bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teorirepository.ump.ac.id/5732/3/nindita niken paramastuti bab...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Persalinan
a. Definisi
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Sarwono, 2008; h. 100).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,
dan janin turun ke jalan lahir (Sumarah, 2008; h.1)
Bentuk persalinan
1) Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya
berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2) Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan
tenaga dari luar.
3) Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan dari luar dengan jalan rangsangan.
b. Tanda dan gejala persalinan
1) Penipisan dan pembukaan serviks
2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
3) Lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina (Wahyu,
2013;h.210).
c. Tanda bahaya persalinan
1) Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mules
2) Perdarahan sebelum melahirkan dan setelah lahir
3) Air ketuban berbau busuk dan berwarna keruh
4) Tali pusat atau anggota badan bayi keluar terlebih dahulu
5) Ibu tidak kuat mengedan
6) Ibu kejang-kejang
7) Distasia bahu (Margharet,2013;h.221)
d. Pembagian waktu pesalinan
1) Kala I
a) Definisi
Kala I adalah pada saat uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan pembukaan serviks
sampai diameter 10 cm (Icesmi, 2013; h. 213).
b) Pembagian fase kala I
(1) Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan servik secara bertahap,
pembukaan servik kurang dari 4cm, biasanya
berlangsung hingga dibawah 8jam
(2) Fase aktif
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
(a) fase akselerasi dalam waktu 2 jam
pembukaan 3cm menjadi 4cm
(b) fase dilatasi maksimal dalam waktu 2
jam pembukaan berlangsung sangat
cepat dari 4 cm menjadi 9 cm
(c) fase deselarasi pembukaan menjadi
lambat kembali, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap
(Margareth, 2013; h. 213)
2) Kala II
a). Definisi
Kala II adalah persalinan yang dimulai dari
pembukaan serviks lengkap (10 cm) sampai bayi
lahir (Icesmi, 2013; h. 217)
b.) Tanda dan gejala
1). Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi.
2). Ibu mersakan adanya peningkatan tekanan
pada rectum/ vaginanya.
3). Perineum menonjol.
4). Vulva - vagina dan sfingterani membuka.
5). Meningkatnya lendir bercampur darah.
6). Pembukaan serviks telah lengkap.
7). Terlihatnya bagian kepala janin melalui interoitus
vagina.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
c) Persiapan pertolongan kala II
(1) Sarung tangan
(2) Perlengkapan pelindung diri
(3) Persiapan tempat persalinan, peralatan dan
bahan
(4) Penyiapan Tempat dan Lingkungan Untuk
Kelahiran Bayi
(5) Persiapan ibu dan keluarga
(6) Amniotomi
(7) Membimbing ibu untuk meneran
(8) Membantu posisi ibu saat meneran
(9) Membantu kelahiran kepala, bahu dan
badan bayi (Wiknjosastro, 2008).
3) Kala III
a. Definisi
Dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya placenta
b. Tanda lepasnya placenta
(1) Perubahan bentuk uterus, bentuk
uterus yang semula discoid menjadi globuler
akibat dari kontraksi uterus
(2) Semburan darah mendadak dan
singkat.
(3) Tali pusat memanjang
c. Menurut Nining (2008; h. 147) menjelaskan
management aktif kala III
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
(1) Pemberian oksitosin
(2) Penegangan tali pusat
Terkendali
(3) Masase fundus uteri
4) Kala IV
a. Definisi
Dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2
jam sesudahnya, adapun hal-hal yang perlu
kembali kebentuk normal (Widyastuti, 2008; h.
166)
b. Asuhan dan pemantauan pada kala IV
(1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus.
(2) Evaluasi tinggi fundus, umumnya terletak
dibawah pusat.
(3) Menilai jumlah perdarahan
(4) Periksa adanya robekan
(5) Evaluasi keadaan umum ibu dengan
memeriksa tekanan darah, nadi, tinggi
fundus, kontraksi uterus, jumlah urin dn
jumlah perdarahan setiap 15 menit sekali
pada 1 jam post partum dan tiap 30 menit
sekali pada 2 jam postpartum. Untuk
pemeriksaan suhu dilakukan setiap jam.
(6) Mendokumentasikan semua hasil
pemeriksaan (Varney,2008;h.835)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
e. Penapisan Kondisi Patologis
1). Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah placenta belum lahir setengah
jam setelah janin lahir (Prawirohardjo, 2009).
a). Tanda dan gejala
(1) Plasenta Akreta Parsial / Separasi
a. Konsistensi uterus kenyal
b. TFU setinggi pusat
c. Bentuk uterus discoid
d. Perdarahan sedang – banyak
e. Tali pusat terjulur sebagian
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta lepas sebagian
h. Syok sering
2). Plasenta Inkarserata
a. Konsistensi uterus keras
b. TFU 2 jari bawah pusat
c. Bentuk uterus globular
d. Perdarahan sedang
e. Tali pusat terjulur
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta sudah lepas
h. Syok jarang
3). Plasenta Akreta
a. Konsistensi uterus cukup
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
b. TFU setinggi pusat
c. Bentuk uterus discoid
d. Perdarahan sedikit / tidak ada
e. Tali pusat tidak terjulur
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta melekat seluruhnya
h. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan
kuat pada tali pusat (Prawirohardjo;2009,h.39).
f. Kegawatdaruratan
1) Atonia Uteri
Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah
lahir). (Sumarah, 2008; h. 154).
