bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan tentang analisis
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Analisis Proksimat
Analisis proksimat pertama kali dikembangkan di Weende Experiment
Station Jerman oleh Hennerberg dan Stokmann. Analisis ini sering juga dikenal
dengan analisis WEENDE. Analisis proksimat menggolongkan komponen yang
ada pada bahan pakan berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya yaitu : air
(moisture), abu (ash), protein kasar (crude protein), lemak kasar (ether extract),
dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (nitrogen free extract) (Suparjo, 2010). Menurut
Winarno (1993) menyebutkan bahwa analisis makronutrien dapat dilakukan
dengan analisis proksimat. Metode analisis proksimat meliputi kadar abu dengan
metode pengabuan kering (dryashing) menurut AOAC 2005, kada air dengan
metode oven menurut AOAC 2005, kadar lemak dengan metode soxhlet menurut
AOAC 2005, kadar protein dengan metode kjeldahl menurut AOAC 2005 dan
karbohidrat dengan metode by different.
Analisis proksimat memiliki beberapa keunggulan yakni merupakan metode
umum yang digunakan untuk mengetahui komposisi kimia suatu bahan pangan,
tidak membutuhkan teknologi yang canggih dalam pengujiannya, menghasilkan
hasil analisis secara garis besar, dapat menghitung nilai total digestible
nutrient (TDN) dan dapat memberikan penilaian secara umum pemanfaatan dari
suatu bahan pangan. Analisis proksimat juga memiliki beberapa kelemahan
diantaranya tidak dapat menghasilkan kadar dari suatu komposisi kimia secara
tepat, tidak dapat menjelaskan tentang daya cerna serta testur dari suatu bahan
pangan (Suparjo, 2010).
10
Kontribusi energi dari lemak sebaiknya sekitar 35% pada anak usia 1-3
tahun, 30% pada usia 4-18 tahun dan 25% pada orang dewasa. Perbaikan menu
dengan komposisi energi asam lemak ini sangat penting agar upaya pencegahan
penyakit kronik degeneratif sedini mungkin dapat tercapai (WHO, 2008).
2.1.1 Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat
hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Nama protein berasal dari bahasa
Yunani (Greek) proteus yang berarti “yang pertama” atau “yang terpenting”.
Seorang ahli kimia Belanda yang bernama Mulder, mengisolasi susunan tubuh
yang mengandung nitrogen dan menamakannya protein, terdiri dari satuan
dasarnya yaitu asam amino (biasa disebut juga unit pembangun protein)
(Suhardjo, 1992).
Proses pencernaan, protein akan dipecah menjadi satuansatuan dasar kimia.
Protein terbentuk dari unsur-unsur organik yang hampir sama dengan karbohidrat
dan lemak yaitu terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O), akan
tetapi ditambah dengan unsur lain yaitu nitrogen (N). Molekul protein
mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur
logam seperti besi dan tembaga. Molekul protein tersusun dari satuan-satuan dasar
kimia yaitu asam amino. Dalam molekul protein, asam-asam amino ini saling
berhubung-hubungan dengan suatu ikatan yang disebut ikatan peptida (CONH).
Satu 4 molekul protein dapat terdiri dari 12 sampai 18 macam asam amino dan
dapat mencapai jumlah ratusan asam amino (Budianto, 2009).
Protein juga merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Protein
berperan penting dalam pembentukan biomulekul daripada sebagai sumber energi.
11
Namun demikian apabila organisme kekurangan energi, maka protein dapat
dijadikan sebagai sumber energi. Kandungan energi protein rata-rata 4 kkal/gram
atau setara dengan kandungan energi karbohidrat (Sudarmadji, 1989). Fungsi
protein adalah sebagai penyusun biomolekul sperti nukleoprotein (terkandung
dalam inti sel, tepatnya kromosom), enzim, hormon, antibodi dan kontraksi otot.
Pembentuk sel-sel baru, pengganti sel-sel pada jaringan yang rusak serta sebagai
sumber energi (Sumantri, 2013).
2.1.1.1 Fungsi Protein
Fungsi protein dalam tubuh adalah sebagai berikut:
a. Sebagai enzim berperan terhadap perubahan-perubahan kimia dalam sistem
biologis.
b. Alat pengangkut dan alat penyimpanan banyak molekul dengan BM kecil
serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein
tertentu.
c. Pengatur pergerakan protein merupakan komponen utama daging, gerakan
otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling bergeseran.
d. Penunjang mekanis kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang
disebabkan adanya kolagen, suatu protein yang berbentuk bulat panjang dan
mudah membentuk serabut.
e. Pertahanan tubuh pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu
suatu protein khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat
benda-benda asing yang masuk kedalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-
sel asing lain.
12
f. Pengendalian pertumbuhan protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam
bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur
sifat dan karakter bahan (Sumantri, 2013).
2.1.1.2 Sumber Protein
Protein dapat diperoleh baik dari sumber hewani maupun nabati. Pada
umumnya, makanan asal hewani mengandung lebih banyak protein dibandingkan
dengan makanan asal nabati, walaupun beberapa sayuran seperti kedelai
mempunyai kandungan protein yang tinggi. Protein sayuran umumnya
mempunyai nilai biologik (biological value = BV) lebih rendah dibandingkan
protein hewani. Tetapi, dalam susunan makanan campuran, hal tersebut tidak
terlalu serius lagi, dan pada umumnya, protein nabati lebih menguntungkan
karena lebih murah dibandingkan dengan protein hewani. Protein nabati yang
mempunyai BV tinggi telah digunakan selama beberapa tahun dan dengan
demikian tidak biasa lagi dibedakan antara “protein kelas satu” asal hewani dan
“protein kelas dua” asal nabati (Sumantri, 2013).
Sumber protein hewani dapat berbentuk daging dan organ dalam seperti
hati, pankreas, ginjal, paru, jantung, dan jeroan. Susu dan telur termasuk pula
sumber protein hewani berkualitas tinggi. Ikan, kerang-kerangan dan jenis udang
merupakan kelompok sumber protein yang baik, karena mengandung sedikit
lemak. Sumber protein nabati termasuk sereal (gandum, gandum hitam, beras,
jagung, jelai), kacang-kacangan (kacang tanah, biji kering, kacang polong kering,
kacang kedelai), dan biji-bijian (Winarno, 2004).
13
2.1.1.3 Akibat kekurangan Protein
Kekurangan Konsumsi Protein akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
a) Kwashiorkor adalah istilah yang digunakan oleh Cecily Wiliams bagi gejala
yang sangat ekstrem yang diderita oleh bayi dan anakanak kecil akibat
kekurangan konsumsi protein yang parah, meskipun konsumsi energi atau
kalori telah mencukupi kebutuhan.
b) Marasmus Adalah istilah yang digunakan bagi gejala yang timbul bila anak
menderita kekurangan energi (kalori) dan kekurangan protein.
c) Busung Lapar Busung lapar atau juga disebut hunger oedem merupakan
bentuk kurang gizi berat yang menimpa daerah minus, yaitu daerah miskin
dan tandus yang timbul secara periodik pada masa paceklik, atau karena
bencana alam seperti banjir, kemarau panjang, serta serangan hama tanaman
(Winarno, 1993).
2.1.1.4 Akibat Kelebihan Protein
Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Kelebihan asam
amino memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan
kelebihan nitrogen. Kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi,
diare, kenaikan amonia darah, kenaikan ureum darah, dan demam. Diet protein
tinggi yang sering dianjurkan untuk menurunkan berat badan kurang beralasan.
Kelebihan protein dapat menimbulkan masalah, terutama pada bayi (Winarno,
1993).
2.1.1.5 Analisa Protein
Analisis protein dapat dilakukan dengan dua cara yaitu 1) secara langsung
menggunakan zat kimia yang spesifik terhadap protein dan 2) secara tidak
14
langsung dengan menghitung jumlah nitrogen yang terkandung di dalam bahan
(Sudarmadji, 1989).
1. Metode Kjeldahl
Sejak abad ke-19, metode kjeldahl telah dikenal dan diterima secara universal
sebagai metode untuk analisis protein dalam berbagai variasi produk makanan dan
produk jadi. Penetapan kadar protein dengan metode kjeldahl merupakan metode
tidak langsung yaitu melalui penetapan kadar N dalam bahan yang disebut protein
kasar (Sumantri, 2013).
Prinsip metode kjeldahl ini adalah senyawa-senyawa yang mengandung
nitrogen tersebut mengalami oksidasi dan dikonversi menjadi ammonia dan
bereaksi dengan asam pekat membentuk garam amonium. Kemudian ditambahkan
basa untuk menetralisasi suasana reaksi dan kemudian didestilasi dengan asam
dan dititrasi untuk mengatahui jumlah N yang dikonversi. Tahapan kerja pada
metode kjeldahl dibagi tiga yaitu:
a. Tahap Destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi
CO, CO2, dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi
(NH4)SO4. Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator
berupa campuran Na2SO4 dan HgO.
