bestari epaper edisi 262/mei/2010

24
ISSN:0215-206X STT:SK Menpen No.1147/SK/Ditjen PPG/STT/1987 Tgl.27 Oktober 1987 ISSN:0215-206X STT:SK Menpen No.1147/SK/Ditjen PPG/STT/1987 Tgl.27 Oktober 1987 No. 262/TH.XXIII/MEI/2010 No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

Upload: bestari

Post on 12-Mar-2016

334 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

TRANSCRIPT

Page 1: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

ISSN

:021

5-20

6X

STT

:SK

Men

pen

No.

1147

/SK/

Ditje

n PP

G/S

TT/1

987

Tgl.2

7 O

ktob

er 1

987

ISSN

:021

5-20

6X

STT

:SK

Men

pen

No.

1147

/SK/

Ditje

n PP

G/S

TT/1

987

Tgl.2

7 O

ktob

er 1

987

No. 262/TH.XXIII/MEI/2010No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

Page 2: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

2 BESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010 JENDELA

Salam Redaksi

Dapur RedaksiDapur Reddadaaksksk iip

T E R A

BESTARIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Gedung Student Center Lt. 1 Kampus III UMM, Jl. Raya Tlogomas 246 Malang Telp. (0341) 464318 Psw. 199 Fax. (0341) 464320 e-mail: [email protected], homepage: www.bestari-umm.co.cc

Penanggungjawab: Muhadjir Effendy. Pengarah: Mursidi, Sujono. Pemimpin Redaksi: Joko Widodo. Pemimpin Usaha: Agus Santoso. Wakil Pemimpin Redaksi: Nurudin. Sidang Redaksi: Santi Prastiyowati, Cekli Setya Pratiwi, Moch. Wakid, Warsono, Hany Handajani, Azhar Muttaqin, M. Salis Yuniardi, Nur Alif M, Djoni Djunaedi, Sugeng Puji Leksono, Indah Dwi Pratiwi. Redaksi Pelaksana: Nur Alifah, Devi Anggraini O., Silvia Ramadhani, M. Zakiya Al Khalim Staf Redaksi/Reporter: Fibriana Eka C., Ropidin, Siti Yuliana, Annisa Rosyidah, Ika Romika, Nina Nurruwaida A.P., M. Rajab. Setting Lay-Out/Desain Grafis & IT: Zakiya. Periklanan: Zakiya. Tata Usaha/Sirkulasi: Siswanto.

Redaksi menerima tulisan para akademis Mahasiswa dan Praktisi melalui karya tulis secara bebas dan kreatif. Tulisan tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan. Redaksi berhak menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa merubah isi. Pengiriman tulisan Paling lambat tanggal 10 tiap bulan. Iklan baris Rp.5000/brs, maksimal 5 baris. Iklan Kolom: minimal 1/16 halaman Rp. 155.000 (bw). Ukuran lain, silahkan datang ke kantor Redaksi Bestari. Isi di luar tanggung jawab percetakan. Biaya ganti cetak Rp. 1.750/eks

Cover Design: Zakiya AL KhalimFoto: Heni Tri Novianti

ISSN:0215-206X STT:SK Menpen No.1147/SK/Ditjen PPG/STT/1987 Tgl.27 Oktober 1987ISSN:0215-206X STT:SK Menpen No.1147/SK/Ditjen PPG/STT/1987 Tgl.27 Oktober 1987

Gelaran wisuda periode II tahun 2010 bagi lulusan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada bulan Mei 2010 ini merupakan kegiatan puncak bagi para mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya di berbagai jurusan dan fakultas yang ada di UMM. Dan sebagaimana layaknya wisuda yang banyak digelar, maka para wisudawan diharapkan dapat mengambil makna dari peristiwa penting dan bersejarah ini dalam menata kehidupan selanjutnya.

Agaknya tidak berlebihan jika dikata-kan, bahwa selepas wisuda ada sebagian sarjana yang merasa bebannya semakin berat dibanding ketika dirinya menyandang gelar mahasiswa. Ketika menjadi maha-siswa, tuntutan berkarier nyata bisa jadi tidak menjadi beban, tetapi ketika gelar sarjana telah disandangnya sorotan masyarakat atas dirinya lebih dirasakan fokus sebagai seorang intelektual. Akan lebih semakin percaya diri jika sarjana tersebut telah mendapat pekerjaan pasca wisuda, tetapi jika sarjana tersebut tidak atau belum mendapat pekerjaan pasca wisuda maka ada beban psikologis yang menjadikan dirinya semakin rendah diri di hadapan masyarakatnya.

Gerakan Kembali ke Desa yang populer di Jawa Timur melalui program kebijakan Gubernur Basofi saat itu nampaknya menjadi solusi dan tantangan bagi para sarjana. Jika layak penulis ajukan sebuah pertanyaan, maka pertanyaan ini pantas penulis diajukan kepada para sarjana yang selesai melaksanakan wisudanya, yaitu apakah para sarjana siap ditantang untuk melakukan Gerakan Kembali ke Desa dan membangun potensi negara yang dikenal sebagai negara agraris dan negara maritim? Jika siap, maka langkah konkret apa yang akan dilakukan jika Anda kembali ke desa? Relakah Anda para sarjana meninggalkan kota yang di penuhi kehidupan glamour untuk kembali ke desa dan berjuang mengembalikan pamor bangsa menjadi negara agraris dan maritim?

Label mulia yang pernah disandang saat para sarjana masih menjadi maha-siswa seperti mahasiswa sebagai salah satu komponen masyarakat dan putra terbaik bangsa (the best son of the country) yang idealnya selalu menyerukan gagasan-gagasan baru atau bahkan menjadi agen perubahan masyarakat (agent of social change), baik dalam konteks bermasyarakat ataupun juga dalam bernegara, sosok mahasiswa selalu mendapat julukan sebagai manusia

yang penuh dengan analisa (man of analysis) yang dengan julukan ini menjadi sebuah sikap yang mempunyai peran strategis dan bisa diterima dengan logis sebagai sebuah harapan perubahan bagi bangsa. Setelah wisuda, apakah label di atas dapat direalisasikan sebagai bentuk tanggungjawab sarjana?

Bentuk gerakan sarjana kembali ke desa telah difasilitasi oleh pemerintah melalui program Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan - Pendidikan Non Formal (PTK-PNF) dalam bentuk Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan (SP3). Sikap mulia dari para sarjana yang tergabung SP3 ini ditunjukkan dengan kriteria yang harus dimiliki oleh para sarjana untuk menjadi SP3 antara lain; mempunyai sikap kemandirian dan jiwa patriotisme serta mampu menjadi perintis untuk melakukan terobosan-terobosan di pedesaan dengan meningkatkan profesionalisme dalam mentransfer ilmu dan teknologi di pedesaan, terutama dalam menyukseskan program gerakan ekonomi kerakyatan.

Jika melihat dokumen pada Direktorat PTK-PNF, maka sejak angkatan I tahun 1989 sampai dengan angkatan ke XII jumlah sarjana yang telah mengikuti program SP3 mencapai 11.735 orang tersebar di seluruh Indonesia.

Momen penting pasca wisuda bisa menjadi strategi positif bagi mereka yang sudah memiliki rencana pengembangan karier, sehingga momen wisuda akan menjadi energi luar biasa yang mengan-tarkan kesuksesan berkarier dan meme-nangkan kompetisi melalui gerakan dan tantangan Sarjana Kembali ke Desa.

Secara substansi, mahasiswa mem-punyai peran sebagai kaum inte lek-tual dan agent of social change serta people power yang seharusnya mampu memperjuangkan kelas/masyarakatnya (Antonio Gramsci menyebutnya sebagai intelektual organik), sebaliknya justru menjadi boomerang bagi masyarakatnya sendiri dan cenderung individual (inte-lektual tradisional).

Berangkat dari pembacaan di atas, penulis mengategorikan mahasiswa dari cara berpikir, bertindak, berinteraksi atau berkomunikasi dengan masyarakat kedalam dua macam. Pertama, mahasiswa yang dalam pola berpikir dan bertindak berangkat dari pembacaan atas realitas, sejarah dan ilmu pengetahuan. Sehingga apa yang ia lakukan bisa menjadi

representasi dari masyarakat atau dengan kata lain apa yang ia lakukan memang berangkat dari kesadaran, Paulo Friere menyebutnya sebagai kesadaran kritis/praksis. Kedua, mahasiswa yang dalam pola berfikir maupun bertindak berangkat dari ruang kosong. Artinya, apa yang ia lakukan tidak pada kesadaran dan pembacaan realitas disekitarnya, Paulo Friere menyebutnya dengan kesadaran naif dan magis.

Saat ini manusia dalam melakukan aktivitasnya dimudahkan dengan tekno-logi yang ternyata juga memu sing kan manusia. Mahasiswa juga menghadapi itu karena dengan meng ikuti teknologi yang berkembang dewa sa ini maka interaksi mahasiswa akan berkurang terhadap masyarakat sehingga menimbulkan sikap apatis, akhirnya membuat tulang punggung negara lemah.

Mahasiswa juga menyadari bahwa dirinya butuh tempat yang lebih luas lagi untuk menambah ilmunya, misalnya dengan berinteraksi di luar kampus. Sebagian bahkan memilih untuk cepat lulus agar dapat mencari uang daripada harus berorganisasi atau memajukan organisasinya. Inilah gaya mahasiswa yang memang diciptakan dengan gaya barat. Tanpa sadar mereka mengikuti gaya hidup dan dididik dengan gaya Amerika yang menomor satukan lulu san nya untuk bisa menjadi tenaga kerja belaka sehingga nantinya dapat melakukan pekerjaan dengan baik sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh perusahaan tempat ia bekerja. Tidak ada lagi pemikiran-pemikiran kritis untuk menggugat pengekangan sehingga tentu saja menghambat kreativitas.

Semua itu adalah produk Orde Baru yang telah gagal menghasilkan manusia yang berkualitas karena negara ini hanya memusingkan bagaimana caranya modal asing masuk ke dalam negeri. Sehingga negara ini tidak lagi memikirkan bagaimana caranya negara ini dapat maju dengan usaha yang dilakukan oleh bangsanya sendiri tanpa bantuan dari negara lain. Negara ini tentu saja hanya akan menjadi pelaksana hukum dan administrasi saja. Di luar itu, negara diatur oleh dunia perdagangan melalui WTO, IMF,CGI, WORLD BANK dan sebagainya.

Atok Miftachul Hudha, M.PdKepala Biro Kemahasiswaan UMM

Menantang Sarjana Kembali Ke Desa

zack/Bestarizack/Bestari

Jika Bestari adalah kupu-kupu, Bulan Mei bisa diibaratkan sebagai musim bertelur. Selama hampir sebulan kami sibuk meletakkan telur-telur baru di balik dedaunan segar. Telur-telur itu adalah peserta Diklat Dasar Jurnalistik 2010 Bestari yang siap ‘ditetaskan’ sebagai wartawan beretika dan berwawasan, dan daun itu adalah bekal materi kejurnalistikan yang diberikan selama diklat.

Memasuki akhir bulan Mei, telur-telur itu mulai memasuki seleksi alam. Tak semuanya menetas. Yang lemah, tak berdayatahan, tak memiliki jiwa saing, akan tersisihkan. Hanya yang kuat yang menjadi ulat-ulat harapan, bermetamorfosis menjadi bagian dari alam kehidupan jurnalistik yang sesungguhnya, bersama Bestari.

Bermetamorfosis menjadi kupu-kupu bukan sekadar berubah bentuk dari kepompong menjadi serangga bersayap indah, bukan sekadar perubahan status pramagang menjadi magang, atau magang menjadi reporter tetap. Proses metamorfosis adalah tahapan panjang yang hanya akan tertempuh dengan pembelajaran dan loyalitas. Karena itulah Bestari ada di tangan pembaca saat ini.

Pembelajaran itu membuat kami konsisten menyajikan informasi kepada pembaca, meski kami harus kebut-kebutan membagi waktu serta pikiran untuk redaksi, diklat dan rekrutmen sekaligus. Sehingga pada edisi khusus wisuda kali ini, kami tetap bisa hadir menyapa pembaca dengan sederet informasi menarik.

Fenomena sarjana yang menggantungkan masa depan mereka pada kota, dan “setengah mati” saat terpaksa harus kembali ke desa, menjadi sorotan dalam rubrik Laporan Utama. Rubrik yang satu ini layak dibaca lulusan perguruan tinggi sebelum meleburkan diri dalam persaingan dunia kerja, agar siap menjadi “penjemput bola”.

Di rubrik Serambi Kampus, kami dengan bangga menyu-guhkan ulasan tentang upaya kreatif Fakultas Ekonomi UMM memfasilitasi jiwa kewirausahaan mahasiswa melalui Pasar Minggu Kampus. Sedangkan rubrik Pernik Malang menyajikan liputan tentang pantai nan elok di wilayah Malang Selatan, Pantai Jonggring Saloko.

Tak ketinggalan, Bestari tetap setia menyuarakan mo men-momen Kampus Putih. Diantaranya adalah prestasi mem-banggakan yang diraih mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam lomba film dokumenter yang diadakan Komunitas Penggiat Buda ya Indonesia, UMM yang menjadi tuan rumah KRI/KRCI Regional dan Nasional 2010, Diklat dan Rekrutmen Bestari, serta banyak lagi lainnya. Semuanya terangkum dalam rubrik Suara Kampus.

Akhirnya, di tengah momen wisuda yang membahagiakan ini, kami mengucapkan selamat atas kelulusan para wisudawan pada Wisuda Sarjana ke-56 Periode II tahun ini. Semoga ilmu dan pengalaman yang diperoleh selama kuliah dapat menjadi bekal dalam bermetamorfosis menjadi pribadi yang lebih baik dan tentunya, berguna bagi sesama.

Redaksi Pelaksana

Hanya yang Terbaik

Trouble: Kru UPT. Internet (paling kiri), benahi jaringan internet yang bermasalah saat finishing edisi 262.

Page 3: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

3BESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010SERAMBI KAMPUS

EKSKLUSIF

Berjalan di pelataran parkir bawah Masjid A.R.Fachruddin UMM di hari Minggu pagi, Anda akan menemui pemandangan berbeda dari sebeumnya. Mulai bulan Maret 2010, lahan parkir yang tadinya hanya dipenuhi sepeda motor mahasiswa yang mengikuti Kuliah Ahad Pagi nampak ramai dan lebih meriah.

Beberapa stand lengkap dengan para penjual dan barang dagangannya, penuh sesak dikerumuni para peng-unjung. Mereka datang baik dari kalangan mahasiswa maupun masya-rakat umum. Menambah semangat di pagi hari, dentuman musik mengalun tanpa henti dari soundsystem yang terletak ditengah area parkir.

Selamat Datang di Pasar Minggu UMM. Demikian kalimat yang terpampang di sebuah spanduk ucapan di pintu masuk pasar. Area parkir yang biasanya ter lihat lengang di Minggu pagi, kini disulap menjadi pasar dengan aneka ragam barang dagangan pada setiap standnya. Berbagai macam barang dijajakan disana, mulai dari makanan, pakaian, mainan dan aneka barang dagangan lainnya.

Itulah hasil kerja keras UMM yang tak henti-hentinya mengembangkan kreativitas. Kini giliran Pasar Minggu dan Wisata Kampus menjadi terobosan Kampus Putih dalam mengelola SDM dan SDA nya. Dua ide tersebut diharapkan menjadi satu kesatuan yang saling mendukung. Dengan adanya Pasar Minggu, masyarakat bisa merasakan indahnya suasana Kampus Putih di pagi hari. Sedangkan Wisata Kampus saat ini masih dalam rangka persiapan.

Munculnya Ide Pasar Minggu UMM dipelopori oleh Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi (FE) UMM. Ida Nuraini, Dosen Kewirausahaan Jurusan IESP, kerap memberikan tugas kepada mahasiswanya untuk membuat berbagai macam produk. Beberapa produk pun telah dihasilkan oleh para mahasiswa. “Vas bunga di atas meja itu (di kantor jurusan IESP.red.) juga merupakan hasil karya mereka,” katanya sembari menunjuk pada vas tersebut.

Sayangnya, berbagai produk hasil karya mahasiswa yang beraneka ragam itu sebelumnya hanya dijadikan sebagai hiasan di kantor maupun kos-

Pasar Minggu UMM

Wadah Apresiasi Jiwa Entrepreneurship Mahasiswakosan dan tidak diperjualbelikan. Padahal, kualitas produk yang dihasilkan tidak kalah saing dengan produk lain di pasaran.

Melihat peluang itu, wanita yang juga menjabat sebagai Kepala Jurusan IESP tersebut berinisiatif menemukan sarana penjualan produk-produk yang telah dihasilkan mahasiswa. Dari sinilah ide untuk mendirikan Pasar Minggu UMM muncul. Harapannya, Pasar Minggu UMM dapat menjadi lahan transaksi pembelian dan penjualan produk-produk karya mahasiswa.

Tak hanya itu, Pasar Minggu UMM juga menjadi laboratorium praktik atau wadah bagi para ma-hasiswa yang lulus pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Kewira usa-haan (PKMK) untuk mema sar kan produknya. Pasalnya, mahasiswa yang lolos PKMK dituntut untuk membuat laporan hasil kerja, termasuk hasil penjualannya. “Pasar Minggu ini dapat menjadi salah satu media pemasarannya,” tegasnya.

Saat ini, pasar tersebut langsung berada di bawah tanggung jawab Kepala Jurusan IESP. Namun, untuk kepanitiaannya masih ditangani oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) IESP. Sementara untuk persetujuan pengadaannya, Rektor UMM, Muhadjir Effendy langsung turun tangan untuk menyepakatinya. “Saya datang langsung ke pak Rektor untuk meminta persetujuan, dan Rektor langsung menyetujuinya,” ujar wanita murah senyum tersebut.

Untuk itu, awal pendanaan Pasar Minggu UMM juga berasal dari kampus. Dalam hal ini, Pembantu Rektor II, Mursidi yang berwenang menangani. Meski demikian, pembiayaan yang diberikan hanya untuk 30 stand kerucut. Selebihnya, panitia membiayai sendiri berbagai keperluan lain dengan mengambil uang hasil pendaftaran penyewa stand. Pada awal mulanya, panitia hanya menyediakan 74 stand, namun karena jumlah peminat terus bertambah dari hari ke hari, saat ini jumlah stand sudah ditingkatkan menjadi 112 stand.

Pasar yang terhitung sudah enam kali digelar sejak Maret 2010 itu memberikan dua harga berbeda untuk para penyewa stad. Untuk tenda atau stand kecil, para pedagang dikenai biaya sewa sebesar 15 ribu rupiah.

Sementara untuk tenda berukuran besar, para pedagang dikenai harga sewa sebesar 25 ribu rupiah setiap sekali pakai. “Pada waktu launching pertama kali kami memberikan discount sebesar 50 persen,” ungkap Ida.

Praktik BerwirausahaAdanya Pasar Minggu UMM

meru pakan salah satu bentuk pem-bela jaran bagi mahasiswa untuk berwirausaha. Hal ini diakui Ida, bahwa dengan adanya pasar minggu, pihaknya berharap kesadaran maha-siswa tentang pentingnya wirausaha dapat meningkat. “Dengan ini ke man-dirian mahasiswa menghadapi masa depan diharapkan semakin tinggi,” ungkapnya.

Menegaskan pendapat Ida, Andi Rachman Setiawan, Staf Kesekre-tariatan Pasar Minggu UMM menje las-kan bahwa pasar yang juga diramaikan dengan senam pagi karyawan dan dosen UMM tersebut menurutnya memang benar-benar di-setting untuk membentuk jiwa entrepreneur maha sis wa. “Kalaupun ada orang luar yang mau menyewa stand, ia harus menggandeng mahasiswa,” ung kapnya.

Saat ini, terhitung sebanyak 12 stand disewa para mahasiswa yang lolos PKMK, 80 stand mahasiswa non PKMK, dan stand sisanya digunakan para alumni serta masyarakat sekitar kampus yang menggandeng mahasiswa untuk berjualan.

Perlu Dukungan

Perhatian dan dukungan para civitas akademika Kampus Putih, khususnya para dosen dan karyawan, terhadap adanya Pasar Minggu UMM sangat diperlukan. Pasalnya, dengan dukungan tersebut diharapkan perkembangan pasar ke depannya dapat menjadi lebih baik. “Para mahasiswa akan merasa senang jika para dosen dan karyawan memberikan dukungan kepada mereka. Sekali-kali dosen hendaknya berkenan mendatangi mahasiswanya yang membuka stand di sana,” ungkap Ida.

Mengamini Ida, Jati Sarwo Edi, salah satu pengunjung pasar mengaku, adanya Pasar Minggu UMM perlu dukungan moril dan materil lebih dari pihak kampus. Hal tersebut tak lain karena keberadaan pasar tersebut banyak memberikan manfaat kepada

mahasiswa. Selain bisa meningkatkan jiwa wirausaha mahasiswa, pasar ini juga memudahkan para mahasiswa membeli barang-barang kebutuhannya tanpa harus pergi ke tempat yang jauh. “Yang tak kalah pentingnya juga sebagai hiburan,” kata mahasiswa asal Palembang itu.

Pengembangan PasarPotensi pengembangan pasar

minggu di UMM sangat besar. Hal ini ditinjau dari lalu lalang jalan umum antara kota Malang dengan Kota Wisata Batu. Apalagi lokasi pasar minggu UMM tersebut dapat terlihat langsung oleh para pengguna jalan yang melintasi kawasan Kampus III UMM.

Hal ini diungkapkan Yuliani Wah-dati, salah seorang pengguna stand, yang mengakui bahwa adanya Pasar Minggu UMM merupakan ide yang fantastis. Apalagi dengan berbagai pertimbangan di atas dan dipilihnya hari Minggu yang meru pakan hari libur. “Hanya saja peng elo laannya perlu ditingkatkan. Hal ini agar ke depannya Pasar Minggu UMM bisa lebih baik dan berkembang,” ujarnya.

Melihat besarnya potensi pengem-bangan pasar, wanita penjual batik itu menyarankan agar panitia mening-

katkan proses publikasi dan promosi ke masyarakat. “Saat ini masih banyak masyarakat yang belum tahu keberadaan Pasar Minggu UMM. Kalau perlu, diumumkan pakai microphone,” sarannya dibumbui tawa.

Lebih lanjut, wanita asli Malang itu menyampaikan, yang terpenting saat ini adalah tata letak stand pasar yang harus didesain ulang. “Masa’ stand makanan dicampur dengan pakaian. Kasian pakaiannya dong,” ujar wanita ramah tersebut.

Diakui Andi, penataan tempat untuk stand pasar masih belum maksimal. Ini merupakan tahap awal pembelajaran, sehingga masih terus butuh saran demi peningkatan kualitas pasar. “Kami memang masih banyak kekurangan dalam penataan lay out, tetapi hal tersebut akan kami benahi ke depannya,” ujarnya.

Ida Nurani mengatakan, pengem-bang an pasar nantinya juga akan dila kukan dengan mendatangkan spon sor-sponsor dari luar. Dengan demikian, diharapkan pengembangan pasar ke depannya akan menjadi lebih sempurna. “Kami juga sedang mengusahakan pengadaan panggung di Pasar Minggu UMM guna meramaikan kegiatan pasar,”ucapnya bersemangat. rjb

Pasar Minggu yang dicetuskan oleh Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) FE UMM menjadi ajang pembelajaran maha siswa untuk berwirausaha. Sejauh mana pengembangan Pasar Minggu, dan bagaimana rencana ke depannya?Berikut wawancara eksklu-

sif Reporter Bestari, Muhammad Rajab dengan Ketua Pelaksana Pasar Minggu, Drs. Dwi Eko Waluyo, M.M.

Bagaimana latar belakang berdirinya Pasar Minggu?

Pasar minggu itu dicetuskan melalui prakarsa pemikiran para dosen yang selama ini tidak ada follow up untuk mata kuliah kewirausahaan. Karena materi kewirausahaan seharusnya tidak hanya teoritis tapi aplikatif. Mata kuliah kewirausahaan itu seharus-nya diajarkan pada proses praktik wirausaha secara real. Pasar minggu ini adalah bukti konkritnya.

Siapa yang menjadi bidikan utama

Wujudkan Target Kampus Wisatadiadakannya Pasar Minggu?

Bidikan utamanya adalah maha -siswa. Ini juga sesuai dengan him-bauan Pak Rektor dan Pembantu Rektor III. Selain itu, juga dapat mewadahi mahasiswa yang dapat dana PKMK karena harapan Dikti para mahasiswa ini bisa mandiri dan usahanya berkelanjutan walaupun proses laporan PKMK sudah selesai.

Apa yang membedakan Pasar Minggu UMM dengan Pasar Minggu lainnya?

Bedanya pertama, dari segi pela-ku. Di sini pelaku atau penjual ada lah mahasiswa. Kesamaannya dengan Pasar Minggu yang lain pada konsumennya, yaitu masyarakat umum. Kedua, harapan kami yang dijual adalah hasil produk mahasiswa dan ide kreativitas mahasiswa sendiri. Alhamdulillah 50 persen yang dijual di situ adalah produk kreatifitas mahasiswa, walaupun beberapa ma-sih ada yang mengambil barang dan bekerja sama dengan masyarakat umum.

Bagaimana proses publikasinya kepada masyarakat?

Kalau publikasi Pasar Minggu ini sudah menggunakan berbagai cara. Melalui radio dan surat kabar, seperti Radar Malang dan Malang Post. KSelain itu juga melalui brosur yang disebarkan ke semua area perumahan. Spanduk-spanduk juga sudah banyak kita pasang.

Adakah rencana pengembangan Pasar Minggu ke depan?

Ada, rencana ke depannya kita akan benahi kedisiplinannya. Kita akan evaluasi ketertiban dalam penjualan. Kita juga akan mening-katkan konsumennya, agar mahasiswa bisa percaya diri bahwa konsumen akan datang berduyun-duyun ke sini. Target kita, Pasar Minggu yang di Kota Malang bisa pindah ke sini.

Prediksi Anda tiga tahun ke depan?Kita ingin masih dalam penataan,

terutama dalam masalah lay out. Misalnya, tenda kita masih menyewa.

Target kita tiga tahun ke depan, kita bisa memiliki tenda sendiri. Tenda yang bernuansakan tulisan-tulisan kewirausahaan mahasiswa misalnya.

Harapan Anda pada Pasar Minggu UMM dan Wisata Kampus yang akan segera direalisasikan?

Tercetus keinginan untuk beker-jasama dengan lembaga-lembaga internal. Misalnya kita akan menggandeng Pusat Studi Lingkungan dan Kependu-du kan (PSLK), lembaga ini kan menangani wisata kampus. Selain itu, Dimpa dan UKM lainnya bisa menopang akti vi tas Pasar Minggu dengan berbagai kegiat-an. Harapannya, dalam tahun ini kita dapat beker-jasama dengan UKM untuk

mengadakan lomba-lomba. Jadi obsesi puncaknya nanti, setiap hari

Minggu, kampus ini penuh orang dengan berbagai aktivitas, tidak hanya di Pasar Minggu saja.

Dwi Eko Waluyo

heni/Bestariheni/Bestari

umam/Bestariumam/Bestari

Sarana Belajar: Pasar Minggu UMM yang di mulai sejak bulan Maret Lalu dapat di fungsikan sebagai sarana pembelajaran menjadi seorang enterpreneur.

Page 4: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

4 SUARA KAMPUSBESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

Sekitar 2.665 calon mahasiswa baru (camaba) UMM mengikuti tes tulis gelombang I di Dome (10/5). Kendati ada peningkatan jumlah pendaftar, UMM tidak menambah kuota penerimaan mahasiswa demi men jaga kualitas lulusan.

Hal tersebut disampaikan Kepala UPT Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) UMM, Wasis. Jumlah dosen dan mahasiswa harus seimbang agar proses pendidikan berjalan mera ta dan mendalam. Menurutnya, kuali-tas akhir mahasiswa berdampak pa da akreditasi Universitas. “Bukan jumlah pendaftar dan income dana yang men-jadi acuan kami, melainkan akre-ditasi. UMM lebih memilih kualitas dibanding kuantitas,” papar nya.

Tes berlangsung selama dua jam, pukul 08.00 hingga 10.00. Materi tes terbagi berdasar dua sub keilmuan besar, yakni Fakultas Kedokteran (FK)/Fakultas Kesehatan (Fikes) dan non FK/Fikes. “Bagi camaba FK/Fikes, materinya adalah Bahasa Inggris, IPA, dan Tes Potensi Akademik. Sedangkan camaba Non FK/Fikes menghadapi soal UMM

Seleksi PMB UMM

Peminat FK UMM Terus Meningkat

Scholastic Test dan Bahasa Inggris. Ada seratus soal berjenis pilihan ganda,” ungkap alumnus UMM tersebut.

Tahun ini, kata Wasis, ada peningkatan peminat pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan FK. Peningkatan jumlah mempengaruhi tingkat persaingan antar camaba. “Bahkan, setiap tahun peminat FK terus meningkat

secara signifikan setiap tahun. Hal itu membuktikan, kualitas FK UMM tidak bisa dipandang sebelah mata,” tutur pria asal Tulungagung tersebut.

Tahun ini, UMM hanya akan menerima 1340 orang. Untuk mengimbangi peningkatan jumlah peminat UMM, pihak kampus meningkatkan grade kelulusan. Diungkapkan Wasis, grade tertinggi mencapai angka 85. mg_abi

Indonesia akan punya hajat be-sar. Pasalnya, mulai 2011 mendatang, Association of South East Asia Na-tions (ASEAN) menunjuk Indonesia sebagai Ketua ASEAN untuk kedua kalinya, setelah negara di bawah pim-pinan Susilo Bambang Yudhoyono itu mendapatkan kehormatan tersebut pertama kali pada tahun 2003.

Kabar gembira itu disosialisasikan di Ruang Sidang UMM Bookstore Lantai 2 (4/5). Kedatangan rombon-gan jajaran Direktorat Jenderal Ker-ja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI yang diwakili Ade Patmo Sarwono, Rumondang Lela harahap, dan Wisnu Edi Pratignyo itu disam-but Asisten Bidang Kerja Sama Luar Negeri UMM, Soeparto. ”Semoga kunjungan ini bukan yang pertama atau yang terakhir,” ucapnya disela-sela penyambutan mewakili Rektor.

Direktur Politik dan Keamanan ASEAN, Ade Patmo Sarwono me-maparkan, pemerintah akan mengupa-yakan perbaikan politik dan keamanan demi terciptanya kestabilan politik dan ekonomi. Hal tersebut, lanjutnya, akan mempengaruhi kinerja ASEAN. “Ka-rena salah satu tugas ASEAN adalah mendukung lingkungan yang adil, de-

Indonesia, Ketua ASEAN 2011

Hajatkan Penguatan Diplomasi untuk Kepen ngan Nasional

mokratis, dan harmonis,” terangnya.Hal lain yang dipaparkannya ada-

lah mengenai kerja sama dalam bi-dang hukum, termasuk pencegahan dan pemberantasan korupsi, pencega-han terorisme, memerangi narkotika, serta memajukan dan melindungi Hak Asasi Manusia (HAM) negara-negara yang tergabung di ASEAN.

Keputusan Indonesia menjadi Ke-tua ASEAN 2011 menggantikan Bru-nei Darussalam telah disepakati pada KTT ASEAN ke-16 di Hanoi, April lalu. Untuk itu, Indonesia harus siap menunjukkan kemampuannya di hada-pan negara-negara se-Asia Tenggara. ”Sepertinya tugas kita nanti sangat be-rat karena kita harus siap menyeleng-garakan kurang lebih 200 pertemuan ASEAN dalam setahun, termasuk didalamnya dua Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN,” terang Ade.

”Tahun 2011 adalah momentum tepat bagi Indonesia untuk mem-perkuat kemampuan diplomasi dan meningkatkan kemampuan kepe-mimpinannya demi kepentingan na-sional, kemajuan kawasan dan evo-lusi tatanan regional di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, dan Pasifik,” tandas Ade. sya

Menuju Muktamar Seabad Muhammadiyah, Forum Silaturahmi bagi Dekan (Fordek) seluruh Pergu-ruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) mengadakan kegiatan lokakarya “Retros peksi Pemikiran dan Pengala-man Empiris Muhammadiyah seba-gai Gerakan Ekonomi” (9-10/4). Kegiatan tersebut menghadirkan Pim pinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se-Indonesia.

Panitia lokakarya, Uci Juliati menje laskan, peserta lokakarya dating dari Gresik, Mojokerto, Jakar ta, Surabaya, Pontianak hing ga Luwu (Sulawesi). “Fordek ini diseleng-garakan sebagai upaya menyambut muktamar. UMM bertindak sebagai panitia penyambutan dan tuan

Lokakarya Fordek PTM se-Indonesia

Spirit Kaderisasi, Tongkat Estafet Muhammadiyah

rumah,” ungkap Sekretaris Jurusan Manajemen UMM itu.

Dalam forum yang diadakan di Aula BAU tersebut, delegasi Univer sitas Muhammadiyah Jakarta, Ahmad Djuanda membahas Kelas Menengah Ekonomi Baru (KMB) dalam tubuh warga Muhammadiyah. Ia menyoroti dan menekankan pentingnya konstruksi etos kerja KMB. “Perlu digarisbawahi bahwa dari 12 negara di Asia, Indonesia berada di urutan terakhir dalam hal etos kerja, berdasarkan survei yang diadakan oleh ekspatriat (peneliti asing yang melakukan penelitian di berbagai negara. red),” sesalnya.

Salah satu delegasi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ahmad

Dahlan Jakarta, Mukhaer Pakkana mengungkapkan, total amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan mencapai 5.797 lembaga pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi. “Tanah wakaf milik Muhammadiyah yang terdaftar di Departemen Agama adalah 29.808.164,60 hektar,” jelasnya.

Ditambahkannya, dalam usia seabad, Muhammadiyah telah mampu mendirikan 47 Pusat Kesejahteraan Umat (PKU), 217 Poliklinik, dan 82 klinik bersalin. “Nah, saat ini kita harus membangkitkan spirit kaderisasi dalam hal manajemen bagi organisasi maupun amal usaha, melalui sebuah jaringan terpadu yang kuat dan terintegrasi,” pesannya. ans*

Sebanyak 65 tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari 111 judul yang lolos pendanaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) mempresentasikan kegiatannya pada Monitoring dan Evaluasi (Monev) Internal (7/5).

