs. H. Syamsul Ma’arif sebelumnya mengungkapkan bahwa Kios Informasi Haji dan SMS Gateway diluncurkan demi menjawab kebutuhan jemaah tentang prediksi keberangkatan calon jemaah haji sehingga diharapkan dengan diluncurkannya Kios Informasi Haji dan SMS Gateway, jemaah bisa mengetahui prediksi keberangkatan secara langsung dan akurat.

Mesin kios informasi haji ini menyerupai ATM dengan ukuran yang lebih mungil dengan beberapa feature seperti struktur organisasi

Bidang Haji &Bimas Islam, prediksi keberangkatan, rencana perjalanan haji berupa jadwal pelaksanaan dari pergi sampai dengan pulang tahun 2015, serta galeri foto yang berisikan foto-foto pelaksanaan ibadah haji tahun 2014. Selain itu, dalam feature juga dapat tersambung dengan situs ntt.kemenag.go.id dan kemenag.go.id.

Sumber: ntt.kemenag.go.id (JW/BB/YM)

Kakanwil LuncurkanKios Info Haji Dan SMS Gateway

Page 24: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

22

Pembimas Buddha, Aryadi Satyawira, SH bersama Ketua Lembaga Pembinaan Keagamaan Buddha, Stefanus Lengkong,

Ketua Magabudhi NTT, Indra Effendy, SE, Wakil Ketua Magabudhi, Dody Marloantho, dan Sekretaris Magabudhi NTT, Wahyu Hidayat menemui Gubernur NTT, Drs. Frans Leburaya, di ruang kerja Gubernur (Jumat, 29/05/2015).

Maksud kunjungan rombongan yang difasilitasi oleh Pembimas Buddha Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT ini yakni mengundang Gubernur NTT agar berkenan hadir dan memberikan sambutan dalam acara Dharmasanti Waisak 2559 BE/2015 yang sedianya akan digelar di Swiss-Belinn Kristal Hotel

Kupang (Selasa, 02/06/2015).K e d a t a n g a n p a n i t i a p e l a k s a n a a c a r a

Dharmasanti Waisak 2559 BE/2015 ini, disambut hangat oleh Gubernur NTT, Drs. Frans Leburaya. Pada kesempatan tersebut, Ketua Panitia Pelaksana yang juga merupakan Ketua Lembaga Pembinaan Keagamaan Buddha (LPKB) NTT, Stefanus Lengkong mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan. Gubernur NTT pun menyambut baik Acara Dharmasanti 2559 BE/2015 yang kalau terlaksana merupakan kegiatan perdana di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pembimas Buddha, Aryadi Satyawira, SH ketika dikonfirmasi usai menemui Gubernur NTT terkait

acara Dharmasanti 2559 BE/2015 mengungkapkan bahwa acara ini selain diisi dengan penayangan animasi Tri SuciWaisak, Pembacaan Kitab Suci Dhammapada, serta Kotbah Dhamma Hikmah Waisak, juga akan diwarnai dengan nyanyian oleh para pengisi acara. “Kami juga mengundang para tokoh Agama serta para Ketua lembaga Agama untuk hadir dalam acara Dharmasanti Waisak 2559 BE/2015. Saya berharap acara akan berlangsung lancer dan dihadiri oleh Gubernur NTT,” tandas Aryadi yang diamini Stefanus Lengkong.

Sumber: ntt.kemenag.go.id (JW/BB/YM)

Pembimas Buddha Temui Gubernur NTT

Page 25: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

23

Lintas FLOBAMORA

Dari Kabupaten Ende, khususnya dari MAN Ende dilaporkan bahwa perayaan HARDIKNAS diwarnai dengan sejumlah

kegiatan kreatif. Ada lari karung dan tarik tambang. Ada pula lomba gigit koin dan makan makan krupuk serta bola dangdut.

Suasana tampak sangat meriah. Tawa ria peserta lomba seolah memecah keheningan yang menyelimuti seputaran kompleks Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Ende pagi itu.

Kepala MAN Ende, Tahrun Talib, S.Pd yang dimintai komentarnya mengungkapkan bahwa kegiatan ini dimaksudkan sebagai ajang siswa/i mengungkap potensi dirinya sekaligus melatih siswa untuk berkompetisi tetapi lebih dari itu mau menunjukkan bahwa MAN Ende adalah taman belajar yang menyenangkan.