Ammonium sulfat yang terbentuk dapat bereaksi dengan merkuri oksida
membetuk senyawa kompleks, maka sebelum proses destilasi Hg harus
diendapkan lebih dahulu dengan K2S atau dengan tiosulfat agar senyawa
kompleks merkuri-ammonia pecah menjadi ammonium sulfat, menggunakan
15
K2SO4 atau CuSO4. Dengan penambahan katalisator tersebut titik didih asam
sulfat akan dipertinggi sehingga dekstruksi berjalan lebih cepat. Tiap 1 gram
K2SO4 dapat menaikkan 24 titik didih 3°C. Selain katalisator yang telah
disebutkan tadi, kadang-kadang juga diberikan selenium. Selenium dapat
mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik didih.
Penggunaan selenium lebih reaktif dibandingkan merkuri dan kupri sulfat tetapi
selenium mempunyai kelemahan yaitu karena sangat cepatnya oksidasi maka
nitrogennya justru mungkin ikut hilang, reaksi yang terjadi pada tahap dekstruksi
adalah: (CHON) + H2SO4 CO2 + H2O + (NH4)2SO4 Gambar 2.3 Alat
Dekstruksi (Sudarmadji, 1984).
b. Tahap Destilasi
Pada tahap destilasi ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3)
dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar selama destilasi
tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung
gas yang besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang
dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh larutan asam standar yang dipakai
dalam jumlah berlebihan. Agar kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka
diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Reaksi
yang terjadi pada tahap destilasi adalah: (NH4)2SO4 + 2NaOH 2NH3 + Na2SO4
+ 2H2O 2NH3 + H2SO4 (NH4)2SO4 25 (Sudarmadji, 1989).
c. Tahap Titrasi
Larutan asam pada penampung destilat yang dapat digunakan adalah larutan
standar asam kuat seperti asam sulfat atau larutan asam borat. Jika dipakai larutan
asam kuat standar maka titrasi yang dilakukan disebut titrasi kembali sedangkan
16
jika dipakai larutan asam borat maka disebut titrasi tidak langsung. Pada metode
titrasi kembali, larutan asam standar yang berlebihan setelah bereaksi dengan
ammonia dititrasi dengan larutan standar NaOH. Titrasi ini disebut titrasi kembali
karena jumlah asam yang bereaksi dengan ammonia tersedia dalam keadaan
berlebih sehingga melewati titik ekuivalen reaksi. Oleh karena itu, analis harus
mengembalikan titik ekuivalen reaksi dengan titrasi menggunakan NaOH
(Sumantri, 2013).
Reaksi yang terjadi pada tahap titrasi adalah sebagai berikut: H2SO4 +
2NaOH Na2SO4 + 2H2O. Kadar nitrogen dalam sampel dapat dihitung dengan
rumus: 26 % N = ml NaOH (blanko – sampel) berat sampel (g) x 1000 x N NaOH
x 14,008 x 100% Pada metode titrasi tidak langsung menggunakan asam borat,
ammonia bereaksi dengan asam borat menghasilkan garam asam borat yang
bersifat netral parsial. Garam tersebut dapat dititrasi dengan larutan asam standar.
Jumlah larutan asam yang diperlukan adalah proporsional dengan jumlah
ammonia yang bereaksi dengan asam borat. Titrasi ini disebut titrasi tidak
langsung karena ammonia ditentukan, bukan dititrasi. Ammonia ditentukan secara
tidak langsung dengan titrasi dari garam asam borat. Jika pada titrasi langsung,
analit akan langsung bereaksi dengan pentiter. Konsentrasi asam borat pada
penampung destilat tidak dimasukkan dalam perhitungan dan tidak perlu
diketahui. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: NH3 + H3BO3 H2BO3 - +
NH4 + H2BO3 - + H+ H3BO3, kadar nitrogen dalam sampel dapat dihitung
dengan rumus: % N = ml HCl (sampel – blanko) berat sampel (g) x 1000 x N
NaOH x 14,008 x 100% Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar protein
dengan mengalikan suatu faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini
17
tergantung pada persentase N yang menyusun protein dalam suatu bahan
(Sudarmadji, 1989).
Keuntungan menggunakan metode kjeldahl ini adalah dapat diaplikasikan
untuk semua jenis bahan pangan, tidak memerlukan biaya yang mahal untuk
pengerjaannya, akurat dan merupakan metode umum untuk penentuan kandungan
protein kasar, dapat dimodifikasi sesuai kuantitas protein yang dianalisis. Adapun
kelemahan menggunakan metode kjeldahl ini adalah jumlah total nitrogen yang
terdapat didalamnya bukan hanya nitrogen dari protein, waktu yang diperlukan
relatif lebih lama (minimal 2 jam untuk menyelesaikannya), presisi yang lemah,
pereaksi yang digunakan korosif (Sumantri, 2013).
2. Metode Spektrofotometri
Penentuan kadar protein dengan menggunakan instrumen dibagi menjadi dua
yaitu: 1) metode pengukuran langsung pada panjang gelombang 205 nm dan 280
nm dan 2) metode pembentukan warna dengan pereaksi tertentu. Metode
pengukuran langsung pada panjang gelombang 205 nm dan 280 nm Absorbansi
pada panjang gelombang 205 nm dan 280 nm digunakan untuk menghitung
konsentrasi protein dengan terlebih dahulu distandarisasi dengan protein standar.
Metode ini dapat dengan mudah diaplikasikan dan sederhana, cocok untuk larutan
protein yang telah dimurnikan. Penetapannya berdasarkan absorbansi sinar
ultraviolet oleh asam amino triptopan, tirosin dan ikatan disulfida sistein yang
menyerap kuat pada panjang gelombang tersebut, terutama panjang gelombang
280 nm (Sumantri, 2013).
Keuntungan metode ini adalah waktu yang diperlukan untuk analisis cepat,
memiliki sensitifitas yang baik, tidak ada gangguan dari ion ammonium dan
18
garam-garam buffer, larutan sampel masih dapat digunakan untuk analisis lain
selain analisis protein. Kerugian metode ini adalah asam nukleat juga memiliki
absorbansi yang kuat pada panjang gelombang 280 nm, susunan asam amino
aromatis dapat bervariasi untuk setiap sampel protein, larutan protein harus benar-
benar jernih dan tidak berwarna ataupun keruh (Budianto, 2009)
3. Metode Pembentukan
Warna dengan pereaksi tertentu a. Pereaksi Biuret Prinsip penetapan protein
metode Biuret adalah pada kondisi basa, Cu2+ membentuk kompleks dengan
ikatan peptida (-CO-NH-) suatu protein menghasilkan warna ungu, sehingga
kadar protein sampel dapat ditetapkan dengan spektrofotometer. Pemilihan
protein standar dapat menyebabkan kesalahan fatal dalam analisis, standar yang
digunakan harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi. Untuk analisis protein
secara umum, standar Bovine Serum Albumin (BSA) (Budianto, 2009).
4. Metode Titrasi
Formol Larutan protein dinetralkan dengan basa (NaOH), kemudian
ditambahkan formalin akan membentuk dimethilol. Dengan terbentuknya
dimethilol ini berarti gugus aminonya sudah terikat dan tidak akan mempengaruhi
reaksi antara asam (gugus karboksil) dengan basa NaOH sehingga akhir titrasi
dapat diakhiri dengan tepat. Indikator yang digunakan adala fenolftalein, akhir
titrasi bila tepat terjadi perubahan warna menjadi merah muda yang tidak hilang
dalam 30 detik. Titrasi formol ini hanya tepat untuk menentukan suatu proses
terjadinya pemecahan protein dan kurang tepat untuk penentuan protein
(Sudarmadji, 1989).
19
5. Metode Dumas
Pada metode ini sampel dioksidasi pada suhu sangat tinggi (700-900°C).
Hasil oksidasi menghasilkan gas O2, N2 dan CO2. Gas nitrogen yang dilepaskan
dikuantitasi menggunakan kromatografi gas dengan detektor konduktivitas termal
(Thermal Detector Conductivity/TDC) kemudian jumlah nitrogen yang diperoleh
dikonversi. Jumlah nitrogen dalam sampel sebanding dengan kadar proteinnya.
Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan zat kimia berbahaya,
analisis dapat diselesaikan dalam waktu 3 menit, instrumen otomatis terbaru dapat
menganalisis 150 sampel secara bersamaan. Adapun kekurangan metode ini
adalah membutuhkan instrumen analisis yang mahal, mengukur total nitrogen,
bukan hanya mengukur nitrogen yang berasal dari protein (Sudarmadji, 1989).
2.1.2 Lemak
Lemak merupakan sumber energi bagi tubuh. Biasanya energi yang
dihasilkan per gram lemak adalah lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh 1
gram karbohidrat atau 1 gram protein. 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori (kal).
Lemak dalam makanan merupakan campuran lemak heterogen yang sebagaian
besar terdiri dari trigliserida. Trigliserida disebut lemak jika pada suhu ruang
berbentuk padatan, dan disebut minyak jika pada suhu ruang berbentuk cairan.
Trigliserida merupakan campuran asam-asam lemak, biasanya dengan panjang
rantai karbon sebanyak 12 sampai 22 dengan jumlah ikatan rangkap dari 0 sampai
4. Lemak makanan juga terdapat sejumlah kecil fosfolipid, sfingolipid, kolesterol
dan fitosterol (Budianto, 2009).
