bab v laporan akhir
TRANSCRIPT
7/30/2019 Bab v Laporan Akhir
http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-laporan-akhir 1/5
Feasibility Study (Studi Kelayakan)
Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kabupaten Lingga
V ‐1
BAB V
HASIL SURVEY PENDAHULUAN
5.1. Umum
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan terhadap komoditi
karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan
petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan
langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan
bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau perkebunan swasta untuk
membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.
Secara umum dalam perindustrian karet dalam aspek pemasaran perlu ditinjau :
(i) perkembangan pasar komoditi karet alam dilihat dari permintaan dan
penawaran karet alam .
(ii) prospek agribisnis karet dilihat dari klon-klon karet rekomendasi dengan
potensi produksinya, kebutuhan investasi dan kelayakan finansial pengusahaan
kebun karet, serta hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam rangka
pengembangan agribisnis karet di Indonesia.
Data statistik tahun 2012 di Kabupaten Lingga menunjukan bahwa luas total
area perkebunan karet di Kapupaten Lingga adalah sebesar 10.216,95 Ha. Dengan ini
terlihat potensi unggulannya yakni produksi karet dengan tujuan menghasilkan
produk olahan yang efisien, bernilai tambah tinggi, ramah lingkungan, sesuai potensi
sumberdaya yang ada dan sesuai kondisi sosial ekonomi dan budaya daerah. Dan jugaBerdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan oleh BAPPEDA Kabupaten Lingga
mengenai Potensi Perkebunan Karet menyimpulkan bahwa potensi sumberdaya lahan
dan perkebunan karet yang dimiliki oleh Kabupaten Lingga sangat potensial untuk
dilakukan pengembangan. Untuk mencapai pengembangan perkebunan karet yang
efektif dan efisien, selaras, serasi seimbang dan berkelanjutan, maka perlu
perencanaan yang matang. Lahan yang terbesar untuk perkebunan Karet di Kabupaten
Lingga terdapat di kecamatan Singkep Barat, Lahan perkebunan ini di tanam sejak
PPPEEEMMM A A ASSS A A ARRR A A ANNN PPPRRROOODDDUUUKKKSSSIII
KKKOOOMMMOOODDDIIITTTIII KKK A A ARRREEETTT
7/30/2019 Bab v Laporan Akhir
http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-laporan-akhir 2/5
Feasibility Study (Studi Kelayakan)
Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kabupaten Lingga
V ‐2
tahun 1980 dan seiring perkembangan potensi yang menguntungkan maka jumlah
petani Karet di Kabupaten Lingga hingga saat ini di perkirakan berjumlah 5000 orang,
petani ini berasal dari kecamatan Singkep Barat, yang merupakan daerah dengan
jumlah lahan perkebunan karet diperkirakan mencapai 400 ha, dengan jenis
tanaman karet unggul. Selain itu potensi karet yang dihasilkan di Kabupaten Lingga
sebaiknya dilakukan pengembangan sampai ke tingkat pengelolaan dan pemasaran
yang direncanakan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan pendapatan
Kabupaten Lingga itu sendiri.