“Sebenarnya, selain ajang rekreasi, kegiatan-

Rayakan HARDIKNAS, MAN Ende Gelar Lomba

kegiatan semacam ini sengaja dirancang untuk menggambarkan bahwa MAN Ende adalah tempat belajar yang menyenangkan sebagaimana diungkapkan bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara bahwa sekolah adalah tempat belajar yang menyenangkan,” ungkapnya. Sorak-sorai dan tertawa riuh penonton menghiasi jalanya lomba dari awal hingga akhir yang ditandai dengan shalat Duhur berjamaah. Bravo pendidikan Indonesia. Sumber: ntt.kemenag.go.id/rf

Setelah sepuluh tahun berdiri, Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK) akhirnya memperoleh kepercayaan untuk menjadi penyelenggara ujian. Kepastian itu diungkapkan Kasubdit Pendidikan Menengah Direktorat Jenderal Bimas Kristen Kementerian Agama, Foarota Telaumbanua dalam kesempatan tatap muka dengan para guru, orang tua, dan siswa-siswi SMTK Rote Timur, pada hari Selasa, (12/05/2015).

“Kita harus bangga, setelah 10 tahun bergumul, akhirnya tahun ini SMTK mendapat kepercayaan

SMTK, Geliat Pendidikan Keagamaan Kristen di NTTmelaksanakan ujian sendir, ungkapnya.

Di hadapan para guru, orang tua, dan siswa-siswi SMTK Rote Timur, pria kelahiran Manado itu meyakinkan bahwa perjuangan seluruh elemen selama 10 tahun SMTK Rote Timur berdiri, kali ini diizinkan untuk menyelenggarakan ujian sendiri.

“Saya hadir disini dalam rangka memberi kepastian bahwa SMTK sudah masuk dalam jajaran pendidikan menengah, sejajar dengan sekolah menengah umum”, ujarnya meyakinkan.

Sementara itu, Kepala SMTK Rote Timur, Soleman Benu, S.Th mengungkapkan bahwa kepastian itu sekaligus menghapus keraguan semua elemen SMTK Rote Timur.

“Kehadiran Kasubdin Pendidikan Menengah ini menyapu segala keraguan yang bukan hanya menghantui orang tua siswa tetapi juga kami para pengajar dan sekaligus menjadi dorongan bagi kami semua untuk memajukan pendidikan di Rote Timur ini,” kata Kepala Sekolah SMTK.

Turut hadir dalam tatap muka itu, Kepala Dinas Cabang PPO Kecamatan Rote Timur, Kepala Sekolah SMP Negeri 2, 3, dan 4 Rote Timur, serta tokoh masyarakat sekitarnya.

Sumber : ntt.kemenag.go.id/rf

Page 26: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

24

Ra i h a n p r e s t a s i S e k o l a h

M e n e n ga h A ga m a Katolik (SMAK) Santo Thomas Morus Ende tahun ini boleh dibilang baik. Betapa tidak, Elisabeth Remi Rasi, salah seorang siswi angkatan perdana SMAK Santo Thomas M o r u s b e r h a s i l m e nya b e t n i l a i UN terbaik kelima untuk Bidang Studi Sastra Indonesia, 9 , 5 . R a i h a n nilai UN bidang studi tersebut m e n d o n g k ra k p r e s t a s i d a n c i t ra lembaga p e n d i d i k a n k h u s u s k e a g a m a a n katolik.

Hal tersebut diumumkan Kepala

SMAK Santo Thomas Morus Ende, Arnoldus Mbanggo,S.Ag saat pembagian amplop pengumuman kelulusan s e ko l a h t e r s e b u t d i Aula Lantai 2 gedung monitoring Pendidikan K a n t o r Ke m e n t e r i a n Agama Ende Jl. Khatedral, Jumat (15/05/2015).

“ S e l a k u K e p a l a s e k o l a h s a y a p a t u t menyampaikan terimakasih

dan penghargaan yang tinggi kepada semua komponen pendidikan, baik tenaga pendidik dan kependidikan, para orangtua, penyelenggara juga kepada Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI melalui KaKan. Kemenag. Ende, yang juga serentak selaku ketua tim penyelenggara yang sudah mempercayakan kami untuk memimpin dan mengelola lembaga pendidikan ini. Walaupun dalam keterbatasan fasilitas sarana pendidikan, namun kami telah mempertanggunjawabkan kepercayaan ini dengan raihan prestasi belajar yang cukup menggembirakan, masuk kategori 5 besar perolehan nilai UN tertinggi tingkat kabupaten Ende,” ungkap guru Arnold disambut tepuk tangan meriah para hadirin.