Menurut Icesmi ( 2013; h. 243) Atonia uteri
yaitu suatu kondisi kegagalan uterus dalam
berkontraksi dengan baik setelah persalinan,
sebagian besar perdarahan masa nifas (75-80%)
adalah akibart adanya atonia uteri
a. Tanda dan gejala
Perdarahan pervaginaam sering terjadi
karena tromboplastin sudah tidak lagi
sebagai anti pembeku darah. Konsistensi
rahim lunak ini merupakan gejala terpenting
dan yang membedakan atonia dengan
penyebab perdarahan lainnya. Terdapat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
tanda-tanda syok : tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ektremitas
dingin, gelisah dan mual. (Sukarni, 2013 ;
244)
b. Penatalaksanaan
- Masase fundus uteri dan merangsang puting susu
- Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan
secara i.m, i.v, atau s.c
- Pemberian misoprostol 800-1000 per rektal
- Kompresi bimanual eksternal dan atau internal (Margareth,
2013; h. 244)
2) Distosia Bahu
Menurut Marmi (2012 ; 233) menjelaskan
distosia bahu adalah kelahiran kepala janin dengan
bahu anterior macet diatas sakral promotory karena
itu tidak bisa lewat masuk kedalam panggul, atau
bahu tersebut bisa lewat promontorium akan tetapi
mendapatkan halangan dari tulang sakrum (tulang
ekor)
a) Penanganan
Pada saat menghadapi persalinan lama dilakukan
evaluasi secara keseluruhan untuk mengetahui sebab-
sebabnya. Pada persalinan lama selalu ada
kemungkinan untuk melakukan pembedahan dengan
narcosis, jangan diberikan makanan biasa melainkan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
bentuk cairan. Apabila his menyebabkan rasa sakit
yang berlebihan diberikan injeksi pethidin 50 mg. Pada
permulaan kala 1 diberikan 10 mg morvin, lalu berikan
antibiotic secukupnya apalagi kalo ketuban sudah lama
pecah (Sukarni, 2013 ; 264)
b) Penatalaksanaan medis
Menjelaskan bahwa pada pemeriksaan
klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin
yang sedang tumbuh disertai dengan faktor-faktor yang
diketahui merupakan predisposisi terhadap
makrosomia (bayi besar). Pemantuan elektolit
pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi Bolus
glukosa parenteral sesuai dengan indikasi
hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila
pemberian glukosa parenteral tidak efektif (Icesmi,
2013 ; 265).
3) Kehamilan Kembar
Menurut (Margareth, 2013 ; 253) kehamilan
kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Angka perbandingan kehamilan kembar dan
tunggal (Hukum Hellin) adalah 1:89
1). Tanda dan gejala
Rahim tumbuh lebih besar dari usia kehamilan dan
penambahan berat badan ibu yang mencolok sebanyak 18-23
kg yang tidak disebabkan karena bengkak atau obesitas.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan janin multipel serta
terdengarnya 2 denyut jantung janindalam rahim (Marmy, 2012;
h.232)
g. Asuhan Persalinan Normal
Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersioh dan aman
selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan
komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia dan
asfiksia bayi baru lahir. Persalinan normal dirumuskan 58 langkah asuhan
persalinan normal sebagai berikut (Sarwono, 2010) :
1) Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali
pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3) Memakai celemek plastik.
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan
dengan sabun & air mengalir.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan
gerakan vulva ke perineum.
a. Melakukan pemeriksaan dalam - pastikan pembukaan
sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
8) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
9) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai –
pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
10) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah
merasa ingin meneran.
11) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
12) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran.
13) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit.
14) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
15) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
16) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
17) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
18) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm,
memasang handuk bersih untuk menderingkan janin pada perut
ibu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
19) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
20) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi
luar secara spontan.
21) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan
kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
22) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan
dan siku sebelah atas.
23) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung
kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang
tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua
lutut janin)
24) Melakukan penilaian selintas :
a) Apakah bayi menangi kuat dan atau bernapas tanpa
kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak aktif ?
25) Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Membiarkan bayi atas perut ibu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
26) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
27) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus
berkontraksi baik.
28) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit
IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
29) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah
distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama.
30) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat
diantara 2 klem tersebut.
31) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
32) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang
topi di kepala bayi.
33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari
vulva
34) Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
35) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan
tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30
– 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
36) melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
37) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan
plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan),
pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
38) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus
uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler
menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras)
39) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan
tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan
selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam
kantong plastik yang tersedia.
40) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
42) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada
ibu paling sedikit 1 jam.
43) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri
tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg
intramaskuler di paha kiri anterolateral.
44) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
45) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
46) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
47) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
48) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan.
49) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik.
50) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah di dekontaminasi.
51) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
52) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT.
Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu
memakai memakai pakaian bersih dan kering.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
53) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
54) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
55) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
56) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
57) Melengkapi partograf.
3. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Menurut (Wiknjosastro, 2008) Bayi baru lahir adalah bayi yang
lahir dari kehamilan yang aterm (37– 42 minggu) dengan berat
badan lahir 2500 – 4000 gram. Bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa
melalui alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai
dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500 – 4000 gram, nilai
Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Yulianti,2010;h.201).
Menurut Sarwono (2010; h.117) Prematur atau bayi baru
lahir sangat rendah (BBLSR), (<32minggu atau <1500gram aterm)
Pada evaluasi dalam penilaian APGAR yaitu :
A : Appearance (warna kulit)
P : Pulse (denyut nadi)
G: Grimace (reaksi terhadap rangsangan)
A: Activity (kontraksi otot)
R: Respiratory (pernapasan)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
b. Penanganan Bayi Baru Lahir
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah:
2. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera
setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis
segeralah membersihkan jalan nafas.
3. Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong sebelim atau sesudah plasenta
lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan
mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan.
4. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu
mengatur suhu badannya dan membutuhkan pengaturan
dari luar untuk membuatnya tetap hangat, bayi baru lahir
harus dibungkus hangat
5. Pencegahan infeksi
Cara pencegahan infeksi pada bayi yaitu dengan
cara mencegah terjadinya perdarahan pada bayi dengan
memberikan vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg
diberikan secara IM (intra muscular). Dan diberikan obat
tetes mata atau salep mata.
c. Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir.
Penatalaksanaan awal dimulai sejak proses
persalinan hingga kelahiran bayi, dikenal sebagai
asuhan essensial neonatal yang meliputi :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
1. Persalinan bersih dan aman
Melaksanakan persalinan selalu menerapkan
upaya pencegahan infeksi dan ditatalaksana sesuai
dengan ketentuan atau indikasi yang tepat.
2. Memulai Pernafasan Spontan
Segera lakukan penilaian awal 0 – 30 detik. Nilai
kondisi bayi baru lahir secara cepat. Stabilisasi temperatur
tubuh bayi / menjaga agar bayi tetap hangat.
3. ASI dini dan eksklusif
Anjurkan ibu memberikan ASI dalam waktu 30
menit setelah bayi lahir dan berikan ASI saja selama 6
bulan pertama.
4. Pencegahan Infeksi.
Tetes mata profilaksis (larutan perak nitrat 1 %)
atau salep antibiotik (tetrasiklin 1 % atau eritromisin 0,5 %)
harus diberikan dalam waktu 1 jam pertama setelah bayi
lahir. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak
akan efektif jika tidak diberikan dalam waktu satu jam
pertama kehidupan (JNPK-KR, 2009).
5. Pemberian Imunisasi
a) Hepatitis B 0 (uniject) 0 – 7 hari dan polio 1,
b) BCG pada 1 bulan.
c) Hb I dan DPT 1 (combo 1) pada 2 bulan dan polio
d) Hb 2 dan DPT 2 (combo 2) pada 3 bulan dan polio
e) Hb 3 dan DPT 3 (combo 3) pada 4 bulan dan polio
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
f) Campak 9 bulan.
g) Memberi vitamin K
Menurut Prawirohadjo,2008 Kejadian
perdarahan karena defisiensi vitamin K pada BBL
dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25 – 0,5 %.
Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut,
semua bayi lahir normal dan cukup bulan perlu
diberi vitamin K peroral dengan dosis 1 mg / hari
selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi
vitamin K parenteral dengan dosisi 0,5-1 mg I.M
6. Perawatan tali pusat
Selama tali pusat belum lepas, perlu dilakukan
perawatan secara cermat agar tidak terjadi infeksi. Beberapa
cara merawat tali pusat, diantaranya:
a) Usahakan setiap kali akan dan setelah merawat tali
pusat harus mencuci tangan terlebih dahulu.
b) Jaga kebersihan tali pusat dan sekitarnya dan
diupayakan tali pusat selalu dalam keadaan kering.
c) Gunakan kapas baru pada setiap basuhan.
