skripsi kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan …

39
1 SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK NUTRISI LIMBAH SAYUR MELALUI PROSES SILASE DENGAN PENAMBAHAN CAIRAN RUMEN UNTUK PAKAN UDANG VANNAMEI ZULFIKAR NIM 10594 0785 13 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN 2017

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

1

SKRIPSI

KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK

NUTRISI LIMBAH SAYUR MELALUI PROSES SILASE DENGAN

PENAMBAHAN CAIRAN RUMEN UNTUK PAKAN

UDANG VANNAMEI

ZULFIKAR

NIM 10594 0785 13

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

2017

Page 2: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

2

KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK

NUTRISI LIMBAH SAYUR MELALUI PROSES SILASE DENGAN

PENAMBAHAN CAIRAN RUMEN UNTUK PAKAN

UDANG VANNAMEI

SKRIPSI

ZULFIKAR

NIM 10594 0785 13

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian guna Memperoleh

Gelar Sarjana Perikanan pada Jurusan Budidaya Perairan

Universitas Muhammadiyah Makassar

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

2017

Page 3: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

3

Page 4: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

4

Page 5: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

5

HALAMAN HAK CIPTA

@ Hak cipta milik Universitas Muhammadiyah Makassar, Tahun 2017. Hak

cipta dilindungi undang-undang.

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber.

a. Pengutip hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah

b. Pengutip tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas

Muhammadiyah Makassar

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Makassar, April 2017

Zulfikar

Nim. 10594078513

Page 6: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

6

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Zulfikar

NIM : 10594078513

Jurusan : Perikanan

Program Studi : Budidaya Perairan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan

atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari skripsi ini adalah hasil karya

tulisan atau pemikiran orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, April 2017

Zulfikar

Nim. 10594078513

Page 7: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

7

ABSTRAK

Zulfikar, 10594078513. Kecernaan Bahan Kering dan Kecernaan Bahan

Organik Nutrisi Limbah sayur Melalui Proses Silase Dengan Penambbahan

Cairan Rumen Untuk Pakan Udang Vannamei. Skripsi Program Studi

Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing I Ibu Murni Dan Pembimbing II ibu Asni Anwar.

Penelitian ini bertujuan meningkatkan kandungan nutrisi limbah sayur

dalam bentuk silase dengan penambahan cairan rumen untuk pakan udang

vannamei.kegunaan penelitian ini adalah bahan informmasi kepada para

pembudidaya tentang penggunnnaan cairan rumen yang efekttif dalam bentuk

silase sebagai upaya peningkatan kualitas nutrisi limbah sayur untuk pakan udang

vannamei. Penelitian dilaksanakan mulai desember 2016 sampai januari 2017.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kecernaan bahan kering

silase limbah sayur hasil fermentasi cairan tertinggi diperoleh pada perlakuan

A3B1(dosis cairan rumen 3% dengan lama fermentasi 4 hari) sebesar 60,92% dan

kecernaan bahan organik sebesar 57,77.dan hasil analisis ragam memperlihatkan

bahwa perlakuan dosis cairan rumen dalam proses fermentasi cairan rumen tidak

memberikan pengaruh nyata(P>0,05)terhadap tingkat kecernaan bahan kering

dan bahan organik limbah sayur, sedangkan lama waktu fermentasi cairan

memberikan pengaruh nyata(P<0,05).unversitas muhammadiyah Makassar.

Kata kunci: cairan rumen,kecernaan bahan kering dan bahan

organik,fermentasi,silase.

Page 8: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

8

KATAPENGANTAR

Tiada kata yang paling indahdanpatutpenulisucapkankecuali Alhamdulillah

dansyukurkepadaIlahi Rabbi Yang Maha Rahman danMaha Rahim. Diasenantiasa

melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya berupa nikmat kesehatan, kekuatan dan

kemampuan senantiasa tercurah pada diri penulis sehingga diberikan kemudahan

dalam usaha untuk menyelesaikan Skripsi dengan judul “Kecernaan Bahan

Kering dan Kecernaan Bahan Organik Nutrisi Limbah Sayur Melalui

Proses Silase Dengan Penambahan Cairan Rumen untuk Pakan Udang

Vannamei”. Begitu pula salawat dantaslimkepadaRasullah Saw, kepada para

keluargannya dan sahabat yang sama-sama berjuang untuk kejayaan Islam semata.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan dan

tantangan yang penulis hadapi.Akan tetapi dengan pertolongan Allah SWT.Yang

datang melalui dukungan dari berbagai pihak yang telah digerakkan hatinya baik

secara langsung maupun tidakl angsung serta dengan kemauan dan ketekunan

penulis sehingga hambatan dan tantangan tersebut dapat teratasi.

Terimakasih yang sedalam-dalamnya Ananda haturkan kepada Ayahanda

terhormat M. Supu dan Ibunda tercinta Tahira. Yang telah membesarkan dan

mendidik penulis dengan penuh kasih sayang. Harapan dan cita-cita luhur kedua

nya senantiasa memotivasi penulis untuk berbuat dan menambah ilmu, juga

memberikan dorongan moral maupun material serta atas doanya yang tulus buat

Ananda.

Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis

menghaturkan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya serta penghargaan

yang tak ternilai kepada:

i

Page 9: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

9

1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM.,Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ir.Burhanuddin.S.Pi.,M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah menyediakan sarana

dan prasarana perkuliahan.

3. Ibu MurniS.Pi. M. Si,selaku ketua Jurusan Budidaya perairan.

Pembimbing I dan Ibu Murni, M., Si. Dan Ibu Asni Anwar, M., Si.

Pembimbing II yang dengan segala kesediaan, perhatian, dan keikhlasan telah

meluangkan waktunya untuk senantiasa membimbing dan mengarahkan penulis

dalam menyusun skripsi ini.

4. Teman-teman bdp 013semua yang telah bersama ku selama tiga tahun

lebih di kampus.

