bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teorirepository.ump.ac.id/8010/3/dian eka pratiwi gani bab...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Thalassemia
a. Pengertian
Thalassemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara
autosomal resesif menurut hukum Mendel dari orang tua kepada anak-
anaknya. Penyakit thalassemia meliputi suatu keadaan penyakit dari
gejala klinis yang paling ringan (bentuk heterozigot) yang disebut
thalassemia minor atau thalassemia trait (carrier = pengemban sifat)
hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang disebut thalassemia
mayor. Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang
mengidap penyakit thalassemia, sedangkan bentuk homozigot diturunkan
oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia (Ganie,
2005).
Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan
(inherited) dan masuk kedalam kelompok hemoglobinopati, yakni
kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat
mutasi didalam atau dekat gen globin (Siti Setiati, 2014).
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
11
11
b. Klasifikasi thalassemia
Thalassemia adalah kelainan sintesis hemoglobin yang heterogen
akibat pengurangan produksi satu atau lebih rantai globin. Hal ini
menyebabkan ketidak seimbangan produksi rantai globin. Ada 3 tingkat
klasifikassi thalassemia. Secara klinis dapat dibagi menjadi 3 grup yaitu :
1) Thalassemia beta mayor sangat tergantung pada transfuse
2) Thalassemia minor/ carier tanpa gejala
3) Thalassemia intermedia
Klasifikasi ini memiliki implikasi klinis diagnosis dan
penatalaksanaan (Permono dan Ugrasena, 2006).
Menurut Alatas dan Hassan (2007), dijelaskan bahwa secara klinis
thalassemia dibagi dalam 2 golongan yaitu :
1) Thalassemia minor
Biasanya tidak memberikan gejala klinis.
2) Thalassemia beta mayor (bentuk homozigot)
Memberikan gejala klinis yang jelas
c. Etiologi
Thalassemia banyak ditemukan pada orang Mediterania, Afrika
dan Asia Tenggar. Individu yang mengwariskan gen alfa mengalami
talassemia alfa, jenis thalassemia yang paling umum; alfa bawaan
(heterozigot) asimtomatis pada 30% Afrika-Amerika. Mereka yang
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
12
12
mewarisi hanya satu gen beta (heterozigot) mengalami thalassemia minor,
juga disebut thalassemia bawaan, kondisi karier untuk thalassemia mayor.
Individu yang menurunkan kedua gen beta (homozigot) mengalami
thalassemia mayor, yang menyebabkan anemia berat dan mengancam
jiwa.
d. Epidemologi
Thalassemia banyak ditemukan di daerah Mediteranean dan
daerah sekitar khatulistiwa (Alatas dan Hassan, 2007). Thalassemia
ditemukan tersebar di seluruh ras di Mediterania, Timur Tengah, India
sampai Asia Tenggara (Permono dan Ugrasena, 2006).
e. Tanda dan gejala
1) Tanda dan gejala yang mungkin pada thalassemia mayor (yang
dikenal sebagai anemia Cooley, penyakit Mediteranea, dan anemia
eritroblastik) (Willams dan Wilkins, 2003) adalah:
a) Bayi yang sehat pada saat lahir, kemudian pada usia enam bulan
yang berikutnya mengalami anemia berat, abnormalitas tulang,
kegagalan tumbuh-kembang, dan komplikasi yang mengancam
jiwa
b) Kulit dan sklera yang pucat serta berwarna kuning pada bayi
yang berusia tiga hingga enam bulan
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
13
13
c) Splenomegali atau hepatomegali disertai pembesaran abdomen;
infeksi yang frekuen; kecenderungan berdarah (khususnya
epistaksis); anoreksia
d) Tubuh yang kecil, kepala besar (yang merupakan cirri khas), dan
mungkin retardasi mental
e) Gambaran klinis yang serupa dengan down sindrom pada bayi
karena terdapat penebalan tulang pada pangkal hidung akibat
hiperaktivitas sumsum tulang.