Ada nuansa baru dalam penerimaan amplop pengumuman kelulusan ini, di mana para siswa-siswi peserta UN mengenakan pakaian adat daerah masing-masing karena pakaian seragam mereka sudah dipersembahkan bagi adik-adik kelas dalam perayaan ekaristi misa perutusan sehari sebelumnya.

“Ini sebuah strategi bijak menghindari kebiasaan buruk coret-mencoret pakaian seragam usai penerimaan amplop hasil kelususan, yang biasa dipertontonkan siswa-siswi di wilayah ini,” tegas mantan guru Agama Katolik pada SMPN Ende Selatan ini.

Sumber: ntt.kemenag.go.id/rf

Angkatan Pertama, SMAK St. Thomas Morus Raih Prestasi

Page 27: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

25

Da l a m r a n g k a monitoring dan

pengawasan pelaksanaan Ujian Nasional tingkat SMP/MTS Tahun Pelajaran 2014/2015, Kepala Kantor K e m e n t e r i a n A g a m a Kabupaten Flores Timur, Petrus Pedo Beke,S.Ag bersama Kepala Seksi Pendidikan Islam, Drs. Bakir Doni Pulo, pada hari pertama UN tingkat MTs, (Senin, 04/05/2015) menyambangi 3 MTs penyelenggara UN di Kabupaten Flores Timur.

Tiga Madrasah Tsanawiyah yang dikunjungi tersebut di daratan Adonara yakni MTsS Wewit, MTsS Al’Bara’ah dan MTsN Waiwerang. Kepala Seksi Pendidikan Islam Kantor Kementerian Agama Kab. Flores Timur, Drs. Bakir Doni Pulo usai melakukan pemantauan di tiga Madrasah tersebut mengungkapkan keyakinannya bahwa penyelenggaraan UN tahun pelajaran 2014/2015 di tingkat satuan pendidikan MTs akan berjalan aman dan lancar hingga hari terakhir.

“Dari situasi dan kondisi yang ditemukan pada hari pertama penyelenggaraan UN, semuanya dalam kondisi aman, tidak ada situasi yang mengganggu pelaksanaan UN, naskah soal yang

Hari Pertama UN,Kakankemenag FlotimSambangi Sejumlah MTs

didistribusikan semuanya tidak ada masalah,” katanya.

Mengenai peserta UN MTs se Kabupaten Flores Timur, beliau menjelaskan bahwa jumlah peserta UN tingkat MTs se Kabupaten Flores Timur keseluruhannya mencapai 425 siswa yang tersebar di 11 MTs baik di daratan Adonara dan daratan Solor.

Dengan penyebaran MTs terbanyak di Pulau Adonara, maka rencananya pada UN Hari kedua, Kakankemenag Flotim bersama Kepala Seksi Pendidikan Islam akan melaksanakan monitoring pelaksanaan UN di Adonara.

Sumber: ntt.kemenag.go.id/rf

Page 28: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

26

Kami yakin anak-anak peserta UN tahun ini lulus seratus persen dengan memperoleh nilai sangat baik,” hal ini

diungkapkan oleh Kepala MTSN Mbay Khatib Pua Lapu, S.Pd.I saat pelaksanaan UN hari pertama di MTSN Mbay (Senin,04/05/2015).

Khatib menambahkan, jelang persiapan UN tahun ini anak-anak digenjot dengan latihan-latihan soal dan difokuskan pada mata pelajaran UN dengan didampingi oleh para guru bidang studi. Selanjutnya, anak-anak diberikan peluang belajar mandiri tanpa bimbingan para guru untuk mengasah kemampuannya kreatifnya.

“Dengan sistem yang kami terapkan ini, kami yakin 78 anak didik kami akan lulus dengan predikat nilai sangat baik,” ungkapnya.

Sementara, Kepala MTS Nurussadah Maropokot, Asykari Syamsudin,S.Pd.I berharap siswanya juga berhasil menyelesaikan UN tahun

ini dengan prestasi yang menggembirakan agar dapat dengan mudah melanjutkan ke jenjang berikutnya.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nagekeo, Drs. Ope Rafael, MM usai melakukan pemantauan pelaksanaan UN di MTsN Mbay dan MTS Nurussaddah Maropokot mengatakan bahwa pelaksanaan UN hari pertama di dua sekolah tersebut berjalan dengan aman dan nyaman.

“ Ter l ihat dengan je las anak-anak mengerjakan soal dengan kyusuk. Saya berharap anak-anak dapat mengikuti UN sampai pada hari terakhir dan mengerjakaan soal ujian dengan sebaik-baiknya. Anak-anak tidak hanya berprestasi dalam pelajaran Agama saja tapi harus berprestasi dalam bidang studi lainnya pula,” tambah Kakankemenag Nagekeo.