5. Teman komunitas themaczman alauddin dan bija tanah daeng

memberikan motivasi dan semangat buat saya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis haturkan banyak terima

kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan sumbangsinya sehingga

Skripsi ini bisa diselesaikan. Semogah Allah SWT melimpahkan Rahmat dan

Karunia-Nya kepada kita semua Amin Ya Rabbal Alamin.

WassalamualaikumWr.Wb

Makassar, April 2017

Zulfikar

ii

Page 10: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULi

HALAMAN PENGESAHAN ii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJi` iii

HALAMAN HAK CIPTA iv

HALAMAN PERYATAAN KEASLIAN v

ABSTRAK vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang 1

1.2 Tujuanpenelitian 2

1.3 ManfaatPenelitian 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Silase 3

2.2 Fermentasi 5

2.3 Kecernaan dan Bahan Organik 7

2.4 LimbahSayur 9

2.5 Cairan Rumen 10

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 WaktudanTempat 13

Page 11: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

11

3.2 AlatdanBahan 13

3.3 PersiapanCairan Rumen 13

3.4 Limbahsayur 13

3.5 ProsedurKerja 14

3.6 RancanganPercobaan 14

3.7 Peubah yang diamati 15

3.8 Analisa Data 15

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.KecernaanBahanKeringdanKecernaanOrganik 16

BAB V PENUTUP

5.1.Kesimpulan 20

5.2.Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN

Page 12: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

12

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Peubah yang di amati 15

2. Rataan daya cerna bahan kering 16

Bahan organik berdasarkan perlakuan

Page 13: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

13

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Lampiran data penelitian 32

2. Lampiranfoto-fotopenelitian 36

Page 14: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

14

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pakan merupakan faktor penting dalam budidaya udang vannamei sebagai

salah satu komoditas unggulan di sulawesi selatan. Harga pakan yang relatif tinggi

akibat sumber protein dalam pakan yakni tepung ikan masih diimpor. Oleh karena

itu perlu memformulasi pakan buatan udang vannamei dengan mengacu pada

aspek ekonomis. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memformulasi

pakan buatan yang bahan bakunya berasal dari limbah sayur dalam bentuk silase

dengan penambahan cairan rumen. Limbah sayur merupakan salah satu alternatif

bahan baku pakan sumber protein asal nabati yang tinggi dan jumlahnya

melimpah, sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku pakan

yang ekonomis.

Namun kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan limbah sayur adalah

protein yang berasal dari limbah sayur sulit dicerna oleh udang karena dilapisi

oleh lapisan selulosa, sehingga di butuhkan pemanfaatan proses bilogis

menggunakan bakteri selulotik. Perlakuan biologis menggunakan inokulum

bakteri selulolitik sangat berperan dalam meningkatkan kualitas limbah sayur

sebagai bahan baku pakan alternative udang vannamei. Upaya yang dilakukan

untuk meningkatkan nilai nutrisi limbah sayura dalah dengan memanfaatkan

asam mikroba khususnya bakteri selulolitik. Rekayasa bioteknologi dengan

menggunakan isolate bakteri selulolitik yang di peroleh daricairan rumen sapi

diharapkan dapat menyederhanakan ikatan kompleks lingo-selilosa dan lingo-

Page 15: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

15

hemi selulosa pada limbah pertanian. Cara ini lebih praktis karena cukup dengan

menyebarkan inokulum bakteri pada substrat limbah sayur (Nalar, 2014).

Sumber alami tersebut adalah cairan rumen sapi yang berasal dari limbah

Rumah Potong Hewan (RPH). Isi rumen yang merupakan limbah rumah potong

hewan yang berpotensi sebagai feed additive. Jovanovic dan Cuperlovic (1977)

menyatakan mikrobia rumen dapat meningkatkan nilai gizi bahan makanan karena

adanya protein mikrobia sehingga akan meningkatkan daya cerna,sehingga di

anggapperluuntukdilakukanpenelitiankecernaaanbahankeringdankecernaanbahano

rganiknutrisilimbahsayurmelalui proses silase dengan penambahan cairan rumen

untuk pakan udang vannamei.

1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitan

Adapun tujuan daripenelitian ini adalah untuk meningkatkan kandungan

nutrisi imbah sayur dalam bentuk silase dengan penambahan cairan rumenuntuk

pakan udang vannamei. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai

bahani nformasi kepada para pembudidaya tentang penggunaan cairan rumen

yang efektif dalam bentuk silase sebagai upaya peningkatan kualitas nutrisi

limbah sayur untuk pakan udang vannamei.

Page 16: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

16

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Silase

Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproduksi atau dibuat dari

tanaman yang dicacah, pakan hijauan, limbah dari industri pertanian dan lain –

lain dengan kandungan air pada tingkat tertentu (60 - 80%) yang disimpan dalam

sebuah silo atau dalam suasana silo.

Ensilase adalah metode pengawetan hijauan berdasarkan pada proses

fermentasi asam laktat yang terjadi secara alami dalam kondisi anaerobik. Selama

berlangsungnya proses ensilase, beberapa bakteri mampu memecah selulosa dan

hemiselulosa menjadi berbagai macam gula sederhana. Sedangkan bakteri lain

memecah gula sederhana tersebut menjadi produk akhir yang lebih kecil (asam

asetat, laktat dan butirat). Produk akhir yang paling diharapkan dari proses

ensilase adalah asam asetat dan asam laktat. Produksi asam selama 11

berlangsungnya proses fermentasi akan menurunkan pH pada material hijauan

sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain yang tidak

diinginkan.

Menurut Weinberg and Muck (1996); dalam Merry dkk.(1997), proses

ensilasi dalam silo/fermentor kedap udara terbagi dalam 4 tahap, yaitu :

Tahap I - Fase aerobik.

Tahap ini pada umumnya hanya memerlukan waktu beberapa jam saja,

fase aerobik terjadi karena keberadaan oksigen di sela - sela partikel tanaman.

