bahan laporan.docx
TRANSCRIPT
7/25/2019 bahan laporan.docx
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-laporandocx 1/12
I. IDENTIFIKASI DAN PENGENALAN BAHAN PAKAN
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya dengan cara
mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan para peternak. Agar ternak
peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan
penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup
dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari
pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai
dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam
jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan
konsentrat (makanan penguat).
Oleh karena hal tersebut, para peternak harus bisa jeli di dalam menentukan bahan pakan
apa yang sekiranya bisa diberikan pada ternaknya. Di dalam menentukan bahan pakan, selain
jumlah nutrisi yang ada di dalamnya juga harus mempertimbangkan harga dari bahan pakan
tersebut supaya di dalam usaha peternakannya tersebut tidak mengalami kerugian.
2 Tujuan
a. Menghindari pemalsuan bahan pakan
b. Menghindari kerusakan bahan pakan
3. Waktu dan tempat
Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum ini dilaksanakan pada tanggal 28,30 April
2009 dan tanggal 1,5,8 Mei 2009 dan bertempat di laboraturium Nutrisi dan Makanan Ternak
Jurusan Peternakan,Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7/25/2019 bahan laporan.docx
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-laporandocx 2/12
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Bahan Pakan Hijauan
Hijauan umumnya terdiri dari dari berbagai jenis rumput liar, limbah dan hasil ikutan
pertanian, rumput jenis unggul yang dibudidayakan dan berbagai jenis leguminosa. Hijauan
tersebut merupakan bahan pakan yang kandungan serat kasarnya relatif tinggi. Pakan hijauan
yang sudah tua mengandung serat kasar yang tinggi. Hal ini menunjukkan hijauan yang tua
tersebut kurang bermutu. Hijauan yang bermutu baik adalah yang tidak terlalu muda dan tidak
terlalu tua. Kandungan protein leguminosa lebih dari 20%, sedangkan rumput kurang dari 10%.
Oleh karena itu, kombinasi keduanya merupakan bahan pakan yang bermutu (Sugeng dan
Sudarmono, 2008).
Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan dalam bentuk
segar. Termasuk hijauan segar ialah rumput segar, leguminosa segar dan silage. Hijauan kering
ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan (hay) ataupun jerami kering
(AAK, 1983).
Makanan kasar ialah bahan makanan yang mempunyai kadar serat kasar yang tinggi.
Bahan ini umumnya terdiri dari makanan huijauan yang berupa rumput atau leguminosa dalam
bentuk yang masih segar ataupun yang telah diawetkan seperti silage atau hay (AAK, 2008).
Potensi fisik jerami yang sangat besar belum sepenuhnya dimanfaatkan. Pemanfaatan
jerami sebagian besar dibakar (37%) untuk pupuk, dijadikan alas kandang (36%) yang kemudian
dijadikan kompos dan hanya sekitar 15% sampai 22% yang digunakan sebagai pakan ternak.
Kendala utama penggunaan jerami sebagai bahan pakan ternak adalah kecernaan (45-50%) dan
7/25/2019 bahan laporan.docx
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-laporandocx 3/12
protein (3-5%) yang rendah. Jerami sebagai limbah tanaman tua, jaringannnya telah mengalami
lignifikasi tingkat lanjut dan tingginya kandungan silikat (Anonim, 2009).
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk
segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung
oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-
rumputan, tanaman bijibijian / jenis kacang-kacangan (Anonim, 2009).
2. Bahan Pakan Sumber Energi
Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama. Zat karbohidrat ini bias berupa
gula, pati atau serat kasar. Makanan berbutir dan ubi-ubian banyak mengandung gula dan pati.
Hijauan merupakan sumber karbohidrat, apalagi makanan penguat seperti jagung dan sorghum
(Sugeng, 2000).
Umbi-umbian tumbuh banyak di daerah tropis yang basah dan bermusim. Umbi-umbian
yang paling banyak di daerah tropis adalah ketela pohon, ubi, ketela ranbat, talas dan garut,
mempunyai nilai kandungan tenaga dalam bahan kering yang tinggi (Williamson dan Payne,
1993).
Bekatul biasanya bercampur pecahan-pecahan halus dari menir dan lebih sedikitmengandung kulit dan selaput putih serta berwarna agak kecoklatan (Lubis, 1963). Bekatul
mendekati analisa dedak lunteh, tetapi sedikit mengandung selaput putih dan bahan kulit.