Bertempat di Rusunawa UMM, monev tersebut bertujuan melihat perkembangan mahasiswa dalam menjalankan programnya, sekaligus sebagai simulasi. “Ini juga bertujuan mempersiapkan mahasiswa sebelum menuju Monev yang dilakukan Dikti pada 18-21 Mei 2010 mendatang,” ujar salah satu juri monev internal sekaligus Kabag Penalaran UMM, Agus Santoso.

Ifan Prasetya Yudha, salah satu

Simulasi Menuju Monev DiktiMonev Internal PKM UMM 2010

peserta yang mempresentasikan PKM-Kewirausahaan dengan judul Minuman 'T-Ger’ Minuman Tebu (Sacharum officinarum) Segar Ber aroma Cinnamomum Verum Sehat dan Aman, berharap bisa lolos ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2010 yang akan berlangsung di Bali. “Saya ingin mengulang sukses tahun lalu saat tampil di Pimnas 2008,” harapnya.

Sementara Ketua Tim Juri Monev Internal UMM, Henik Sokorini mengungkapkan bahwa presentasi yang dilakukan mahasiswa secara keseluruhan sudah bagus. “Sembilan puluh lima persen sudah bagus, namun ada beberapa tim yang harus melakukan perbaikan,” jelasnya.

mg_mam

Melihat minat berwirausaha pada mahasiswa UMM yang cukup tinggi, tim Iptek bagi Kewirausahaan (IbK) mengadakan seminar kewirausahaan di Lab. Manajemen Gedung Kuliah Bersama (GKB) II (8/5). Acara yang digagas Pusat Pengembangan Manajemen (PPM) itu menghadirkan dua Dosen Fakultas Ekonomi, Wiyo-no dan Titik Ambarwati.

Mengawali acara, Wiyono men-ganjurkan peserta untuk menggeluti kewirausahaan jika ingin cepat kaya karena dunia kewirausahaan dini-lainya memiliki peluang besar untuk meraih kesuksesan dunia. ”Jika in-gin cepat kaya, maka jalan keluarnya adalah berwirausaha, bukan menjadi karyawan, guru atau dosen seperti saya,” ungkapnya disambut tawa pe-serta.

Dosen Manajemen itu sangat mendukung siapapun yang tertarik dalam dunia kewirausahaan. Bahkan baginya, minat wirausaha harus men-dapat perhatian dari pihak kampus. Apalagi, potensi berbisnis di kalan-gan mahasiswa sudah sangat terlihat. ”Ada yang berbisnis sayuran organik, jasa kursus, maupun usaha kecil-

Wirausahawan, Lebih Kaya Daripada Dosen

kecilan di bidang makanan. Itu sudah sangat bagus dan membanggakan,” ungkap Wiyono yang juga ketua pelaksana seminar tersebut.

Ditegaskannya, memulai usaha tidak sesulit yang dibayangkan. Na-mun jika ingin sukses, maka harus didukung gagasan besar dan kemam-puan berpikir liar. Tanpa itu, katanya, wirausaha akan sia-sia. ”Pengusaha itu harus berani berfikir besar dan liar, percuma kalau pikirannya biasa-biasa saja. Misalnya berfikir bagaimana cara membuat jilbab ber-AC biar tidak kepanasan. Itu adalah contoh berpikir liar,” papar pria yang kerap memakai sepatu boot ke kampus itu.

Menyambung materi Wiyono, Ti-tik mencoba memaparkan bahwa ber-wirausaha akan membawa banyak ke-mudahan dan keuntungan, misalnya bisa merdeka secara finansial. Pasal-nya, diungkapkan Titik, wirausaha memberi penghasilan yang jauh lebih besar daripada menjadi karyawan. ”Selain itu, dengan berwirausaha kita bisa merdeka waktu. Tidak ada yang mengatur kapan kita harus kerja, ka-pan harus pulang dan berbagai peratu-ran lainnya,” ujarnya. sya

i h bih

mtmdByMdn

gkklmgakss

mdbdAg”j

sAtskpmp

dLgjNSdbNkas

Amydemrm

K1DTkE

mpmsmmpusA

MM

Dua tahun berturut-turut UMM dipercaya menjadi ketua penyeleksi program Ditjen Peternakan, Sarjana Masuk Desa (SMD). Sosialisasi mengenai program tersebut dilakukan di Gedung Kuliah Bersama (GKB) II (15/5). Para peserta yang merupakan alumni Jurusan Peternakan se-Jatim hadir untuk menyimak program tahunan tersebut.

SMD adalah program tahunan pemerintah Indonesia untuk mem-bantu alumni Peternakan membuka lapangan pekerjaan. Ketua Seleksi SMD Jatim, Abdul Malik mengatakan bahwa program tersebut hanya dikhususkan bagi alumni yang belum memiliki pekerjaan. Targetnya adalah meningkatnya swasembada hewani dan sumber pangan hewani, dengan alokasi dana sekitar 100 hingga 400 juta rupiah per orang untuk satu rencana program.

Syarat mengikuti program SMD cukup mudah. Alumni yang tertarik mendapatkan dana hibah hanya perlu menyerahkan proposal rencana program dan memiliki kelompok usaha yang terdiri dari masyarakat sekitar. “Setelah proposal kami terima, baru kami lakukan tes tulis, tes wawancara, dan tes lapang,” ujar

Saatnya Sarjana Kembali ke Desa

dosen Peternakan UMM itu.Tahun ini pemerintah

menyediakan kuota sebanyak 700 rencana program. Dari jumlah tersebut, Malik berharap alumni UMM mampu memenangkan lebih dari sepuluh persennya. ”Minat alumni UMM terhadap program SMD ini cukup besar. Semoga program-program yang diajukan cukup bagus untuk bisa memperoleh pembiayaan itu,” harap Malik. “Namun kami tetap profesional dan obyektif dalam menilai setiap proposal yang masuk,” tandasnya.

Ketua Asosiasi SMD Jatim, Ali Mahmud turut menghimbau agar pro gram kerja yang akan diusulkan benar-benar bagus dan asli. Jika tidak, tambahnya, kesempatan itu akan hilang. “Persaingan tahun ini benar-benar ketat, buatlah program sebagus mungkin,” pesan alumni peraih Rp 325 juta untuk program sapi perah itu. Ditambahkannya, parameter kesuksesan program men cakup pertumbuhan populasi (kelahiran dan penyembelihan ternak), pengembangan modal, serta peng em bangan sumber daya manusia dan kelembagaan. sya

Beri kesempatan: Adi Susanto menjelaskan Program Sarjana Masuk Desa kepada para alumni peternakan se-Jatim.

Gelombang Pertama: Para calon mahasiswa baru saat mengikuti test masuk UMM gelombang 1.

umam/Bestariumam/Bestari

umam/Bestariumam/Bestari

Page 5: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

5 SUARA KAMPUS BESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

Program PHKI UMM 2010-2012

Tingkatkan Pelayanan demi Kualitas Lembaga

Perbaikan sistem informasi ber basis komputer yang telah dikembangkan UMM sejak tahun 1970 terus dilakukan. Kini, UMM akan mengintegrasikan sistem in-for masi manajemen pada setiap unit lembaga di UMM untuk me-ning katkan kualitas layanan. Hal itu disampaikan Pembantu Rektor I, Sujono selaku penanggungjawab pro gram dalam Rapat Perdana di Ruang Sidang Pembantu Rektor I (3/5).

Pelaksanaan kegiatan tersebut merupakan salah satu realisasi Program Hibah Kompetisi Berbasis Institusi (PHKI) UMM 2010-2012 yang telah disetujui oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti). Sujono menghimbau kepada para panitia pelaksana untuk mendukung penuh pelaksanaan program tersebut karena ditargetkan selesai pada Juli 2010, “Perlu komitmen tinggi untuk melaksanakan amanah program ini dan pada Bulan Juli harus selesai minimal 70 persen,” himbaunya.

Ketua PHKI UMM, Damat

menyampaikan bahwa sebenarnya pengintegrasian sistem informasi di UMM sudah berjalan namun masih banyak kesulitan mengakses data di unit lain. “Selama ini sudah dikerjakan pada unit masing-masing, sekarang waktunya meng-in tegrasikan sistem pangkalan data antarunit,” ungkap Dekan Fakultas Pertanian-Peternakan (FPP) itu.

Dijelaskan Damat, panitia pe-lak sana program integrasi sistem tersebut berasal dari perwakilan berbagai unit seperti Biro Kema-ha siswaan (Mawa), Badan Admi-nistrasi Akademik (BAA), dan berbagai unit lain yang ada di UMM. Dengan mengintegrasikan sistem informasi tersebut, akses data ke berbagai lembaga akan men-jadi lebih mudah. Damat berharap melalui program tersebut UMM mampu memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat kam-pus, ”Pelayanan terbaik akan men-jadikan lembaga kita (UMM. red) semakin baik,” pungkasnya penuh harap. mg_ihe

Kepedulian Badan Eksekutif Maha siswa Universitas (BEMU) Kam pus Putih terhadap bidang akademik dibuktikan dengan di ada-kannya Pela tihan Penulisan Tugas Akhir Kuliah (P2TAK) di Laboratorium Microteaching FKIP (8/5). Pelatihan bertema “Berupayalah Wujudkan Mim pi” yang digagas Dewan Pendi-dikan BEMU tersebut diisi oleh dosen peraih gelar doktor tercepat di UMM, Sugiarti.

Sugiarti menekankan bahwa maha siswa harus mampu me-mana-ge diri. Menurutnya, aktif di orga ni-sasi itu penting, namun harus diba-rengi kepandaian mengatur waktu. ”Mahasiswa tidak boleh memiliki waktu luang yang terbuang. Buat rencana waktu secara jelas. Klasifikasikan schedule berdasar skala prioritas. Sebagai mahasiswa, tugas akhir adalah prioritas utama,” tutur Kepala Lembaga Kebudayaan UMM tersebut.

Bisnis dan aktivitas kemahasis-waan dinilai Sugiarti bukan sebagai hambatan. Bahkan, kesibukan itu dapat memotivasi mahasiswa untuk belajar mengatur waktu. “Tapi, kuliah harus segera selesai. Melamar kerja

Mahasiswa Harus Pintar Cari Masalahkan butuh ijazah. Jika tidak, peluang itu akan semakin sempit saat adik kelas lulus terlebih dahulu,” ujarnya tegas.

Agar tugas akhir atau skripsi itu dapat segera terselesaikan, Sugiarti menghimbau mahasiswa untuk meng enali apapun yang dikuasai, kare na masing-masing mahasiswa me miliki potensi dan kecenderungan tertentu. Lalu, tambahnya, mencari permasalahan sesuai potensi yang dimiliki. “Selama ini mahasiswa keliru. Mereka sering bingung me nen tukan judul. Seharusnya, temukan dan fokus dulu pada suatu masalah. Judul itu belakangan,” jelasnya.

Mahasiswa juga kerap menyusun masalah yang tidak diketahuinya. Ia mengingatkan, UMM memiliki perpustakaan pusat dan dosen yang handal. Fasilitas itu dapat dimanfaatkan untuk mempercepat kelulusan. “Tugas akhir itu jangan dipersulit. Cari sesuatu yang kecil tapi kupas secara mendalam. Jalin komunikasi yang harmonis dengan dosen untuk membantu Anda,” sarannya mengakhiri. mg_abi

Sampai kapanpun, siraman rohani diperlukan untuk menyeim-bangkan kepentingan dunia dan akhirat, seperti yang dilakukan Juru-san Peternakan (17/4). Kajian rutin keagamaan tersebut meng undang Asisten Rektor Bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK), Syamsurizal Yasid untuk menyam-paikan tausiah.

Kegiatan tersebut bertempat di Ruang Dosen Peternakan dan dihadiri jajaran dekanat, karyawan serta dosen Fakultas Pertanian-Peternakan (FPP) dan tentunya terbuka untuk mahasiswa. Dalam kesempatan tersebut, Syamsurizal membahas taubat. Menurutnya, taubat bisa dilakukan siapa saja selama ada niat. Berniat saja, lanjutnya, sudah mendapatkan satu pahala, apalagi jika sudah dilakukan.

Pria berkacamata itu menjelas-

Taubat Itu Perlu NiatKajian Agama Jurusan Peternakan

kan bahwa dosa apapun akan diampuni Allah asalkan manusia mau bertaubat, termasuk syirik yang merupakan dosa terbesar. ”Syirik insya Allah bisa diampuni, apalagi jika tanpa sengaja,” tekannya. Dosa, dijelaskan Syamsurizal, merupakan satu kewajaran manusia karena manusia adalah tempat lupa dan salah. “Karenanya dalam Islam pintu taubat terbuka selebar-lebarnya,” tegasnya.

”Manusia bukan maksum (orang terpelihara dari dosa. red), maka wajar jika kerap melakukan dosa. Berbeda dengan nabi. Nabi adalah maksum, jika berbuat dosa, akan diturunkan wahyu sebagai teguran. Kalau manusia, tidak akan diturunkan itu,” paparnya disambut gelak tawa pendengar.

sya

Sebagai universitas berbasis infor-masi dan teknologi (IT), sudah saatnya UMM memberikan fasilitas berupa ruang website bagi mahasiswanya. Un-tuk mensosialisasikan fasilitas ter sebut, Lembaga Informasi dan Komuni kasi (Infokom) UMM` menye lenggarakan pelatihan pembuat an website dan blog untuk mahasiswa peng urus organisasi Kampus Putih (12-16/4).

Bertempat di Lab. C Komputer, pelatihan yang berlangsung selama lima hari tersebut membidik fungsionaris lembaga intra, unit-unit kegiatan mahasiswa (UKM) dan organisasi mahasiswa lainnya. “Maksimal ada dua delegasi untuk

79 Website untuk Mahasiswa UMMmengikuti acara ini,” terang Nurul Aini, staf administrasi Infokom itu.

Kepala Lembaga Infokom, Suyatno mengungkapkan bahwa fasilitas tersebut merupakan pemberian luar biasa dari kampus, dikarenakan tidak semua perguruan tinggi menyediakan alamat website untuk kepentingan mahasiswanya. “Sebanyak 79 alamat website disediakan UMM, yang siap diisi dan dikelola oleh organisasi mahasiswa,” ungkapnya.

Dengan hadirnya fasilitas web tersebut, Suyatno berharap organisasi mahasiswa akan lebih terorganisir dan mampu memberikan informasi lebih

luas lagi. Dijelaskan Suyatno, fasilitas tersebut juga akan memudahkah pihak universitas dalam memantau kegiatan mahasiswa. “Web tersebut akan menjadi media khusus yang terorganisir dan lebih mudah terpantau oleh pihak universitas,” terangnya.

Salah seorang perwakilan Senat Mahasiswa Universitas, Nunung menanggapi dengan baik adanya pelatihan tersebut. “Disini kita tidak hanya mendapatkan ruang web khusus lembaga intra tapi juga mendapatkan ruang blog atau personal website untuk pribadi setiap mahasiswa,” ungkapnya bersemangat. mg_ihe

Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris melakukan sharing bersama native speakers dari Peace Corp, bersamaan dengan acara Aerobic Party yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa Inggris, English Student Association (ESA) Progresio (17/4). Berlokasi di depan Dome UMM, acara yang berlangsung semarak tersebut diawali dengan senam aerobic yang berlangsung sekitar tiga puluh menit.

Acara yang dihadiri sekitar 250 peserta dari kalangan dosen dan mahasiswa itu mengusung tema “Change and Fresh Your Soul with Togetherness Spirit of English Departement”. Menurut Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fardini Sabilah, acara tersebut bertujuan menggebrak semangat mahasiswa. “Anak-anak perlu merasakan spirit kebersamaan, perlu di-charge dulu, agar fresh menempuh UTS,” tutur wanita asli Malang itu.

Dalam sesi sharing bersama 19 native speaker, mahasiswa

Suguhkan Senam Aerobic dan Kolak Pisang Ijo

Sharing with Na ve Speakers - HMJ B. Inggris

membentuk kelompok-kelompok kecil sesuai kelas perkuliahan. Saat sharing, beberapa mahasiswa mengungkapkan keter tari kannya melanjutkan kuliah di Amerika. Hal itu ditanggapi positif oleh Sarah, seorang native speaker asal Hawaii, “Itu keinginan yang bagus. Kita bisa saling bertukar posisi, saya tertarik untuk belajar di Indonesia dan

h i i C i l hj y

P PHKI UMM 2010 2012harus segera selesai. Melamar kerja sarannya mengakhiri. mg_abi

p

“Teladani kepemimpinan Rasu-lullah dengan menggunakan qoulan syadidan, qoulan ma’rufan, dan qoulan layyinan,” tegas Azhar Muttaqin saat menjadi pemateri dalam workshop kepemimpinan Korp Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) UMM (16/5). Digelar di Lab Akuntansi, kegiatan tersebut mengusung tema “Membangun Humanitas dan Militansi Anggota dalam Rangka Meningkatkan Profesionalitas dan Progresifitas Lembaga” dan diikuti 45 anggota internal KSR.

Azhar menjelaskan, qoulan syadi-dan adalah menggunakan baha sa yang tegas, qoulan ma’rufan adalah berbahasa dengan ungkapan yang baik dan tidak menyakiti orang lain. Terakhir, qoulan layinan berarti bertutur dengan lembut, “Jangan bentak-bentak (dalam memimpin. red), karena mereka akan lari dan meninggalkan kita,” terangnya.

Azhar menerangkan pentingnya menanamkan rasa kepemimpinan dari dalam diri sebelum kita menerap-kannya pada orang lain. Pria asal Sampit, Kalimantan Tengah tersebut juga menegaskan mencontohkan Nabi Muhammad saw sebagai tokoh dan pemimpin yang patut diteladani. ”Rasulullah menerapkan

Workshop Kepemimpinan KSR

Ajarkan Kepemimpinan Model Rasul

prinsip aqidah, adil, kasih sayang, fatonah, amanah, shidiq, dan tabilgh,” paparnya.

Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UMM itu menganalogikannya sebagai pohon beringin dan pohon bambu, “Pohon beringin adalah pohon dengan akar yang tidak kuat namun mementingkan untuk tumbuh ke atas, sedangkan bambu adalah pohon dengan akar yang kuat. Setelah akar-akarnya kuat dia akan tumbuh tinggi ke atas, bahkan bisa melebihi tingginya pohon beringin,” jelas

Azhar.Acara yang berlangsung dalam

satu hari tersebut berisi tujuh materi kepemimpinan. Ketua pelaksana kegiatan, Muhammad Amin Taufiqur-rahman mengungkapkan, kegiatan itu dimaksudkan sebagai kaderisasi kepengurusan baru. “Sebelum pergantian pengurus, calon pengurus baru dibekali kemampuan untuk memimpin, agar organisasi berjalan sesuai aturan dan tujuan,” pungkas mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) tersebut. mg_ynm

dok.dok.

Tanamkan keteladan: Azhar menjelaskan sosok Rasulullah saw yang berbudi luhur dalam menjalankan amanat kepemimpinannya dan sepatutnya ditiru.

kalian bisa ke USA,” ungkapnya.Kesemarakan tersebut diper-

leng kap dengan hidangan tradi sio-nal berupa es kolak pisang ijo dan keripik singkong. “Silahkan dinik-mati, ini makanan khas Indonesia. Isinya pisang, sirup, santan dan sedikit topping-an dari sagu,” terang Fardhini kepada native speaker dan seluruh peserta. mg_ynm

Weekend: Hari sabtu di manfaatkan mahasiswa untuk melakukan senam bersama.

umam/Bestariumam/Bestari

Page 6: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

6 SUARA KAMPUSBESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

Tak cukup sekadar menye-lesaikan tugas, maha-siswa Bahasa dan Sastra Indonesia berkreasi dan

memamerkan kemampuan mereka di “Kampoeng Sastra” (15/5). ‘Kampung’ yang bertempat di area hotspot Gedung Kuliah Bersama (GKB) I itu merupakan inovasi presentasi tugas Mata Kuliah Membaca Sastra yang diampu Supriyadi.

Pertama, presentasi terbatas untuk ajang baca puisi. Secara kese-luruhan, seluruh karya maha siswa dalam Kampoeng Sastra dinilai oleh 14 juri yang disebut dewan pujangga. Mereka terdiri dari dua pujangga drama serta masing-masing empat orang pujangga novel, pujangga cerpen, dan pujangga puisi. Biasanya presentasi diadakan di kelas. Biar mahasiswa tidak bosan, kami mengadakannya di muka umum,” ujar salah satu dewan pujangga drama, Radvan Faisal.

Setiap juri memberikan reko-mendasi nilai kepada dewan pujangga drama. “Mereka (dewan pujangga drama. red) adalah juri tertinggi pemegang hak veto penentuan nilai. Jumlah juri yang banyak bukan untuk mempersulit pemberian nilai, tapi untuk meningkatkan obyektivitas

Kampoeng Sastra

Panggungnya Sastrawan Muda Kampus Pu h

penilaian,” papar mahasiswa semester VIII tersebut.

Kelompok yang dinyatakan lulus, lanjutnya, berhak membubuhkan tanda tangan pada kain latar belakang panggung. Model penilaian tersebut sebagai ajang kompetisi demi meningkatkan kualitas penger-jaan tugas mahasiswa. “Bagi yang tidak lulus, minggu depan harus

memperbaiki dan menampilkan tugasnya lagi, jadi tak hanya sekadar presentasi,” jelasnya bersemangat.

Disampaikan Radvan, Kampoeng Sastra akan rutin dilakukan setiap hari Sabtu. Agar penonton tidak jenuh, mereka akan berganti topik dan jenis tugas. “Kali ini giliran baca puisi. Minggu depan insya Allah membaca cerpen,” pungkasnya. mg_abi

Pengajar Bahasa Inggris dituntut percaya diri, tanggap serta kreatif dalam membimbing anak didiknya. American Corner (Amcor), sebagai wujud pengabdiannya kepada masya ra kat, menyelenggarakan Seminar “Promoting Participant and Creativity in The Classroom” yang diikuti guru Bahasa Inggris tingkat SMP dan SMA se-Jawa Timur. Acara tersebut diselenggarakan di Ruang Sidang Rektor (22/4), dengan Cortney Kyle, anggota English Teaching Asistance (ETA) sebagai pembicara.

Pada kesempatan itu, Cortney banyak menjelaskan perihal tata cara mengajar kreatif, khususnya untuk materi speaking. “Game adalah salah satu cara untuk mengubah mindset siswa tentang pelajaran. Biarkan mereka berekspresi dan berbicara seperti yang mereka inginkan, setelah itu baru kita arahkan pada materi yang kita mau,” jelas wanita asal Negeri Paman Sam itu.

Melanjutkan keterangannya,

Seminar Guru Bahasa Inggris

Biarkan, Lalu Arahkanwa ni ta yang kini aktif mengajar sis wa penerima program beasiswa Sampoer na di SMA 10 Malang itu memberikan beberapa trik me nyam paikan materi tentang idiom (ungkapan dalam Bahasa Inggris. red). Salah satunya dengan memberikan gam bar tentang idiom yang dimaksud sehingga siswa mampu mengartikannya sen diri. “Sete lah itu siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, kemudian diberi tugas untuk membuat cerita de ngan menggunakan sedikitnya delapan idiom yang pernah dipelajari,” paparnya.

Pengelompokan itu menurutnya penting karena jumlah murid dalam satu kelas pada sekolah-sekolah di Indonesia sangat banyak, dan cukup menyulitkan pengajar untuk mengkondisikan kelas guna mencapai pembelajaran efektif. “Di Amerika, satu kelas berisi 4 orang dan di Indonesia ada sekitar 20 orang bahkan lebih,” imbuhnya.

mg_ynm

Berharap budaya menulis dapat tumbuh subur di kalangan mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan (Himap) FISIP UMM menyelenggarakan Seminar Jurna listik bertajuk “Mem-bang un Budaya Menulis menuju Mahasiswa Kreatif, Kritis, dan Progresif ”. Bertempat di Aula BAU (7/5), seminar tersebut meng ha dirkan Dosen Jurnalistik, Nuru din dan Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan, Tri Sulistyaningsih.

Nurudin, saat menyampaikan kiat-kiat menulis artikel, memberik-an pan dangan awal bahwa menu-lis artikel itu mudah. Hal yang dibutuhkan tak lain adalah latihan terus-menerus. Dasar menu lis di-beri kan Nurudin untuk memoti-vasi peserta, salah satunya dengan menggambarkan filsafat jalan kaki, “Tidak perlu sekolah formal. Ibarat orang berjalan, untuk mencapai jarak yang jauh harus dimulai langkah demi langkah. Begitu juga dengan menulis, perlu tahapan,” papar dosen yang telah melanglang

Menulis, Seper Berjalan Kakibuana dalam dunia penulisan tersebut.

Disampaikan Nurudin saat meng enal kan media massa, sya-rat-sya rat artikel surat kabar memiliki per be daan. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa topik artikel harus hangat, menyangkut kepentingan umum, dan asli. “Beberapa hal yang harus dicermati dalam mengirim tulisan ke surat kabar, selain mengenal karakteristik surat kabar, yang terpenting itu karya asli,” tegasnya.

Tri menambahkan, karya ilmiah bisa diartikan sebagai sebuah per-nyataan yang kebenarannya dida sar-kan atas dasar bukti obyektif. Ia juga mendefinisikan karya ilmiah sebagai laporan tertulis yang memaparkan hasil penelitian dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan. Selain itu, keaslian dalam karya tulis adalah sebuah kemutlakan. ”Kebanyakan mahasiswa masih kurang jujur dalam mengambil kutipan. Hal ini perlu diperhatikan dalam menulis karya ilmiah,” ujarnya. mg_ihe

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM mengadakan Pela-ti han Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Ruang 614 Gedung Ku-liah Bersama (GKB) 1 (15/5). Materi pelatihan dirancang untuk men de-ngar kan masalah dan memberi solusi bagi delapan Sekolah Dasar Muham-madiyah (SDM) se-Malang Raya.

Beberapa SDM mengeluhkan sikap pasif wali murid, profesionalitas guru, dan minimnya fasilitas yang ada. Dosen Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Malang, Sentot menerangkan, masalah tim bul karena banyak sekolah yang be lum menerapkan MBS secara efek tif. “Kendati telah berulang kali meng-ikuti seminar atau pelatihan MBS, beberapa sekolah masih saja tidak mampu menerapkanya,” aku Sentot.

Untuk menjadi sekolah ber-MBS, tambah Sentot, perlu dirumuskan visi, misi, sasaran, dan tujuan sekolah secara jelas. Menurut Sentot, hampir

Pela han Manajemen Berbasis Sekolah

Guru Galak, Hambat Penerapan MBStiap sekolah telah membuatnya, namun hanya sekedar dijadikan hiasan dinding. “Visi dan misi seharusnya menjadi pemompa semangat untuk terus maju. Ada mimpi dan cita-cita di dalamnya,” paparnya.

Sentot juga menekankan penting-nya pemantauan dan penelitian ten-tang keadaan sekolah. Pemetaan potensi dan kekurangan, misalnya, dapat dijadikan alat bantu perbaikan dan pengembangan. Selain itu, ling-kung an yang merupakan pendukung kegiatan belajar harus ditata secara kondusif. “Tak hanya lingkungan fisik, cara mengajar guru juga per lu diperhatikan. Jangan galak-galak, bantu mereka mengutarakan masalah dan beri solusi yang mudah,” wejangnya.

Ditegaskannya, MBS dapat ber-jalan melalui beberapa tahap penting. Pertama, masyarakat harus tahu MBS dan cara penerapannya. Kedua, sekolah harus membuat visi dan misi sesuai keadaan masyarakat sekitar. Ketiga, kepala sekolah beserta guru melakukan analisa strength, weakness, opportunity, and threat (SWOT). “Perlu kerja sama antara sekolah dan masyarakat. Jika tidak, sekolah tidak dapat berkembang,” pungkasnya. mg_abi

“Kita harus bangga menjadi keluarga besar UMM karena selain kuliah atau mengajar, kita juga berjuang membuka mata dan pikiran masyarakat bahwa perguruan tinggi swasta tidak kalah dengan negeri, bahkan bisa lebih baik,” papar Salis Yuniardi panjang lebar di hadapan 20 tutor dalam Pembinaan Tim Tutorial Idealis 2010 (26/4)

Pada kesempatan yang berlang-sung di Ruang 509 Gedung Kuliah Bersama (GKB) I itu, Salis yang menjabat Ketua Program Studi Psi-ko logi membeberkan segudang

Swasta Bukan Kendalaprestasi yang telah diraih UMM. “Itu semua bukanlah hasil survei, teta pi berasal dari Direktorat Jenderal Pen-didikan Tinggi (Dikti), Direktorat Pe ne litian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), Koordinasi Per guruan Tinggi Swasta (Kopertis) mau pun pengakuan dari organisasi Muhammadiyah sendiri,”urainya lagi.

Untuk itu, mahasiswa UMM sudah sepatutnya bangga dan tidak perlu minder dengan perguruan tinggi negeri. Bahkan menurut Salis, perguruan tinggi swasta memiliki kelebihan di banyak aspek. “Kele-

bihan swasta adalah sudah terbiasa mandiri dan menerapkan sistem ma-najemen yang efektif,” papar Salis.

Diungkapkannya, Fakultas Psi-kologi telah siap mempertahankan prestasi Kampus Putih. Dalam waktu dekat, fakultas pimpinan Tulus Winar-sunu itu akan menerapkan kurikulum yang lebih fokus pada skill dan praktek serta peningkatan pelayanan akade-mik. “Tahun ini, contohnya, psikologi lintas budaya wajib ada praktek. Kami juga mendorong adanya dialog akade-mik,” ungkap dosen muda UMM itu kepada tim tutorial. mg-osa

P l h M j B b i S k l h p p y g g g y , j y g

Sastrawan muda: Supriyadi saat berdialog dengan mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penerapan MBS: Sentot, saat memberikan Pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) kepada sejumlah guru SD Muhammadiyah.

pdAwmSCdSAddEs

bmmssmssma

b

b

j

a -

-n u -

m k -i i -

u

Demi menjaring mahasiswa baru (maba), UMM menurunkan Bea-siswa Kerja untuk tahun akademik 2010/2011. Beasiswa yang ditujukan bagi calon maba itu direspon positif oleh pihak Fakultas Pertanian-Peter-nakan (FPP). Pasalnya, hanya calon mahasiswa FPP yang mendapat keis-timewaan dari Kampus Putih.

Beasiswa tersebut akan mem-bebaskan 18 maba FPP dari semua biaya, seperti Dana Pengembangan Pendidikan (DPP), Sumbangan Pe-nyelenggaraan Pendidikan (SPP), her-registrasi, bahkan termasuk biaya hidup selama empat tahun. Pengaju-annya dibuka sejak 5-25 Mei, dan ha-silnya akan diumumkan pada 30 Mei. Syaratnya, peminat hanya diharuskan memiliki nilai UAN rata-rata di atas tujuh, berasal dari keluarga yang ti-dak mampu, memiliki banyak prestasi non-akademik, dan memiliki motivasi belajar tinggi.

Meskipun syarat yang diajukan mudah, mereka yang mendaftar harus siap bersaing dengan puluhan bahkan ratusan pendaftar lain yang tidak ka-lah pintarnya. Pasalnya beasiswa ini terbuka buat siapa saja dan dari mana

saja. Apalagi, setelah lulus si peneri-ma beasiswa akan diberi jaminan pe-kerjaan.

Pembantu Dekan III FPP, Mu-hammad Sobri manyampaikan tang-gapan positifnya. Menurut peraih penghargaan Museum Rekor Indo-nesia (MURI) pada 2009 atas temuan biskuit kelinci itu, beasiswa tersebut diharapkan dapat menstimuli minat maba untuk bergabung di FPP. ”Kami memiliki enam jurusan, bagi yang dinyatakan diterima beasiswa kerja, maka bisa memilih salah satu jurusan yang ada. Setiap jurusan menyedia-kan tiga kuota mahasiswa untuk bea-siswa ini,” ungkap Sobri.

Ia menambahkan, perihal beasis wa tersebut telah diinformasikan ke semua SMA, baik melalui sosialisasi langsung, internet, maupun dengan mengirimkan brosur ke pihak sekolah. Yang jelas, lanjutnya, Beasiswa Kerja yang diberikan UMM banyak diminati siswa. ”Belum seminggu brosur ter se bar, sudah banyak siswa yang men daftar dan rata-rata nilai mereka di atas 8, bahkan ada yang 9. Ada yang dari Bojonegoro, Brebes, Kediri dan banyak lainya,” paparnya bangga. sya

Beasiswa Kerja FPP

Beasiswa Total untuk Maba Berprestasi

umam/Bestariumam/Bestari

umam/Bestariumam/Bestari

Page 7: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

7SUARA KAMPUS BESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

Bertempat di Ruang Sidang Rektor, Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) kembali bergeliat dengan kajian pemi-ki ran Islamnya melalui seminar “Mu-hammadiyah dan Masa Depan Inte-lektualisme di Indonesia” (24/4). Tidak tanggung-tanggung, kegiatan tersebut mendatangkan tokoh sekaligus ilmuan yang konsen dengan kajian pemikiran Islamnya, Ahmad Syafi’i Ma’arif.

Kepala PSIF, Ajang Budiman yang berkesempatan membuka acara menu turkan bahwa kegiatan tersebut diselenggarakan demi kebaikan inte-lek tualisme Islam di UMM dan masyarakat umum. “Ini merupakan kegiatan elitis, kita membutuhkan ruang untuk mengadakan refleksi,” tuturnya.

Pada kesempatan itu, dosen Fa kul tas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Mas’ud Said mengatakan, tokoh-tokoh pembaharu yang tekun mendalami pemikiran saat ini cenderung stagnan. Dituturkannya pula, pada era modern abad 18 lalu tercantum deretan nama seperti Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaludin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan murid-muridnya yang dikenal karena buah pemikiran dan sumbangsih mereka bagi semangat kebangkitan Islam.

“Namun sayang, kini dunia Islam mengalami kemandekan setelah para murid Abduh tidak ada. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap

Seminar PSIF Bersama A. Syafi ’i Ma’arif

Pluralisme, Prasyarat Gerakan Intelektual Islam

kondisi umat Islam setelahnya yang terkungkung dalam pemikiran yang tidak berkembang,” sesalnya.

Saat tiba kesempatan Syafi’i, pendiri Maarif Institute itu mengu ta-rakan gagasannya perihal pluralisme. “Pluralisme menjadi prasyarat subur dan berkembangnya gerakan intelektual di muka bumi,” ujarnya mengutip perkataan Murad Wilfried Hofmann (penulis asal Jerman yang masuk Islam pada 1980. red). Ketua PP Muhammadiyah 1999-2004 itu mengkritisi pergerakan awal Muhammadiyah yang didominasi penerapan aspek praktis saja.