d) Supaya tali pusat lebih cepat lepas, tali pusat tidak
di tutup oleh kasa steril ataupun oleh kasa alkohol
atau kasa betadine sehingga mendapat udara
cukup biarkan kering dengan sendirinya.
e) Saat membersihkan, pastikan suhu kamar tidak
terlalu dingin.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
f) Kenakan popok dan atasan dari bahan kaos yang
longgar.
g) Membersihkan tali pusat minimal 1–2 kali sehari
c. Penilaian Untuk Tanda-tanda Kegawatan
Menurut Sarwono(2010;h.32)Semua bayi baru lahir
harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan atau kelainan
yang menunjukan suatu penyakit. Bayi baru lahir
dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau
beberapa tanda-tanda sebagai berikiut:
1. Sesak napas
2. Frekwensi pernafasan 60 kali/menit
3. Gerak retraksi di dada
4. Malas minum
5. Panas atau suhu tubuh badan bayi rendah
6. Kurang aktif
7. Berat lahir rendah (1500-2500 gr)
d. Kunjungan Neonatal
Menurut Sarwono,(2010;h.2) Menjelaskan bahwa
Kunjungan Neonatal Lengkap (KN Lengkap)adalah jumlah
neonatal yang mendapatkan pelayanan sesuai standar 3
kali (KN1, KN2, KN3), dengan ketentuan (Hidayat, 2008):
Kunjungan neonatal hari ke-1 (KN 1) adalah jumlah
neonatus umur ≥ 24 jam – 2 hari yang kontak dengan
tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
pemeriksaan kesehatan neonatal sesuai dengan standar,
baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas
(termasuk bidan di desa, Polindes, kunjungan rumah,
Rumah Sakit pemerintah/ swasta, RB, dan Bidan Praktek
Swasta di wilayah kerja puskesmas)
e. Ciri-ciri bayi baru lahir
(a) Berat badan 2500-4000gram
(b) Panjang badan 48-52cm
(c) Lingkar dada 30-38cm
(d) Lingkar kepala 33-35cm (Marmi, 2012;
h. 8)
f. Reflek-reflek
(a) Reflek hisap dan menelan sudah
terbentuk dengan baik
(b) Reflek morrow atau gerak memeluk
bila dikagetkan sudah baik
(c) Reflek graps atau menggenggam baik
2. Nifas
a. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil.
Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu (Bahiyatun, 2009). Masa nifas
(puerperium), berasal dari bahasa Latin, yaitu puer yang artinya bayi
dan parous yang artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan
(Saleha, 2009).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas
kira-kira berlangsung selama 6 minggu (Sarwono, 2010;h.34).
b. Tahapan Masa Nifas
Adapun tahapan masa nifas (postpartum puerperium) menurut (Suherni,
2009) adalah:
1) Puerperium Dini : Masa kepulihan, yakni saat ibu
diperbolehkan Berdiri dan
berjalanjalan.
2) Puerperium Intermedial : Masa kepulihan menyeluruh dari
organ- organ genetal kira-kira 6-
8 minggu.
3) Remote Puerperium : Waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil
(persalinan mempunyai
komplikasi).
c. Perubahan-Perubahan Fisiologis masa nifas
1) Perubahan uterus
Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan,
setinggi umbilicus, setelah 4 minggu masuk panggul, setelah 2
minggu kembali pada ukuran sebelum hamil) (Suherni,2009;h.54).
2) Lochea
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina
selama puerperium (Varney, 2008;h.401). Ada beberapa jenis lochea,
yakni (Suherni,2009;h.69) dan menurut Siti Shaleha;2010;h 56) yaitu:
(a) Lochea Rubra (Cruenta)
Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-
sel darah desidua (Desidua yakni selaput tenar rahim dalam
keadaan hamil), venix caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep
terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel yang
mnyelimuti kulit janin), lanugo (yakni bulu halus pada anak yang
baru lahir), dan mekonium (yakni isi usus janin cukup bulan yang
terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban berwarna hijau).
(b) Lochea Sanguinolenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada
hari ke 3-7 pasca persalinan.
(c) Lochea Serosa
Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-
14 pasca persalinan.
(d) Lochea Alba
Cairan putih yang terjadinya selama 2 minggu.
(e) Lochea Purulenta
Ini terjadi karena infeksi, keluarnya cairan seperti nanah berbau
busuk.
(f) Locheohosis
Lochea yang tidak lancar keluarnya
3) Perubahan vagina dan perinium
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
(a) Vagina
Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul lipatan-lipatan
atau kerutan-kerutan kembali.
(b) Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan perineum
tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan
biasa, tetapi lebih sering terjadi akibat ekstrasi dengan cunam,
terlebih apabila kepala janin harus diputar, robekan terdapat
pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan
speculum.
