bab ii ta
DESCRIPTION
BAB II TATRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Material Magnet
Magnet atau “magnit” adalah suatu objek yang mempunyai suatu medan
magnet. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang
berarti batu Magnesian. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada
masa lalu yang kini bernama Manisa (sekarang berada di wilayah Turki) di mana
terkandung batu magnet yang ditemukan sejak zaman dulu di wilayah tersebut[5].
Pada saat ini, suatu magnet adalah suatu materi yang mempunyai suatu medan
magnet.
Materi tersebut bisa dalam berwujud magnet tetap atau magnet tidak tetap.
Magnet yang sekarang ini ada hampir semuanya adalah magnet buatan. Magnet
selalu memiliki dua kutub yaitu: kutub utara (north/ N) dan kutub selatan
(south/S). Walaupun magnet itu dipotong-potong, potongan magnet kecil tersebut
akan tetap memiliki dua kutub[5].
Magnet dapat menarik benda lain. Beberapa benda bahkan tertarik lebih
kuat dari yang lain, yaitu bahan logam. Namun tidak semua logam mempunyai
daya tarik yang sama terhadap magnet. Besi dan baja adalah dua contoh materi
yang mempunyai daya tarik yang tinggi oleh magnet. Sedangkan oksigen cair
adalah contoh materi yang mempunyai daya tarik yang rendah oleh magnet.
Satuan intensitas magnet menurut sistem metrik pada Satuan Internasional
(SI) adalah Tesla dan SI unit untuk total fluks magnetik adalah weber. 1 weber/m2
= 1 tesla, yang mempengaruhi satu meter persegi[5].
Material yang bersifat magnetik atau material magnetic telah diketahui
perbedaannya sejak ribuan tahun yang lalu. Sifat kemagnetan adalah merupakan
fenomena dimana suatu material dapat menimbulkan suatu gaya untuk menarik
material lain. Beberapa material yang diketahui memiliki sifat-sifat magnet antara
lain adalah besi, beberapa baja, dan secara alami terjadi pada mineral lodestone.
Dalam realitasnya material menjadi terpengaruh karena adanya medan magnet[6].
Penelitian tentang magnet baik secara teori maupun secara eksperimen
terus dilakukan hingga kini, yaitu mulai dari magnetik properties hingga
mempelajari mikro magnetisnya. Penelitian di titik beratkan pada pencarian bahan
magnet yang mempunyai kemagnetan yang optimal dengan berat dan ukuran yang
minimal. Magnetik adalah suatu fenomena misterius yang menarik, dimana
material ferromagnetik dapat ditarik atau ditolak maupun dipengaruhi tanpa
bersentuhan secara langsung.
Beberapa elemen lain juga memeperlihatkan sifat magnet, tapi tidak semua
magnet berwujud logam. Teknologi mutakhir sekarang telah menggunakan
keduanya, baik magnet metalik maupun magnet keramik. Teknologi mutakhir ini
juga memanfaatkan elemen-elemen lain untuk meningkatkan kemampuan
magnetik. Magnet terdiri dari tiga kriteria, bisa berwujud magnet tetap atau
magnet permanen, magnet lunak, dan magnet buatan.
2.2. Jenis Magnet
Magnet terdiri dari beberapa macam, diantaranya; magnet tetap
(permanen), magnet tidak tetap, magnet lunak, dan magnet buatan.
2.2.1. Magnet tetap
Magnet tetap atau magnet permanen adalah magnet yang memiliki kurva histerisis
(hysteresis loop) yang lebar dan memiliki nilai koersifitas yang tinggi. Dan
magnet permanen ini sengaja didesain agar tidak mudah mengalami
demagnetisasi[5]. Magnet tetap tidak memerlukan tenaga atau bantuan dari luar
untuk menghasilkan daya magnet (berelektromagnetik).
Jenis magnet tetap (permanen) yang selama ini yang diketahui terdapat pada:
Magnet neodymium, merupakan magnet tetap yang paling kuat. Magnet
neodymium (juga dikenal sebagai NdFeB, NIB, atau magnet Neodymium
Iron Boron), merupakan sejenis magnet tanah jarang, terbuat dari
campuran logam neodymium.
Magnet Samarium-Cobalt,merupakan salah satu dari dua jenis magnet
bumi yang langka, merupakan magnet permanen yang kuat yang terbuat
dari paduan samarium dan kobalt.
Magnet keramik (hard ferrite).
Magnet plastik (Plastic Magnets).
Magnet Alnico (Aluminium, Nikel, dan Cobalt)[7].
2.2.2. Magnet Tidak Tetap
Magnet tidak tetap (remanen) tergantung pada medan listrik untuk
menghasilkan medan magnet. Contoh magnet tidak tetap adalah elektromagnet.
2.2.3. Magnet Lunak.
Magnet lunak (soft magnet) merupakan magnet yang memiliki kurva
histerisis (hysteresis loop) yang ramping, nilai permeabilitas tinggi dan memiliki
nilai koersifitas (Hc) yang kecil. Umumnya, magnet lunak biasa digunakan untuk
memenuhi keperluan yang membutuhkan proses magnetisasi dan demagnetisasi
secara spontan ketika diberi arus. Adapun contoh perangkat yang memakai
magnet lunak adalah pada transformator, memory core, dan lain-lain[8].
2.2.4. Magnet Buatan
Magnet buatan meliputi hampir seluruh magnet yang ada sekarang ini.
Bentuk magnet buatan antara lain:
Magnet U
Magnet ladam
Magnet batang
Magnet lingkaran
Magnet jarum (kompas)
2.3. Sifat Kemagnetan Bahan
Bahan magnetik adalah suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan
dalam komponen pembentuknya. Menurut sifatnya terhadap adanya pengaruh
kemagnetan, bahan magnet ini dapat digolongkan menjadi 5 yaitu bahan
diamagnetik, bahan paramagnetik, bahan ferromagnetik, bahan anti
ferromagnetik, dan bahan ferrimagnetik [9].