5.2 Perkembangan Permintaan Komoditi Karet
Karet merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal
ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang
terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt , sabuk transmisi, dock fender ,
sepatu dan sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat
sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif
lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya
mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi
diproduksi sebagai komoditi perkebunan. Di Kabupaten Lingga dari 1 ha terdapat 500-
600 batang pohon karet, untuk masa panen tergantung usia tanaman karet, pohon karet
dengan usia di bawah 30 tahun, dari 300-400 batang pohon karet dapat menghasilkan
7-10 kg per hari, sementara untuk pohon karet dengan usia di atas 30 tahun dapat
memproduksi karet 30 hari x 10 bulan efektif yaitu 300 hari panen dalam setahun
maka jumlah produksinya hanya 5-6 kg per hari untuk 300-400 batang dalam 1 ha
tanah, dengan rata rata produksi 849,24 Kg/Ha . Degan jumlah Petani Karet cukup
signifikan yakni perkirakan berjumlah 5000 orang bahkan akan bertambah terkaitrencana pembangunan pabrik karet di lokasi , dan dengan jumlah lahan di perkirakan
mencapai 400 ha dengan jenis tanaman karet unggul, menunjukan prospek kebutuhan
karet yang terus meningkat. Dengan perkirakan kebutuhan karet Indonesia 2,40 juta
ton pada tahun 2012 dan total area perkebunan karet di Kapupaten Lingga adalah saat
ini sebesar 10.216,95 Ha, dengan rata rata produksi perkebunan Kabupaten Lingga
dari 849,24 Kg/ha, Kabupaten Lingga dapat memberikan kontribusi untuk memenuhi
kebutuhan Karet Indonesia sebanyak 0,36 % per tahunnya dan dimungkinkan akan
7/30/2019 Bab v Laporan Akhir
http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-laporan-akhir 3/5
Feasibility Study (Studi Kelayakan)
Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kabupaten Lingga
V ‐3
terjadi perkembangan setiap tahunnya seiring dengen rencana pembangunan pabrik
Karet di Kabupaten Lingga.
5.3 Perkiraan jumlah permintaan Komoditi Karet
Bedasarkan data IRSG (2004a), ketakseimbangan (imbalance) penawaran dan
permintaan karet alam mulai terlihat sejak tahun 1900-an (surplus/defisit dari
penawaran karet alam), dan berpengaruh terhadap cadangan (stock ) karet alam dunia.
Secara teoritis, harga diharapkan akan bereaksi dengan ketakseimbangan penawaran
dan permintaan. Dimana kenaikan harga terjadi karena defisit penawaran dan turunnya
harga karena surplus penawaran, Hal tersebut tentunya akan menyulitkan bagi pelaku
pasar dalam mengambil keputusan. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir
terus menunjukan adanya peningkatan dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 2,25
juta ton pada tahun 2010. Beberapa faktor Fundamental yang Mempengaruhi Harga
Karet Alam Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir,
terutama China dan beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin seperti
India, Korea Selatan dan Brazil, memberi dampak pertumbuhan permintaan karet alam
yang cukup tinggi, walaupun pertumbuhan permintaan karet di negara-negara industri
maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang relatif stagnan. Menurut International
Rubber Study Group (IRSG), diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet
alam pada periode dua dekade ke depan. Hal ini menjadi kekuatiran pihak konsumen,
terutama pabrik-pabrik ban seperti Bridgestone, Goodyear dan Michelin. Sehingga
pada tahun 2004, IRSG membentuk (Task Force Rubber Eco Project (REP) untuk
melakukan studi tentang permintaan dan penawaran karet sampai dengan tahun 2035.
Hasil studi REP meyatakan bahwa permintaan karet alam dan sintetik dunia pada
tahun 2035 adalah sebesar 31.3 juta ton untuk industri ban dan non ban, dan 15 jutaton diantaranya adalah karet alam. Untuk jumlah konsumsi karet dunia dalam
beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan, jika pada tahun 2009 konsumsi karet
dunia sebesar 9,277 juta ton, untuk tahun 2010 naik menjadi 10,664 juta ton.
