bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan tentang analisis

46
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis Proksimat Analisis proksimat pertama kali dikembangkan di Weende Experiment Station Jerman oleh Hennerberg dan Stokmann. Analisis ini sering juga dikenal dengan analisis WEENDE. Analisis proksimat menggolongkan komponen yang ada pada bahan pakan berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya yaitu : air (moisture), abu (ash), protein kasar (crude protein), lemak kasar (ether extract), dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (nitrogen free extract) (Suparjo, 2010). Menurut Winarno (1993) menyebutkan bahwa analisis makronutrien dapat dilakukan dengan analisis proksimat. Metode analisis proksimat meliputi kadar abu dengan metode pengabuan kering (dryashing) menurut AOAC 2005, kada air dengan metode oven menurut AOAC 2005, kadar lemak dengan metode soxhlet menurut AOAC 2005, kadar protein dengan metode kjeldahl menurut AOAC 2005 dan karbohidrat dengan metode by different. Analisis proksimat memiliki beberapa keunggulan yakni merupakan metode umum yang digunakan untuk mengetahui komposisi kimia suatu bahan pangan, tidak membutuhkan teknologi yang canggih dalam pengujiannya, menghasilkan hasil analisis secara garis besar, dapat menghitung nilai total digestible nutrient (TDN) dan dapat memberikan penilaian secara umum pemanfaatan dari suatu bahan pangan. Analisis proksimat juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya tidak dapat menghasilkan kadar dari suatu komposisi kimia secara tepat, tidak dapat menjelaskan tentang daya cerna serta testur dari suatu bahan pangan (Suparjo, 2010).

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Analisis Proksimat

Analisis proksimat pertama kali dikembangkan di Weende Experiment

Station Jerman oleh Hennerberg dan Stokmann. Analisis ini sering juga dikenal

dengan analisis WEENDE. Analisis proksimat menggolongkan komponen yang

ada pada bahan pakan berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya yaitu : air

(moisture), abu (ash), protein kasar (crude protein), lemak kasar (ether extract),

dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (nitrogen free extract) (Suparjo, 2010). Menurut

Winarno (1993) menyebutkan bahwa analisis makronutrien dapat dilakukan

dengan analisis proksimat. Metode analisis proksimat meliputi kadar abu dengan

metode pengabuan kering (dryashing) menurut AOAC 2005, kada air dengan

metode oven menurut AOAC 2005, kadar lemak dengan metode soxhlet menurut

AOAC 2005, kadar protein dengan metode kjeldahl menurut AOAC 2005 dan

karbohidrat dengan metode by different.

Analisis proksimat memiliki beberapa keunggulan yakni merupakan metode

umum yang digunakan untuk mengetahui komposisi kimia suatu bahan pangan,

tidak membutuhkan teknologi yang canggih dalam pengujiannya, menghasilkan

hasil analisis secara garis besar, dapat menghitung nilai total digestible

nutrient (TDN) dan dapat memberikan penilaian secara umum pemanfaatan dari

suatu bahan pangan. Analisis proksimat juga memiliki beberapa kelemahan

diantaranya tidak dapat menghasilkan kadar dari suatu komposisi kimia secara

tepat, tidak dapat menjelaskan tentang daya cerna serta testur dari suatu bahan

pangan (Suparjo, 2010).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

10

Kontribusi energi dari lemak sebaiknya sekitar 35% pada anak usia 1-3

tahun, 30% pada usia 4-18 tahun dan 25% pada orang dewasa. Perbaikan menu

dengan komposisi energi asam lemak ini sangat penting agar upaya pencegahan

penyakit kronik degeneratif sedini mungkin dapat tercapai (WHO, 2008).

2.1.1 Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat

hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Nama protein berasal dari bahasa

Yunani (Greek) proteus yang berarti “yang pertama” atau “yang terpenting”.

Seorang ahli kimia Belanda yang bernama Mulder, mengisolasi susunan tubuh

yang mengandung nitrogen dan menamakannya protein, terdiri dari satuan

dasarnya yaitu asam amino (biasa disebut juga unit pembangun protein)

(Suhardjo, 1992).

Proses pencernaan, protein akan dipecah menjadi satuansatuan dasar kimia.

Protein terbentuk dari unsur-unsur organik yang hampir sama dengan karbohidrat

dan lemak yaitu terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O), akan

tetapi ditambah dengan unsur lain yaitu nitrogen (N). Molekul protein

mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur

logam seperti besi dan tembaga. Molekul protein tersusun dari satuan-satuan dasar

kimia yaitu asam amino. Dalam molekul protein, asam-asam amino ini saling

berhubung-hubungan dengan suatu ikatan yang disebut ikatan peptida (CONH).

Satu 4 molekul protein dapat terdiri dari 12 sampai 18 macam asam amino dan

dapat mencapai jumlah ratusan asam amino (Budianto, 2009).

Protein juga merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Protein

berperan penting dalam pembentukan biomulekul daripada sebagai sumber energi.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

11

Namun demikian apabila organisme kekurangan energi, maka protein dapat

dijadikan sebagai sumber energi. Kandungan energi protein rata-rata 4 kkal/gram

atau setara dengan kandungan energi karbohidrat (Sudarmadji, 1989). Fungsi

protein adalah sebagai penyusun biomolekul sperti nukleoprotein (terkandung

dalam inti sel, tepatnya kromosom), enzim, hormon, antibodi dan kontraksi otot.

Pembentuk sel-sel baru, pengganti sel-sel pada jaringan yang rusak serta sebagai

sumber energi (Sumantri, 2013).

2.1.1.1 Fungsi Protein

Fungsi protein dalam tubuh adalah sebagai berikut:

a. Sebagai enzim berperan terhadap perubahan-perubahan kimia dalam sistem

biologis.

b. Alat pengangkut dan alat penyimpanan banyak molekul dengan BM kecil

serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein

tertentu.

c. Pengatur pergerakan protein merupakan komponen utama daging, gerakan

otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling bergeseran.

d. Penunjang mekanis kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang

disebabkan adanya kolagen, suatu protein yang berbentuk bulat panjang dan

mudah membentuk serabut.

e. Pertahanan tubuh pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu

suatu protein khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat

benda-benda asing yang masuk kedalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-

sel asing lain.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

12

f. Pengendalian pertumbuhan protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam

bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur

sifat dan karakter bahan (Sumantri, 2013).

2.1.1.2 Sumber Protein

Protein dapat diperoleh baik dari sumber hewani maupun nabati. Pada

umumnya, makanan asal hewani mengandung lebih banyak protein dibandingkan

dengan makanan asal nabati, walaupun beberapa sayuran seperti kedelai

mempunyai kandungan protein yang tinggi. Protein sayuran umumnya

mempunyai nilai biologik (biological value = BV) lebih rendah dibandingkan

protein hewani. Tetapi, dalam susunan makanan campuran, hal tersebut tidak

terlalu serius lagi, dan pada umumnya, protein nabati lebih menguntungkan

karena lebih murah dibandingkan dengan protein hewani. Protein nabati yang

mempunyai BV tinggi telah digunakan selama beberapa tahun dan dengan

demikian tidak biasa lagi dibedakan antara “protein kelas satu” asal hewani dan

“protein kelas dua” asal nabati (Sumantri, 2013).

Sumber protein hewani dapat berbentuk daging dan organ dalam seperti

hati, pankreas, ginjal, paru, jantung, dan jeroan. Susu dan telur termasuk pula

sumber protein hewani berkualitas tinggi. Ikan, kerang-kerangan dan jenis udang

merupakan kelompok sumber protein yang baik, karena mengandung sedikit

lemak. Sumber protein nabati termasuk sereal (gandum, gandum hitam, beras,

jagung, jelai), kacang-kacangan (kacang tanah, biji kering, kacang polong kering,

kacang kedelai), dan biji-bijian (Winarno, 2004).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

13

2.1.1.3 Akibat kekurangan Protein

Kekurangan Konsumsi Protein akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut:

a) Kwashiorkor adalah istilah yang digunakan oleh Cecily Wiliams bagi gejala

yang sangat ekstrem yang diderita oleh bayi dan anakanak kecil akibat

kekurangan konsumsi protein yang parah, meskipun konsumsi energi atau

kalori telah mencukupi kebutuhan.

b) Marasmus Adalah istilah yang digunakan bagi gejala yang timbul bila anak

menderita kekurangan energi (kalori) dan kekurangan protein.

c) Busung Lapar Busung lapar atau juga disebut hunger oedem merupakan

bentuk kurang gizi berat yang menimpa daerah minus, yaitu daerah miskin

dan tandus yang timbul secara periodik pada masa paceklik, atau karena

bencana alam seperti banjir, kemarau panjang, serta serangan hama tanaman

(Winarno, 1993).

2.1.1.4 Akibat Kelebihan Protein

Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Kelebihan asam

amino memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan

kelebihan nitrogen. Kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi,

diare, kenaikan amonia darah, kenaikan ureum darah, dan demam. Diet protein

tinggi yang sering dianjurkan untuk menurunkan berat badan kurang beralasan.

Kelebihan protein dapat menimbulkan masalah, terutama pada bayi (Winarno,

1993).

2.1.1.5 Analisa Protein

Analisis protein dapat dilakukan dengan dua cara yaitu 1) secara langsung

menggunakan zat kimia yang spesifik terhadap protein dan 2) secara tidak

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

14

langsung dengan menghitung jumlah nitrogen yang terkandung di dalam bahan

(Sudarmadji, 1989).