2.3.1 Bahan Diamagnetik
Bahan diamagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomik dari
masing-masing atom/molekulnya adalah nol, tetapi medan magnet akibat orbit
dan spin elektronnya tidak nol. Bahan diamagnetik tidak mempunyai momen
dipol magnet permanen. Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka
elektron-elektron dalam atom akan mengubah gerakannya sedemikian rupa
sehingga menghasilkan resultan medan magnet atomik yang arahnya berlawanan
dengan medan magnet luar tersebut, seperti terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Arah domain dan kurva bahan diamagnetik
Sifat diamagnetik bahan ditimbulkan oleh gerak orbital eleKtron karena
atom mempunyai elektron orbital, maka semua bahan bersifat diamagnetik. Suatu
bahan dapat bersifat magnet apabila susunan atom dalam bahan tersebut
mempunyai spin elektron yang tidak berpasangan.
2.3.2. Bahan Paramagnetik
Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomik
masing-masing atomnya tidak nol, tetapi resultan medan magnet atomik total
seluruh atomnya dalam bahan nol. Hal ini disebabkan karena gerakan atomnya
acak, sehingga resultan medan magnet atomik masing-masing atom saling
meniadakan. Di bawah pengaruh medan eksternal, bahan tersebut akan
mensejajarkan diri karena adanya torsi yang dihasilkan, seperti terlihat pada
Gambar 2.2. Sifat paramagnetik ditimbulkan oleh momen magnetik spin yang
menjadi terarah oleh medan magnet luar [9].
Gambar 2.2 Arah domain dan kurva bahan paramagnetik
Bahan ini jika diberi medan magnet luar, elektron-elektronnya akan
berusaha sedemikian rupa sehingga resultan medan magnet atomiknya searah
dengan medan magnet luar. Sifat paramagnetik ditimbulkan oleh momen spin
yang menjadi terarah oleh medan magnet luar. Pada bahan ini efek diamagnetik
(efek timbulnya medan magnet yang melawan medan magnet penyebabnya) dapat
timbul, tetapi pengaruhnya sangat kecil. Dalam bahan ini hanya sedikit spin
elektron yang tidak berpasangan, sehingga bahan ini sedikit menarik garis-garis.
2.3.3 Bahan Ferromagnetik
Bahan ferromagnetik mempunyai resultan medan magnet atomik besar,
hal ini disebabkan oleh momen magnetik spin elektron. Pada bahan ini banyak
spin elektron yang tidak berpasangan, masing-masing spin elektron yang tidak
berpasangan ini akan menimbulkan medan magnetik, sehingga medan magnet
total yang dihasilkan oleh satu atom menjadi lebih besar. Medan magnet dari
masing-masing atom dalam bahan ferromagnetik sangat kuat, sehingga interaksi
diantara atom-atom tetangganya menyebabkan sebagian besar atom akan
mensejajarkan diri membentuk kelompok-kelompok, kelompok inilah yang
dikenal dengan domain, diperlihatkan pada Gambar 2.3 [9].
Gambar 2.3 Arah domain dan kurva bahan Ferromagnetik
Sifat bahan ferromagnetik biasanya terdapat dalam bahan ferit. Ferit
merupakan bahan dasar magnet permanen yang banyak digunakan dalam industri-
industrielektronika, seperti dalam loudspeaker, motor-motor listrik, dynamo dan
KWH-meter. Bahan-bahan ferromagnetik dapat dikategorikan menjadi dua bagian
yaitu:
a) Bahan yang mudah dijadikan magnet yang lazim disebut bahan magnetik
lunak. Bahan ini banyak digunakan untuk inti transformator, inti motor atau
generator, rilai (relay), peralatan sonar atau radar.
b) Bahan ferromagnetik yang sulit dijadikan magnet tetapi setelah menjadi
magnet tidak mudah kembali seperti semula disebut bahan magnetik keras,
bahan ini digunakan untuk pabrikasi magnet permanen [9].
2.3.4. Bahan Anti Ferromagnetik
Bahan anti ferromagnetik adalah suatu bahan yang memiliki suseptibilitas
positif yang kecil pada segala temperatur, tetapi perubahan suseptibilitas karena
temperatur adalah keadaan yang sangat khusus. Susunan dwikutubnya adalah
sejajar tetapi berlawanan arah, diperlihatkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Arah domain dan kurva bahan Anti Ferromagnetik,
2.3.5 Bahan Ferrimagnetik
Bahan ferrimagnetik memiliki resisitivitas yang jauh lebih tinggi
dibanding bahan ferromagnet. Oleh karena itu ferrimagnet (ferrit) arus-eddy yang
terjadi pada bahan ini kecil. Dalam bahan ini hanya sedikit spin elektron yang
tidak berpasangan, sehingga bahan ini sedikit menarik garis-garis gaya,
diperlihatkan pada Gambar 2.5[9].
Gambar 2.5 Arah domain dan kurva bahan ferrimagnetik.
2.4. Barium Heksaferrite
Barium heksaferrite , disingkat BaFe, adalah senyawa kimia dengan rumus
BaFe12O19 atau BaO.6Fe2O3 . Bahan ini merupakan bahan ferrite yang tergolong
dalam komponen kartu strip magnetik dan subwoofer magnet. BaFe digambarkan
sebagai Ba2+(Fe3+)12(O2)19. Pusat Fe3+ yang ferromagnetik digabungkan. Teknologi
dari bahan ini biasanya dianggap sebagai aplikasi dari bidang terkait ilmu material
dan dasar kimia padat[10].
2.4.1. Struktur Kimia
Berbagai industri juga menggunakan "heksagonal ferrite" yang dikenal,
mengandung barium . Berbeda dengan struktur spinel biasa, material ini memiliki
kerangka heksagonal close-dikemas oksida, kecuali beberapa pusat oksigen yang
digantikan oleh ion Ba2+. Rumus untuk spesies ini termasuk BaFe12O19,
BaFe15O23 , dan BaFe18O27 . Dengan demikian, BaFe12O19 berhubungan dengan
Fe12O20 , dengan rumus empiris Fe3O4 , yaitu magnetit [10].
2.4.2. Struktur Kristal Barium Heksaferrite
Bahan magnet permanen barium heksaferit (BaO.6Fe2O3) telah sangat
dikenal dan banyak digunakan di industri maupun pada peralatan rumah tangga.
Pemanfaatan bahan barium heksaferit ini secara luas, didukung oleh harganya
yang murah, nilai koersivitas dan magnetisasi saturasi yang tinggi, serta
temperature transisi magnet (temperatur Curie,Tc) yang tinggi sekitar 750oC juga
sifat kimia yang stabil dan ketahanan terhadap korosi sangat baik[11].
