bab ii tinjauan pustaka a. kajian teori · ... dan besaran. terutama pada metode dan proses ... dan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Prestasi
Seseorang untuk mendapatkan prestasi yang baik memerlukan
usaha, pengorbanan waktu dan tenaga. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2005: 895) “Prestasi belajar adalah penugasan pengetahuan
atau keterampiran yang dikembangkan olah mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.
Menurut Carrol dalam Shavelson (2010: 11) : achievement is the accumulation or amount of learning in (1) formal and informal instructional settings, (2) a period of self-study on a particular topic, or (3) a period of practice up to a point in time when student performance is measured. Prestasi adalah akumulasi atau jumlah pembelajaran di (1) pengaturan instruksional formal dan informal, (2) periode belajar sendiri tentang topik tertentu, atau (3) periode praktek hingga titik waktu ketika kinerja siswa adalah diukur.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka arti dari prestasi pada
penelitian ini adalah penguasaan pengetahuan yang diukur dengan tes dan
hasilnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh
guru.
2. Belajar
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna karena diberikan
akal dan pikiran. Manusia menggunakan akal dan pikirannya untuk belajar
supaya dapat berinteraksi dan mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya. Menurut Wilson, Suzann dan Peterson (2006: 1) “Learning is a
process of active construction that learning is a social phenomenon, as well
as an individual experience”. Belajar adalah suatu proses membangun dan
merupakan fenomena sosial, serta pengalaman individu. Menurut De Corter
dalam Keskitalo, Pyykko, dan Ruokamo (2011: 18) “Learning is also
individualistic in that learners enter the learning environment with
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
individual characteristics”. Belajar adalah perorangan peserta didik untuk
memasuki lingkungan pembelajaran dengan karakteristik individu masing-
masing.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka arti dari belajar pada
penelitian ini adalah proses membangun perorangan peserta didik untuk
memasuki lingkungan pembelajaran dalam mencari pengalaman individu
dengan karakteristik individu masing-masing.
3. Matematika
Manusia dalam kehidupannya perlu mempelajari matematika yang
merupakan cabang ilmu pengetahuan untuk melatih logika dan dapat
membantu perkembangan ilmu pengetahuan yang lain. Desi Gita Andriani
(2013: 10) menyatakan bahwa matematika merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang berkenaan dengan simbol-simbol, konsep, struktur, dan
mengkaji tentang hal-hal yang bersifat konkret menuju hal-hal yang bersifat
abstrak.
Funk & Wagnalls dalam Rock and Brumbaugh (2013: 4): Mathematics is "the study of quantity, form, arrangement, and magnitude; especially, the methods and processes for disclosing, by rigorous concepts and self-consistent simbols, the properties and relations of quantities and magnitudes whether in the abstract, pure mathematics, or in their practical connections, applied mathematics". Matematika adalah studi tentang jumlah, bentuk, penataan, dan besaran. Terutama pada metode dan proses untuk menyelesaiakan dengan konsep dan simbol yang konsisten, sifat dan hubungan dari jumlah dan besaran, baik secara abstrak, murni matematika, atau pada hubungannya, matematika terapan.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka arti dari matematika pada
penelitian ini adalah studi yang memahami simbol-simbol, konsep, struktur,
dan mengkaji tentang hal-hal yang bersifat konkret menuju hal-hal yang
bersifat abstrak dengan karakteristik individu masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4. Prestasi Belajar Matematika
Peserta didik selalu yang baik akan berusaha untuk mendapatkan
prestasi belajar yang baik di sekolahan. Karena prestasi belajar yang baik
dapat menghantarkan dalam menggapai cita-cita yang diinginkannya.
Menurut Alfiyatul Fajar (2010: 12) menyatakan bahwa prestasi belajar
adalah hasil usaha kegiatan belajar siswa dalam menyelesaikan masalah
yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, simbol maupun kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam
periode tertentu. Menurut Desi Gita Andriani (2013: 11) menyatakan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah menerima
serangkaian kegiatan belajar yang direpresentasikan dengan nilai yang
diberikan oleh guru.
Menurut Carrol dalam Shavelson (2010: 11) : achievement is the accumulation or amount of learning in (1) formal and informal instructional settings, (2) a period of self-study on a particular topic, or (3) a period of practice up to a point in time when student performance is measured. Prestasi adalah akumulasi atau jumlah pembelajaran di (1) pengaturan instruksional formal dan informal, (2) periode belajar sendiri tentang topik tertentu, atau (3) periode praktek hingga titik waktu ketika kinerja siswa adalah diukur.
Menurut Femi Olivia (2011: 73) menyatakan bahwa prestasi
belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan
hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan kesimpulan dari pengertian di atas maka arti dari
prestasi belajar matematika pada penelitian ini adalah hasil tes yang
diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar mengajar matematika yang
berbentuk nilai dan diberikan oleh guru.
5. Pembelajaran
Pendidik sebaiknya memperhatikan pembelajaran yang dilakukan
di dalam ataupun di luar kelas dengan mempertimbangkan materi yang
diajarkan. Konsep dasar pembelajaran sebenarnya telah dirumuskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dalam pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yaitu pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Menurut Novak (2011: 1) : “The learning is integral to some activity and
helps to guide and clarify the activity, there is usually a higher level of
positive affect resulting”. Pembelajaran adalah bagian integral dari
beberapa aktivitas dan membantu untuk memandu dan menjelaskan
kegiatan, biasanya tingkat yang lebih tinggi menghasilkan hasil yang baik.
Asep, Rudi, Siti dan Wina (2008: 9.4-9.5) menyatakan bahwa
pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi
transaksional yang bersifat timbal balik,baik antara guru dengan siswa,
maupun siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat diterima,
dipahami, dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses
pembelajaran.
Menurut uraian di atas maka pembelajaran dalam penelitian ini
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
6. Model Pembelajaran
a. Model Pembelajaran
Pembelajaran agar lebih menarik perhatian peserta didik dan
dapat mencapai tujuannya dapat dilakukan dengan memilih model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Joyce dalam
Trianto (2011: 5) menyatakan bahwa model pembelaja-ran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembe-lajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan
lain-lain. Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model
pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembe-lajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. Adapun Soekamto, dkk. dalam dalam Trianto
(2011: 5) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah:
“kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.”