1. Metode Kjeldahl

Sejak abad ke-19, metode kjeldahl telah dikenal dan diterima secara universal

sebagai metode untuk analisis protein dalam berbagai variasi produk makanan dan

produk jadi. Penetapan kadar protein dengan metode kjeldahl merupakan metode

tidak langsung yaitu melalui penetapan kadar N dalam bahan yang disebut protein

kasar (Sumantri, 2013).

Prinsip metode kjeldahl ini adalah senyawa-senyawa yang mengandung

nitrogen tersebut mengalami oksidasi dan dikonversi menjadi ammonia dan

bereaksi dengan asam pekat membentuk garam amonium. Kemudian ditambahkan

basa untuk menetralisasi suasana reaksi dan kemudian didestilasi dengan asam

dan dititrasi untuk mengatahui jumlah N yang dikonversi. Tahapan kerja pada

metode kjeldahl dibagi tiga yaitu:

a. Tahap Destruksi

Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi

destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi

CO, CO2, dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi

(NH4)SO4. Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator

berupa campuran Na2SO4 dan HgO.

Ammonium sulfat yang terbentuk dapat bereaksi dengan merkuri oksida

membetuk senyawa kompleks, maka sebelum proses destilasi Hg harus

diendapkan lebih dahulu dengan K2S atau dengan tiosulfat agar senyawa

kompleks merkuri-ammonia pecah menjadi ammonium sulfat, menggunakan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

15

K2SO4 atau CuSO4. Dengan penambahan katalisator tersebut titik didih asam

sulfat akan dipertinggi sehingga dekstruksi berjalan lebih cepat. Tiap 1 gram

K2SO4 dapat menaikkan 24 titik didih 3°C. Selain katalisator yang telah

disebutkan tadi, kadang-kadang juga diberikan selenium. Selenium dapat

mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik didih.

Penggunaan selenium lebih reaktif dibandingkan merkuri dan kupri sulfat tetapi

selenium mempunyai kelemahan yaitu karena sangat cepatnya oksidasi maka

nitrogennya justru mungkin ikut hilang, reaksi yang terjadi pada tahap dekstruksi

adalah: (CHON) + H2SO4 CO2 + H2O + (NH4)2SO4 Gambar 2.3 Alat

Dekstruksi (Sudarmadji, 1984).

b. Tahap Destilasi

Pada tahap destilasi ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3)

dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar selama destilasi

tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung

gas yang besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang

dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh larutan asam standar yang dipakai

dalam jumlah berlebihan. Agar kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka

diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Reaksi

yang terjadi pada tahap destilasi adalah: (NH4)2SO4 + 2NaOH 2NH3 + Na2SO4

+ 2H2O 2NH3 + H2SO4 (NH4)2SO4 25 (Sudarmadji, 1989).

c. Tahap Titrasi

Larutan asam pada penampung destilat yang dapat digunakan adalah larutan

standar asam kuat seperti asam sulfat atau larutan asam borat. Jika dipakai larutan

asam kuat standar maka titrasi yang dilakukan disebut titrasi kembali sedangkan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

16

jika dipakai larutan asam borat maka disebut titrasi tidak langsung. Pada metode

titrasi kembali, larutan asam standar yang berlebihan setelah bereaksi dengan

ammonia dititrasi dengan larutan standar NaOH. Titrasi ini disebut titrasi kembali

karena jumlah asam yang bereaksi dengan ammonia tersedia dalam keadaan

berlebih sehingga melewati titik ekuivalen reaksi. Oleh karena itu, analis harus

mengembalikan titik ekuivalen reaksi dengan titrasi menggunakan NaOH

(Sumantri, 2013).

Reaksi yang terjadi pada tahap titrasi adalah sebagai berikut: H2SO4 +

2NaOH Na2SO4 + 2H2O. Kadar nitrogen dalam sampel dapat dihitung dengan

rumus: 26 % N = ml NaOH (blanko – sampel) berat sampel (g) x 1000 x N NaOH

x 14,008 x 100% Pada metode titrasi tidak langsung menggunakan asam borat,

ammonia bereaksi dengan asam borat menghasilkan garam asam borat yang

bersifat netral parsial. Garam tersebut dapat dititrasi dengan larutan asam standar.

Jumlah larutan asam yang diperlukan adalah proporsional dengan jumlah

ammonia yang bereaksi dengan asam borat. Titrasi ini disebut titrasi tidak

langsung karena ammonia ditentukan, bukan dititrasi. Ammonia ditentukan secara

tidak langsung dengan titrasi dari garam asam borat. Jika pada titrasi langsung,

analit akan langsung bereaksi dengan pentiter. Konsentrasi asam borat pada

penampung destilat tidak dimasukkan dalam perhitungan dan tidak perlu

diketahui. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: NH3 + H3BO3 H2BO3 - +

NH4 + H2BO3 - + H+ H3BO3, kadar nitrogen dalam sampel dapat dihitung

dengan rumus: % N = ml HCl (sampel – blanko) berat sampel (g) x 1000 x N

NaOH x 14,008 x 100% Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar protein

dengan mengalikan suatu faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

17

tergantung pada persentase N yang menyusun protein dalam suatu bahan

(Sudarmadji, 1989).

Keuntungan menggunakan metode kjeldahl ini adalah dapat diaplikasikan

untuk semua jenis bahan pangan, tidak memerlukan biaya yang mahal untuk

pengerjaannya, akurat dan merupakan metode umum untuk penentuan kandungan

protein kasar, dapat dimodifikasi sesuai kuantitas protein yang dianalisis. Adapun

kelemahan menggunakan metode kjeldahl ini adalah jumlah total nitrogen yang

terdapat didalamnya bukan hanya nitrogen dari protein, waktu yang diperlukan

relatif lebih lama (minimal 2 jam untuk menyelesaikannya), presisi yang lemah,

pereaksi yang digunakan korosif (Sumantri, 2013).

2. Metode Spektrofotometri

Penentuan kadar protein dengan menggunakan instrumen dibagi menjadi dua

yaitu: 1) metode pengukuran langsung pada panjang gelombang 205 nm dan 280

nm dan 2) metode pembentukan warna dengan pereaksi tertentu. Metode

pengukuran langsung pada panjang gelombang 205 nm dan 280 nm Absorbansi

pada panjang gelombang 205 nm dan 280 nm digunakan untuk menghitung

konsentrasi protein dengan terlebih dahulu distandarisasi dengan protein standar.

Metode ini dapat dengan mudah diaplikasikan dan sederhana, cocok untuk larutan

protein yang telah dimurnikan. Penetapannya berdasarkan absorbansi sinar

ultraviolet oleh asam amino triptopan, tirosin dan ikatan disulfida sistein yang

menyerap kuat pada panjang gelombang tersebut, terutama panjang gelombang

280 nm (Sumantri, 2013).

Keuntungan metode ini adalah waktu yang diperlukan untuk analisis cepat,

memiliki sensitifitas yang baik, tidak ada gangguan dari ion ammonium dan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

18

garam-garam buffer, larutan sampel masih dapat digunakan untuk analisis lain

selain analisis protein. Kerugian metode ini adalah asam nukleat juga memiliki

absorbansi yang kuat pada panjang gelombang 280 nm, susunan asam amino

aromatis dapat bervariasi untuk setiap sampel protein, larutan protein harus benar-

benar jernih dan tidak berwarna ataupun keruh (Budianto, 2009)

3. Metode Pembentukan

Warna dengan pereaksi tertentu a. Pereaksi Biuret Prinsip penetapan protein

metode Biuret adalah pada kondisi basa, Cu2+ membentuk kompleks dengan

ikatan peptida (-CO-NH-) suatu protein menghasilkan warna ungu, sehingga

kadar protein sampel dapat ditetapkan dengan spektrofotometer. Pemilihan

protein standar dapat menyebabkan kesalahan fatal dalam analisis, standar yang

digunakan harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi. Untuk analisis protein

secara umum, standar Bovine Serum Albumin (BSA) (Budianto, 2009).

4. Metode Titrasi

Formol Larutan protein dinetralkan dengan basa (NaOH), kemudian

ditambahkan formalin akan membentuk dimethilol. Dengan terbentuknya

dimethilol ini berarti gugus aminonya sudah terikat dan tidak akan mempengaruhi

reaksi antara asam (gugus karboksil) dengan basa NaOH sehingga akhir titrasi

dapat diakhiri dengan tepat. Indikator yang digunakan adala fenolftalein, akhir

titrasi bila tepat terjadi perubahan warna menjadi merah muda yang tidak hilang

dalam 30 detik. Titrasi formol ini hanya tepat untuk menentukan suatu proses

terjadinya pemecahan protein dan kurang tepat untuk penentuan protein

(Sudarmadji, 1989).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

19

5. Metode Dumas

Pada metode ini sampel dioksidasi pada suhu sangat tinggi (700-900°C).

Hasil oksidasi menghasilkan gas O2, N2 dan CO2. Gas nitrogen yang dilepaskan

dikuantitasi menggunakan kromatografi gas dengan detektor konduktivitas termal

(Thermal Detector Conductivity/TDC) kemudian jumlah nitrogen yang diperoleh

dikonversi. Jumlah nitrogen dalam sampel sebanding dengan kadar proteinnya.

Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan zat kimia berbahaya,

analisis dapat diselesaikan dalam waktu 3 menit, instrumen otomatis terbaru dapat

menganalisis 150 sampel secara bersamaan. Adapun kekurangan metode ini

adalah membutuhkan instrumen analisis yang mahal, mengukur total nitrogen,

bukan hanya mengukur nitrogen yang berasal dari protein (Sudarmadji, 1989).

2.1.2 Lemak

Lemak merupakan sumber energi bagi tubuh. Biasanya energi yang

dihasilkan per gram lemak adalah lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh 1

gram karbohidrat atau 1 gram protein. 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori (kal).

Lemak dalam makanan merupakan campuran lemak heterogen yang sebagaian

besar terdiri dari trigliserida. Trigliserida disebut lemak jika pada suhu ruang

berbentuk padatan, dan disebut minyak jika pada suhu ruang berbentuk cairan.

Trigliserida merupakan campuran asam-asam lemak, biasanya dengan panjang

rantai karbon sebanyak 12 sampai 22 dengan jumlah ikatan rangkap dari 0 sampai

4. Lemak makanan juga terdapat sejumlah kecil fosfolipid, sfingolipid, kolesterol

dan fitosterol (Budianto, 2009).

Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk

golongan lipid. Suatu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipid (termasuk

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

20

lemak dan minyak) adalah kelarutannya dalam pelarut organik (pelarut non polar)

dan sebaliknya ketidaklarutannya dalam pelarut dan pelarut polar lainnya.

Trigliserida merupakan kelompok lipid yang terdapat paling banyak dalam

jaringan hewan dan tumbuhan. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil

kondensasi dengan tiga molekul asam lemak. Secara umum, lemak diartikan

sebagai triglierida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat,

sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair

(Sumantri, 2013).

Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga

kesehatan tubuh manusia. Selain itu juga lemak dan minyak merupakan sumber

energi yang lebih efektif dibanding denga karbohidrat dan protein. Lemak hewani

mengandung banyak sterol yang disebut kolesterol. Sedangkan lemak nabati

mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh

sehingga umumnya berbentuk cair (Winarno, 1992).

Lemak yang ditambahkan ke dalam bahan pangan atau dijadikan bahan

pangan membutuhkan persyaratan dan sifat-sifat tertentu. Berbagai bahan pangan

seperti daging, ikan, telur, susu, kacang tanah dan beberapa jenis sayuran

mengandung lemak atau minyak yang biasanya termakan bersama bahan tersebut.

Lemak dan minyak tersebut dikenal sebagai lemak tersembunyi. Sedangkan lemak

atau minyak yang telah diekstraksi dari ternak atau bahan nabati dan dimurnikan

dikenal sebagai lemak minyak biasa atau lemak kasat mata (Winarno, 1992).

2.1.2.1 Fungsi Lemak

Banyaknya kebutuhan lemak yang harus dipenuhi oleh tubuh manusia

biasanya berbeda-beda. Orang yang hidup dan menetap di daerah yang memiliki

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

21

suhu dingin serta orang yang bekerja berat juga memerlukan lemak yang lebih

banyak. Fungsi lemak sangatlah penting untuk tubuh. Berikut fungsi lemak :

a. Pelindung tubuh dari temperatur suhu yang rendah.

b. Fungsi lemak yang berperan sebagai pelarut vitamin A, E, K, dan D.

c. Salah satu bahan penyusun vitamin dan hormon.

d. Pelindung berbagai alat tubuh vital yaitu berperan sebagai bantalan

lemak.

e. Salah satu penghasil energi tertingggi.

f. Salah satu bahan penyusun asam kholat, empedu.

g. Fungsi lemak salah satunya dapat menahan rasa lapar, hal ini karena

lemak dapat memperlambat pencernaan. Apabila pencernaan yang terjadi

terlalu cepat maka menyebabkan timbul rasa lapar yang cepat pula.

h. Salah satu bahan penyusun dalam membran sel.

2.1.2.2 Sumber lemak

Lemak dan minyak yang dapat dimakan dihasilkan oleh alam yang dapat

bersumber dari bahan nabati atau hewani. Lemak atau minyak dapat

diklasifikasikan berdasarkan sumbernya yaitu bersumber dari tanaman yang

berupa biji-bijian palawija, kulit buah tanaman tahunan, biji-bijian dari tanaman

tahunan. Dan sumber yang lain adalah dari hewani yaitu susu hewan peliharaan

berupa lemak susu, daging hewan peliharaan berupa lemak sapi, dari hasil laut

berupa minyak ikan sardine dan sejenisnya. Komposisi atau jenis lemak dan sifat

fisiko-kimia tiap jenis minyak berbeda-beda dan hasil ini disebabkan oleh

perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat tumbuh dan pengolahan. Adapun

perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani adalah lemak hewan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

22

mengandung kolesterol sedangkan lemak nabati mengandung tosterol. Perbedaan

yang lain, kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil dari

lemak nabati (Budianto, 2009).

2.1.2.3 Akibat Kekurangan Lemak

Terjadi kurangnya lemak dapat menimbulkan pengurangan ketersediaan

energi, karena energi harus terpenuhi maka terjadilah katabolisme atau

perombakan protein, candangan lemak yang semakin berkurang akan sangat

berpengaruh terhadap berat badan, berupa penurunan berat badan (Winarno,

1993).

2.1.2.4 Akibat Kelebihan Lemak

Terjadinya kelebihan lemak dapat menimbulkan obesitas yang

merupakan faktor resiko dalam penyakit kardiovaskuler karena dapat

menyebabkan hipertensi dan timbulnya diabetes. Anak-anak yang terlalu banyak

mengkonsumsi lemak dapat menimbulkan gejala sakit perut dan mulas. Hal ini

mungkin yang disebabkan oleh makanan yang banyak mengandung lemak

cenderung menyebabkan cepat haus dan banyak minum yang dapat menyebabkan

terjadinya emulsi. Hal itulah yang diperkirakan sebagai penyebab mulas dan sakit

perut (Winarno, 1993).

2.1.2.5 Analisa Lemak

Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan

alat ekstraktor Soxhlet. Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi

yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam

penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

23

jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam

labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Sudarmadji, 1984).

2.1.3 Karbohidrat

Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksiketon dan meliputi

kondenset polimer-polimernya yang terbentuk. Berbagai analisa dilakukan

terhadap karbohidrat, dalam ilmu dan teknologi pangan analisa karbohidrat yang

biasanya dilakukan misalnya penentuan jumlah secara kuantitatif dalam

menentukan komposisi suatu bahan makanan, penentuan sifat fisis atau

kimiawinya dalam kaitannya dengan pembentukan kekentalan, kelekatan,

stabilitas larutan dan tekstur hasil olahannya (Budianto, 2009).

Karbohidrat merupakan sumber kalori atau makronutrien utama bagi

organisme heterotroph, jumlah kalori yang dapat dihasilkan oleh 1 gram

karbohidrat hanya 4 kal (kkal). Karbohidrat juga memiliki peranan penting dalam

menentukan karateristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-

lain. Sedangkan dalam tubuh karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya

ketosis, pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral, dan

berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein. Karbohidrat banyak

terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa,

maupun karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi seperti pati, pektin,

selulosa, dan lignin. Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokan menjadi

monosakarida, oligosakarida, serta polisakarida. Monosakarida merupakan

molekul yang dapat terdiri dari lima atau enam atom C, sedangkan oligosakarida

merupakan polimer dari 2-10 monosakarida, dan pada umumnya polisakarida

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

24

merupakan polimer yang terdiri lebih dari monomer monosakarida (Winarno,

1992).

2.1.3.1 Fungsi Karbohidrat

Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi sebagai

cadangan makanan, pemberi rasa manis pada makanan, membantu pengeluaran

feses dengan cara mengatur peristaltik usus, penghemat protein karena bila

karbohidrat makanan terpenuhi, protein terutama akan digunakan sebagai zat

pembangun. Karbohidrat juga berfungsi sebagai pengatur metabolisme lemak

karena karbohidrat mampu mencegah oksidasi lemak yang tidak sempurna.

Sebagai zat pembangun, apabila keadaan ini berlangsung terus menerus, maka

keadaan kekurangan enersi dan protein (KEP) tidak dapat dihindari lagi.

Membantu metabolisme lemak dan protein dengan demikian dapat mencegah

terjadinya ketosis dan pemecahan protein yang berlebihan. Di dalam hepar

berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik tertentu. Beberapa jenis karbohidrat

mempunyai fungsi khusus di dalam tubuh. Laktosa rnisalnya berfungsi membantu

penyerapan kalsium. Ribosa merupakan merupakan komponen yang penting

dalam asam nukleat. Selain itu, beberapa golongan karbohidrat yang tidak dapat

dicerna, mengandung serat (dietary fiber) berguna untuk pencernaan,

memperlancar defekasi (Hutagalung, 2004).

2.1.3.2 Sumber Karbohidrat

Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian,

kacang-kacang kering, dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini adalah bihun, mie,

roti, tepung-tepungan, selai, sirup, dan sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah

tidak banyak mengandung karbohidrat. Sayur umbi-umbian, seperti wortel dan bit

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

25

serta kacang-kacangan relatif lebih banyak mengandung karbohidrat daripada

sayur daun-daunan. Bahan makanan hewani seperti daging, ayam, ikan, telur, dan

susu sedikit sekali mengandung karbohidrat. Sumber karbohidrat yang banyak

dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi,

singkong, talas, dan sagu (Winarno, 1993).