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk
golongan lipid. Suatu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipid (termasuk
20
lemak dan minyak) adalah kelarutannya dalam pelarut organik (pelarut non polar)
dan sebaliknya ketidaklarutannya dalam pelarut dan pelarut polar lainnya.
Trigliserida merupakan kelompok lipid yang terdapat paling banyak dalam
jaringan hewan dan tumbuhan. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil
kondensasi dengan tiga molekul asam lemak. Secara umum, lemak diartikan
sebagai triglierida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat,
sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair
(Sumantri, 2013).
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu juga lemak dan minyak merupakan sumber
energi yang lebih efektif dibanding denga karbohidrat dan protein. Lemak hewani
mengandung banyak sterol yang disebut kolesterol. Sedangkan lemak nabati
mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh
sehingga umumnya berbentuk cair (Winarno, 1992).
Lemak yang ditambahkan ke dalam bahan pangan atau dijadikan bahan
pangan membutuhkan persyaratan dan sifat-sifat tertentu. Berbagai bahan pangan
seperti daging, ikan, telur, susu, kacang tanah dan beberapa jenis sayuran
mengandung lemak atau minyak yang biasanya termakan bersama bahan tersebut.
Lemak dan minyak tersebut dikenal sebagai lemak tersembunyi. Sedangkan lemak
atau minyak yang telah diekstraksi dari ternak atau bahan nabati dan dimurnikan
dikenal sebagai lemak minyak biasa atau lemak kasat mata (Winarno, 1992).
2.1.2.1 Fungsi Lemak
Banyaknya kebutuhan lemak yang harus dipenuhi oleh tubuh manusia
biasanya berbeda-beda. Orang yang hidup dan menetap di daerah yang memiliki
21
suhu dingin serta orang yang bekerja berat juga memerlukan lemak yang lebih
banyak. Fungsi lemak sangatlah penting untuk tubuh. Berikut fungsi lemak :
a. Pelindung tubuh dari temperatur suhu yang rendah.
b. Fungsi lemak yang berperan sebagai pelarut vitamin A, E, K, dan D.
c. Salah satu bahan penyusun vitamin dan hormon.
d. Pelindung berbagai alat tubuh vital yaitu berperan sebagai bantalan
lemak.
e. Salah satu penghasil energi tertingggi.
f. Salah satu bahan penyusun asam kholat, empedu.
g. Fungsi lemak salah satunya dapat menahan rasa lapar, hal ini karena
lemak dapat memperlambat pencernaan. Apabila pencernaan yang terjadi
terlalu cepat maka menyebabkan timbul rasa lapar yang cepat pula.
h. Salah satu bahan penyusun dalam membran sel.
2.1.2.2 Sumber lemak
Lemak dan minyak yang dapat dimakan dihasilkan oleh alam yang dapat
bersumber dari bahan nabati atau hewani. Lemak atau minyak dapat
diklasifikasikan berdasarkan sumbernya yaitu bersumber dari tanaman yang
berupa biji-bijian palawija, kulit buah tanaman tahunan, biji-bijian dari tanaman
tahunan. Dan sumber yang lain adalah dari hewani yaitu susu hewan peliharaan
berupa lemak susu, daging hewan peliharaan berupa lemak sapi, dari hasil laut
berupa minyak ikan sardine dan sejenisnya. Komposisi atau jenis lemak dan sifat
fisiko-kimia tiap jenis minyak berbeda-beda dan hasil ini disebabkan oleh
perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat tumbuh dan pengolahan. Adapun
perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani adalah lemak hewan
22
mengandung kolesterol sedangkan lemak nabati mengandung tosterol. Perbedaan
yang lain, kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil dari
lemak nabati (Budianto, 2009).
2.1.2.3 Akibat Kekurangan Lemak
Terjadi kurangnya lemak dapat menimbulkan pengurangan ketersediaan
energi, karena energi harus terpenuhi maka terjadilah katabolisme atau
perombakan protein, candangan lemak yang semakin berkurang akan sangat
berpengaruh terhadap berat badan, berupa penurunan berat badan (Winarno,
1993).
2.1.2.4 Akibat Kelebihan Lemak
Terjadinya kelebihan lemak dapat menimbulkan obesitas yang
merupakan faktor resiko dalam penyakit kardiovaskuler karena dapat
menyebabkan hipertensi dan timbulnya diabetes. Anak-anak yang terlalu banyak
mengkonsumsi lemak dapat menimbulkan gejala sakit perut dan mulas. Hal ini
mungkin yang disebabkan oleh makanan yang banyak mengandung lemak
cenderung menyebabkan cepat haus dan banyak minum yang dapat menyebabkan
terjadinya emulsi. Hal itulah yang diperkirakan sebagai penyebab mulas dan sakit
perut (Winarno, 1993).
2.1.2.5 Analisa Lemak
Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan
alat ekstraktor Soxhlet. Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi
yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam
penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena
23
jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam
labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Sudarmadji, 1984).
2.1.3 Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksiketon dan meliputi
kondenset polimer-polimernya yang terbentuk. Berbagai analisa dilakukan
terhadap karbohidrat, dalam ilmu dan teknologi pangan analisa karbohidrat yang
biasanya dilakukan misalnya penentuan jumlah secara kuantitatif dalam
menentukan komposisi suatu bahan makanan, penentuan sifat fisis atau
kimiawinya dalam kaitannya dengan pembentukan kekentalan, kelekatan,
stabilitas larutan dan tekstur hasil olahannya (Budianto, 2009).
Karbohidrat merupakan sumber kalori atau makronutrien utama bagi
organisme heterotroph, jumlah kalori yang dapat dihasilkan oleh 1 gram
karbohidrat hanya 4 kal (kkal). Karbohidrat juga memiliki peranan penting dalam
menentukan karateristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-
lain. Sedangkan dalam tubuh karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya
ketosis, pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral, dan
berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein. Karbohidrat banyak
terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa,
maupun karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi seperti pati, pektin,
selulosa, dan lignin. Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokan menjadi
monosakarida, oligosakarida, serta polisakarida. Monosakarida merupakan
molekul yang dapat terdiri dari lima atau enam atom C, sedangkan oligosakarida
merupakan polimer dari 2-10 monosakarida, dan pada umumnya polisakarida
24
merupakan polimer yang terdiri lebih dari monomer monosakarida (Winarno,
1992).
2.1.3.1 Fungsi Karbohidrat
Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi sebagai
cadangan makanan, pemberi rasa manis pada makanan, membantu pengeluaran
feses dengan cara mengatur peristaltik usus, penghemat protein karena bila
karbohidrat makanan terpenuhi, protein terutama akan digunakan sebagai zat
pembangun. Karbohidrat juga berfungsi sebagai pengatur metabolisme lemak
karena karbohidrat mampu mencegah oksidasi lemak yang tidak sempurna.
Sebagai zat pembangun, apabila keadaan ini berlangsung terus menerus, maka
keadaan kekurangan enersi dan protein (KEP) tidak dapat dihindari lagi.
Membantu metabolisme lemak dan protein dengan demikian dapat mencegah
terjadinya ketosis dan pemecahan protein yang berlebihan. Di dalam hepar
berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik tertentu. Beberapa jenis karbohidrat
mempunyai fungsi khusus di dalam tubuh. Laktosa rnisalnya berfungsi membantu
penyerapan kalsium. Ribosa merupakan merupakan komponen yang penting
dalam asam nukleat. Selain itu, beberapa golongan karbohidrat yang tidak dapat
dicerna, mengandung serat (dietary fiber) berguna untuk pencernaan,
memperlancar defekasi (Hutagalung, 2004).
2.1.3.2 Sumber Karbohidrat
Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian,
kacang-kacang kering, dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini adalah bihun, mie,
roti, tepung-tepungan, selai, sirup, dan sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah
tidak banyak mengandung karbohidrat. Sayur umbi-umbian, seperti wortel dan bit
25
serta kacang-kacangan relatif lebih banyak mengandung karbohidrat daripada
sayur daun-daunan. Bahan makanan hewani seperti daging, ayam, ikan, telur, dan
susu sedikit sekali mengandung karbohidrat. Sumber karbohidrat yang banyak
dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi,
singkong, talas, dan sagu (Winarno, 1993).
2.1.3.3 Akibat Kekurangan dan Kelebihan Karbohidrat
Kekurangan karbohidrat dapat menyebabkan suplai energi berkurang.
Akibatnya, tubuh mencari alternatif zat gizi yang dapat menggantikan
karbohidrat, yaitu lemak dan protein. Apabila peristiwa tersebut berlangsung terus
tanpa suplai karbohidrat yang cukup, lemak tubuh akan terpakai dan protein yang
seharusnya digunakan untuk pertumbuhan jadi berkurang. Akibatnya, tubuh
semakin kurus dan menderita Kurang Energi Protein (KEP). Sebaliknya kelebihan
konsumsi karbohidrat menyebabkan suplai energi berlebih. Energi yang berlebih
tersebut akan disintesis menjadi lemak tubuh, sedangkan lemak yang telah
tersedia dalam tubuh tidak terpakai untuk energi. Akibatnya, penimbunan lemak
terus terjadi dan mengakibatkan kegemukan atau obesitas. Efek dari obesitas
adalah timbulnya penyakit degeneratif, seperti hipertensi, jantung koroner,
diabetes, dan stroke (Sudarmadji, 1989).