Jumlah oksigen yang ada akan berkurang seiring dengan terjadinya proses

respirasi pada material tanaman serta pertumbuhan mikroorganisme aerobik dan

Page 17: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

17

fakultatif aerobik, seperti khamir dan enterobakteria. Selanjutnya, enzim pada

tanaman seperti protease dan carbohydrase akan teraktivasi, sehingga kondisi pH

pada tumpukan hijauan segar tetap dalam batas normal (pH 6.5 - 6,0).

Tahap II – Fase fermentasi.

Tahap ini dimulai ketika kondisi pada tumpukan silase menjadi anaerobik,

kondisi tersebut akan berlanjut hingga beberapa minggu, tergantung pada jenis

dan kandungan hijauan yang digunakan serta kondisi proses ensilase. Jika proses

fermentasi berlangsung dengan sempurna, bakteri asam laktat (BAL) akan

berkembang dan menjadi dominan, pH pada material silase akan turun hingga 3,8

- 5,0 karena adanya produksi asam laktat dan asam - asam lainnya.

Tahap III – Fase stabil.

Tahap ini akan berlangsung selama oksigen dari luar tidak masuk ke

dalam silo/fermentor. Sebagian besar jumlah mikroorganisme yang berkembang

pada fase fermentasi akan berkurang secara perlahan. Beberapa jenis

mikroorganisme toleran asam dapat bertahandalam kondisi stasioner ( inactive)

pada fase ini, mikroorganisme lainnya seperti clostridia dan bacilli bertahan

dengan menghasilkan spora.

Hanya beberapa jenis mikroorganisme penghasil enzim protease dan

carbohydrase toleran asam serta beberapa mikroorganisme khusus, seperti

Lactobacillus buchneri yang dapat tetap aktif pada level rendah.

Tahap IV – Fase pemanenan (feed-out/aerobic spoilage).

Fase ini dimulai segera setelah silo/fermentor dibuka dan silase terekspose

udara luar. Hal tersebut tidak terhindarkan, bahkan dapat dimulai terlalu awal jika

Page 18: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

18

penutup silase rusak sehingga terjadi kebocoran. Jika fase ini berlangsung terlalu

lama, maka silase akan mengalami deteriorasi atau penurunan kualitas silase

akibat terjadinya degradasi asam organik yang ada oleh khamir dan bakteri asam

asetat.

Proses tersebut akan menaikkan pH pada tumpukan silase dan selanjutya

akan berlangsung tahap spoilage ke - 2 yang mengakibatkan terjadinya kenaikan

suhu, dan peningkatan aktifitas mikroorganisme kontaminan, seperti bacilli,

moulds dan enterobacteria (Honig dan Woolford, 1980).

Pada proses pembuatan silase, untuk menghindari terjadinya kegagalan,

maka perlu dilakukan pengontrolan dan optimalisasi pada setiap tahapan ensilase.

Pada tahap I, dibutuhkan teknik filling material hijauan yang baik kedalam silo,

sehingga dapat meminimalisir jumlah oksigen yang ada di antara partikel

tanaman.

Teknik pemanenan tanaman yang dikombinasikan dengan teknik filling

yang baik diharapkan dapat meminimalisir hilangnya karbohidat terlarut (water

soluble carbohydrates) akibat respirasi aerobik ketika hijauan berada di luar

maupun di dalam silo, sehingga terdapat lebih banyak gula sederhana yang tersisa

untuk proses fermentasi asam laktat pada tahap II.

Proses ensilase tidak dapat dikontrol secara aktif ketika telah masuk pada

tahap II dan III. Pada tahap IV, diperlukan silo/fermentor yang benar - benar

kedap udara untuk meminimalisir kontaminasi aerobik selama penyimpanan.

Segera setelah silo/fermentor dibuka, silase harus diberikan kepada ternak hingga

habis.

Page 19: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

19

2.2. Fermentasi

Fermentasi adalah peruraian senyawa organik menjadi senyawa sederhana

dengan bantuan mikroorganisme sehingga menghasilkan energi (Fardiaz,

1987).Fermentasi merupakan proses pengolahan bahan organik menjadi bentuk

lainyang lebih berguna dengan bantuan mikroorganisme secara terkontrol.

Mikroorganisme yang terlibat diantaranya adalah bakteri, protozoa, jamur

atau kapang atau fungi, dan ragi atau yeast. Silase merupakan makanan ternak

yang sengaja disimpan dan diawetkan dengan proses fermentasi dengan maksud

untuk mendapatkan bahan pakan yang masih bermutu tinggi serta tahan lama agar

dapat diberikan kepada ternak pada masa ke kurangan pakan ternak

(Hanafi,2008).

Fermentasi adalah segala macam proses metabolic dengan bantuan enzim

dari mikroba untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa, dan reaksi kimia

lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organic dengan

menghasilkan produk tertentu (Saono, 1976)dan menyebabkan terjadinya

perubahan sifat bahan tersebut (Winarno, et al.,1980).

Menurut jenismediumnya, proses fermentasi dibagi 2 yaitu fermentasi

medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat merupakan

proses fermentasi di mana medium yang digunakan tidak larut tapi cukup

mengandung air untuk keperluan mikroorganisme, sedangkan fermentasi medium

caira dalah proses yang substratnya larutaau tersuspensi di dalam fase cair

Keuntungan menggunakan medium padat antara lain: (1). Tidak

memerlukan tambahan lain kecuali air. (2). Persiapan inokulum lebih sederhana.

Page 20: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

20

(3). Dapat menghasilkan produk dengan kecepatan tinggi. (4). Kontrol terhadap

mnkontaminan lebih mudah. (5). Kondisi medium mendekati keadaan tempat

tumbuh alamiah. (6). Produktivitas tinggi. (7). Aerasi optimum. (8). Tidak

diperlukankontrol pH maupunsuhu yang teliti (Harjo et al.,1989).