Menurut Arens dalam Trianto (2011: 5) “The term teaching model
refers to a particular approach to instruction that includes its goals,
syntax, environment, and management system.” Istilah model
pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu
termasuk tujuannya, langkah-langkahnya, lingkungannya dan sistem
pengelola-annya.
Berdasarkan uraian tersebut pada penelitian ini yang dimaksud
model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
sistematis yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar untuk mencapai tujuan.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran
Menurut Johson and Johnson dalam Jones and Jones (2008: 61) “According to the Cooperative Learning Center at the University of Minnesota, Cooperative Learning is a relationship among a group of students that requires five elements: positive interdependence, individual accountability, interpersonal skills, face-to-face promotive interaction, processing out”. Menurut Pusat Pembelajaran Kooperatif di University of Minnesota, Pembelajaran Kooperatif adalah hubungan antara sekelompok siswa yang memerlukan lima unsur: saling ketergantungan yang positif, tanggung jawab individu, kemampuan antar individu, interaksi yang menyenangkan, hasil proses belajar.
Menurut Carol, Imel, Kerka dalam Abu (1997: 23)
“Cooperative learning, as an instructional methodology provides
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
opportunities for students to develop skills in group interactions and
in working with others that are needed in today's world”.
Pembelajaran kooperatif, sebagai metodologi pembelajaran
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan
keterampilan dalam interaksi kelompok dan bekerja dengan orang
lain yang dibutuhkan di dunia saat ini.
Menurut Akinbobola dalam Kolawe (2008: 34) “Cooperative
learning is a mode of learning in which students of different levels of
ability work together in small groups to achieve a purpose”.
Pembelajaran kooperatif merupakan cara belajar di mana siswa dari
berbagai tingkat kemampuan bekerja sama dalam kelompok-kelompok
kecil untuk mencapai tujuan.
Landasan pemikiran pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran
kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam
kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah
yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok
sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi
heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras dan satu sama lain
saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah
untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat
terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.
Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah
mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling
membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam
kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan
baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif,
memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik,
berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi
lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan
untuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai
jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi
pelajaran.
Sebagaimana model-model pembelajaran lain, model
pembelajaran kooperatif memiliki tujuan-tujuan, lingkungan belajar
dan sistem pengelolaan yang khas, dan langkah-langkah pembelajaran
kooperatif.
1) Tujuan pembelajaran kooperatif
Menurut Tatag Yuli (2008: 140) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik, penerimaan terhadap berbagai
macam perbedaan latar belakang, dan mengembangkan
keterampilan sosial siswa, antara lain adalah berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk
bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, atau bekerja dalam
kelompok. Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat
mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka
bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Ibrahim, dalam Trianto
(2009: 59) menyakan bahwa tujuan-tujuan pembelajaran ini
mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan
sosial.
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik,
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir
kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik
pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja
bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Menurut Ibrahim, dalam Trianto (2011: 44) bahwa
pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap
penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama,
strata sosial, kamampuan dan ketidakmampuan. Pembelajaran
kooperatif memberikan peluang kepasa siswa yang berbeda latar
belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama
lain atas tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan struktur
penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
2) Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan
Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pandangan John
Dewey dan Herbert dalam Trianto (2009: 63) bahwa pendidikan
dalam masyarakat yang demokratis seyogyanya mengajarkan
proses demokratis secara langsung. Tingkah laku kooperatif
dipandang oleh Dewey dan Thelan sebagai dasar demokrasi dan
sekolah dipandang sebagai laboratorium untuk mengembangkan
tingkah laku demokrasi.
Proses demokrasi dan peran aktif merupakan ciri yang khas
dari lingkungan pembelajaran kooperatif. Dalam pembentukan
kelompok, guru menerapkan struktur tingkat tinggi dan guru juga
mendefinisikan semua prosedur. Meskipun demikian, guru tidak
dibenarkan mengelola tingkah laku siswa dalam kelompok secara
ketat, dan siswa memiliki ruang dan peluang untuk secara bebas
mengendalikan aktivitas-aktivitas di dalam kelompoknya. Selain
itu, pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif jika materi
pustakaan ataupun di pusat media. Ibrahim, dalam Trianto
(2011: 45).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Arends dalam Trianto (2011: 47) menyatakan bahwa
pelajaraan yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajar.
b) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah;
c) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, jenis kelamin yang beragam; dan
d) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada
individu.
3) Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Menurut Ibrahim, dkk. dalam Trianto (2011: 48-49),
terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Langkah-langkah Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif.
Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya.
Fase 6 Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk Menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
pembelajaran kooperatif adalah :
a) Siswa bekerja dalam kelompok, aktif mengemukakan pendapat,
mendengarkan pendapat anggota lain, dan membuat keputusan
secara bersama untuk menuntaskan materi belajarnya.
b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
c) Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa
ras, budaya, suku, jenis kelamin maka dalam kelompokpun
diupayakan terdiri dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda pula.
d) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada
perorangan.
c. Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT
NHT adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap
struktur kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) atau kepala
bernomor diperkenalkan oleh Spencer Kagan untuk melibatkan lebih
banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut. Menurut Zainal Aqib (2013: 18-19), langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut.
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan-
nya.
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain.
6) Kesimpulan
Menurut Ishabu (2013: 68) “NHT model is working procedures in general that, students formed groups 4-5 students, each member having one number, teacher ask questions to discuss with the group. Teachers pointing to one number to represent the group. According to (Muhammad Nur 2005) that cooperative learning model NHT on essentially a variation of group discussion with his trademark is simply to appoint a teacher of students who represent the group without telling in advance who will represent the group”. Model NHT adalah secara umum langkahnya : siswa membentuk kelompok 4-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, guru mengajukan pertanyaan untuk diskusikan dengan kelompok. Guru menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompok. Menurut Muhammad (2005) bahwa model pembelajaran kooperatif NHT pada dasarnya variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah mengangkat guru memanggil nomor siswa yang mewakili kelompok tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok.