Sumber: ntt.kemenag.go.id/rf

Optimis Lulus 100%Dengan Nilai Sangat Baik

Page 29: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

27

Demikian informasi yang diperoleh dari Kepala Seksi Pendidikan & Bimas Islam Kantor Kemenag Kab. Sumba Barat Daya,

H. Ahmad Rubaya, S.Ag yang ditemui ketika melakukan monitoring UN di MTsS Al Falah Tambolaka, Selasa (05/05/2015).

Menurut Haji Ahmad, demikian ia biasa disapa, 55 orang siswa-siswi Madrasah ini merupakan angkatan perdana MTsS Al Falah Tambolaka dan MTsS Al Hidayah Kodi, binaan Ka nto r Ke m e nte r i a n Agama Kabupaten Sumba Barat Daya, yang didirikan 3 tahun lalu.

Lebih lanjut Haj i Ahmad merincikan pula bahwa peserta UN dari MTsS Al Falah Tambolaka berjumlah 32 orang dan MTS Al Hidayah Kodi berjumlah 23 orang.

“ A l h a m d u l i l a h berkat koordinasi yang baik dengan pihak Dinas

PPO Kabupaten SBD, ke 2 MTs ini secara mandiri menyelenggarakan UN di madrasahnya masing-masing, sesuai jadwal UN dari tanggal 4 sampai dengan 7 April 2015,” jelas Haji Ahmad.

Dari hasil koordinasi dengan pihak Madrasah, Haji Ahmad optimis, persentase tingkat kelulusan perdana pada 2 MTs Swasta di Kabupaten Sumba Barat pasti akan memuaskan.

Sumber: ntt.kemenag.go.id/rf

55 Siswa-Siswi MTsSIkut UN Perdana di SBD

Page 30: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

28

Di sela-sela kunjungan kerjanya pada MTsS di Kabupaten Sumba Barat Daya, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama

Provinsi NTT, Drs. Sarman Marsellinus, menyempatkan meninjau lokasi tanah milik Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) Santo Dominikus Tambolaka yang berada di Omba Calo, Desa Rama Dhana, Kec. Loura, Kab. Sumba Barat Daya.

Tu r u t h a d i r m e n d a m p i n g i K a k a n w i l , KakanKemenag Kab. Sumba Barat Daya, Drs. Julius David Kalumbang bersama Pejabat Eselon IV lingkup Kantor Kemenag SBD dan Pengawas Pendidikan Agama Katolik.

Kepala SMAK Santo Dominikus, Yakobus Bulu, S.Ag dalam paparan di awal dialog dengan Kakanwil

Kunker, Kakanwil TinjauLokasi SMAK St. Dominikus Tambolaka

mengungkapkan, tanah seluas 1.600 m2 adalah hibah dari Romo Marsel Pingge Lamunde, Pr selaku Ketua Dewan Pengurus Yayasan Pendidikan Nusa Cendana (YAPNUSDA) milik Keuskupan Weetabula dan sertifikatnya sebagai legitimasi hukum kepemilikan sedang dalam proses akhir penerbitan di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten SBD.

D a l a m a ra h a n s i n g kat nya , Ka ka n w i l mengapresiasi titik lokasi tanah yang strategis, dalam artian dari sudut jangkauan tidak jauh dari pusat kota Tambolaka, berdampingan tepat dengan Gereja pusat Paroki Santu Paulus Karuni. Selain itu, tanah SMAK berada dalam kompleks Persekolahan dan Perguruan Tinggi asuhan Yapnusda – Yayasan pendidikan milik Keuskupan Weetabula.

Berkenaan dengan rencana pembangunan gedung SMAK, Kakanwil berharap kiranya komunikasi dan koordinasi yang intens terus dibangun pengelola SMAK, baik pada tingkat Kanwil Kemenag Prov. NTT maupun pada Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI secara berjenjang.

Sumber: ntt.kemenag.go.id/rf

Page 31: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

29

Direktur Pendidikan Kristen Ditjen Bimas Kristen Kementerian Agama RI, Yan Kristianus Kadang, SE, MM mengunjungi SMTK Marten Luter dan

SMTK Pniel di Kabupaten TTS.Sebagaimana lazimnya, Direktur Pendidikan Kristen

diterima dan dikalungi selendang menurut tata cara adat timor/Natoni oleh masyarakat setempat, Minggu (17/05/2015).