Susunan zat makanannya sebagai berikut : 15 % air; 14,5 % protein; 48,7 % BETN; 7,4 % serat
kasar; 7,4 % lemak dan 7% abu, kadar protein dapat dicerna 10,8 %dan MP 70 % (Anggorodi,
1985).
Bahan pakan sumber energi mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi dibandingkan zat
– zat makanan lainnya. Kandungan protein sekitar 10% (Suprijatna, 2005). Bahan pakan sumber
energi bukan merupakan sumber zat makanan tetapi energi yang dihasilkan dari proses metabolis
zat makanan organik yang terdiri karbohidrat, lemak dan protei (Wahju, 1997).
7/25/2019 bahan laporan.docx
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-laporandocx 4/12
Pakan sumber energi memiliki kandungan protein kasar < 20%, serat kasar < 18%.
Dalam karbohidrat dan protein menghasilkan nilai energi yang relatif sama yaitu kurang lebih
dari 4 kkal/gram, sedangkan lemak menghasilkan 2,25 kali lebih besar yaitu kurang lebih 9
kkal/gram. Sumber bahan energi yaitu jagung kuning, sorghum, tapioka, beras, bekatul, dan
lainnya (Wahyu dan jojo 1988).
3. Bahan Pakan Sumber Protein
Tepung bulu adalah tepung bulu ayam yang telah mengalami proses hidrolisis dengan
jalan pengukusan pada suhu dan tekanan yang tinggi. Tepung bulu mengandung protein yang
cukup tinggi yaitu sebasar 75-80% dengan nilai kecernaan protein di atas 75% bila proses
pembuatannya baik (Kamal, 1998)
Bungkil kedelai merupakan bahan makanan yanbg dapat dimanfaatkan sebagai bahan
makanan ternak, meskipun bungkil kedelai tersebut sudah diambil minyaknya tetapi masih
menyimpan protein nabati sebesar kurang lebih 40% (Rasyaf, 2001).
Bungkil kelapa merupakan sumber lemak yang baik untuk unggas serta mengandung
protein. Bungkil kelapa selain mudah didapat harganya juga murah. Pemberian bungkil kelapa
untuk komposisi ransum maksimal sebesar 10 – 15%. Bungkil kelapa selain sebagai sumber
asam lemak juga sebagai sumber Ca dan P meskipun kandungannya sedikit (Hardjosworo,
2000). Penggunaan bungkil kelapa seharusnya tidak lebih dari 20 % karena penggunaan yang
berlebihan harus diimbangi dengan penambahan metionin dan lisin (tepung ikan) serta lemak
dalam ransum. Kandungan protein dalam bungkil kelapa cukup tinggi yaitu 18 % , sedangkan
nilai gizinya dibatasi oleh tidak tersedianya dan ketidakseimbangan asam amino (Rasyaf, 1991).
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai
kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).Golongan ini dibedakan menjadi
3 kelompok:
a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan
sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil)
b.Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi, kaliandra, gamal dan
sentero.
7/25/2019 bahan laporan.docx
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-laporandocx 5/12
c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan
sebagainya) (Anonim, 2009).
Bungkil kedelai merupakan sumber protein yang cukup tinggi terutama untuk protein
kasarnya, sehingga kurang baik jika diberikan terlalu banyak (Rasyaf, 1991). Kedelai mentah
mengandung beberapa penghambat tripsin. Penghambat tripsin ini (antitripsin) tidak tahan panas,
sehingga bungkil kedelai yang mengalami proses pemanasan terlebih dahulu tidak menjadi
masalah dalam penyusunan ransum untuk unggas. Kualitas bungkil kedelai ditentukan oleh cara
pengolahan. Pemanasan yang terlalu lama dapat merusak kadar lisin (Wahju.1997).
4. Bahan Pakan Sumber Mineral
Bahan pakan sumber mineral umumnya terdapat pada pakan berbutir dan hasil ikutannya
serta hijauan. Pakan berbutir kaya akan unsur P, sedangkan hijauan kaya Ca, tetapi unsure P- nya
kurang, kecuali hijauan jenis leguminosa. Tepung tulang kaya akan Ca dan P, sedangkan kapur
(giling) merupakan sumber Ca yang paling bagus dan harganya pun murah (Sugeng dan
Sudarmono, 2008).