2.3. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik

Sutardi (1979), menyatakan bahwa kecernaan bahan kering dipengaruhi

oleh kandungan protein pakan, karena setiap sumber protein memiliki kelarutan

dan ketahanan degradasi yang berbeda-beda. Kecernaan bahan organik merupakan

faktor penting yang dapat menentukan nilai pakan. Setiap jenis ternak ruminansia

memiliki mikroba rumen dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam

mendegradasi ransum, sehingga mengakibatkan perbedaan kecernaan.

Kecernaan adalah selisih anatara zat makanan yang dikonsumsi dengan

yang dieksresikan dalam feses dan dianggap terserap dalam saluran cerna. Jadi

kecernaan merupakan pencerminan dari jumlah nutrisi dalam bahan pakan yang

dapat dimanfaatkan oleh ternak. Tinggi rendahnya kecernaan bahan pakan

memberi arti seberapa besar bahan pakan itu mengandung zat-zat makanan dalam

bentuk yang dapat dicerna dalam saluran pencernaan (Ismail, 2011).

Kecernaan pakan dapat didefinisikan dengan cara menghitung bagian zat

makanan yang tidak dikeluarkan melalui feses dengan asumsi zat makanan

tersebut telah diserap oleh ternak. Kecernaan pakan biasanya dinyatakan dalam

persen berdasarkan bahan kering.

Faktor-faktor yangmempengaruhi kecernaan antara lain komposisi bahan

pakan, perbandingan komposisi antara bahan pakan satu dengan bahan pakan

Page 21: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

21

lainnya, perlakuan pakan, suplementasi enzim dalam pakan, ternak dan taraf

pemberian pakan (McDonald dkk., 2002). Daya cerna juga merupakan presentasi

nutrien yang diserap dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan diketahui

dengan melihat selisih antara jumlah nutrisi yang dimakan dan jumlah nutrien

yang dikeluarkan dalam feses (Anggorodi, 1984).

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna bahan pakan adalah suhu,

laju perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik dari pakan, komposisi

ransum dan pengaruh perbandingan dengan zat lainnya (Anggorodi, 1979),

komposisi kimia bahan, daya cerna semu protein kasar, penyiapan pakan

(pemotongan, penggilingan,pemasakan, dan lain-lain), jenis ternak, umur ternak,

dan jumlah ransum (Tillman dkk., 1991).

Bahan organik merupakan bahan kering yang telah dikurangi abu,

komponen bahan kering bila difermentasi di dalam rumen akan menghasilkan

asam lemak terbang yang merupakan sumber energi bagi ternak. Nilai kecernaan

bahan organik (KBO) didapatkan melalui selisih kandungan bahan organik (BO)

awal sebelum inkubasi dan setelah inkubasi, proporsional terhadap kandungan BO

sebelum inkubasi tersebut (Blümmel dkk., 1997).

Kecernaan bahan organik dalam saluran pencernaan ternak meliputi

kecernaan zat-zat makanan berupa komponen bahan organik seperti karbohidrat,

protein, lemak, dan vitamin. Bahan-bahan organik yang terdapat dalam pakan

tersedia dalam bentuk tidak larut, oleh karena itu diperlukan adanya proses

pemecahan zat-zat tersebut menjadi zat-zat yang mudah larut. Faktor yang

mempengaruhi kecernaan bahan organik adalah kandungan serat kasar dan

Page 22: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

22

mineral dari bahan pakan. Kecernaan bahan organik erat kaitannya dengan

kecernaan bahan kering, karena sebagian dari bahan kering terdiri dari bahan

organik (Ismail, 2011).

2.4. LimbahSayur

Salah satu alternatif bahan pakan sumber protein asal nabati yang dapat

memberikan peluang baik yaitu dengan menggunakan limbah sayuran.Walaupun

ketersediaannya cukup melimpah bahkan merupakan sampah penyebab polusi

lingkungan, limbah sayuran belum dimanfaatkan untuk penunjang budidaya ikan,

hal ini dikarenakan limbah sayuran sangat mudah busuk. Padahal walaupun

limbah sayuran merupakan sampah, namun karena termasuk sampah organikmaka

didalamnya masih mengandung zat-zat makanan yang dapat dimanfaatkan oleh

ikan. Di beberapa daerah di Pulau Jawa limbah sayuran sering merupakan

masalah lingkungan khususnya di daerah padat penduduk seperti Jawa Barat

(Susangka, dkk. 2006).

Ternak FAPET UNPAD (2005), limbah sayuran mengandung kadar Air

80%; PK 1- 15%; Penggunaan tepung limbah sayuran yang sesuai dalam ransum

ikan nila tidak akan mengganggu pertumbuhan, bahkan diharapkan dapat

meningkatkan performan.Agar dapat digunakan sebagai bahan pakan penyusun

pelet ikan, limbah sayuran yang telah diolah tersebut kemudian dijemur dengan

sinar matahari selama 2-3 hari lalu digiling sehingga menjadi tepung.

Income over feed and fish cost berpengaruh besar dalam menentukan

keuntungan dan kerugian dari suatu budidaya perikanan. Semakin efisien ransum

Page 23: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

23

yang diubah menjadi daging, maka semakin baik pula nilai income over feed cost.

Hal tersebut turut ditentukan pula oleh harga bahan pakan di pasaran. Di pasaran,

limbah sayuran tidak memiliki nilai jual sehingga diperkirakan pelet yang

mengandung limbah sayuran bisa menghasilkan income over feed and fish cost

yang lebih baik (Susangka, 2006).