Barium heksaferit (BaFe12O19) juga dikenal sebagai magnet permanen
dengan struktur Kristal heksagonal yang sesuai dengan space group P 63/mmc.
Seperti keluarga oksida lainnya, material ini memiliki sifat mekanik yang sangat
kuat dan tidak mudah terkorosi[12]. Pemakaian senyawa ini sebagai perekam
magnetik, divais gelombang mikro (microwave) dan absorber. Sangat diminati
sehingga banyak usaha dilakukan untuk memproduksi substitusi kation yang
mungkin ke dalam BaFe12O19 guna meningkatkan sifat magnetiknya.
Barium heksaferit (BaO.6Fe2O3) yang memiliki parameter kisi a = 5,8920
Å, dan c = 23,1830 Å. Gambar struktur Kristal barium heksaferit (BaO.6Fe2O3)
diperlihatkan pada Gambar 5 berikut;
Gambar 2.6 Struktur Kristal Barium Heksaferrit[12]
2.4.4. Aplikasi Barium Heksaferit
Barium heksaferit merupakan bahan yang sangat berlaku yang digunakan
di berbagai bidang industri saat ini. Materi yang terlihat di seluruh dunia dalam
aplikasi seperti item rekaman seperti kaset dan perangkat media lainnya, magnet
permanen, dan juga kartu strip magnetik (kartu kredit, kunci hotel, kartu ID).
Karena stabilitas materi, bahan ini menjadi sangat berkurang dalam ukuran,
membuat kerapatan densitas yang jauh lebih besar. Pada perangkat media akhir,
oksida acicular yang digunakan dalam menghasilkan nilai koersivitas yang
diperlukan untuk merekam. Meskipun dalam beberapa dekade barium heksaferit
telah menggantikan oksida acicular, tanpa dop-an, oksida acicular menghasilkan
nilai koersivitas sangat rendah, membuat bahan yang sangat lembut magnetis.
Barium heksaferit baru-baru ini telah mengambil alih oksida, menghasilkan
tingkat koersivitas jauh lebih tinggi yang membuat materi magnetis keras,
sehingga membuat ferrite yang lebih baik untuk bahan rekaman[10].
Gambar 2.7 Aplikasi Barium heksaferit antara lain digunakan dalam
tape drive dan floppy disk. Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Barium_ferrite
2.5. Cara Membuat Magnet
Secara umum, cara membuat magnet antara lain:
Digosok dengan magnet lain secara searah.
Induksi magnet.
Magnet diletakkan pada solenoida (kumparan kawat berbentuk tabung
panjang dengan lilitan yang sangat rapat) dan dialiri arus listrik searah
(DC).
Bahan yang biasa dijadikan magnet adalah besi. Besi lebih mudah untuk
dijadikan magnet daripada baja. Tapi sifat kemagnetan besi lebih mudah hilang
daripada baja. Oleh sebab itu, besi lebih sering digunakan untuk membuat
elektromagnet.
Sedangkan pembuatan magnet permanen khususnya untuk magnet ferrite
dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan cara isotropik dan secara anisotropik.
Kedua proses tersebut dilakukan dengan cara metalurgi serbuk, yaitu
mencampurkan atau mereaksikan beberapa oksida dalam bentuk serbuk dengan
beberapa tahapan proses-proses tertentu. Namun, bedanya kedua cara tersebut
akan menghasilkan produk dengan sifat magnet yang berbeda. Karena pembuatan
magnet dengan cara isotropik adalah pembuatan magnet yang dilakukan dengan
cara cetak kering (dry press) tanpa dilakukan orientasi partikel dengan medan
magnet. Sedangkan pembuatan magnet secara anisotropik adalah pembuatan
magnet yang dilakukan dengan cara cetak basah (wet press) dan umumnya
dilakukan dalam medan magnet sehingga partikel-partikel ferrite terorientasi[8].
Jadi, beda kedua cara tersebut hanya pada proses pencetakan magnetnya saja.
2.6. Sifat Mangan Oksida (MnO)
Mangan Oksida adalah suatu unsur kimia yang mempunyai nomor atom
25 dan memiliki melting point 1250 °C. MnO merupakan oksida logam transisi
yang memiliki anisotropi yang kuat, keras dan merupakan material yang bersifat
antiferomagnetik. Warnanya merah kehitam-hitaman dan memiliki sistem kristal
tetragonal [12].. Selain itu juga MnO memiliki daya hantar listrik yang baik. Berikut
ini struktur kristal dari MnO yang diperlihatkan pada Gambar 4.3.
Gambar 2.8 Struktur Kristal MnO [12].
2.6. Aluminium
Aluminium adalah logam ringan yang cukup penting peranannya dalam
kehidupan manusia. Aluminium merupakan unsur kimia golongan IIIA dalam
sistem periodik unsur. Aluminium memiliki nomor atom 13 dan berat atom
26,9815 sma. Dalam udara bebas aluminium mudah teroksidasi membentuk
lapisan tipis oksida yaitu Al2O3 yang tahan karat. Aluminium bersifat amfoter
yang terkorosi dalam larutan asam maupun basa, tetapi pada pH 4-8 bersifat
stabil[13].
Di dalam dunia usaha logam, ada dua logam ringan yang digunakan secara
tersendiri : aluminium dan magnesium. Aluminium adalah logam yang paling
banyak digunakan setelah baja. Logam ini ditemukan pada tahun 1827 oleh
seorang kimiawan Jerman Friedrich Wohler. Aluminium umumnya ditemukan di
atas bumi dalam bentuk senyawa kimia, dan tidak pernah ditemukan dalam
keadaan murni.
Bahan dasar terpenting untuk pembuatan aluminium ialah bauksit, Bauksit
ditemukan dalam bermacam-macam warna, antara lain putih, merah, kuning dan
lainlain. Di Eropa, bauksit banyak ditemukan di Prancis Italia, Rusia dan
Hongaria. Bauksit juga banyak ditemukan di Afrika, Amerika, Asia, dan
Australia. Melalui proses elektrolisa diperoleh derajat kemurnian sebesar 99,8%.
Dari aluminium murni ini dihasilkan aluminium 99,998% melalui suatu
elektrolisa khusus (elektrolisa tiga lapis).