2) Tanda dan gejala thalassemia intermedia adalah:
a) Anemia, ikterus, dan splenomegali pada derajat tertentu
b) Kemungkinan tanda-tanda hemosiderosis akibat peningkatan
absorpsi besi di dalam usus
3) Tanda klinis thalassemia minor adalah:
Anemia ringan (yang biasanya tidak menimbulkan gejala dan kerap
kali terabaikan; keadaan ini harus di bedakan dari anemia defisiensi
besi).
f. Penanganan
Penanganan thalassemia mayor pada dasarnya bersifat suportif
dan meliputi (William dan wilkins, 2003):
1) Penanganan segera dengan pemberian antibiotik yang tepat untuk
mengatasi infeksi
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
14
14
2) Suplemen asam folat untuk membantu mempertahankan kadar asam
folat meskipun terjadi peningkatan kebutuhan
3) Transfusi packed red cells untuk meningkatkan kadar hemoglobin
(yang harus dilakukan dengan pertimbangan untuk mengurangi
kemungkinan kelebihan muatan (overload besi)
4) Splenektomi dan transplantasi sumsum tulang (keefektifan belum
dapat dipastikan)
5) Tidak ada penanganan atau terapi bagi penderita thalassemia mayor
dan intermedia
6) Tidak boleh diberikan suplemen zat besi (yang merupakan
kontraindikasi untuk semua bentuk thalassemia.
g. Terapi untuk thalassemia
Terapi thalassemia bertujuan meningkatkan kemampuan
mendekati perkembangan normal serta meminimalkan infeksi dan
komplikasi sebagai dampak aiatemik penyakit. Terapi thalassemia mayor
meliputi pemberian transfuse, mencegah penumpukan zat besi
(Hemocromatosi) akibat transfuse, pemberian asam folat, usaha
mengurangi hemolisis dengan splenektomi, dan transplantasi sumsum
tulang (Sudoyo, 2009).
1) Transfusi Darah
Transfusi darah yang teratur dilakukan untuk mempertahankan
hemoglobin normal atau mendekati normal. Terapi ini diberikan jika
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
15
15
kadar hemoglobin ˂ 6 mg/dl dalam interval 1 bulan selama 3 bulan
berturut-turut. Teknik yang dipakai adalah hipertransfusi, yaitu untuk
mencapai kadar hemoglobin diatas 10 gr/dl dengan jalan memberikan
transfuse 2-4 unit darah setiap 4-6 minggu, sehingga produksi
hemoglobin abnormal ditekan. Tindakan ini bertujuan mengurangi
komplikasi anemia dan eritropoesis, memaksimalkan pertumbuhan
dan perkembangan serta memperpanjang ketahanan hidup.
2) Iron Chelator
Iron chelator diberikan untuk mencegah penumpukan zat besi
(hemocromatosis) akibat transfuse dan akibat pathogenesis dari
thalassemia sendiri serta mengontrol kadar besi didalam tubuh secara
optimal. Iron chelator yang diberikan berupa desferoksamin,
berfungsi untuk membantu mengekresikan besi dalam urin.
Deferoksamin diberikan dengan infusion bag dengan 1-2 g tiap unit
darah yang ditransfusikan atau melalui infus subcutan 20-4 mg/kg
dalam 8-12 jam, 5-7 hari seminggu. Terapi ini diberikan setelah
transfuse darah 10-15 unit. Besi yang terkelasi oleh desferoksamin
diekresikan melalui urin dan feses. Pemberian vitamin C (200
mg/hari) membantu meningkatkan eksresi besi oleh desferoksamin.
Harapan hidup pasien thalssemia akan meningkat jika pasien patuh
terhadap terapi iron chelator ini. Selain harganya yang mahal, terapi
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
16
16
ini memberikan efek samping pada pasien seperti bengkak, gatal, tuli,
kerusakan pada retina, kelainan tulang dan retardasi pertumbuhan.
3) Splenektomi
Splenektomi adalah terapi thalassemia yang bertujuan mengurangi
proses hemolisis. Splenektomi dilakukan jika splenomegali cukup
besar dan terbukti adanya hipersplenisme serta dilakukan jika pasien
berumur lebih dari 6 tahun karena resiko infeksi pasca splenektomi.
4) Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang merupakan alternatif pengobatan yang
dipercaya untuk kasus thalassemia. Proses penatalaksanaan
pengobatan thalassemia dengan transplantasi sumsum tulang ini,
harus dengan pertimbangan yang sangat matang karena mengandung
banyak resiko menyebutkan penatalaksanaan transplantasi sumsum
tulang yang mempertimbangkan tingkatan hepatosplenomegali, ada
tidaknya fibrosis postal pada biopsi hati secara efektifitas iron
chelation therapy sebelum penatalaksanaan trnsplantasi. Terapi
dengan transplantasi sumsum tulang mampu menghilangkan
kebutuhan pasien terhadap iron chelation therapy.
h. Konsep dari kuesioner
1) HARS
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
17
17
Tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan
Hamilton Rating Scale for Anixiety (HARS-A) yang sudah
dikembangkan oleh kelompok Psikiatri Biologi Jakarta (KPBJ)
dalam bentuk Anxiety Analog Scale (AAS). Validitas AAS sudah
diukur oleh Yul Iskandar pada tahun 1984 dalam penelitiannya yang
mendapat korelasi yang cukup dengan HARS A (r = 0,57 -0,84).
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat
kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS
(Hamilton Anxity Rating scale). Skala HARS merupakan pengukuran
kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu
yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14
syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan.
Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol
Present) sampai dengan 4 (severe).
Skala HARS pertama kali dugunakan pada tahun 1959, yang
diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi
standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial
clinic. Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan
reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan
pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan
skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reiliable.
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
18
18
Skala HARS (Hamilton Anxiety rating scale) yang dikutip
Nursalam (2008) penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:
a) Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri mudah
tersinggung.
b) Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu
dan lesu.
c) Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila
tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.
d) Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam
hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
e) Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan
sulit konsentrasi.
f) Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan
pada hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
g) Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi,
suara tidak stabil dan kedutan otot.
h) Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur,
muka merah dan pucat serta merasa lemah.
i) Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri didada, denyut nadi
mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
j) Gejala pernapasan: rasa tertekan didada, perasaan tercekik,
sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
19
19
k) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan
menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah
makan, perasaan panas diperut.
l) Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kecing,
aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
m) Gejala vegetatif: mu lut kering, mudah berkeringat, muka
merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
n) Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar,
mengerut kan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot
meningkat dan napas pendek dan cepat.
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai
dengan kategori:
a) 0 = tidak ada gejala sama sekali
b) 1 = satu dari gejala yang ada
c) 2 = sedang/ separuh dari gejala yang ada
d) 3 = berat/lebih dari 1/2 gejala yang ada
e) 4 = sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai
skor dan item 1-14 dengan hasil:
a) Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.
b) Skor 7-14 = kecemasan ringan.
c) Skor 15-27 = kecemasan sedang.
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
20
20
d) Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.
2) FIS (Facial Image Scale)
Facial Image Scale (FIS) merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mengetahui tingkat kecemasan seseorang
berdasarkan pada ekspresi yang ditunjukkan oleh pasien. Pengukuran
tingkat kecemasan dengan FIS ini menggunakan sistem skor dari 1
sampai dengan 5. Skor 1 menunjukkan ekspresi wajah sangat senang
sedangkan skor 5 menunjukkan ekspresi wajah sangat tidak senang
(Buchanan & Niven, 2002).
Gambar 2.1 Facial Image Scale (FISI)
2. Kecemasan
a. Pengertian
Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.
Kecemasan selalu ada dan bukan milik masyarakat atau budaya tertentu.
Kecemasan lain, menjadikan kecemasan sebagai konsep dasar dalam
studi keperawatan jiwa dan prilaku manusia. Seseorang dengan gangguan
kecemasan mengalami kerusakan pada kualitas dan fungsi hidup (Stuart,
2016).
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
21
21
Menurut Stuart (2016), kecemasan adalah kekhawatiran yang
tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan
tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara
interpersonal. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan
hidup, tetapi tingkat ansietas berat tidak sejalandengan kehidupan. Dapat
dilihat dalam suatu rentang:
Respon adaptif respon maladaftip
Antisipasi Ringan Sedang Berat Berat sekali
Gambar 2.2. Rentang respon ansietas
Cemas (ansietas) merupakan sebuah emosi dan pengalaman
subjektif dari seseorang. Pengertian lain dari cemas adalah suatu keadaan
yang membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa
tingkat. Jadi cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak
berdaya (Kusumawati & Hartono, 2010).