Limbah sayuran memiliki nilai gizi rendahyang ditunjukkan dengan

kandungan serat kasartinggi, dengan kadar air yang tinggi pulawalaupun (dalam

basis kering) kandungan proteinkasarnya cukup tinggi, yaitu berkisar antara

15-24persen. Secara fisik, limbah sayuranmudah busuk karena berkadar air

tinggi, namunsecara kimiawi mengandung protein, serta vitamindan mineral

relatif tinggi dan dibutuhkan olehikan, Tekstur limbah sayuran dengan

dindingselnya banyak mengandung serat kasar denganikatan ligno-selulosa,

dapat mempengaruhipemanfaatan protein dari material tersebut. Olehkarenanya,

pengolahan fisik atau mekanisdiperlukan untuk merenggangkan ikatan ligno-

selulosa. Pemasakan dalam pengolahan pangandikenal dengan istilah blansing

dan merupakan langkah pengawetan serta perenggangan ikatanfisik dinding sel

tanaman.Pemasakan merupakansalah satu proses pengolahan panas yang

sederhanadan mudah, dan dapat dilakukan dengan media airpanas atau disebut

perebusan maupun dengan uappanas atau disebut pengukusan.

2.5. Cairan Rumen

Pada dasarnya isi rumen merupakan bahan-bahan makanan yang terdapat

dalam rumen belum menjadi feces dan dikeluarkan dari dalam lambung rumen

setelah hewan dipotong. Kandungan nutrisinya cukup tinggi, hal ini disebabkan

Page 24: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

24

belum terserapnya zat-zat makanan yang terkandung didalamnya sehingga

kandungan zat-zatnya tidak jauh berbeda dengan kandungan zat makanan yang

berasal dari bahan bakunya.

Perut hewan ruminansia terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan

abomasum. Volume rumen pada ternak sapi dapat mencapai 100 liter atau lebih,

dan untuk domba berkisar 10 liter. Rumen diakui sebagai sumber enzim

pendegradasi polisakarida. Polisakarida dihidrolisis di rumen disebabkan

pengaruh sinergis dan interaksi dari komplek mikro-organisme, terutama selulase

dan xilanase (Trinci et al. 1994). Mikroorganisme terdapat pada cairan rumen

(liquid phase) dan yang menempel pada digesta rumen. Enzim yang aktif

mendegradasi struktural polisakarida hijauan kebanyakan aktif pada

mikroorganisme yang menempel pada partikel pakan.

Anggorodi (1979), menyatakan bahwa ternak ruminansia dapat mensintesis

asam amino dari zat-zat yang mengandung nitrogen yang lebih sederhana melalui

kerjanya mikroorganisme dalam rumen. Mikroorganisme tersebut membuat zat-

zat yang mengandung nitrogen bukan protein menjadi protein yang berkualitas

tinggi. Mikroorganisme dalam rumen terdiri dari kelompok besar yaitu bakteri

dan protozoa, temperatur rumen 39 sampai 40 derajat celcius, pH 7,0 sehingga

memberikan kehidupan optimal bagi mikroorganisme rumen. Sekitat 80%

Nitrogen dijumpai dalam tubuh bakteri rumen berupa protein dan 20 % berupa

asam nukleat. Berdasarkan analisa berbagai rumen kadar berbagai asam amino

dalam isi rumen diperkirakan 9-20 kali lebih besar daripada dalam makanan.

Page 25: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

25

Kandungan rumen sapi menurut Rasyid (1981), meliputi protein 8,86%,

lemak 2,60%, serat kasar 28,78%, kalsium 0,53%, phospor 0,55%, BETN

41,24%, abu 18,54%, dan air 10,92%. Berdasarkan komposisi zat makanan yang

terkandung didalamnya dapat dipastikan bahwa pemanfaatan isi rumen dalam

batas-batas tertentu tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bila dijadikan

bahan pencampur pakan berbagai ternak.

Page 26: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

26

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan TempatPenelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember2016 sampai Januari

2017. Lokasi penelitian masing-masing di Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar untuk proses fermentasi dan diLaboratorium

Pertenakan Universitas Hasanuddin untuk Analisis Kimia.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian adalah limbah

sayur, cairan rumen sapi, ammonium sulfat, ember sebagai tempat media, kain

katun sebagai penyaring cairan rumen yang kasar, thermometer, kertas lakmus,

dan sentrifugasi.

3.3. PersiapanCairan Rumen

Isi rumen sapi diambil dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH)

Sungguminasa Gowa.Cairan rumen sapi diambil dari isi rumen sapi dengan cara

filtrasi (penyaringan dengan kain katun) dibawah kondisi dingin. Cairan rumen

hasil filtrasi disentrifuse dengan kecepatan 10.000g selama 10 menit pada suhu 4

0C untuk memisahkan supernatan dari sel-sel dan isi sel mikroba. Supernatan

kemudian diambil sebagai sumber enzim kasar (Lee et al. 2000).

3.4. Limbah Sayur

Limbah sayur yang akan digunakan dalam penelitian adalah sawi, kol,

kangkung, dan wortel yang diperoleh dari pasar Sungguminasa Kabupaten Gowa

masing-masing 25%.Proses pembuatan silase diawali dengan menggiling limbah

Page 27: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

27

sayur kemudian dicampur cairan rumen dan molase dengan dosis sesuai

perlakuan, Selanjutnya proses silase dengan cara anaerob.

3.5. Prosedur Kerja

Penelitian ini diawali dengan menggiling limbah sayur yang diperoleh dari

pedagang di pasar menggunakan penggilingan daging, dan selanjutnya dilakukan

pembuatan silase dengan menambahkancairan rumen dengan dosis sesuai

perlakuan, dandisimpan selama waktu proses silase sesuai perlakuan.Semua bahan

disemprot dengan larutan cairan rumen secara merata, selanjutnya dimasukkan

dalam wadah plastik. Setelah proses pembuatan silase selesai, selanjutnya

dilakukan analisis.