2.1.3.3 Akibat Kekurangan dan Kelebihan Karbohidrat

Kekurangan karbohidrat dapat menyebabkan suplai energi berkurang.

Akibatnya, tubuh mencari alternatif zat gizi yang dapat menggantikan

karbohidrat, yaitu lemak dan protein. Apabila peristiwa tersebut berlangsung terus

tanpa suplai karbohidrat yang cukup, lemak tubuh akan terpakai dan protein yang

seharusnya digunakan untuk pertumbuhan jadi berkurang. Akibatnya, tubuh

semakin kurus dan menderita Kurang Energi Protein (KEP). Sebaliknya kelebihan

konsumsi karbohidrat menyebabkan suplai energi berlebih. Energi yang berlebih

tersebut akan disintesis menjadi lemak tubuh, sedangkan lemak yang telah

tersedia dalam tubuh tidak terpakai untuk energi. Akibatnya, penimbunan lemak

terus terjadi dan mengakibatkan kegemukan atau obesitas. Efek dari obesitas

adalah timbulnya penyakit degeneratif, seperti hipertensi, jantung koroner,

diabetes, dan stroke (Sudarmadji, 1989).

2.1.3.4 Analisa Karbohidrat

Kadar karbohidrat ditentukan dengan metode by difference yaitu dengan

perhitungan melibatkan kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak.

Berikut ini adalah persamaan yang digunakan dalam menghitung kadar

karbohidrat dengan metode by difference.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

26

Kadar karbohidrat (%) = 100% – (% kadar air + %kadar abu + %kadar protein +

% kadar lemak)

2.1.4 Kadar Air

Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat

dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry

basis). Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan

pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada

bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan

daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya

bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi

perubahan pada bahan pangan. Kadar air setiap bahan berbeda tergantung pada

kelembaban suatu bahan. Semakin lembab tekstur suatu bahan, maka akan

semakin tinggi persentase kadar air yang terkandung di dalamnya (Winarno,

2004).

Prinsip metode penetapan kadar air dengan oven biasa atau

Thermogravimetri yaitu menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan 20

pemanasan pada suhu 105oC. Penimbangan bahan dengan berat konstan yang

berarti semua air sudah diuapkan dan cara ini relatif mudah dan murah.

Percepatan penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang lain karena

pemanasan maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan

vakum. Bahan yang telah mempunyai kadar gula tinggi, pemanasan dengan suhu

kurang lebih 105ºC dapat mengakibatkan terjadinya pergerakan pada permukaan

bahan. Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan lebih bersifat hidroskopis

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

27

dari pada bahan asalnya. Oleh karena itu selama pendinginan sebelum

penimbangan, bahan telah ditempatkan dalam ruangan tertutup yang kering

misalnya dalam eksikator atau desikator yang telah diberizat penyerapan air.

Penyerapan air atau uap ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat, silika

gel, kalium klorida, kalium hidroksida, kalium sulfat atau bariumoksida. Silika gel

yang digunakan sering diberi warna guna memudahkan bahan tersebut sudah

jenuh dengan air atau belum, jika sudah jenuh akan berwarna merah muda, dan

bila dipanaskan menjadi kering berwarna biru (Sudarmadji, 2007).

Penentuan kadar air dengan menggunakan metode oven menurut

Sudarmadji (2007) memiliki beberapa kelemahan yaitu sebagai berikut: 1 Bahan

lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air

misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain. 2 Dapat terjadi reaksi

selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap. Contohnya

gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi. 3

Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun

sudah dipanaskan

2.1.5 Kadar Abu

Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral

yang terdapat pada suatu bahan pangan (Astuti, 2012). Abu adalah zat anorganik

sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya

tergantung pada macam bahan. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral.

Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat berupa dua macam garam yaitu

garam organik dan anorganik. Garam organik misalnya garam-garam asam mallat,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

28

oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk

garam fosfat, karbonat, khlorida, sulfat dan nitrat (Sudarmadji,1984).

Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan komponen

yang tidak mudah menguap (komponen anorganik atau garam mineral) yang tetap

tinggal pada pembakaran dan pemijaran senyawa organik (Nurilmala, 2006).

Semakin rendah kadar abu suatu bahan, maka semakin tinggi kemurniannya.

Tinggi rendahnya kadar abu suatu bahan antara lain disebabkan oleh kandungan

mineral yang berbeda pada sumber bahan baku dan juga dapat dipengaruhi oleh

proses demineralisasi pada saat pembuatan (Sudarmaji, 1989).

Menurut Irawati (2008) penentuan kadar abu dapat digunakan untuk

berbagai tujuan yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan baik tidaknya suatu proses penggolahan

2. Mengetahui jenis bahan yang digunakan

3. Menentukan atau membedakan fruit vinegar (asli) atau sintesis.

4. Sebagai parameter nilai bahan pada makanan. Adanya kandungan abu

yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya

pasir atau kotoran lain.

2.2 Tinjauan Tentang Ikan

Ikan memegang peranan penting dalam pemenuhan sumber gizi dan

keamanan hidup bagi manusia pada negara berkembang (Gandotra, 2012 dalam

Hafiludin, 2015). Ikan juga berfungsi sebagai sumber dari asam lemak tidak jenuh

jamak (PUFA), protein, mineral dan vitamin. Ikan kaya akan gizi, tetapi ikan

merupakan bahan yang cepat busuk dan mempunyai umur simpan yang pendek.

Kandungan gizi pada setiap ikan akan berbeda-beda tergantung pada faktor

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

29

internal dan eksternal. Faktor internal berupa jenis atau spesies ikan, jenis

kelamin, umur dan fase reproduksi pada ikan. Faktor eksternal berupa faktor yang

ada pada lingkungan hidup ikan berupa habitat, ketersediaan pakan dan kualitas

perairan tempat ikan hidup (Hafiludin, 2015). Menurut Masetyo (2010)

menyatakan bahwa komposisi ikan segar per 100 gram antara lain terdiri dari

komponen kandungan air (76,00 %), protein (17,00), lemak (4,50) dan mineral

dan vitamin (2,52-4,50). Kadar air yang terkandung didalam ikan sebagai faktor

utama penyebab kerusakan bahan pangan.

Ikan mempunyai komposisi kimia yang menguntungkan, yaitu mengandung

kadar protein tinggi, disamping itu lemak yang dikandung banyak mempunyai

ikatan rangkap yang merupakan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak omega-3

merupakan salah satu asam lemak tidak jenuh yang tidak dapat dirubah menjadi

kolesterol di dalam tubuh, sehingga dapat dikatakan omega-3 menurunkan kadar

kolesterol darah (Salamah, 2004). Kandungan protein ikan cukup tinggi (15-24%),

asam amino esensialnya lengkap, daya cerna sangat tinggi yaitu 95% serta

mengandung asam lemak omega-3 yang berguna untuk kesehatan, pertumbuhan

dan kecerdasan anak (Haslina, 2006).

2.2.1 Ikan Glodok

Ikan glodok termasuk dalam Family Gobiidae dan Subfamily Oxudercinae.

Taksonomi ikan gelodok dapat disajikan sebagai berikut: Domain: Eukaryota,

Kingdom: Animalia, Phylum: Chordata, Subphylum: Vertebrata, Superclass:

Gnathostomata, Grade: Teleostomi, Class: Actinopterygii, Subclass: Neopterygii,

Division: Teleostei, Subdivision: Euteleostei, Superorder: Cyclosquamata, Order:

Perciformes, Family: Gobiidae, Subfamily: Oxudercinae (Murdy, 1988)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

30

Ikan gelodok merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki adaptasi

terhadap dua habitat yang berbeda. Jenis ikan ini lebih menyerupai amfibi

daripada ikan (Garbutt dan Prudente, 2006 dalam Gosal, 2013). Ikan gelodok

memiliki beragam jenis, namun memiliki banyak kesamaan secara morfologi,

perbedaan jenis makanan dapat menunjukkan perbedaan jenis dari ikan gelodok.

Ikan gelodok merupakan ikan yang hanya dapat ditemukan di lingkungan

mangrove karena ketersediaan makanan di mangrove yang melimpah dan sesuai

dengan kebutuhan nutrisi (Gosal, 2013). Ikan gelodok merupakan ikan yang unik,

ikan ini dapat bergerak menggunakan siripnya sebagai bentuk adaptasi morfologi

terhadap kondisi tempat tinggalnya. Ikan ini memiliki nama internasional

mudskipper (Ramadhani, 2014).

Menurut Ansari (2014) Ikan glodok merupakan ikan amfibi, menggunakan

sirip untuk berjalan di darat. Ikan glodok sesuai dengan habitat intertidal (baik

tinggi dan surut) dan sangat aktif ketika keluar dari air untuk mencari makan,

berinteraksi dan untuk pertahanan hidup. Ikan glodok menggali liang yang dalam

sendiri untuk menjauhkan diri dari gangguan pada habitat ikan glodok.