Beberapa sifat dari aluminium murni yaitu berat jenisnya rendah sekitar
2,7 kg/dm3, berwarna putih seperti perak, mengkilap, memiliki daya hantar panas
listrik yang baik, ketahanan karatnya tinggi. Aluminium menyelaputi diri di udara
dengan sebuah lapisan oksida (pelindung) yang tidak mudah dirusak. Aluminium
tidak tahan terhadap alkali dan asam. Karena kekerasannya rendah, aluminium
kurang baik untuk diubah bentuk dengan penyerpihan dan cederung untuk
melumas. Untuk ini diperlukan sudut serpih yang besar, kecepatan sayat yang
tinggi dan bahan pelumas yang cocok.
Aluminium sangat lunak dan mudah diregangkan sehingga mudah diubah
bentuk dalam keadaan dingin dan panas. Dengan penggilingan dapat dihasilkan
selaput setebal 0,004mm. Melalui pemartilan bahkan dapat dicapai ketebalan
0,0005mm. aluminium dapat disolder dan dilas begitu saja. Untuk ini diperlukan
bahan pelumer dan bahan las.
Aluminium tidak beracun dan tidak magnetis, merupakan reflektor
(pemantul balik) yang baik untuk panas, cahaya dan gelombang-gelombang
elektromagnetis. Di dalam elektroteknik, disamping berbagai macam paduan
aluminium dalam bentuk lembaran, pipa, batang, benda tuangan, dan profil untuk
bahan konstruksi dan sambungan, aluminium dipakai pula dalam jumlah besar
sebagai bahan penghantar aluminium. Dalam bentuk tali baja-aluminium
digunakan untuk transmisi tegangan tinggi dengan pembebanan mekanis tertinggi.
Kawat baja yang dilapis seng dan dipersatukan secara kokoh dengan aluminium
dapat menghasilkan penghantar arus yang memiliki ketahanan yang tinggi[13].
2.6.1. Sifat-sifat Aluminium
Dalam tiga dasawarsa terakhir ini aluminium telah menjadi salah satu
logam industri yang paling luas penggunaannya di dunia. Aluminium banyak
digunakan didalam semua sektor utama industri seperti angkutan, konstruksi,
listrik, peti kemas dan kemasan, alat rumah tangga serta peralatan mekanis.
Penggunaan aluminium yang luas disebabkan aluminium memiliki sifat-sifat yang
lebih baik dari logam lainnya seperti :
1. Ringan : memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja, atau
tembaga dan karenanya banyak digunakan dalam industri transportasi
seperti angkutan udara.
2. Kuat : terutama bila dipadu dengan logam lain. Digunakan untuk
pembuatan produk yang memerlukan kekuatan tinggi seperti pesawat
terbang, kapal laut, bejana tekan, kendaraan dan lain-lain.
3. Mudah dibentuk dengan semua proses pengerjaan logam. Mudah dirakit
karena dapat disambung dengan logam/material lainnya melalui
pengelasan, brazing, solder, adhesive bonding, sambungan mekanis, atau
dengan teknik penyambungan lainnya.
4. Tahan korosi : sifatnya durabel sehingga baik dipakai untuk lingkungan
yang dipengaruhi oleh unsur-unsur seperti air, udara, suhu dan unsur-unsur
kimia lainnya, baik di ruang angkasa atau bahkan sampai ke dasar laut.
5. Konduktor listrik : setiap satu kilogram aluminium dapat menghantarkan
arus listrik dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan tembaga. Karena
aluminium relatif tidak mahal dan ringan, maka aluminium sangat baik
untuk kabel-kabel listrik overhead maupun bawah tanah.
6. Konduktor panas : sifat ini sangat baik untuk penggunaan pada
mesinmesin/ alat-alat pemindah panas sehingga dapat memberikan
penghematan energi.
7. Memantulkan sinar dan panas : Dapat dibuat sedemikian rupa sehingga
memiliki kemampuan pantul yang tinggi yaitu sekitar 95% dibandingkan
dengan kekuatan pantul sebuah cermin. Sifat pantul ini menjadikan
aluminium sangat baik untuk peralatan penahan radiasi panas.
8. Non magnetik : dan karenanya sangat baik untuk penggunaan pada
peralatan listrik atau elektronik, pemancar radio atau TV. dan lain-lain,
dimana diperlukan faktor magnetisasi negatif.
9. Tak beracun : dan karenanya sangat baik untuk penggunaan pada industri
makanan, minuman, dan obat-obatan, yaitu untuik peti kemas dan
pembungkus.
10. Memiliki ketangguhan yang baik : dalam keadaan dingin dan tidak
seperti logam lainnya yang menjadi getas bila didinginkan. Sifat ini sangat
baik untuk penggunaan pada pemrosesan maupun transportasi LNG
dimana suhu gas cair LNG ini dapat mencapai dibawah -150ºC.
11. Menarik : dan karena itu aluminium sering digunakan tanpa diberi proses
pengerjaan akhir. Tampak permukaan aluminium sangat menarik dan
karena itu cocok untuk perabot rumah (hiasan), bahan bangunan dan
mobil. Disamping itu aluminium dapat diberi surface treatment, dapat
dikilapkan, disikat atau dicat dengan berbagai warna, dan juga diberi
proses anodisasi. Proses ini menghasilkan lapisan yang juga dapat
melindungi logam dari goresan dan jenis abrasi lainnya.
12. Mampu diproses ulang-guna yaitu dengan mengolahnya kembali melalui
proses peleburan dan selanjutnya dibentuk menjadi produk seperti yang
diinginkan Proses ulang-guna ini dapat menghemat energi, modal dan
bahan baku yang berharga[13].
2.6.2. Kegunaan Aluminium
Aluminium banyak digunakan sebagai peralatan dapur, bahan konstruksi
bangunan dan ribuan aplikasi lainnya dimanan logam yang mudah dibuat, kuat
dan ringan diperlukan. Walaupun konduktivitas listriknya hanya 60% dari
tembaga, tetapi ia digunakan sebagai bahan transmisi karena ringan. Aluminium
murni sangat luna dan tidak kuat. Tetapi dapat dicampur dengan tembaga,
magnesium, silikon, mangan, dan unsur-unsur lainnya untuk membentuk sifat-
sifat yang menguntungkan.
