bab v. membuat garis lurus

8
ILMU UKUR TANAH 1 5.0.0. MEMBUAT GARIS LURUS DI LAPANGAN Sebuah garis lurus ditentukan oleh dua buah titik. Garis tersebut di lapangan biasanya ditentukan oleh dua buah patok, jalon, pen ukur atau tanda-tanda lainnya. 5.1.0. Membuat garis lurus Pada pekerjaan ukur tanah, sebuah garis lurus, selain ditentukan oleh dua buah titik pada ke dua ujungnya, masih diperlukan titik-titik perantara. Cara yang paling sederhana di dalam menentukan titik-titik perantara ini adalah dengan menggunakan jalon. Pengamat berdiri kurang lebih berjarak 1m di belakang titik ujung dari sebuah garis dan melihat hanya melalui salah satu sisi, sisi kiri atau sisi kanan, dari ke dua ujung sebuah garis yang diwakili oleh ke dua jalon tersebut seperti yang terlihat pada gambar 5.1. Gbr. 5.1. Jalon awal dan jalon akhir POLITEKNIK NEGERI MEDAN

Upload: immanuel-lumbantobing

Post on 23-Nov-2015

238 views

Category:

Documents


50 download

DESCRIPTION

Mengenai bagainama penerapan garis lurus di lapangan

TRANSCRIPT

4

ILMU UKUR TANAH 1

5.0.0. MEMBUAT GARIS LURUS DI LAPANGANSebuah garis lurus ditentukan oleh dua buah titik. Garis tersebut di lapangan biasanya ditentukan oleh dua buah patok, jalon, pen ukur atau tanda-tanda lainnya.

5.1.0. Membuat garis lurus

Pada pekerjaan ukur tanah, sebuah garis lurus, selain ditentukan oleh dua buah titik pada ke dua ujungnya, masih diperlukan titik-titik perantara. Cara yang paling sederhana di dalam menentukan titik-titik perantara ini adalah dengan menggunakan jalon. Pengamat berdiri kurang lebih berjarak 1m di belakang titik ujung dari sebuah garis dan melihat hanya melalui salah satu sisi, sisi kiri atau sisi kanan, dari ke dua ujung sebuah garis yang diwakili oleh ke dua jalon tersebut seperti yang terlihat pada gambar 5.1.

Gbr. 5.1. Jalon awal dan jalon akhirSelanjutnya, seorang pembantu membawa jalon untuk menentukan titik-titik perantara tersebut, memegangnya dengan baik dan sesuai dengan arah garis tersebut. Pengamat memberi aba-aba dengan tangan, sementara pembantu me-ngikuti aba-aba tersebut untuk menempatkan jalon yang dipegangnya sesuai dengan aba-aba yang diberikan oleh si pengamat. Setelah itu dikontrol lagi oleh si pengamat apakah jalon tersebut ditancapkan pada posisi yang benar, terletak pada satu garis lurus. Jika ternyata jalon tersebut belum berada pada kedudukan satu garis, maka pekerjaan di atas harus diulang lagi sehingga pada akhirnya didapat kedudukan jalon perantara pada arah satu garis lurus (gbr 5.2.)

Gbr. 5.2. Jalon awal, jalon akhir dan jalon tengah

5.2.0. Rintangan

Dalam membuat garis lurus di lapangan maupun untuk pengukuran jarak, sering dijumpai rintangan-rintangan sepanjang garis tersebut. Secara garis besar rintangan tersebut dapat dibagi dalam beberapa kelompok, diantaranya:

5.2.1. Rintangan Pada Pembuatan Garis Lurus

Bila suatu garis sudah ditentukan, tetapi ke dua ujung garis tersebut tidak dapat saling terlihat, pada garis tersebut harus ditentukan beberapa titik perantara.

Pada gambar 5.3. titik A dan D tidak dapat saling terlihat karena terhalang oleh tumpukan tanah atau bukit. Dalam hal ini digunakan pertolongan titik bantu B1 dan C1 yang tidak terletak pada garis lurus A dan D. Pada kedudukan ini, titik C1 harus dapat terlihat dari titik A dan B1 dan juga titik B1 harus dapat terlihat dari titik D. Kemudian, titik C1 dipindahkan ke C2 sehingga membentuk garis lurus B1C2D. Begitu juga titik B1 dipindahkan ke titik B2 sehingg membentuk garis lurus C2B2A. Demikian seterusnya sehingga suatu saat titik A,B,C, dan D membentuk satu garis lurus.