3.6. Rancangan Percobaan

Penelitian ini akan menggunakan pola faktorial dengan rancangan dasar

acak lengkap. Faktor pertama adalah dosis cairan rumen yang ditambahkan dalam

proses pembuatan silase limbah sayur. Adapun perlakuan dapat dilihat sebagai

berikut:

A1= Penambahan dosis cairan rumen sapi 1%

A2 = Penambahan dosis cairan rumen sapi 2%

A3 = Penambahan dosis cairan rumen sapi 3%

Faktor kedua adalah lama waktu pembuatan silase limbah sayur dengan

perlakuan sebagai berikut:

Perlakuan A = Lama waktu silase Limbah Sayur 4 Hari

Perlakuan B = Lama waktu silase Limbah Sayur 6 Hari

Perlakuan C = Lama waktu silase Limbah Sayur 8 Hari

Page 28: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

28

Perlakuan D = Lama waktu silase Limbah Sayur 10 Hari

3.7. Peubah yang diamati

Peubah yang akan diamati adalah sebagai berikut:

Kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik dihitung dengan rumus :

BK sampel (g) – (BK residu (g) – BK blanko (g))

%KCBK = x 100

BK sample

BO sample (g) – (BO residu (gr) – BO blanko (g))

%KCBO = x 100

BO sample

Ket:

KCBK:kecernaan bahan kering

KCBO:kecernaan bahan organik

BO: bahan organik

BK: bahan kering

3.8. Analisa Data

Data yang diperoleh darihasil penelitiaan ini akan di analisa

menggunakan analisis ragam, sesuai dengan desain rancangan acakl

engkap (RAL). Apabila perlakuan menunjukan berpengaruh nyata atau

sanga tnyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nilai Terkecil (BNT).

Page 29: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Kecernaan Bahan Kering dan Kecernaan Bahan Organik

Rataan daya cerna bahan kering dan daya cerna bahan organik pada silase limbah

sayur dapat dilihat pada Tabel 1 :

Tabel 1 : Rataan Daya Cerna Bahan Kering dan Daya Cerna Bahan Organik Berdasarkan

Perlakuan

Sumber : Diolah 2017

Kecernaan bahan keringmerupakan salah satu indikator untukmenentukan

kualitas pakan. Rata-rata kecernaan bahan kering silase limbah sayur hasil

fermentasi cairan rumen tertinggi diperoleh pada perlakuan A3B1 (dosis cairan

rumen 3% dengan lama waktu fermentasi 4 hari) sebesar 60,92% dan kecernaan

bahan organik pada perlakuan A3B1 (dosis cairan rumen 3% dengan lama waktu

fermentasi 4 hari) sebesar 57,77% . Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa

perlakuan dosis cairan rumen dalam proses fermentasi cairan rumen tidak

memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap tingkat kecernaan bahan kering

dan kecernaan bahan organik limbah sayur, sedangkan lama waktu fermentasi

memberikan pengaruh nyata (P<0,05). Interaksi antara dosis cairan rumen dan

lama waktu fermentasi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kecernaan

Pengukuran Dosis

rumen

Lama waktu fermentasi

B1 (4 hari) B2 (6 hari) B3 (8 hari) B4 (10 hari)

Kecernaan

Bahan Kering

(%)

A1 (1%) 60,25 52,57 49,76 40,92

A2 (2%) 55,76 52,74 44,95 40,37

A3 (3%) 60,92 55,11 45,65 43,22

Kecernaan

Bahan

Organik(%)

A1 (1%) 47,66 47,55 42,22 33,14

A2 (2%) 52,58 47,53 39,82 35,49

A3 (3%) 57,77 50,52 42,73 31,17

Page 30: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

30

bahan kering dan kecernaan bahan organik. Rataan kecernaan bahan kering

bervariasi antara 40,37% (Perlakuan A2B4) hingga 60,92% (Perlakuan A3B1).

Begitu pula dengan ragam tingkat kecernaan bahan organik ransum, bervarisi

antara 31,17% (Perlakuan A3B4) hingga 57,77% (Perlakuan A3B1).

Perlakuan dosis cairan rumen tidak menunjukkan perbedaan tingkat

kecernaan bahan kering dan bahan organik limbah sayur hasil fermentasi,

demikian halnya dengan interaksi antara dosis cairan dan lama waktu fermentasi.

Sedangkan lama waktu fermentasi limbah sayur menunjukkan perbedaan. Hal ini

memberi gambaran bahwa dari lama waktu fermentasi limbah sayur sudah terlihat

pola artinya dengan lama waktu fermentasi 4 hari dosis 3% (30 ml) mikroba

rumen mampu meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik.

Tingginya kecernaan bahan kering maupun kecernaan bahan organik pada

perlakuan A3B1 (dosis cairan rumen 3% dengan lama waktu fermentasi 4 hari)

disebabkan karena perlakuan tersebut mengandung dosis cairan rumen lebih

tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sehingga mikroba dalam

rumenmampu meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik hanya

dengan lama waktu fermentasi 4 hari dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Hal ini sejalan dengan (Suardin, 2014) menyatakan bahwa tingginya kecernaan

bahan organik diduga karena kecernaan bahan kering juga menunjukan kecernaan

bahan kering yang tinggi. Selanjutnya Sutardi (1980), menyatakan bahwa

degradasi bahan organik erat kaitannya dengan degradasi bahan kering, karena

sebagian bahan kering terdiri dari bahan organik. Darwis (1988) menyatakan

bahwa penurunan kecernaan bahan kering mengakibatkan kecernaan bahan

Page 31: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

31

organik menurun atau sebaliknya. Dijelaskan lebih lanjut oleh Crampton dan

Harris (1969) bahwa kecernaan makanan tergantung pada aktifitas

mikroorganisme rumen karena mikroorganisme rumen berperan dalam proses

fermentasi, sedangkan aktifitas mikroorganisme rumen itu sendiri dipengaruhi

oleh zat-zat makanan yang terdapat dalam bahan makanan.

Nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik yang tinggi pada

perlakuan A3B1 (dosis cairan rumen 3% dengan lama waktu fermentasi 4 hari

menunjukkan kualitas limbah sayur hasil fermentasi cairan rumen sebagai bahan

baku pakan udang vannamei. Afriyanti(2008), menyatakan bahwa semakintinggi

kecernaan bahan kering makasemakin tinggi pula peluang nutrisi yangdapat

dimanfaatkan ternak untukpertumbuhannya

Rendahnya nilai kecernaan bahan kering dan kecernaan organik pada

perlakuan lainnya dibandingkan dengan perlakuan A2B2 disebabkan karena dosis

yang diberikan lebih rendah sehingga mikroba pada cairan rumen tidak mampu

mencerna serat pada limbah sayur mengakibatkan rendahnya kecernaan. Hal ini

sejalan (Setiyaningsih, 2007), menyatakan bahwa mikrobia dalam cairan rumen

tidak dapat memanfaatkan kandungan nutrisi hijauan karena inokulum sudah mati

atau populasinya kurang dari 106 sehingga tidak mampu bekerja secara optimal.

Menurut McDonald dkk (2002), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

kecernaan, yaitu komposisi bahan pakan, perbandingan komposisi antara bahan

pakan satu dengan bahan pakan lainnya, perlakuan pakan, suplementasi enzim

dalam pakan, ternak dan taraf pemberian pakan. Nilai Kecernaan BO yang relatif

sama antar perlakuan selain disebabkan oleh komponen BO dan BETN juga

Page 32: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

32

diduga disebabkan oleh kandungan SK pakan perlakuan yang relatif sama. Hal ini

diduga karena mikrobia tidak mampu untuk mencerna komponen SK yang

terkandung dalam pakan secara optimal. Kandungan SK dalam pakan akan

menyebabkan rendahnya nilai degradasi, karena SK yang berupa selulosa dan

hemiselulosa sering berikatan dengan lignin dan akan sulit untuk dipecah oleh

enzim pencernaan (Tillman dkk, 1998). Nilai Kecernaan Bahan Organik yang

relatif sama selain dipengaruhi komponen Bahan Organik pakan perlakuan juga

dipengaruhi oleh kandungan NDF pakan yang relatif sama. NDF (dinding sel)

pada tanaman akan mempengaruhi kecernaan karena kurang dapat dicerna,

kesamaan faktor pembatas memungkinan kecernaan pakan relatif sama.

Page 33: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

33

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Peningkatan dosis cairan rumen dari 1%, 2% sampai 3% dan interaksi

antara dosis dengan lama waktu dalam proses fermentasi tidak memberikan

manfaat yang signifikan dalam hal meningkatkan daya cerna bahan kering dan

bahan organik limbah sayur, sedangkan peningkatan lama waktu fermentasi dari 4

hari, 6 hari, 8 hari, dan 10 hari memberikan manfaat yang signifikan.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian dengan ranges dosis cairan rumen yang lebih

tinggi sehingga terlihat polanya.

Page 34: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

34

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi HR. 1995. NutrisiAnekaTernak .Jakarta.

Aslamyah, S. 2006. Mikroflora Saluran Pencernaan Ikan Gurame. Jurusan

Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas

Hasanuddin.

AOAC. 1970. Official Methods of AnalysisTheAssociation of OfficialAnanlytical

Chemist. Washington: AOAC International.

AOAC. 2005. Official Methods of AnalysisTheAssociation of Official

AnalyticalChemist. 18thed. Marylad: AOAC International. William

Harwitz (ed).

Boisen S. and B.O. Eggum. 1991. Critical evaluation of in vitro methods for

estimating digestibility in simple-stomach animal. Nutr. Res. Rev. 4:141-

162.

Buckle,K.A.,1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press.Jakarta.

Budiansyah, A., Resmi, Nahrowi, Wiryawan, K,G. Suhartono, M.T dan

Widyastuti, Y. 2011. Hidrolisis Zat Makanan Pakan oleh Enzim Cairan

Rumen Sapi Asal Rumah Potong. Jurnal Agrinak Vol.01 No. 1September

2011.

Fardiaz, S., 1987. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas IPB, Bogor.

Fitrailiyani I, Harris, E., Mokoginta, I, Nahrowi. 2010. Peningkatan kualitas

nutrisi tepung daun lamtoro dengan penambahan ekstrak enzim cairan

rumen domba untuk pakan ikan nila Oreochromis sp. BeritaBiologi 10(2)

- Agustus 2010

Hanafi, N. D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Departemen

Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Hardjo, S., Indrasti N. S. dan Tajudin B., 1989. Biokonveksi Pemanfatan Limbah

Limbah Industri Pertanian. Pusat antar Universtias Pangan dan Gizi. IPB.

Hernawati, Tatik, MirniLamid, HerryAgoesHermadi, SunaryoHadiWarsito. 2010.

Bakteriselulotikuntukmeningkatkankualitaspakankomplitberbasislimbahp

ertanian. VeterinariaMedika, Vol.3 No. 3 November 2010. Surabaya.

205-208.

Honig, H., and M K.Woolford 1980. Changes in silage on exposure to air. p. 76-

87. In: C. Thomas (ed.) Forage Conservation in the 80s. Occasional

Symposium No. 11. British Grassland Society, Hurley, Berkshire, UK.

Page 35: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

35

Kordi. 1997. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang. Hal 180-181;182

Lee S.S., J.K. Ha and K.J. Cheng. 2000. Relativecontributions of bacteria.

protozoa and fungitoin vitrodegradation of orchard grass cellwalls and

their interactions. Appl. Environ.Microbiol. 6(9): 3807 - 3813.

Lee S.S, C.H. Kim, J.K. Ha, Y.H. Moon, N.J. Choi, andK.J. Cheng. 2002. Distribution

and activities ofhydrolytic enzyme s in the rumencompartements of

hereford bulls fed alfalfabased diet.Asian-Aust. J. Anim.

Sci.15(12):1725 – 1731.

Mahesti, G, 2009. Pemanfaatan Protein pada Domba Lokal Jantan Dengan Bobot

Badan dan Aras Pemberian Pakan yang Berbeda. Program Studi

Magister Ilmu Ternak Program Pasca sarjana Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro, Semarang.