2.1.3.4 Analisa Karbohidrat
Kadar karbohidrat ditentukan dengan metode by difference yaitu dengan
perhitungan melibatkan kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak.
Berikut ini adalah persamaan yang digunakan dalam menghitung kadar
karbohidrat dengan metode by difference.
26
Kadar karbohidrat (%) = 100% – (% kadar air + %kadar abu + %kadar protein +
% kadar lemak)
2.1.4 Kadar Air
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry
basis). Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan
pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada
bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan
daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya
bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi
perubahan pada bahan pangan. Kadar air setiap bahan berbeda tergantung pada
kelembaban suatu bahan. Semakin lembab tekstur suatu bahan, maka akan
semakin tinggi persentase kadar air yang terkandung di dalamnya (Winarno,
2004).
Prinsip metode penetapan kadar air dengan oven biasa atau
Thermogravimetri yaitu menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan 20
pemanasan pada suhu 105oC. Penimbangan bahan dengan berat konstan yang
berarti semua air sudah diuapkan dan cara ini relatif mudah dan murah.
Percepatan penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang lain karena
pemanasan maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan
vakum. Bahan yang telah mempunyai kadar gula tinggi, pemanasan dengan suhu
kurang lebih 105ºC dapat mengakibatkan terjadinya pergerakan pada permukaan
bahan. Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan lebih bersifat hidroskopis
27
dari pada bahan asalnya. Oleh karena itu selama pendinginan sebelum
penimbangan, bahan telah ditempatkan dalam ruangan tertutup yang kering
misalnya dalam eksikator atau desikator yang telah diberizat penyerapan air.
Penyerapan air atau uap ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat, silika
gel, kalium klorida, kalium hidroksida, kalium sulfat atau bariumoksida. Silika gel
yang digunakan sering diberi warna guna memudahkan bahan tersebut sudah
jenuh dengan air atau belum, jika sudah jenuh akan berwarna merah muda, dan
bila dipanaskan menjadi kering berwarna biru (Sudarmadji, 2007).
Penentuan kadar air dengan menggunakan metode oven menurut
Sudarmadji (2007) memiliki beberapa kelemahan yaitu sebagai berikut: 1 Bahan
lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air
misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain. 2 Dapat terjadi reaksi
selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap. Contohnya
gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi. 3
Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun
sudah dipanaskan
2.1.5 Kadar Abu
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral
yang terdapat pada suatu bahan pangan (Astuti, 2012). Abu adalah zat anorganik
sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya
tergantung pada macam bahan. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral.
Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat berupa dua macam garam yaitu
garam organik dan anorganik. Garam organik misalnya garam-garam asam mallat,
28
oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk
garam fosfat, karbonat, khlorida, sulfat dan nitrat (Sudarmadji,1984).
Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan komponen
yang tidak mudah menguap (komponen anorganik atau garam mineral) yang tetap
tinggal pada pembakaran dan pemijaran senyawa organik (Nurilmala, 2006).
Semakin rendah kadar abu suatu bahan, maka semakin tinggi kemurniannya.
Tinggi rendahnya kadar abu suatu bahan antara lain disebabkan oleh kandungan
mineral yang berbeda pada sumber bahan baku dan juga dapat dipengaruhi oleh
proses demineralisasi pada saat pembuatan (Sudarmaji, 1989).
Menurut Irawati (2008) penentuan kadar abu dapat digunakan untuk
berbagai tujuan yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan baik tidaknya suatu proses penggolahan
2. Mengetahui jenis bahan yang digunakan
3. Menentukan atau membedakan fruit vinegar (asli) atau sintesis.
4. Sebagai parameter nilai bahan pada makanan. Adanya kandungan abu
yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya
pasir atau kotoran lain.
2.2 Tinjauan Tentang Ikan
Ikan memegang peranan penting dalam pemenuhan sumber gizi dan
keamanan hidup bagi manusia pada negara berkembang (Gandotra, 2012 dalam
Hafiludin, 2015). Ikan juga berfungsi sebagai sumber dari asam lemak tidak jenuh
jamak (PUFA), protein, mineral dan vitamin. Ikan kaya akan gizi, tetapi ikan
merupakan bahan yang cepat busuk dan mempunyai umur simpan yang pendek.
Kandungan gizi pada setiap ikan akan berbeda-beda tergantung pada faktor
29
internal dan eksternal. Faktor internal berupa jenis atau spesies ikan, jenis
kelamin, umur dan fase reproduksi pada ikan. Faktor eksternal berupa faktor yang
ada pada lingkungan hidup ikan berupa habitat, ketersediaan pakan dan kualitas
perairan tempat ikan hidup (Hafiludin, 2015). Menurut Masetyo (2010)
menyatakan bahwa komposisi ikan segar per 100 gram antara lain terdiri dari
komponen kandungan air (76,00 %), protein (17,00), lemak (4,50) dan mineral
dan vitamin (2,52-4,50). Kadar air yang terkandung didalam ikan sebagai faktor
utama penyebab kerusakan bahan pangan.
Ikan mempunyai komposisi kimia yang menguntungkan, yaitu mengandung
kadar protein tinggi, disamping itu lemak yang dikandung banyak mempunyai
ikatan rangkap yang merupakan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak omega-3
merupakan salah satu asam lemak tidak jenuh yang tidak dapat dirubah menjadi
kolesterol di dalam tubuh, sehingga dapat dikatakan omega-3 menurunkan kadar
kolesterol darah (Salamah, 2004). Kandungan protein ikan cukup tinggi (15-24%),
asam amino esensialnya lengkap, daya cerna sangat tinggi yaitu 95% serta
mengandung asam lemak omega-3 yang berguna untuk kesehatan, pertumbuhan
dan kecerdasan anak (Haslina, 2006).
2.2.1 Ikan Glodok
Ikan glodok termasuk dalam Family Gobiidae dan Subfamily Oxudercinae.
Taksonomi ikan gelodok dapat disajikan sebagai berikut: Domain: Eukaryota,
Kingdom: Animalia, Phylum: Chordata, Subphylum: Vertebrata, Superclass:
Gnathostomata, Grade: Teleostomi, Class: Actinopterygii, Subclass: Neopterygii,
Division: Teleostei, Subdivision: Euteleostei, Superorder: Cyclosquamata, Order:
Perciformes, Family: Gobiidae, Subfamily: Oxudercinae (Murdy, 1988)
30
Ikan gelodok merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki adaptasi
terhadap dua habitat yang berbeda. Jenis ikan ini lebih menyerupai amfibi
daripada ikan (Garbutt dan Prudente, 2006 dalam Gosal, 2013). Ikan gelodok
memiliki beragam jenis, namun memiliki banyak kesamaan secara morfologi,
perbedaan jenis makanan dapat menunjukkan perbedaan jenis dari ikan gelodok.
Ikan gelodok merupakan ikan yang hanya dapat ditemukan di lingkungan
mangrove karena ketersediaan makanan di mangrove yang melimpah dan sesuai
dengan kebutuhan nutrisi (Gosal, 2013). Ikan gelodok merupakan ikan yang unik,
ikan ini dapat bergerak menggunakan siripnya sebagai bentuk adaptasi morfologi
terhadap kondisi tempat tinggalnya. Ikan ini memiliki nama internasional
mudskipper (Ramadhani, 2014).
Menurut Ansari (2014) Ikan glodok merupakan ikan amfibi, menggunakan
sirip untuk berjalan di darat. Ikan glodok sesuai dengan habitat intertidal (baik
tinggi dan surut) dan sangat aktif ketika keluar dari air untuk mencari makan,
berinteraksi dan untuk pertahanan hidup. Ikan glodok menggali liang yang dalam
sendiri untuk menjauhkan diri dari gangguan pada habitat ikan glodok.
Peran ikan gelodok bagi manusia adalah sebagai bahan pangan atau umpan
untuk memancing ikan. Daging ikan gelodok memiliki nilai gizi yang tinggi. Di
Bangladesh, Cina, Jepang, Korea, Filipina, Taiwan, Thailand dan Vietnam
beberapa beberapa spesies dianggap memiliki kelezatan tersendiri dan
dibudidayakan secara ekstensif. Di India, ikan ini dikonsumsi oleh nelayan
sebagai obat tradisional untuk menghilangkan sering buang air kecil pada anak
anak (Ravi dan Rajagopal, 2000).
31
2.2.2 Genus Boleophthalmus
Nama generik dari Boleaphthalmus diambil dari bahasa Yunani yakni
“bole” berarti panah, dan “aphthalm” berarti mata (Murdy, 1989). Perbedaan
Boleaphthalmus dari genera lainnya yaitu karena memiliki epidermis dan kepala
tengkuk yang sangat menebal dan penonjolan mata relatif besar, sirip dorsal yang
pertama berbentuk seperti duri memanjang.
Genus Boleophthalmus memiliki spesies Boleophthalmus Valenciennes,
Boleophthalmus birdsongi n.sp, Boleophthalmus boddarti, Boleophthalmus
caeruleomaculatus, Boleophthalmus dussumieri, Boleophthalmus pectinirostris
(Ravi & Rajagopal, 2005).