(c) Perubahan pada perineum
Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus
pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu
bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dan pada
sirkumfarensia suboksipito bregmatika. Bila ada laserasi jalan
lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi
kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah
penjahitan dan perawatan dengan baik (Suherni, 2009;h67).
4) Perubahan pada sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
(dehidrasi), kurang makan, hemorroid, laserasi jalan lahir. Supaya
buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan
yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila
usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong
dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat
laksan yang lain (Suherni, 2009).
5) Perubahan sistem perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu,
tergantung pada 1) keadaan/status sebelum persalinan 2) lamanya
partus kala II yang dilalui 3) Besarnya tekanan kepala yang menekan
pada saat persalinan (Suherni, 2009).
6) Perubahan tanda-tanda vital
(a) Suhu badan
Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh mungkin naik
sedikit, antara 37,2ºC-37,5°C. Kemungkinan disebabkan karena
ikutan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai 38°C
pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai
infeksi atau sepsis nifas.
(b) Denyut nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 kali per menit,
yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan
istirahat penuh. Hal ini terjadi utamanya pada minggu pertama
postpartum.
(c) Tekanan darah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari postpartum.
(d) Respirasi
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Tidak lain
karena ibu dalam kedaan pemulihan/dalam kondisi istirahat. Bila
ada respirasi cepat postpartum (>30x per menit) mungkin
karena ikutan tanda-tanda syok (Suherni, 2009).
d. Perubahan-perubahan psikis ibu nifas
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.
Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir.
Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah
melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut (Suherni,
2009;h.89)
1. Fase taking in
Yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari
pertama sampai kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu
sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang
kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal
sampai akhir.
2. Fase taking hold
Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa kawatir akan
ketidakmampuan dan tanggung jawab dalam merawat bayi. Ibu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
mempunyai perasaan sangat sensitif mudah tersinggung dan
gampang marah.
3. Fase letting go
Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
e. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.
2) Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi masalah,
mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana (Suherni,2009;h 65).
g. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat
kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk
(Ambarwati, 2008;h.89) :
1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan
adanya gangguan kesehatan ibunifas dan bayinya.
3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada
masa nifas.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan
mengganggu kesehatan ibu nifasmaupun bayinya
2.1 Tabel kunjungan masa Nifas
Kunjungan Waktu Asuhan
I
6-8 jam
post
partum
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
mencegahperdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru
lahir dalam keadaan baik.
II 6 hari post
partum
Memastikan involusi uterus barjalan
dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus
uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan
cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak
ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
III
2 minggu
post
partum
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
IV
6 minggu
post
partum
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama
masa nifas.
Memberikan konseling KB secara dini.
B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
1. Teori Manajemen Kebidanan Varney
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan
dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
yang berfokus pada klien (Estiwadani,dkk, 2008).
Teori persalinan asuhan kebidanan pada proses persalinan dalam
metode varney yaitu :
Langkah ini dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan
evaluasi.
Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik
sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang. Kelengkapan data
sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses
interpretasi yang benar. Sehingga dalam tahap ini harus komprehensif
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
meliputi data subyektif, obyektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid
(Estiwadani;2008.h 27).
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang diperoleh dari apa yang klien
katakana atau keluhkan. Data tersebut dapat ditentukan tetapi
melalui suatu interaksi atau komunikasi dengan klien
1) Identitas Klien
a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu beserta nama
panggilan sehari-hari agar dalam memberikan pelayanan
tidak terjadi kekeliruan (Niken;2008.h140)
b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui resiko yang akan
terjadi seperti kurang dari 20 tahun, karena alat
reproduksinya belum matang, psikis dan mentalnya belum
siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas (Hesty;2008.h
46).
c) Agama
Untuk mengetahui keyakinan yang klien anut untuk
membimbing dan mengarahkan klien dalam berdoa
(Dwana; 2008.h 141).
d) Suku / Bangsa
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
(Estiwadani;2008.h 146).
e) Pendidikan
Menurut Meilani, 2008 h.141 Menjelaskan untuk megetahui
tingkat pendidikanyang nantinya penting dalam
memeberikan pendidikan kesehatan atau KIE pada klien
sesuai dengan tingkat pendidikannya
f) Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sociala
ekonominya, karena ini mempengaruhi dengan gizi klien
tersebut. Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
pekerjaan dengan permasalahan kesehatan atau untuk
mengetahui tingkat social ekonomi (Widyastuti, 2008
h.141).
g) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah dalam melakukan
kunjungan rumah, mengetahui tempat tinggal klien dan
keadaan lingkungan sekitarnya (Ambarwati, 2008).