Peran ikan gelodok bagi manusia adalah sebagai bahan pangan atau umpan

untuk memancing ikan. Daging ikan gelodok memiliki nilai gizi yang tinggi. Di

Bangladesh, Cina, Jepang, Korea, Filipina, Taiwan, Thailand dan Vietnam

beberapa beberapa spesies dianggap memiliki kelezatan tersendiri dan

dibudidayakan secara ekstensif. Di India, ikan ini dikonsumsi oleh nelayan

sebagai obat tradisional untuk menghilangkan sering buang air kecil pada anak

anak (Ravi dan Rajagopal, 2000).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

31

2.2.2 Genus Boleophthalmus

Nama generik dari Boleaphthalmus diambil dari bahasa Yunani yakni

“bole” berarti panah, dan “aphthalm” berarti mata (Murdy, 1989). Perbedaan

Boleaphthalmus dari genera lainnya yaitu karena memiliki epidermis dan kepala

tengkuk yang sangat menebal dan penonjolan mata relatif besar, sirip dorsal yang

pertama berbentuk seperti duri memanjang.

Genus Boleophthalmus memiliki spesies Boleophthalmus Valenciennes,

Boleophthalmus birdsongi n.sp, Boleophthalmus boddarti, Boleophthalmus

caeruleomaculatus, Boleophthalmus dussumieri, Boleophthalmus pectinirostris

(Ravi & Rajagopal, 2005).

Gambar 2.1 Genus Boleophthalmus

Sumber: (Murdy, 1988)

Ikan glodok Boleopthalmus boddarti merupakan ikan dari famili Gobiidae

yang hidup menyerupai hewan amfibi dan menyukai daerah berlumpur yang

tersebar di perairan pantai bermangrove di kawasan Asia Tenggara termasuk

Indonesia. Spesies ini mampu menoleransi perubahan salinitas dan suhu yang

sangat luas, hidup di daerah pasang surut sepanjang pantai dan estuaria yang

ditumbuhi mangrove. Luas hutan mangrove yang semakin menurun menyebabkan

habitat ikan gelodok semakin menyusut. Populasi ikan ini di beberapa kawasan

juga semakin menurun yang disebabkan oleh tangkap berlebih, kerusakan habitat,

pendangkalan, dan pencemaran serta penurunan kualitas lingkungan (Takita et al.,

1999 dalam Djumanto, 2012).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

32

2.2.2.1 Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Family : Gobiidae

Genus : Boleopthalmus

Spesies : Boleophthalmus boddarti (Pallas, 1770).

Nama umum (inggris): Mudskipper (Ansel et al., 1993)

Nama lokal : Blodok bendero (Ujung Pangkah), Glodok, Blodok

(Kerawang), Ikan blodok cina (Jakarta, Malaysia), Ikan blodok (Jawa,

Semarang), Lunjat, Glodok (Jawa), Layar (Juwana), Ikan Tembakul

(Borneo).

2.2.2.2 Penyebaran dan Habitat

Ikan glodok berasal dari Thailand menyebar ke Malaya dan Pakistan ke

India, di Indonesia ikan glodok terdapat di Bangka, Sumatra (Aceh, Belawan),

Jawa (Jakarta, Semarang, Surabaya, Besuki, Karang Bolong), Madura (Kamal,

Sumenep), Kalimantan (Pemangat, Singkawang, Sungai Duri, Banjarmasin,

Samrinda, Sambas) dan Sulawesi (Makasar). Ikan glodok terdapat juga di

Singapura, Malaysia, India, Thailand, Cina, Andaman, Guam dan Papua Nugini.

Ikan ini dikenal sebagai “mudskupper”, karena hidup meloncat di

permukaan lumpur pantai. Melakukan aktfitas dari pagi sejak lumpur pantai tidak

lagi terendam air sampai hari gelap (antara jam 5 sampai 6 sore) atau apabila

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

33

pantai terendam oleh air pasang naik pada siang hari. Pada malam hari atau

lumpur terendam air, ikan glodok berada didalam sarangnya (Effendie, 1973).

Hutan mangrove merupakan habitat yang baik bagi ikan glodok, karena

mangrove menjadi daerah yang memiliki wilayah yang basah dan kering dalam

suatu waktu tertentu, menghadapi lingkungan yang seperti ini biota yang hidup

didalamnya telah mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri dengan

keadaan tersebut. Satu diantara contoh biota yang mampu hidup dalam keadaan

tersebut adalah ikan gelodok (Ramadhani, 2014).

Ikan glodok pada ekosistem mangrove merupakan konsumen tingkat

pertama maupun tingkat kedua dalam rantai makanan. Habitat mereka selalu

berubah disesuaikan dengan keadaan basah dan suhu. Mudskipper beradaptasi

dengan cara menghabiskan waktu di luar air (Rake, 2015). Mudskipper selalu

berada di wilayahnya, apabila terdapat individu yang terlalu dekat, bersiap-siap

untuk menjauh dengan cara menaikkan sirip bagian, ketika bahaya mengancam,

mereka melompat di tanah dan menyelam ke dalam air, bersembunyi di lumpur di

antara akar mangrove (Beatty, 2001).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

34

Gambar 2.2 Sarang Ikan glodok Boleophtalmus boddarti Pall, 1770

Sumber: (Hutomo, 1982).

Keterangan:

A = Permukaan

B = Lapisan Lumpur

C = Lapisan Pasir

1: saluran utama

2 : saluran cabang

3 : lubang utama

4 : lubang cabang

5 : tempat ikan

Menurut Hutomo (1982) spesies Boleophthalmus boddarti hidup didalam

sarang yang merupakan saluran-saluran didalam lumpur pantai yang dalamnya

40-100 cm. Permukaan terdapat beberapa lubang dengan satu atau dua buah

lubang saluran cabang dapat merupakan saluran buntu atau terbuka. Setiap sarang

terdapat satu atau dua buah bagian saluran yang membesar sebagai tempat ikan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

35

selama berada didalam sarang. Boleophthalmus boddarti terikat pada lubang

ataupun sarangnya. Meskipun demikian speseis ini mempunyai wilayah

pengembaraan (home range), yaitu wilayah radius 75-175 cm. Wilayah

pengembaraan ini terjadi karena harus melakukan aktivitas diluar sarang dan pada

jangka waktu tertentu harus kembali kesarang untuk membasahi tubuhnya. Jika

ada individu lain yang masuk kedalan teritorialnya, akan diserang. Menurut

(Macnae, 1968 dalam Hutomo 1982) individu ikan glodok sangat bersifat

teritorial terutama saat musim kawin (breeding season).

2.2.2.3 Morfologi

Menurut Al-Behbehani (2010) mata mudskipper baik disesuaikan untuk

melihat di udara dan ketika mereka berbaring di menunggu mangsanya hanya

mata mereka tetap keluar dari air berlumpur, untuk menjaga mata mereka basah

mudskipper memiliki sedikit cangkir bawah mata mereka dan ketika mereka

berkedip, mata bergulir kedalam tengkorak mereka dan mendapatkan remoistened

oleh air yang diadakan di cangkir kecil. Bahkan di musim panas, spesies

mudskipper bisa tetap aktif selama beberapa menit pada waktu keluar dari air.

Mereka terlihat secara berkala bergulir di sisi mereka untuk membantu

untuk menjaga kulit mereka basah. Setiap lima menit atau lebih, Periophthalmus

akan lari kembali ke liang untuk mendinginkan dan menyegarkan itu sendiri.

Spesies mudskipper dapat dikenali dengan cara karakteristik penggerak yaitu

dengan mengangkat ekornya.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

36

Gambar 2.3 Boleophthalmus boddarti

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)

Morfologi Boleophthalmus boddarti memiliki sirip 5 segmen sirip dorsal

depan yang berbentuk untaian berwarna coklat dan putih di ujung, 20 segmen

dorsal belakang yang memanjang dan terdapat bintik putih, 20 segmen sirip cauda

berwarna biru kelabu berbentuk oval meruncing, 10-12 segmen sirip pectoral

berwarna kuning kecoklatan, 25-26 segmen sirip anal transparan, memanjang dan

30 segmen sirip pelvis yang berwarna kemerahan berbentuk mangkuk. Kepala

bulat besar dan memiliki bintik putih di bawah mata. Mata menonjol dan bola

mata berwarna biru. Gigi rapat beraturan (gigi rahang bawah berlekuk). Badan

berbentuk lonjong agak bulat, berwarna coklat kemerahan dan terdapat garis

hitam dan bintik putih, bintik coklat di kepala dan tengkuk. Sisik cycloid

beraturan. Nama boddarti diambil dari nama Dr Pierre Boddaert (Murdy, 1989).

Menurut Naibaho (2013) menyatakan bahwa Boloeophthalmus boddarti

memiliki ciri kepala agak pipih, badan lonjong, membulat, mengecil kearah ekor,

mulut berbentuk non protractile. Sirip punggung berpisah dengan sirip ekor.

Posisi sirip perut jugular. Sirip ekor rounded (bundar). Badan dan sirip punggung

memiliki bintik-bintik berwarna biru mengkilap kadang terlihat berwarna biru-

kehijauan, tubuh memiliki garis berwarna hitam kecokelatan, bagian kepala juga

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

37

dipenuhi bintik berwarna kebiruan dan garis hitam, bagian bawah tubuh berwarna

putih (Ramadhani, 2014).

Morfologi ikan glodok Boleophthalmus boddarti menurut Muhtadi (2016)

memiliki D1 IV-VI, D2 I, 24-25, P. 18 – 20, A. I. 25, C. 14, bobot 0,5-10,40 g dan

panjang 3,60-11,10 cm. Badan dan sirip punggung memiliki bintik-bintik

berwarna biru mengkilap kadang terlihat berwarna birukehijauan, tubuh memiliki

garis berwarna hitam kecokelatan, bagian kepala juga dipenuhi bintik berwarna

kebiruan dan garis hitam, bagian bawah tubuh berwarna putih.