Untuk itu, ia menekankan agar Muhammadiyah mulai me ram-

bah kajian pemikiran dan mengem-bangkannya dalam sebuah wadah. Hal itu disampaikanya karena Mu-ham ma diyah merupakan gerakan pembaharu (tajdid).

Selama ini, menurutnya, Muham-madiyah kurang memberi porsi lebih terhadap kajian pemikiran. “Mereka yang ingin belajar dan berkembang dengan pemikiran baru kerap kali disentil dengan doktrin agama dan politik pemerintah. Saya takut pemikiran yang ‘hitam-putih’ seperti ini akan membawa Muhammadiyah ke dalam museum sejarah,” papar penerima anugerah Magsaysay Award 2008 kategori Perdamaian dan Pemahaman Internasional itu. ans

Pemberdayaan perempuan masih menjadi topik utama, hingga men-gundang antusiasme para kader per-empuan Ikatan Mahasiswa Muham-madiyah (IMM) Kampus Putih, yang menyebut diri mereka immawati, un-tuk menyelenggarakan serangkaian acara yang menggugah peran perem-puan, dalam rangka Hari Kartini. Be-berapa kegiatan dalam acara tersebut adalah bakti sosial pembagian semba-ko (15/4), talk show dan fashion show

Hari Kar ni ala IMM

Mulai Talk Show Hingga Fashion Show(17/4), serta lomba voli dan pentas seni (18/4).

Tema “Bagaimana Wanita Dipan-dang dari Sisi Biologis dan Psikolo-gis” dikupas dalam talk show yang menghadirkan Dosen Kedokteran UMM Thontouwi Djauhari dan Do-sen Psikologi UMM Siti Maimunah sebagai narasumber. Kegiatan ter-sebut dilanjutkan dengan pagelaran lomba fashion show di Aula BAU.

Rangkaian acara Hari Kartini

tersebut ditutup dengan pagelaran Pentas Seni (Pensi) yang juga diseleng-garakan di Aula BAU. Salah satu at-raksi yang ditampilkan adalah drama karya Komisariat Fakultas Teknik tentang perjalanan wanita mencari kebebasan hidupnya dari belenggu ketertinggalan, disusul persembahan paduan suara dari Fakultas Ekonomi. Dalam perlombaan voli siang harinya, Komisariat FAI dan Teknik keluar se-bagai juara. ans*

Fakultas Hukum (FH) UMM menjadi tuan rumah dalam Workshop Regional Pembuatan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) mata kuliah Etika Profesi Penegak Hukum. Bertempat di Hotel Klub Bunga (27–29/4), workshop tersebut diselenggarakan untuk memasukkan mata kuliah Etika Profesi Penegak Hukum dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi Hukum.

Hadir dalam workshop tersebut Wakil Ketua Komisi Yudisial Repu-blik Indonesia (KY RI) yang sekaligus membuka workshop secara resmi, M. Thahir Saimima; Koordinator Bidang Penilaian Prestasi Hakim dan Seleksi Hakim Agung KY, Mustofa Abdullah; Sekjen KYRI Muzayyin Mahbub, Kepala Biro Seleksi dan Penghargaan KY RI, Andi Djalal Latief, serta para dekan FH dari perguruan tinggi seluruh Jawa Timur.

Dekan FH UMM, Sidik Sunaryo mengatakan, etika profesi penegak hukum harus ditempatkan sebagai salah satu kepribadian dari paradigma dan visi kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia. “Sangat penting untuk

Workshop Regional FH Bersama Komisi Yudisial RI

Hasilkan SAP Mata Kuliah Baru Hukum

memahami etika profesi penegak hukum, karena pelanggaran etik menjadi pintu masuk utama terjadinya pelanggaran peraturan perundang-undangan secara sistemik,” ujar Sidik.

Workshop yang berlangsung selama tiga hari itu melahirkan dua output penting. “Pertama berupa Sa-tuan Acara Perkuliahan (SAP) kode etik profesi hukum yang nantinya menjadi mata kuliah wajib tempuh,

serta terbentuknya Forum Pimpinan Pendidikan Hukum Jawa Timur sebagai output kedua, yang berfungsi untuk mengawal dan mengawasi serta mensosialisasikan hasil workshop kepada stakeholder,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu pula, forum tersebut membentuk jajaran kepengurusannya. Dosen Universitas Pelita Harapan Surabaya, Sari Mardiana terpilih sebagai ketuanya. mg_mam

Tekad menjadi garda terdepan Fakultas Psikologi dalam membekali calon lulusan kembali dibuktikan Career Center (CC) dengan menggelar studi lapangan bertema “Education for All”. Masih dalam semangat Hari Pendidikan Nasional, CC bersama 50 peserta studi melihat dari dekat pene-rapan pendidikan inklusi di Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya (12/5).

Seluruh jajaran pengurus sekolah yang berlokasi di Jalan Manyar Sambongan 87-89 Surabaya itu lang-sung menyambut rombongan yang dipimpin Pembantu Dekan (PD) III Fakultas Psikologi, Zakarija Ach mat. Agenda pertama kunjungan dipusat-kan di Hall Utama Sekolah Inklusif Galuh Handayani.

Setelah menyajikan beberapa video sejarah dan profil sekolah, sekolah yang berdiri sejak tahun 1995 itu menampilkan atraksi siswa-siswinya untuk menyambut rombongan UMM. Mulai dari pertunjukan musik sederhana, keterampilan memainkan keyboard oleh siswa autis, hingga

Field Study Career Center

Kunjungi Slow Learner School Pertama di Indonesia

aksi vokalis andalan slow learner school pertama di Indonesia itu. Tak mau ketinggalan, Zakarija membawakan tembang dari Afgan untuk memeriahkan prosesi penyambutan.

Seluruh peserta kemudian dibawa berkeliling menyaksikan terapi eduka-tif, psikologi, okupasi, wicara, dan fisioterapi yang ada di sana. Ketua Yayasan Galuh Handayani, Sri Sedya-ning rum, mengutarakan bahwa berdi ri nya sekolah inklusi adalah usaha mewujudkan education for all di Indonesia. “Semangat dari sekolah inklusi ini adalah tidak membeda-beda kan. Semua punya kesempatan belajar, baik yang berkebutuhan khusus maupun yang normal,” ujar Sri yang juga pakar pendidikan inklusi.

Bertolak dari Galuh Handayani, Sekolah Islam Al-Hikmah Surabaya menjadi tujuan kunjungan berikut-nya. Dengan serangkaian kunjungan tersebut, pihak CC berharap mahasis -wa Psikologi tahu secara langsung dunia pendidikan yang sedang berkembang dan siap mengabdi sesuai bidang yang diminati kelak. mg_osa*W k h R i l FH B K i i Y di i l RI

FcCsfPprI(

ySsdFAkG

symuUsk

FF

Seminar nasional kembali dise-leng garakan di Kampus Putih, kali ini oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Bertema “Mencetak Pendidik Generasi Penerus yang Pro-fesional dan Humanis dengan Berbasis pada Pendidikan Inklusi”, acara tersebut menghadirkan Koordinator Tim Pengembang Pendidikan Inklusi Kelompok Kerja Jatim, Ahsan Romadlon Junaidi (6/5).

Ahsan menuturkan, ada dua kon-sep dasar pendidikan inklusi, yaitu layanan pendidikan yang melibatkan anak dalam proses belajar dan jaminan pendidikan bagi setiap warga. “Selama ini masih ada kelompok minoritas yang terasingkan. Anak-anak terlantar, miskin, karena ras atau keturunan tertentu serta cacat terpinggirkan dari sistem pendidikan reguler,” katanya.

Perubahan, tambah Ahsan, sangat diperlukan untuk dapat merangkul semua anak. Guru harus mampu mela yani anak-anak berkebutuhan khu-sus. Profesionalitas diperlukan untuk

Seminar Nasional Pendidikan Inklusi

Hapus Diskriminasi, Rangkul yang “Terbatas”

mengubah cara pandang guru terhadap anak. “Keragaman, baik ketunaan atau kelebihan, harus dihargai. Mereka memiliki kesamaan hak dan harus diperjuangkan,” jelasnya.

Sistem pendidikan Indonesia, ungkapnya, mulai mengembangkan penyelenggaraan pendidikan inklusi melalui Peraturan Mendiknas No. 70 tahun 2009. Dalam peraturan itu disebutkan, pendidikan in klusi tidak hanya bertujuan merang kul anak yang memiliki ketu naan atau kelebihan, tapi juga menye lenggarakan pendidikan yang tidak diskriminatif. “Akarnya bersumber pada Bhineka Tunggal Ika. Semua harus mendapatkan pendidikan,” tegasnya.

Bertempat di Basement Dome, seminar tersebut dimeriahkan oleh band dari siswa salah satu sekolah inklusi, yakni SMP Negeri 2 Lawang. Kendati memiliki keterbatasan peng li-hatan, sang vokalis mampu menghibur peserta dengan lagu Dik dari Wali dan Jangan Menyerah dari D’Masiv.

mg_abi

Lembaga Semi Otonom (LSO) Al-Faruq selenggarakan seminar “Jurnalistik Plus Public Relation (PR) Training” (4/5). Bertempat di Aula BAU, acara tersebut menghadirkan Kepala Badan Koordinasi Pemerinta-han dan Pembangunan Provinsi Jatim Wilayah III Malang, Zarkasi; Produser TV One Surabaya-Jawa Timur, Mustika Muhammad; Wartawan Seni or Jawa Pos, Mohammad Ilham; dan Adrianus Soedijopranoto dari PT. Natrindo Telepon Seluler (NTS).

Zarkasi, yang hadir mewakili Gubernur Jatim, Soekarwo, memberi-kan apresiasi tinggi kepada panitia. “Seminar dan pelatihan di bidang ini harus terus digalakkan karena manfaatnya sangat besar,” ujar Zarkasi disambut tepuk tangan sekitar 300 peserta dari berbagai perguruan tinggi se-Malang. Selanjutnya, Mohammad Ilham membahas jurnalistik dari dua sisi yang berbeda; perspektif media elektronik dan media cetak.

Salah satu topik yang disampaikan-nya adalah terkait isu kematian surat kabar di era milenium akibat gempu-ran media elektronik seperti televisi

maupun internet. Menurutnya, akan sulit membayangkan lenyapnya media cetak atau surat kabar di masyarakat, karena sudah berakar sangat kuat. “Sulit dibayangkan dunia ini tanpa secarik koran,” papar Ilham yang saat ini bertugas meliput Serie A Liga Italia.

Sementara pada sesi PR Training, Regional Sales Manager PT. NTS (perusahaan penyedia layanan teleko-mu ni kasi dan pemegang merek AXIS. red), Adrianus membuka wawasan peserta pentingnya PR dan marketing. Berdasarkan pengalamannya selama berpuluh tahun, dalam tiap bisnis dan tiap perusahaan, lini utamanya adalah marketing.

“Marketing tidak hanya menjual tapi juga marketing research. Maksudnya adalah melakukan riset terlebih dahulu agar tepat sasaran dalam membuat produk,” jelas Adrianus yang juga pernah menjadi National Sales Manager PT. San Miguel Pure Foods Indonesia. “Marketing research plus great public relation-lah kunci sukses perusahaan-perusahaan besar dalam melejitkan bisnisnya,” pungkasnya. mg_osa*

Dunia Tanpa Secarik Koran?

Berkumpul: Dekan Fakultas Hukum se-Jatim menyepakati kode etik profesi sebagai mata kuliah baru.

umam/Bestariumam/Bestari

umam/Bestariumam/Bestari

Intelektualisme muslim: Mantan Ketua Umum Muhammadiyah dorong kebebasan berpikir kepada umat muslim.

Page 8: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

BESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/20108 SUARA KAMPUSSUARA KAMPUS

Sesuai tradisi, dalam rangka mempe ringati Hari Pendidikan Na-sio nal (Hardiknas) tahun ini, UMM menyelenggarakan Upaya Peri ngatan Hardiknas di Helipad UMM (2/5). Muhadjir Effendy selaku inspek-tur upacara menyampaikan pidato monumental “UMM, dari Muham-madiyah untuk Bangsa” dihadapan sekitar 1000 warga UMM.

Lebih lanjut, Rektor UMM itu mengajak semua elemen untuk merenungkan sumbangan yang telah diberikan kepada bangsa Indonesia melalui dunia pendidikan. “Mari kita lanjutkan, kita tuntaskan pengabdian kita di dunia pendidikan yang kita cintai ini,” himbau Muhadjir.

Rektor mengingatkan kembali, se ma kin berkualitas pengabdian, se ma kin berkualitas proses pendi-dikan di UMM. Semakin berkualitas lulusan yang dihasilkan UMM, maka semakin besar peranan Kampus Pu tih dalam membangun bangsa ini. “Kare-na itu, semboyan UMM ini selalu saya sampaikan, UMM dari Muham-madiyah untuk Bangsa,” tekannya.

Di akhir acara, Rektor menyerah-kan penghargaan kepada dosen, ketua jurusan (kajur) karyawan, dan mahasiswa berprestasi tahun ini. Dosen

Upacara Hardiknas

Refl eksi Pengabdian UMM untuk Bangsa

Berprestasi I Tingkat Uni ver sitas diraih Sugiarti (FKIP/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), peringkat II diisi Nur Subekhi (FT/Teknik Mesin), dan Dosen Berprestasi III diraih Damat (FPP/ Teknologi Hasil Pangan).

Tiga Kajur Berprestasi Universitas adalah Sri Wahyuni (FKIP/Biologi), Salis Yuniardi (Psikologi/Psikologi), dan Frida Kusumastuti (FISIP/Ilmu Komunikasi). Sedangkan karyawan Berprestasi I, II, III, ialah Miseri (Perlengkapan), Ikip Laily (Biro Administrasi Akademik), dan Isroin (Biro Administrasi Umum). Selain itu, diberikan pula penghargaan bagi dua Karyawan Istiqomah UMM

2010, yakni Daiman dan Wahyu Subagyo. Keduanya berasal dari Bagian Perlengkapan.

Empat mahasiswa; Dyah Ayu Shinta (Fakultas Kedokteran), Ifan Prasetya Yuda (FKIP/Biologi), Laila-tul Rifah (FKIP/Bahasa Inggris), dan Lamiati (FPP/Perikanan) mene ri-ma penghargaan Mahasiswa Berpres-tasi (Mawapres) UMM dalam mo-men tersebut. Perhargaan khusus juga diberikan kepada mahasiswa UMM yang berhasil meraih Juara I Kompetisi Matematika Tingkat Koper tis, Evie Soviati dan peraih Juara Harapan III untuk lomba yang sama, Dedi Yulianto. mg_osa*

Kontes Robot Indonesia (KRI) dan Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) Regional IV yang meliputi Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara digelar di Dome UMM (22-23/5). Kontes tersebut diikuti 73 tim dari 33 perguruan tinggi se-wilayah regional IV untuk memperebutkan empat kategori, yakni KRI, KRCI Beroda, KRCI Berkaki, dan KRCI Battle.

Pembantu Rektor III UMM, Joko Widodo menerangkan, setiap peserta harus berjuang mempersiapkan diri menuju kontes nasional dan internasional itu. “Siapapun dan dari perguruan tinggi manapun, harus menjadi juara di tingkat nasional. Peserta di regional IV memiliki potensi yang bagus. Belajarlah dari pengalaman dan manfaatkan kompetisi ini,” terangnya.

Dalam lomba itu, setiap tim KRI harus menyusun balok yang dianggap sebagai replika candi Prambanan. Pasalnya, kontes berskala nasional tersebut pada tahun ini mengusung tema “Bersama Membangun Candi Prambanan”. Sehingga, kegiatan lomba pun mengarah pada salah satu ikon Indonesia tersebut.

Perlombaan KRI terbagi ke dalam tiga tahap, yakni Khufu, Khafraa, dan Mankaura. “Tiap tim wajib melewati

KRI & KRCI Regional IV 2010

Robot Cerdas, Bangun Candi Prambanan

ketiga tahap itu,” ungkap ketua pelaksana, M. Irfan. “Sementara KRCI pada tahun ini mengambil tema Robot Cerdas Pemadam Api dan Robot Cerdas Pemain Bola. Robot-robot peserta kontes harus sigap dalam memadamkan api dan bermain bola,” lanjutnya.

Namun, dalam pelaksanaanya, banyak robot yang kebingungan dan hanya berputar-putar di tempat. ”Robot-robot ini butuh suasana yang tenang, sehingga para penonton sangat diharapkan bisa membantu menjaga kondisi,” terang Irfan.

Di akhir acara, kontes itu kembali menobatkan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) sebagai Juara KRI dan KRCI Battle. Pada laga final KRI, Tim Mio_rEi milik PENS berhasil menaklukkan f4KuBo dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan skor tipis 56-51. Wakil Kota Malang, yakni Tim KEN AROK dari Politeknik Negeri Malang harus puas di posisi ketiga.

Dalam KRCI Battle, tim L-F17 yang juga asal PENS berhasil menggeser DEWO dari Universitas Negeri Surabaya. Sedangkan Juara III diisi oleh tim ARCALA asal ITS setelah menjatuhkan Devia dari STMIK Asia Malang. mg_abi/ynm

”Setiap kegiatan di Kampus Putih merupakan sejarah yang harus diaba-dikan sebagai bukti nyata sejarah kebe-saran UMM,” itulah pesan dari Pemimpin Redaksi Bestari, Joko Wido do, saat membuka Diklat Dasar Jurna listik Bestari Angkatan 23 (1-2 dan 8-9/5) dan Rekrutmen Bestari 2010 di Aula Masjid AR. Fachruddin Lantai 1, (1/5).

Berkesempatan menyampaikan studi-um general, Pembantu Rektor III UMM itu mengajak 74 peserta diklat untuk̀ menjadi calon jurnalis yang ber etika dan bersungguh-

sungguh. “Jurna lis merupakan profesi penting seba gai pembentuk opini publik. Dengan menjadi jurnalis, maha siswa dilatih berani dan tahan banting,” ujarnya.

Dalam sambutannya, Wakil Pe-mim pin Redaksi Bestari, Nurudin ikut memotivasi peserta diklat untuk tidak khawatir jika masih belum punya keterampilan saat masuk koran kampus UMM itu. Pencetus Teori Kendi itu berpesan, belajar seperti berjalan kaki, selangkah demi selangkah.

Diklat yang mengusung tema “Men-

jadi Jurnalis Berwawasan dan Beretika” itu semakin lengkap dengan hadirnya pemateri-pemateri yang berkompeten. Salah news editor Harian Surya, Taufiq Zuhdi. Berbekal pengalaman bertahun-tahun mengelola media massa, pene-rima anugerah Australian Embassy Award tersebut mengupas tuntas teknik peliputan dan penulisan berita baik straight news maupun features.

Fotografer ANTARA, Aribowo Sucip to pada hari kedua diklat (2/5) menyam paikan kiat-kiat foto jurnalistik. Selanjutnya, peserta diklat juga digodok perihal penulisan depth news dan investigative news oleh wartawan senior Republika, Asan Haji.

Tak hanya melulu seputar foto dan penu lisan, pada minggu terakhir diklat (8-9/5), hadir Yudo Asmoro dari Tim Lay-out Radar Malang. Terakhir, dosen Sta-tistik Sosial UMM, Juli Astutik membekali peserta kiat-kiat menulis berita polling.

Diklat tersebut dilanjutkan serang-kaian tes rekrutmen; tes tulis (15/5), psikotes (16/5), dan wawancara (23/5). Tes wawancara merupakan tahapan akhir yang harus dilewati untuk bisa bergabung menjadi kru koran kampus Bestari kebanggan UMM. mg_osa*

Bestari, Rekaman Sejarah Prestasi UMM Dilandasi semangat “Engineer Ideas to Reality”, Lembaga Semi Oto-nom (LSO) Engineering Assembly of Muslim Youth (EAMY) Fakultas Tek-nik (FT) UMM bekerjasama deng an Indosat dan Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) menggelar Seminar Teknologi Nasional di Ruang Teater Dome (2/5).

Seminar tersebut menghadirkan doktor Fakultas Teknik UMM, Ermanu Azizul Hakim, serta penemu dan pengembang ECVT (Electrical Capacitance Volume Tomography) sekali-gus Staf Ahli Menteri Riset dan Teknologi RI, Warsito P. Taruno.

Di hadapan 300 peserta, Ketua Umum EAMY, Hendro Kusmianto berkesempatan menyampaikan bah-wa seminar tersebut merupakan lang-kah awal mewujudkan ide engineer ke dunia nyata.

Hal itu dibenarkan Dekan I Fakultas Teknik, Erwin Rommel yang hadir untuk membuka seminar. “Sayang, hanya sedikit diantara maha siswa itu yang berani dan serius mewujudkan gagasannya,” tandasnya.

Dalam sesi materi, Ermanu men-dorong semangat mahasiswa agar segera memaksimalkan potensi ter pen-

Seminar Nasional EAMY

Gagasan Besar, Bawa Manusia ke Bulan

dam mereka. Menurutnya, dikarenakan potensi besar manusialah sekarang kita bisa pergi ke bulan, atau berbicara lewat handphone dan internet. “Itulah contoh terwujudnya gagasan menjadi kenyataan,” tegas doktor pertama FT itu disambut riuh semangat peserta seminar.

Sementara itu, Warsito berbicara lebih detail tentang ECVT sekaligus menjelaskan inovasi-inovasi baru yang sedang dikembangkan di markas Center for Tomography Research Laboratory (Ctech Labs). “Kita juga mengembangkan teknologi scanner untuk menembus baja. Teknologi ini diaplikasikan untuk scanning tabung gas dari baja yang biasa digunakan untuk busway di Jakarta,” paparnya.

Ia berharap mahasiswa sadar dan siap menjadi garda depan dalam mengembangkan teknologi Indonesia. Karena dengan teknologilah Indo nesia dapat maju dan siap survive di kancah persaingan global. “Yang terpenting, dalam berkarya butuh konsistensi dan semangat kerja keras,” ujar penemu yang pada 2006 lalu dinobatkan sebagai salah satu dari “10 Orang yang Mengubah Indonesia” versi Majalah Tempo. mg_osa*

Seminar Nasional EAMY

Tim Surya Citra Televisi (SCTV) dalam rangka Karnaval SCTV bersama UMM menyelenggarakan “Workshop Kreatif Produksi TV dan Presenter” di Aula BAU UMM (14/5). Acara yang dikoordinir oleh Himpunan Mahasiswa Ko-mu ni kasi UMM (Himakom) ber-sama beberapa UKM seperti Jufoc, Airbrand dan PR Club itu meng-hadirkan Kepala Departemen Ope rasional Produksi SCTV, Rony Kusuma; dan Asisten Relasi Media SCTV, Rony Agung.

Rony membeberkan secara rinci bagaimana SCTV memproduksi sebuah acara. Ada banyak persiapan yang harus dilakukan sebelum acara ditayangkan di layar televisi. “Semua harus disiapkan dengan matang, mulai dari konsep, biaya produksi, sarana

"Kami Tunggu Mahasiswa UMM"Rony Kusuma:Rony Kusuma:

produksi, organisasi pelaksana produksi, pelaksana produksi, dan evaluasi,” jelasnya.

Ditambahkannya, SCTV memili-ki dua divisi besar, yakni divisi uta-ma yang terdiri dari programming, in-house production (news dan non news), dan sales and marketing serta divisi pendukung seperti keuangan, internal audit, research and development, information technology (IT), dan Public Relation (PR).

“Kami semua adalah tim dan karenanya kerja kami adalah kerja tim. Jika tidak ada satu divisi saja, maka SCTV tidak bisa berdiri seperti sekarang,” katanya di depan sekitar 200 mahasiswa, yang sebagian datang dari luar UMM itu.

Pria yang juga presenter acara olahraga itu menekankan, alumni

Ikom akan menjadi bagian dari divisi utama yang menjadi ujung tombak SCTV. Untuk itu, bagi mahasiswa yang ingin terjun ke dunia produksi TV, kata Rony, SCTV membuka peluang selebar-lebarnya. ”Buat UMM kami tunggu kerjasamanya. Mahasiswa juga bisa magang atau PKL (Praktek Kerja Lapangan) di tempat kami,” lanjutnya.

Di akhir acara, dua presenter terkenal, Reza Bukan dan Farid Aja tampil dengan tips-tips menjadi presenter handal. Salah satunya, dikatakan Reza, kunci menjadi presenter adalah percaya diri, serta penampilan dan tampilan wajah harus hidup. “Meski wajah jelek, tetap PD aja. Tapi tunjukkan jiwa entertainmu di hadapan audience, mereka pasti menyukaimu,” papar Reza kocak disambut tawa peserta. sya

d(KJdKpIVkK

WhdinpmPpdk

hsPtetePloik

tiM

K

InMnITST

dEdCgT

Ubwkd

Fy“mm

ds

SS

Berprestasi: Kampus beri

penghargaan kepada dosen, karyawan, dan

mahasiswa yang

berprestasi.

Cetak Sejarah: Joko Widodo (kiri) dan Nurudin (kanan) memberikan studium general pada Diklat Dasar Jurnalistik Bestari ke XXIII di Aula Lt. 1 Masjid A.R. Fachruddin.

Terus Mencari: Dengan menggunakan sensor,

salah satu robot peserta Kontes Robot Cerdas,

terus mencari bola yang ada di sisi lain ruangan.

heni/Bestariheni/Bestari

heni/Bestariheni/Bestari

heni/Bestariheni/Bestari

Diklat Dasar Jurnalis k & Rekrutmen Angkatan XXIII Tahun 2010

Page 9: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

BESTARI No. 262/TH.XXII/MEI/2010SKETSASKETSA 99

Tak Malu Mencangkul Sawah OrangRamah dan bersahaja, dua hal

tersebut yang akan kita dapati dari sosok Slamet Karen, alumni Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian (Fakul-tas Pertanian Peternakan) UMM tahun 1996. Slamet, demikian sapaan akrabnya, saat ini menduduki posisi sebagai owner CV. Subur Selaras Alam. Bukan hanya itu, pria yang berlatar belakang keluarga petani ini juga memiliki beberapa lembaga pendidikan binaan yang diberi nama TAPAS (Taman Pembinaan Anak Sekolah).

Sepak terjang ayah empat anak ini dimulai sejak dirinya duduk di bangku kuliah. Saat masih menyandang predikat mahasiswa, Slamet tidak

pernah malu melakukan hal-hal yang menyangkut dunia pertanian, bahkan hanya sekedar untuk mencangkul tanah milik orang lain. “Saya pernah mencangkul sawah orang hanya untuk mencari tambahan uang saku,” kisahnya mengenang perjuangan di masa kuliah.

Tekun menggeluti dunia pertanian, usai meraih gelar Sarjana Pertanian (S.P.), pria yang mengaku tertarik dunia pertanian sejak duduk di bangku SMA ini langsung mendapat tawaran dari UMM sebagai Instruktur di Laboratorium Pertanian. Tak berhenti disitu, karena ketekunan dan keahlian yang dimilikinya, pada saat yang sama, Slamet juga menjadi incaran beberapa perusahaan terkemuka.

“Alhamdulillah, begitu selesai kuliah langsung ditawari jadi instruktur di Laboratorium Pertanian UMM. Mungkin karena mereka merasa saya memiliki sedikit pengalaman sewaktu jadi asisten dosen,” ungkapnya

Coba mengepakkan sayapnya, pada tahun 2000, pria asli Malang ini berga bung dengan perusahaan pupuk organik. Namun karena tidak suka diperintah dan ingin mandiri, Ia pun hengkang dari perusahaan tersebut pada tahun 2006.

Selang setahun, Pria yang doyan makan Tahu Campur ini akhir nya mendapat tawaran menjadi konsultan lepas di bidang pertanian pada Perusahaan Multinasional, PT. Swadaya Alam Sukses cabang Surabaya.

Tidak mau hanya hidup seba gai pekerja, dipertengahan karier nya (tahun 2004) Slamet meng adu peruntungannya dengan mengem bangkan usaha pe-nge lo laan pupuk menggunakan tek-no logi ciptaannya, yakni cairan untuk mendekomposisi pupuk alami (men-cairkan pupuk orga nik atau pupuk yang masih mentah agar dapat digunakan dan bermanfaat menyuburkan tanaman).

Saat Bestari menanyakan kunci kesuksesnya, pria yang gemar mem-baca ini mengaku kerjasama adalah titik awal pengantar keberha silannya. Hal ini karena Slamet percaya, bahwasanya pekerjaan apa pun

tidak bisa dilakukannya sen diri. Maka dari itu, dirinya s e l a l u bermitra dan bekerjasama dengan pihak lain.

Dirintis sejak tahun 2004 silam, kini sistem pemasaran pupuk yang diproduksi oleh CV. Subur Selaras Alam miliknya telah tersebar ke beberapa daerah di Indonesia. Tidak terkecuali Bali, Lombok, dan Jakarta. Sedangkan letak CV. Subur Sela ras Alam millik pria asli Arema yang dulu nya berlokasi di Surabaya, sekarang sudah dipindah di Malang dengan pabrik pengelolaan di Magetan.

Di samping memiliki perusahaan pupuk, Slamet juga menjadi dis tri butor benih tanaman padi dan kedelai di daerah Jawa dan Bali. Saat ini Ia bermitra dengan penangkar kedelai di Madura dan Blitar. Kerjasama ini dilakukannya untuk mendapatkan benih unggul. Bukan hanya itu, teknologi dekomposisi pupuk yang Ia ciptakan pun digunakan oleh salah seorang mitranya, pengelola pertanian Cabai di Batu yang saat ini sedang dikontrak oleh Perusahaan ABC.

Meski memiliki segudang kesi bu kan, Slamet tidak melupakan kewajibannya sebagai mahluk sosial. Ia memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak yang mendambakan pendidikan, namun tidak mampu secara ekonomi. “Saat ini saya memiliki delapan lembaga pendidikan binaan yang diberi nama TAPAS (Taman Pembinaan Anak Sekolah.Red.) di sekitar Malang. Sejauh ini TAPAS saya masih pada tingkat Playgroup dan Taman Kanak-kanak,”tuturnya sederhana. nin

Nama : Slamet KarenTTL : Malang, 06 Maret 1973Alamat Rumah : Jl. Tirto Utomo 95 RT.01/IV Landungsari-MalangMotto : Hidup mengalir seperti air, serahkan semua pada AllahHobby : Membaca dan TravellingRiwayat Pendidikan:

SD Negeri Landungsari ISMP Negeri I BatuSMA Negeri I BatuS-1 Agronomi Fakultas Pertanian UMM (1996)

B IODATA

Setiap manusia memiliki impian untuk meraih kesuksesan di semua segi kehidupan. Karena sesuksesan bisa menjadikan hidup seseorang menjadi lebih bermakna dan bahagia, sehingga tidak heran jika setiap orang melakukan berbagai macam cara untuk meraih kesuksesan.

Sri Wahyuni adalah salah satu

perempuan yang berhasil meraih kesuksesan dalam hidupnya. Hal itu terbukti dari banyaknya prestasi yang diraihnya baik pada tataran lokal maupun nasional. Salah satunya adalah penghargaan sebagai Ketua Jurusan Berprestasi Tingkat Kopertis Wilayah VII Jawa Timur tahun ini. “Sebelumnya tidak menduga sama sekali penghargaan

tersebut akan jatuh ke tangan saya. Baru setelah dipanggil oleh Kopertis Wilayah VII Jawa Timur di Surabaya dan membaca di internet, saya mempercayainya,” ujar Ketua Jurusan Biologi tersebut saat ditemui di sela-sela kesibukannya.

Perempuan berjilbab itu mengakui bahwa prestasi-pres-tasi yang dia dapatkan tidak semata-mata hasil usahanya sendiri. Rekan-rekan kerjanya yang banyak memberikan bantuan, tak ia tampik juga turut berkontribusi atas prestasi yang diperolehnya. Di samping itu, faktor utama keberhasilannya adalah ada-nya campur tangan Tuhan Y.M.E. Perempuan yang memiliki motto hidup, “Selalu berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya ini”, percaya, tanpa campur tangan Tuhan dirinya tidak akan seperti ini. “Apa yang saya dapatkan

ini tidak semata-mata karena usaha saya sendiri, tetapi juga karena adanya campur tangan Allah S.W.T. Oleh karena itu semua pekerjaan saya niatkan untuk ibadah,” ungkapnya.

Rutin melakukan berbagai hal dalam keseharian, tentu menimbulkan kejenuhan. Demikian pula yang dirasakan dosen yang juga hobi menulis buku dan artikel di beberapa majalah ini. Bagi Sri, kejenuhan bisa menjadi batu sandungan yang siap menjegal kesuksesan jika tidak ada solusi tepat untuk menanggulanginya. “Kalau jenuh melanda, saya mencari aktifitas yang bisa me-refresh pikiran kembali, misalnya ikut karawitan di kampus dan bermain-main dengan anak-anak di rumah,” ujarnya senang.

Di samping berkarir sebagai dosen dan menghasilkan puluhan karya dalam bentuk tulisan, perempuan kelahiran Klaten itu juga menjadi ibu rumah tangga yang memiliki kewajiban untuk mendidik dan membina anak-anaknya dengan baik. Meskipun sibuk dengan berbagai aktifitas yang ia geluti di kampus, dosen yang pernah menjadi Pembina Tingkat I/IVB itu tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga. “Walau kegiatan di kampus cukup padat, namun saya selalu menyempatkan untuk menelpon anak-anak sebagai bentuk kontrol kepada mereka. Misalnya saja, menanyakan tentang masalah makan, ibadah, tidur siang, dan lain-lain,”ungkapnya.

Di samping itu, ketika berada di rumah, ia selalu berusaha menjaga kualitas hubungannya kepada keluarga. Caranya, Sri berusaha menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya bersama anak-anak dan menerapkan sistem musyawarah. Bukan itu saja, usaha untuk saling memahami agar tercipta keakraban dan kedekatan emosional dengan baik ,juga menjadi poin utama keberhasilannya menjdi sosok wanita karir yang cinta keluarga. “Meskipun saya hanya bisa bersama anak-anak pada saat usai shalat maghrib hingga pagi hari, namun waktu itu akan saya gunakan se-efektif dan efisien mungkin untuk berkomunikasi dengan mereka,” tandasnya dengan senyuman.

Perempuan ber sa haja yang menjabat menjadi Lektor Kepala itu mengungkapkan harapan seder-hana nya yang hing ga kini masih ia usahakan. “Saya terus mencoba untuk selalu beru-saha menjadi lebih baik dari sebe lum-nya, agar bisa bermanfaat bagi

i i b h il ih i i id k k h Di i i k ik b d di

Ibu Penuh Kasih yang Sarat Prestasiorang lain,” ungkapnya merendah.