2) Keluhan Utama
Keluhan yang terjadi pada ibu bersalin dengan persalinan
normal. Ibu merasakan sering kenceng-kenceng teratur
dan mengeluarkan lendir darah (Saiffudin, 2006)
3) Riwayat Menstruasi
Menarche umur berapa, haidnya teratur atau tidak,
siklusnya berapa lama, lama menstruasi, banyaknya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
jumlah darah, sifat darah (cair atau ada bekuan,warnanya,
baunya), ada dismenorhoe atau tidak, haid yang terakhir
(Saffudin,2010)
4) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinannya, lama
perkawinan, syah atau tidaknya perkawinan, sudah berapa
kali menikah, berapa jumlah anak (Wiknjosastro, 2010)
5) Riwayat kehamilan, persalian dan nifas yang lalu
(a) Riwayat Kehamilan
Menayakan pada ibu ini kehamilan yang keberapa,
apakah pernah mengalami keguguran, jumlah anak
hidup, apakah sebelumnya pernah memakai Kb,
hipertensi, perdarahan waktu hamil muda (Hesty,
2008 h.142)
(b) Riwayat Persalinan
Untuk mengetahui persalinan yang dilakukan
spontan atau buatan, lahir aterm, preterm, posterm,
ada tidaknya perdarahan saat persalinan, ditolong
siapa, dimana tempat persalinannya (Westy;h.19).
(c) Riwayat Nifas
Untuk mengetahui apakah pernah mengalami
perdarahan, infeksi, bagaimana proses laktasi dan
apakah ada jahitan pada perineum (Manuaba,
2008).
(d) Riwayat Anak
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Untuk mengetahui jumlah anak, jenis kelamin,
hidup atau mati, berat badan lahir. (Hesty, 2008
h.142)
(e) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah ibu sebelum hamil
menggunakan KB atau tidak, jika pernah berapa
lama penggunaannya, dan jenis kontrasepsinya
(Varney, 2010).
(f) Riwayat penyakit
(1) Riwayat penyakit yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat penyakit akut atau kronis seperti;
jantung, diabetes mellitus, hipertensi, asma, yang
dapat mempengaruhi dalam masa nifas (Retna,
2008).
(2) Riwayat penyakit sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang sedang diderita
yang ada hubungannya dengan perdarahan yang
dialami ibu seperti anemia, hipertensi
(Meilani;2008.h 143)
(3) Riwayat penyakit keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
kesehatan klien, yaitu apabila ada penyakit yang
menyertainya (Retna, 2008).
b. Menjelaskan perilaku kebutuhan sehari-hari :
1) Nutrisi: pada ibu hamil sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan gizi karena akan berpengaruh terhadap bayi
yang akan dilahirkan, sedangkan kebutuhan gizi untuk ibu
nifas akan berpengaruh pada kesembuhan luka perineum.
(Weni;2010 h.52)
2) Aktivitas seksual: Pada hamil muda hubungan seksual
sedapat mungkin dihindari, bilaterdapat keguguran
berulang atau mengancam kehamilan dengan tandainfeksi,
pendarahan, mengeluarkan air. Pada kehamilan tua sekitar
14 harimenjelang persalinan perlu dihindari hubungan
seksual karena dapatmembahayakan. Bisa terjadi bila
kurang higienis, ketuban bisa pecah, dan persalinan bisa
terangsang karena, sperma mengandung prostaglandin.
Pada ibu nifas aktifitas seksual dapat dilakukan ketika
selesai masa nifas atau ketika darah nifas sudah tidak lagi
keluar dari vagina (Yuni;2010 h.89).
3) Istirahat tidur: anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan, waktu untuk
istirahat yang cukup untuk ibu hamil maupun nifas pada
siang hari 2 jam dan malam hari 7- 8 jam (Puji;2010
h.124).
4) Personal Hygiene: ibu hamil, nifas, dan BBL sangat rentan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
sekali terkena infeksi, oleh karena itu kebersihan diri
sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi,seperti:
kebersihan pakaian, tempat tidur, pakaian dalam dan
lingkungan (Sujiyatini;2010 h.105).
5) Kepercayaaan yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan, nifas dan BBL Budaya dan keyakinan akan
mempengaruhi proses kesejahteraan bagi ibu hamil,
bersalin, nifas dan BBL (Sukarni;2013 h.63)
d. Pemeriksaan objektif
Menurut Sulistiawati dkk,2010;h.226) Data ini dikumpulkan guna
melengkapi data untuk menegakkan diagnosa. Bidan melakukan
pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan
secara berurutan
c. Menurut Manuaba;2010.h 279 Menjelaskan Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut:
1) Keadaan umum
Dilakukan untuk mengetahui keadaan umum kesehatan
klien. Kesadaran apakah komposmentis, apatis, latergi,
somnolen, sopor atau koma.
a) Tinggi badan dan berat badan sebagai penilaian
keadaan gizi pasien apakah normal, kurang dan
lebih (Manuaba;2012 h.158).
b) Tanda-tanda vital:
(1) Tekanan darah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Tekanan darah normal adalah sistolik antara 90-
120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg
(Sarwono;2010 h.9).