Gambar 2.1 Genus Boleophthalmus
Sumber: (Murdy, 1988)
Ikan glodok Boleopthalmus boddarti merupakan ikan dari famili Gobiidae
yang hidup menyerupai hewan amfibi dan menyukai daerah berlumpur yang
tersebar di perairan pantai bermangrove di kawasan Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Spesies ini mampu menoleransi perubahan salinitas dan suhu yang
sangat luas, hidup di daerah pasang surut sepanjang pantai dan estuaria yang
ditumbuhi mangrove. Luas hutan mangrove yang semakin menurun menyebabkan
habitat ikan gelodok semakin menyusut. Populasi ikan ini di beberapa kawasan
juga semakin menurun yang disebabkan oleh tangkap berlebih, kerusakan habitat,
pendangkalan, dan pencemaran serta penurunan kualitas lingkungan (Takita et al.,
1999 dalam Djumanto, 2012).
32
2.2.2.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Gobiidae
Genus : Boleopthalmus
Spesies : Boleophthalmus boddarti (Pallas, 1770).
Nama umum (inggris): Mudskipper (Ansel et al., 1993)
Nama lokal : Blodok bendero (Ujung Pangkah), Glodok, Blodok
(Kerawang), Ikan blodok cina (Jakarta, Malaysia), Ikan blodok (Jawa,
Semarang), Lunjat, Glodok (Jawa), Layar (Juwana), Ikan Tembakul
(Borneo).
2.2.2.2 Penyebaran dan Habitat
Ikan glodok berasal dari Thailand menyebar ke Malaya dan Pakistan ke
India, di Indonesia ikan glodok terdapat di Bangka, Sumatra (Aceh, Belawan),
Jawa (Jakarta, Semarang, Surabaya, Besuki, Karang Bolong), Madura (Kamal,
Sumenep), Kalimantan (Pemangat, Singkawang, Sungai Duri, Banjarmasin,
Samrinda, Sambas) dan Sulawesi (Makasar). Ikan glodok terdapat juga di
Singapura, Malaysia, India, Thailand, Cina, Andaman, Guam dan Papua Nugini.
Ikan ini dikenal sebagai “mudskupper”, karena hidup meloncat di
permukaan lumpur pantai. Melakukan aktfitas dari pagi sejak lumpur pantai tidak
lagi terendam air sampai hari gelap (antara jam 5 sampai 6 sore) atau apabila
33
pantai terendam oleh air pasang naik pada siang hari. Pada malam hari atau
lumpur terendam air, ikan glodok berada didalam sarangnya (Effendie, 1973).
Hutan mangrove merupakan habitat yang baik bagi ikan glodok, karena
mangrove menjadi daerah yang memiliki wilayah yang basah dan kering dalam
suatu waktu tertentu, menghadapi lingkungan yang seperti ini biota yang hidup
didalamnya telah mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri dengan
keadaan tersebut. Satu diantara contoh biota yang mampu hidup dalam keadaan
tersebut adalah ikan gelodok (Ramadhani, 2014).
Ikan glodok pada ekosistem mangrove merupakan konsumen tingkat
pertama maupun tingkat kedua dalam rantai makanan. Habitat mereka selalu
berubah disesuaikan dengan keadaan basah dan suhu. Mudskipper beradaptasi
dengan cara menghabiskan waktu di luar air (Rake, 2015). Mudskipper selalu
berada di wilayahnya, apabila terdapat individu yang terlalu dekat, bersiap-siap
untuk menjauh dengan cara menaikkan sirip bagian, ketika bahaya mengancam,
mereka melompat di tanah dan menyelam ke dalam air, bersembunyi di lumpur di
antara akar mangrove (Beatty, 2001).
34
Gambar 2.2 Sarang Ikan glodok Boleophtalmus boddarti Pall, 1770
Sumber: (Hutomo, 1982).
Keterangan:
A = Permukaan
B = Lapisan Lumpur
C = Lapisan Pasir
1: saluran utama
2 : saluran cabang
3 : lubang utama
4 : lubang cabang
5 : tempat ikan
Menurut Hutomo (1982) spesies Boleophthalmus boddarti hidup didalam
sarang yang merupakan saluran-saluran didalam lumpur pantai yang dalamnya
40-100 cm. Permukaan terdapat beberapa lubang dengan satu atau dua buah
lubang saluran cabang dapat merupakan saluran buntu atau terbuka. Setiap sarang
terdapat satu atau dua buah bagian saluran yang membesar sebagai tempat ikan
35
selama berada didalam sarang. Boleophthalmus boddarti terikat pada lubang
ataupun sarangnya. Meskipun demikian speseis ini mempunyai wilayah
pengembaraan (home range), yaitu wilayah radius 75-175 cm. Wilayah
pengembaraan ini terjadi karena harus melakukan aktivitas diluar sarang dan pada
jangka waktu tertentu harus kembali kesarang untuk membasahi tubuhnya. Jika
ada individu lain yang masuk kedalan teritorialnya, akan diserang. Menurut
(Macnae, 1968 dalam Hutomo 1982) individu ikan glodok sangat bersifat
teritorial terutama saat musim kawin (breeding season).
2.2.2.3 Morfologi
Menurut Al-Behbehani (2010) mata mudskipper baik disesuaikan untuk
melihat di udara dan ketika mereka berbaring di menunggu mangsanya hanya
mata mereka tetap keluar dari air berlumpur, untuk menjaga mata mereka basah
mudskipper memiliki sedikit cangkir bawah mata mereka dan ketika mereka
berkedip, mata bergulir kedalam tengkorak mereka dan mendapatkan remoistened
oleh air yang diadakan di cangkir kecil. Bahkan di musim panas, spesies
mudskipper bisa tetap aktif selama beberapa menit pada waktu keluar dari air.
Mereka terlihat secara berkala bergulir di sisi mereka untuk membantu
untuk menjaga kulit mereka basah. Setiap lima menit atau lebih, Periophthalmus
akan lari kembali ke liang untuk mendinginkan dan menyegarkan itu sendiri.
Spesies mudskipper dapat dikenali dengan cara karakteristik penggerak yaitu
dengan mengangkat ekornya.
36
Gambar 2.3 Boleophthalmus boddarti
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Morfologi Boleophthalmus boddarti memiliki sirip 5 segmen sirip dorsal
depan yang berbentuk untaian berwarna coklat dan putih di ujung, 20 segmen
dorsal belakang yang memanjang dan terdapat bintik putih, 20 segmen sirip cauda
berwarna biru kelabu berbentuk oval meruncing, 10-12 segmen sirip pectoral
berwarna kuning kecoklatan, 25-26 segmen sirip anal transparan, memanjang dan
30 segmen sirip pelvis yang berwarna kemerahan berbentuk mangkuk. Kepala
bulat besar dan memiliki bintik putih di bawah mata. Mata menonjol dan bola
mata berwarna biru. Gigi rapat beraturan (gigi rahang bawah berlekuk). Badan
berbentuk lonjong agak bulat, berwarna coklat kemerahan dan terdapat garis
hitam dan bintik putih, bintik coklat di kepala dan tengkuk. Sisik cycloid
beraturan. Nama boddarti diambil dari nama Dr Pierre Boddaert (Murdy, 1989).
Menurut Naibaho (2013) menyatakan bahwa Boloeophthalmus boddarti
memiliki ciri kepala agak pipih, badan lonjong, membulat, mengecil kearah ekor,
mulut berbentuk non protractile. Sirip punggung berpisah dengan sirip ekor.
Posisi sirip perut jugular. Sirip ekor rounded (bundar). Badan dan sirip punggung
memiliki bintik-bintik berwarna biru mengkilap kadang terlihat berwarna biru-
kehijauan, tubuh memiliki garis berwarna hitam kecokelatan, bagian kepala juga
37
dipenuhi bintik berwarna kebiruan dan garis hitam, bagian bawah tubuh berwarna
putih (Ramadhani, 2014).
Morfologi ikan glodok Boleophthalmus boddarti menurut Muhtadi (2016)
memiliki D1 IV-VI, D2 I, 24-25, P. 18 – 20, A. I. 25, C. 14, bobot 0,5-10,40 g dan
panjang 3,60-11,10 cm. Badan dan sirip punggung memiliki bintik-bintik
berwarna biru mengkilap kadang terlihat berwarna birukehijauan, tubuh memiliki
garis berwarna hitam kecokelatan, bagian kepala juga dipenuhi bintik berwarna
kebiruan dan garis hitam, bagian bawah tubuh berwarna putih.
2.2.2.4 Fisiologi
Ikan glodok memiliki beberapa macam pernapasan. Bernafas melalui
kulit, mukosa yang melapisi mulut dan tenggorokan (faring). Namun, tubuh
mudskipper harus basah karena hanya dapat mengambil oksigen dari proses difusi
saja. Oleh sebab itu, lingkungan mudskipper harus tetap lembab, kebiasaan
tersebut juga dilakukan oleh amphibi yang dikenal dengan penapasan
menggunakan kulit. Sistem pernapasan mudskipper yaitu memperbesar ruang
insang, sehingga mampu mempertahankan gelembung udara. Ruang insang akan
tertutup untuk menjaga insang tetap lembab yang berfungsi memasok O2 untuk
respirasi saat berada di darat (Ansari, 2014).