Berdasarkan uraian tersebut model kooperatif tipe NHT pada
penelitian ini dinyatakan sebagai berikut.
1) Kegiatan Pendahuluan
(a) Guru menyampaikan manfaat dan tujuan materi yang akan
dipelajari.
(b) Guru menyampaikan manfaat dan tujuan materi yang akan
dipelajari.
(c) Mengungkap kembali materi yang telah diajarkan, dengan cara
menanyakan perihal materi yang telah disajikan sebelumnya.
(d) Asosiasi, menghubungkan materi yang telah diajarkan dengan
materi yang akan segera diajarkan.
(e) Penjelasan mekanisme pembelajaran sesuai dengan langkah-
langkah model kooperatif tipe NHT.
2) Kegiatan Inti
(a) Siswa dibagi dalam kelompok, dan setiap kelompok terdiri dari 4-
5 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
(b) Guru memberikan nomor, setiap siswa dalam setiap kelompok
memiliki satu nomor dan dipakai di kepala. (Numbering)
(c) Guru memberikan tugas (LKS) dan masing-masing kelompok
mengerjakan secara berdiskusi untuk menjawab pertanyaan di
LKS. (Questioning)
(d) Guru membimbing dan mengarahkan kelompok untuk
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya.
(Heads Together).
(e) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. (answering)
(f) Tanggapan dari teman yang lain yang bernomor sama, kemudian
atau guru menunjuk nomor yang lain.
(g) Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru.
3) Kegiatan Penutup
(a) Siswa mengerjakan kuis secara individu.
(b) Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.
Model Kooperatif Tipe NHT ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan yaitu:
1) Kelebihan Model Kooperatif Tipe NHT
(a) Siswa membiasakan untuk bekerja sama dan menghargai
pendapat orang lain.
(b) Siswa dituntut selalu siap, jika sewaktu-waktu dipanggil nomor
untuk mempresentasikan hasil tugas yang diberikan guru.
(c) Dengan bekerja sama, kemungkinan besar konstruksi pengeta-
huan tertanam pada siswa setiap siswa.
(d) Arah komunikasi siswa cenderung banyak.
(e) Semua siswa dengan berbagai gaya belajar terbantu dalam model
ini.
(f) Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.
(g) Dapat melatih kepercayaan diri siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(h) Menyimpan informasi baru melalui proses dan memahami
sehingga bermakna.
(i) Penyimpanan informasi lebih lama ( memori jangka panjang).
(j) Melatih siswa untuk bertanggung jawab, mengerjakan tugas
secara bersama-sama.
2) Kekurangan Model Kooperatif Tipe NHT
(a) Untuk mengajarkan suatu materi membutuhkan waktu lama.
(b) Siswa yang diajar cenderung kelas kecil.
(c) Dalam proses pembelajaran memperoleh informasi yang sedikit.
(d) Siswa pandai akan cenderung menguasai dalam kelompok.
sehingga siswa yang kurang pandai tidak percaya diri dan pasif.
d. Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT berbasis Mind Mapping
Mind mapping merupakan salah satu metode pembelajaran.
Brinkmann (2003: 36) menyatakan bahwa “Mind mapping was firstly
developed by Tony Buzan, a mathematician, psychologist and brain
researcher”. Mind mapping pertamakali dikembangkan oleh Tony Buzan
yaitu seorang ahli matematika, ahli psikologi dan peneliti. Menurut
Alamsyah dalam Riswanto (2012: 60) “Mind maps work well as their
visual design enables students to see the relationship between ideas,
and encourages them to group certain ideas together as they
proceed”. Mind mapping bekerja dengan cara pandang siswa untuk
melihat hubungan antara ide-ide, dan mendorong mereka
mengelompokan ide bersama-sama. Menurut Buzan dalam Riswanto
(2012: 60) “It helps students to associate ideas, think creatively, and
make connections that might not otherwise make”. Mind mapping
membantu siswa untuk mengasosiasikan ide, berpikir kreatif, dan
membuat hubungan yang mungkin dan tidak sebaliknya.
Menurut Al-Jarf (2011: 5) “Mind mapping has considerable
utility for tracking change in the course of learning, and has the capacity
of distinguishing between changes that are meaningful, and those that
are not”. Mind mapping memiliki fungsi untuk indikator perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dalam proses pembelajaran, dan memiliki kemampuan untuk
membedakan antara perubahan yang bermakna, dan yang tidak.
Tsinakos (2009: 57) “Finally, mind maps can be used for a large
range of activities, including note-taking and reporting, brainstorming,
clarifying of thoughts, summarizing, presentation, planning team
building and group communication”. Akhirnya, mind mapping dapat
digunakan untuk berbagai macam kegiatan, termasuk mencatat dan
melaporkan, brainstorming, mengklarifikasi pikiran, meringkas,
presentasi, perencanaan membangun tim dan komunikasi kelompok.
Menurut Beyer et al. dalam Brinkmann (2003: 36-38) aturan
pembuatan mind mapping sebagai berikut :
1) Gunakan kertas besar tanpa garis.
2) Tempatkan topik mind map di tengah kertas.
3) Dari topik menggambar cabang utama untuk setiap ide utama yang
terkait dengan topik tersebut. Menulis kata kunci yang menunjukkan
ide-ide utama langsung di garis. Gunakan huruf cetak.
4) Mulai dari cabang utama Anda dapat menarik garis lebih lanjut (sub-
cabang) untuk ide-ide sekunder (sub-topik) dan sebagainya. Perintah
mengikuti prinsip: dari abstrak ke konkret, dari umum ke khusus.
5) Gunakan warna ketika menggambar mind map.
6) Tambahkan gambar, sketsa, simbol, seperti panah kecil, angka
geometris, tanda seru atau tanda tanya, sesuai pikiran anda. Gambar
struktur mind map disajikan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Struktur Mind Map
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Berdasarkan uraian di atas maka model kooperatif tipe NHT
berbasis mind mapping pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan Pendahuluan
(a) Guru menyampaikan manfaat dan tujuan materi yang akan
dipelajari.