Bersama Direktur Pendidikan Kristen, hadir pula Kepala Bidang Bimas Kristen Kanwil Kemenag Prov. NTT, Drs. Sem Saetban dan Kepala Kantor Kemenag Kab. TTS, Saturlino Coreira, S.Th.

Dalam acara dialog yang berlangsung di halaman sekolah dan Aula Haumeni Kantor Kemenag Kab. TTS, Direktur Pendidikan Kristen Kementerian Agama Republik Indonesia, Yan Kristianus Kadang,SE. MM menyampaikan rasa syukurnya karena dapat mengunjungi SMTK serta bertatap muka dengan kepala sekolah serta pemuka agama terlebih masyarakat.

“Hari ini kami bersyukur kepada Tuhan karena dapat bertemu dengan para kepala sekolah, para Pendeta, serta seluruh tokoh masyarakat di dua sekolah ini. Kami datang untuk melihat langsung keadaan SMTK ini dan berdialog untuk mengetahui tantangan dan hambatan yang dihadapi SMTK,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bidang

Direktur Pendidikan KristenKunjungi SMTK di TTS

Bimas Kristen Kanwil Kemenag Prov. NTT, Drs. Sem Saetban terkait keberadaan sekolah khas seperti Sekolah Menengah Theologia Kristen ini menyampaikan beberapa syarat dan ketentuan yang berlaku yang harus dipenuhi. Antara lain, memenuhi kelayakan, mesti ada dewan pendiri, pembiayaan guru honor yang memadai, dan wajib ada sosialisasi sebelumnya.

“Hindari orientasi sekedar untuk mendapat biaya dari pemerintah, sebaliknya perjuangkan kualitas yang didukung oleh data yang jelas dan lengkap,” tandas Kabid Bimas Kristen.

Acara dialog ini dihadiri pula oleh Kepala Seksi Pendidikan Kristen, Dewan Pendiri SMTK, para pengawas tingkat sekolah dasar dan menengah, Pendeta, Camat, Kepala Desa, serta tokoh masyarakat.

Sumber: ntt.kemenag.go.id/js

Page 32: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

30

Sahabat BERNAS

30

Lebih dari seperempat abad, ia menjalankan tugasnya sebagai PNS. Dia adalah Yosef Nganggo, S.Ag. Di tengah kesibukannya menahkodai Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Ende pasca pergantian pimpinan dari Drs. Sarman Marselinus (Kakanwil Kemenag NTT sekarang) tahun 2011 lalu, Bapak Yos, demikian ia sering disapa, menyanggupi kesediaannya sebagai narasumber untuk kolom Sahabat Bernas edisi kali ini

Pria murah senyum ini menjawab dengan mengisi sendiri berbagai pertanyaan yang dikirimkan kepadanya melalui surat

elektronik dengan sangat teliti dan sistematis. Terhadap persoalan dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama dan keagamaan di Kabupaten Ende, sosok yang gemar membaca dan selalu menyempatkan diri mengunjungi toko buku Gramedia tatkala berada Kupang mengutarakan pandangan dan gagasannya melalui penuturan singkat sebagai berikut :

BERNAS : Apa komentar bapak seputar tugas Kementerian Agama dalam bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan?

Yosef Nganggo, S.Ag: Sebelum menjawab pertanyaan saudara, terlebih dahulu saya

ucapkan ‘Salam Rukun dan Sejahtera untuk kita semua’ (salam khas Kakan Kemenag Kab Ende). Terima kasih atas kepercayaan Majalah BERNAS untuk mewawancarai saya.

Tugas Kementerian Agama dalam bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan merupakan wujud kehadiran Negara yang mesti diamalkan dengan sungguh sesuai amanat UUD 1945 Pasal 31 ayat (3) yakni mengusahakan dan menyelenggarakan pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tugas dimaksud, mesti dipahami dengan sungguh oleh segenap Aparatur Sipil Negara yang mengabdikan diri di jajaran Kementerian Agama. Pemahaman itu harus sampai pada kesadaran bahwa kehadiran dan keberadaannya di Kementerian Agama tersebut sebagai suatu panggilan Ilahi untuk mengabdi, bukan sekadar ‘ditempatkan’. Dengan kesadaran yang demikian saya sangat yakin segala kharisma dan talenta yang dimiliki akan diabdikan dengan

sungguh untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.Secara substansial, idealnya peran Kementerian Agama

melalui Pelayanan Pendidikan Agama dan Keagamaan, adalah terwujudnya secara merata, bermutu dan berdaya saing serta mampu memperkuat jati diri bangsa.

BERNAS: Dalam rangka memainkan peran Kemenag di bidang Pendidkan Agama dan Keagamaan, apa kesulitan dan tantangan yang Bapak jumpai di wilayah pelayanan bapak?