Menurut Hutomo (1982) menyebutkan bahwa spesies Boleophthalmus
boddarti melakukan pernafasan dengan memerangkap air di rongga insang
dengan cara menutup rapat mulut dan tutup insang. Ikan berada diluar air selama
air masih mengandung oksigen, jika oksigen sudah habis ikan akan kembali
kelubang lagi, dan proses yang sama akan terulang kembali.
38
2.2.2.5 Kebiasaan Makan
Ikan glodok Boleophthlamus boddarti adalah herbivora, makanan spesies
ini berupa “benthic algae”, terutama Diatome dan Myxophyceae (Hutomo, 1982).
Hal ini sama dengan penemuan Macnae (1968) dalam Hutomo (1982) bahwa ikan
glodok dalah herbivor pemakan algae yang ada di permukaan lumpur. Makanan
didapat dengan menggerakan mulutnya yang bergerigi seperti sisir ke kiri dan ke
kanan diatas permukaan lumpur. Ketika mencari makan, ikan glodok berjalan
lambat dengan menggunakan kedua sirip dadanya. Menurut hasil pengamatan
Wilis (2012) menyatakan bahwa makanan utama Boleophthlamus boddarti dari
kedua stasiun adalah sama yaitu Skeletonema sp, Nitzschia sp, dan Pleurosygma
sp. Melihat dari komposisi jenis makanannya terlihat isi perut ikan glodok
didominasi oleh marga-marga yang tergolong diatome. Boleophthlamus boddarti
adalah herbivora, yang makanannya terdiri dari alga bentik, terutama Diatomae
dan Myxophyceae.
Berasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Probolinggo (2014)
menyatakan bahwa ikan glodok merupakan ikan penghuni ekosistem mangrove,
hidup merayap di akar dan permukaan substrat serta memanfaatkan bahan organik
(serasah) sebagai bahan makanannya ketika berukuran kecil dan ketika sudah
dewasa ikan glodok. Komposisi jenis makanan ikan gelodok tidak ada perbedaan
antara ukuran karena ikan yang diamati rata-rata telah dewasa dan pola kebiasaan
makanannya mengikuti induknya. Tetapi ukuran makanan yang dimakan tersebut
berbeda sesuai dengan ukuran mulutnya. Menurut Panjaitan (2013) adanya
kesamaan jenis makanan diperkirakan karena faktor fisiologi dan kondisi
lingkungan (ketersediaan makanan) dari pada pemilihan makanan musiman.
39
2.3 Tinjauan Tentang Pantai Ketapang kota Probolinggo
Pantai Kelurahan Ketapang terletak di kecamatan Kademangan Kota
Probolinggo, Jawa Timur. Kelurahan Ketapang yang secara geografis terletak di
LS 7.747855 dan LU 113.179408 tepatnya di pantai Utara Jawa. Luas pantai
ketapang ini yaitu 70 Ha, dimana Luasan 70 Ha tersebut dibagi 2 bagian antaranya
30 Ha area tambak dan 40 Ha hutan mangrove (Dinas Kelautan dan Perikanan,
Probolinggo, 2014).
Secara umum kawasan hutan mangrove di kelurahan Ketapang mempunyai
topografi relatif datar dan bergelombang ringan dengan keadaan tanah berpasir
dan lumpur, dengan keadaan tanah berpasir dan lumpur. Menurut Wiyono, 2008
menyatakan bahwa wilayah disekitar Ketapang dicirikan sebagai hamparan
ekosistem berupa sungai, sawah, tambak dan lahan yang tidak dimanfaatkan atau
lahan dengan tumbuhan liar. Jenis utama penyusun hutan bakau di kawasan ini
adalah bakau (Rhizophora mucronata) dan Api-api kedua jenis tumbuhan
mangrove ini paling umum dijumpai dan dikenal oleh masyarakat pesisir karena
selain tumbuh alami di tepi pantai juga ditanam masyarakat di tepi tambak
tradisional yang berfungsi sebagai penahan pematang tambak agar tidak longsor.
Hutan mangrove yang ada dikawasan pesisir pantai Kota Probolinggo
merupakan komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa jenis pohon-
pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh
dalam perairan asin diantaranya adalah bakau (Rhizophora mucronata), api-api
(Avicennia alba), dan nipah (Nypa fruticans). Sebagian besar kawasan pesisir
pantai kota probolinggo memiliki karakteristik hutan mangrove dengan ketebalan
40
(panjang dari bibir pantai keluar) 40-75 m disepanjang garis pantai utara kota
Probolinggo.
2.4 Tinjauan Tentang Hutan Mangrove
2.4.1 Hutan Mangrove
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas yang terdapat disepanjang
pantai atau muara sungai, yang telah menyesuaikan diri dari terpaan ombak yang
kuat dengan tingkat salinitas yang tinggi serta tanah yang senantiasa digenangi air
(Fachrul, 2012). Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di air payau dan
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, hutan ini tumbuh khususnya ditempat-
tempat dimana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik (Kurniastuti,
2013).
Mangrove merupakan ekosistem yang berada pada wilayah intertidal,
dimana pada wilayah tersebut terjadi interaksi yang kuat antara perairan laut,
payau, sungai dan terestrial. Interaksi ini menjadikan ekosistem mangrove
mempunyai keanekaragam yang tinggi baik berupa flora maupun fauna.
Mangrove hidup di daerah tropik dan subtropik, terutama pada garis lintang 25°
LU dan 25° LS. Tumbuh-tumbuhan tersebut berasosiasi dengan organisme lain
(fungi, mikroba, algae, fauna, dan tumbuhan lainnya) membentuk komunitas
mangrove. Komunitas mangrove tersebut berinteraksi dengan faktor abiotik
(iklim, udara, tanah, dan air) membentuk ekosistem mangrove (Sengupta 2010
dalam Martuti, 2013). Hutan mangrove dan ekosistemnya adalah hutan yang
menepati zona neritik yang berbatasan dengan daratan, yakni daerah pantai yang
sering tergenangi air asin dipantai-pantai terlindung daerah tropika dan
subtropika. Mangrove diketahui mempunyai daya adaftasi fisioligi yang sangat
41
tinggi . mangrove tahan dilingkungan suhu perairan tinggi, fluktuasi salinitas yang
tinggi dan tanah yang anaerob (Fachrul, 2012).
Organisme pengurai atau dekomposer yang hidup didasar perairan
menghancurkan luruhan daun mangrove sehingga menjadi detritus yang akhirnya
menjadi zat hara. Kecepatan dekomposisi daun dari masing-masing spesies
mangrove berbeda-beda. Proses dekomposisi daun Avecennia dua kali lebih cepat
ketimbang daun Rhizophora, masing-masing memerlukan waktu dua puluh hari
hingga empat puluh hari untuk menghilangkan setengah dari biomasa awal.
Perbedaan tersebut terletak pada bentuk strukturnya; daun Avecennia lebih tipis
dibandingkan daun Rhizophora (Dahuri, 2003). Proses dekomposisi daun
mangrove menciptakan rantai makanan detritus yang kompleks, sehingga
memperkaya produktivitas hewan bentos yang hidup di dasar perairan. Kehadiran
organisme dekomposer yang melimpah merupakan sumber makanan bagi
berbagai jenis larva ikan, udang, dan biota lain yang sudah beradaptasi sebagai
pemakan dasar (Odum, 1975).
Ekosistem mangrove merupakan penghasil detritus, sumber nutrien dan
bahan organik yang dibawa ke ekosistem padang lamun oleh arus laut. Sedangkan
ekosistem lamun berfungsi sebagai penghasil bahan organik dan nutrien yang
akan dibawa ke ekosistem terumbu karang (Kaswadji, 2001).
2.4.2 Fungsi dan Peranan Mangrove
Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang
memiliki fungsi ekologis penting dalam menunjang sumber daya perikanan.
Fungsi tersebut, yaitu sebagai nursery ground, feeding ground, dan spawning
42
ground bagi beberapa ikan dewasa, juvenil dan larva ikan, kerang-kerangan, dan
krustase (Sukardjo, 1996).
Fungsi mangrove sebagai land stabilizer dan fungsi proteksi terhadap
daratan merupakan fungsi perakaran mangrove yang rumit. Adanya tanah timbul
yang merupakan akumulasi dari lumpur merupakan hasil dari peran akar
mangrove yang mampu menghambat kembalinya lumpur pada waktu air
surut.Tempat berlindung sangat penting bagi biota-biota perairan pada waktu
surut dan tempat berlindung bagi biota untuk menghindari dari mangsanya.
Peranan lumpur, perakaran, serta faktor fisik kimia mangrove menyebabkan
kualitas setiap habitat mangrove tidak sama meskipun berada pada satu garis
pantai (Latupapua, 2011).