Dosen yang menyelesaikan Magister Jurusan Anatomi Histologi Ilmu Kedokteran Dasar di salah satu universitas negeri di Surabaya itu menjelaskan bahwa ia juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di lingkungan masyarakat, misalnya pengajian, PKK, arisan, dan

lain-lain. “Meskipun saya banyak kegiatan di kampus, namun

saya juga berusaha untuk selalu mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di lingkungan sekitar rumah. Hal ini agar silaturahmi

antar tetangga tidak t e r p u t u s , ”

pungkasnya. mg_hul.

Sri Wahyuni adalah salah satu tidak mendtesaolJammJusake

mtaseseyabatuprDkenyYmbedatadi“A

y

Nama : Dra. Sri Wahyuni, M.KesTTL : Klaten, 13 April 1962Jabatan : Ketua Jurusan Biologi FKIP UMMMotto :

“Selalu berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya ”

Riwayat Pendidikan:Magister (S2) Unair Surabaya (1999)Sarjana (S1) IKIP Yogyakarta (1986)SMA N I Klaten (1980)

Karya-karya:Mikrotehnik (2010)Histologi Umum I (2010)Histoorganologi (2010)Biologi Umum (2010)Buku Diktat Fisika Biologi (2005/2006)Petunjuk Praktik Histologi (2005/2006)Praktikum Mikroteknik Fisika I (1999/2000)-UMM PressIlmu Fisika 2 (1999-2000)-UMM PressPraktek Bio Sel dan Histologi (2000/2001)

Biodata

Dok.Dok.

heni/Bestariheni/Bestari

Slamet KarenSlamet Karen

Sri WahyuniSri Wahyuni

Alumni SuksesAlumni Sukses

Ketua Jurusan Berprestasi UMM 2010

Page 10: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

10 SUARA KAMPUSBESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) International Language Forum (ILF) tak henti-hentinya mengharumkan nama UMM. Terbukti, acara English Fiesta (EF) 2010 (7-10/5) yang diikuti 27 universitas se-Indonesia mendulang sukses besar. Acara yang sekaligus bertujuan merayakan ulang tahun ILF ke-9 itu terbilang sukses karena untuk pertama kalinya digelar dengan skala nasional.

Ajang kompetisi tahunan itu ditutup dengan gala dinner, yang juga dimanfaatkan Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri (BKLN) UMM, Soeparto untuk memotivasi peserta lomba agar terus mengukir prestasi. “Dari kompetisi-kompetisi semacam inilah akan lahir orang-orang unggul, yang mampu bersaing di kancah nasional maupun global,” ujarnya.

“Selain berkompetisi, yang ter-pen ting dengan acara ini kita bisa men jalin persahabatan antar peserta lomba yang berasal dari tempat yang berbeda,” pesan Soeparto saat menutup EF 2010 di Aula BAU (10/5).

Mengangkat tema 99,9 Percent Effort of 9 Years Self Empowerment, pihak panitia dengan serius meng-garap acara itu agar menjadi perhe-

latan akbar yang patut dibanggakan. Dengan total 43 tim debaters dari total 27 universitas se-Indonesia, ILF mengimbanginya dengan sistem penjurian dan sistem English Debate Contest standar internasional.

Detailnya, tiap perwakilan pergu-ruan tinggi mengirimkan delegasinya dan satu juri sebagai perwakilan. Tema-tema yang diangkat dalam debat meliputi bidang ekonomi, politik, isu-isu sosial, dan pendidikan, baik di Indonesia maupun di dunia internasional.

Saat gala dinner, undangan di-buat tegang saat menyaksikan

Ditutup Gala Dinner dan 'Pertarungan Semarang'

English Fiesta 2010

grand final di mana dua tim asal Semarang, Universitas Diponegoro dan Universitas Negeri Semarang, mendebatkan sepak terjang Sri Mulyani di dunia perekonomian Indonesia terkait isu Bank Century dan World Bank.

Setelah berkompetisi selama 3 hari dalam kontes yang ketat, tim debaters dari Universitas Diponegoro berhasil menjadi Juara I. Universitas Negeri Semarang harus puas sebagai Runner Up setelah berjuang menyisihkan puluhan tim dari universitas-univer-sitas terkemuka di Indonesia. mg_osa*

Untuk meningkatkan skill kewira-usa haan mahasiswa, American Corner (Amcor) mengadakan “Webchat Youth Enterpreneurship” di Kantor Amcor Perpustakaan Pusat Lantai 1 (22/4). Goris Mustaqim, entrepreneur muda ITB didaulat sebagai pemateri.

“Kami menyediakan enam kom-pu ter untuk berbincang langsung dengan Goris. Bagi yang tidak kebagian, dapat memberikan perta-nya an melalui admin (adminis tra tor. red),” kata Harido Budi Irawan, salah satu panitia acara.

Goris, kata Ido—sapaan akrab

Belajar Wirausaha Lewat WebchatHarido —dipilih untuk menstimuli mahasiswa agar mengikuti jejak kesuksesannya. Ido berharap muncul entrepreneur-enterpreneur muda dari UMM. Menurutnya, mahasiswa perlu kemandirian untuk menghadapi dunia kerja setelah lulus nanti. “Dampak akhirnya, kami berharap perekonomian Indonesia bisa semakin meningkat,” ujarnya kepada Bestari.

Untuk bergabung dalam web-chat tersebut, mahasiswa harus meng-aksesnya di statedept.connectso lu tions.com/jakartapas. Situs terse but, tambah

Ido, menghubungkan bera gam orang dari berbagai bidang. “Fitur chatting-nya mirip YM (Yahoo Messanger). Kita bisa berdiskusi dan sharing ilmu di sana (situs statedept.connectsolutions.com/jakartapas),” terangnya.

Acara yang digelar selama satu jam itu menghadirkan pula perwakilan Amcor Jakarta, Okti Sinaga. Selain itu, sebelas cabang Amcor lain juga turut bergabung dalam diskusi tersebut. “Sebagai ajang silaturahmi juga. Semoga webchat ini dapat dikembangkan hingga kemudian hari,” tandas Ido. mg_abi

Final UMM Champions Lea gue 2010 beberapa waktu lalu memper-temukan juara musim lalu, Fakultas Hukum (FH) dengan Fakultas Teknik (FT) (17/4). Pertandingan tersebut diwarnai sejumlah pelanggaran hingga wasit mengeluarkan lima kartu kuning dan satu kartu merah.

Penerima kartu kuning adalah Angga dan Abu Bakar (FH) serta Faroek dan Rino (FT). “Pertandingan baru dimulai 19 menit, wasit sudah meng-ganjar Angga dengan kartu ku ning. Kondisi lapangan yang licin turut memi-cu sejumlah pelanggaran,” ujar Bachtiar Al Arqom, salah seorang penonton setia UMM Champions League.

Sedangkan kartu merah harus diterima oleh Kapten Tim Teknik, Faroek, setelah pemain bernomor punggung 12 tersebut menerima dua kartu kuning. “Padahal FT harus berjuang keras melawan FH. Keluarnya Faroek memperlemah daya dobrak anak-anak Teknik,” terangnya.

Kedua tim bermain agresif dan

menyuguhkan tontonan yang seru. Suporter masing-masing tim terlihat atraktif dengan menyanyikan yel-yel spontan diiringi tabuhan snare drum. Kekuatan yang relatif sama menghasilkan skor kacamata bertahan hingga akhir pertandingan.

Menurut ketua pelaksana pertan-dingan, Ahmad Pandi, setelah berdis-kusi dengan panitia, kedua tim sepakat melanjutkan pertandingan dengan adu penalti. “Kami ingin menambah waktu dua kali sepuluh menit namun waktu kita terbatas, sehingga kami harus berdiskusi untuk mencapai kesepakatan,” ungkap mahasiswa Jurusan Civic Hukum tersebut.

Dalam adu penalti, FH berhasil unggul 7-5 atas FT dan mengantarkan mereka kembali menjadi juara I. Pada pertandingan sebelumnya, FISIP yang berhasil menaklukan Ekonomi berhak menjadi juara III. “Diharapkan, per-tandingan kali ini menciptakan bibit baru untuk menambah kekuatan tim universitas,” terang Pandi. mg_abi

UMM Champions League 2010

Penal di Akhir Pertandingan, FH Menang

Senat Mahasiswa Universitas (Semu) UMM mengadakan sosiali sasi Undang-undang tentang Penyeleng-garaan Pemilu Raya 2010 (14/5). Mengundang seluruh ketua lembaga intra UMM dan bertempat di Ruang Sidang Pembantu Rektor (PR) III, acara tersebut diselenggarakan untuk mengetahui persiapan mereka dalam menghadapi Pemilu Raya 2010.

Presiden Mahasiswa (Presma) UMM, Ibnun Hasan Mahfudi mengung-kapkan bahwa sosialisa si undang-undang tersebut merupa kan bagian dari proses reformasi kepemimpinan di UMM. Menurut nya, proses reformasi tersebut harus dipersiapkan dengan baik dan dilakukan jauh-jauh hari demi lancar nya Pemilu Raya 2010. Momen tersebut, tambahnya, akan berjalan lancar jika sesuai undang-undang yang telah ditetapkan. ”Undang-undang ini akan menjadi acuan untuk proses

Pemilu Raya, Simulasi Perpoli kan Indonesia

reformasi,” ungkapnya. Tidak banyak perubahan undang-

undang dari tahun sebelumnya. Seper ti keterangan yang disampaikan oleh anggota Komisi B SEMU UMM, Fathul Huda bahwa hanya ada beberapa perubahan terkait ke-ten tuan calon anggota Komisi Pemilu Raya Fakultas (KPRF) dan ke tentuan pencalonan Presma dari masing-masing fakultas. ”Pencalonan Presma tahun ini langsung pada tingkat universitas tanpa melalui KPRF, karena mengikuti sistem kepemim pinan terpusat,” terangnya.

Selanjutnya, Fathul Huda ber-ha rap Pemilu Raya 2010 menjadi momen pembelajaran ketatanegaraan dan politik bagi dunia kampus. “Tidak hanya berpolitik dalam dunia kampus tapi juga sebagai pembelajaran untuk dunia politik sebenarnya,” harapnya mengutip perkataan PR III UMM. mg_ihe

Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tarbiyah Fakultas Agama Islam (FAI) UMM menjadi tujuan studi banding Rihlah Ilmiah FAI Universitas Yudharta Pasuruan (UYP). Bertempat di Aula Lantai 2 Masjid A.R. Fachruddin, Pembantu Dekan (PD) III FAI, Muhammad Syarif bersama pengurus HMJ Tarbiyah menyambut kehadiran rombongan tersebut (12/5).

Penyambutan diawali opening ceremony yang diikuti 58 mahasiswa UYP dan 13 pengurus HMJ Tarbiyah UMM. Ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI) UYP, Asrul Anam menjelaskan, rihlah ilmiah tersebut bertujuan studi banding dan silaturahmi. “FAI UMM menjadi salah satu tujuan studi ban-ding untuk pengembangan prodi kami di UYP,” ungkapnya dalam sambutan.

Menanggapi hal itu, Syarif berharap UMM melalui HMJ Tarbiyah mampu memberikan hal-hal yang berkaitan dengan Tridarma Pergu ruan Tinggi. “Tujuannya ber kait-an dengan intelektualitas, pengabdian, dan penelitian yang menjadi tiga darma

Studi Banding UYP

Tertarik Pengembangan Organisasi di Kampus Pu h

perguruan tinggi. Insya Allah kami adalah bagian dalam studi banding ini,” paparnya.

Tak hanya mencoba mengenal sistem pendidikan FAI UMM, Himpunan Mahasiswa Prodi (Hima -prodi) PAI dan Himaprodi Pendi-dikan Bahasa Arab (PBA) UYP juga berharap dapat belajar organisasi dari HMJ Tarbiyah UMM. “Kami juga ingin tahu bagaimana pengembangan organisasi di universitas yang menjadi salah satu kampus unggulan ini,” ungkap Ketua Himaprodi PAI, Zian Zamani.

Acara dilanjutkan dengan dialog interaktif antara pengurus HMJ Tarbiyah UMM dengan pengurus Himaprodi PAI dan PBA UYP. Para pengurus saling memaparkan program kerja, hasil serta kendala-kendalanya. Zian berharap, dari dialog tersebut akan terjalin kerja sama dalam realisasi program kerja nantinya. ”Kami berharap akan terjalin kerja sama untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan himaprodi kedepannya,” tandasnya.

mg_ihe

2tH(dhk

AddgKcAs

dFpdhKd

U

(UgMinSamm

UkudUtblatltin

(IsU(MDSmt

cUUPUrbmdd

bThPad

SS

Semangat Hari Pendidikan Na-sio nal (Hardiknas) diwujudkan oleh Economics English Club (EEC) UMM dengan menggali potensi siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam berbahasa Inggris, melalui kegiatan EEC English Contest 2010 di Aula Teknik GKB III (1/5).

Diikuti 60 peserta dari 13 kabu-paten se-Jawa Timur, yang terbagi menjadi 20 tim. Masing-masing tim dipunggawai tiga orang dan harus menempuh tiga jenjang lomba, yakni telling story, speech contest, dan english debate contest.

Menurut Ketua Umum EEC, Widya Puspita Rini, yang berbeda dari kontes tahun ini adalah model

EEC English Contest 2010

Diwarnai Atraksi Reog Ponorogolomba yang dikemas bertahap. Dari 20 tim yang berpartisipasi, akan diseleksi 10 terbaik melalui sesi telling story. Kemudian, setelah speech contest, disaring 6 tim untuk adu kebolehan dalam english debate.

“Semuanya serba baru. Mereka juga heboh dan kreatif dalam kostum saat telling story. Ada juga yang menampilkan Reog Ponorogo di sesi lomba tersebut,” terang Widya pada Bestari. Setelah melalui persaingan, SMAN 3 Ponorogo tampil sebagai Juara I, disusul SMAN 2 Sumenep sebagai Juara II, dan tuan rumah diwakili SMAN 10 Malang di posisi ketiga.

Pembantu Dekan III Fakultas

Ekonomi UMM, Susenohaji saat prosesi penutupan menyerahkan Tro-pi Gubernur Jawa Timur sekaligus uang pembinaan sebesar Rp1,5 juta, Tropi Diknas Propinsi Jawa Timur dan uang pembinaan sebesar Rp1 juta, serta Tropi Diknas Kota Malang dan uang pembinaan sebesar Rp750 ribu masing-masing untuk Juara I, II, dan III.

Menutup acara, Susenohaji me-mo tiva si peserta lomba untuk terus mengembangkan potensinya dalam Bahasa Inggris. Ia juga berharap pemerintah lebih memperhatikan dunia pendidikan agar generasi muda dapat terus berprestasi hingga membuahkan karya-karya besar bagi Bangsa Indonesia ke depannya. mg_osa*

Dunia Fotografi pun membutuhkan jiwa petualang. Hal itu telah menjadi bagian sekaligus rutinitas Lembaga Semi Otonom Jurnalistik Fotografi Club (Jufoc). Tahun ini, organisasi pecinta fotografi itu mengadakan kegiatan hunting besar dengan tema “Tandang Hunting” (29/4-2/5).

Dalam kegiatan tersebut, Jufoc mungunjungi Kota Tulungagung. Kegiatan rutin tahunan itu pada tahun ini diikuti 71 peserta dari anggota Jufoc dan klub-klub fotografi Yogyakarta dan Surabaya. Berlatarbelakang keinginan menggali potensi kota yang terkenal dengan kerajinan marmernya

Ke ka Foto Bercerita dengan Bahasa Jurnalis kitu, peserta mengabadikannya dalam bidikan-bidikan kamera. “Kegiatan ini juga diharapkan dapat mempererat tali silaturahmi, baik dalam internal maupun pihak eksternal Jufoc,” ujar Koordinator Divisi Humas Jufoc, Fatma Nihayati.

Obyek yang divisualisasikan anta-ra lain pabrik kerajinan marmer, pan-dai besi, gunung kapur, kerajinan batik, dan Pantai Prigi. “Peserta tidak hanya praktek untuk memotret, teta-pi lebih dari itu, mereka mencoba memvisualisasikan fenomena dalam media foto dengan bahasa jurnalistik,” jelas Fatma.

Selain kegiatan hunting, beberapa pengurus juga melakukan workshop dan klinik fotografi di SMUN 1 Boyolangu yang diikuti oleh 350 siswa (1/5). Kegiatan tersebut berlangsung selama empat jam dan mendapatkan apresiasi tinggi dari pihak sekolah.

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, Jufoc menggelar Pameran Foto Hunting Besar (17-22/5) yang bertempat di Malang Meeting Point (Mamipo). “Serangkaian kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi penikmat foto, khususnya mengenai potensi-potensi yang dimiliki Kabupaten Tulungagung,” pungkas Fatma. sya

p y g

K k F t B it d B h J li k

Debat: Peserta harus bersaing ketat untuk menajdi juara pada English Fiesta.

umam/Bestariumam/Bestari

Page 11: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

11SUARA KAMPUS BESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

Menggugah minat siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam hal kesehatan adalah penting. Hal itu dibuktikan Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) UMM dengan mengkader siswa SMAN 9 Malang melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) (27/4).

“Di sekolah itu (SMAN 9. red) belum terbentuk kader tetap UKS, dan kami ingin mengaktifkannya,” jelas Irvelona Gemala Gandhi, panitia seka ligus salah satu pemateri perihal alasan penggiatan kader UKS bertema “Membentuk Kader UKS yang Pro-gresif, Tanggap dan Inovatif ” tersebut.

Dalam kegiatan tersebut, siswa dibekali pengetahuan tentang cara memeriksa tanda-tanda vital, peme rik-saan fisik, dan pertolongan perta ma pada beberapa kasus yang membutuhkan pertolongan cepat, antara lain Basic Life Support (BLS), penang anan pertama jika terjadi perdarahan, dan penanganan pada pasien dengan fraktur (patah tulang). “Selain materi, mereka juga dibekali simulasi yang dipraktekkan langsung oleh masing-masing peserta,” tambah Lona, sapaan akrab Irvelona.

Peduli Kesehatan, Cetak Kader di Sekolah

Selain Lona, materi juga disam-paikan Khudri Muhaimin dan ELisa Sulistia serta oleh Dosen Fikes, Indah DP selaku pembimbing. Acara yang berlangsung sehari penuh itu menda-pat apresiasi tinggi dari pihak sekolah. Bahkan, pihak SMAN 9 meminta pa-

nitia untuk memantau perkembangan UKS yang baru terbentuk di sekolah tersebut. ’’Pihak sekolah sangat men-dukung kegiatan pengkaderan ini dan kami senang mendapat kepercayaan itu,’’ pungkas mahasiswa semester tu-juh tersebut. sya (ed)

Pusat Studi Wanita (PSW) dan Pusat Studi Gender (PSG) di Ma-lang selenggarakan Deklarasi Fo-rum Komunikasi PSW dan PSG se-Malang Raya di Aula BAU UMM (29/4). Kegiatan tersebut mengusung tema “Sinergitas PSW/PSG dalam Kegiatan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.”

Pembantu Rektor (PR) I, Sujono dalam sambutannya menyatakan du-kungannya atas dideklarasikannya forum komunikasi tersebut. Men-urutnya, PSW/PSG di Malang harus bergerak dinamis. “PSW/PSG harus mampu melakukan pembangunan ke depan yang lebih baik dengan tetap mengusung nilai-nilai spiritual,” jelas Sujono.

Menurut ketua pelaksana, Tris-akti Handayani, pembentukan fo-

Berkaca pada Perjuangan Kar niForum Komunikasi PSW/PSG Malang

rum komunikasi itu didasarkan atas lemahnya peran dan aktivitas PSW/PSG Malang. ”Dengan terbentuknya forum ini semoga segala aktivitas bisa tersinergikan sehingga peran un-tuk mengangkat harkat wanita bisa lebih optimal sehingga akan terben-tuk capacity building pada PSW/PSG Malang,” ungkap wanita yang aktif di Lembaga Pemberdayaan dan Perlin-dungan Perempuan dan Anak (LP3A) UMM itu.

Acara yang terselenggara dalam rangka memperingati Hari Kartini juga diselipkan acara pembacaan dan pemaknaan beberapa surat Kartini, yang dimaksudkan untuk mencerna motivasi perjuangan Kartini dan me-neladaninya. “Motivasi diri Kartini untuk terus bisa bertahan dan berju-ang harus kita teladani,” ungkap do-

sen Fakultas Hukum Universitas Bra-wijaya, Wahyuningsih.

Pandangan tentang sosok Kartini juga disampaikan dosen FISIP UMM, Frida Kusumastuti, bahwasanya ber-dasarkan rujukan buku yang telah ia baca diungkapkan bahwa Kar-tini adalah seorang jurnalis. “Pada masanya, Kartini bersama dua sau-daranya sering menyumbangkan tulisan-tulisanya pada media dengan menyamarkan diri sebagai Tiga Se-rangkai,” jelas Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi itu.

Pada sesi terakhir, acara ditutup dengan deklarasi pembentukan Fo-rum Komunikasi PSW/PSG se Ma-lang Raya. Ditunjuk sebagai Ketua adalah Keppi Sukesi, seorang praktisi pendidikan UB dan pemerhati masa-lah wanita. mg_ynm

Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Ikom) UMM yang tergabung dalam Tim Soerya Harapan Production berhasil menyabet Juara I Lomba Film Dokumenter “Bantengan Nuswantara 2010” yang digelar di Kota Batu (18-30/4). Dalam lomba yang diselenggarakan oleh Komunitas Penggiat Budaya Indonesia (KPBI) dengan Yayasan Pondok Seni Batu itu, film berjudul Di Atas Aspal Aku Berkreasi menjadi pemenang mengungguli 15 peserta lainnya.

Salah satu anggota tim, Dani Reza Kusuma Agung mengungkapkan, informasi seputar lomba baru diperoleh dua hari sebelum deadline pengumpulan karya. Tim harus rela bermalam di rumah seorang narasumber untuk menghemat waktu. “Kami berjuang di bawah guyuran hujan demi mengejar waktu. Sehari ambil gambar, esoknya dilakukan editing. Perjuangan yang cukup berat,” papar lelaki asal Malang tersebut.

Awalnya, jelas Dani, tim sempat grogi dan minder melihat peserta lain membawa kamera besar yang jauh lebih baik. Namun, tim yang beranggotakan Wahyu Taufani, Muhammad Zamaro, Dani Reza, dan Zakka Baridwan tersebut tidak gentar. “Kami yakin kemasan film kami lebih menarik dibanding yang lain.

Perjuangan Berat “Di Atas Aspal”Alhamdulillah, ternyata usaha kami menuai prestasi,” urai mahasiswa semester VI itu bangga.

Kelebihan film berdurasi 21 menit itu terletak pada kekuatan opening. Terdapat komentar seputar budaya Bantengan dari masyarakat sekitar sebelum muncul narasumber utama. “Rata-rata konsepnya sama. Hanya saja, kami memberikan sentuhan berbeda pada awalan film. Juga ada sedikit tambahan efek agar gambar tidak monoton dan membosankan,” jelasnya.

Waktu yang terlalu singkat, tambah Dani, menurunkan tingkat kreativitas. Ia bersyukur dapat memenangkan lomba kendati film garapannya jauh dari kata bagus. “Pengalaman itu memang mahal. Kami akan terus memperbaiki karya-karya kami,” pungkasnya.

KPBI adalah komunitas bentukan pelaku seni bantengan, seniman, aktivis lingkungan, aktivis organisasi keaga maan/kepemudaan, birokrasi, dan masyarakat penggiat budaya non politik se-Jatim. Dalam penyelengga-raan “Bantengan Nuswantara 2010”, komunitas tersebut dibantu kelompok sineas muda independen berlatarbelakang mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) UMM, Sineas Club CALIPH Home. mg_abi

Tim Ikom UMM Menangkan Lomba Film Dokumenter

Forum Komunikasi PSW/PSG Malang

Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Gita Surya mengadakan “Annual Concert Diesnatalis 18th” dan “Pre Competition Festival Paduan Suara (FPS) ITB XXII 2010” di Aula BAU (16/5). Berbeda dengan tahun lalu, konser kali ini mengangkat lagu berkategori matang.

Bertema Enchanted Symphony Concert, PSM membawakan sembi-lan lagu dalam dua sesi. Anda Rah-mat, salah satu penyanyi tenor mengungkapkan, lagu yang diba-wakan tergolong susah. PSM ingin menunjukkan kedewasaannya lewat lagu berlevel festival. “Usia PSM sudah 18 tahun. Kami berusaha memberi warna berbeda, warna kema tangan,” terang mahasiswa semester empat tersebut.

PSM, katanya, tak hanya memen-tingkan tujuan hiburan. Mere ka juga memperhatikan kese ri usan berteknik. “Dulu, kami meno morsatukan lagu-lagu yang menghibur. Dalam konser kali ini, unjuk kualitas menjadi tujuan utama,” paparnya.

Anda menilai, peningkatan kualitas PSM tak lepas dari peran anggota baru. Secara teknik, mereka memiliki kualitas awal yang cukup baik. Hanya dengan sedikit polesan, mereka menunjukkan kemajuan yang signifikan. “Jumlah

Annual Concert PSM

Suguhkan Warna Lagu Baru, Dibanjiri Penonton

anggota baru PSM memang lebih sedikit dibanding tahun lalu. Namun, kualitasnya lebih bagus,” terang mahasiswa asal Sidoarjo tersebut.

Konser tersebut dipersiapkan sela ma tiga bulan. Tak sia-sia, kursi penonton penuh terisi. Bahkan, panitia sempat menambah jumlah kursi akibat penonton yang terus berdatangan. “Kami senang karena banyaknya penonton. Sekaligus membuktikan, PSM masih layak dan enak untuk

dinikmati,” tuturnya.Dijelaskan Anda, konser itu

sekaligus menjadi ajang latihan sebelum mengikuti FPS di ITB. Dalam kompetisi tersebut, PSM mengikuti dua kategori; folk song dan mix. “Konser bisa diibaratkan try out sebelum menghadapi lomba sebenarnya. Kami mohon doa dari teman-teman untuk berjuang mengharumkan nama UMM,” pesan nya mengakhiri. mg_abi

Suara emas: PSM Gita Surya saat konser di aula BAU.

Pancing minat: mahasiswa Jurusan Keperawatan UMM mencoba menggugah keinginan anak-anak SMA untuk peduli pada kesehatan.

umam/Bestariumam/Bestari

Dok. Dok.

Sebagai bentuk apresiasi Fakultas Agama Islam (FAI) terhadap karya mahasiswanya, Forum Studi Islam FAI (Forsifa) me-launching sekaligus membedah Buku The Secret of Friendship. Bertempat di Aula Masjid Lantai 1, acara dibuka oleh Pembantu Dekan III FAI, Muhammad Syarif (24/4).

Syarif mengungkapkan, menulis buku bagi seorang mahasiswa adalah sebuah prestasi yang langka. Dalam kesempatan itu, Syarif berharap tulisan-tulisan dalam buku tersebut mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat luas. ”Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi masyarakat,” harapnya.

Dua penulis buku tersebut, Muhammad Rajab dan Abdul Wahid Shomad hadir sebagai pembe dah. Rajab memaparkan, membangun persahabatan di tengah masyarakat yang plural tidak semudah membalikkan telapak tangan. “Diperlukan seni agar tercipta persahabatan dan hubungan sosial yang harmonis,” ujar salah satu reporter Koran Kampus Bestari itu.

“Bangun komunikasi yang baik dan gunakan tutur bahasa yang ramah saat berkomunikasi. Jangan sampai salah berkomunikasi hingga mengakibatkan kesalahpahaman dan berkurangnya kekuatan persauda-raan,” tambahnya.

Lebih lanjut, Wahid berbagi cara mengikat tali kasih sayang da lam persahabatan. Diantaranya adalah dengan tafahum atau saling mema hami. Menurutnya, ikatan emo si antara satu dengan yang lain akan terjalin dengan baik jika ada rasa saling memahami. “Tidak ada ukhuwah atau persahabatan yang tidak dibangun di atas rasa saling memahami,” tegasnya.

Acara tersebut juga dihadiri penulis buku best-seller Kutunggu Kamu di Pelaminan, Jon Hariadi, sebagai motivator. Jon memaparkan pentingnya menjalin persahabatan, serta bagaimana agar persahabatan itu dapat terjalin. ”Bukan sekedar karena hobi yang sama, namun kesamaan visilah yang mampu menyatukan dan membentuk persahabatan,” ungkapnya. mg_ihe

Persahabatan Itu Perlu SeniLaunching dan Bedah Buku - Forsifa

Teater Sinden milik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) menampilkan pentas tunggal berjudul “Los Bagados de Los Pencos” di SMK Negeri 1 Sampang Madura (18/5). Diperankan oleh delapan orang, monolog tersebut menceritakan kisah pemberontakan orang gila.

Linus, salah satu tokoh pemimpin di antara orang gila menuntut persamaan hak kepada Rendra, seorang dokter. Linus merasa fasilitas yang diberikan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) tidak layak bagi manusia.

Agus Hadi Handoko, salah satu pemain teater mengungkapkan, cerita yang diangkat merepresentasikan kehi-du pan nyata sehari-hari. “Saat ini banyak gejolak yang tengah terjadi. Tak sedikit, masyarakat tertindas dan diperlakukan tidak adil. Kami ingin menyuarakan realitas itu,” papar pemeran tokoh Rendra dalam monolog tersebut.

Tak hanya menawarkan hikmah

Tak Gentar di Tengah Dunia Hiburan Modern

dibalik cerita, melalui pentas tersebut Teater Sinden memperkenalkan dunia teater dan drama di SMK tersebut. Sebanyak 250 tiket pementasan habis terjual. “Mereka senang dengan adanya pentas itu. Sejak dulu, mereka ingin mengembangkan ekstrakurikuler teater di sekolah,” terang mahasiswa semester IV tersebut.

Selain di Sampang, aksi monolog tersebut juga dipentaskan di Galeri Kendedes, Singosari (22/5). Penonton tak hanya dari kalangan siswa, melainkan juga masyarakat sekitar. “Namun, jumlah tiket yang terjual hanya sekitar 100-an saja. Mungkin minat mereka terhadap dunia teater cukup kecil,” katanya.

“Teknologi telah menggeser porsi hiburan masyarakat perkotaan, tapi kami tak menyerah memperjuangkan eksistensi teater di Indonesia,” pungkas mahasiswa Komunikasi UMM itu bersemangat. mg_abi

(TbFNKyPdiAm

Kidprn“haep

gljbMZ“l

P

AmFmBaI

bsktmmdh

MSRppttsr

LL

SpLMok

ahLRb

pydgmtrR

Pentas Tunggal Monolog Teater Sinden

Page 12: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

12 LAPORAN UTAMALAPORAN UTAMABESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

BBagi sebagian mahasiswa yang baru lulus (baca: sarjana, red.), wisuda

merupakan tonggak awal terlepas-nya seorang mahasiswa dari rutini-tas perkuliahan yang penuh dengan tugas dan beralih ke orientasi baru yaitu bagaimana bisa menyokong kehidupan mini-mal diri sendiri. Intinya, bagai mana mendapatkan pekerjaan yang bisa men-ja min hidupnya.

Kalau selama masa kuliah beberapa masih meminta kiriman dari orang tua, maka setelah lulus tuntutan untuk hidup tidak tergantung lagi dengan orang tua memaksa para sarjana tersebut segera mendapat kerja. Namun, banyak yang melihat kerja yang menjanjikan adalah pekerjaan yang ada di kota.

Belum Saatnya PulangErik Budianto, pemuda asal Desa

Bulubrangsi, Laren, Lamongan, mengaku saat ini belum waktunya pulang ke kampung. Sekitar setahun lalu Erik menyelesaikan studi Strata Satu (S1). ”Di kampung, aspek ke-tersediaan peluang berkarir sangat terbatas. Beda dengan di kota, bisa konek ke mana-mana. Relasi dan re-kan kerja juga beragam,” jelasnya.

Selain faktor di atas, pria yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan di Malang itu, merasa jika di kam-pungnya masih memegang adat ke-senioritasan yang kuat. ”Kalau ada sarjana pulang kampung, tidak akan diperhitungkan karena masih ada se-sepuh yang sangat dihormati,” tutur pemuda yang memang bercita-cita hidup di kota itu.

Erik menambahkan, pemahaman lain yang berkembang kuat di kam-pungnya adalah kalau sudah keluar kampung kemudian balik lagi, di-anggap tidak berhasil. ”Prinsip saya, mengabdi ke kampung tidak harus secara fisik, tetapi bisa jadi dalam bentuk pemikiran yang disampaikan melalui tokoh-tokoh di sana. Kalau semua sarjana pulang ke kampung mau jadi apa? Kebutuhan di kam-pung itu terbatas tidak sekomplek di kota,” elaknya menegaskan alasan.

Sementara itu, pengakuan lain disampaikan Titis Widayanti, alum-nus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM 2004. Staf penga-jar TK Plus Al-Kausar Malang itu mengaku justru memang sudah me-niatkan tinggal di Malang. Motivasi terkuat adalah keinginanya hidup mandiri. ”Saya dan suami sama-sama tidak mau ikut mertua. Kalau ikut orang tua susah mandirinya,” ujar ibu muda asal Desa Randu Dongkal Pemalang Jawa Tengah itu.

Memilih Malang, wanita yang aktif membina salah satu Taman Pendidikan Alquran di dekat ru-mahnya tersebut mengaku karena Malang kota pendidikan, sehingga mudah mendapatkan ilmu meskipun sudah tidak kuliah. ”Banyak kajian dan seminar yang bisa diikuti. Kalau di desa bisa ketinggalan informasi,”

Sarjana, Mengejar Kota Demi CitraSarjana, Mengejar Kota Demi CitraFenomena Lulusan Enggan Pulang

t u t u r -nya.

Semen tara itu, lain lagi dengan Gatut Teguh Arifianto. Pemuda ke-lahiran Desa Jember Lor Kabupaten Jember merasakan banyak berkah selama tinggal di Malang. Pria yang menamatkan pendidikan anima-sinya di salah satu sekolah tinggi swasta tahun 2008 lalu itu mengaku banyak tawaran kerja bertebaran di kota.

“Karena menjadi pusat pem-bangunan, di kota banyak tawaran pekerjaan. Alhamdulillah, bersama beberapa teman, saya sering menda-patkan job membuat film animasi,” terang Gatut. Selain itu, skill dan sarana berlatih lebih mudah didapat-kan di kota. Gatut menambahkan, komunitas-komunitas di kota lebih beragam. Karena itu banyak minat dan bakat yang bisa dikembangkan dan dibagi.