Campuran logam ini penting kegunaannya dalam konstruksi pesawat
modern dan roket. Logam ini jika diuapkan di vakum membentuk lapisan yang
memiliki reflektivitas tinggi untuk cahaya yang tampak dan radiasi panas. Lapisan
ini menjaga logam dibawahnya dari proses oksidasi sehingga tidak menurunkan
nilai logam yang dilapisi. Lapisan ini digunakan untuk memproteksi kaca teleskop
dan kegunaan lainnya[13].
2.7. Alumina
Alumina merupakan persenyawaan kimia antara logam aluminium dengan
oksigen (Al2O3). Alumina ditemukan dialam dalam bentuk bauksit. Alumina
merupakan bahan baku utama dalam proses elektrolisa aluminium. Alumina
mempunyai morfologi sebagai bubuk berwarna putih dengan berat molekul 102,
titik leleh pada 2050˚C dan spesifikasi grafity 3,4 - 4,0. Dalam industri peleburan
aluminium, alumina memegang 3 fungsi penting yaitu :
1. sebagai bahan baku utama dalam memproduksi aluminium.
2. sebagai insulasi termal untuk mengurangi kehilangan panas dari atas tungku
reduksi, dan untuk mempertahankan temperatur operasi.
3. melindungi anoda dari oksidasi udara.
Dalam pembuatannya, alumina dapat di buat dengan beberapa proses salah
satunya dengan proses bayer. Proses pembuatan alumina (Al2O3) dari bijih
bauksit dengan proses bayer. Proses bayer terdiri dari tiga tahap reaksi yaitu :
Proses Ekstraksi
Al2O3. xH2O + 2NaOH → 2NaAlO2 + (x+1)H2O
Proses Dekomposisi
2NaAlO2 + 4H2O → 2NaOH + Al2O3.3H2O
Proses Kalsinasi
Al2O3.3H2O + Kalor Al2O3 + H2O
Pada proses kalsinasi akan dihasilkan 2 jenis alumina, yaitu :
1) Alumina Sandy, yaitu alumina yang diperoleh dengan kalsinasi jika
operasi berlangsung pada temperatur rendah.
2) Alumina Fluory, yaitu alumina yang diperoleh dengan proses kalsinasi jika
operasi berlangsung pada temperatur tinggi[13].
2.8 Substitusi Mn pada Barium Heksaferrit
Barium Heksaferrit memiliki struktur yang berlapis-lapis. Substitusi pada
atom barium heksaferrit bertujuan untuk meningkatkan sifat magnetik dari barium
heksaferrit. Pengertian substitusi pada atom Ba lebih kepada untuk mengubah
parameter kisi. Sedang penggantian pada atom Fe adalah untuk mengganti atom
Fe dengan atom magnetik lain yang momen magnetiknya lebih besar atau lebih
kecil,.
Pada tahun 2011 telah dilakukan penelitian tentang substitusi atom Ba
dengan atom Ba pada Barium Heksaferrit. Rumus molekulnya adalah Ba1-
xPbxFe12O19[14]. dengan nilai x adalah 0,1, 0.3, 0.5, dan 0.7. bahan dasar dicampur
sesuai dengan ukuran stokiometri, bahan dasar adalah Pb2O3, BaCO3 dan Fe2O3.
Bahan dicampur dan dimilling dengan rotary ball milling dengan kecepatan 90
rpm. Campuran kemudian dikeringkan pada suhu 500C. Kemudian bubuk
diberikan heat treatment pertama yaitu pra sintering 8000C selama satu jam.
Kemudian disintering pada suhu 10500C dan 11000C selama 2 jam.
Hasil XRD setelah disintering menunjukkan bahwa fasa yang terbentuk
adalah single phase. Hasil refrement permagraph juga menurun ketika konsentrasi
Pb bertambah.
Pada tahun 2003 ada penelitian yang dipublikasikan tentang barium
heksaferrit disubstitusi dengan atom Al[15]. Rumus molekulnya adalah BaFe12-
xAlxO19 dengan nilai x adalah 2, 4, 6, 8, dan 8. Bahan Ba, Fe dan Al dicampur
dengan perhitungan stokiometri dengan urea sebagai katalis. Reaksi dilakukan
pada bejana pada suhu 1800C selama 24 jam untuk membersihkan air pada sampel
kemudian sampel dikalsinasi pada suhu yang berbeda.
Hasil XRD setelah pengeringan didapatkan masih banyak barium karbonat
dan hematite yang belum bereaksi. Setelah dikalsinasi 8000C kembali dilakukan
uji XRD dan masih didapatkan bahwa peak yang muncul adalah barium karbonat
dan hematite. Setelah dikalsinasi pada suhu 10000C dilakukan uji XRD kembali
dan didapatkan fasa yang muncul barium carbonat dan alfa-ferrit. Setelah
dikalsinasi pada suhu 12000C kembali di uji XRD baru didapatkan single phase.
Pada tahun 2010 kembali dilakukan substitusi Fe dengan Aluminium pada
konsentrasi yang lebih kecil[16]. Rumus molekul yang digunakan adalah BaFe12-
xAlxO19 dengan nilai x adalah 0, 0.25, 0.5, 0.75 dan 1. Sintesis dilakukan dengan
pembakaran larutan semua precusor. Bahan dasar yang digunakan adalah barium
nitrat, ferrit nitrat serta aluminium nitrat. Semua bahan itu dilarutkan pada asam
sitrat dan dipanaskan pada 200-2500C. Hasil reaksi dikeringkan pada suhu 1000C
sampai sampel-sampel berbentuk jell. Setelah itu sampel disintering pada suhu
9000C selama 8 jam.
Hasil XRD menunjukkan bahwa sampel yang terbentuk adalah single
phase dengan ferrite sebagai fasa kedua. Parameter kisi a, b, cmenurun ketika nilai
x bertambah. Nilai densitasnya juga menurun.
Penelitian keduas barium heksaferrit disubstitusi dengan Mn pada bagian
Fe dilakukan pada tahun 2008[3]. Rumus molekul yang digunakan adalah BaFe12-
xMnxO19 dengan nilai x adalah 0, 0.5, 1.0, 1.5 dan 2.0. sampel dicampur dengan
metode High Ball Milling 300 rpm dari bahan dasar BaCO3, Fe2O3 dan Mn2O3.