(b) Guru menyampaikan manfaat dan tujuan materi yang akan
dipelajari.
(c) Mengungkap kembali materi yang telah diajarkan, dengan cara
menanyakan perihal materi yang telah disajikan sebelumnya.
(d) Relevansi materi yang ditanyakan dengan materi yang akan
diajarkan.
(e) Asosiasi, menghubungkan materi yang telah diajarkan dengan
materi yang akan segera diajarkan.
(f) Penjelasan mekanisme pembelajaran sesuai dengan langkah-
langkah model kooperatif tipe NHT berbasis mind mapping.
2) Kegiatan Inti
(a) Siswa dibagi dalam kelompok, dan setiap kelompok terdiri dari 4-
5 siswa.
(b) Guru memberikan nomor, setiap siswa dalam setiap kelompok
memiliki satu nomor dan dipakai di kepala. (Numbering)
(c) Guru memberikan tugas (LKS) dan masing-masing kelompok
mengerjakan secara berdiskusi untuk menjawab pertanyaan di
LKS. (Questioning)
(d) Guru membimbing dan mengarahkan kelompok untuk
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya.
(Heads Together).
(e) Kelompok membuat mind map dari beberapa alternatif
penyelesaian soal yang dapat ditemukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(f) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka beserta
menjelaskan mind map yang telah dibuat. (answering)
(g) Tanggapan dari teman yang lain yang bernomor sama, kemudian
atau guru menunjuk nomor yang lain.
(h) Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru.
3) Kegiatan Penutup
(a) Siswa mengerjakan kuis secara individu.
(b) Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis mind mapping
ini mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu :
1) Kelebihan Model Kooperatif Tipe NHT Berbasis Mind Mapping
(a) siswa membiasakan untuk bekerja sama dan menghargai
pendapat orang lain.
(b) Siswa dituntut selalu siap, jika sewaktu-waktu dipanggil nomor
untuk mempresentasikan hasil tugas yang diberikan guru.
(c) Dengan bekerja sama, kemungkinan besar konstruksi pengeta-
huan tertanam pada siswa setiap siswa.
(d) Arah komunikasi siswa cenderung banyak.
(e) Semua siswa dengan berbagai gaya belajar terbantu dalam model
ini (khususnya yang memiliki gaya belajar visual).
(f) Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.
(g) Dapat melatih kepercayaan diri siswa.
(h) Menyimpan informasi baru melalui proses dan memahami
sehingga bermakna.
(i) Penyimpanan informasi lebih lama (memori jangka panjang).
(j) Melatih siswa untuk bertanggung jawab, mengerjakan tugas
secara bersama-sama.
(k) Mempunyai mind map dalam kelompok.
(l) Mempunyai gambaran untuk membuat mind map sesuai dengan
alur pikiran masing-masing siswa sehingga memberi bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
ringkasan pada sebuah materi yang luas, menarik dan memberi
kebebasan otak untuk berkreasi.
(m) Dapat membantu otak dalam mengatur, mengingat, dan
mengkaitkan beberapa hal dalam suatu materi.
(n) Dapat mempermudah menambah informasi baru.
(o) Dapat digunakan untuk pembelajaran ulang yang lebih cepat bagi
pembuatnya.
2) Kekurangan Model Kooperatif Tipe NHT Berbasis Mind Mapping
(a) Untuk mengajarkan suatu materi membutuhkan waktu lama.
(b) Siswa yang diajar cenderung kelas kecil.
(c) Dalam proses pembelajaran memperoleh informasi yang sedikit.
(d) Siswa pandai akan cenderung menguasai dalam kelompok
sehingga siswa yang kurang pandai tidak percaya diri dan pasif.
e. Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang
bersifat teacher center. Model pembelajaran langsung ditujukan pula
untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pada model
pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru
mengawali pembelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar
belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima
penjelasan guru.
Menurut Kardi dalam Trianto (2010: 43), pembelajaran langsung
dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik dan kerja
kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan
pelajaran langsung oleh guru kepada siswa.
Menurut Zainal Aqib (2013:11), langkah-langkah model pembe-
lajaran langsung disajikan dalam 5 (lima) tahap, seperti pada Tabel 2.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Langsung
Fase Langkah-langkah Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Menjelaskan informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, memper-siapkan siswa untuk belajar.
Fase 2 Mendemonstrasikan pe-ngetahuan atau keteram-pilan
Mendemonstrasikan keterampilan yang be-nar atau menyajikan tahap demi tahap.
Fase 3 Membimbing pelatihan.
Merencanakan dan member bimbingan pelatihan awal.
Fase 4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, member umpan.
Fase 5 Memberikan pelatihan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.
Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima
presentasi materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang
keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian
kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian
umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan
pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan
kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau
keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.
Langkah-langkah pembelajaran langsung pada dasarnya
mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Menurut Kardi dan Nur
dalam Zainal Aqib (2010: 47), langkah-langkah pembelajaran langsung
meliputi tahapan sebagai berikut:
1) Menyampaikan Tujuan dan Menyiapkan Siswa
Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian
siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran
itu. Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka
berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu
mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
berperan serta dalam pelajaran itu. Penyampaian tujuan kepada siswa
dapat dilakukan guru melalui rangkuman rencana pembelajaran
dengan cara menuliskannya di papan tulis atau menempelkan
informasi tertulis pada papan bulletin, yang berisi tahap-tahap dan
isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap.
2) Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan
perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan
kembali pada hasil belajar yang dimilikinya, yang relevan dengan
pokok pembicaraan yang akan dipelajari.
3) Presentasi dan Demonstrasi
Fase kedua pembelajaran langsung adalah melakukan presentasi atau
demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci untuk berhasil
ialah mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti
langkah-langkah demonstrasi efektif.
4) Mencapai Kejelasan
Kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan
spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap
proses belajar siswa.