(2) Nadi
Gelombang yang di akibatkan adanya perubahan
pelebaran (vasodilatasi) dan penyempitan
(vasokontriksi) dari pembuluh darah arteri akibat
kontraksi vertikel melawan dinding aorta,
normalnya nadi 60-80 kali permenit
(Wiknjosastro;2010 h.10).
(3) Suhu
Derajat panas yang di pertahankan oleh tubuh
(Saifuddin;2010 h.11).
c). Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Pemeriksaan dilakukan secara insfeksi dan
palpasi, dilakukan dengan memperhatikan bentuk
kepala yang abnormal, distribusi rambut berpariasi
pada setiap orang kulit kepala dikaji dari adanya
peradangan, luka maupun tumor
2. Muka
Pada daerah muka dilihat kesimterisan muka,
apakah kulitnya normal, pucat. Ketidaksimetrisan
muka menunjukkan adanya gangguan pada
saraf ke tujuh (nervus fasialis)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
3. Mata
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata,
teknik yang digunakan inspeksi dan palpasi,
mata yang diperiksa simteris apa tidak, kelopak
mata, konjungtiva, sklera
4. Telinga
Untuk mengatahui keadaan telinga luar, saluran
telinga, gendang telinga/ membrane timpani, dan
pendengaran. Teknik yang digunakan adalah
inspeksi dan palpasi, dilihat simteris apa tidak,
gangguan pendengaran apa tidak
5. Hidung
Dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan
fungsi hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinus,
kebersihanya dan apakah ada nyeri tekan apa
tidak
6. Mulut
Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada
mulut lihat warna bibir, apakah ada stomatitis
apa tidak
7. Leher
Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ-
organ lain yang berkaitan. Tehnik yang
digunakan adalah inspeksi dan palpasi, apakah
ada kelenjar getah bening dan kelenjar tyroid
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
8. Dada
Mengkaji kesehatan pernafasan, retraksi dan
mendengar bunyi jantung dan paru
9. Perut
Untuk mengkaji adanya distensi, nyeri tekan dan
adanya massa, apakah ada pembesaran dan
konsistensi
10. Punggung
Mengkaji nyeri tekan, nyeri ketuk
11. Genetalia
Mengkaji seperti apakah ada masalah dalam
buang air kecil, adanya luka, bengkak maupun
nyeri pada genetalia (Tambunan dkk, 2011; h.66)
Diagnosis
Setelah ditentukan masalah utamanya maka tindakan
yang dilakukan bidan merumuskan suatu pernyataan
yang mencakup kondisi pasien penyebab dari
prediksi yang sudah dilakukan pemeriksaan
(Niken;2008 h.131).
Perencanaan
Berdasarkan diagnosa yang ditegakkan, bidan
menyusun rencana kegiatanya, langkah-langkah dan
tujuannya dalam melakukan intervensi untuk
memecahkan permasalahanya terhadap pasien
(Yani; 2008 h.64).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Pelaksanaan
Langkah pelaksanaan dilakukan bidan dengan
rencana yang telah ditetapkan, pada penanganan
kasus yang dilakukan kegiatan kolaborasi atau
rujukan apabila pasien mengalami kegawatdaruratan
yang sudah bukan wewenang bidan, pelaksanaan
tindakan selalu diupayakan dalam waktu singkat,
efektif, hemat serta berkualitas (Dwana;2008 h.132).
Evaluasi
Langkah akhir dari proses manajemen kebidanan
adalah evaluasi. Tindakan pengukuran antara
keberhasilan dan rencana, untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan tindakan kebidanan yang
dilakukan (Hesty;2008 h.133).
5) Catatan perkembangan menggunakan pendekatan
SOAP
Menurut Helen Varney, alur berfikir seorang bidan
pada saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar
diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang
bidan melalui proses berfikir sistematis, maka dokumentasi
dalam bentuk SOAP :
1. Subyektif (S)
` Data subyektif berisi tentang menggambarkan
pendokumentasiannya hanya pengumpulan data klien
melalui anamnesa tanda gejala subyektif yang diperoleh
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
dan hasil bertanya pada pasien, suami dan keluarga
(identitas umum, keluhan, riwayat haid, kehamilan,
persalinan, KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga,
penyakit keturunan, riwayat psikososial, dan pola hidup).
2. Obyektif (O)
Menggambarkan tentang pendokumentasian hasil analisa
dan pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium, dan tes
diagnostik lain yang merumuskan dalam data fokus untuk
mendukung assesment. Tanda gejala obyektif yang
diperoleh dan hasil pemeriksaan. Cara pemeriksaan
dengan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
3. Assesment (A)
Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau
informasi subyektif maupun obyektif yang dikumpulkan
atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah
dan selalu ada informasi baru baik subyektif maupun
obyektif, dan sering juga digunakan secara terpisah, maka
proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik.