Hasilnya, Gatut pernah meno-rehkan prestasi meraih Juara I Ani-mafest awal 2009 di Jakarta. Bera-wal dari prestasi itulah, ia mendapat kontrak kerja perusahaan animasi Beoscope selama setahun. Hingga saat ini, proyek-proyek yang mem-butuhkan waktu pengerjaan rata-ra-ta tiga minggu cukup memenuhi ke-butuhannya. “Belum besar sih. Tiap proyek sekitar lima sampai enam juta, tergantung permintaan klien,” ujar Gatut.

Namun begitu, Gatut merasa belum tepat waktunya jika ia harus kembali ke desa. “Sebenarnya ketrampilan ini bisa dikerjakan juga di sana, tapi permintaan belum sebanyak di kota. Kalau dipikir-pikir, hidup di desa sebenarnya lebih hemat, makan bisa numpang orang tua,” jelasnya sembari tertawa.

Sementara itu, Muhammad Ali Wahyudi, pria lulusan 2003 yang juga memilih di kota meng-aku peluang finansial lebih memung-kinkan di kota dibandingkan kam-pung nya. ”Walaupun demikian, saya tidak bekerja di kota, tapi bikin pekerjaan,” ujar pria asal Desa Angsanah, Palengaan, Pamekasan Madura itu bangga.

Ali mengaku belum pernah mela-mar pekerjaan selama di Malang, justru sering ditawari bekerja sama dengan orang. Dari situlah alumni Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan

(FKIP) Jurusan Biologi itu dipercaya menjadi wakil kepala sekolah di Pondok Pesantren Al-Izzah Kota Batu.

Meskipun berbagai kesibukan dilakoninya di Malang, Ali mengaku jika sukses nanti ia ingin menjadi kepala desa di kampung halamannya. ”Saya ingin mengejawantahkan ilmu yang saya miliki di lingkup kecil di desa saya,” ujar pria yang juga pembina salah satu pesantren mahasiswa di Malang itu semangat. Ali menambahkan, mahasiswa tidak boleh memiliki pandangan setelah kuliah kerja di mana, tapi mendirikan pekerjaan apa.

Ternyata DibutuhkanSementara itu, kekhawatiran

adanya perasaan tidak dihargai ter-nyata tidak selalu berubah menjadi kenyataan. Mahfud Sokip, Kepala Desa Sobontoro (salah satu desa di Kabupaten Tulungagung, red.) menje-laskan pemuda sudah seharusnya da-pat menularkan inovasi-inovasi baru kepada masyarakat desa. “Di desa kami, banyak teknologi baru yang di-kembangkan anak-anak muda setelah kuliah di kota, misalnya internet. Saya dulu sama sekali tidak bisa,” ujarnya sembari tersenyum.

Sebagai pemimpin di desanya, Mahfud bersyukur dengan fenome-na tersebut. ”Sekarang warnet sudah banyak di desa saya dan digunakan oleh penduduk untuk membantu pe-kerjaan,” ujar mantan pelatih renang tersebut.

Mahfud menambahkan, tekno-logi tersebut sangat memudahkan masyarakat desa mengembangkan usahanya, misalnya membantu pe-masaran usaha konveksi, mencari bahan pengajaran bagi para guru, atau memasarkan hasil pertanian ke daerah lain.

Menurut lelaki ramah tersebut, langkah pertama membuka lapangan pekerjaan adalah melihat peluang. Segala hal yang belum dikembang-kan bisa dijadikan alternatif pilihan. Pun, apabila segala potensi desa te-lah digali, produk-produk tersebut bisa dipoles lebih cantik lagi.

Seperti diceritakan Mahfud, be-berapa generasi muda sukses mem-buka sentra konveksi yang mampu menyerap dan mendayagunakan banyak tenaga kerja. Bahkan, ke-

berhasilan tersebut menjadikan So-bontoro sering mendapatkan kun-jungan pemerintah. ”Tiga bulan lalu rombongan pemerintah datang berkunjung ke sentra konveksi milik warga,” tuturnya bangga.

Dipaparkan Mahfud, dasar keil-muan apapun masih diperlukan demi mengembangkan desa. Mis-alnya saja, sarjana komunikasi bisa menginformasikan produk desanya untuk dipasarkan. Bahkan, sarjana olah raga bisa mendirikan klub olah raga dengan memotivasi masyarakat desa untuk bergabung. “Kami sang-at mengharapkan lulusan mahasiswa kembali menjadi putra daerah. Kami para generasi tua ini perlu informasi dan ilmu pengetahuan yang kini be-gitu cepat berkembang,” harapnya.

Senada dengan Mahfud, Dien Anggraini, pendamping sekaligus fasilitator kelurahahan bagian Eko-nomi Program Nasional Pemberday-aan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kota Batu, menyarankan para sarja-na untuk bergabung di PNPM Man-diri. Rendahnya pengetahuan dan wawasan menyebabkan masyarakat desa membutuhkan pendamping un-tuk mengembangkan kemandirian dalam mengentaskan kemiskinan bersama-sama. ”Masalah kemisk-inan itu tanggung jawab kita bersa-ma, bukan hanya pemerintah,” ujar dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMM jurusan Kesejahteraan Sosial itu.

Selanjutnya, Dien menjelaskan para sarjana bisa bergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). ”KSM sangat membutuhkan sumber daya manusia berpengeta-huan luas supaya program-program berjalan,” terangnya.

Selain itu, alumnus Fakultas Ilmu Administrasi salah satu univer-sitas negeri di Malang itu menam-bahkan, sarjana juga bisa berperan sebagai unit pengelola dalam PNPM Mandiri. ”Mereka bisa menyesuai-kan dengan latar belakang pendidi-kan yang dimiliki,” pesannya.

Bagi sarjana yang berminat mengabdi di PNPM, menurut Dien, bisa mendaftar ke PNPM di kotanya masing-masing. ”Biasanya setiap akhir tahun ada pengumuman di koran bagaimana cara menjadi fa-silitator atau pendamping di PNPM Mandiri,” tuturnya menyarankan.

Sementara itu, Eny Hari Sutiarny, sekre-taris Dinas Ketenaga-

kerjaan dan Sosial Kota Malang, saat ditemui di ruang ker-

janya sangat se-pakat jika sarjana

memang harus bisa membangun desanya. ”Mereka bisa melebur ke desa, mengambil pe-ran sesuai bidang studi yang digeluti,” tutur ibu

dua anak itu. Eny menambahkan,

jika semua sarjana pergi ke kota, tidak ada yang akan memajukan desa. ”Kalau ha-nya berpikiran mencari kerja di kota, itu namanya sarjana model instan, hanya mencari enaknya,” komentar lulusan Ekonomi Universitas Merde-ka Malang itu.

Lebih lanjut Eny menya-rankan, untuk membuka usa-ha di desa bisa dimulai dari yang kecil. ”Jika punya usaha

dan butuh modal, bisa mengajak in-vestor kerja sama. Tinggal diumum-kan di internet kan bisa,” saran wa-nita asal Tulungagung itu.

Informasi bisa pula dilewatkan Disnaker yang memang berfungsi menfasilitasi perusahaan-perusa-haan yang membutuhkan pegawai. ”Selama ini jika ada perusahaan membutuhkan pegawai menginfor-masikan ke Disnaker, baru kemu-dian kami membuat pengumuman dan menyebarkannya melalu media massa,” jelas Eny yang juga memi-liki usaha ternak sapi di kampung halamanya.

Sukses Berarti BermanfaatAdalah Noor Suryanti, wanita

yang telah lulus kuliah dari salah satu universitas di Malang tahun 1994, mengaku kesuksesan baginya adalah jika keberadaan dirinya bisa bermanfaat bagi orang lain. Prinsip ini dituangkan wanita yang tinggal di Jl. Wijaya Barat 84 Singosari itu dalam bentuk pelatihan keterampi-lan untuk para ibu rumah tangga, anak putus sekolah, atau masyarakat umum di bidang garmen dan keraji-nan tangan.

Selepas lulus, wanita yang akrab disapa Yanti tersebut membeli se-buah mesin jahit dan menawarkan jasa membuat baju kepada tetangga dan koperasi-koperasi. Tidak hanya itu, sisa kain perca disulap menjadi taplak dan aneka aksesoris lain. Ternyata, bukan hanya tetangga se-kitar yang menyenangi ketrampilan tersebut. Banyak masyarakat di luar kecamatan yang berminat dan me-minta pelatihan serupa. Akhirnya, Yanti membentuk Pusat Pelatihan Keterampilan Kreasi Pelangi tahun 2008. Peserta pelatihan juga diajar-kan manajemen pemasaran.

Berkat ketekunan dan kesunggu-hannya, niat awal yang sekadar men-cari karyawan, akhirnya berbuah pengabdian hingga pelosok-pelosok desa. Wanita yang aktif mengikuti pameran nasional dan internasional itu mengungkapkan banyak potensi di desa yang belum digali. ”Sumber daya manusia di desa ternyata lebih mudah belajar, berkemauan keras, dan mampu menerima informasi baru. Kuncinya, harus berempati se-cara personal,” pungkasnya. rom/ mg_rey/ros

”Desaku yang kucinta, pujaan hatiku, tempat ayah dan bunda dan handai taulanku.Tak mudah kulu pakan, tak mudah bercerai. Selalu kurindukan, desaku yang permai”. Demikianlah syair lagu penggambaran kecintaan kepada desa kelahiran. Namun, indahnya sebuah lagu, tak selalu seindah kenyataan yang ada. Banyak generasi muda lebih memilih kota untuk berkarya, desa hanya sebagai tempat liburan belaka.

zack/Bestarizack/Bestari

Page 13: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

No. 262/TH.XXIII/MEI/2010BESTARILAPORAN UTAMALAPORAN UTAMA 13

Kota banyak menjadi pilihan utama mahasiswa fresh graduate melabuhkan mimpi masa depan. Bayangan luasnya lapangan kerja menjadi pemikat tersendiri bagi generasi muda. Lantas, benarkah peluang di desa sulit menjadi ladang penghasilan?

Tak Mudah MenyerahLain Gatut lain Keandhy Sarkawi.

Apa yang diyakini Gatut ternyata tidak sama dengan apa yang dipersepsikan sebagai kesuksesan oleh Keandhy. Pria lulusan Universitas Wijayakusuma Surabaya, merasa kota besar tidak lebih baik dari kampung halaman sen diri. Pria asal Mojokerto tersebut pernah jatuh bangun hidup di Surabaya.

Tahun 2007 silam ia pernah membuka usaha pembuatan pagar di Surabaya. Berjalan hampir satu tahun, tapi usahanya kurang berkembang sampai akhirnya gulung tikar dan menanggung banyak hutang. “Saat itu adalah masa terberat saya, karena saya harus menanggung hutang yang banyak, bahkan untuk menggaji karyawan saja tidak bisa,” kenang pria Jurusan Teknik Sipil.

Dengan semangat tinggi, serta obsesi untuk berhasil di Surabaya, Ia mencoba bangkit lagi dengan memin jam modal kepada orang tuanya. “Menurut saya kegagalan itu hanyalah cobaan,” terangnya.

Pada akhir 2008 ternyata Keandhy harus gulung tikar lagi karena banyak pelanggannya mem bayar tidak tepat waktu, sehingga perputaran uang tidak lancar. “Banyak yang nunggak, jadi saya tidak bisa memutar keuangan usaha saya. Akhirnya rugi lagi,” jelas Keandhy.

Setelah bergelut di Surabaya, pertengahan 2009 ia memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya dan mencoba membangun usahanya yang bangkrut. Banyaknya tetangga dan koleganya yang memesan pagar kepadanya, perlahan tapi pasti, usahanya mulai menunjukkan prestasi. “Saya baru sadar, ternyata di Mojokerto peminatnya lebih tinggi dibandingkan di Surabaya,” ungkap pria lajang itu.

Menurutnya, membuka usaha

Mencipta Peluang di Kampung HalamanMencipta Peluang di Kampung Halamandi kampung halaman lebih mengun-tungkan karena masih belum banyak saingan. Selain itu, tidak perlu menyewa tempat untuk usaha, halaman rumah sudah bisa dijadikan tempat usaha yang strategis.

Selain itu, Keandhy menuturkan dengan terciptanya lapangan peker-jaan di desa maka akan meningkatkan animo wirausaha di desa.

Turut Bantu MasyarakatSenada dengan Keandhy, Dudung

Lupito seorang sarjana Administrasi Negara lulusan Universitas Airlangga juga mempunyai jiwa wirausaha yang tinggi. Hal tersebut merupakan di dikan dari almarhum ayahnya. Dudung saat ini memiliki usaha yang bergerak di bidang logam dan ekspedisi angkutan yang berlokasi di tanah kelahirannya yaitu Mojokerto.

Tepat setelah ia lulus pada tahun 2007, pria berusia 25 tahun itu mendirikan Commanditaire Vennonts-chap (CV), sebuah persekutuan koman-diter Sasmito Group dibantu kakak kandungnya Tulus Sasmito. Usahanya berpenghasilan bersih 20 juta setiap bulannya dengan 40 kar yawan yang merupakan warga sekitarnya. Dudung berprinsip sebe lum menyejahterakan orang lain, ia harus menyejahterakan orang ter dekat.

Kiat-kiatnya hingga berhasil mendirikan usaha sendiri adalah tidak pernah takut untuk mencoba dan berani mengambil resiko, serta tidak memikirkan untung rugi saat men dirikan usaha. Menurutnya, yang terpenting adalah pasang target untuk ke depannya. “Saat pertama men-dirikan usaha itu yang terpenting adalah bisa pasang target untuk ke depannya seperti apa. Kalau hanya memikirkan antara untung rugi maka usaha tidak akan berjalan,” pungkas anak bungsu dari lima bersaudara tersebut.

Dudung memanfaatkan aki (accumulator) bekas untuk didaur ulang yang selanjutnya diolah menjadi timah batangan. Timah batangan tersebut kemudian disalurkan lagi ke pabrik-pabrik aki di wilayah Jawa Timur. Setiap hari, hasil produksi usahanya mencapai lima ton timah

batangan. Di samping itu, Dudung juga

mempunyai usaha jasa angkutan truk, yang sampai saat ini memiliki 20 armada truk. Biasanya armada tersebut disewa untuk mengangkut Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan bahan-bahan mate-rial. ”Kita seringnya tidak pede untuk memulai usaha di tempat kita sendiri dengan gelar kesarjanaan kita,” ungkapnya.

Dukungan PemerintahBagi beberapa bidang ilmu,

pemerintah bahkan turut membantu agar para sarjana yang telah terbekali ilmu itu tidak menganggur dan bisa menularkan keahliannya. Di antara dukungan pemerintah dalam hal pemberdayaan sarjana adalah program Sarjana Membangun Desa (SMD).

Ali Mahmud, ketua Asosiasi SMD Jawa Timur menyampaikan SMD adalah program pemerintah untuk memberdayakan sarjana peternakan dan dokter hewan, sehingga dapat membuka peluang kerja di desa yang akhirnya mampu meningkatkan tatanan ekonomi di desa.

Menurut Ali, selama ini banyak

sarjana peternakan yang tidak terja-ring menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan banyak yang menganggur. Selain itu, koneksi bidang peternakan tidak seluas sarjana lain misalnya ekonomi. “Banyak perusahan yang membutuhkan lulusan Ekonomi, tapi kalau peternakan paling ya hanya perusahaan peternakan saja,” ujar pria asal Kecamatan Pujon tersebut. Karena hal itulah pemerintah berusaha memberdayakan praktisi peter nakan dengan memberi modal melalui program SMD.

Di antara usaha garapan SMD adalah produksi dan pembibitan, mulai dari sapi perah, kelinci, ayam, dan segala macam jenis hewan ternak. Ali menambahkan, dengan adanya SMD ini sekitar 50 persen lulusan peternakan di Indonesia telah memiliki lapangan pekerjaan yang umumnya di desanya masing-masing. Tampaknya program ini menjadi angin segar bagi praktisi peternakan yang memang pada dasarnya berjiwa wiraswasta dengan beternak sendiri. Namun, karena keterbatasan modal, banyak sarjana peternakan yang lari ke kota mencari kerja. ”Kalau sudah disediakan modal, mending memerah sapi sendiri daripada milik orang lain,” tutur pria yang telah memiliki

30 ekor sapi perah itu. Selain menguntungkan peternak

sendiri, program SMD juga berimbas positif bagi lingkungan sekitar. ”Alhamdulillah, meskipun baru memiliki dua karyawan, minimal saya telah berkontribusi membuka peluang usaha, sehingga mereka bisa bekerja untuk menghidupi keluarganya,” terang Ali bangga.

Lebih lanjut, alumni Fakultas Peternakan Pertanian UMM 2006 itu menambahkan, SMD bisa menekan jumlah sarjana yang lari ke kota, minimal mengurangi tingkat urbanisasi dan kepadatan di kota. Selain itu bisa membuka ekstrimisasi di desa, artinya dapat menonjolkan Sumber Daya Alam (SDA) di desa yang belum diefektifkan secara efisien. “Orang desa banyak yang belum tahu kalau kotoran sapi bisa menjadi biogas yang menghasilkan energi, minimal digunakan kompor. Untuk memberdayakan sumber daya tersebut tentunya membutuhkan tenaga ahli yang paham dan mengerti,” terang Ali.

Banyaknya sarjana yang lari ke kota, menurut Ali merupakan kewajaran bagi fresh graduate yang masih memiliki egoisme tinggi. “Saya lo sarjana, mosok sih ngerumput, pakai sepatu boot. Sarjana itu kan kerjanya pakai laptop dan berbagai alasan lain, Mbak,” terang Ali yang mengaku juga pernah kerja di salah satu kota besar di Indonesia.

Menurutnya, kerja ke kota itu memang tergantung persepsi masing-masing. Ada juga yang kerja di kota dulu untuk mencari modal usaha di desa. Padahal menurut pengalaman Ali, berwiraswasta di kampung halaman sendiri lebih menyenangkan. Namun, memang biasanya susah untuk memulai. Faktor utamanya rasa malu karena masih banyak anggapan jika pulang kampung dianggap sama dengan orang-orang yang tidak sekolah. ”Bagi sarjana yang hendak kembali ke kampung halaman, harus bisa menata mental sedemikian rupa. Dan ingat, jangan hanya ngomong saja, tetapi harus ada tindakan konkrit. Itu yang paling penting,” pesan Ali. rom/mg_ros/rey

Banyak sarjana memilih me-netap di kota daripada kembali ke desa atau kota kelahirannya. Bagaimana pakar psikologi sosial mengomentari fenomena tersebut? Berikut hasil wawancara reporter Bestari, Suci Rosowulan dengan dosen Psikologi Sosial FISIP UMM, Fauzik Lendriyono, S. Sos, M.Si.

Faktor apa saja yang melatarbelakangi banyaknya sarjana cenderung mencari pekerjaan di kota?

Faktor tersebut di antaranya daya tarik perkotaan yang dianggap lebih menawarkan prestise dan keuntungan. Jika dilihat dari kaca mata psikologis, mereka sudah jenuh dan tidak nyaman dengan suasana desa yang tetap, itu-itu saja.

Selain itu, anggapan dari masya-rakat desa sendiri bahwa sarjana yang kembali ke kampung halaman itu tidak berhasil. Kemudian faktor internal akademik, di mana banyak universitas-universitas yang masih mengarahkan mahasiswanya untuk mencari pekerjaan, bukan mencipta-kan lapangan pekerjaan. Itulah faktor yang mendorong mereka ke kota.

Tidak sedikit pula yang dari luar Jawa pergi ke Jawa karena menganggap di Jawa banyak peluang.

"Tak Perlu Takut"Padahal, kenyataannya peluang di Jawa itu kecil jika dibandingkan dengan luar Jawa. Tapi tidak bisa dipung kiri, ekonomi di Jawa juga bagus, sehingga banyak yang tertarik bekerja di kota-kota daerah Jawa.

Sementara itu, sarjana asal Jawa yang kecenderungannya mencari pekerjaan di kota, itu karena didikan orang tua sekarang yang mengarahkan anaknya untuk mencari pekerjaan di kota. Padahal, kultur orang Jawa dahulu itu “mangan ora mangan asal kumpul”. Sekarang, hal itu sudah berubah.

Bagaimana merubah paradigma tersebut, sehingga sarjana termotivasi untuk kemba li ke kampung halamannya setelah lulus?

Harus melalui pendekatan yang sinergis antara pemerintah, masyara-kat, dan kultur akademik. Sebenarnya pemerintah sudah menggalakkan sar-ja na-sarjana kembali ke desa untuk membangun desanya.

Dulu ada program yang memberla-ku kan sarjana kembali ke desa, jadi mereka itu dibiayai oleh pemerintah untuk membangun desa. Saat ini juga ada, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Program tersebut dari pe-me rin tah yang tokoh di dalamnya banyak dari sarjana.

Itu salah satu upaya pemerintah untuk menarik sarjana kembali ke desa. Masyarakat juga harus mengubah mainstream-nya agar tidak menganggap sarjana yang pulang ke desa itu tidak berhasil. Selain itu, kultur di dunia akademik juga harus berubah.

Dengan tingginya pendidikan tidak jarang pula yang kemudian sulit melebur dengan masyarakat desa. Menurut Bapak?

Pertama, sarjana harus memiliki komitmen pada nilai dan norma kehidupan bermasyarakat. Mereka harus bisa beradaptasi dengan masyarakat desa dan meng ikuti norma-norma yang ada.

Yang dibutuhkan masyarakat adalah ba gai mana sarjana bisa ber kar ya nyata, tidak hanya sekadar omongan karena masya-rakat sudah bosan dengan itu.

Yang kedua, sarjana harus pintar membaca peluang untuk pengem bangan diri dan masyarakat. Saya kira mereka memiliki kreati-fitas yang bisa dikembangkan. Sepengetahuan saya masyarakat desa itu banyak berharap sarjana

bisa menjadi pembaharu di dalam kehidupan masyarakat mereka, pemerin tah juga berharap seperti itu.

Yang ketiga, sarjana harus bisa berpikir panjang agar bisa meng-embangkan karirnya di desa.

Efek apa yang timbul jika banyak sarjana memilih menetap di kota?

Desa tidak akan maju dari segi pembangunannya. Efek lainnya, semakin banyaknya peng angguran karena sebenarnya peluang pekerjaan di kota itu sedikit, sementara sarjana yang lulus tiap tahunnya sangat banyak.

Desa itu lebih menjan-jikan untuk pengem bangan diri dan kreati fi tas, jadi jangan takut kem ba-

li ke desa.

Selain itu, juga jangan takut dianggap tidak berhasil jika pulang ke desa. Kalau sarjana bisa

memberikan pembuktian, maka masyarakat desa akan menghargai dan membalik anggapan awalnya. Sarjana juga harus memiliki

kemam puan untuk ber ino vasi, yaitu

m e n c i p t a k a n hal-hal baru untuk pengem-bang an dirinya, m e n g i n g a t kultur masya-rakat Indonesia

yang cepat tertarik hal-hal yang

baru.

Fauzik Lendriyono

Penyuluhan: salah satu hal yang bisa dilakukan oleh wisudawan setelah mereka kembali ke daerah asal guna meningkatkan SDM Lingkungannya

ika/Bestariika/Bestari

umam/Bestariumam/Bestari

Page 14: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

14BESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

Fakultas Agama Islam

Syari’ahMoch Junaidiel WathoniCholiq SubektiMuhammad Erfan Riadi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Ilmu Kesejahteraan SosialAbdul MubinZulkifli

Ilmu KomunikasiRahmiDina NurhayatiSily Putri Kusuma WardaniAris HerisubagioTedika Puri AmandaMuhammad Ali AkbarLilik Puji AstutikDwi Adi SuyonoTito SemiawanAbdullah RizalAldino Doan SetiawanCitra Ayu WulandariNanang Khoirul HamzahIndah Sri AgustinEko WahyudiSubhan MunawarFauzi Syahputra SimatupangHendi LukmandionoRidhowatiDekhie HeryuliansahArdi Wishnu Heru MurtiEka Budi PrasojoFanisa PriatmasariIka EristyawatiMartino HendrawanKorry El YanaChairul BariyahMasdianoor Jiat PramonoDinda DwijayantyMasurianaTia Nur HaqArtika Fitri MandasariAri WibowoMoh. Iqbal FathoniYadri YaldiYulfikar YudistiraTony GunawanRizki HidayatiMarendraYudho PriyambodoFirly Rachmah IstighfarinSlamet IswahyudiWyandra StyoriniDessy Eka P. CahyaningrumKartika AprianaTrivinasari RahmaningrumArini SetiawatiNofiyati KusumaningrumMega Agustin WuryandariNiken SetyoriniNuerissa MuthyVindra SukmasariLailatul Fitriya

Da ar Nama Wisudawan/Wisudawa Periode II Tahun 2010Program Diploma Tiga (D-III), Strata Satu (S-1), dan Strata Dua (S-2)

Universitas Muhammadiyah MalangKhusnul MufidahNina RismainaIzzat Ashar AmrullahMeita Dian SakinahAgung Wicagsono

Ilmu PemerintahanRomas Andi SaputroAli RidhaSupian FausiRisminingati Indirianti DewiGalih Aditya PermanaRevi Maharani WinartiasYusuf Adam HilmanSamsudin SahNilam Riskawati Amalia

SosiologiTaufik Famuji ArtiajiHendra Maulidiansyah C. N.Hasbullah FajariyadiPipit Yulianti

Ilmu Hubungan Internasional

Elia Pipit RosalinaDewi Robi’ahRahmad Faizal RizaMita Fenny KartikaLinda Asri AndrikasariRicha Tri HandriyanAugi Banendra YudaPri Hatini TrisnawatiBertri Tri Handayani

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Pendidikan MatematikaNanang Eko PriyantoFany Candra DewiDulajakBadri Cahya PurnawatiArnasari Merdekawati HadiHarnotoRuly WidiartiRirin RachmawatiEvie SoviatiRirinIrawatiFifi Fitriana SariHayat SholihatTanti Diyah RahmawatiFran SusantoQorik Vinurika SyahdewiEndah Sri HariyantiWidiyawatiNur Afni Fauziah

Pendidikan BiologiNur HolillahSalis Dzikrotul KhurriyahImam ShobirinRatna Tiestika RiniArie PratiwiWiwik LestariningsihAH. FauziYulia Komalasari

Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Agus Hari PurwantoSandy FarboyBudi UtomoNikmatus SholihaKhoirul MuqoddasWahyu WidyatamaMuhammad Adib FananiTri Yuni Basuki Rakhmad

Pendidikan Bahasa InggrisUmil KhodilahWinda TrisnawatiKartiniHartaty Citra WahyuniLaila KurniatiMuhammad ErwiyadhaniTeka AprinisyahUnniya SariSiti Hafsah WasahuaRohmat ZainMeri AnggrainiMega IswariniJuhairiyahSulis HandartiEka Rosita YudistyanaYani RomdaniSulistiowatiApriliza Dyah Ayu Sya’baniRia Arista AsihSefia WahyuningtyasAchmad Fachrurroji

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

Andi Istanto

Fakultas Hukum

Rizka FatmawatiTiyuk Cahya PrihandiniPraja Teguh PrayitnoPrilly Rama YantiHendyka Nuristya UtamaIndah NursariAndik SetyawanYuliantoFrika Risqi AnnisaAndhi KurniawanFerya Putri LestariRonald Jeffri PandianganPetty Dinda SariIrcham FerdiansyahYuan ArvitasariM. Ircham WahyudiSumantriMoch Junaidiel WathoniCholiq SubektiMuhammad Erfan RiadiAmbo Sultan Abu AufaArmand Ardi WinataArief Nor RachmanRobby FirmansyahSita Sustyarina MutartoPuguh Pribadi YusufTiti Istighfarini PerwitasariNimaj P. AgustikiranaAchmad Farhat

SuhartikRahadian P. Perwira NegaraNina HadiyantiDita Saputro NurdiansahAkbar PrasetiyoDimas Putra Catur PrasetyoIrene Dwi EnggarwatiAbdul Gani LatarVita Ferdiana SalimSri Indah LestariIndah Puspita SariLeni BahestiAlfa ParamasethaMuhammad AffandiRusdianto Hadi SarosaArfian WibowoSurya PerdanaNina Khadijah MaulidiaYuke Nindya KiranaReni Haryanti NingtyasNaning WijayantiNur DianaArdwita Sari TuekaRangga Guntur SaputroAldila Luxman HeriyantoNetty Agustini

Fakultas Teknik

Teknik MesinZamroni Tri NajasetiMuhammmad WahyudiAdi CahyokoKukuh AdiantaraSantika

Teknik Sipil Akhmad Meidy FahmaridhoDwi LaksonoMochammad Imam MuslimWanazarohAsnawiRahman BudihartoAgus WijayaAgung Suswianto PutroKhaerul IrfanAditya ZunandaIskandar Syahroni

Teknik ElektroFahmi Indra WahyudiIsmail Rosyat NurM. Nur Subhan YuliantoIlham Pakaya

Teknik IndustriSeno SetiawanMuammar KadafiNanang FauziHolili Heri SunarkoDondit Agus SetionoTeuku AnggaraHeka Aulia RohmanaZainul FuadAbdul Haris ZakariyaSiti ChotijahEka Mujtaba PerdanaFauzul Hakim

Rano AnugrawanMaruli Sapta AdiRimo Fah’iranAriesta Satriawan AnggaraNovani Annisa PangestuBambang Eko IrwantoAchmad Farid IsmatudinRini Setyaningsih

Teknik InformatikaDenar Regata AkbiFarid IskandarTri Eni SholichatiNayu Nirwana Sari BalakumMohammad Fausan SalatalohyTrisna Hadi WijayaZu Fikar Ardiyan FatkhulAngky ApriantinoDeddy PratamaIrvan WahyudiLisa FitrianaAndri BudimanSetyoriniSyaifuddinSusi Kris Wahyuni

Fakultas Ekonomi

D-3 Keuangan dan Perbankan

Ardian Galuh MahideYuliantoHendra Cindo DennisQurratuddiniyyatiHelvi WijayantiDwi Nastiti WulansariDiah Ika CahyuniSanti EkawatiIndah JuniatiDewi Jannatul FirdusiyahAri TrisnawatiDwi FibriantiSri Marniyati AmarullahHendric WicaksonoSri Sofia Amaly

ManajemenImam JauhariEko JatmikoHans Satya PermanaHasrul AmienTeguh Eko YuwonoAdi WinarsoRomy AunurofikArief Hari WidodoAgus SalimR. Armando NickstantaDimas Adityo WibowoNelis Dony SulistiawanHamidWiwik WidyaningsihChabib Ahmad GhozaliDian Maharso YuwonoDhanie FernandaAmiruddin PrisetyadiIfan SusantoReny RismawatyNovan Patriya HardhikaIwan Lisdhianto

Page 15: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

15BESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

Hermita NovrianiAhmad Zaenal AripinAndri Bagus SetiawanYati HaryatiEly RohmawatiAchmad Zulfikar FauzyFani Rosyidi AzisRani AnggraeniRisal FirdausYoko UliakbarAnita MegawatiUswatun KhasanahDewi AnggrainiFuad Kurniawan AkbarNovi Linda NofidaWahyu Aji RahmantoGalih FitradaTofano Rizky WijayaMoh. Abdulloh HafidGarinda Setia PutraSeptian Pratama SetiaMuhammad SholehErik WahyudinAditya Teghar KamandanuTaufik FitriyantoAyu YuliantiPramadhiastya LarasatiTinna HadiyantiPutra WiraSiti MuzdalifahShiraturrezky DiecelliaBekti PurwaningtyasM. Mahbub Putra Fajar

AkuntansiDoddy SetiawanSilka Diena AmaliaHera Setyawati Wahyu LailiNiko YulfiyantoChyntia Elok VinataAndin Yayan FriadiIndra YudiantoTriwahyu VinarsihEvan Hiromy MirajSigit PriyantoDini KrisdianaYulia Indah SuciatiArachman Tri HartantoEfrilya NingsihIriandhi Susilo PutraSitta Permana SariFatmaDwi Setyo PutroHengky Arieftian MeirdiansyahSurya ArumadanaDwi MulyaningrumAchmad Hudan DardiriSinta Ayu KumalaMiftah Al FauziShigre SuryanaAdistira Sri AuliaLatifah Elza AishaRizky Kurnia SagitaDwi Puji LestariIbnu RachmanLisa YulandariFirial FuraidaYeni Setiyane YolandaDian Edi SasongkoYuli Ratna BudiartiMohammad MakbulNur CholifahBekti PurwaningrumYuliati SetyaningsihRozah Ayu Yuanita

Ekonomi PembangunanYunian Fanditama Setia BudiYulian Arif SatriaRiza Rosyadi ArsyadEryc TriandokoIra TrianaEmir HasanSinggih Priyo UtomoEva RossanitaMohamad Khoirul AnamAsmirawatiZulfita FithriyahSiti NurkholifahAndini Eka SulistiowatiEdi PuspitoWidya A’yuniMochamad ShofiiNovita ArlyaniRahmat HermantoRika Devani DebianaMuhammad Khoirul FuddinRezha FambudiMuhammad Chairil MuttaqinFathurrahman Arrohim

Fakultas Pertanian dan Peternakan

AgronomiSuismuhadi Wahyu SusiantoKiki Irma SupriantiArdiLuky Hari Prasetyo Adi

Sosial Ekonomi Pertanian (Agribisnis)

Mara HidayatullahFrank Rush Syu’araRuslan RosyadiSusenoReny Amalia AnastasyaFahrudin

Teknologi Hasil PertanianChairul Alim

Budidaya HutanMuhammad Taufiq AkbarYoesry HilmyAri WibowoWawan FitriadyArfian Noraga PuteraJatmiko Arief Waspodo

Produksi TernakRatna Dewi HandayaniBashoriImam WahyudiHendra SiswahyudiKhairur RizkiIkbal HudaHeri Harmoko

Budidaya PerairanSanti HasanMuhamad Fahmi BuatanAlfi FauziSastri DelilaRahajeng Adining Budi

Fakultas Psikologi

Dewi TrismahwatiAlin Ariyatna SariOkta Viatur RosidahRendy Martalingga SusenoGandhi

Shamhadi PermanaSefrizal HafisAhmad Azka MahasinMartabuana PuspitasariWidya SandiyudhaAdika SukmawanAlifah HidayatiAndhika Wahyu PurwotoPutri Yuniarti FaudjiAmin Adi SukmadiIntiningrumAllan Firman JayaDicky KurniawanSuryaning SaptariniRika UlinaTriharim Kemala Saleh P.Resti SyafriAnnisa FitriaEka Triwulan NingsihTrianna RizqaNur Khafifah RakhmawatiHanaa Ali AlkafRetnoningsih Sri WulandariIntan FitriasariSwesty NilasariNadya C. Endra LavaIstianah SahabuddinElfira Rosana BeatrisDewi Ratih Aria WijayaWahyudi AstutiPutri Ridha FebrycaTri PurnawatiDian MeiarwulanAstri KurniawatiEsti RatnasariSandi ArdiyantoFazrian RidhoniIrma YuliantiWulan Novita RizqyPoppy AndriasnikeNidaul FajriaErma Suryani Putri PratiwiTsany Maulidah RahmawatiNelvi Riana Cahya DewiLeila MayaningsihIrma Aprilia RijayantiFuat ArdyantoMega Wiendy AnggraeniPutri Sukma RiyantiHelmy DaroesmanSie Gerrenil Yukgikhanta

Fakultas Kedokteran

Pendidikan DokterRola AstutiFerita Santi NurmalasariMifta Sabilil KartiniSalman YasinFarida RozanyNur Hadi Khoirul RijalDicki Triangga PutraLessyana YulitaWifaaq ThalibAgung PermanaIstin Erisda ListiyaniQarina El HarizahErbino TogamaMuhammad HidayatRestu Pamujining TyasAnissa Putri AlmiraDea PuspitariniLily InderayantiHidayatus SholihahRosa Indira ParaswatiPeni Endah SitoresmiHotimah

Cynthya Rinda ImaniarFebryan Laili NugrahaSesanthi Winda SavitriNia AnitaEka MahyunieSiti ChadijahDevi Putriyanti NainggolanIndrawan DwantoroKhalifenti Ambar SariAyu Lidya ParamitaSiti Noer AfidahNur Najmi Hidayati

Profesi DokterSusanti RahmayaniRubi Anto CahyonoAndrik IsyunantoNiha AinitaSetyo Luhung RaharjoAndy PrasetyoZulfan FahrizalMa’rifatul UlaSylvi DiahningrumDanny Satriyo Ontoseno PutroGanina Widya RiniFauzi Dwi HermawanNovita Sari IndramegaAnna Mariana

Program Pascasarjana (S-2)

Magister Ilmu Agama Islam

Soleh SubagjaSyukron MahbubBagus AmirullohLukman HakimYakmun TaufikAni Dwi Agustina

Magister SosiologiYudiantiAgus SuherySiti RohaniSyamsul HadiAri Budi AstutiAndrianus M. UranBesse TenrisampeangDwi NurmaningsihDicong MalelehDwi YuliastutiEndrik SoedjarwokoHadiyah NugrahaniM. Farkhi NurdinNeneng Sri SulastriRena Meta WardhaniSuryantoSumono

Dwi Endah Rinawati

Magister Kebijakan dan Pengembangan PendidikanSyamsiyah WahyuningsihEllen Lien TumbalRahmawatiMoh. RamliHariyantoTatik JulijaniSugiarnoAzhari FathurrohmanMasrurohIrfan KhanafiHariani SupriatinMahfudh FauziMohamad ArifAgus TrionoSolikanImam Supi’iNurkholisBabil AbuyajitKasiatiSaadih SidikAsifahArif MahmudAgus WitjahyonoAli SuhermanHeru WibowoMidinNaning Faridiyah

Magister Ilmu HukumTinuk Dwi CahyaniKristriawan SuhartantoLuluk IfayahArya Maulana P. Pradhana

Magister ManajemenAnik HerawatiHandrinie NuryanaSetyo AdjiDjamila AbbasAndriyas Punki SundoroSahrialMat SukaHanifa Sri NuryaniEdy SupratiknoRizqi FitrianaAbd. AzisYayuk WahyuniRajudin

Magister AgribisnisImron ArifiantoHada ErdianaArief Miftahul MunirElly Panca IndrianiIfa Dewi Erdyna

Untuk keperluan pembuatan sertifikat, seluruh peserta Lomba Ulang Tahun Bestari diharapkan mengumpulkan pas foto 3x4

(berwarna) sebanyak 1 lembar di Kantor Bestari, Gedung Student Center Lt.1 Universitas Muhammadiyah Malang pada

jam kerja (Senin-Jumat).