5) Melakukan Demonstrasi
Pembelajaran langsung berpegang teguh pada asumsi, bahwa
sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati
orang lain. Belajar dengan tingkah laku orang lain dapat menghemat
waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error”
6) Mencapai Pemahaman dan Penguasaan
Untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang
benar dan buka sebaliknya, guru perlu benar-benar memerhatikan
apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini berarti, bahwa jika
guru menghendaki agar siswa-siswanya dapat melakukan sesuatu
yang didemonstrasikan juga benar. Banyak contoh yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
menunjukkan, bahwa anak/siswa bertingkah laku yang tidak benar
karena mencontoh tingkah laku orang lain yang tidak benar.
7) Berlatih
Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan
latihan yang intensif, dan memerhatikan aspek-aspek penting dari
keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
8) Memberikan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting pembelajaran langsung ialah cara guru
mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing”.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan
retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancer dan
memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi
yang baru.
9) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Tahap ini kadang-kadang disebut juga dengan tahap resitasi, yaitu
guru memberikan beberapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada
siswa dan guru memberikan respon terhadap jawaban siswa.
Kegiatan ini merupakan aspek penting dalam pembelajaran langsung
karena tanpa mengetahui hasilnya, latihan tidak banyak manfaatnya
bagi siswa. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk
memberikan umpan balik, sebagai missal umpan balik secara lisan,
tes dan komentar tertulis. Tanpa umpan balik spesifik, siswa tak
mungkin dapat memperbaiki kekurangannya, dan tidak dapat
mencapai tingkat penguasaan keterampilan yang mantap.
10) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Pada tahap ini, guru memberikan tugas kepada siswauntuk
menerapkan keterampilan yang baru saja diperoleh secara mandiri.
Kegiatan ini dilakukan oleh siswa secara pribadi yang dilakukan di
rumah atau di luar jam pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Berdasarkan uraian di atas maka model pembelajaran langsung
pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Kegiatan Pendahuluan
(a) Guru menyampaikan manfaat dan tujuan materi yang akan
dipelajari.
(b) Mengungkap kembali materi yang telah diajarkan, dengan cara
menanyakan perihal materi yang telah disajikan sebelumnya.
(c) Relevansi materi yang ditanyakan dengan materi yang akan
diajarkan.
(d) Asosiasi, menghubungkan materi yang telah diajarkan dengan
materi yang akan segera diajarkan.
2) Kegiatan Inti
(a) Guru mempresentasikan materi kepada siswa.
(b) Guru memberikan contoh dan bukan contoh pada materi yang
diajarkan
(c) Guru mendemonstrasikan penyelesaian dari contoh yang
diberikan.
(d) Guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya.
(e) Guru memberikan latihan soal untuk siswa.
(f) Guru berkeliling mengecek siswa yang sedang mengerjakan soal
serta memberi bantuan jika dibutuhkan.
(g) Memberi kesempatan beberapa siswa untuk menyelesaikan/
mendemonstrasikan hasil pekerjaannya. Jika tidak ada yang mau
maka guru menunjuk siswa untuk mendemonstrasikan hasil
pekerjaannya.
(h) Memberi kesempatan siswa lain untuk menanggapi soal yang
sudah diselesaikan di depan kelas.
(i) Guru membuat kesimpulan
3) Kegiatan Penutup
(a) Siswa mengerjakan kuis secara individu.
(b) Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Model pembelajaran langsung ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan yaitu :
1) Kelebihan Model Pembelajaran Langsung
(a) Untuk mengajarkan suatu materi membutuhkan waktu singkat.
(b) Siswa yang diajar bisa kelas kecil atau kelas besar.
(c) Menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan
mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang
memiliki gaya belajar auditorial.
(d) Siswa yang kurang pandai dan tidak percaya diri, tidak merasa
dipaksa dan berpartisipasi sehingga tidak minder dalam proses
pembelajaran
2) Kekurangan Model Pembelajaran Langsung
(a) Tidak semua siswa mempunyai kemempuan mendengar dalam
pembelajaran yang didominasi dengan ceramah.
(b) Guru sebagai pusat informasi.
(c) Siswa selau tidak percaya diri karena selalu bergantung pada
guru.
(d) Menyimpan informasi baru melalui hafalan sehingga kurang
bermakna.
(e) Penyimpanan informasi singkat/cepat lupa (memori jangka
pendek).
(f) Siswa kurang bertanggung jawab, karena dalam pepyelesaian
masalah bergantung pada guru.
7. Gaya belajar
Ada beberapa perbedaan definisi gaya belajar menurut pakar
pendidikan. Menurut Zhang & Sternberg dalam Abidin, Rezaee, Abdullah,
dan Singh “These differences may manifest itself in ‘life styles’ and even in
personality types”. Perbedaan-perbedaan ini bisa muncul dalam 'gaya hidup'
dan bahkan dalam tipe kepribadian. De Porter dan Mike (2012: 110-111)
menyatakan bahwa gaya belajar seseorang adalah kombinasi bagaimana ia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Setiap orang
memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada orang yang mudah menyerap
dan memproses pelajaran melalui mendengarkan informasi dari guru. Ada
pula orang orang yang lebih mudah belajar dengan cara membaca buku dan
memperhatikan ilustrasi/bagan yang terdapat di dalam buku. Dan ada orang
yang menyerap pelajaran dengan cara mencoba atau dengan interaksi
kelompok.
Menurut Kolb dalam Nur dan Rini (2012: 11) mengatakan bahwa
gaya belajar merupakan metode yang dimiliki individu untuk mendapatkan
informasi, yang pada prinsipnya gaya belajar merupakan bagian integral
dalam siklus belajar aktif. Menurut Gunawan dalam Nur Ghufron dan Rini
Risnawati (2012: 11) menyatakan bahwa gaya belajar adalah cara yang lebih
kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti
suatu informasi. Menurut Gardner dalam Nur Ghufron dan Rini Risnawati
(2012: 42) berpendapat bahwa gaya belajar adalah cara yang kompleks di
mana para siswa menganggap dan merasa paling efektif dan efesien dalam
memproses, menyimpan dan memanggil kembali apa yang telah mereka
pelajari.