2.2.2.4 Fisiologi

Ikan glodok memiliki beberapa macam pernapasan. Bernafas melalui

kulit, mukosa yang melapisi mulut dan tenggorokan (faring). Namun, tubuh

mudskipper harus basah karena hanya dapat mengambil oksigen dari proses difusi

saja. Oleh sebab itu, lingkungan mudskipper harus tetap lembab, kebiasaan

tersebut juga dilakukan oleh amphibi yang dikenal dengan penapasan

menggunakan kulit. Sistem pernapasan mudskipper yaitu memperbesar ruang

insang, sehingga mampu mempertahankan gelembung udara. Ruang insang akan

tertutup untuk menjaga insang tetap lembab yang berfungsi memasok O2 untuk

respirasi saat berada di darat (Ansari, 2014).

Menurut Hutomo (1982) menyebutkan bahwa spesies Boleophthalmus

boddarti melakukan pernafasan dengan memerangkap air di rongga insang

dengan cara menutup rapat mulut dan tutup insang. Ikan berada diluar air selama

air masih mengandung oksigen, jika oksigen sudah habis ikan akan kembali

kelubang lagi, dan proses yang sama akan terulang kembali.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

38

2.2.2.5 Kebiasaan Makan

Ikan glodok Boleophthlamus boddarti adalah herbivora, makanan spesies

ini berupa “benthic algae”, terutama Diatome dan Myxophyceae (Hutomo, 1982).

Hal ini sama dengan penemuan Macnae (1968) dalam Hutomo (1982) bahwa ikan

glodok dalah herbivor pemakan algae yang ada di permukaan lumpur. Makanan

didapat dengan menggerakan mulutnya yang bergerigi seperti sisir ke kiri dan ke

kanan diatas permukaan lumpur. Ketika mencari makan, ikan glodok berjalan

lambat dengan menggunakan kedua sirip dadanya. Menurut hasil pengamatan

Wilis (2012) menyatakan bahwa makanan utama Boleophthlamus boddarti dari

kedua stasiun adalah sama yaitu Skeletonema sp, Nitzschia sp, dan Pleurosygma

sp. Melihat dari komposisi jenis makanannya terlihat isi perut ikan glodok

didominasi oleh marga-marga yang tergolong diatome. Boleophthlamus boddarti

adalah herbivora, yang makanannya terdiri dari alga bentik, terutama Diatomae

dan Myxophyceae.

Berasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Probolinggo (2014)

menyatakan bahwa ikan glodok merupakan ikan penghuni ekosistem mangrove,

hidup merayap di akar dan permukaan substrat serta memanfaatkan bahan organik

(serasah) sebagai bahan makanannya ketika berukuran kecil dan ketika sudah

dewasa ikan glodok. Komposisi jenis makanan ikan gelodok tidak ada perbedaan

antara ukuran karena ikan yang diamati rata-rata telah dewasa dan pola kebiasaan

makanannya mengikuti induknya. Tetapi ukuran makanan yang dimakan tersebut

berbeda sesuai dengan ukuran mulutnya. Menurut Panjaitan (2013) adanya

kesamaan jenis makanan diperkirakan karena faktor fisiologi dan kondisi

lingkungan (ketersediaan makanan) dari pada pemilihan makanan musiman.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

39

2.3 Tinjauan Tentang Pantai Ketapang kota Probolinggo

Pantai Kelurahan Ketapang terletak di kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo, Jawa Timur. Kelurahan Ketapang yang secara geografis terletak di

LS 7.747855 dan LU 113.179408 tepatnya di pantai Utara Jawa. Luas pantai

ketapang ini yaitu 70 Ha, dimana Luasan 70 Ha tersebut dibagi 2 bagian antaranya

30 Ha area tambak dan 40 Ha hutan mangrove (Dinas Kelautan dan Perikanan,

Probolinggo, 2014).

Secara umum kawasan hutan mangrove di kelurahan Ketapang mempunyai

topografi relatif datar dan bergelombang ringan dengan keadaan tanah berpasir

dan lumpur, dengan keadaan tanah berpasir dan lumpur. Menurut Wiyono, 2008

menyatakan bahwa wilayah disekitar Ketapang dicirikan sebagai hamparan

ekosistem berupa sungai, sawah, tambak dan lahan yang tidak dimanfaatkan atau

lahan dengan tumbuhan liar. Jenis utama penyusun hutan bakau di kawasan ini

adalah bakau (Rhizophora mucronata) dan Api-api kedua jenis tumbuhan

mangrove ini paling umum dijumpai dan dikenal oleh masyarakat pesisir karena

selain tumbuh alami di tepi pantai juga ditanam masyarakat di tepi tambak

tradisional yang berfungsi sebagai penahan pematang tambak agar tidak longsor.

Hutan mangrove yang ada dikawasan pesisir pantai Kota Probolinggo

merupakan komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa jenis pohon-

pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh

dalam perairan asin diantaranya adalah bakau (Rhizophora mucronata), api-api

(Avicennia alba), dan nipah (Nypa fruticans). Sebagian besar kawasan pesisir

pantai kota probolinggo memiliki karakteristik hutan mangrove dengan ketebalan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

40

(panjang dari bibir pantai keluar) 40-75 m disepanjang garis pantai utara kota

Probolinggo.

2.4 Tinjauan Tentang Hutan Mangrove

2.4.1 Hutan Mangrove

Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas yang terdapat disepanjang

pantai atau muara sungai, yang telah menyesuaikan diri dari terpaan ombak yang

kuat dengan tingkat salinitas yang tinggi serta tanah yang senantiasa digenangi air

(Fachrul, 2012). Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di air payau dan

dipengaruhi oleh pasang surut air laut, hutan ini tumbuh khususnya ditempat-

tempat dimana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik (Kurniastuti,

2013).

Mangrove merupakan ekosistem yang berada pada wilayah intertidal,

dimana pada wilayah tersebut terjadi interaksi yang kuat antara perairan laut,

payau, sungai dan terestrial. Interaksi ini menjadikan ekosistem mangrove

mempunyai keanekaragam yang tinggi baik berupa flora maupun fauna.

Mangrove hidup di daerah tropik dan subtropik, terutama pada garis lintang 25°

LU dan 25° LS. Tumbuh-tumbuhan tersebut berasosiasi dengan organisme lain

(fungi, mikroba, algae, fauna, dan tumbuhan lainnya) membentuk komunitas

mangrove. Komunitas mangrove tersebut berinteraksi dengan faktor abiotik

(iklim, udara, tanah, dan air) membentuk ekosistem mangrove (Sengupta 2010

dalam Martuti, 2013). Hutan mangrove dan ekosistemnya adalah hutan yang

menepati zona neritik yang berbatasan dengan daratan, yakni daerah pantai yang

sering tergenangi air asin dipantai-pantai terlindung daerah tropika dan

subtropika. Mangrove diketahui mempunyai daya adaftasi fisioligi yang sangat

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

41

tinggi . mangrove tahan dilingkungan suhu perairan tinggi, fluktuasi salinitas yang

tinggi dan tanah yang anaerob (Fachrul, 2012).

Organisme pengurai atau dekomposer yang hidup didasar perairan

menghancurkan luruhan daun mangrove sehingga menjadi detritus yang akhirnya

menjadi zat hara. Kecepatan dekomposisi daun dari masing-masing spesies

mangrove berbeda-beda. Proses dekomposisi daun Avecennia dua kali lebih cepat

ketimbang daun Rhizophora, masing-masing memerlukan waktu dua puluh hari

hingga empat puluh hari untuk menghilangkan setengah dari biomasa awal.

Perbedaan tersebut terletak pada bentuk strukturnya; daun Avecennia lebih tipis

dibandingkan daun Rhizophora (Dahuri, 2003). Proses dekomposisi daun

mangrove menciptakan rantai makanan detritus yang kompleks, sehingga

memperkaya produktivitas hewan bentos yang hidup di dasar perairan. Kehadiran

organisme dekomposer yang melimpah merupakan sumber makanan bagi

berbagai jenis larva ikan, udang, dan biota lain yang sudah beradaptasi sebagai

pemakan dasar (Odum, 1975).

Ekosistem mangrove merupakan penghasil detritus, sumber nutrien dan

bahan organik yang dibawa ke ekosistem padang lamun oleh arus laut. Sedangkan

ekosistem lamun berfungsi sebagai penghasil bahan organik dan nutrien yang

akan dibawa ke ekosistem terumbu karang (Kaswadji, 2001).

2.4.2 Fungsi dan Peranan Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang

memiliki fungsi ekologis penting dalam menunjang sumber daya perikanan.

Fungsi tersebut, yaitu sebagai nursery ground, feeding ground, dan spawning

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

42

ground bagi beberapa ikan dewasa, juvenil dan larva ikan, kerang-kerangan, dan

krustase (Sukardjo, 1996).

Fungsi mangrove sebagai land stabilizer dan fungsi proteksi terhadap

daratan merupakan fungsi perakaran mangrove yang rumit. Adanya tanah timbul

yang merupakan akumulasi dari lumpur merupakan hasil dari peran akar

mangrove yang mampu menghambat kembalinya lumpur pada waktu air

surut.Tempat berlindung sangat penting bagi biota-biota perairan pada waktu

surut dan tempat berlindung bagi biota untuk menghindari dari mangsanya.