Pengumuman

RALAT BESTARI EDISI 261/APRILPada halaman 22, kolom Opini karya Radfan Faisal yang berjudul "Sebuah Oase Menuju Pendidikan Humanis", tertulis bahwa penulis adalah mahasiswa Sosiologi 2009, seharusnya adalah Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia 2006.

Panitia Lomba Ulang Tahun Bestari

Page 16: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

BESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010 PERNIK MALANGPERNIK MALANG16

JJam masih menun-juk kan pukul tujuh pagi ketika tim Pernik

bersiap menempuh perjalanan panjang menuju Pantai Jonggring Saloko. Pantai yang terletak di ujung selatan Kabupaten Malang tersebut memang belum banyak dikenal masyarakat. Hanya dengan berbekal sedikit informasi, akhirnya tim Pernik nekat menuju lokasi yang berjarak sekitar 80 km dari Kota Malang tersebut.

Setelah menempuh perjalanan sekitar dua jam menggunakan sepeda motor, akhirnya tim Pernik sampai di Desa Mentaraman, Kecamatan Donomulyo. Perjalanan jauh dan melelahkan, sedikit terhibur oleh keasrian nuansa alam pegunungan dan indahnya Waduk Karangkates yang memang berada satu jalur dengan Pantai Jonggring Saloko. Jalan yang berliku-liku dan udara segar yang menyergah membuat perjalanan semakin mengasyikan.

Untuk mencapai pantai, perja-lanan harus ditempuh lagi sekitar 10 km dari Donomulyo, tepatnya me-nuju Dusun Gondangtowo, Desa Mentaraman. Meskipun jarak yang harus dilalui tidak terlalu jauh, namun jalanan licin berbatu dan dikelilingi hutan membuat pengunjung harus ekstra hati-hati. Ruas jalan yang hanya ditutupi batu gamping berwarna keputihan bisa menjadi tantangan bagi mereka yang memang gemar melakukan perjalanan lintas alam. Kondisi alam yang belum terjamah, pepohonan yang berjajar rapi, dan suara kicau burung setia menemani perjalanan.

Setelah menelusuri jalanan dalam hutan selama 1,5 jam, dari balik semak hutan yang terjaga, samar-samar terdengar suara deburan ombak menyambut. Rasa lelah pun seakan langsung sirna begitu melihat keindahan pantai karang tersebut. Sepanjang mata memandang, tampak ombak bergulung-gulung saling berkejaran dan berakhir dengan hantaman pada karang, memburatkan butir-butir halus berwarna putih mengangkasa.

Saat menapakkan kaki diatas pasir putih yang menghampar, pulu-han kepiting berlarian menuju lubang-lubang kecil di balik batu karang. Sebagai salah satu pantai yang menjadi jalur internasional dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, Pantai Jonggring Saloko memang dikenal memiliki ombak yang besar jika dibanding pantai-pantai lainnya di Malang. Jika beruntung, pengunjung pun dapat melihat kapal-kapal tongkang pembawa batu bara yang hilir mudik di kejauhan.

Pantai Khayangan.Menurut penuturan warga se-

tem pat, nama Jonggring Saloko mulai dipakai sekitar tahun 1900-an. Pada saat itu ada seorang pengembara asal Jogjakarta bernama Sukaryo yang babat alas. Sebagian wilayah yang saat itu masih hutan dibersihkannya menjadi pemukiman. Setelah terbentuk, teman-temannya yang berasal dari Mataram segera berpindah ke tempat tersebut. Karena sebagian besar penduduknya berasal dari Mataram, maka pemukiman itu

Melihat Indahnya Khayangan di Malang Selatan

Dua Wisata di Pantai Para DewaDua Wisata di Pantai Para DewaPlesiran ke Malang? Tak lengkap

rasanya jika tak singgah ke Malang Selatan. Di balik citra kota dingin yang sering dilekatkan, Malang ternyata tak hanya menawarkan pesona alam pegunungan. Di bagian selatan, pantai dengan ombak biru mempesonakan siap menanti kunjungan.

diberi nama Desa Mentaraman. Beberapa tahun kemudian war-

ga terserang wabah aneh yang mene-waskan hampir separuh penduduk desa. Melihat warga sekitar yang sekarat akibat wabah, pada malam 14 Suro laki-laki yang dipanggil Mbah Karyo tersebut melakukan meditasi di pantai selatan yang sekarang dikenal dengan pantai Jonggring Saloko untuk mencari wangsit (petunjuk). Setelah melakukan meditasi selama beberapa malam, Mbah Karyo mendapatkan petunjuk bahwa warga akan sembuh jika mereka melakukan upacara labuhan (sedekah laut), yaitu dengan menghanyutkan hasil panen pertanian di pantai tersebut. Akhirnya, warga mengikuti anjuran Mbah Karyo dan secara ajaib mereka pun terbebas dari wabah.

Karena dianggap suci dan keramat seperti khayangan, warga akhirnya menamai pantai tersebut dengan sebutan pantai Khayangan Jonggring Saloko. Jonggring Saloko sendiri ada lah nama sebuah khayangan tempat dewa-dewa yang terkenal dengan keindahannya pada cerita pewayangan Jawa.

Untuk mengenang persitiwa tersebut, sampai sekarang warga Dono mulyo tetap melakukan upacara labuhan setiap tanggal 14 Suro. Acara tahunan itu tidak hanya dihadiri warga setempat, akan tetapi berbagai pengunjung dari seluruh penjuru tanah air terutama Yogyakarta dan Mataram.

Menurut Iswahyudi, warga se-tem pat, sebagian penduduk malah meyakini bahwa Pangeran Dipeno-goro sempat berkunjung ke pantai itu dan mencuci pusakanya. Hal tersebut menunjukkan Pantai Jonggring Saloko memang benar-benar diang-gap karamat oleh penduduk Desa Men taraman. “Menurut cerita yang saya dengar sejak turun temurun, Dipenogoro memang sempat ber-kunjung kesini dan mencuci pusa-kanya setelah berperang,” ungkap pria yang sehari-hari bekerja sebagai pencari rumput tersebut.

Pesona “Broos”Selain ombak besar yang meng a-

gumkan, daya tarik Pantai Jonggring Saloko lainnya yaitu “broos”. Broos, demikianlah biasa disebut, adalah hempasan ombak yang menyembur ke udara melewati karang berlubang.

Karang yang terkena abrasi ombak pantai ratusan tahun membentuk lubang menganga yang mampu menyemburkan butiran-butiran air sampai ketinggian tertentu. Saat laut sedang mengalami gelombang pasang, broos mampu menyemburkan air sampai ketinggian 10 meter. Hal itulah yang menjadi daya tarik utama para pengunjung untuk datang ke pantai tersebut. Tak heran, sebagian warga juga menyebut Jonggring Saloko dengan sebutan pantai nge-

broos.Purnomo, salah seorang

pengunjung asal Kepanjen menuturkan, ia dan istrinya sengaja menyempatkan diri untuk berkunjung ke Pantai Jonggring Saloko karena penasaran keindahan broos yang sering diceritakan rekannya. Sayangnya Purnomo tidak sempat menyaksikan broos secara langsung karena gelombang sedang surut.

Namun begitu, Purnomo menya-yangkan masih kurangnya sarana dan prasarana yang ada di lokasi sehingga suasananya menjadi sang-at sepi. Beberapa kios penjaja makanan tampak kosong dan tidak berpenghuni. “Saya kira di sini ada yang berjualan makanan. Ternyata tidak ada sama sekali,” sesalnya.

Menurutnya, melihat potensi yang dimiliki, pengelolaan pantai tersebut masih sangat kurang. Purnomo berpendapat, jika dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin pantai Jonggring Saloko akan sama terkenalnya dengan pantai-pantai lainnya di Kabupaten Malang. “Mungkin lebih baik dikelola sebagai wisata petualangan karena memang tempatnya yang jauh dan masih harus melewati hutan dengan jalan yang tidak bisa dikatakan baik,” sarannya.

Senada dengan Purnomo, Muham mad Hari, salah seorang petu-

gas polisi hutan (Polhut) menuturkan, sejak beberapa tahun silam hampir tidak ada pengunjung sama sekali. Sempat ada sekelompok pelajar yang berkemah di tempat tersebut, namun sejak saat itu tidak pernah ada pengunjung lagi. “Sekarang memang jarang sekali ada pengunjung yang datang ke sini. Bahkan, belum tentu satu pengunjung dalam sebulan. Akses jalan yang sulit mungkin membuat pengunjung enggan berkunjung,” keluh Hari.

Hari menambahkan, pada awal dibukanya Jonggring Saloko sebagai tempat wisata yakni pada tahun 1990, keadaan pantai tersebut sempat ramai. Akses jalan yang masih bagus pada saat itu merupakan swadaya masyarakat yang bekerjasama dengan Perhutani Donomulyo. Pada akhir tahun 1996, jumlah pengunjung mulai berkurang. Jalanan yang mulai rusak sudah tidak mampu lagi diperbaiki warga. “Akhirnya dengan terpaksa kami biarkan seperti ini sampai sekarang,” kenang pria yang menjabat sebagai komandan polisi hutan itu.

Dua WisataMengunjungi Pantai Jonggring

Saloko ibarat berkunjung kedua tempat wisata sekaligus. Selain dapat menikmati indahnya pemandangan pantai, pengunjung juga dapat menjelajah gua Sengik. Dinamakan gua Sengik karena memang di tempat tersebut berbau sengik (tidak sedap) akibat tumpukan kotoran kelelawar yang mengendap di lantai gua.

Meskipun jarak gua tidak terlalu jauh dari bibir pantai, namun keberadaan gua tersebut sangat jarang diketahui pengunjung karena letaknya memang agak tersembunyi. Jika pengunjung ingin menyaksikan ratusan kelelawar keluar mencari mangsa, tidak ada salahnya sedikit bersabar menunggu sampai senja hari.

Untuk mencapai gua Sengik, pengunjung harus berjalan kaki sekitar 100 meter memasuki hutan. Tidak adanya penunjuk jalan di sekitar area gua seringkali menyulitkan pengunjung yang hendak mencari gua tersebut. Berdasarkan penuturan Hari, sampai sekarang tidak ada yang tahu pasti berapa panjang gua tersebut. Beberapa penjelajah alam sempat melakukan penelusuran, namun biasanya mereka kembali sebelum mencapai ujung gua. Udara lembab

dan bau yang menyengat membuat sebagian orang tidak tahan berlama-lama berada dalam gua itu.

Menurut Hari, ia dan beberapa rekannya juga sempat melakukan penelusuran ke dalam gua itu, Namun, setelah melakukan penjelajahan selama delapan jam, mereka masih belum menemukan ujung gua tersebut. Akhirnya, Hari dan rekannya memu-tuskan kembali.

Pernah Raih Kalpataru.Sepinya pengunjung, jika ingin

dilihat sisi baiknya, bisa jadi mem-bawa keselamatan untuk pantai sen diri. Kelestarian alam di sekitar Pantai Jonggring Saloko memang tidak diragukan lagi. Terbukti pada tahun 1989 daerah tersebut pernah mendapat penghargaan Kalpataru sebagai kategori daerah penyelamat lingkungan.

Pengawasan ketat dari petugas Polhut dan kesadaran masyarakat sekitar membuat hutan sepanjang jalur menuju Pantai Jonggring Saloko tersebut seolah belum terjamah sama sekali. Sumber-sumber air yang menggenang dan membentuk cerukan serupa danau-danau kecil di sisi jalan serta semak belukar yang merambat menutupi bahu jalan semakin meng-uatkan kesan bahwa hutan tersebut benar-benar terjaga.

Beberapa warga memang terlihat membuka lahan perkebunan, namun hal itu dilakukan di bagian terluar hutan dan mereka masih tetap menyisakan pohon-pohon inti agar tetap hidup.

Untuk menumbuhkan kecintaan pada lingkungan sekitarnya, polhut Donomulyo sengaja menggelar ber-bagai acara lintas alam, salah satu nya motor cross. Dengan adanya kegiat an semacam itu, diharapkan masyarakat akan semakin sadar pentingnya ekosistem di daerahnya.

Selain itu, polhut Donomulyo secara rutin juga melakukan reboisasi untuk menggantikan pohon-pohon yang ditebang. Ketika ditemui tim Pernik, tampak beberapa orang petugas polisi hutan tengah sibuk mempersiapkan benih-benih pohon yang akan ditanam. “Ini merupakan kegiatan rutin kami. Kebetulan kami mendapat bantuan beberapa orang mahasiswa dari salah satu Politeknik di NTT untuk proses reboisasi hutan,” pungkas Hari. rpd/mg_phi.

Jonggring Saloko adalah nama sebuah

khayangan tempat dewa-dewa yang terkenal

dengan keindahannya pada cerita pewayangan

Jawa

Semburan Ombak: Selain ombaknya yang besar, Pantai Jonggring Saloko juga dihiasi "broos", sebuah tempat yang menjadi tempat terhempasnya ombak yang menyembur ke udara melewati karang berlubang.

ropidin/Bestariropidin/Bestari

Page 17: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

BESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010PERNIK MALANGPERNIK MALANG 17

Rumah-rumah tua bekas peng-inapan yang mulai usang dibiarkan kosong tak berpenghuni. Loket tempat pembelian tiket masuk juga mulai keropos dimakan waktu. Terlihat pemandangan beberapa ekor anjing liar berlarian mengejar dedaunan yang bergerak meliuk tertiup angin. Pantai yang dulu sempat ramai selama beberapa waktu dan menjanjikan mimpi bagi perekonomian masyarakat benar-benar telah ditinggalkan peng-unjung. Masyarakat yang dulunya sempat menggantungkan hidup dari pariwisata tempat tersebut kini kem-bali ke profesi awal mereka yaitu sebagai petani dan nelayan. Sebagian lainnya memilih menjadi peternak sapi.

Selain bangunan-banguan yang tidak berpenghuni, tidak ada yang tersisa lagi dari tempat wisata terse-but. Papan peringatan bertuliskan “dilarang mandi di laut” pun kini tergantung sepi tanpa arti. Siapa yang menyangka kalau dulunya tempat itu merupakan penggerak utama roda perekonomian masyarakat Desa Mentaraman.

Nanang Amrullah, warga Dusun Gondangtowo menuturkan, dulunya ia sempat bekerja ditempat itu sebagai penjual makanan kecil dan penyedia penginapan . Setelah sepi pengunjung, Nanang akhirnya memilih menjadi peternak. Ia dan beberapa rekan seprofesinya dulu sangat merindukan suasana saat Pantai Jonggring Saloko masih ramai pengunjung. Jalanan yang rusak parah memang disinyalir masyarakat sebagai penyebab utama matinya Pantai Jonggring Saloko. Menurut Nanang, pemerintah me-mang sengaja menutup mata. Bebe-rapa proposal pengajuan perbaikan jalan yang diajukan warga tidak pernah mendapat jawaban sama sekali.

Nanang berharap, jika suatu saat Pantai Jonggring Saloko ramai kembali, ia akan kembali bekerja di tempat itu sebagai penjual makanan dan penyedia penginapan. Meskipun demikian, ia berharap nantinya pengelolaan pantai itu bisa lebih profesional sehingga masyarakat

Sepi Menan “Pembeli”maupun pengunjung lebih betah berlama-lama di tempat tersebut. “Kalau dulu kan dikelola sendiri oleh masyarakat, jadi pengelolaannya hanya sebatas itu saja, tidak ada promosi, tidak ada kegiatan rutin. Akan beda cerita jika dikelola pemerintah,” tegas Nanang sambil membabat rumput untuk pakan ternaknya.

Sependapat dengan Nanang, Ahmad Sodikin, salah satu petugas polisi hutan mengatakan, pihaknya dan beberapa warga sudah beberapa kali mengajukan permohonan perbaikan jalan, namun sampai sekarang tidak pernah mendapat kepastian. Selain mengajukan proposal kepada DPRD Kabupaten Malang, Sodikin juga mengaku sempat beberapa kali meng-ajukannya kepada Menteri BUMN, namun hasilnya tetap sama. Ia menyayangkan kalau aset seindah Pantai Jonggring Saloko harus dibiarkan terbengkalai, pada hal selama ini Pemerintah Daerah (Pemda) juga menikmati hasil-nya. “Kita memang membagi hasilnya. Sebagian diberikan kepa-da masyarakat, sebagian untuk Perhutani, dan sebagian lagi untuk Pemda, hanya saja saya tidak tahu pesti berapa prosentasenya,” papar pria alumni Jurusan Pertanian UMM itu

Meskipun belum ada tanggapan dari Pemda mengenai perbaikan jalan menuju Pantai Jonggring Saloko, Sodikin berharap peme-rintah akan tergerak untuk menghi-dupkan kembali pantai tersebut. Ia yakin, jika pantai itu ramai kembali, geliat perekonomian masyarakat sekitar juga akan kembali tampak dan kesejahteraan juga akan ikut meningkat.

Belum ada Kontribusi DinparSejak resmi dibuka sebagai

tempat wisata tahun 1990 silam, Pantai Jonggring Saloko memang dikelola oleh masyarakat secara swadaya, bekerjasama dengan per-hu tani Donomulyo. Tidak pernah

ada kerjasama dengan dinas-dinas terkait seperti Dinas Pariwisata (Dinpar) misalnya. Masyarakat sebenarnya berharap Dinpar akan “melirik” daerah mereka, namun sampai saat ini harapan tersebut tidak pernah terwujud. Akibat tidak adanya promosi, maka Pantai Jonggring Saloko hanya dikenal dari mulut ke mulut saja, itupun hanya terbatas pada orang-orang tertentu. Terbukti, saat tim Pernik mencari informasi tentang keberadaan Pantai Jonggring Saloko, hampir sebagian besar masyarakat tidak mengetahuinya.

Ketika mendapat kunjungan dari

M.Said yang kala itu menjabat sebagai Bupati Malang, masyarakat sudah menaruh harapan besar bahwa desa mereka akan lebih diperhatikan. Namun sekali lagi harapan itu harus hilang tertiup angin. Surat permohonan kerjasama pun sudah sering dilayangkan kepada Dinpar, tapi hasilnya tidak jauh berbeda dengan permohonan perbaikan jalan. Tiket masuk seharga Rp 2000,-/orang yang dulu diterapkan oleh pengelola, ternyata tidak cukup untuk biaya operasional tempat itu, apalagi jika harus digunakan untuk biaya perbaikan

jalan menuju lokasi. Hal itulah yang menjadi alasan kenapa masyarakat dan pengelola lebih memilih untuk meninggalkannya daripada harus mempertahankannya. “Kalau hanya mengandalkan dari retribusi yang ada, itu jelas tidak akan cukup untuk biaya operasionalnya,” urai Sodikin.

Sekarang, hidup tidaknya wisata di Jonggring Saloko hanya tinggal menunggu para pemegang kekuasaan yang bisa menjangkaukan tangannya lebih panjang untuk membuat keputusan seperti harapan Nanang, Sodikin, dan warga-warga lain. rpd/mg_phi

Pengelolaan bersama antara swadaya masyarakat dengan Perhutani ternyata belum membuahkan hasil juga. Lantas, akankah Perhutani tetap berniat melanjutkan usahanya menghidupkan kembali wisata ini dan langkah apa yang akan diambil? Berikut wawancara ekslusif Ropidin dan Delfia Yana Resandy dengan Pani Rismunandar, ketua Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat - Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (PHBM-BKPH).

Sebenarnya faktor apa yang menyebabkan pantai menjadi sepi pengunjung? Apakah memang kondisi jalan yang rusak sangat berpengaruh terhadap penurunan jumlahnya?

Pada awal dibuka, Pantai Jonggring Saloko sempat menja di salah satu pantai yang patut diper-hitungkan. Namun, setelah kondisi jalan rusak, semuanya berubah. Jangankan masyarakat luar, ma-syarakat Dusun Godangtowo sendiri enggan berkunjung. Kalaupun banyak pengunjung, biasanya hanya pada waktu menjelang upacara labuhan yang dilaksanakan tiap tang-

gal 14 Suro. Itupun hanya setahun sekali. Selebihnya pantai kembali sepi.

Langkah apa saja yang sudah dilakukan selama ini?

Dalam mengelola Pantai Jong-gring Saloko, kami menggandeng masyarakat dengan harapan hal itu dapat mengangkat tingkat perekonomian mereka. Kemudian untuk pembagian hasilnya kami meng gunakan sistem prosentase, yaitu 35 % untuk kami di perhutani, 35 % kami kembalikan kepada masyarakat, dan sisanya yaitu 30 % masuk ke kas pemerintah daerah. Dengan pembagian seperti itu, jelas masyarakat sangat diuntungkan, kami juga merasa untung, apalagi Pemda yang tidak tahu apa-apa tapi tetap bisa menikmati hasilnya.

Adakah strategi ke depan sebagai upaya menghidupkan pantai kembali?

Kalau untuk menghidupkan kembali rasanya sangat sulit. Selain itu, tentu saja ini akan membutuhkan biaya yang sangat besar untuk pem-bangunan sarana dan prasarana, untuk perbaikan jalan, biaya promosi

dan biaya-biaya lainnya. Untuk itu kami tetap berusaha mengajak pemerintah agar semuanya bisa terbantu.

Beberapa proposal yang kami ajukan memang telah ditolak, namun hal itu bukan berarti pertanda bahwa kami harus menyerah. Bebe rapa tahun lalu kami mencoba meng-ajukan permohonan kepada menteri BUMN, namun saat itu masih belum ada jawaban. Mudah-mudahan ke depannya permohonan kami akan dikabulkan. Selain berusaha meng-gandeng pemerintah, kami juga sedang mengupayakan agar kegiatan seperti motor cross lintas alam bisa ber jalan kembali. Hal itu tentu saja sebagai salah satu media promosi kami.

Adakah alasan pokok yang melatari pentingnya upaya tersebut?

Masyarakat mempunyai keyaki-nan animisme yang begitu kuat terha-

dap pantai itu. Maka, sebagai salah seorang tokoh masyarakat, saya ingin mempertahankan budaya yang telah ada. Sangat disayangkan sekali kalau budaya yang sudah turun temurun harus hilang akibat permasalahan ini.

Selain itu, perekonomian m a s y a r a -kat akan bisa kembali me-mi liki geliat s e m a n g a t . Dulu, ma-syarakat sa-ngat ter bantu sekali dengan d i b u k a n y a Pan tai Jong-gring Saloko sebagai tempat wisata.

H a r a p a n Anda?

S e r u s a k apa pun, ini tetap meru-pakan aset daerah yang harus dikem-b a n g k a n . Oleh karena itu, kami mengha rapkan sen tuhan tangan-tangan yang memegang kebijakan. Selain itu, semoga dengan dihidupkannya kembali wisata

, n -a -t . --

u n a -o t

n

k i -t g -. a

“Serusak Apapun, Ini adalah Aset”EKSKLUSIF

pantai tersebut, masyarakat bisa berharap untuk ikut meningkatkan kondisi kesejahteraannya dari usaha mereka.

Dibiarkan rusak: Kondisi jalan menuju pantai Jonggring Saloko belum pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah kabupaten.

ropidin/Bestariropidin/Bestari

umam/Bestariumam/BestariPani Rismunandar

Page 18: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

2 PROSESI18 BESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

Wisuda ke-56 ini berdekatan waktu-nya dengan pelak-sanaan Muktamar

Satu Abad Muhammadiyah yang akan berlangsung di Yogjakarta 3-8 Juli mendatang. Sebagai lembaga yang berada dalam naungan Muhammadiyah, UMM juga turut menjadi bagian dalam Muktamar itu untuk mengangkat dan menghasilkan program dan kepemimpinan yang kuat dan maju. Menjadi salah satu kebanggaan tersendiri bagi warga Muhammadiyah, karena UMM berhasil mencetak prestasi dan alumni yang senantiasa mengabdi kepada umat dan bangsa.

Momentum wisuda merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh mahasiswa untuk mendapatkan gelar kesarjanaan. Bagi UMM, penyematan gelar kesarjanaan merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban kepada publik atas terselenggaranya pendidikan yang telah diselesaikan dengan baik oleh para peserta didik. Selain itu, wisuda juga sebagai media UMM untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas mengenai pencapaian dan prestasi UMM selama tiga bulan terakhir ini.

Tingkatkan Mutu, UMM Perkuat jaringan Internal dan Eksternal

UMM adalah perguruan tinggi swasta (PTS) yang sangat memperhatikan kualitas. Hal itu dibuktikan dengan penyandangan predikat Universitas Paling Unggul dalam Anugerah Kampus Unggulan (AKU) versi Kopertis Wilayah VII

J a w a Timur. Dengan d e m i k i a n

UMM telah

m e r a i h A K U

sebanyak tiga kali berturut-

turut, yakni tahun 2008, 2009 dan 2010. Maka tidak ada pilihan lain untuk UMM ke depan, kecuali mempertahankan dan terus m e n i n g k a t k a n mutu pendidikan sebagai layanan utama. Saat ini masyarakat sudah

semakin kritis dan selektif dalam memilih perguruan tinggi. Dalam benak mereka, pilihan tidak lagi soal PTS atau PTN, tetapi soal kualitas.

Dalam menjaga dan meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) nya, UMM senantiasa melakukan inovasi dan kontrol terhadap kualitas akademisnya. Selain dengan terus menaikkan status akreditasi Program Studi dan Institusi sebagai ukuran formal, UMM juga memberi atmosfir akademik yang sangat kondusif bagi proses belajar mengajar. Kinerja dosen dipacu dan dikontrol oleh Badan Kendali Mutu Akademik (BKMA) yang bertugas memantau, melaporkan dan membangun kapasitas sumberdaya dosen. Di sisi lain, fasilitas sarana dan prasarana perkuliahan dan laboratorium semakin hari juga semakin ditingkatkan dengan menambah kelengkapan multimedia dan sarana information technology (IT).

Sejalan dengan kegiatan akademik, dosen dan mahasiswa UMM juga memiliki produktivitas tinggi dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Penelitian dan pengabdian itu digiatkan melalui sumber pendanaan eksternal maupun

internal yang disalurkan melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) UMM, serta dana blockgrant yang diberikan kepada fakultas. Hingga saat ini, dosen dan mahasiswa UMM masih tercatat sebagai PTS di Indonesia yang paling produktif.

Dalam Kegiatan penelitian, UMM mengarahan pada penemuan-penemuan akademik maupun praktis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan maupun pengembangan masyarakat. Oleh karena produktivitas penemuan itu, UMM termasuk salah satu universitas yang digandeng tiga Kementerian, yaitu Kemendiknas, Kemenkum dan HAM, serta Kemenristek dalam mengembangkan perlindungan temuan ilmiah yang disebut sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).

Selanjutnya, guna meningkatkan mutu para calon mahasiswa, UMM memberikan program pembinaan khusus yang dikenal dengan Program Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan (P2KK). Program ini difokuskan untuk menggali dan membangun bakat-bakat kepemim-pinan calon mahasiswa, sehingga seterusnya dapat ditelusuri minat dan bakat masing-masing.

Selain itu, mahasiswa UMM berasal dari berbagai daerah bahkan luar negeri, yang sangat beragam latar belakang keagamaan, status sosial ekonomi, dan karakter budayanya, sehingga program ini sangat tepat sebagai media untuk beradaptasi dengan kultur akademik di UMM.

Dalam bidang prestasi kemahasiswaan, UMM sudah tidak diragukan lagi. Sampai saat ini, UMM telah berhasil mencetak mahasiswa-mahasiswa berprestasi, baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan olah raga. Hal ini setidaknya dapat dilihat dalam perolehan mahasiswa dalam memenangkan lomba tingkat regional maupun nasional bidang penelitian ilmiah, bidang matematika, bidang robotika, debat bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, paduan suara, filmatografi, seni bela diri dan lain sebagainya.

Pencapaian ini tidak terlepas dari strategi pembinaan kemahasiswaan UMM dengan cara terus memupuk etos kepemimpinan, kerja keras dan kompetisi serta memfasilitasi pergulatan mahasiswa dengan dunia nyata.

Selain itu, untuk mencetak mahasiswa-mahasiswa berprestasi dan meringankan bebab biaya studi mereka, UMM menyediakan ribuan beasiswa untuk mahasiswanya. Yakni, Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM), Peningkatan Prestasi Akademik (PPA), Peningkatan Prestasi Ekstrakulikuler (PPE), Toyota Astra, Supersemar, Djarum, Alumni, Yatim Piatu, Saudara Kandung, Kader Persyarikatan, Program Pendidikan Ulama Tarjih (PPUT) dan lain sebagainya.

Di luar itu semua, UMM terus membangun atmosfir dan spirit kewirausahaan mahasiswanya. Hal itu dibuktikan dengan dibangunnya unit-unit profit universitas seperti hotel pendidikan UMM Inn, UMM Bookstore, UMM Dome, perbengkelan, showroom tanaman hias dan produk pertanian organik, unit produksi bioteknologi, asrama mahasiswa Rusunawa.

Bahkan akhir-akhir ini, UMM sedang mengerjakan proyek baru, yaitu dengan membangun Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) serta rumah sakit pendidikan. Harapannya ,melalui unit-unit profit universitas tersebut bisa menghasilkan profit untuk membantu meringankan beban biaya mahasiswa. Di sisi lain, semangat enterpreneurship mahasiswa juga didorong dari unit-unit tersebut, melalui pelatihan dan praktik bisnis secara langsung.

Dalam bidang kerjasama luar negeri, UMM terus membangun jaringan internasionalnya dengan cara menambah mahasiswa asing serta mengirim studi maupun pertukaran mahasiswa dan dosen ke luar negeri. Melalui Erasmus Mundus External Cooperation Windows Programme, UMM tahun ini akan mengirim 31 orang mahasiswa dan 7 orang dosen ke beberapa universitas di Eropa atas biaya Komisi Uni Eropa. Di Indonesia, UMM adalah satu diantara tiga universitas yang masuk dalam konsorsium ini, selain ITB dan Unair.