Sampel dipanaskan pada suhu 10500C selama 2 jam dengan kenaikan suhu 51
C/menit.
Hasil XRD menunjukkan bahwa untuk x : 2 didapatkan sampel single
phase yaitu memiliki fasa yang sama dengan barium heksaferrit. Namun pada x: 0
(barium heksaferrit murni) didapatkan sedikit peak dari hematit. Dengan riefield
analysis didapatkan nilai parameter kisi a, b dan c. Nilai parameter kisi a dan b
cenderung tetap. Nilai parameter kisi c didapatkan menurun. Hal ini volume kisi
mengalami penyusutan.
Hasil pengukuran permagraph didapatkan nilai magnetisasinya semakin
besar ketika nilai x semakin besar. Nilai koersivitas semakin menurun ketika nilai
x semakin besar. Struktur elektronnya pada tiap lapisan hexagonal dengan
menggunakan mosbawer spectrocopy. Moscober spectrocopy dilakukan pada
temperatur ruang 300 K dan tempetur 80 K. Dari spectrocopy didapatkan bahwa
konsentrasi Mn meningkat pada lapisanplapisan tertentu dengan penambahan
atom aman. Ini menunjukkan bahwa atom Fe benar-benar tersubstitusi.
Sebagian besar hasil pengukuran sifat magnetik setelah disubstitusi
menurun dibandingkan sebelum substitusi. Pengurangan ini diakibatkan oleh nilai
magnet yang lebih kecil dari atom Fe yang disubstitusi.
2.9 Sifat-sifat Magnet
Sifat-sifat yang terdapat dalam benda magnetik antara lain adalah :
1) Induksi remanen (Br)
Induksi magnetik yang tertinggal dalam sirkuit magnetik (besi lunak)
setelah memindahkan/menghilangkan pengaruh bidang magnetik. Ketika arus
dialirkan pada sebuah kumparan yang melilit besi lunak maka terjadi orientasi
pada partikel-partikel yang ada dalam besi. Orientasi ini mengubah/
mengarahkan pada kutub utara dan selatan.
2) Saturasi Magnetisasi
Saturasi magnetisasi adalah keadaan dimana terjadi kejenuhan, nilai
medan magnet B akan selalu konstan walaupun medan eksternal H dinaikkan
terus. Remanensi bergantung pada saturasi magnetisasi. Untuk magnet
permanen saturasi magnetisasi seharusnya lebih besar dari pada soft magnet.
Kerapatan dari bahan ferit lebih rendah dibandingkan logam-logam lain
dengan ukuran yang sama. Oleh karenanya nilai saturasi dari bahan ferit relatif
rendah, hal ini menguntungkan untuk dapat dihilangkan. Nilai kerapatan ferit
dapat dilihat dalam daftar tabel 2.1, dan perbandingannya dengan material
megnetik yang lain.
3) Permeabilitas magnet (μ)
Daya hantar atau permeabilitas magnet (diberi lambang μ) merupakan
parameter bahan yang menentukan besarnya fluks magnetik. Bahan
feromagnetik memiliki permeabilitas yang tinggi.
μ= μ0 x μr (2.1)
dimana μo = 1,256 G.cm/A
Untuk bahan feromagnetik, permeabilitas relatif μr jenis bahan tersebut
lebih besar daripada 1. Permeabilitas dari beberapa media yang hendak diukur
pada prinsipnya adalah dengan menempatkannya dalam suatu kawat yang
lurus dan panjang atau dalam gulungan yang melingkar atau solenoida,
kemudian diukur resultan induksi kemagnetannya, sehingga diperoleh sebuah
tetapan baru μ dan diturunkan menjadi suseptibilitas relatif. Dengan nilai
suseptibilitas inilah maka akan dapat diketahui jenis bahan magnet[17].
4.) Gaya koersif (Hc)
Medan daya yang diperlukan untuk menghilangkan induksi remanen setelah
melalui proses induksi elektromagnetik. Pada besi lunak atau soft magnetic
alloys besarnya gaya koersif yang diperlukan lebih kecil daripada magnet
permanen.
5.) Koersivitas
Koersivitas digunakan untuk membedakan hard magnetic atau soft
magnetic. Semakin besar gaya koersivitasnya maka semakin tinggi sifat
magnetnya. Bahan dengan koersivitas tinggi berarti tidak mudah hilang
kemagnetannya. Untuk menghilangkan kemagnetannya diperlukan intensitas
magnet H yang besar. Magnetisasi bukan merupakan fungsi linier yang
sederhana dari rapat fluks karena nilai dari medan magnet H yang digunakan
dalam magnet permanen secara umum jauh lebih besar dari pada dalam bahan
soft magnet[11]. Kekuatan medan koersif dapat dilihat jelas menggunakan
diagram histerisis pada Gambar 2.16.
Koersivitas (H) adalah medan magnetik yang diperlukan untuk
menginduksi medan berkekuatan B dalam material. Setelah medan H
ditiadakan, dalam spesimen tersisa magnetisme residual Br, yang disebut
residual remanen, dan diperlukan medan magnet Hc yang disebut gaya
koersif, yang harus diterapkan dalam arah berlawanan untuk meniadakannya.
Magnet lunak mudah dimagnetisasi serta mudah pula mengalami
demagnetisasi, seperti tampak pada Gambar 16. Nilai H yang rendah sudah
memadai untuk menginduksi medan B yang kuat dalam logam, dan diperlukan
medan Hc yang kecil untuk menghilangkannya.
Gambar 2.9 (a) material magnetik lunak (b) material magnetik keras
Magnet keras adalah material yang sulit dimagnetisasi dan sulit di
demagnetisasi. Karena hasil kali medan magnet (A/m) dan induksi (V.det/m2)
merupakan energi per satuan volume, luas daerah hasil integrasi di dalam loop
histerisis adalah sama dengan energi yang diperlukan untuk satu siklus
magnetisasi mulai dari 0 sampai +H hingga –H sampai 0. Energi yang dibutuhkan
magnet lunak dapat diabaikan, medan magnet keras memerlukan energi lebih
banyak sehingga pada kondisi-ruang, demagnetisasi dapat diabaikan [18].