Menurut kusmana (2003) fungsi mangrove dapat dikategorikan kedalam 3
macam fungsi yaitu fungsi fisik, fungsi biologis (ekologis), dan fungsi ekonomis
sebagai berikut:
a. Fungsi fisik mangrove yaitu menjaga garis pantai dan tebing sungai dari
erosi/abrasi agar tetap stabil, mempercepat perluasan lahan,
mengendalikan instrusi air laut, melindungi daerah dibelakang mangrove
dari hempasan gelombang dan angin kencang serta mengolah limbah
organik.
b. Fungsi biologis/ ekologi mangrove yaitu menjadi tempat mencari makan
(fedding ground), tempat berkembang biak (nursery ground), tempat
pemijahan (spawning ground) berbagai jenis ikan, udang, kerang, dan
biota lainnya.
43
c. Fungsi ekonomis mangrove yaitu hasil hutan berupa kayu. Lahan untuk
kegiatan prosuksi pangan dan tujuan lain (pemukiman, pertambagan,
industri, transfortasi, dan rekreasi).
2.4.3 Hubungan Antara Ekosistem Mangrove dengan Ikan Glodok
Hutan mangrove merupakan habitat yang baik bagi ikan glodok, karena
mangrove menjadi daerah yang memiliki wilayah basah dan kering dalam suatu
waktu tertentu. Menghadapi lingkungan yang seperti ini biota yang hidup
didalamnya telah mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri dengan
keadaan tersebut. Satu diantara contoh biota yang mampu hidup dalam keadaan
tersebut adalah ikan gelodok (Ramadhani, 2014). Biota yang paling banyak
dijumpai di ekosistem mangrove adalah crustacea dan moluska, kepiting, uca sp
dan berbagai spesies sesama umumnya dijumpai di hutan Mangrove.
Pantai ketapang merupakan salah satu pantai yang terdapat di kota
Probolinggo dan memiliki kawasan hutan mangrove yang luas. Berdasarkan data
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Probolinggo (2014) menyatakan bahwa salah
satu fungsi ekosistem mangrove adalah fungsi ekologis, antara lain sebagai tempat
besarang burung, kera dan satwa terestrial lain, juga sebagai tempat pemijahan,
pembesaran, mencari makan dan perlindungan organisme air. Organisme air yang
memanfaatkan ekosistem mangrove sebagai habitat sementara atau permanen
antara lain udang, kepiting, kerang, teritip, tiram, policheta dan ikan. Simbiosis
antara organisme air tersebut dengan vegetasi mangrove ada yang bersifat saling
menguntungkan tetapi ada juga yang pada fase tertentu merugikan. Fauna yang
teridentifikasi di ekosistem mangrove pantai ketapang Probolinggo antara lain:
kepiting bakau (Scylla serrata) memanfaatkan ekosistem mangrove sebagai
44
tempat pembesaran dan mencari makan. Makanan organisme tersebut antara lain
detritud, bangkai, moluska, dan kepiting lain yang lebih kecil. Uca sp adalah
kepiting yang mempunyai ciri khas selain warnanya yang beragam, salah satu
capit dari jantan mempunyai ukuran lebih besar. Kepiting lumpur dan grapsid
(Chiromantes), kerang hijau (Mytilus viridis L), Cardium edule hidup dengan cara
membenamkan diri di subtrat. Andara sp, tiram (Crassostrea), terebrallia palustri,
littoraria scabara, ikan glodok merupakan ikan penghuni ekosistem mangrove.
Ikan gelodok pada ekosistem mangrove merupakan konsumen tingkat
pertama maupun tingkat kedua dalam rantai makanan. Menurut Polgar (2010)
ikan gelodok merupakan jenis ikan yang menempati posisi konsumen primer dan
sekunder dalam rantai makanan.
Gambar 2.4 Rantai makanan pada ekosistem mangrove
(Sumber: Bengen, 2002)
Menurut Bengen (2002) menyebutkan bahwa rantai makanan pada
ekosistem mangrove terjadi ketika produsen (serasah) menjadi detritus. Detritus
diperoleh dari guguran daun mangrove yang jatuh ke perairan kemudian
45
mengalami penguraian dan berubah menjadi partikel kecil yang dilakukan oleh
mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Rantai ini dimulai dengan produksi
karbohidrat dan karbon oleh tumbuhan melalui proses Fotosintesis. Sampah daun
kemudian dihancurkan oleh amphipoda dan kepiting. Proses dekomposisi
berlanjut melalui pembusukan daun detritus secara mikrobial dengan jamur dan
penggunaan ulang partikel detrital (dalam wujud feses) oleh bermacam-macam
detritivor, diawali dengan invertebrata dan diakhiri dengan suatu spesies semacam
cacing, moluska, udang-udangan dan kepiting yang selanjutnya dalam siklus
dimangsa oleh karnivora tingkat rendah. Rantai makanan diakhiri dengan
karnivora tingkat tinggi seperti ikan besar, burung pemangsa, kucing liar atau
manusia.
2.4.4 Ekosistem Mangrove di Pantai Ketapang
Hutan mangrove di Pantai Kelurahan Ketapang terletak di kecamatan
Kademangan Kota Probolinggo, Jawa Timur. Kelurahan Ketapang yang secara
geografis terletak di LS 7.747855 dan LU 113.179408 tepatnya di pantai Utara
Jawa. Luas pantai ketapang ini yaitu 70 Ha, dimana Luasan 70 Ha tersebut dibagi
2 bagian antaranya 30 Ha area tambak dan 40 Ha hutan mangrove.
Secara umum kawasan hutan mangrove dipantai ketapang mempunyai
topografi rendah relatif datar dan bergelombang ringan, dengan keadaan tanah
berpasir dan lumpur. Sungai di kawasan pantai ketapang umumnya sangkal dan
pendek. Berdasarkan penelitian Rahman (2015) terdapat 4 jenis tumbuhan
mangrove yang ada di pantai Ketapang yaitu Rhizophora apiculata, Avecennia
officianlis, Avecennia alba dan Sonneratia alba.
46
2.5 Tinjuan Tentang Sumber dan Media Pembelajaran
2.5.1 Pengertian Sumber Belajar
Sumber dan media pembelajaran adalah dua istilah yang tidak dapat
dipisahkan. Keduanya menunjukan pada satu objek serupa. Penggunaan istilah
sumber dan media pembelajaran bisa digunakan secara berganti-ganti adakalanya
sesuatu itu berperan menjadi sumber belajar, namun pada saat lain menjadi media
pembelajaran hal tersebut sangat tergantung pada konteks pemanfaatannya
(Akbar, 2013).
Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dimanfaatkan dan diperlukan
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran perpaduan antara proses belajar dan
mengajar. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
tahun 2003 pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sumber belajar ini
meliputi teks, media cetak, media elektronik, narasumber, lingkungan untuk
membantu optimalisasi belajar. Sumber belajar memiliki fungsi untuk mendukung
dan mempermudah terjadinya proses belajar dan pembelajaran. Sumber belajar
dapat memberikan atau menyajikan informasi untuk memperkaya pengalaman
belajar, memotivasi para pelajar, walaupun kemudian sumber belajar dirancang
lebih untuk keperluan belajar secara individual.
Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar
dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai
pesan atau media. Bentuk-bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai media
47
diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, gambar bergerak atau tidak,
tulisan dan suara yang direkam (Suyono, 2014).
Media pembelajaran merupakan sarana untuk memvisualisasikan proses
belajar yang digunakan pada proses pembelajaran biologi. Mengingat mata
pelajaran biologi merupakan mata pelajaran yang memerlukan pemahaman
konsep yang satu dengan yang lain saling berhubungan secara hirarki, banyak
orang menganggap bahwa pelajaran biologi ini sangat menjenuhkan sehingga
terkesan membuat pasif siswa dalam proses pembelajaran, sehingga sangat
mempengaruhi hasil dari pembelajaran yang didapat, belajar biologi berarti
berupaya mengenal proses kehidupan nyata, maka pengajarannya perlu
disampaikan dengan media yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Media pembelajaran dalam pross pembelajaran biologi dapat diperoleh di sekolah
ataupun diluar sekolah. Penggunaan media pembelajaran sebagai bahan ajar
tergantung dari macam media pembelajarannya. Pada prinsipnya media
pembelajaran dibedakan menjadi dua macam menurut (Mahnun, 2012):
1. Media pembelajaran yang siap digunakan dalam proses pembelajaran
tanpa ada penyederhanaan dan atau modifikasi (by utilization)
2. Media pembelajaran yang disederhanakan dan atau dimodidikasi
(dikembangkan by design)
Berdasarkan uraian tentang pengertian media pembelajaran di atas, dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan bagian dari media pembelajaran. Bahan
ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam
meaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan
tulis maupun bahan tidak tertulis (Depdiknas, 2008).
48
2.5.2 Manfaat Media Pembelajaran
Menururt (Sumanto, 2012 dalam Akbar, 2013) mengidentifikasi manfaat
media yaitu: memperjelas penyajian pesan dan informasi, meningkatkan dan
mengarahkan perhatian peserta didik sehingga menimbulkan motivasi belajar dan
interaksi secara langsung, mengatasi keterbatasan indra, ruang dan waktu, dan
memberi kesamaan pengalaman belajar pada siswa.