Dalam waktu yang sama, UMM saat ini juga sedang mendidik bahasa dan budaya Indonesia kepada 20 relawan Peace Corps asal Amerika Serikat yang akan melakukan misi sukarela di Jawa Timur. Bagi Peace Corps, Indonesia adalah negara di Asia pertama setelah sebelumnya kebanyakan misinya dilakukan di Afrika. UMM dipilih sebagai host penyelenggara pendidikan bahasa dan

budaya Indonesia.Sementara itu, program-program

kerjasama pertukaran dosen juga masih berlangsung dengan negara-negara Timur Tengah dan Australia. Melalui Australian Consortium for ‘in Country Indonesian’ Studies (ACICIS), di tahun yang ke-15 kerjasama Acicis-UMM ini, tak hanya mahasiswa asal Australia saja yang studi di UMM, tetapi juga Inggris dan Amerika Serikat. Hal tersebut menambah varian wajah multikultural mahasiswa UMM yang juga diwarnai dengan wajah Timor Leste, Malaysia dan Singapore, dan lain sebagainya. Harapannya, melalui program tersebut jangkauan kerjasama UMM dengan negara lain akan semakin meluas dan kuat.

Pencapaian prestasi dan reputasi UMM itu tidak lepas dari peran seluruh mahasiswa, staf, dosen dan para alumni UMM yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan luar negeri. Untuk itu, rektor menyampaikan ungkapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak dengan tetap memohon doa restunya agar ke depan UMM akan semakin maju lagi. Tentu saja kemajuan yang diharapkan UMM adalah kemajuan yang penuh barokah, bermanfaat bagi umat, bangsa dan negara.

Rektor juga menyampaikan ungkapan selamat kepada para wisudawan yang telah berhasil meraih gelar kesarjanaan dari UMM. Rektor berharap kepada para sarjana baru untuk dapat menyandang gelar itu dengan penuh percaya diri baik untuk bekerja atau melanjutkan studi. Sebab, tidak semua orang mempunyai kesempatan dan kemampuan kuliah serta memperoleh perguruan tinggi berkualitas sesuai keinginan. Menjadi lulusan UMM adalah sesuatu yang patut disyukuri. Selain mendapatkan pendidikan yang mencerdaskan secara intelektual, para sarjana juga mengalami pergulatan yang mendukung pembentukan kepribadian, moral, kepemimpinan dan profesionalisme.

Rektor juga berharap kepada khalayak ramai untuk memilih salah satu program studi yang ada di UMM sebagai tempat yang tepat untuk menempuh studi. UMM akan berusaha dengan sebaik-baiknya mengemban amanah pendidikan tersebut dan selalu berorientasi kepada kualitas dan menjunjung tinggi profesionalisme.

heni/Bestariheni/Bestari

Pidato Rektor pada Wisuda Periode II Tahun 2010 Program Diploma III, Sarjana Strata 1 dan Strata 2 Universitas Muhammadiyah Malng

Page 19: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

PROSESI 19BESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

Konsep acara wisuda periode ke-2 tahun 2010 UMM kali ini terbilang berbeda. Banyak hal baru yang tidak ditemukan dari wisuda-wisuda sebelumnya. Saat dikonfirmasi, Yudhi Suharsono, ketua panitia wisuda, menjelaskan persiapan wisuda sudah dilakukan baik secara internal maupun eksternal. “Persiapan terkait administrasi, pelobian tamu yang akan kita datangkan, dan koordinasi tim wisuda,” ujarnya.

Menurut pria ramah itu, dalam prosesi wisuda kali ini, konsep yang dihadirkan berbeda dengan wisuda periode sebelumnya. “Untuk menyambut dan memeriahkan wisuda kita bekerjasama dengan teman-teman yang biasa berwirausaha lewat pasar minggu UMM,” jelasnya.

Konsep lain yang disajikan dalam wisuda yakni akan ditrampilkan profil mahasiswa UMM yang berprestasi (Mawapres). “Sebagai bukti kalau UMM banyak mahasiswanya yang berprestasi,” tambahnya.

Pasar “Dadakan” Ramaikan Wisuda Wisuda dinilai sebagai momen tak terlupakan. Kesan tersebutlah yang ingin didapatkan para wisudawan dan keluarganya. Oleh karena itu, Kampus Putih juga ingin memfasilitasi agar acara yang ditunggu-tunggu selama menjadi mahasiswa itu juga penuh kesan.

Kepala bagian perlengkapan dan rumah tangga, Alfan Effendi, mengungkapan sebenarnya tidak ada persiapan khusus untuk menyambut wisuda bulan Mei nanti. Karene sudah menjadi agenda rutin empat kali setahun, UMM sudah mempersiapkan segala sesuatu yang perlu dipersiapkan.

Alfan menyebutkan pihaknya sudah menyiapkan toga sesuai kebutuhan. Sementara itu, alat-alat perlengkapan lainnya sejauh ini sudah disiapkan oleh pihak pengelola Dome, seperti meja, kursi, sound system, dan sejenisnya.

Personil yang bertanggungjawab terhadap kelancaran wisuda kali ini

Berdayakan Masyarakat, Wakili Peran EO

berjumlah 36 terdiri dari 26 pegawai tetap dan 13 orang pegawai kontrak. Alfan mengungkapkan, UMM tidak sampai harus menyewa jasa EO (event organizer) karena sumberdaya yang ada sudah bisa dimaksimalkan. “Yang meng-handle semua kegiatan perlengkapan ya 36 personil itu saja. Untuk personil yang dari pegawai tetap diambil dari keseluruhan jumlah personil bagian perlengkapan UMM sendiri, sedangkan pegawai kontrak diambil dari orang-orang luar UMM, yaitu seluruh penjuru kota di Malang Raya,” ungkap Alfan.

Koordinator perlengkapan wisuda sekaligus kepala pengelola Unit Dome, Hari Eko Meiyanto, menambahkan acara wisuda meski dilaksanakan empat kali dalam setahun tetapi persiapan selalu bisa dilakukan dengan baik. “Kami selalu melakukan evaluasi sehingga bisa memberikan pelayana yang maksimal baik bagi kampus maupun wisudawan,” pungkasnya. mg_fik

Serba-serbi WisudaSerba-serbi Wisuda

Sementara itu, Yudhi juga mengung kapkan ada beberapa undangan yang akan dihadirkan di antaranya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh, pengurus persya-rikatan Muhammadiyah, per waki lan Kopertis VII Jawa Timur, Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Malang, dan

Pemda Kabupaten Malang. Menurut lulusan Magester

Psikometri UGM Yogyakarta tersebut, alasan mendatangkan menteri ESDM selain sudah menjadi agenda rutin kampus mendatangkan tokoh dalam acara wisuda juga untuk meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) UMM. mg_rif

UMM ingin meyambut semua tamu yang hadir pada acara wisuda. Penyambutan tamu harus dipersiapkan dan dilakukan dengan baik, termasuk bagi para orangtua yang membawa anak kecil.Salah satu ide baru yang diusung untuk turut memeriahkan wisuda adalah adanya arena bermain bagi anak-anak.

Ketika acara wisuda, anak-anak kecil tidak diperkenankan memasuki ruangan. Oleh karena itu, perlu adanya fasilitas bagi mereka dan orangtua agar kehadiran mereka menyenangkan dan tetap aman seperti diungkap salah satu dosen Psikologi sekaligus koordinator arena permainan, Ari Firmanto. “Anak-anak kecil yang ada di luar arena wisuda itu bisa kita ajak berkeliling area kampus,” tutur Ari.

Secara teknis, panitia wisuda akan menyiapkan sebuah arena tempat bermain anak di Pintu C, UMM Dome yang dilengkapi layar LCD agar orangtua bisa mengawasi anak-anaknya ketika bermain. Salah satu pihak yang dipercaya untuk menyukseskan jalannya fungsi arena bermain adalah tim Bimbingan Konseling yang dikenal sudah terbiasa dan familiar mendampingi

anak-anak.Pengenalan UMM pada para

anak kecil tersebut diharapkan mampu menancapkan wawasan dan kesan mendalam bagi mereka, sehingga mereka akan senantiasa ingat dan rindu ingin kembali menginjungi UMM kelak jika sudah dewasa. “Karena tidak mungkin mengenalkan UMM pada anak-anak kecil dengan memaparkan cara pengajaran atau hal yang terkait, maka salah satunya dengan

Tak Boleh Masuk, Siapa Takut?

mewadahi keceriaan mereka,” papar sosok yang gemar travelling tersebut.

Selain arena bermain, disiapkan juga kereta kelinci yang bisa membawa para orangtua dan anak kecil berkeliling kampus. Adanya fasilitas kereta keli ling tersebut juga dimaksudkan agar para orangtua tidak hanya meng enal acara wisuda UMM saja, tetapi juga tahu dan mengenal UMM secara kese luruhan sebagai tempat putra-putri mereka selama ini menimba ilmu. ans

Tiap kali acara wisuda diselengga-rakan, keberadaan Korp Sukarelawan (KSR) PMI UMM tak bisa ditinggal di belakang. Unit yang bertanggung jawab terhadap perkara medis dalam ‘acara triwulan’ universitas tersebut selalu disiagakan dan berada di garda depan. Terbukti, 18 pasukan KSR siap diturunkan pada wisuda kali ini.

Ketua umum KSR PMI UMM, Faidul Baqi, menjelaskan secara struk tu ral KSR memiliki badan yang disebut Operasional dan Pengabdian Masyarakat (Opdimas). Badan terse-but berwenang untuk menunjuk dan memetakan pasukan KSR yang akan terlibat di lapangan.

Sejak pertengahan tahun 2008, tim KSR memang tak lagi menjadi menjadi satu-satunya petugas keseha-tan di acara wisuda. Panitia mulai melibatkan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk membantu fungsi KSR walaupun tetap satu komando di bawah KSR.

Tugas tim tersebut pun tak sedikit mulai dengan pada awalnya memantau medan, memastikan adanya ambulance dan ruang keseha-tan yang layak. Semua itu bertujuan memudahkan evakuasi. Baik pintu A maupun B telah disediakan ambulance dan ruang evakuasi sebagai antisipasi

Kerahkan Pasukan Kesehatan di Garda Depan

keadaan darurat sementara itu, pasukan juga disebar di tiap tribun lengkap dengan kotak berisi peralatan medis.

Faid menuturkan penanganan terhadap pasien tak memungkinkan semua dimobilisasi ke ruang keseha-tan. Pasukan harus bisa membedakan yang perlu dimobilisasi dan yang tidak. Itu dilakukan karena menye-suaikan medan yang ada. Jika memang gangguan medis ringan, cara yang diambil adalah psikoterapi, yaitu mela kukan pendekatan humanis pada pasien seperti mengajak bicara untuk mengalihkan rasa sakitnya.

Selain itu, KSR juga membantu para keluarga wisudawan yang berusia lanjut dan turut serta dalam acara wisuda. Umumnya, mereka meng alami kendala takut ketinggian ketika harus naik ke tribun. Di sini, peran KSR adalah mengarahkan dan mendampingi mereka. Semen-tara itu, pada wisudawan tak banyak ditemukan kendala yang berarti. “Meski begitu kami harus tetap berjaga. Pengalaman kami waktu itu pernah menemukan dan mela kukan pertolongan pertama pada wisu-dawati yang akan melahirkan,” ujar maha siswa jurusan Manajemen itu.

ans

Padat Pengunjung: Sanak saudara para wisudawan penuhi bazar wisuda di area parkir utama sepeda motor Kampus III.

Area si Kecil: Panitia tidak melupakan nasib anak-anak yang tidak bisa masuk ke area wisuda. Tersedia area bermain bagi mereka untuk menunggu hingga acara selesai digelar.

Sigap: Tim KSR-UMM selalu siap membantu siapapun yang membutuhkan pertolongan medis saat prosesi wisuda.

FAKULTAS NAMA MAHASISWA/PRODI IPK

Agama Islam Muhammad Erfan Riadi, S.Sy.Syariah 3.67

Ilmu Sosial dan Poli k Yusuf Adam Hilman, S.IP.Ilmu Pemerintahan 3.68

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Andi Istanto, S.Pd.Pendidikan Pencasila dan Kewarganegaraan (PPKn) 3.82

Hukum Indah Puspita Sari, S.H.Ilmu Hukum 3.86

Teknik Novani Annisa Pangestu, S.T.Teknik Industri 3.71

Ekonomi Dian Edi Sasongko, S.E.Akuntansi 3.95

Ekonomi (Program D-III) Yulianto, A.Md.D-III Keuangan dan Perbankan 3.82

Pertanian dan Peternakan Ikbal Huda, S.Pt.Produksi Ternak 3.55

Psikologi Irma Aprilia Rijayan , S.Psi.Psikologi 3.71

Kedokteran Lessyana Yulita, S.Ked.Pendidikan Dokter 3.32

Program Sarjana Strata Dua (S-2) Saadih Sidik, M.Pd.Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan 3.84

FAKULTAS NAMA MAHASISWA/PRODI IPK

DAFTAR WISUDAWAN TERBAIK TINGKAT FAKULTASUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

heni/Bestariheni/Bestari

heni/Bestariheni/Bestari

internet.netinternet.net

Page 20: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

IPTEK20 BESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

Usaha pemerintah me-ning katkan sektor in-dustri mau pun sek tor pertani an ber tujuan untuk meningkat-

kan taraf hidup serta kesejahteraan masya rakat, akan tetapi di samping tujuan tersebut maka perlu dipikirkan bahwa meningkatnya sektor industri juga akan meningkatkan efek samping yang berupa limbah. Limbah tersebut dapat berupa limbah padat, limbah cair maupun limbah gas. Untuk mengurangi hal tersebut, maka perlu diupayakan alternatif pemanfaatan limbah dengan melihat kandungan dari limbah agar bisa dimanfaatkan dengan tepat.

Salah satu limbah yang saat ini banyak dijumpai adalah limbah nata de coco, karena nata de coco sudah banyak diproduksi baik pada industri besar maupun industri rumah tangga. Limbah nata de coco mengandung Asam asetat yang cukup tinggi yaitu sebesar 8.25 %. Asam asetat bisa dimanfaatkan sebagai bahan penggumpal pada pembuatan tahu.

Tahu sangat digemari oleh masya-rakat Indonesia. Pada umum nya tahu di Indonesia mengandung protein nabati karena tahu terbuat dari bahan yang berasal dari tumbuhan. Dalam meningkatkan konsumsi protein hewani, maka perlu diupayakan pembuatan tahu yang berasal dari hewan, salah satunya adalah dengan menggunakan susu sapi.

Pada proses pembuatan tahu, bahan penggumpal yang digunakan bermacam-macam, di antaranya adalah air jeruk, asam laktat, enzim bromelin, enzim papaya, dan asam asetat. Menurut Standard Industri Indonesia (SII) syarat mutu tahu adalah kadar protein minimal 9 %, kadar abu maksimal 1 %, bau rasa dan keadaan normal.

Penelitian yang dilakukan oleh Handoko (1998) pada tahu susu kambing pada suhu 60 °C dan konsentrasi koagulan nanas yang berbeda-beda yaitu 12 ml, 14 ml, 16 ml dan 18 ml menghasilkan kualitas gizi tahu susu terbaik pada konsentrasi 14ml yaitu kadar protein 36.15 %, kadar abu 3.53 %. Penelitian kedua dengan menggunakan papaya yaitu dengan konsentrasi koagulan papaya 11 ml, 13 ml, 15 ml tiap 100 ml, menghasilkan kualitas gizi terbaik pada konsentrasi 15 ml, yaitu kadar protein 43.36 %, kadar abu 2.28 %. Kedua hasil penelitian ini belum sesuai dengan syarat mutu yang telah ditentukan oleh SII, yaitu kadar abu maksimal 1 % dan juga belum meneliti tentang organoleptik.

Adanya perbedaan dan ketidakse-suaian hasil di atas disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah jenis penggumpal dan konsentrasi penggumpal yang digunakan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wang (1984), bahwa mutu tahu susu dipengaruhi oleh jenis dan

Bikin Tahu dari Limbah Nata De Coco

konsentrasi bahan penggumpal, suhu penggumpal, dan kandungan protein susu.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti berusaha untuk memper-baiki kualitas tahu susu dengan cara menggunakan konsentrasi koagu-lan yang optimal sehingga dapat dihasilkan tahu susu yang sesuai dengan syarat mutu yang telah dite-tap kan oleh SII. Penelitian sebelum-nya juga belum menunjukkan indi-kator gizi lainnya yaitu dari segi organoleptik (bau dan rasa) tahu susu sesuai dengan syarat mutu yang ditetapkan SII. Maka untuk penelitian selanjutnya akan diteliti mengenai kadar protein, kadar abu, dan organoleptik bau dan rasa. Hal ini karena konsentrasi koagulan yang berbeda akan berpengaruh pada pH susu yang tidak hanya mengubah dan mengendapkan protein akan tetapi juga mengendapkan garam-garam mineral (abu), kandungan laktosa susu dan menyebabkan oksidasi lemak yang kemudian berpengaruh pada kadar abu dan organoleptik tahu susu.

Sebelum beranjak lebih jauh, perlu disampaikan beberapa penjelasan mengenai beberapa komponen yang nanti akan digunakan, seperti nata de coco. Nata de coco merupakan hasil fermentasi air kelapa dengan bantuan mikroba Acetobacter xylinum, yang berbentuk padat, berwarna putih, transparan, berasa manis dan bertekstur kenyal. Dalam pembuatan nata de coco diperlukan asam asetat atau asam cuka untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99.8 %). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman

yang diinginkan yaitu pH 4.5 – 5.5 dibutuhkan dalam jumlah banyak.

Limbah usaha nata de coco adalah limbah cair yang asam baik bau maupun rasa. Limbah ini tidak membahayakan walaupun pengolahan limbah dilakukan dengan proses yang sederhana seperti menyaring, memanaskan dan menyaring ulang.

Setelah melakukan beberapa ujicoba kualitas tahu susu (kadar protein, kadar abu, dan organoleptik) kemudian dilanjutkan dengan analisis data di lab, didapati beberapa hasil sebagai berikut:

Kadar Protein Menurut syarat mutu untuk tahu

yang telah ditetapkan SII untuk kadar protein yang dianjurkan dalam tahu adalah minimal 9 %. Pada penelitian ini kadar protein pada setiap perlakuan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh SII, akan tetapi perlakuan terbaik terdapat pada konsentrasi limbah cair nata de coco 40 % dengan kadar protein 18.12 %. Konsentrasi limbah cair nata de coco 40 % ini kadar proteinnya menempati urutan tertinggi.

Hasil perolehan kadar protein terbaik pada penelitian ini jauh berbeda bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handoko (1998) pada tahu susu dengan suhu 60 ºC dan konsentrasi koagulan nanas menghasilkan kadar protein tahu susu terbaik pada kon-sen trasi 14 ml yaitu kadar protein 36.15 %. Penelitian kedua dengan menggunakan papaya, menghasilkan kadar protein terbaik pada konsentrasi 15 ml, yaitu kadar protein 43.36 %. Hal ini karena penelitian sebelumnya menggunakan susu kambing yang mana kadar proteinnya lebih tinggi dibanding susu sapi.

Kadar AbuMenurut syarat mutu untuk tahu

yang telah ditetapkan SII untuk kadar abu yang dianjurkan dalam tahu adalah maksimal 1 %. Pada penelitian ini perlakuan terbaik terdapat pada konsentrasi 45 % yaitu 0.77 % atau 0.77 mg/g. Nilai kadar abu berlawanan dengan konsentrasi limbah cair nata de coco semakin tinggi konsentrasi limbah cair nata de coco maka kadar abu akan semakin rendah. Hal ini diduga karena pada konsentrasi tinggi penggumpalan protein susu tidak diikuti oleh garam-garam mineral seperti fosfor dan kalsium.

Hal ini dikarenakan jika kita menambahkan asam ke dalam susu, kalsium dan fosfor makin lama makin menghilang, sampai pada titik isoelektrik pada pH 4.6, kasein sama sekali tidak mengandung garam mineral (abu). Penggumpalan susu dikendalikan oleh pH, partikel casein (protein) berada pada titik isoelektris pada pH 4.6. Pada pH tersebut afinitas partikel terhadap air menurun dan oleh karenanya akan terjadi pengendapan disertai dengan melarutnya mineral yang semula terikat pada protein secara berangsur-angsur. Pada titik isoelektrik pH 4.6 – 4.7, casein diendapkan sehingga bebas dari semua garam-garam organik (abu).

Uji Organoleptik Cita rasa sebagian besar bahan

pangan biasanya tidak stabil yaitu dapat mengalami perubahan selama dalam penanganan, pengolahan dan penyimpanan. Hal ini akan menyebabkan tingkat kesukaan yang berbeda-beda terhadap produk olahan. Secara subyektif cita rasa makanan dapat diamati dengan cara organoleptik.

- BauHasil analisis ragam menunjukkan

bahwa bau tahu susu dengan men-ggunakan berbagai konsentrasi lim-bah cair nata de coco yang berbeda akan diperoleh hasil yang berbeda nyata. Pada penelitian organoleptik bau, tahu susu yang dihasilkan memiliki bau yang khas susu sapi

Judul Penelitian : Pengaruh Berbagai Konsentrasi Limbah Cair Nata De Coco Terhadap Kualitas Tahu Susu

Peneliti : Erik Priska WiyantinaFakultas/Prodi : FKIP/BiologiTahun Penelitian : 2010Dosen Pembimbing : Dra. Iin Hindun,M.Kes. Dr. H. Moch. Agus Krisno B., M.Kes

Biodata Penelitian

dan sedikit khas bau dari limbah cair nata yang masih segar karena tidak menggunakan flavour apapun. Pada perlakuan konsentrasi limbah cair nata de coco 40 % ini para panelis lebih berminat disebabkan karena tekstur tahu susu yang baik dibanding perlakuan menggunakan limbah cair nata de coco yang lainnya.

- RasaHasil analisis ragam menunjukkan

bahwa rasa tahu susu dengan meng-gunakan berbagai konsentrasi limbah cair nata de coco yang berbeda akan diperoleh hasil yang berbeda nyata.

Organoleptik rasa tahu susu dengan menggunakan konsentrasi limbah cair nata de coco yang berbeda, didapat skor tertinggi kesukaan pane-lis terhadap rasa tahu susu adalah penggunaan konsentrasi limbah cair nata de coco 40 % yaitu 4.04. Pada konsentrasi limbah cair nata de coco yang optimal maka rasa tahu susu menurut panelis juga optimal, dan rasanya menurun pada konsentrasi kurang atau lebih dari 40 %.

Dari rekapitulasi dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tahu susu yang dibuat dalam penelitian ini sudah memenuhi syarat mutu yang ditetapkan oleh SII. konsentrasi limbah cair nata de coco yang optimal pada tiap indikator berbeda-beda. Pada pengamatan nilai kadar protein perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan limbah konsentrasi 40 %. Untuk nilai kadar abu perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan limbah konsentrasi 45 %. Untuk organoleptik bau perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan kontrol dengan cuka 7.4 %. Untuk organoleptik rasa perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan limbah konsentrasi 40 %. Dalam pembuatan tahu susu selanjutnya maka sebaiknya menggunakan kon-sen tra si limbah cair nata de coco 40 % saja, karena pada konsentrasi limbah cair nata de coco 40 % nilai gizi atau kualitas tahu susu paling tinggi dan sudah berada pada kisaran mutu yang telah ditentukan oleh SII.

Kelebihan dari penelitian ini terletak pada pengamatan kualitas yang dilihat berdasarkan konsentrasi koagulan (limbah cair nata de coco) tiap 0.5 %, sehingga perkembangan kualitas dapat dilihat secara bertahap. Indikator yang diamati pada penelitian ini juga tergolong lengkap mulai dari kadar protein, kadar abu, organoleptik bau sampai organoleptik rasa.

Kelemahan dari penelitian ini adalah pada hasil uji organoleptik bau. Pada hasil penelitian didapat bahwa uji organoleptik bau tahu susu terbaik adalah perlakuan kontrol, akan tetapi perolehannya hampir sama dengan perolehan pada perlakuan konsentrasi 40 % sehingga perlu kajian ulang mengenai uji organoleptik bau tahu susu pada penelitian selanjutnya dan juga pada sisi mikrobiologi yang belum diteliti. Sehingga bagi peneliti selanjutnya perlu diuji mengenai mikrobiloginya sehingga bisa diketahui pada konsentrasi limbah cair nata de coco berapa yang paling banyak disukai.

Data diolah oleh: Zakiya Al KhalimD t di l h l h Z ki Al Kh li

Page 21: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

KONSULTASI 21

BKBH

Konseling

BiroNurani

Tim UPT BKMasjid AR Fachruddin Lantai I Kampus III UMM Penanggungjawab rubrik: Hudaniah, M.Si., P.si.

[email protected] : 0341-464318 ext 180

BESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

Mbak langsung saja kepada permasala-hannya. Saya adalah mahasiswi semester akhir yang memiliki permasalahan dengan pacar saya sebut saja dia MR, yang menurut saya dia tidak terbuka tentang permasalahan yang dia hadapi. Hubungan kami sudah bertahan selama 3 tahun dan kami berencana untuk melanjutkan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius.

Namun selama 3 tahun hubungan ini berjalan, MR masih saja tertutup dengan masalah yang dia hadapi. Sebagai contoh jika saya ada masalah saya selalu cerita kepada MR, tapi hal ini tidak pernah MR lakukan. Saking geregetannya saya dengan MR, saya pernah bilang berulangkali ke dia sebagai ungkapan kekesalan saya “kalau kamu memang kurang percaya jika membicarakan tentang masalahmu, kamu lebih baik cerita sama orang yang kamu percayakan supaya beban yang ada di diri kamu bisa berkurang,” dan MR hanya mengiyakan saja.

Kejadian ini berselang terus menerus hingga pada suatu hari saya bertemu dengan KM yang menjadi partner kerja di salah satu instansi tempat saya magang, pertama kali saya melihat KM adalah sosok teman dan partner yang bisa diajak bekerjasama dan enak diajak ngobrol. Suatu ketika KM curhat masalah pribadinya, keluarganya dan segala hal kepada saya dan saya pun menceritakan masalah saya kepadanya, padahal pada saat itu KM baru kenal saya 3 bulan.

Dalam benak saya jadi terbesit pemikiran “kenapa KM yang baru kukenal hanya beberapa bulan saja, dia langsung cerita kepada saya tentang kehidupan keluarganya yang begitu amburadul, sedangkan MR yang menjadi pacar aku selama 3 tahun tidak pernah menceritakan isi hatinya kepada saya, apakah aku masih dianggap sebagai pacarnya atau tidak,”.

Selang beberapa lama kemudian setelah KM mengungkapkan curhatnya kepada saya, dia menyatakan suka kepada saya, permasalahannya di sini adalah apakah saya salah ketika nantinya saya memilih KM untuk jadi teman hidup saya daripada pacar saya yang sudah saya lakoni selama 3 tahun? Karena saya berpikir dan mempertimbangkan juga untuk apa saya memilih teman hidup yang tidak bisa untuk diajak berbagi masalahnya kepada saya. Trimakasih atas perhatiannya.

Shine

Pilih Pacar atau Rekan Kerja?

BK :Kepada mbak Shine,Kadang memang ada suatu dimana

seseorang itu tidak bisa menceritakan apa yang dia alami, bisa saja dia kurang bisa mengungkapkan masalahnya kepada orang lain sebagaimana kepribadiannya yang tertutup atau bisa juga memang waktunya kurang mendukung untuk membicarakan hal itu.

Apakah disini sudah membicarakan dengan MR tentang keluhan yang selama ini anda rasakan sampai anda mengeluarkan statemen “kalau memang MR kurang percaya dengan anda dalam bercerita masalah dia, lebih baik MR bercerita kepada orang lain yang dia percayai”. Karena hubungan anda yang terjalin selama ini memang terjalin cukup jauh hingga menjurus kepada jenjang yang serius lagi. Bisa saja dalam kurun waktu selama tiga tahun memang pacar anda tidak mempunyai suatu masalah yang membuat dia terpuruk dan bisa jadi MR dapat memecahkan masalahnya sendiri tanpa harus melibatkan anda dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Untuk masalah apakah anda salah nantinya memilih KM sebagai teman hidup anda yang bisa dikatakan butuh waktu singkat saja untuk mengenal dia karena KM sudah menceritakan segala sesuatunya kepada anda.

Terlepas dari pilihan salah atau benar tadi, saya yakin anda mempunyai suatu pertimbangan yang matang untuk memilih akan hal itu, apalagi untuk menjadi teman hidup selamanya dan pasti membutuhkan banyak pertimbangan yang baik, tidak hanya memilih seseorang itu karena dia enak untuk diajak sharing namun juga pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhitungkan dalam memilih pasangan hidup.

Tapi setelah anda yakin dengan pilihan anda, jangan sampai anda menyesal dengan pilihan yang anda pilih. Semoga dengan penjelasan diatas anda dapat mempertimbangkan segala sesuatunya dengan lebih baik setelah anda memilih di antara dua pilihan, seperti nama anda saat ini yang artinya bersinar dengan terang untuk menghadapi hidup yang lebih baik.

Assalamualaikum Wr. WbPengasuh Rubrik Konsultasi

Hukum yang saya hormati, Saya RM dari Malang. Saya mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta terkemuka di Kota Malang yang juga berprofesi sebagai presenter/MC, Saya ingin menanyakan permasalahan yang saat ini sedang saya hadapi.

Pada pertengahan Maret yang lalu saya diminta untuk menjadi MC pada acara konser band terkemuka yang diadakan oleh salah satu Event Organizer (EO) di Malang, sedang penanggung jawab EO tersebut kebetulan masih sahabat saya sendiri, sebut saja MH. Setelah saya menyatakan persetujuan untuk menjadi MC acara tersebut, saya meminta kepada MH untuk membuat draft kontrak kerja dengan saya. MH kemudian menyerahkan draft kontrak tersebut kepada saya, namun karena kesibukan MH mempersiapkan acara tersebut, draft kontrak kerja yang seharusnya ditandatangani, belum sempat ditandatangani hingga saat ini. Awalnya saya tidak memiliki kecurigaan apapun terhadap MH karena dia sahabat saya, dan sayapun

Mangkir Bayar Honortelah melaksanakan tugas saya hingga selesai.

Setelah acara usai, saya menemui MH untuk meminta hak atas pembayaran honor saya. Alangkah terkejutnya saya mendengar MH mengatakan bahwa ada kesalahan dalam tubuh EO tersebut, dan saya diminta untuk bersabar menunggu pembayaran sampai batas waktu yang tidak di tentukan. Saya tentu saja merasa dibohongi oleh MH, Saya telah beberapa kali mencoba menghubungi MH untuk membayar honor saya. Namun MH tetap berkelit dengan berbagai alasan dan terus meminta saya untuk bersabar.

Pengasuh yang saya hormati, yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana cara menuntut hak saya sedangkan bukti yang saya miliki hanya sebuah draft perjanjian yang belum disertakan tanda tangan dan hanya bermodalkan perjanjian tidak tertulis? Adakah langkah hukum yang dapat saya tempuh untuk menyelesaikan permasalahan ini? Perlu pengasuh ketahui bahwa uang honor tersebut rencananya akan saya gunakan untuk menambah biaya kuliah saya. Demikian, atas saran dan jawaban pengasuh

saya sampaikan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

BKBH:Wa’alaikum Salam Wr.Wb

Saudara RM yang kami hormati, kami turut prihatin atas permasalahan yang anda hadapi. Dari kronologi kasus yang telah anda uraikan, perlu kami sampaikan bahwa dalam kasus ini posisi anda secara hukum sangat lemah. Hubungan kerja anda dengan EO hanya dilandasi perjanjian lisan saja, Anda tidak memiliki bukti formil berupa kontrak kerja dengan EO. Namun demikian anda masih dapat memperjuangkan hak anda.

Langkah pertama yang harus anda lakukan adalah menjalin komunikasi intensif dengan MH. Hubungan persahabatan anda dengan MH bisa dijadikan jembatan untuk melakukan negosiasi agar EO yang dipimpin MH melaksanakan kewajibannya. Anda juga harus bersikap lebih fleksibel memberikan tenggang waktu kepada EO untuk membayar honor anda.

Kemudian minta MH untuk menandatangani Draft perjanjian kerja yang tanggalnya dibuat mundur, langkah ini mungkin bertentangan dengan prinsip hukum namun lebih

efektif. Selanjutnya minta MH untuk membuat per-nyataan yang berisi peng akuan MH atas kelalai annya dan per nyataan k e s a n g g u p a n membayar honor anda hingga teng-gang wak tu yang anda tentu kan. Doku men-doku men diatas kelak dapat anda jadi-k a n a l a t b u k t i

pada

saat anda meng ajukan gugatan perdata terhadap MH apabila ia mengingkari surat per nyataannya/wanprestasi.

Apabila langkah-langkah nego-siasi di atas tidak berhasil ditempuh, anda bisa mengambil langkah hukum

“Bila engkau pulang ke alam baka tidak membawa cukup bekal taqwa sementara kau lihat orang lain membawanya kau akan menyesal karena kau tidak seperti mereka.Mereka mempunyai persiapan sedang engkau tidak memilikinya”

Dunia, tidak sedikit orang yang terpesona denganmu, tetapi ada juga orang yang tertangis-tangis karenamu. Oh, dunia, akan dibawa kemanakah manusia ini, apakah akan kekal di dalamnya atau untuk sementara sajakah? Dunia, mengapakah ada orang yang merumpamakan sebagai bangkai, sehingga berebut-rebutlah binatang buas untuk menikmatinya? Bahkan, ada yang merumpamakan dunia sebagai ‘bukit emas’ yang diperebutkan oleh banyak orang dengan berbagai tingkah-polahnya untuk memperoleh emas sebanyak-banyaknya. Oh, dunia, betulkah di dalam kehidupan ini penuh dengan tipu daya beraneka-warna, dan bagaimanakah agar manusia dapat selamat dari tipu daya itu? Oh, dunia, apakah gerangan yang diperebutkan manusia dalam hidup dan kehidupan ini?

Entah telah berapa banyak orang yang hanyut dalam lembah kehidupan dunia, dia berkhayal terus, bekerja tanpa mengenal waktu, umurnya tidak diperhitungkannya dalam memperebutkan sesuatu yang belum tentu dapat dimakannya, dipakainya dan didiaminya, sehingga hidupnya hampa dan merugi. Manusia semuanya ingin hidup bahagia, tetapi sebagiannya dengan cara yang salah dalam mengartikan dan mencari bahagia itu. Karena itu, dia belum juga mengenyam kebahagiaan yang diinginkannya itu. Disadari atau tidak disadari, sesungguhnya manusia memiliki kecenderungan untuk selalu mencari kesenangan, mencari harta sebanyak-banyaknya, mencari prestasi setinggi-tingginya, mencari jabatan dan kekuasaan dengan menggunakan rasio bukan hati nurani.