2.10 Metalurgi Serbuk
Metalurgi serbuk adalah metode yang terus dikembangkan dari
prosesmanufaktur yang dapat mencapai bentuk komponen akhir dengan
mencampurkan serbuk secara bersamaan dan dikompaksi dalam cetakan, dan
selanjutnya disinter di dalam furnace (tungku pemanas).
Langkah-langkah yang harus dilalui dalam metalurgi serbuk, antara lain:
1. Pencampuran (mixing).
2. Penekanan (kompaksi).
3. Pemanasan (sintering).
2.11 Pencampuran (mixing)
Blending dan mixing merupakan istilah yang biasa digunakan dalam
pembuatan material dengan menggunakan metode serbuk namun kedua metode
tersebut berbeda menurut standar ISO. Blending didefinisikan sebagai proses
penggilingan suatu material tertentu hingga menjadi serbuk yang merata pada
beberapa komposisi nominal. Proses blending dilakukan untuk menghasilkan
serbuk yang sesuai dengan komposisi dan ukuran yang diinginkan. Mixing
didefinisikan sebagai pencampuran dua atau lebih serbuk yang berbeda[18].
Ada 2 macam pencampuran, yaitu:
1. Pencampuran basah (wet mixing)
pencampuran dimana serbuk matrik dan filler dicampur terlebih dahulu
dengan pelarut polar. Metode ini dipakai apabila material (matrik dan filler)
yang digunakan mudah mengalami oksidasi. Tujuan pemberian pelarut polar
adalah untuk mempermudah proses pencampuran material yang digunakan
dan untuk melapisi permukaan material supaya tidak berhubungan dengan
udara luar sehingga mencegah terjadinya oksidasi pada material yang
digunakan.
2. Pencampuran kering (dry mixing)
Proses pencampuran yang dilakukan tanpa menggunakan pelarut untuk
membantu melarutkan dan dilakukan di udara luar. Metode ini dipakai apabila
material yang digunakan tidak mudah mengalami oksidasi[19].
2.12 Penekanan (kompaksi)
Kompaksi merupakan proses pemadatan serbuk menjadi sampel dengan
bentuk tertentu sesuai dengan cetakannya. Ada 2 macam metode kompaksi, yaitu:
1. Cold compressing, yaitu penekanan dengan temperatur kamar. Metode ini
dipakai apabila bahan yang digunakan mudah teroksidasi, seperti Al.
2. Hot compressing, yaitu penekanan dengan temperatur di atas temperatur
kamar. Penekanan (pressing) adalah kompaksi yang secara simultan
dengan pencetakan dari bubuk atau granular dalam cetakan die atau mold
[19].
2.13 Pemanasan (sintering)
Pemanasan pada temperatur di bawah titik leleh material komposit disebut
dengan sintering. Diantara langkah-langkah untuk meningkatkan ikatan antar
partikel setelah kompaksi adalah dengan disintering.
Parameter sintering:
Temperatur (T)
Waktu
Kecepatan pendinginan
Kecepatan pemanasan
Atmosfer sintering
Jenis material
Berdasarkan pola ikatan yang terjadi pada proses kompaksi, ada 2 fenomena yang
mungkin terjadi pada saat sintering, yaitu:
1. Penyusutan (shrinkage)
Apabila pada saat kompaksi terbentuk pola ikatan bola-bidang maka pada
proses sintering akan terbentuk shrinkage, yang terjadi karena saat proses
sintering berlangsung gas (lubricant) yang berada pada porositas mengalami
degassing (peristiwa keluarnya gas pada saat sintering). Dan apabila
temperatur sinter terus dinaikkan akan terjadi difusi permukaan antar partikel
matrik dan filler yang akhirnya akan terbentuk liquid bridge/necking
(mempunyai fasa campuran antara matrik dan filler). Liquid bridge ini akan
menutupi porositas sehingga terjadi eleminasi porositas/berkurangnya jumlah
dan ukuran porositas. Penyusutan dominan bila pemadatan belum mencapai
kejenuhan [19].
2. Retak (cracking)
Apabila pada kompaksi terbentuk pola ikatan antar partikel berupa
bidang, sehingga menyebabkan adanya trapping gas (gas/lubricant
terjebak di dalam material), maka pada saat sintering gas yang terjebak
belum sempat keluar tapi liquid bridge telah terjadi, sehingga jalur
porositasnya telah tertutup rapat. Gasyang terjebak ini akan mendesak ke
segala arah sehingga terjadi bloating (mengembang), sehingga tekanan di
porositas lebih tinggi dibanding tekanan di luar. Bila kualitas ikatan
permukaan partikel pada bahan komposit tersebut rendah, maka tidak akan
mampu menahan tekanan yang lebih besar sehingga menyebabkan retakan
(cracking). Keretakan juga dapat diakibatkan dari proses pemadatan yang
kurang sempurna, adanya shock termal pada saat pemanasan karena
pemuaian dari matrik dan filler yang berbeda [19].
2.14 Karakterisasi dan Evaluasi Magnet Permanen
A. Particle Size Analyzer (PSA)
Particle Size Analyzer berfungsi menentukan ukuran partikel dan
distribusinya dari sampel yang representative. Distribusi ukuran partikel dapat
diketahui melalui grafik sebaran ukuran partikel yang dihasilkan. Ukuran
tersebut dinyatakan dalam jari-jari untuk partikel yang berbentuk bola.
Penentuan ukuran dan distribusi partikel dengan PSA dapat dilakukan dengan:
Difraksi sinar laser untuk partikel dari ukuran submicron sampai dengan
millimeter.
Counter particle untuk mengukur dan menghitung partikel yang berukuran
micron sampai dengan millimeter.
Penghamburan sinar untuk mengukur partikel yang berukuran mikro
sampai nanometer.
B. Densitas dan Porositas
Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material. Pengukuran
densitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah true density dan bulk
density. True density densitas nyata dari partikel atau kepadatan sebenarnya
dari partikel padat atau serbuk (powder) berbeda dengan bulk density, yang
mengukur kepadatan rata-rata volume terbesar dari serbuk yang sudah
dipadatkan. Pada pengujian true density menggunakan piknometer. Bulk
density merupakan densitas sampel yang berdasarkan volume sampel
termasuk dengan rongga atau pori. Pengujian Bulk density dilakukan untuk
megukur benda padatan yang besar dengan bentuk yang beraturan maupun
yang tidak beraturan. Pada pengujian Bulk density menggunakan metode
Archimedes.