Sementara produksi karet mentah dunia hanya mampu memberikan sebanyak 10,219
juta ton pada tahun 2010 naik dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar 9,702
juta ton karet alam atau minus sekitar 445.000 ton. Harga karet di pasar dunia tersebut
dipengaruhi oleh tingginya permintaan terhadap komoditas tersebut dari negara-negara
7/30/2019 Bab v Laporan Akhir
http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-laporan-akhir 4/5
Feasibility Study (Studi Kelayakan)
Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kabupaten Lingga
V ‐4
yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat seperti China, India , dan Asia
Pasifik. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik bahwa untuk luas areal karet Indonesia
sebagai yang terbesar di dunia dengan luas 3,4 juta hektar, diikuti Thailand seluas 2,6
juta hektar dan Malaysia 1,02 juta hektar. Meski memiliki lahan terluas, produksi karet
Indonesia tercatat sebesar 2,4 juta ton atau di bawah produksi Thailand yang mencapai
3,1 juta ton, sedangkan produksi karet Malaysia mencapai 951 ribu ton. Dengan
perkirakan kebutuhan karet Indonesia 2,40 juta ton pada tahun 2012 dan total area
perkebunan karet saat di Kapupaten Lingga adalah sebesar 10.216,95 Ha, dengan rata
rata produksi perkebunan Kabupaten Lingga dari 849,24 Kg/ha. Diharapkan dengan
adanya Pabrik Karet Sendiri diharapkan bisa mengalami peningkatan sebesar 100 %
Untuk setiap harinya karet yang di hasilkan para petani karet Lingga mencapai 1500
kg per ha jadi untuk setiap bulannya bisa mencapai 200 ton. Hal ini menjadikan
komoditi karet di Kabupaten Lingga menjadi perioritas seiring peningkatan kebutuhan
karet Indonesia maupun Negara tetangga.
5.4 Kebijakan Pemasaran dan Saluran Distribusi
Dari permintaan kebutuhan karet Indonesia 1.0 juta ton pada tahun 1985
menjadi 2.25 juta ton pada tahun 2010 ini menggambarkan bahwa kebutuhan akan
Karet semakin meningkat, Khususnya Kabupaten Lingga sudah saatnya mencermati
akan potensi ini. Pertanyaannya apakah Kabupaten Lingga Dengan luas total area
perkebunan karet di Kapupaten Lingga adalah sebesar 10.216,95 Ha , dengan rata
rata produksi 849,24 Kg/Ha Ini semua perlu peran Pemerintah Daerah dan kerjasama
dari semua pihak terkait. Dari tahun 1980 pemasaran karet kabupaten Lingga masih
menggunakan jalur tengkulak, petani menjual hasil karetnya ke tengkulak, atau bahkan
tengkulak yang mendatangi petani karet, dengan menggnakan truk lalu tengkulak menjualnya lagi kepada pengumpul, kemudian pengumpul menjual langsung kepada
pengusaha yang ada di Jambi melalui Kapal Nuzdalifah dan Kapal Wilis setiap
minggu.
Pelabuhan yang di pergunakan untuk mangkal kapal untuk mengangkut kapal
ke jambi addalah pelabuhan Dabo, pelabuhan Marok Tua dan Pelabuhan Sungai Daek.
Sebagian besar melalui Pelabuhan Dabo berkisar sebanyak 60%, Perkiraan setiap
bulan karet di angkut dari pelabuhan Dabo saja sekitar 600 ton karet ke Jambi, tim
7/30/2019 Bab v Laporan Akhir
http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-laporan-akhir 5/5
Feasibility Study (Studi Kelayakan)
Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kabupaten Lingga
V ‐5
survey mengalami kesulitan mendapatkan data secara transparan dari pemilik kapal
karena pemilik kapal khawatir terlalu banyak pungutan yang di sesuaikan dengan
jumlah anggkutan mereka. Ada kalanya petani perkebunan karet Kabupaten Lingga
menjual langsung ke Jambi melalui Pelabuhan Sungai Daek. Untuk Pabrik Karet
selain ke Jambi Para petani karet Kabupaten Lingga pun ada yang menjualnya ke
pabrik karet yang ada diTanjungpinang . Untuk data pengumpul sulit didapatkan,
namun biasanya setiap desa memiliki seorang pengumpul. Harga Jual karet dari petani
ke tengkulak terbilang rendah, saat tim studi melakukan riset mendapat harga 8.000 –
9.000 per kg.. Harga jual karet peteni kabupaten Lingga bisa mencapai titik tertinggi di
angka 15.000 untuk per kg nya, tergantung cuaca dan masa panen dan permintaan
pabrik akan komoditi karet. Yang di khawatirkan para spekulan dapat
mempermainkan harga karet.