Coba bayangkan, ketika ada orang menawari anda dengan mengajukan pertanyaan, maukah anda saya beri uang 5 juta dengan syarat anda harus meninggalkan satu waktu sholat saja? Tentu saja anda akan memberikan jawaban agak sedikit lama, karena yang jalan adalah rasio bukan hati nurani yang memiliki nilai iman yang tinggi. Ini artinya, hampir setiap manusia cenderung untuk mengambil kesenangan dunia yang bersifat sementara, dan tidak mempedulikan kesenangan akherat yang kekal. Atau, ini terjadi karena dalam hati manusia tidak ada keyakinan bahwa kehidupan akherat itu sangat jauh lebih baik dari kehidupan dunia.

Padahal, Allah SWT telah memperingatkan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 38, “bahwa kenikmatan hidup di dunia ini hanyalah sedikit dibandingkan dengan kenikmatan akherat”. Al-Qur’an surat Al-A’la ayat 17 lebih mempertegas lagi, “bahwa kehidupan akherat itu lebih baik dan lebih kekal”. “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akherat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu”, demikian Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hadid ayat 20. Tentang dunia ini, Rasulullah SAW bersabda: “Bagiku dunia tidak lain hanyalah laksana seorang pengembara yang beristirahat di bawah sebatang pohon kemudian beranjak meninggalkannya” (At-tirmidzi dan Ibnu Majjah). Jadi, dunia ini sesungguhnya sebagai panggung sandiwara yang sangat singkat keberadaannya, tetapi kenapa banyak manusia yang gandrung pada dunia, bukan pada akherat.

Sulit rasanya untuk meninggalkan cinta dunia dan beralih cinta akherat, kecuali orang-orang yang zuhud terhadap dunia, dan zuhud terhadap dunia tidak akan berhasil kecuali setelah memiliki 3 keyakinan, yakni: (a) Yakin bahwa dunia sebagai sesuatu yang akan ditinggalkan, penuh dengan perangkap-perangkap kenikmatan dan kesusahan; ia diciptakan Allah hanyalah sebagai batu loncatan menuju akherat. (b) Yakin bahwa semua manusia pasti akan menuju akherat untuk mengisi tempat yang sudah disediakan Allah, yaitu surga dan neraka. (c) Yakin bahwa kenikmatan yang paling puncak di dunia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan kenikmatan di surga; begitu pula kepedihan yang paling dahsyat di dunia tidak ada seujung kukunya kepedihan di neraka. Disinilah pentingnya belajar memahami dunia, semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk pada kita, sehingga tidak terjerembab dalam lumpur dunia. Amin.

Abdullah Masmuh

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Belajar Memahami Dunia

dengan melaporkan MH kepada pihak Kepolisian. Tindakan MH memin ta anda untuk menjadi MC dan men janjikan sejumlah uang seba gai honor, yang ke-nya taannya hanya bohong belaka, jelas

meme nuhi unsur tindak pidana penipuan seba gaima-

na diatur dalam pasal 378 KUHP. Namun dengan

anda memilih jalur pidana, anda tidak akan

mendapatkan hak anda.Demikian jawaban dari kami,

semoga dapat membantu menyele-saikan permasalahan yang sedang

menimpa anda.Wa s s a l a m u

’alaikum Wr. Wb.

Tim UPT BKBHMasjid AR Fachruddin Lantai I Kampus

III UMM

[email protected] : 0341-464318 ext 193

Page 22: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

BESTARI OPINI22Corak

No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

Setiap kali usai prosesi wisuda, selalu timbul konflik dalam diri sarjana apakah ia akan pulang kampung ataukah terus merantau

ke kota besar. Jika pulang kampung tentu membahagiakan karena dekat dengan keluarga tetapi kalau merantau ke kota besar asumsinya peluang kerja juga lebih besar.

Terkait asumsi bahwa kota besar menyediakan peluang kerja lebih besar, secara logika dapat diterima dengan mudah. Pertumbuhan ekonomi antara kota besar (kosmopolitan dan urban) dengan kota kecil (rural) yang umumnya ada di daerah luar jawa sangatlah besar timpangnya. Investasi dan peluang kerja akhirnya terpusat pula di kota-kota besar, sementara di daerah hanyalah kaisan sisanya. Sementara itu kalaupun berniat wirausaha, para sarjana juga melihat bahwa peluang wirausaha di kota besar juga jauh lebih besar. Hal ini juga sekali lagi berkaitan dengan ketimpangan pertumbuhan ekonomi antara kota besar dan kota kecil.

Namun berbicara bagaimana terjadinya dan bagaimana mengatasi ketimpangan ekonomi tersebut biarlah para ekonom bersama birokrat yang memikirkannnya. Lebih menarik bagi saya adalah menyelami hal-hal lain yang mungkin ada di fikiran para sarjana tersebut (termasuk saya) mengapa mereka enggan pulang kampung dan “membangun daerah”.

Alasan pertama adalah soal harga diri (self esteem) sebagai seorang sarjana yang tentunya membangun konsep diri sebagai sosok yang “harusnya” sukses dan mandiri. Oleh karena itu, diasumsikan, akan memalukan apabila setelah menjadi sarjana ternyata pulang kampung dan kembali lagi tinggal menumpang hidup pada orang tua. Lebih baik tinggal di kost yang sempit dan makan lauk seadanya di kota rantau, baik sudah kerja ataupun masih mencari kerja, daripada pulang kampung dan selalu dilihat tidak mandiri karena masih menumpang orang tua..

Alasan kedua juga menyangkut harga diri

Sarjana Pulang KampungOleh :

M. Salis Yuniardi, M.Psi*

(self esteem) namun berkaitan dengan konsep diri sebagai seorang dewasa yang memiliki kemerdekaan. Para sarjana umumnya berasumsi bahwa apabila pulang kampung dan tinggal lagi bersama orang tua, sebuah konsekuensi harus taat dan bersedia diatur orang tua adalah syarat mutlak karena tinggal dan menumpang makan di rumah mereka. Hal ini tentu tidak menyenangkan bagi mereka yang sudah sempat merasakan bebasnya kehidupan anak kost.

Selain kedua alasan diatas, penulis mengamati keengganan sarjana pulang kampung juga karena adanya karakteristik kepribadian tertentu yang telah dibentuk oleh dunia pendidikan dan juga pengaruh media massa.

Karakteristik pertama adalah mental kapitalis dimana mengagungkan materi dan kejayaan pribadi sebagai tolak ukur kesuksesan. Guru, buku, berita koran dan televisi, serta iklan-iklan selalu mencitrakan bahwa orang sukses adalah orang yang berhasil mencapai jabatan tertentu dan memiliki harta tertentu pula, dan itulah dikatakan arti perjuangan. Semuanya seperti lupa untuk menceritakan dan mendongengkan betapa membanggakannya menjadi seseorang yang bersedia hidup sederhana namun kaya dengan sedekah ilmu dan perjuangan membangun kampung halaman.

Karakteristik kedua adalah kurangnya mental kreatifitas, keberanian, serta daya kritis sebagai dasar dari mental wirausaha. Pendidikan mulai dari tingkat play group hingga sarjana (atau doktoral juga barangkali) terlihat selalu hanya menekankan hafalan dan ketaatan pemikiran. Di play group dan TK anak hanya ditekankan bagaimana bisa baca tulis hitung (calistung) atau hafal berapa banyak doa tanpa perduli bagamana sebenarnya tahap perkembangan intelegensi mereka yang masih operasional konkret dan juga tanpa perduli bagaimana tahap perkembangan mereka yang

sesungguhnya pada masa pembentukan karakter dasar (life skill); yang diantaranya adalah berani dan kreatif ketimbang penghapal yang baik.

Di tingkat selanjutnya juga sama, guru dan dosen mengajarkan ilmu-ilmu yang harus dihapalkan siswa atau mahasiswa karena saat ujian pasti ditanyakan dan harus dijawab sesuai apa yang tertulis di buku ataupun dikatakan dosennya. Ibu pergi ke ..... dan ayah pergi ke .... harus dijawab “pasar” dan “kantor”, atau anak akan mendapat teguran jikalau menjawab “pelacuran” dan “penjara” sekalipun realitanya memang demikian. Kesopanan status sosial namun ketidakjujuran karakter tanpa sadar telah diciptakan. “Pengembik-pengembik” yang baik layaknya kambing yang selalu seirama telah dilahirkan. Tidak ada lagi rangsangan kebebasan berfikir dan kreatifitas sehingga hasil akhirnya juga adalah para sarjana yang bermental pencari kerja dan bingung serta takut berwirausaha, terlebih untuk “membuka jalan” berjuang membangun kampung halaman.

Benarkah analisis diatas? Sekali lagi, analisis saya diatas juga hanyalah persepsi saya atas realita yang saya temui yang boleh jadi orang lain mempersepsi berbeda. Saya sendiri yang dengan sok-nya menganalisis barangkali juga termasuk salah satu “pengembik” tersebut.

Lalu? Menurut saya, biarlah para sarjana memutuskan sendiri apa yang terbaik untuk mereka sekalipun mereka juga harus mempertimbangkan bahwa jika semua sarjana enggan pulang kampung lalu siapa yang harus membangun kampung? Akankah dibiarkan kampung halaman terus merana kesepian atau dieksploitasi orang yang hanya berfikir mengeruk keuntungan tanpa perduli kesejahteraan masyarakat lokal dan kelestarian alam? Biarlah itu diputuskan para sarjana sendiri yang tentunya telah memiliki daya nalar panjang sesuai gelarnya sebagai seorang “saujana” (orang berpengetahuan). Insyaallah mereka adalah generasi yang lebih baik dari kita.

* Ketua Prodi Psikologi dan Mantan Kepala UPT Bimbingan Konseling Universitas

Muhammadiyah Malang

Nilai suatu bangsa, dalam jangka panjang adalah kumpulan nilai dari individu-individu yang terhimpun

di dalamnya.– JOHN STUART MILL –

Bursa kerja. Mendengar kata itu, mungkin yang terlintas dalam benak para fresh-graduated adalah rambu masa depan yang menjanjikan. Bagaimana tidak, hiruk-pikuknya seperti tak ubahnya pasar malam atau pasar musiman, ramai didatangi orang dari delapan penjuru mata angin—untuk membuktikan apakah masa depan berpihak pada mereka atau tidak.

Bedanya, jika di pasar malam orang menjinjing tas berisi belanjaan dengan satu tangan sementara tangan lainnya menggenggam es krim atau tangkai gula-gula, di bursa kerja kita melihat ratusan orang mendekap map berisi dokumen “persyaratan masa depan”. Di-print sebanyak beberapa puluh copy, agar bisa merajuk lebih banyak perusahaan yang menawarkan masa depan itu.

Desa. Mendengar kata yang ini, ratusan ribu atau lebih sarjana seolah justru menutup mata dan telinga. “Apa yang bisa diharapkan di desa?,” itu pertanyaan mereka. “Peluang di sana kecil,” itu alasan pertanyaan mereka.

Berbicara tentang “peluang”, masa perkuliahan yang kita tempuh selama minimal empat tahun seharusnya mampu membentuk pola pikir yang lebih positif. Bukan semata mengikuti konvensi, atau menduplikasi stereotip-stereotip yang pincang kebenarannya.

Peluang adalah kesempatan. Seorang siswa SMA hanya berpeluang lulus Ujian Akhir Nasional (UAN) jika ia mengikuti ujian negara tersebut. Seorang atlet berpeluang memenangkan olimpiade jika ia telah berlatih keras dan mampu memperhitungkan kemampuan lawannya. Kita bergerak membentuk peluang, bukan sebaliknya.

Mari sejenak merenung. Berapa banyak alumni pertanian di Indonesia yang memilih bekerja sebagai karyawan di kantor konsultan pertanian di kota-kota besar daripada menjadi konsultan bagi petani di kampung halamannya sendiri? Padahal, puluhan bahkan ratusan hektar sawah di daerahnya belum tergarap secara serius.

Ingin bukti? Berdasarkan rekapitulasi lahan tidur yang dirilis Badan Pertanahan Nasional pada 1998—belum ada informasi yang lebih baru mengenai hal itu—menyebutkan, total lahan tidur di 26 provinsi di Indonesia adalah 1.132.018,82 ha, dan 1.026.124,80 ha (90,64 persen) diantaranya adalah lahan pertanian. Wajar jika akhirnya program Swasembada Pangan yang telah digembar-gemborkan selama 28 tahun—dicanangkan sejak 1982—masih jauh panggang dari api.

Menariknya, banyak dari lahan tidur itu adalah milik negara. Kita mungkin berfikir, kenapa tidak dipinjamkan pada petani saja? Petani-petani tentu saja berharap demikian. Namun bagaimana proses peminjaman itu, petani tak banyak tahu. Dan kalaupun lahan-lahan itu boleh dipinjam, petani tentu tak mau dirugikan, kini ataupun nanti.

Maka disitulah sarjana seharusnya mampu mengambil peran. Ada banyak yang bisa dilakukan, sesuai dengan latar belakang ilmu yang dimiliki tentu saja. Dalam kasus di atas, sarjana pertanian bisa menjadi mediator antara dinas pertanian dengan petani dalam mengembangkan sektor pertanian daerah serta memberikan penyuluhan/pendampingan bagi petani selama musim tanam, sarjana manajemen atau sarjana ekonomi pem-bangunan bisa membentuk kelompok tani dan meng-atur manajemen subsidi yang diberikan pemerintah, sarjana komunikasi atau sarjana pemasaran bisa merencanakan pemasaran hasil pertanian yang terintegrasi sehingga petani tidak dirugikan, dan banyak lagi lainnya.

Lihatlah, betapa kita dibutuhkan di tempat yang kita anggap minim peluang. “Dibutuhkan” tidak selalu berarti “permintaan”, karena ia juga bisa berarti “keterpanggilan”. Angka pengang-guran yang pada tahun 2010 diperkirakan men-capai 10 persen atau sekitar 23 juta jiwa—60 persen diantaranya adalah sarjana—dapat kita tekan dengan bermetamorfosis menjadi sarjana kreatif, positif, dan optimis, yang tak enggan pulang, yang mampu mencipta peluang.

Kesempatan ada karena diciptakan, bukan karena diangankan. Keberadaannya bukan untuk dikejar, melainkan dibuat beriringan dengan kita. Ia menjadi mungkin hanya jika kita memungkinkannya. Alangkah cerahnya masa depan Indonesia jika masing-masing individunya menjadi pemungkin kesempatan itu.

Sungguh, tak ada keterlambatan kecuali bagi mereka yang tidak berbuat.

Devi Anggraini OktavikaRedaksi Pelaksana

Lahan Tidur, Kesempatan Tidur,Sarjana Ikut Tidur??!

Orang tua dan guru manakah yang tak miris ketika melihat anak dan siswanya bunuh diri karena frustasi tidak lulus Ujian Nasional (UN)? Semua pelaku pendidikan yang peduli terha-dap masa depan generasi bangsa Indonesia tentu tidak rela menyaksikan hasil UN mengecewakan.

Namun, mampukah kita merubah kebijakan kelulusan yang berlaku, sampai kita menemukan sistem pendidikan yang paling ideal di tengah kelemahan infrastruktur dan suprastruktur pendidikan Indonesia saat ini.Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh dalam rangka peringatan Hardiknas pernah menjelaskan: “Pentingnya pendidikan sebagai bagian upaya membangun karakter bangsa.” Karakter yang ingin dibangun adalah karakter pendidikan yang berkapasitas dan melanggengkan budaya pendidikan terbaik sebagai prestasi yang tentunya dijiwai dengan nilai-nilai kejujuran.

Melihat beberapa berita yang ada di media massa yang menjelaskan sebanyak 267 SMA/MA/SMK yang terdiri atas 51 sekolah negeri dan 216 sekolah swasta, 100 persen siswanya tak lulus dan harus mengikuti UN ulang itu mencapai 7.648 orang. Miris, mengingat UN 2010 diikuti 16.467 SMA/MA/SMK di seluruh Tanah Air (Kompas, 28/4).Di samping itu, keputusan untuk mematok ni lai standar kelulusan yang semakin ting-gi yang tidak dibarengi penyisihan ken-dala “akar rumput” dilapangan (mengenai sarana, prasarana, dan kualitas pendidik) belum terpenuhi oleh siswa dan guru di daerah menjadi penyebab ketidak lulu san bagi calon mahasiswa baru Mata rantai disparitas ekonomi serta geografis masih menjadi kendala yang harus dibenahi oleh segenap pelaku pendidikan, khususnya pemerintah sebagai penanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan. Ber da sarkan sumber dari Kementerian Pendikan Nasional bahwa jumlah tingkat kelulusan tahun ini 89,61 persen dibandingkan

Retaknya Pilar Pendidikan BangsaOleh:

Awang Dharmawan*tahun 2009 mencapai 95,05 persen. Artinya dari total jumlah siswa 1.522.162 yang tidak lulus dan terpaksa harus mengikuti ujian ulang pada 10-14 Mei ini berjumlah 154.079 siswa.

Kesadaran Kolektif Melihat hasil UN yang mengejutkan di tahun ini, kontemplasi yang sederhana dapat muncul dari adanya kesadaran kolektif, apakah hasil UN tahun ini bisa menjadi andalan sebagai pilar pendidikan bangsa Indonesia ke depan? Ketika kita bercermin pada negara tetangga atau negara-negara maju lainnya, dunia pendidikan kiranya menjadi sudut pandang utama, terlebih bagi siswa SMA/MA/SMK yang setelah selesai melakukan jenjang bangku belajarnya (lulus UN) akan menempuh jenjang selanjutnya di bangku perkuliahan.

Faktor dan indikasi yang selanjutnya lazim dipertanyakan adalah mengapa UN tahun ini memiliki dilematis tingkat kelulusan bagi pelajar SMA/MA/SMK pada umunya? Termasuk hasil terparah berada di daerah Nusa Tenggara Timur. Ada beberapa hal yang menjadi persolan terpuruknya hasil UN tahun ini. Pertama, tingkat dan hasil belajar dari siswa yang ada masih minim dengan pemahaman materi dari sekolah.

Kedua, kualitas tenaga pendidik yang selama ini menyandang predikat sebagai guru belum mampu mengarahkan anak didiknya pada target dan tujuan serta orientasi pendidikan yang sesungguhnya yatitu: kelulusan yang memuaskan. Ketiga, sistem UN yang masih mengacu pada sistem UN tahun 2004, tidak memiliki jaminan pada kelulusan siswa secara menyeluruh. Keempat, aturan UN masih mengalami kesimpangsiuran pada masing-masing sekolah yang memilki letak gografis yang berbeda. Kelima, standart nilai rata-rata UN semakin menyulitkan siswa dan berdampak pada psikologis nilai bukan pada resolusi penyelesaian baik sistem pendidikan dari pemerintah maupun dorongan dari sekolah.

Artinya, komponen pendidikan nasional antara maksimal dan tidaknya siswa dalam belajar terlebih dalam menghadapi UN akan menentukan hasil UN yang maksimal pula.

Selain itu, pengawasan dan pengawalan, sikap kesadaran sebagai seorang pendidik serta ketekunannya akan mempengaruhi tingkat kenyamanan siswa dalam melaksanakan UN. Ketika kedua kesadaran kolektif sudah tertata dan terkonstruk sedemikian rupa maka apakah sistem pendidikan nasional kita memliki dukungan yang maksimal pula?

Kalau hasil UN tahun ini rupanya mengalami kemunduran dibandingkan tahun lalu, padahal usaha guru dan siswa sudah memenuhi satnadart persiapan UN maka ada system atau peraturan UN tersebut yang bermasalah. Misalnya, jika standart pembuatan soal UN masih mengacu pada tahun 2004 maka tidak ada nilai dinamisasi yang dapat dijadikan neraca bading dalam pembuatan soal. Atau jika soal UN sudah memilki standar layak (tidak terlalu berat) bagi siswa maka perubahan sistem perlu ditinjau ulang sejauh mana penyebab kerapuhan sistem UN tersebut? Apakah dari pembuatan soal, kapsitas uji materi, analisa mata pelajaran dominan.

Kenyataan ini adalah nilai objektif pendidikan bangsa. Kita masih jauh ketinggalan membangun bangsa ini untuk sejajar dengan bangsa maju di belahan bumi lainnya. Belum ada kebanggaan substantif pendidikan di Indonesia. Apakah pendidikan bangsa ini akan terukur menurun setiap tahun atau adakah solusi pemerintah untuk jangka ujian susulan dan dan ujian tahun depan yang lebih bisa diandalkan demi kemajuan generasi bangsa selanjutnya. Peduli membangun pendidikan adalah bukti kongkrit untuk mengejar ketertinggalan bangsa kita!

*Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi 2006

Page 23: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

HUMANIORA

R E S E N S I

23BESTARI No. 262/TH.XXIII/MEI/2010

Ibarat orang buang angin, wujudnya tidak kelihatan dan sulit dicari tetapi baunya dapat ‘ditemukan’. Begitulah jika Intellectual Capital (IC) dianalogikan. Untuk memasukkannya dalam laporan keuangan masih cukup sulit. Namun, dampak dari keberadaan dan baiknya pengelolaan IC dapat diukur. Salah satunya dengan VAIC (value added intellectual coefficient).

Ketertarikan terhadap IC sebenarnya bermula ketika Tom Stewart, pada Juni 1991, menulis sebuah artikel Brain Power: How Intellectual Capital is Becoming America’s Most Valuable Asset yang mengantar IC kepada agenda manajemen. Stewart mendefinisikan IC dalam artikelnya sebagai “The sum of everything everybody in your company knows that gives you a competitive edge in the market place. It is intellectual material-knowledge, information, intellectual property, experience—that can be put to use to create wealth”.

IC umumnya diidentifikasikan sebagai perbedaan antara nilai pasar perusahaan (bisnis perusahaan) dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut atau dari financial capital-nya. Hal ini berdasarkan sebuah observasi bahwa sejak akhir 1980-an nilai pasar dari bisnis kebanyakan dan secara khusus adalah bisnis yang berdasar pengetahuan telah menjadi lebih besar dari nilai yang dilaporkan dalam laporan keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh akuntan (Bab 2, hal. 21).

Seringkali IC didefinisikan sebagai sumber daya pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan, proses, atau teknologi yang digunakan perusahaan dalam proses penciptaan nilai bagi perusahaan (Bukh et al., 2005). Dalam literatur yang lain, Petty and

Mengendus “Bau” IC

Judul Buku : Intellectual Capital; Konsep dan Kajian EmpirisPenulis : Ihyaul Ulum MD.Penerbit : PT. Graha Ilmu YogyakartaTahun : 2010Peresensi : Arimbi Puspitahati (asisten Lab. Akuntansi FE UMM, mahasiswa Akuntansi angkatan 2007)

Guthrie (2000), mengemukakan aset intelektual dapat dianggap sebagai IC. Kebanyakan definisi IC yang dikemukakan para ahli memandang bahwa manfaat IC tidak perlu dengan segera diidentifikasi, namun cenderung akan diaktualkan melalui periode long-term (Bab 2, hal. 23).

Demikian beberapa paparan Ihyaul Ulum dalam buku terbarunya Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris. Buku terbitan Graha Ilmu Yogyakarta pertengahan tahun 2009 tersebut merupa kan buku pertama di Indonesia tentang IC yang disusun dengan konteks perusahaan di Indonesia.

Selain memberikan gambaran cukup lengkap tentang awal mula munculnya isu IC (di dunia dan di Indonesia), buku ini juga memaparkan secara detail perkembangan pemikiran dan pengklasifikasian IC dari berbagai pandangan akademis. Pada bab 5, buku juga secara khusus menyandingkan IC dengan Balanced Scorecard (BSC) dari perspektif strategi, organisasi, manajemen, dan indikator.

Untuk ukuran pembahasan isu baru, buku ini cukup komprehensif, meskipun di bagian awal tampak penulis mengalami “kebingungan” dengan banyaknya definisi dan konsepsi tentang IC. Dampaknya, buku ini sama sekali tidak menghadirkan definisi dan konsep baru yang asli berasal dari penulis. Penulis lebih banyak terjebak dalam pemaparan tentang berbagai definisi dan konsep tanpa merumuskan definisi baru untuk konteks Indonesia (misalnya). Namun demikian, dengan banyak konsep tentang IC yang disajikan dalam buku ini justru mempertegas bahwa isu IC memang masih sangat “liar” untuk didiskusikan.

Dalam konteks ilmu Akuntansi, buku ini juga belum menghadirkan sebuah rangkaian yang komplit mulai dari bagaimana IC dicatat, diakui, diklasifikasi, dan dilaporkan. Buku ini baru sampai pada tahapan pengungkapan komponen-komponen IC di dalam laporan tahunan (annual report) yang sifatnya voluntary disclosure (pengungkapan sukarela). Untuk hal ini, di bab 6 penulis memberikan argumentasi bahwa sejauh ini IC memang belum menjadi tema yang harus diungkapkan dalam laporan perusahaan ( m a n d a t o r y disclosure).

Terlepas dari beberapa keterbatasan tersebut, buku ini juga cukup khas sebagai “makanan” akademisi—bahan referensi penyusunan skripsi dan thesis—sebagaimana dimaksudkan oleh penulis. Hal ini misalnya dapat dilihat dengan kentalnya nuansa akademis dalam setiap bagian buku ini. Hampir di setiap konsep yang disajikan, penulis melengkapinya dengan hasil-hasil penelitian yang terkait dengan konsep itu. Menariknya, riset-riset yang disajikan bukan hanya yang dilakukan di luar negeri, tetapi juga yang dilakukan dalam konteks perusahaan di Indonesia. Sebagian besar penelitian tersebut

Makassar 2000Ruslan, malam telah lindap. Biarkan saja

orang-orang berotak tiarap itu berunding. Mengasah badik, mengasah parang tajam-tajam. Tak usahlah kau ikut-ikutan. Kami ketakutan. Acap kali kami tunggang-langgang menutup pintu menutup jendela. Berdiam dalam debar menantimu pulang. Adik-adikmu mengenal darah mengenal perang darimu. Hujan batu, lesatan busur, menjadi tontonan mereka dari kaca jendela.

Ruslan… Male telah renta. Harusnya kau bekerja. Menyuap kami dengan uang. Bukan dengan anyir darah…

***Male memekik. Dari ruang tamu kulihat

ia meradang mendapati kami—anak-anak wanitanya saling mencari kutu berjejer tiga di teras rumah. Dengan gusar ia membuka pintu, lalu mulut bertuahnya lagi-lagi mengingatkan mitos purba.

”Cilaka! Eroo ngasengko’ mate, Nah?!” mata Male membulat, menatapi kami satu-satu. Kulihat telunjuknya tajam, seakan ingin menusuk mata kami bertiga.

Serentak kami berlari memencar. Kudengar ia meneriakkan “kurang ajar” penuh gusar. Aku sudah terbiasa. Melihat wajah Male mengeras dan bibir menyepah serapah tak lagi membuat kami gemetar.

Aku pernah melihatnya jauh lebih mengerikan dari ini. Waktu itu, Male kerasukan roh halus. Empat jam kami memegangi tangan dan kakinya agar tak berontak. Aku yang memegang tangannya meringis kesakitan. Tiap kali tangan Male lepas dari cengkaramanku, tiap itu juga ia menjambak rambutku. Sakka dan Colleng, adikku yang memegangi kakinya, berteriak ricuh. Sementara Ruslan, kakak laki-laki tertua kami menjelma banci. Ia melesat pergi. Untungnya, salah seorang tetangga yang melihat keadaan Male tergerak memanggil Daeng Kajang. Lelaki renta yang dipercaya sebagai orang pintar itu tergopoh-gopoh mendatangi rumah kami. Sesaat setelah mengusap kening Male, dengan sigap ia merapal mantra. Entah apa yang diucapkannya. Yang jelas kami merasa terbakar saat air yang ia kumur disemburkan ke wajah Male.

Mantra Daeng Kajang tak manjur. Kami kecewa. Kurasa wajahnya terbakar malu sebagai orang pintar di kampung ini. Ia tak kehabisan akal. Disuruhnya siapa saja mengambil lasuna kebo, dan garam. Aku dan ke dua adikku berdebar, memperhatikan tiap gerak Daeng Kajang. Sudah kuyup Male ia sembur. Kini, dibuatnya Male menjerit-jerit akibat lasuna kebo beserta garam yang ia gosokkan ke kelopak mata Male. Harus kuakui, kali ini usaha lelaki tua itu berhasil. Male berteriak “ampun” berkali-kali dilinangi air mata. Kami tersengat mendapati Male tak s e p e r t i biasanya. Suara Male b e r u b a h . Meremang kami mendengar s u a r a n y a . S e p e r t i sosok lelaki m e r a s u k i raga Male.

***Ketahuilah, Male

penganut mitos yang kuat. Sebentar-sebentar kami diceramahi. Katanya, tak boleh duduk di atas bantal, nanti pantat kami bisulan. Tak baik anak perempuan melangkahi alu, nanti bersuami bujang lapuk atau tak laku-laku. Tak boleh mencari kutu sambil berjejer tiga, n a n t i bisa mati tertabrak atau dirudung celaka. Tak boleh duduk di depan pintu kala Maghrib, bisa-bisa kerasukan roh halus. Tapi sewaktu Male kerasukan, ia tak sedang duduk di depan pintu.

Dari semua tahayul Male, hanya ada dua hal yang membuat kami merinding: tidur tengkurap berarti mengharapkan orangtua mati, pun bermain beklang di dalam rumah diartikan mempercepat ajal keluarga kami.

Aku dan ke dua adikku taat pada petuah-petuah Male. Bagaimanapun ia orangtua kami. Segala pantangan tak kami langgar meski hanya ketika di hadapannya saja. Kami takut kualat. Ketakutan kalau-kalau kesialan menimpa kami menjadikan anak-anaknya lebih berhati-hati.

Tapi tidak untuk Ruslan. Kakak lelaki kami tak berbudi. Sering kali ia membentak Male yang menasehati. Diam-diam aku sering mendapati Male menangis akibat Ruslan.

Ah, Ruslan.. Male menua. Tak kasihankah kau melihat uban menyesaki kepala orang tua

kita? Tubuh Male terlalu ringkih. Harusnya kau yang

menggantikan peran Ayah kita yang ditelan laut,

Ruslan. Kita yatim sekarang. Asin laut

enggan berucap kesedihan di masa kita berkabung.

Ruslan apakah kepalamu dari batu?! Hatimu

sama batunya dengan kepalamu! Apa ini balasan terimakasihmu

setalah Male bertaruh nyawa mengahadirkanmu ke dunia? Male membesarkan kita dengan keringatnya. Telah

habis bulaeng yang ia punya demi perut-perut anaknya.

Ruslan, kasihan Male. Ia tak lagi sekuat dulu. Aku juga sakit Ruslan.

Melihatmu lebih senang keluyuran. Apa bagusnya

menghabiskan malam bersama kawan-kawan sembari

menyesap minuman memabukkan? Ruslan, aku lelah bermandi peluh kala

kujajakan taripang. Colleng merengek ingin boneka. Sakka ikut-ikutan. perih telinga ini mendengar tangis mereka. Tapi lebih perih lagi mendengar kau menyeru bunddu dengan pongah. Kami ketakutan… tiang listrik yang dipukulkan batu pertanda perang terdengar mengerikan. Pulanglah Ruslan. Tak baik lelaki hanya menitip beban. Kau tak tahu resah kami yang perempuan…

***Gelap merayap. Tiang-tiang listrik

terdengar gaduh tertampar batu-batu dari tangan anak-anak. Aku bergegas, menutup pintu menutup jendela. Menenangkan Male, melindungi Colleng dan Sakka.

Lagi-lagi anak-anak muda itu

menghadirkan ketakutan. Aku menutup telinga. Di luar sana, anak-anak menyeru bunddu gegap gempita. Bergolak mereka dihasut amarah. Aku benci bunddu. Entah apa sebabnya bunddu terjadi. Kudengar hanya perkara sepele; anak kampung ini dipukuli anak kampung lain. Lalu bertengkar, membuktikan anak kampung mana yang lebih hebat.

***Sakka dan Colleng berontak ingin melihat

bunddu dari bilik jendela. Dengan cepat Mereka menyibak tirainya hingga aku dan Male bisa melihat jelas apa yang terjadi di luar sana.

Kami tergugu, mendapati Ruslan mengacungkan parang berteriak bunddu dengan lantang.

Male histeris, lalu pingsan. Colleng dan Sakka terdiam. Kulihat mata mereka membentuk telaga. Aku bingung, harus berbuat apa sekarang. Aku membuka pintu. Dengan geram aku berlari menyusul Ruslan.

Ruslan, karenamu Male pingsan! Awas kau Ruslan.. Akan kurebut parang itu dan kujambak kau agar tahu jalan pulang!

Nur Afif Kadir Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris

dan aktif di Forum Lingkar Pena (FLP)Malang

ng tak manjur Kami Tapi tidak untuk Ruslan

BUNDDU

Catatan:Bunddu: perang (bahasa Makassar)Male: panggilan seperti ibu, mama, emak Cilaka! Eroo ngasengko’ mate, Nah: Celaka!

Kalian semua ingin cepat mati, Hah?! (bahasa Makassar) bernada sengit.

Daeng: kata sandang untuk keturunan ningrat (gelar raja) tetapi orang Makassarkadang mengartikan dengan kata kakak.

Lasuna kebo: bawang putihAlu: kayu panjang yang berfungsi untuk

menumbuk padi, tepung dan semacamnya

Beklang: permainan bola bekel, terdiri dari sebuah bola kasti dan empat biji-bijian dari kerang atau batu-batu

Bulaeng: emas ( perhiasan)Taripang: kudapan dari tepung berbentuk

lonjong dibaluri lelehan gula merah

nteks ilmu ni juga belum ah rangkaian mulai dari atat, diakui, dilaporkan.

mpai pada ungkapan en IC tahunan

yay ngg scllosurearela). bab 6 ikan

hwa ang di

us m

ari san tersebut, khas sebagai “makanan” eferensi penyusunan skripsi

adalah penelitian yang dilakukan oleh penulis buku ini baik sendiri

maupun dengan tim.

S e l a i n itu, penulis

yang juga dosen program

studi Akuntansi FE UMM itu

dengan sengaja m e l a m p i r k a n

beberapa kuesioner yang digunakan

dalam beberapa riset yang hasilnya

dicantumkan di dalam bukunya. Hal ini

memungkinkan orang lain untuk melakukan

riset yang sama dengan menggunakan kuesioner

yang telah digunakan, tentu saja dengan modifikasi tertentu.

Cerpen

N Afif K di

Page 24: Bestari Epaper edisi 262/Mei/2010

calendar design by. zackcalendar design by. zack