Menurut uraian di atas maka pada penelitian ini gaya belajar adalah
suatu cara yang dimiliki siswa yang peling efektif dan efesien untuk
mendapat informasi sehingga siswa dapat merasakan belajar yang nyaman
dan menyenangkan. Selanjutnya gaya belajar yang dominan dimiliki siswa
dibagi menjadi tiga yaitu gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.
a. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual adalah cara mudah untuk belajar dengan
melihat yaitu mengandalkan penglihatan. Menurut Irvine, Theresa dan
Yankey (2006: 218) “Approximately 40% of college students are visual
learners, preferring to be taught through pictures, diagrams, flow charts,
timelines, films, and demonstrations.” Sekitar 40% dari pelajar adalah
pelajar visual, lebih memilih untuk diajarkan melalui gambar, diagram,
diagram alur, jadwal, film, dan demonstrasi. Menurut Gilakjani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
(2012: 105) ” Visual learners think in pictures and learn best in visual
images. They depend on the instructor’s or facilitator’s non-verbal cues
such as body language to help with understanding”. Pelajar visual
berpikir belajar terbaik dengan gambar dan gambar visual. Mereka
bergantung pada instruktur atau isyarat non-verbal fasilitator seperti
bahasa tubuh untuk membantu dalam pemahaman.
De Porter dan Mike (2012: 116-118) menjelaskan ciri-ciri siswa
dengan gaya belajar visual diantaranya: (1) rapi dan teratur, (2) berbicara
dengan cepat, (3) perencana dan pengatur jangka panjang yang baik, (4)
teliti terhadap detail, (5) mementingkan penampilan, dalam hal berpakaian
maupun presentasi, (6) pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata
yang sebenarnya dalam pikiran mereka, (7) mengingat apa yang dilihat
daripada didengar, (8) mengingat dengan asosiasi visual, (9) biasanya
tidak terganggu dengan keributan, (10) mempunyai masalah untuk
mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan seringkali minta
bantuan orang lain untuk mengulanginya, (11) pembaca cepat dan tekun,
(12) lebih suka membaca daripada dibacakan, (13) membutuhkan
pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum
secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek, (14)
mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat,
(15) lupa menyampaikan pesan verbal, (16) sering menjawab pertanyaan
dengan jawaban singkat ya atau tidak, (17) lebih suka melakukan
demonstrasi daripada berpidato, (18) lebih suka seni daripada musik, (19)
mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-
kata, dan (20) kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin
memperhatikan.
Menurut uraian di atas siswa dengan gaya belajar visual lebih
senang belajar dengan banyak menggunakan simbol dan gambar dalam
catatan. Khusus dalam matematika, tabel dan grafik dapat mempermudah
dan memperdalam pemahaman mereka. Siswa dengan gaya belajar visual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
sangat baik mulai belajar dengan gambaran keseluruhan kemudian baru
yang detail-detail.
b. Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar auditorial adalah cara mudah untuk belajar dengan
mendengarkan yaitu mengandalkan pendengaran. Menurut Gilakjani
(2012: 106) ”These individuals discover information through listening
and interpreting information by the means of pitch, emphasis and speed”.
Siswa dengan gaya belajar auditorial ini menemukan informasi melalui
mendengarkan dan menafsirkan informasi dengan irama, penekanan dan
kecepatan.
Selanjutnya De Porter dan Mike (2012: 118) menjelaskan ciri-ciri
siswa dengan gaya belajar auditorial diantaranya: (1) berbicara kepada
diri sendiri saat bekerja, (2) mudah terganggu oleh keributan, (3)
menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca, (4) senang membaca dengan keras dan mendengarkan, (5)
dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara,
(6) merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita, (7)
berbicara dalam irama yang berpola, (8) biasanya pembicara yang fasih,
(9) lebih suka musik daripada seni, (10) belajar dengan mendengarkan
dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, (11) suka
berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar, (12)
mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama
lain, (13) lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya,
(14) lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.
Menurut uraian di atas siswa dengan gaya belajar auditorial lebih
suka mendengarkan pelajaran dan cerita serta mengulang informasi.
Siswa dengan gaya belajar auditorial lebih suka merekam daripada
mencatat, untuk didengarkan secara berulang-ulang. Jika guru melihat
siswa dengan gaya belajar auditorial mengalami kesulitan dengan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
konsep, siswa dengan gaya belajar auditorial lebih suka dibantu dengan
berbicara untuk memahami suatu hal.
c. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik adalah cara mudah untuk belajar dengan
bergerak, bekerja dan menyentuh yaitu mengandalkan praktik gerakan
tubuh. Menurut Gilakjani (2012: 106) “Individuals that are kinaesthetic
learn best with and active “hands-on” approach. These learners favour
interaction with the physical world”. Siswa dengan gaya belajar
kinestetik belajar terbaik dengan dan pendekatan sentuhan. Siswa ini
sangat terdukung dengan interaksi dunia fisik. Selanjutnya De Porter dan
Mike (2012: 118-120) menjelaskan ciri-ciri siswa dengan gaya belajar
kinestetik adalah (1) berbicara dengan perlahan, (2) menanggapi
perhatian fisik, (3) menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian, (4)
berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain, (5) selalu berorientasi
pada fisik dan banyak bergerak, (6) mempunyai perkembangan awal
otot-otot yang besar, (7) belajar melalui manipulasi dan praktik, (8)
menghafal dengan cara berjalan dan melihat, (9) menggunakan jari
sebagai penunjuk ketika membaca, (10) banyak menggunakan isyarat
tubuh, (11) tidak dapat duduk diam dalam waktu lama, (12) tidak dapat
mengingat secara geografi kecuali jika mereka memang telah berada di
tempat itu, (13) menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, (14)
menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot yang mencerminkan
aksi gerakan tubuh saat membaca, (15) kemungkinan tulisannya jelek,
(16) ingin melakukan segala sesuatu, dan (17) menyukai permainan
yang menyibukkan.