Feed supplemen mineral lainnya adalah bahan makanan yang memiliki zat mineral
seperti bahan makanan yang terdapat dalam jenis makanan yang menyimpan unsur zat Mg
(Magnesium) yaitu: jenis kacang- kacangan (Hartono, 1995).
Salah satu jenis batu kapur yang disebut batu bintang ( watu lintang) adalah salah satu
sumber mineral Ca yang baik yang sering digunakan di dalam ransum ternak. Batu kapur yang
baik hampir murni tersusun dari kalsium karbonat (CaLO3) yang mengandung 36 sampai 38%
Ca (Kamal, 1998).
5. Bahan Pakan Sumber Vitamin
Vitamin A dibentuk dari pro vitamin A (karoten). Warna kuning pada umbi-umbian dan
butir-butiran hijau sebagai provitamin A, oleh dinding usus halus diubah menjadi vitamin A.
Apabila sebagian besar daun pada hiajauan masih berwarna hijau, berarti provitamin-A nya
masih tetap bertahan. Hijauan yang dipanen pada saat masih muda, provitamin A-nya lebih
tinggi dibandingkan dengan hijauan yang tua (Sugeng dan Sudarmono, 2003).
7/25/2019 bahan laporan.docx
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-laporandocx 6/12
Vitamin B12 dibutuhkan untuk merangsang proses pertumbuhan, meningkatkan daya
tetas, meningkatkan resistan embrio dan membantu pembentukan sel darah merah. Sumber
vitamin B12 terdapat pada tepung ikan (Hartono, 1995).
Vitamin K banyak terdapat pada berbagai bagian tanaman hijau. Sejumlah senyawa
mempunyai aktivitas seperti vitamin K, dan yang digunakan sebagai standar normal adalah yang
disebut menadion. Ada tersedia beberapa derivat larut air yang berbeda yang diperdagangkan
sebagai sumber vitamin K. Dua di antaranya yang umum digunakan adalah meradion sodium
bisulfite dan menadion dimethilpyrimedinol bisulfite (Kamal,1998).
Vitamin D berguna untuk metabolisme dan mengatur keseimbangan unsur Ca dan P
dalam tubuh, lebih- lebih untuk pembentukan tulang. Vitamin D di dalam tubuh dibentuk dengan
bantuan sinar matahari. Di mana di bawah kulit terdapat provitamin D yang apabila kena sinar
pagi akan terbentuk vitamin D (Sugeng, 2000).
6. Feed Additif
Penggunaan antibiotika dalam usaha peternakan ayam dewasa ini semakin populer.
Penggunaan antibiotika dirasakan mempunyai peranan penting dalam merangsang pertunbuhan
ayam dan sekaligus memperbaiki efisiensi dalam penggunaan makanan. Penggunaan euramian,
telah terbukti sanggup memperbaiki pertumbuhan ayam rata-rata sebesar enam persen, efisiensi
makanan sebesar tiga persen dan kasus penyakit berak darah berkurang tiga persen sampai enam
persen (Mutidjo, 1992).
Hormon oestrogen sintesis seperti stiboestrol memiliki peranan perangsang pertumbuhan,
sedangkan thyroxine dapat merangsang pertumbuhan dan produksi susu dan wol. Hormon dapat
dimasukkan kepada ternak baik melalui mulut atau implantasi di bawah kulit. Dengan
implantasi, pelet ditempatkan pada pangkal telinga ternak ruminansia, dan di leher pada
komponisasi kimia ayam jantan muda (Williamson dan Payne, 1993).
Masih ada sejumlah bahan makanan tambahan seperti “ nitrovin” yaitu suatu devirat
guanidin dan senyawa quinoxaline, yang nampaknya meningkkan laju pertumbuhan beberapa
klas ternak. Koksidiostat yang digunakan pada makanan unggas dan obat-obatan yang digunakan
7/25/2019 bahan laporan.docx
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-laporandocx 7/12
dalam pengobatan histomoniasis pada kalkun juga bekerja sebagai perangsang pertumbuhan
(Hartono, 1995).
Ternak sering terserang oleh berbagai macam penyakit, baik yang berupa parasit luar
(ecto-parasite) maupun parasit dalam (endo-parasit). Untuk mencegah timbulnya penyakit akibat
teraserang koksida (koksidosis) dapat digunakan berbagai macam koksidiostat. Salah satu
koksidiostat yang sangat efektif adalah sulfaquinoxalin. Di sampinng diberikan sebagai aditif
pakan juga dapat diberikan bersama air minum (Kamal, 1998).