Porositas dapat didefenisikan sebagai perbandingan antara jumlah volume
lubang-lubang kosong yang dimiliki oleh zat padat (volume kosong) dengan
jumlah dari volume zat padat yang ditempati oleh zat padat. Porositas pada
suatu material dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi volume dari suatu
rongga yang ada di dalam material tersebut.
Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0% sampai
dengan 90% tergantung dari jenis dan aplikasi material tersebut. Ada dua jenis
porositas yaitu porositas terbuka dan porositas. Porositas yang tertutup pada
umumnya sulit untuk ditentukan karena pori tersebut merupakan rongga yang
terjebak di dalam padatan dan serta tidak ada akses ke permukaan luar,
sedangkan pori terbuka masih ada akses ke permukaan luar, walaupun ronga
tersebut ada ditengah-tengah padatan[19].
C. Uji Difraksi Sinar-X (XRD)
Uji difraksi sinar-X (XRD) dilakukan untuk menentukan fasa yang
terbentuk setelah serbuk mengalami proses kalsinasi. Dari data yang akan
dihasilkan dapat diprediksi ukuran kristal serbuk dengan bantuan software
Xpowder dan Match. Ukuran kristalin ditentukan berdasarkan pelebaran
puncak difraksi sinar-X yang muncul. Makin lebar puncak difraksi yang
dihasilkan maka makin kecil ukuran kristal serbuk.
Gambar 2.10Geometri sebuah Difraktometer sinar – X
Ada 3 komponen dasar suatu difraktometer sinar X yaitu:
Sumber Sinar X
(Bahan Uji)
Detektor sinar X
Ketiganya terletak pada keliling sebuah lingkaran yang disebut lingkaran
pemfokus. Sudut antara permukaan bidang spesimen dan sumber sinar X
adalah sudut Bragg (Ө). Sudut antara projeksi sumber sinar X dan detektor
adalah 2Ө. Atas dasar ini pola difraksi sinar X yang dihasilkan dengan
geometri ini sering dikenal sebagai penyidikan (scans) Ө - 2Ө (theta-dua
theta). Pada geometri Ө - 2Ө sumber sinar X-nya tetap, dan detektor bergerak
melalui suatu jangkauan (range) sudut. Jejari (radius) lingkaran pemfokus
tidak konstan tetapi bertambah besar bila 2Ө berkurang. Range pengukuran
2Ө biasanya dari 00 hingga sekitar 1700.
Pada eksperimen tidak diperlukan menyidik seluruh sudut tersebut,
pemilihan rangenya tergantung pada struktur kristal material (jika dikenal)
dan waktu yang diperlukan untuk memperoleh pola difraksinya. Untuk
spesimen yang tak dikenal range sudut yang besar sering dilakukan karena
posisi refleksirefleksinya belum diketahui.
Geometri Ө - 2Ө umumnya digunakan, walaupun masih ada geometri
yang lain seperti geometri Ө - Ө (theta-theta) dimana detektor dan sumber
sinar-X keduanya bergerak pada bidang vertikal dalam arah yang berlawanan
di atas pusat spesimennya. Pada beberapa bentuk analisis difraksi sinar-X
sampel dapat dimiringkan dan dirotasikan sekitar suatu sumbu ψ (psi).
Lingkaran difraktometer pada gambar 2.10 berbeda dari lingkaran
pemfokusnya. Lingkaran difraktometer berpusat pada specimen dan detektor
dengan sumber sinar-X keduanya berada pada keliling lingkarannya. Jejari
lingkaran difraktometer adalah tetap. Lingkaran difraktometer juga dinyatakan
sebagai lingkaran goniometer. Goniometer adalah komponen sentral dari suatu
difraktometer sinar-X dan mengandung pemegang sampel (sample holder).
Pada kebanyakan difraktometer serbuk goniometernya adalah vertical[20].
D. Scanning Electron Microscope (SEM)
Berbicara tentang teknologi nano, maka tidak akan bisa lepas dari
mikroskop, yaitu alat pembesar untuk melihat struktur benda kecil tersebut.
Teknologi nano: teknologi yang berbasis pada struktur benda berukuran
nanometer, satu nanometer = sepermiliar meter. Tentu yang dimaksud disini
bukanlah mikroskop biasa, tetapi mikroskop yang mempunyai tingkat
ketelitian (resolusi) tinggi untuk melihat struktur berukuran nanometer. Oleh
sebab itu maka dibutuhkan SEM (Scanning Electron Microscope) untuk
morfologi dari sampel.
Fungsi mikroskop elektron scanning atau SEM adalah dengan membuat
terfokus balok halus elektron ke sampel. Elektron berinteraksi dengan sampel
komposisi molekul. Energi dari elektron menuju ke sampel secara langsung
dalam proporsi jenis interaksi elektron yang dihasilkan dari sampel.
Serangkaian energi elektron terukur dapat dihasilkan yang dianalisis oleh
sebuah mikroprosesor yang canggih yang menciptakan gambar tiga dimensi
atau spektrum elemen yang unik yang ada dalam sampel dianalisis. Ini adalah
rangkaian elektron yang dibelokkan oleh tumbukan dengan elektron yang
dihamburkan oleh sampel[21].
E. Permagraph
Permagraph merupakan salah satu alat ukur sifat magnet dari berbagai
kelompok seperti Alnico, ferrite atau dari logam tanah jarang. Sifat magnet
yang akan diukur oleh permagraph diantaranya adalah koersifitas Hc, nilai
produk maksimum (BH)max dan remanensi Br. Untuk permagraph C
memiliki perlengkapan dalam pengukuran kurva histerisis bahan permanen
magnet seperti: electronic EF 4-1F, elektromagnet EP 2/E (kuat medan
magnet sampai dengan 1800 kA/m = 2.2 Tesla), komputer dan printer.
Hasil yang dapat diperoleh dari permagraph C: otomatis mengukur kurva
histerisis magnet permanen (B-H curve), dapat menentukan kuantitas magnet
seperti koersifitas, remanensi, nilai produk maksimum, pengukuran dengan
surrounding coils untuk menentukan nilai rata-rata magnetik dan pengukuran
distribusi kuat medan magnet permanen dengan pole coils[22].