Menurut uraian di atas siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih
menyukai terapan dan suka belajar melalui gerakan. Selain itu siswa
paling baik menghafal informasi dengan mengasosiasikan gerakan untuk
setiap fakta.
Dari ketiga gaya belajar di atas menurut De Porter dalam Mulyani
(2008: 1.38) menyatakan bahwa walaupun masing-masing dari kita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
belajar dengan menggunakan ketiga modalitas itu (gaya visual, gaya
auditorial dan gaya kinestetik) pada tahap tertetu, kebanyakan orang
cederung pada salah satu diantara ketiganya.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka disusun kerangka berpikir
sebagai berikut:
1. Kaitan Penggunaan Masing-masing Model Pembelajaran terhadap Prestasi
Belajar Matematika Siswa
Prestasi belajar matematika adalah hasil tes yang diperoleh siswa
setelah melalui proses belajar matematika yang berbentuk nilai dan
diberikan oleh guru. Kemampuan guru dalam memilih model-model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan dapat
mengoptimalkan prestasi belajar matematika siswa. Model pembelajaran
yang dipilih tepat maka akan mempermudah siswa dalam menguasai dan
memahami materi matematika sehingga berdampak positif terhadap prestasi
belajar matematika.
Model pembelajaran yang tepat dan baik sesuai materi yang
diajarkan dapat membuat siswa senang, aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan akan mempermudah siswa
dalam menerima materi yang diajarkan, pembelajaran yang aktif dan kreatif
akan membuat siswa mempunyai karakter untuk belajar mandiri (tidak
selalu mengharapkan penjelasan guru), percaya diri dan inovatif. Salah satu
model pembelajaran yang dapat membangkitkan keaktifan dan kreatif siswa
yaitu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
mampu membuat aktif dan kreatif karena dalam proses pembelajaran ini
siswa dituntut kerjasama di dalam kelompoknya dan saling membantu
apabila ada anggota kelompok yang mengalami kesulitan. Model
pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Manuasia dalam mengingat suatu hal akan lebih mudah jika
dikaitkan dengan sesuatu, sistematis, simpel, bermakna dan saling berkaitan.
Metode mind mapping adalah metode pembelajaran yang berdasarkan
mengkaitkan dengan sesuatu, sistematis, simpel, bermakna dan saling
berkaitan. Oleh sebab itu dalam penelitian ini juga diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis mind mapping.
Sebaliknya pembelajaran yang kurang membuat siswa aktif dan
kreatif, tergantung pada keaktifan guru, tidak mandiri akan membuat siswa
cepat jenuh dalam proses pembelajaran sehingga prestasi belajar matematika
tidak maksimal. Pembelajaran tersebut merupakan karakteristik dari model
pembelajaran langsung dimana peranan guru sangat dominan atau bersifat
teacher center dan model ini digunakan guru untuk menyampaikan
pelajaran yang ditransformasikan langsung kepada siswa.
Sesuai uraian di atas diduga prestasi belajar belajar matematika
siswa dengan mengggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbasis mind mapping akan lebih baik dibandingkan dengan penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT ataupun pembelajaran langsung
dan diduga prestasi belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT akan lebih baik dari pada menggunakan
model pembelajaran pembelajaran langsung.
2. Kaitan Masing-masing Gaya Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika
Siswa
Selain model pembelajaran, gaya belajar siswa merupakan salah
satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika
siswa. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus
memperhatikan karakteristik gaya belajar siswa. Secara teori siswa yang
memiliki gaya belajar visual lebih senang belajar dengan melihat atau
membaca daripada mendengarkan, biasanya mereka ini menyukai
penyajian informasi yang runtut. Beberapa ciri siswa yang memiliki gaya
belajar visual adalah perencana dan pengatur jangka panjang yang baik,
teliti terhadap detail, pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
sebenarnya dalam pikiran mereka, mengingat apa yang dilihat daripada
didengar, mengingat dengan asosiasi visual, biasanya tidak terganggu
dengan keributan, pembaca cepat dan tekun, lebih suka membaca daripada
dibacakan, membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan
bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu
masalah atau proyek.
Siswa dengan gaya belajar auditorial lebih suka mendengarkan
penjelasan dari guru daripada membaca, mereka mengandalkan
kemampuan mendengar dan mengingat. Beberapa ciri siswa yang memiliki
gaya belajar auditorial adalah mudah terganggu oleh keributan,
menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca, senang membaca dengan keras dan mendengarkan, belajar
dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang
dilihat, suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang
lebar, mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain,
lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.
Sedangkan siswa dengan gaya belajar kinestetik suka belajar melalui
gerakan, cenderung tidak suka mendengarkan ceramah, dan lebih bisa
belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Selama pelajaran,
mereka mungkin saja gelisah jika tidak bisa leluasa bergerak dan
mengerjakan sesuatu. Sebenarnya setiap siswa memiliki ketiga gaya belajar
tersebut, akan tetapi salah satu gaya belajar akan mendominasinya.
Beberapa ciri siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik adalah berbicara
dengan perlahan, menanggapi perhatian fisik, berdiri dekat ketika berbicara
dengan orang lain, (5) selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak,
belajar melalui manipulasi dan praktik, menghafal dengan cara berjalan dan
melihat, (9) menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak
menggu-nakan isyarat tubuh, tidak dapat duduk diam dalam waktu lama,
menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, menyukai buku-buku yang
berorientasi pada plot yang mencerminkan aksi gerakan tubuh saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
membaca, kemungkinan tulisannya jelek, ingin melakukan segala sesuatu,
dan menyukai permainan yang menyibukkan.
Menurut uraian di atas secara teori siswa dengan gaya belajar
visual mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada
siswa dengan gaya belajar auditorial maupun kinestetik, siswa dengan gaya
belajar auditorial mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada siswa dengan gaya belajar kinestetik. Berdasarkan pemikiran
tersebut diduga terdapat perbedaan gaya belajar visual, audiotorial dan
kinestetik terhadap prestasi belajar siswa.