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius. Yogyakarta.Aak. 2008. Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta
Anggoradi, H.R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Anonim. 2009. BALITNAK Ransum Ayam Kampung. Martsiano. http://wordpress.com Diakses tanggal
17 April 2009 pukul 10.48 WIB.
Anonim. 2009. Ampas Tahu Tingkatkan Produksi Ayam Broiler. www.poultryIndonesia.com diakses
tanggal 17 April 2009 pukul 11.18 WIB.
Anonim. 2009. Pati Aren. www.suaramerdeka.com Diakses tanggal 17 April 2009 pada pukul 12.16
WIB.
Anonim. 2009. Mendongkrak Pendapatan Petani Dengan Sentuhan Teknologi Maju.
www.pustakadeptan.co.id diakses tanggal 17 April 2009 pukul 12.38 WIB.Anonim. 2009. Budidaya dan Pasca Panen. www.litbang_deptan.co.id diakses tanggal 17 April 2009
pukul 12.52 WIB.
Anonim. 2009. Biji Kacang Aren. www.Indobiogen.or.id diakses tanggal 20 April 2009 pada pukul
10.06 WIB.
Anonim. 2009. Bunga dan Biji Turi. www.griyokulo.tv.id diakses tanggal 20 April 2009 pada pukul 10.15
WIB.
Anonim. 2009. Bertanam Trembesi. www.sahabatlingkunganmultyplay.com diakses taggal 20 April 2009
pada pukul 11.45 WIB.
Anonim. 2009. Agar Enceng tidak Bikin Gondok. www.katabermakna.blogspot.com diakses pada tanggal
20 April 2009 pada pukul 12.00 WIB.
Anonim. 2009. MBM Tempo Majalah. www.tempointeraktif.com diakses tanggal 20 April 2009 padapukul 12.16 WIB.
Anonim. 2009. Bagaimana Memproses Tepung Ikan yang Baik. www.abswers.yahoo.com diakses tanggal
20 April 2009 pada pukul 12.37 WIB.
Anonim. 2009. Struktur Komposisi da Nutrisi Jagung. www.balitseeal.litbangdeptan.go.id diaksestanggal
20 April 2009 pada pukul 12.53 WIB.
Atjung. 2008. Tanaman yang Menghasilka Minyak, Tepung dan Gula. Yasaguna. Jakarta.
7/25/2019 bahan laporan.docx
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-laporandocx 8/12
Harsono, H. S. 1995. Beternak Ayam Negeri Petelur Super yang Berhasil. Gunung Mas. Pekalongan.
Hasbullah. 2001. Teknologi Tepat Guna Industri Kecil. Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri.
Sumatra Barat.
Kamal, M.1998. Bahan Pakan dan Penyusun Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Gajahmada.
Yogyakarta.
Murtidya, A. B. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Kanisius. Yogyakarta.Parakasi, Amirudin. 1993. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Angkasa Bandung.
Rasyaf, M. 2001. Beternaka Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Depok.
Rukmana, Rahmat. 1995. Bertanam Kacang Panjang. Knisius. Yogyakarta.
Rukmana, Rahmat, dan Yuniarsih, Yuyun. 2001. Kedelai, Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius.
Yogyakarta.
Soeprapto dan Sutarman, Tateng. 1982. Betanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sugeng, B. 2000. Berternak Domba. Penebar Swadaya. Depok.
Sugeng dan Sudarmono. 2008. Beternak Domba Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Depok.
Suprayetno,dkk. 1981. Lamtoro gung dan Manfaatnya. Bhratara Karya Aksana. Jakarta.
Wahyu, Jojo. 1988. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Pers. Yogyakarta.
Wiliamson da Paeni. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. UGM Pers. Yogyakarta.
Windyarti, S. S. 2007. Beternak Itik Tanpa Air. Penebar Swadaya. Depok.
II. FORMULASI RANSUM
.A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tidak semua bahan dapat dimasukkan dalam kategori bahan pakan. Bahan pakan adalah
setiap bahan yang dapat di makan, disukai, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat di
absorbsi dan bermanfaat bagi ternak, salah satu faktor terpenting dalam kehidupan ternak adalah
pakan. Dimana, apabila pakan yang diberikan pada ternak dalam jumlah yang cukupdapat
digunakan untuk beraktivitas dan tumbuh berkembang.