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subyektif dan data obyektif dalam suatu
identifikasi :
a) Diagnosa adalah rumusan dan hasil pengkajian
mengenai kondisi klien. Berdasarkan hasil analisa
data yang diperoleh.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
b) Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpan
sehingga kebutuhan klien terganggu, kemungkinan
mengganggu kesehatan tetapi tidak dalam diagnosa
potensial.
4. Planning (P)
Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan
evaluasi berdasarkan assesment SOAP untuk
perencanaan, implementasi dan evaluasi dimasukkan
dalam Planning
1) Perencanaan
Berdasarkan diagnosa yang ditegakkan, bidan
menyusun rencana kegiatannya. Rencana kegiatan
mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan
dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi
untuk memecahkan masalah pasien atau klien
serta rencana evaluasi
2) Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan menghilangkan dan
mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus
disetujui oleh klien kecuali bila tidak dilaksanakan
akan membahayakan keselamatan klien. Oleh
karena itu, klien harus sebanyak mungkin menjadi
bagian dalam proses ini. Apabila kondisi klien
berubah, intervensi mungkin juga harus berubah
atau disesuaikan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
3) Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara
keberhasilan dan rencana. Jadi tujuan evaluasi
adalah untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan
6) Landasan Hukum
Bidan dalam memberikan asuhan harus berdasar hukum
perundang-undangan dan hukum yang berlaku dengan tenaga
kesehatan yaitu klien sebagai penerima jasa kesehatan
mempunyai dasar hukum dan merupakan peraturan pemerintah,
yang berarti sama-sama mempunyai hak dan kewajiban.
Sehingga penyimpangan terhadap hukum dapat dihindarkan
(Norma, 2013; h.265)
Landasan hukum yang dipakai seorang bidan dalam
melakukan asuhan kebidanan komprehensif dari persalinan, bbl
dan nifas adalah :
Seorang bidan mempunyai kewenangan memberikan pelayanan
menurut KepMenKes RI No 1464/MENKES/PER/10/2010
TENTANG IZIN dan PRAKTEK BIDAN yang terdiri dari beberapa
pasal Pasal 9 bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu,
pelayanan kesehatan anak, pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan KB.
Pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa pra hamil,
masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
dua kehamilan yaitu pelayanan konseling pada masa pra hamil,
pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan
persalinan normal, pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu
menyusui, dan pelayanan konseling pada masa antara dua
kehamilan. Bidan mempunyai wewenang untuk episiotomi,
penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II, penanganan kegawat
daruratan dilanjutkan dengan perujukan, pemberian tablet Fe
pada ibu hamil, pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas,
fasilitas / bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu
ibu ekslusif, pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala
tiga dan postpartum, penyuluhan dan konseling, bimbingan pada
kelompok ibu hamil, pemberian surat keterangan kematian, dan
surat keterangan cuti bersalin (pasal 10)
Pelayanan kesehatan anak diberikan seorang bidan sejak
pada bayi baru lahir, bayi anak balita, dan anak pra sekolah. Bidan
berwenang untuk melakukan asuhan bayi baru lahir normal
termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini,
injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal
(0 – 28 hari), dan perawatan tali pusat, penanganan hipotermi
pada bayi baru lahir dan segera merujuk, penanganan kegawat-
daruratan, dilanjutkan dengan perujukan, pemberian imunisasi
rutin sesuai program pemerintah, pemantauan, tumbuh kembang
bayi, anak balita dan anak pra sekolah, pemberian konseling dan
penyuluhan, pemberian surat keterangan kelahiran, dan
pemberian surat keterangan kematian (pasal 11)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Bidan juga memberikan pelayanan kesehatan dalam
menjalankan program Pemerintah berwenang untuk pemberian
alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan
memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, melakukan
pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan
anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan,
asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita
sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) serta
pencegahan penyalahgunaan Narkotikka, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan bidan yang dilatih
untuk itu (pasal 13)
Selain landasan hukum tersebut bidan juga harus memiliki
24 Standart Pelayanan kebidanan. Adapun salah satu standart
pelayanan yang sesuai dengan kewenangan bidan sebagai
berikut
Diberikan pada standar 5 (palpasi abdominal) yang bertujuan
untuk memperkirakan usia kehamilan, dan bila umur kehamilan
bertambah memeriiksa posisi, bagian terendah janin dan
masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. Sedangkan
Standar 12 (penanganan kala II dengan gawat janin melalui
episiotomi) untuk mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin
pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan
perineum.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., NINDITA NIKEN PARAMASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015