Peranan lumpur, perakaran, serta faktor fisik kimia mangrove menyebabkan

kualitas setiap habitat mangrove tidak sama meskipun berada pada satu garis

pantai (Latupapua, 2011).

Menurut kusmana (2003) fungsi mangrove dapat dikategorikan kedalam 3

macam fungsi yaitu fungsi fisik, fungsi biologis (ekologis), dan fungsi ekonomis

sebagai berikut:

a. Fungsi fisik mangrove yaitu menjaga garis pantai dan tebing sungai dari

erosi/abrasi agar tetap stabil, mempercepat perluasan lahan,

mengendalikan instrusi air laut, melindungi daerah dibelakang mangrove

dari hempasan gelombang dan angin kencang serta mengolah limbah

organik.

b. Fungsi biologis/ ekologi mangrove yaitu menjadi tempat mencari makan

(fedding ground), tempat berkembang biak (nursery ground), tempat

pemijahan (spawning ground) berbagai jenis ikan, udang, kerang, dan

biota lainnya.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

43

c. Fungsi ekonomis mangrove yaitu hasil hutan berupa kayu. Lahan untuk

kegiatan prosuksi pangan dan tujuan lain (pemukiman, pertambagan,

industri, transfortasi, dan rekreasi).

2.4.3 Hubungan Antara Ekosistem Mangrove dengan Ikan Glodok

Hutan mangrove merupakan habitat yang baik bagi ikan glodok, karena

mangrove menjadi daerah yang memiliki wilayah basah dan kering dalam suatu

waktu tertentu. Menghadapi lingkungan yang seperti ini biota yang hidup

didalamnya telah mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri dengan

keadaan tersebut. Satu diantara contoh biota yang mampu hidup dalam keadaan

tersebut adalah ikan gelodok (Ramadhani, 2014). Biota yang paling banyak

dijumpai di ekosistem mangrove adalah crustacea dan moluska, kepiting, uca sp

dan berbagai spesies sesama umumnya dijumpai di hutan Mangrove.

Pantai ketapang merupakan salah satu pantai yang terdapat di kota

Probolinggo dan memiliki kawasan hutan mangrove yang luas. Berdasarkan data

Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Probolinggo (2014) menyatakan bahwa salah

satu fungsi ekosistem mangrove adalah fungsi ekologis, antara lain sebagai tempat

besarang burung, kera dan satwa terestrial lain, juga sebagai tempat pemijahan,

pembesaran, mencari makan dan perlindungan organisme air. Organisme air yang

memanfaatkan ekosistem mangrove sebagai habitat sementara atau permanen

antara lain udang, kepiting, kerang, teritip, tiram, policheta dan ikan. Simbiosis

antara organisme air tersebut dengan vegetasi mangrove ada yang bersifat saling

menguntungkan tetapi ada juga yang pada fase tertentu merugikan. Fauna yang

teridentifikasi di ekosistem mangrove pantai ketapang Probolinggo antara lain:

kepiting bakau (Scylla serrata) memanfaatkan ekosistem mangrove sebagai

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

44

tempat pembesaran dan mencari makan. Makanan organisme tersebut antara lain

detritud, bangkai, moluska, dan kepiting lain yang lebih kecil. Uca sp adalah

kepiting yang mempunyai ciri khas selain warnanya yang beragam, salah satu

capit dari jantan mempunyai ukuran lebih besar. Kepiting lumpur dan grapsid

(Chiromantes), kerang hijau (Mytilus viridis L), Cardium edule hidup dengan cara

membenamkan diri di subtrat. Andara sp, tiram (Crassostrea), terebrallia palustri,

littoraria scabara, ikan glodok merupakan ikan penghuni ekosistem mangrove.

Ikan gelodok pada ekosistem mangrove merupakan konsumen tingkat

pertama maupun tingkat kedua dalam rantai makanan. Menurut Polgar (2010)

ikan gelodok merupakan jenis ikan yang menempati posisi konsumen primer dan

sekunder dalam rantai makanan.

Gambar 2.4 Rantai makanan pada ekosistem mangrove

(Sumber: Bengen, 2002)

Menurut Bengen (2002) menyebutkan bahwa rantai makanan pada

ekosistem mangrove terjadi ketika produsen (serasah) menjadi detritus. Detritus

diperoleh dari guguran daun mangrove yang jatuh ke perairan kemudian

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

45

mengalami penguraian dan berubah menjadi partikel kecil yang dilakukan oleh

mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Rantai ini dimulai dengan produksi

karbohidrat dan karbon oleh tumbuhan melalui proses Fotosintesis. Sampah daun

kemudian dihancurkan oleh amphipoda dan kepiting. Proses dekomposisi

berlanjut melalui pembusukan daun detritus secara mikrobial dengan jamur dan

penggunaan ulang partikel detrital (dalam wujud feses) oleh bermacam-macam

detritivor, diawali dengan invertebrata dan diakhiri dengan suatu spesies semacam

cacing, moluska, udang-udangan dan kepiting yang selanjutnya dalam siklus

dimangsa oleh karnivora tingkat rendah. Rantai makanan diakhiri dengan

karnivora tingkat tinggi seperti ikan besar, burung pemangsa, kucing liar atau

manusia.

2.4.4 Ekosistem Mangrove di Pantai Ketapang

Hutan mangrove di Pantai Kelurahan Ketapang terletak di kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo, Jawa Timur. Kelurahan Ketapang yang secara

geografis terletak di LS 7.747855 dan LU 113.179408 tepatnya di pantai Utara

Jawa. Luas pantai ketapang ini yaitu 70 Ha, dimana Luasan 70 Ha tersebut dibagi

2 bagian antaranya 30 Ha area tambak dan 40 Ha hutan mangrove.

Secara umum kawasan hutan mangrove dipantai ketapang mempunyai

topografi rendah relatif datar dan bergelombang ringan, dengan keadaan tanah

berpasir dan lumpur. Sungai di kawasan pantai ketapang umumnya sangkal dan

pendek. Berdasarkan penelitian Rahman (2015) terdapat 4 jenis tumbuhan

mangrove yang ada di pantai Ketapang yaitu Rhizophora apiculata, Avecennia

officianlis, Avecennia alba dan Sonneratia alba.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

46

2.5 Tinjuan Tentang Sumber dan Media Pembelajaran

2.5.1 Pengertian Sumber Belajar

Sumber dan media pembelajaran adalah dua istilah yang tidak dapat

dipisahkan. Keduanya menunjukan pada satu objek serupa. Penggunaan istilah

sumber dan media pembelajaran bisa digunakan secara berganti-ganti adakalanya

sesuatu itu berperan menjadi sumber belajar, namun pada saat lain menjadi media

pembelajaran hal tersebut sangat tergantung pada konteks pemanfaatannya

(Akbar, 2013).

Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dimanfaatkan dan diperlukan

dalam proses pembelajaran. Pembelajaran perpaduan antara proses belajar dan

mengajar. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

tahun 2003 pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sumber belajar ini

meliputi teks, media cetak, media elektronik, narasumber, lingkungan untuk

membantu optimalisasi belajar. Sumber belajar memiliki fungsi untuk mendukung

dan mempermudah terjadinya proses belajar dan pembelajaran. Sumber belajar

dapat memberikan atau menyajikan informasi untuk memperkaya pengalaman

belajar, memotivasi para pelajar, walaupun kemudian sumber belajar dirancang

lebih untuk keperluan belajar secara individual.

Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar

dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai

pesan atau media. Bentuk-bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai media

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

47

diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, gambar bergerak atau tidak,

tulisan dan suara yang direkam (Suyono, 2014).

Media pembelajaran merupakan sarana untuk memvisualisasikan proses

belajar yang digunakan pada proses pembelajaran biologi. Mengingat mata

pelajaran biologi merupakan mata pelajaran yang memerlukan pemahaman

konsep yang satu dengan yang lain saling berhubungan secara hirarki, banyak

orang menganggap bahwa pelajaran biologi ini sangat menjenuhkan sehingga

terkesan membuat pasif siswa dalam proses pembelajaran, sehingga sangat

mempengaruhi hasil dari pembelajaran yang didapat, belajar biologi berarti

berupaya mengenal proses kehidupan nyata, maka pengajarannya perlu

disampaikan dengan media yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Media pembelajaran dalam pross pembelajaran biologi dapat diperoleh di sekolah

ataupun diluar sekolah. Penggunaan media pembelajaran sebagai bahan ajar

tergantung dari macam media pembelajarannya. Pada prinsipnya media

pembelajaran dibedakan menjadi dua macam menurut (Mahnun, 2012):

1. Media pembelajaran yang siap digunakan dalam proses pembelajaran

tanpa ada penyederhanaan dan atau modifikasi (by utilization)

2. Media pembelajaran yang disederhanakan dan atau dimodidikasi

(dikembangkan by design)

Berdasarkan uraian tentang pengertian media pembelajaran di atas, dapat

disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan bagian dari media pembelajaran. Bahan

ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam

meaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan

tulis maupun bahan tidak tertulis (Depdiknas, 2008).

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

48

2.5.2 Manfaat Media Pembelajaran

Menururt (Sumanto, 2012 dalam Akbar, 2013) mengidentifikasi manfaat

media yaitu: memperjelas penyajian pesan dan informasi, meningkatkan dan

mengarahkan perhatian peserta didik sehingga menimbulkan motivasi belajar dan

interaksi secara langsung, mengatasi keterbatasan indra, ruang dan waktu, dan

memberi kesamaan pengalaman belajar pada siswa.