Seperti manusia ternak tidak hanya membutuhkan pakan dalam segi kuantitas yang cukup,
tetapi kualitas harus juga terpenuhi. Pakan dengan kuantitas yang cukup hanya bisa memenuhi
kebutuhan pokok ternak saja. Jadi kemampuan atau perfoman produksi terlihat biasa saja atau
bahkan kurang. Untuk mendapatkan suatu produksi yang maksimal dibutuhkan suatu kasein
bahan pakan, baik itu segi kualitas maupun segi kuantitas. Segi kualitas pakan mencakup
7/25/2019 bahan laporan.docx
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-laporandocx 9/12
kandungan nutrien bahan pakan, tekstur bahan pakan maupun tingkat palatabilitas ternak
terhadap pakan.
Pada ternak jenis ruminansia dan non ruminansia mempunyai kemampuan mencerna pakan
yang berbeda. Ternak ruminansia mampu mencerna pakan dengan kandungan serat kasar yang
tinggi, sedangkan ternak ruminansia tidak dapat, dan hanya terfokus pada pakan dengan energi
dan protein tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan produksi semua jenis ternak membutuhkan suatu
pakan yang mengandung nutrien yang cukup. Nutrien yang cukup tidak dapat di temukan dalam
satu jenis bahan pakan. Untuk itu diperlukan suatu campuran beberapa bahan yang mempunyai
nilai nutritif tertentu yang sesuai dengan tujuan dari peternak. Bahan pakan yang dicampur dalam
satu kesatuan pakan dan disusun sesuai dengan tujuan peternak biasa disebut ransum.
Ransum telah disusun dengan berbagai bahan pakan dan dapat pula berupa bahan non
pakan. Bahan penyusun ransum dapat berasal dari biji-bijian, hijauan, ataupun batu-batuan yang
ukurannya telah diperkecil. Dalam suatu ransum terdapat suatu keunggulan tertentu, baik itu dari
segi energinya ataupun proteinnya. Baik itu dalam penyusunannya harus disesuaikan denan
tujuannya.
Penyusunan ransum yang tepat sangat berpengaruh terhadap performan ternak. Untk itu
dalam penyusunannya tidak boleh secara asal-asalan tetapi harus melalui beberapa proses
tahapan dan perhitungan yang matang sebelum melakukan suatu perhitungan untuk menyusun
ransum diperlukan beberapa informasi terlebih dahuli pada setiap kondisi dan situasi yaitu: 1,.
Nutrien yang dibutuhkan ternak. 2. macam bahan pakan yang akan digunakan. 3. tipe ransum,
dan 4. jumlah ransum yang dapat dikonsumsi.
2. Tinjauan Pustaka
1. Formulasi Ransum
Dalam beberapa keadaan, peternakan akan merasa rugi bila memakai ransum yang dibuat
oleh salah satu pengusaha makanan ternak. Menyusun ransum untuk keperluan sendiri dengan
7/25/2019 bahan laporan.docx
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-laporandocx 10/12
menggunakan bahan-bahan makanan yang mudah diperoleh disekitar peternakan atau dengan
bahan makanan hasil pertanian sendiri, mungkin dapat lebih menguntungkan, sertab lebih sesuai
dengan kebutuhan ternak yang sedang dipelihara (Aminudin, 1986).
Penyusunan ransum yang tepat sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode pertumbuhan dan
produksi dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan makanan yang digunakan. Perubahan nilai
nutrisi bahan-bahan makanan dapat disebabkan terutama oleh pengolahan dan penyimpanan.
Untuk memilih bahan-bahan makanan yang akan dipergunakan dalam ransum harus diketahui
dahulu kandungan zat-zat makanan dan bahan-bahan makanan tersebut
Penggunaan beberapa hijauan yang pada umumnya dibawah 4% dari total formulasi ransum
menyebabkan hijauan ini tidak akan kekurangan, apalagi hijauan pada formulasi ransum unggas
bukan bahan utama. Hijauajn itu dapat diganti atau dihilangkan dari formula ransum tanpa
menggangu kandungan nutrisi dan harga ransum ( Rasyaf,1990).
Cara menyusun ransum perlu diketahui, bila ingin mengurangi biaya pakan. Ada dua cara
dalam penyusunan ransum, yaitu dengan komposisi tabel, berpedoman kandungan protein dan
jumlah maksimal penggunaan yang tersaji dalam tabel, dengan cara perhitungan sederhana
(Sandhy, 2007).