Merry, R.J., K.F. Lowes, and A.L. Winters. 1997: Current and future approaches

to biocontrol in silages. Forage conservation: 8th International Scientific

Symposium, Pohořelice: Research Institute of Animal Nutrition. Czech

Republic, pp. 17-27.

Muwakhid, 2005. Isolasi, Seleksi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat isolat

sampah Organik. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana Universitas

Brawijaya, Malang.

Nalar, H.P, Herliani, Irawan, B., Rahmatullah, S.N., Askalani, Kurniawan, N.

M.A., 2014. Pemanfaatan Cairan Rumen dalam Proses Fermentasi

Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Nutrisi Dedak Padi Untuk Pakan

Ternak. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian

Spesifik Lokasi”. Banjar Baru 6- 7 Agustus 2014.

Purnomo hadi M. 2006. Peranan Bakteri SelulotikCairan Rumen pada Fermentasi

Jerami PadiTerhadapMutuPakan. Jurnal Protein,Vol 13, No. 2 13(2).

Palupi, Rizky dan A.Imsya. 2011. Pemanfaatan kapang Trichoderma viridae

dalam proses fermentasi untuk meningkatkan kualitas dan daya cerna

protein limbah udang sebagai pakan ternak unggas. Seminar Nasional

Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011. Bogor. 672-677.

Rasyid, S.B, A.M. Liwa, L.A. Rotib, Z. Zakaria dan W.M. Waskito, 1981.

Pemanfaatan Isi Rumen Sapi Sebagai Subtitusi Sebagain Ransum Basal

Terhadap Performan Ayam Broiler. Laporan Penelitian, Universitas

Hasanuddin, Ujung Pandang. 10–24.

Page 36: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

36

Saono, S., 1976. Metabolisme dari Fermentasi. Ceramah Ilmiah Proceeding

Lokakarya Bahan Pangan Berprotein Tinggi. LKN-LIPI, Bandung. Hal

5-7.

Santoso U., 1996. Efek Fermentasi Jerami padi Oleh Jamur Tiram Putih

(Pleurotus Ostreatus) Terhadap Penggemukkan Sapi Jantan Peranakan

Ongole. Disertasi. Universitas Padjadjaran. Bandunng

Susangka, I., Haetami, I., Andriani, Y. 2006. Evaluasi Nilai Gizi Limbah

Sayuran produk Cara Pengolahan Berbeda dan Pengaruhnya terhadap

pertumbuhan Ikan Nila. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.

Trinci A. P. J., D. R. Davies, K. Gull, M. L. Lawrence, B. B. Nielsen, A. Rickers

and M. K. Theodorou. 1994. Anaerobic Fungi in Herbivorous Animals.

Myco.

Wahyuni, Siti.HS, Dwi Cipto Budinuryanto, Herry Supratman, Suliantari. 2011.

Respon broiler terhadap pemberian ransum mengandung dedak padi

fermentasi oleh kapang Aspergillus ficuum. J. Ilmu Ternak, Juni 2011,

No.10 Vol. 1. Bandung. 26-31.

Weinberg, Z.G. dan R.E. Muck, 1996. New trends and opportunities in the

development and use of inoculants for silage. Fems Microbiol. Rev. 19:

53-68

Wina, Elizabeth. 2005. Teknologi pemanfaatan mikroorganisme dalam pakan

untuk meningkatkan produktivitas ternak ruminasia di Indonesia : sebuah

review. Wartazoa Vol 15. No 4 Tahun 2005,. Bogor. 173-186

Winarno, F.G., 1980. Microbial Convertion of Lignocellulose into Feed Straw and

Other Fibrous of Products as Feed Elsevier, Amsterdam, Oxford, New

York.

Page 37: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

37

60.25 55.76

60.92

52.57 52.74 55.11

49.76 44.95 45.65

40.92 40.37 43.22

0

10

20

30

40

50

60

70

A1 (dosis rumen 1%) A2 (dosis rumen 2%) A3 (dosis rumen 3%)

Kecernaan Bahan Kering

B1 (4 hari) B2 (6 hari) B3 (8 hari) B4 (10 hari)

47.66 52.58

57.77

47.55 47.53 50.52

42.22 39.82

42.73

33.14 35.49

31.17

0

10

20

30

40

50

60

70

A1 (dosis rumen 1%) A2 (dosis rumen 2%) A3 (dosis rumen 3%)

Kecernaan Bahan Organik

B1 (4 hari) B2 (6 hari) B3 (8 hari) B4 (10 hari)

Lampiran 1 : Grafik Kecernaan Bahan Kering

Lampiran 2 : Grafik Kecernaan Bahan Organik

Page 38: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

38

Lampiran 3 : Dokumentasi

Page 39: SKRIPSI KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN …

39

RIWAYAT HIDUP

Zulfikar.Lahir di Lampuarapada tanggal 01 September

1994.Anak kesembilan dari sembilan bersaudara dan

merupakan buah kasih sayang dari pasangan Ayanda

Muslimin Supu dan Ibunda Tahira. Penulis menempuh

pendidikan dasar di MTS.Istiqomah Lampuara pada tahun 2001 sampai

2007.Pada tahun 2007 sampai 2010 penulis menempuh jenjang pendidikan

menengah pertama di SMPN 3 BuaPonrang Selanjutnya, Di SMKN 1 TERPADU

LUWU pada 2010 sampai 2013,penulis melanjutkan pendidikan kejenjang

pendidikan tinggi di UniversitasMuhammadiyahMakassar,Program Strata (S1)

pada jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian.

Berkat karunia Allah subhanahuwata’ala penulis dapat menyalesaikan

studi di Universitas Muhammadiyah Makassar dengan tersusunnya skripsi yang

berjudul”Kecernaan Bahan Kering dan Kecernaan Bahan Organik Nutrisi

Limbah sayur Melalui Proses Silase Dengan Penambbahan Cairan Rumen

Untuk Pakan Udang Vannamei”.