Secara umum fungsi media adalah alat bantu penyampaian pesan

pembelajaran. Fungsi media visual, diantaranya yaitu (1) fungsi atensi, yakni

menarik perhatian siswa untuk konsentrasi pada isi pelajaran, (2) fungsi afeksi,

yakni menciptakan perasaan senang siswa, (3) fungsi kognisi, yaitu alat bantu

memahami dan mengingat informasi.

2.5.3 Dasar Pemilihan Media

Memilih kegiatan belajar-mengajar sama pentingnya memilih bahan yang

dapa memotivasi siswa. Memilih media cukup sulit, pemilihan media dilakukan

karena tidak semua jenis media cocok untuk semua materi pembelajaran dan

peserta didik. Seorang guru tidak boleh memilih media berdasarkan kesenangan

dan kemenarikan media semata. Proses pemilihan media pembelajaran

mempunyai tujuan agar media yang digunakan menjadi efektif dan efisien.

Pemilihan media pembelajaran yang tepat sasaran akan memberikan hasil yang

memuaskan dan sebaliknya pemilihan media yang tidak tepat sasaran akan

memberikan hasil yang kurang memuaskan bagi peserta didik.

Menurut Akbar, 2013 beberapa prinsip dalam memilih media pembelajaran

berikut ini:

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

49

1. Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran.

media pada dasarnya adalah alat bantu penyampaian pesan pembelajaran

yang mengarah pada tujuan pembelajaran.

2. Kesesuaian dengan karesteristik pembelajaran

Setiap tahap perkembangan manusia memiliki ciri khas. Ketertarikan anak

usia dini terhadap media seperti benda, orang, peristiwa dan suasana

berbeda dengan anak usian SD, SMP, SMA dan mahasiswa. Ketika media

tersebut akan dimanfaatkan, pertimbangan kesesuaian media dengan

karateristik perkembangan anak menjadi sangat penting.

3. Dapat menjadi sumber belajar

Sumber belajar mengacu pada substansi media yang dapat dimanfaatkan

sebagai alat bantu.

4. Efisiensi dan efektifitas pemanfaatan media.

Efisiensi terkait dengan waktu, tenaga, dan biaya sedangkan terkait dengan

kemampuan media sebagai alat bantu pencapaian tujuan pembelajaran.

5. Kemampuan media dalam mengembangkan keaktifan dan kreatifitas

peserta didik.

Pemanfaatan media pembelajaran hendaknya memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk melakukan aksi, komunikasi, interaksi, kolaborasi

dengan media yang sesuai.

6. Kemampuan media dalam mengembangkan suasana pembelajaran yang

menyenangkan.

7. Kualitas media.

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

50

2.5.3.1 Alasan Teoritis

Pemilihan media pembelajaran sangat penting untuk dilakukan karena

media mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam keberhasilan suatu

proses pembelajaran. Alasan pokok pemilihan media dalam pembelajaran karena

untuk meningkatkan kualitas belajar dalam kelas dan untuk memberikan stimulus

kepada peseerta didik agar lebih memahami materi yang disampaikan karena

setiap komponen dalam sistem pembelajaran saling berkaitan satu sama lain.

2.5.3.2 Alasan Praktis

Pemilihan media pembelajaran sangat penting dilakukan. Alasan praktis

dalam pemilihan media karena efisiensi dan efektifitas dalam proses

pembelajaran. Efisiensi terkait dengan waktu, tenaga, dan biaya sedangkan terkait

dengan kemampuan media sebagai alat bantu pencapaian tujuan pembelajaran.

2.6 Pemanfaatan Leaflet sebagai Sumber Belajar Biologi

2.6.1 Bahan Ajar dalam Bentuk Leaflet

Dalam penelitian ini media yang digunakan sebagai media pembelajaran

adalan leaflet. Leaflet adalah merupakan media berbentuk selambar kertas yang

diberu gambar atau tulisan (biasanya lebih banyak tulisan) pada kedua sisi kerta

serta dilipat sehingga berukuran kecil dan praktis dibawa. Biasanya ukuran A4

dilipat tiga. Media ini berisikan gagasan secara langsung ke pokok persoalan dan

memaparkan cara melakukan tindakan cera pendek dan lugas (Septiani, 2014).

Agar terlihat lebih menarik biasanya leaflet didesaign secara cermat

dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sderhana, singkat serta

mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat

menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih kompetensi dasar

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

51

(Septiani, 2014). Leaflet sangat efektif untuk menyampaikan pesan singkat dan

padat, seperti poster medai ini juga mudah dibawa dan disebarluaskan. Bahakan

karean ukuranya yang lebih ringkas jumlah, jumlah yang diabwa bisa lebih

banyak daripada poster.

Menurut Prasetya (2000), struktur sumber belajar berupa leaflet terdiri atas

empat komponene seperti halnya brosur, yaitu judul, kompetensi dasat atau materi

pokok, informasi pendukung, dan penilaian. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus

memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai materi

tersebut (Depdiknas, 2008). Media leaflet merupakan bentuk penyampaikan

informasi melalui lembaran yang dilipat, agar terlihat menarik leaflet didesaign

secara cermat dan dilengkapi dengan ilustrasi serta menggunakan bahasa yang

sederhana, singkat dan mudah dipahami. Selain itu Media leaflet merupakan

bentuk penyampaikan informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran

yang lipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau

kombinasi (Gani, 2014).

Leaflet sebagai bahan ajar harus disusun secara sistematis, menggunakan

bahasa yang mudah dimengerti, hal ini bertujuan untuk menarik minat baca dan

meningkatkan motivasi belajara siswa. Penyusunan leaflet perlu

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi

pokok yang harus dikuasai oleh siswa.

2. Materi memberikan informasi secara jelas dan lengkap tentang hal yang

penting sebagai informasi.

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

52

3. Padat pengetahuan, materi yang diajarkan lebih simpel, kreatif dan tidak

panjang lebar cukup intinya saja.

4. Kebenaran materi dapat dipertanggung jawabkan.

5. Kalimat yang digunakan singkat dan jelas.

6. Menarik siswa untuk membacanya baik penampilan maupun isi materinya.

Penggunaan sumber belajar dalam bentuk leaflet diharapkan dapat

mengantarkan siswa pada tujuan pembelajaran.

2.6.2 Pemanfaatan Leaflet pada Sub Materi Zat Makanan

Pemanfaatan hasil penelitian sebagai bahan ajar berbentuk leaflet

diharuskan memenuhi beberapa aspek.Menurut (Setyono, 2005 dalam Yanti,

2013) dalam penyusunan sebuah leaflet sebagai bahan ajar yang baik harus

memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Judul leaflet harus singkat dan diturunkan dari kompetensi dasar atau

materi yang akan disampaikan.

2. Bahasa yang digunakan dalam leaflet harus mudah dipahami, kaliamt yang

jelas dan kalimat yang tidak terlalu panjang.

3. Informasi pendukung dijelaskan secara padat, menarik, memperhatikan

penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman

pembacanya.

4. Menggunakan berbagai sumber belajar yang memperkaya materi leaflet,

misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.

Berdasarkan syarat yang telah dijelaskan diatas, dalam memanfaatkan hasil

penelitian untuk digunakan dalam pembelajaran maka digunakan sebuah media

pembelajaran untuk mempermudah siswa (Gani, 2014).

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

53

2.6.3 Kelebihan dan Kekurangan Leaflet

Kelebihan dari media leaflet adalah adanya perpaduan teks dan gambar

dalam halaman cetak yang dikemas sedemikian rupa sehingga menambah daya

terik, serta dapat memperlancar pemahaman informasi yang disajikan. Sedangkan

kekurangan dari media leaflet yaitu tidak dapat menampilkan gerak, biaya

percetakan mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi gambar atau foto yang

berwarna, proses percetakan dan pembuatan sering kali memakan waktu yang

lama (Prasetya, 2000).

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Analisis

54

2.7 Kerangka Konsep

Manfaat:

Digunakan sebagai sumber belajar siswa SMA/MA kelas XI pada mata pelajaran Biologi sub materi zat makanan pada KD 4.7 dalam bentuk leaflet. (Lampiran 6 halaman 129)

Ikan Glodok

Periopthalmodon schlosseri

Memiliki kandungan kadar air 83,38%, kadar abu 5,80%, kadar protein 58,77, kadar lemak 4,71% dan karbohidrat 29,55%. Kandungan protein tinggi karena >15-20%

Dapat dijadikan sebagai sumber protein hewani

Uji kandungan Protein, Karbohidrat, Lemak, kadar air, kadar abu.

Data hasil uji proksimat ikan glodok Baleophthalmus boddarti

Harapan:

Hasil penelitian dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa tentang zat makanan dalam kehidupan sehari-hari yang belum dimanfaatkan secara optimal

Baleophthalmus boddarti

Untuk menemukan bahan pangan baru dalam kelompok ikan bagi masyarakat di sekitar pantai Ketapang Probolinggo

Spesies ikan glodok yang ditemukan pada kawasan mangrove di pantai Ketapang Probolinggo

Spesies Ikan glodok di Indonesia:

Pseudapocryptes borneensis Apocryptes madurensis A. livingstoni A. borneensis Baleophthalmus boddarti Periopthalmodon schlosseri Periopthalmus variabilis Ps. Chrysospilos Ps. Gracilis Ps. novemradiatus

Harapan

Uji Protein, Karbohidrat, Lemak, kadar air, kadar abu)