Yosef Nganggo, S.Ag: Kesulitan yang saya jumpai di wilayah pelayanan anatara lain:

Pertama, mata pelajaran Pendidikan Agama masih sering disajikan secara formalistik-ritual belaka, tanpa usaha membangun sikap-sikap keterbukaan dan tanggung-jawab etis. Juga dijumpai masih banyak Guru Pendidikan Agama yang memiliki paradigma eksklusif, berpikiran sempit dan tertutup.

Kedua, kekurangan tenaga pengajar mata pelajaran Pendidikan Agama. Di satu pihak pemerintah dengan regulasi yang ada, ‘mewajibkan’ setiap siswa mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama sesuai dengan agamanya. Namun banyak siswa yang menerima mata pelajaran Pendidikan Agama tidak sesuai dengan agamanya, disebabkan tidak tersedianya guru mata pelajaran Pendidikan Agama yang kompeten. Tidak jarang guru mata pelajaran lain mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama.

Ketiga, program pemerintah untuk menyediakan tenaga pengajar Pendidikan Agama dan meningkatkan kualitas mereka (dengan program sertifikasi dan pelatihan-pelatihan) belum menjangkau seluruh guru mata pelajaran Pendidikan Agama.

Keempat, partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan Agama dan Keagamaan patut diberikan apresiasi, teristimewa dalam hal mendirikan lembaga pendidikan keagamaan. Namun dalam hal manajemen/pengelolaan, fasilitas sarana dan prasarana pendidikan, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan, penilaian pendidikan dll, masih jauh dari yang diharapkan karena berbagai keterbatasan.

Kelima, akses masyarakat terhadap Pendidikan Keagamaan untuk semua Agama dari tingkat awal hingga menengah masih sangat rendah. Ironis memang, Kabupaten Ende dengan penganut Agama Katolik 71, 08 % hanya mempunyai 1 SMAK (Sekolah Menengah Agama Katolik) saja. Penganut Islam 24,96 % memiliki 7 RA, 13 MI, 7 MTs dan 4 MA. Sedangkan Penganut Kristen Protestan 3,18 % dan Hindu-Budha-Kongfucu sekitar 0,78% belum memiliki satu sekolah pun.

Selain kesulitan, juga tantangan yang saya jumpai dalam wilayah pelayanan antara lain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian pesat, sangat tidak sebanding dengan ketahanan rohani dan kemampuan pribadi masyarakat beragama. Juga masyarakat beragama belum siap sungguh-sungguh untuk menghadapi perkembangan-perkembangan baru yang kian dasyat. Dan tawaran nilai-nilai sekularisme dan modernisme yang mempertanyakan urgensi pendidikan agama.

“Apakah Masih Ada Guru Yang Tertinggal?”Sejenak Bersama Yosef Nganggo, S.Ag (Kakankemenag Kab. Ende)

Page 33: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

31

BIODATA1. Nama Lengkap : Yosef Nganggo, S.Ag.2. NIP : 19601231 198912 1 001.3. Tempat Tanggal lahir : Ndoko, 17 Juni 1960.4. Pangkat/Gol/Ruang : Pembina / IV A.5. Jabatan : Kepala Kantor. 6. Unit Kerja : Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende.7. Pendidikan Terakhir : Strata I.8. Pengalaman Jabatan : a. PLH. Kasubsi Pendidikan Agama Katolik Pada Seksi Bimas Katolik Kandep Kab. Ende (1992-1998)

b. Kepala Urusan Kepegawaian Kandepag Kab. Ende (1998-2002)c. Kepala Seksi Bimas Katolik Kandepag Kab. Ende (2002-2004)d. Kepala Seksi Urusan Agama Katolik Kandepag Kab. Ende (2004-2007)e. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kandepag Kab. Ende (2007-2011)f. Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Ende (2011-Sekarang).

9. Alamat Kantor : Kementerian Agama Kantor Kabupaten Ende Jalan Melati Ende.10. Telepon : (0381) 21538.11. Alamat Rumah : Jalan Garuda No. 21 Ende.12. Nomor Handphone : 081339440625.13. Email : [email protected].

DATA KELUARGA : 1. Nama Isteri : Ngasu Yohana, S. Pd.2. Pekerjaan : Guru PNS (Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Ende)3. Nama Anak : a. Diyonisius A. S. Nganggo. b. Yohanesya E. R. Nganggo.

c. Mariano T. N. Nganggo. 31

BERNAS: Apa harapan Bapak berkaitan dengan peran dan tanggung jawab Kementerian Agama dalam bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan?