3. Kaitan Masing-masing Model Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap
Prestasi Belajar Matematika Siswa
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis mind mapping
menuntut siswa untuk bekerjasama dalam menyelesaikan masalah dengan
berbagai alternatif jawaban yang bisa dipakai dan mempunyai keunggulan
pada hasil mind map yang membantu membantu memvisualisasikan materi.
Semua anggota kelompok harus siap apabila sewaktu-waktu dipanggil untuk
mempresentasikan jawabannya. Selain itu siswa dituntut mampu menghu-
bungkan setiap masalah dan mengubungkannya dengan membuat peta
sesuai dengan alur pemikirannya. Masing-masing gaya belajar mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT
menuntut siswa untuk bekerjasama dalam menyelesaikan secara kelompok.
Setiap siswa dituntut aktif baik bertanya, diskusi ataupun memutuskan
kesimpulan secara bersama. Selain setiap anggota kelompok dituntut untuk
siap mempresentasikan hasil jawaban kelompok, apabila sewaktu-waktu
dipanggil nomornya. Model pembelajaran langsung peranan guru lebih
dominan dari pada siswa. Guru sebagai pusat pembelajaran sedangkan siswa
hanya mendengarkan yang sampaikan guru, mencatat yang ditulis guru di
papan tulis dan mengerjakan latihan yang diberikan guru sehingga
menyebabkan siswa pasif dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Berdasarkan uraian di atas :
a. Diduga pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis mind
mapping siswa dengan gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar
auditorial maupun kinestetik, siswa dengan gaya belajar auditorial
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa
dengan gaya belajar kinestetik.
b. Diduga pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa dengan
gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar matematika yang sama
dengan siswa dengan gaya belajar auditorial, gaya belajar visual
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa
dengan gaya belajar kinestetik, siswa dengan gaya belajar auditorial
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa
dengan gaya belajar kinestetik.
c. Diduga model pembelajaran langsung siswa dengan gaya belajar
auditorial lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar visual maupun
kinestetik, siswa dengan gaya belajar visual mempunyai prestasi
belajar matematika sama siswa dengan gaya belajar kinestetik.
4. Kaitan Masing-masing Gaya Belajar pada Masing-masing Model
Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa
Gaya belajar visual adalah cara mudah untuk belajar dengan melihat
yaitu mengandalkan penglihatan. Siswa dengan gaya belajar visual berpikir
belajar terbaik dengan gambar dan gambar visual. Siswa dengan gaya belajar
visual sangat baik mulai belajar dengan gambaran keseluruhan kemudian
baru yang detail-detail. Gaya belajar auditorial adalah cara mudah untuk
belajar dengan mendengarkan yaitu mengandalkan pendengaran. Siswa
dengan gaya belajar auditorial lebih suka mendengarkan pelajaran dan cerita
serta mengulang informasi. Siswa dengan gaya belajar auditorial lebih suka
merekam daripada mencatat, untuk didengarkan secara berulang-ulang.
Gaya belajar kinestetik adalah cara mudah untuk belajar dengan bergerak,
bekerja dan menyentuh yaitu mengandalkan praktik gerakan tubuh. Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dengan gaya belajar kinestetik belajar terbaik dengan dan pendekatan
sentuhan. Siswa ini sangat terdukung dengan interaksi dunia fisik. Siswa
dengan gaya belajar kinestetik lebih menyukai terapan dan suka belajar
melalui gerakan. Selain itu siswa paling baik menghafal informasi dengan
mengasosiasikan gerakan untuk setiap fakta.
Berdasarkan uraian di atas :
a. Diduga prestasi belajar matematika pada siswa dengan gaya belajar
visual yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis
mind mapping lebih baik daripada yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe NHT ataupun pembelajaran langsung dan diduga prestasi
belajar matematika siswa dengan gaya belajar visual yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT akan lebih baik dari pada
menggunakan model pembelajaran pembelajaran langsung.
b. Diduga prestasi belajar matematika pada siswa dengan gaya belajar
auditorial yang dikenai model pembelajaran pembelajaran langsung lebih
baik daripada yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT
ataupun model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis mind
mapping dan diduga prestasi belajar matematika siswa dengan gaya
belajar auditorial yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbasis mind mapping akan sama dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
c. Diduga siswa dengan gaya belajar kinestetik yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis mind mapping, dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dan dikenai model pembelajaran
langsung mempunyai prestasi yang sama.
C. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis mind mapping
memberikan prestasi belajar matematika lebih baik daripada model
kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran langsung serta model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar matematika
lebih baik daripada model pembelajaran langsung.
2. Siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar matematika yang
lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar auditorial maupun kinestetik
dan siswa dengan gaya belajar auditorial memiliki prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar kinestetik.
3. a. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis mind mapping,
siswa dengan gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar
matematika lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar auditorial
maupun kinestetik, siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai
prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan gaya
belajar kinestetik.
b. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa dengan gaya
belajar visual mempunyai prestasi belajar matematika sama dengan siswa
dengan gaya belajar auditorial, gaya belajar visual mempunyai prestasi
belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar
kinestetik, siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi
belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar
kinestetik.
c. Pada model pembelajaran langsung, siswa dengan gaya belajar auditorial
lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar visual maupun kinestetik,
siswa dengan gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar
matematika sama siswa dengan gaya belajar kinestetik.
4. a. Siswa dengan gaya belajar visual yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe NHT berbasis mind mapping prestasi belajar
matematikanya lebih baik daripada yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe NHT ataupun pembelajaran langsung dan siswa dengan
gaya belajar visual yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe
NHT prestasi belajar matematika akan lebih baik dari pada siswa yang
dikenai model pembelajaran pembelajaran langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
b. Siswa dengan gaya belajar auditorial yang dikenai model pembelajaran
pembelajaran langsung prestasi belajar matematikanya lebih baik
daripada yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT ataupun
model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis mind mapping dan
siswa dengan gaya belajar auditorial yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe NHT berbasis mind mapping prestasi belajar
matematikanya sama dengan siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
c. Siswa dengan gaya belajar kinestetik yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe NHT berbasis mind mapping, dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dan dikenai model pembelajaran langsung
mempunyai prestasi belajar matematika yang sama.