Gambar 5.3. Membuat Garis Lurus Di Daerah Perbukitan

5.2.2. Rintangan Yang Dapat Dihindari Dengan Memindahkan Garis Ukur.

Pada gambar 5.4. terlihat sebuah kolam yang terletak pada sebuah garis ukur XY. Dalam hal ini, ada bagian dari garis ukur yang tidak dapat diukur langsung. Pada titik A dekat kolam sebuah sudut siku dibuat untuk menentukan titik B. Jarak AB diukur. Begitu juga jarak dari titik B ke C. Dengan menggunakan dalil Phytagoras, jarak AC dapat dihitung dari persamaan

Gambar. 5.4 Garis Ukur XY Dengan Rintangan KolamPada gambar 5.5 diperlihatkan kemungkinan lain cara pengukuran jarak yang melalui kolam seperti di atas. Pada titik A dan D dibuat garis AB dan DC, masing-masing tegak lurus garis XY, sehingga terbentuk empat persegi panjang ABCD. Dengan demikian BC dapat diukur langsung dan AB = CD

Gambar 5.5 Garis Ukur XY Dengan Rintangan Kolam

5.2.3. Rintangan Yang Tidak Dapat Dihindari Dengan Memindahkan Garis Ukur

Rintangan semacam ini sering dijumpai pada pengukuran yang melalui sungai-sungai besar maupun galian jalan kereta api yang mempunyai lebar lebih besar dari panjang pita ukur itu sendiri.

Pada gambar 5.6, terlihat suatu garis X-Y yang memotong galian jalan kereta api. Pada titik A dibuat garis AB tegak lurus XY dan dibagi dua pada titik C. Pada titik B dibuat garis BD tegak lurus AB sehingga terdapat dua buah segitiga yang sebangun, yaitu (BDC ( (AEC. Dengan demikian jarak AE dapat dihitung dengan perbandingan sisi-sisi pada ke dua segitiga siku-siku tersebut.

Gambar. 5.6. Garis Ukur X-Y Dengan Rintangan Jalan Kereta Api.Kemungkinan lain untuk melakukan pengukuran dalam hal seperti di atas diperlihatkan pada gambar 5.7. Pada titik A dibuat garis AB yang tegak lurus XY dan pada garis BC dibuat garis BD yang tegak lurus BC, dimana D terletak pada garis ukur X-Y (sudut CBD siku-siku), dan jarak BD dan AD diukur.

Sekarang terdapat dua buah segitiga sebangun yaitu (ABD dan (CBD, karena masing-masing mempunyai sudut siku-siku di A dan B dan sudut yang berimpit di titik D. sudut ketiganya juga sama.

Gambar 5.7. Garis Ukur X-Y Dengan Rintangan Jalan Kereta Api

5.2.4. Rintangan Yang Dihindari Dengan Pembuatan Garis Lurus

Meskipun di atas telah diuraikan cara-cara untuk menghindari rintangan, masalah masih sering timbul bila ada bangunan atau pepohonan yang terletak pada garis ukur sehingga garis tersebut tidak dapat diukur secara langsung. Pada gambar 5.8, terlihat suatu keadaan dimana garis ukur X-Y terhalang oleh pepohonan. Pada titik A dan B dibuat garis-garis tegak lurus dan tentukan titik-titik C dan D dimana jarak AC dibuat sama dengan jarak BD. Panjang CD ketika diukur harus sama dengan panjang AB. Garis CD diperpanjang menuju titik-titik E dan F dan panjang DE dan EF diukur. Kemudian pada titik-titik E dan F dibuat garis tegak lurus. Panjang EG dan FH diukur dan harus sama dengan AC dan BD. Dengan demikian titik-titik G dan H dapat ditentukan dan kedua titik ini berada pada garis ukur YABX. Pada pengecekan, jarak titik GH akan didapat sama dengan jarak titik EF. Dan disini, panjang garis GB akan sama dengan panjang garis ED.

Gambar. 5.8. Garis ukur X-Y dengan rintangan pepohonan

A

B

C

D

A

B1

B2

C1

C2

D

1

1

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

_1316250107.unknown

_1316250339.unknown

_1316250412.unknown

_1316250208.unknown

_1316200177.unknown