Salah satu metode untuk menentukan tepat tidaknya berapa bagian dari masing-masing
jenisbahan yang akan diperlukan dalam ransum adalah dengan menghitung menurut sistem segi
empat person. Dalam menentukan komposisi bahan-bahan pakan diutamakan memperhatikan
banyaknya jenis bahan yang berasal dari tanaman, yaitu bahan pakan yang banyak mengandung
karbohidrat, serat kasar dan protein ( Djanah, 1971).
2. Pencampuran Ransum
Pencampuran ransum pertama-tama dimulai dari bahan yang paling sedikit porsinya.
Setelah homogen dimasukkan bahan makanan yang porsinya terkecil kemudian begitu
seterusnya dan terakhir dimasukkan bahan pakan yang jumlah atau porsinya terbesar. Cara
bertahap itu dimaksudkan agar tiap bahan makanan tercampur homogen ditiap bagian sehingga
sejumlah unsur nutrisi yang dirancang benar-benar sampai ketujuannya (Rasyaf, 1994).
7/25/2019 bahan laporan.docx
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-laporandocx 11/12
Sistem pemberian pakan yaitu penggabungan antara tepung halus (butiran halus) dengan
butiran kasar atau bijian, hal ini dilakukan semata-mata agar kebutuhan tepung halus bisa
terkurangi. Biji-bijian yang diberikan bersama tepung halus ( yaitu dari bahan yang banyak
terdapat di sekitar kita misal, jagung,gabah, kedelai, bungkil kacang dan sebagainya
(Marhiyanto,2000).
Pada pembuatan pakan ternak ada dua bentuk pakan yang dihasilkan yaitu konsentrat dan
pakan jadi. Pada dasarnya konsentrat merupakan formulasi pakan yang berbentuk setengah jadi,
biasanya konsentrat mengandung serat kasar rendah dan mengandung nilai gizi sehingga dalam
penggunaanya harus dicampur dengan bahan-bahan lain yang mengandung protein ternak dan
BETN sedangkan pakan jadi merupakan formulasi pakan yang memenuhi persyaratan dan aliran
sesuai dengan kebutuhan ternak (Rasidi, 1998).
Dalam menyusun ransum dapat dilakukan dengan mencampur terlebih dahulu bahan pakan
yang mempunyai jumlah atau bagian kecil misalnya mineral, premix, garam dapur, dan tepung
batu. Hal ini bertujuan supaya campuran benar-benar merata, sebab kalau teknik pencampuran
ini tidak tepat dikhawatirkan bagian yang kecil tidak merata pada setiap permukaan bahan yang
lebih besar, seperti jagung, dedak halus, bungkil kedelai, bungkil kacang dan tepung ikan
(Muslim,1993).
Untuk mendapatkan campuran ransum yang merata dan homogen, harus dilakukan
pencampuran dengan teknik yang benar. Pencampuran bahan baku pakan yang beragam, ini
dapat dilakukan secara mekanik dan manual. Dalam usaha ternak ayam berskala besar, dapat
digunakan mesin pengaduk yang disebut feed mixer, sedangkan untuk usaha berskala kecil dan
menengah. Pencampuran pakan ini cukup dilakukan secara manual, yakni dengan menggunakan
skep atau drum (Sudarmono, 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, p. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik . Universitas Indonesia Press.
Yogyakarta.
Djanah, Djamalin. 1971. Beternak Ayam. C.V. Yasaguna. Jakarta.
Juju, Wahyu. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Kumal, M. 1998. Bahan Pakan dan Penyusunan Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Gajah
Mada . Yogyakarta.
7/25/2019 bahan laporan.docx
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-laporandocx 12/12
Marhiyanto. 2000. Sukses Beternak Ayam Arab. Dika Publisiner. Yogyakarta.
Muslim. 1993. Budidaya Ayam Bangkok . Kanisius. Yogyakarta.
Rasidi. 1998. Formulasi Ransum Lokal Untuk Unggas. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf. 1994. Makanan Ayam Broiler . Kanisius. Yogyakarta.
Rasyaf. 2000. Bahan Makanan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Sandy. 2007. Beternak Itik Tanpa Air . Penebar Swadaya. Jakarta.Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur . Kanisius. Yogyakarta.