Secara umum fungsi media adalah alat bantu penyampaian pesan
pembelajaran. Fungsi media visual, diantaranya yaitu (1) fungsi atensi, yakni
menarik perhatian siswa untuk konsentrasi pada isi pelajaran, (2) fungsi afeksi,
yakni menciptakan perasaan senang siswa, (3) fungsi kognisi, yaitu alat bantu
memahami dan mengingat informasi.
2.5.3 Dasar Pemilihan Media
Memilih kegiatan belajar-mengajar sama pentingnya memilih bahan yang
dapa memotivasi siswa. Memilih media cukup sulit, pemilihan media dilakukan
karena tidak semua jenis media cocok untuk semua materi pembelajaran dan
peserta didik. Seorang guru tidak boleh memilih media berdasarkan kesenangan
dan kemenarikan media semata. Proses pemilihan media pembelajaran
mempunyai tujuan agar media yang digunakan menjadi efektif dan efisien.
Pemilihan media pembelajaran yang tepat sasaran akan memberikan hasil yang
memuaskan dan sebaliknya pemilihan media yang tidak tepat sasaran akan
memberikan hasil yang kurang memuaskan bagi peserta didik.
Menurut Akbar, 2013 beberapa prinsip dalam memilih media pembelajaran
berikut ini:
49
1. Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran.
media pada dasarnya adalah alat bantu penyampaian pesan pembelajaran
yang mengarah pada tujuan pembelajaran.
2. Kesesuaian dengan karesteristik pembelajaran
Setiap tahap perkembangan manusia memiliki ciri khas. Ketertarikan anak
usia dini terhadap media seperti benda, orang, peristiwa dan suasana
berbeda dengan anak usian SD, SMP, SMA dan mahasiswa. Ketika media
tersebut akan dimanfaatkan, pertimbangan kesesuaian media dengan
karateristik perkembangan anak menjadi sangat penting.
3. Dapat menjadi sumber belajar
Sumber belajar mengacu pada substansi media yang dapat dimanfaatkan
sebagai alat bantu.
4. Efisiensi dan efektifitas pemanfaatan media.
Efisiensi terkait dengan waktu, tenaga, dan biaya sedangkan terkait dengan
kemampuan media sebagai alat bantu pencapaian tujuan pembelajaran.
5. Kemampuan media dalam mengembangkan keaktifan dan kreatifitas
peserta didik.
Pemanfaatan media pembelajaran hendaknya memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk melakukan aksi, komunikasi, interaksi, kolaborasi
dengan media yang sesuai.
6. Kemampuan media dalam mengembangkan suasana pembelajaran yang
menyenangkan.
7. Kualitas media.
50
2.5.3.1 Alasan Teoritis
Pemilihan media pembelajaran sangat penting untuk dilakukan karena
media mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam keberhasilan suatu
proses pembelajaran. Alasan pokok pemilihan media dalam pembelajaran karena
untuk meningkatkan kualitas belajar dalam kelas dan untuk memberikan stimulus
kepada peseerta didik agar lebih memahami materi yang disampaikan karena
setiap komponen dalam sistem pembelajaran saling berkaitan satu sama lain.
2.5.3.2 Alasan Praktis
Pemilihan media pembelajaran sangat penting dilakukan. Alasan praktis
dalam pemilihan media karena efisiensi dan efektifitas dalam proses
pembelajaran. Efisiensi terkait dengan waktu, tenaga, dan biaya sedangkan terkait
dengan kemampuan media sebagai alat bantu pencapaian tujuan pembelajaran.
2.6 Pemanfaatan Leaflet sebagai Sumber Belajar Biologi
2.6.1 Bahan Ajar dalam Bentuk Leaflet
Dalam penelitian ini media yang digunakan sebagai media pembelajaran
adalan leaflet. Leaflet adalah merupakan media berbentuk selambar kertas yang
diberu gambar atau tulisan (biasanya lebih banyak tulisan) pada kedua sisi kerta
serta dilipat sehingga berukuran kecil dan praktis dibawa. Biasanya ukuran A4
dilipat tiga. Media ini berisikan gagasan secara langsung ke pokok persoalan dan
memaparkan cara melakukan tindakan cera pendek dan lugas (Septiani, 2014).
Agar terlihat lebih menarik biasanya leaflet didesaign secara cermat
dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sderhana, singkat serta
mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat
menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih kompetensi dasar
51
(Septiani, 2014). Leaflet sangat efektif untuk menyampaikan pesan singkat dan
padat, seperti poster medai ini juga mudah dibawa dan disebarluaskan. Bahakan
karean ukuranya yang lebih ringkas jumlah, jumlah yang diabwa bisa lebih
banyak daripada poster.
Menurut Prasetya (2000), struktur sumber belajar berupa leaflet terdiri atas
empat komponene seperti halnya brosur, yaitu judul, kompetensi dasat atau materi
pokok, informasi pendukung, dan penilaian. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus
memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai materi
tersebut (Depdiknas, 2008). Media leaflet merupakan bentuk penyampaikan
informasi melalui lembaran yang dilipat, agar terlihat menarik leaflet didesaign
secara cermat dan dilengkapi dengan ilustrasi serta menggunakan bahasa yang
sederhana, singkat dan mudah dipahami. Selain itu Media leaflet merupakan
bentuk penyampaikan informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran
yang lipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau
kombinasi (Gani, 2014).
Leaflet sebagai bahan ajar harus disusun secara sistematis, menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti, hal ini bertujuan untuk menarik minat baca dan
meningkatkan motivasi belajara siswa. Penyusunan leaflet perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi
pokok yang harus dikuasai oleh siswa.
2. Materi memberikan informasi secara jelas dan lengkap tentang hal yang
penting sebagai informasi.
52
3. Padat pengetahuan, materi yang diajarkan lebih simpel, kreatif dan tidak
panjang lebar cukup intinya saja.
4. Kebenaran materi dapat dipertanggung jawabkan.
5. Kalimat yang digunakan singkat dan jelas.
6. Menarik siswa untuk membacanya baik penampilan maupun isi materinya.
Penggunaan sumber belajar dalam bentuk leaflet diharapkan dapat
mengantarkan siswa pada tujuan pembelajaran.
2.6.2 Pemanfaatan Leaflet pada Sub Materi Zat Makanan
Pemanfaatan hasil penelitian sebagai bahan ajar berbentuk leaflet
diharuskan memenuhi beberapa aspek.Menurut (Setyono, 2005 dalam Yanti,
2013) dalam penyusunan sebuah leaflet sebagai bahan ajar yang baik harus
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Judul leaflet harus singkat dan diturunkan dari kompetensi dasar atau
materi yang akan disampaikan.
2. Bahasa yang digunakan dalam leaflet harus mudah dipahami, kaliamt yang
jelas dan kalimat yang tidak terlalu panjang.
3. Informasi pendukung dijelaskan secara padat, menarik, memperhatikan
penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman
pembacanya.
4. Menggunakan berbagai sumber belajar yang memperkaya materi leaflet,
misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
Berdasarkan syarat yang telah dijelaskan diatas, dalam memanfaatkan hasil
penelitian untuk digunakan dalam pembelajaran maka digunakan sebuah media
pembelajaran untuk mempermudah siswa (Gani, 2014).
53
2.6.3 Kelebihan dan Kekurangan Leaflet
Kelebihan dari media leaflet adalah adanya perpaduan teks dan gambar
dalam halaman cetak yang dikemas sedemikian rupa sehingga menambah daya
terik, serta dapat memperlancar pemahaman informasi yang disajikan. Sedangkan
kekurangan dari media leaflet yaitu tidak dapat menampilkan gerak, biaya
percetakan mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi gambar atau foto yang
berwarna, proses percetakan dan pembuatan sering kali memakan waktu yang
lama (Prasetya, 2000).
54
2.7 Kerangka Konsep
Manfaat:
Digunakan sebagai sumber belajar siswa SMA/MA kelas XI pada mata pelajaran Biologi sub materi zat makanan pada KD 4.7 dalam bentuk leaflet. (Lampiran 6 halaman 129)
Ikan Glodok
Periopthalmodon schlosseri
Memiliki kandungan kadar air 83,38%, kadar abu 5,80%, kadar protein 58,77, kadar lemak 4,71% dan karbohidrat 29,55%. Kandungan protein tinggi karena >15-20%
Dapat dijadikan sebagai sumber protein hewani
Uji kandungan Protein, Karbohidrat, Lemak, kadar air, kadar abu.
Data hasil uji proksimat ikan glodok Baleophthalmus boddarti
Harapan:
Hasil penelitian dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa tentang zat makanan dalam kehidupan sehari-hari yang belum dimanfaatkan secara optimal
Baleophthalmus boddarti
Untuk menemukan bahan pangan baru dalam kelompok ikan bagi masyarakat di sekitar pantai Ketapang Probolinggo
Spesies ikan glodok yang ditemukan pada kawasan mangrove di pantai Ketapang Probolinggo
Spesies Ikan glodok di Indonesia:
Pseudapocryptes borneensis Apocryptes madurensis A. livingstoni A. borneensis Baleophthalmus boddarti Periopthalmodon schlosseri Periopthalmus variabilis Ps. Chrysospilos Ps. Gracilis Ps. novemradiatus
Harapan
Uji Protein, Karbohidrat, Lemak, kadar air, kadar abu)