Yosef Nganggo, S.Ag: Harapan Saya, semua masyarakat beragama di Republik ini (Kabupaten Ende) dicerdaskan dengan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia, melalui pelayanan bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan di semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.

BERNAS : Strategi atau langkah apa saja yang diambil agar peran Kementerian Agama dalam bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan dapat berjalan dengan baik?Yosef Nganggo, S.Ag:

Pertama, Peningkatan Profesionalitas dan kesejahteraan. Kunci penentu keberhasilan pendidikan di mana pun dan di level apa pun adalah tersedianya guru yang profesional serta kesejahteraannya yang memadai. Guru yang profesional akan menghasilkan proses pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan generasi yang baik pula. Tentang hal ini, kita dapat belajar dari pengalaman Negara Jepang. Selesai Perang Dunia II Kaisar Jepang menanyakan:“apakah masih ada guru yang tertinggal,“ bukannya tentang berapa jenderal yang masih tersisa. Setelah PD II, Jepang menitikberatkan pembangunan dalam bidang pendidikan dengan penyediaan anggaran yang tinggi dan mengirim mahasiswa/inya studi lanjut ke luar negeri untuk disiapkan menjadi tenaga guru yang profesional.

Berkaitan dengan peningkatan profesionalitas dan kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan, akan dicapai antara lain melalui peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan; penyediaan beasiswa dan bantuan pendidikan lainnya bagi guru, pembekalan para guru dengan wawasan inklusivistik, peningkatan wawasan guru melalui program pertukaran guru Pendidikan Agama dan Keagamaan (tentu yang seagama), penyediaan subsidi tunjangan fungsional bagi guru non PNS; penyediaan tunjangan profesi guru dan tunjangan khusus bagi Guru Pendidikan Agama dan Keagamaan di daerah terpencil (untuk semua Agama).

Kedua, Peningkatan Akses dan Mutu Pendidikan Agama (semua Agama). Hasil yang ingin dicapai antara lain melalui penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana Pendidikan Agama pada semua jenjang, jalur dan jenis pendidikan termasuk daerah terpencil dan tertinggal; pembentukan dan peningkatan

kapasitas Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Pengawas (POKJAWAS) Pendidikan Agama, peningkatan mutu kurikulum dan bahan ajar, pengembangan standar model Pendidikan Agama pada sekolah; serta peningkatan partisipasi dan kemitraan sekolah, masyarakat dan pihak terkait lainnya dalam pengembangan Pendidikan Agama untuk semua Agama.

Ketiga, Peningkatan Akses dan Mutu Pendidikan Keagamaan (RA, PAUD, Pesantren, Diniyah, MI, MTs, MA, SMAK, SMTK). Hasil yang ingin dicapai antara lain melalui mendirikan lembaga Pendidikan Keagamaan dalam berbagai jenjang untuk semua Agama (regulasi dipermudah), penyediaan dan pengembangan sarana pra sarana untuk semua Agama; penyediaan bantuan peningkatan mutu kurikulum dan bahan ajar, peningkatan partisipasi masyarakat, penilaian dan pemberian akreditasi, serta peningkatan kualitas pengelolaannya.

Keempat, Penyediaan Subsidi Pendidikan Keagamaan Bermutu. Hasil yang ingin dicapai antara lain melalui penyedian Bantuan Operasional bagi Pendidikan Keagamaan; penyediaan beasiswa bagi siswa yang berprestasi dan siswa miskin.

“Apakah masih ada guru yang tertinggal?” Sepenggal kalimat Kaiser Jepang dalam peristiwa perang dunia II dapat dipahami bahwa ketersediaan tenaga guru yang profesional menjadi sebuah kemutlakan jika bangsa ingin bangkit dari keterpurukan, mengejar ketertinggalan, maju dan sukses.

Melalui proses pendidikan yang baik lahirlah generasi bangsa yang unggul dan berkarakter yang pada akhirnya dapat menghantarkan bangsa menuju kejayaan.

Inilah yang disadari oleh Guru Jose bahwa melalui pendidikan, perubahan kualitas generasi bangsa menjadi mungkin. Dalam kesadaran demikian, keterlibatannya dalam dunia pendidikan di berbagai kegiatan dan kesempatan menjadi tanda nyata kepeduliannya untuk membawa generasi Ende Sare Lio Pawe.