Proses pengobatan thalassemi membutuhkan waktu yang lama dan
teratur, oleh karena itu anak yang menderita thalassemi harus terus
menjalani pengobatan secara rutin selama berbulan-bulan serta harus
mendapatkan dukungan dari orang tua (Klassen, 2011).
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
22
22
Meningkatnya beban psikologis keluarga akibat pengobatan yang
berlangsung secara terus-menerus dalam merawat anak dengan thalassemi
akan berdampak pada masalah psikososial pada keluarga, salah satu
masalah psikososial yang terjadi adalah kecemasan (ansietas).
Kecemasan merupakan gangguan alam perasaan (afektif) yang
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam,
tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, perilaku dapat
terganggu tetapi masih dalam batas normal (Hawari, 2013)
Orang tua yang mengalami cemas dikarenakan anaknya menderita
thalassemi akan melakukan tindakan overprotektif, perasaan tanggung
jawab dan rasa bersalah pada anaknya, mengalami gangguan tidur serta
merasa tidak berharga dalam menghadapi masalah (Jenerette & Valrie,
2010).
Kecemasan merupakan suatu kekhawatiran yang berlebihan
disertai gejala somatik yang akan menimbulkan gangguan sosial
(Mansjoer, 2009) mendefinisikan kecemasan adalah situasi yang
menyebabkan suasana hati yang tidak menyenangkan yang diikuti sensasi
fisik untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya
suatu bahaya sehingga dapat merespon secara adaptif. Kecemasan juga
diartikan sebagai perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas
dan gelisah disertai respon otonom (sumber kadang tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk mengatasi
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
23
23
bahaya (Nanda, 2012). Kaplan et al (2010) kecemasan merupakan suatu
keadaan yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman
baru, dan dicoba dan dari penemuan identitas diri atau arti hidup.
b. Klasifikasi Kecemasan
Kusumawati dan Hartono (2010) mengklasifikasikan tingkat
kecemasan menjadi empat, yaitu :
1) Kecemasan ringan
a) Individu waspada
b) Lapang persepsi luas
c) Menajamkan indra
d) Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu
memecahkan masalah secara efektif
e) Menghasilkan pertumbuhan dan kreatif
2) Kecemasan sedang
a) Individu hanya focus pada pikiran yang menjadi perhatiannya
b) Terjadi penyempitan lapang persepsi
c) Masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain
3) Kecemasan berat
a) Lapangan persepsi individu sangat sempit
b) Perhatian hanya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat
berpikir tentang hal-hal yang lain.
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
24
24
c) Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan
perlu banyak perintah atau arahan untuk fokus pada area lain.
4) Tingkat panik
a) Individu kehilangan kendali diri dan detil
b) Detil perhatian hilang
c) Tidak bias melakukan apapun meskipun dengan perintah
d) Terjadi peningkatan aktivitas motorik
e) Berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain
f) Menyimpan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak
mampu berfungsi secara efektif
g) Biasanya disertai disorganisasi kepribadian.
Kriteria serangan panik adalah palpitasi, berkeringat, bergetar atau
goyah, susah napas, merasa tersedak, nyeri dada, mual dan distress
abdomen, pening, derealisasi atau depersonalisasi, ketakutan kehitangan
kendali diri, ketakutan mati, dan parestesia (Kusumawati & Hartono,
2010).
c. Tanda dan gejala kecemasan
Menurut Hawari (2013), tanda dan gejala kecemasan pada setiap
orang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan
oleh individu tersebut. Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang
saat mengalami kecemasan secara umum. Antara lain sebagai berikut :
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
25
25
1) Gejala psikologis : pernyataan cemas atau khawatir, firasat buruk,
takut akan fikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang,
tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
2) Gangguan pola tidur, seperti mimpi-mimpi yang menegangkan
3) Gangguan konsentrasi dan daya ingat
4) Gejala somatik : rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar,
sesak napas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan
perkemihan, tangan terasa dingin dan lembab, dan lain sebagainya.
Maramis (2009) menyebutkan tanda dan gejala kecemasan berupa
was-was, tegang terus menerus, dan tidak mampu berlaku santai, bicara
cepat tetapi terputus-putus atau nandi lebih cepat, kaki dan tangan dingin,
memar pada jari-jari tangan. Selain itu memanifestasi gejala kecemasan
dikategorikan menjadi gejala fisiologis, gejala emosional, dan gejala
kognitif dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Gejala fisiologis berupa peningkatan frekuensi nadi, tekanan darah,
frekuensi nafas, diaforesis, suara bergetar, begetar, palpasi, mual dan
muntah, sering berkemih, diare, insomnia, kelelahan, kelemahan,
pucat pada wajah, mulut kering, sakit badan dan nyeri (khususnya
dada, punggung, dan leher), gelisah, pingsan atau pusing, parastesia,
rasa panas dan dingin.
2) Gejala emosional berupa perasaan ketakutan, tidak berdaya, gugup,
kehilangan control, tegang, tidak dapat rileks, individu
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
26
26
memperlihatkan peka terhadap rangsang atau tidak sabar, marah
meledak, menangis, cenderung menyalahkan orang lain, menarik dir,
kurang inisiatif, dan mengutuk diri sendiri.
3) Gejala kognitif berupa ketidak mampuan berkonsentrasi, kurangnya
orientasi lingkungan, pelupa, termenung, ketidak mampuan
mengingat, dan perhatian lebih.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
Menurut Stuart (2016) menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi kecemasan meliputi :
1) Faktor predisposisi
a) Biologis, bahawa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam-aminobutirat (GABA) yang berperan penting
dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan
kecemasan.
b) Psikologis, kecemasan merupakan konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian (id dan superego). Id
mewakili dengan insting dan impuls primitive sedangkan
superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh
norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari
dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan
adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
27
27
c) Prilaku, kecemasan merupakan keadaan frustasi karena segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
2) Faktor presipitasi
a) Ancaman terhadap integritas fisik. Ancaman terhadap intergritas
fisik melibatkan potensial cacat fisik atau penurunan kemampuan
untuk melakukan akitivitas sehari-hari. Ancaman ini mungkin
berasal dari sumber internal atau eksternal.
b) Nyeri adalah indikasi pertama bahwa integritas fisik sedang
terancam. Nyeri menciptakan ansietas yang sering memotivasi
orang untuk mencari perawatan kesehatan.
c) Ancaman terhadap sistem diri. Ancaman terhadap sistem diri
seseorang melibatkan bahaya identitas seseorang, harga diri, dan
fungsi sosial yang terintegrasi. Kedua sumber eksteernal dan
internal dapat mengancam diri.
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
28
28
B. Kerangka Teori
Gambar 2.2. Kerangka Teori Penelitian
Sumber: Willams dan Wilkins (2003), Suriadi (2010), Hockenberry & Wilson (2009),
Potter & Perry (2005), Gunarso (2007), Stuart (2016)
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
b. Psikologis
c. Prilaku
2. Faktor presipitasi
a. Ancaman terhadap integritas
fisik
b. Nyeri
c. Ancaman terhadap sistem
diri
Anak dan keluarga
penderita thalassemi
Masalah psikologis:
1. Isolasi sosial
2. Rendah diri
3. cemas
Masalah fisik:
1. Pusing
2. Muka pucat
3. Badan sering lemas
4. Sukar tidur
5. Nafsu makan hilang
6. Pembesaran limpa dan hati
kecemasan
Anak keluarga
1. Perubahan spiritual
2. Perubahan psikososial
3. Perubahan informasi
4. Perubahan emosional
5. Perubahan fisik
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
29
29
C. Kerangka Konsep
Menurut Saryono (2010), kerangka konseptual yaitu pemikiran dasar
yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi serta tinjauan pustaka. Kerangka
konsep adalah justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan
memberikan landasan yang jelas dan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai
dengan identifikasi masalahnya (Azwar, 2010).
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Keterangan :
= diteliti
= tidak diteliti
Faktor Internal
Faktor External
Karateristik:
1. Usia
2. Pendidikan
Tingkat
Kecemasan
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
30
30
D. Hipotesis
Penelitian ini hanya ingin mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada
keluarga pasien dan penderita thalassemia di ruang cempaka RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, jadi tidak diperlukan suatu hipotesis
(Arikunto, 2006).
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Dian Eka Pratiwi Gani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018