Boleh jadi, berdirinya Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) di Ende tidak lepas dari kepeduliannya untuk melahirkan guru professional yang dapat menjawabi satu dua persoalan yang sedang dihadapi dunia pendidikan pada umumnya, dalam kalimat Kaiser Jepang “Apakah masih ada guru yang tertinggal?”

(by. Bobby Babaputra/Genoveva Menggol)

Page 34: Bernas Edisi Mei 2015

Edisi 03 Tahun IV, Nomor 15 Mei 2015

32

Bianglala

Dalam konferensi pers saat membahas ensiklik Paus Fransiskus Laudato Si : On The Care For Our Common Home

(Terpujilah Engkau: Tentang kepedulian terhadap Rumah Kita Bersama) yang diadakan di ruang Sinode Baru di Vatikan, Direktur Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim, Profesor Hans Joachim Schellnhuber mengatakan, krisis yang dialami dunia saat ini tidak hanya krisis lingkungan tetapi juga krisis sosial. Kedua hal ini bersama-sama merupakan tantangan luar biasa. Karenanya, u n t u k b i s a m e n g a t a s i krisis ini hanya j ika iman dan a k a l b u d i bekerja sama, bergandengan tangan.

D i a j u g a m e n g a t a k a n , meskipun iklim telah berubah selama berabad-abad, perubahan yang terjadi sekarang berbeda dari apa yang dialami bumi di masa lalu. Profesor Schellnhuber selanjutnya menampilkan peningkatan emisi karbon di dunia dimulai dari Era Industri hingga saat ini. Ada statistik mengejutkan yang ditampilkan oleh sang professor bahwa 60 orang terkaya di bumi memiliki jumlah kekayaan yang sama seperti 3,5 miliar penduduk termiskin di dunia.

Profesor Schellnhuber pun mengabaikan keyakinan bahwa peningkatan populasi dunia, terutama di negara-negara miskin merupakan penyebab masalah lingkungan. Menurutnya, pemahaman dan kesimpulan seperti itu merupakan kesalahan. Direktur Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim itu menunjukkan bahwa kenyataannya orang berpenghasilan tinggi lebih banyak menyumbang emisi gas rumah kaca, sementara orang miskin tidak. Artinya, bukan kemiskinan yang

Pendidikan Untuk Pertobatan EkologiOleh Gerald Wassa, S.Sos

menghancurkan lingkungan, melainkan kekayaan, konsumsi, dan sampah.

Fakta yang dipaparkan sang professor sekaligus mengajak kita merefleksikan ke arah mana dunia pendidikan agama dan keagamaan yang menjadi domainnya Kementerian Agama. Mencetak potret manusia-manusia yang tidak sekedar tinggi iman namun mampu menciptakan dan mengembangkan hasil penelitian sehingga berkontribusi bagi

pengembangan dunia i lmiah merupakan tantangan yang mesti dijawab dunia pendidikan

agama dan keagamaan. Menyelamatkan sekaligus menghadirkan dunia yang

ramah bagi generasi berikutnya dengan melakukan pertobatan

ekologi dan sosial seperti yang diserukan sang Profesor

mesti menjadi kompas y a n g m e n u n t u n

k i t a d e m i pengembangan

l e m b a g a pendidikan agama dan keagamaan.

Lebih jauh, dalam dimensi yang lebih luas sudah sepantasnya kini kita memainkan peran dengan memberikan sumbangsih positif dalam upaya menjaga ‘lingkungan’ kita seturut jenjang pendidikan yang melekat pada diri kita masing-masing sebagai suatu tugas bersama.

Akhirnya, mari kita tengok sejenak seperti apa lingkungan tempat tinggal kita? dan seperti apa lingkungan tempat kerja kita? Percayalah, memberikan kemajuan bagi dunia merupakan keniscayaan. Tentu dengan cara kita menanamkan benih yang baik bagi generasi berikutnya yakni dengan pola sikap yang baik dan keteladanan. Setidaknya, lestarikan kebenaran, kebaikan, dan kebermanfaatan dalam‘lingkungan’ terutama tempat kerja kita dengan kekuatan kombinasi iman dan akal budi. Semoga!!

Page 35: Bernas Edisi Mei 2015

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMAPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Mengucapkan

SELAMAT MENEMPUHUJIAN NASIONAL

Junjung Tinggi Nilai Kejujuran dan Tanggungjawab Demi Terwujudnya Masyarakat Nusa Tenggara Timur

Yang Taat Beragama, Rukun, Cerdas, dan Sejahtera Lahir Batin dalam Rangka Mewujudkan Indonesia yang Berdaulat,

Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong

Drs. Sarman MarselinusKakanwil

Page 36: Bernas Edisi Mei 2015