bab ii melayu riau diantara melayu kawasan asia tenggaraeprints.umm.ac.id/46669/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
30
BAB II
MELAYU RIAU DIANTARA MELAYU KAWASAN ASIA TENGGARA
Bab ini akan menjelaskan bagaimana perbedaan antara Melayu Riau dengan
Melayu di negara- negara kawasan Asia Tenggara. Pemaparan nya akan meliputi
sejarah, perkembangan dan pengaruh Melayu di kawasan Asia Tenggara dan apa
pembeda dari Melayu di Riau dengan Melayu lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Selain itu juga menjelaskan aspek dari Melayu Riau yang memperkuat Riau sebagai
wilayah tanah tumpah darah Melayu, yang menjadi karakteristik khusus dari
Melayu Riau dan spesifik membedakannya dengan Melayu di wilayah Asia
Tenggara lainnya.
2.1 Melayu Dalam Perspektif Negara- Negara Asia Tenggara
Melayu dikenal sebagai sebuah Peradaban, etnis, bahasa, budaya serta identitas
di kawasan Asia Tenggara. Asal usul melayu di Asia Tenggara Terdapat dua Teori
yang menjelasnya yaitu Teori Melayu bangsa pendatang dan Melayu Nusantara.
Teori Melayu pendatang ini di kenal juga dengan Melayu- Proto dan Melayu
Deutro, yang hadir sekitar 2500 dan 1500 SM yang lalu di Asia Tenggara28.
Sedangkan Teori Nusantara mengatakan bahwa Melayu nenek moyang asli di Asia
Tenggara yang benar dengan diperkuat oleh argumen Profesor Madya Dr Zafarina
Zainuddin dan Profesor Stephen Oppenheimer di dalam tulisannya dengan judul
28 Mohamed Anwar Omar Din, “THE MALAY ORIGIN: REWRITE ITS HISTORY”, Jurnal, Jurnal
Melayu (7) 2011: 1 – 82, journalarticle.ukm.my
31
“Majoriti Melayu Asal Dari Pentas Sunda” yang menyatakan bahwa melayu
merupakan etnis asli wilayah Asia Tenggara karena sudah ada sejak puluhan ribu
tahun lamanya29. Dalam perkembangannya melayu di Asia Tenggara banyak
mendapatkan pengaruh dari etnis- etnis lainnya, baik pendatang dari daratan China
ataupun dari negara Arab dan juga Eropa. Selain itu terdapat pendapat lain
mengenaik bangsa Melayu di Asia Tenggara yaitu berdasarkan Dongsong
Affirmative Theory yang menyatakan bahwa bangsa melayu merupakan penghijrah
dari daratan China ke Asia Tenggara, yang hal tersebut dilihat berdasarkan
persamaan ciri ciri motif dan barang barang peninggalan yang di jumpai. Bangsa
melayu di Asia Tenggara dapat dilihat menjadi dua golongan yaitu Melayu Proto
bangsa melayu yang menetap di daerah Asia Tenggara dan juga Melayu Deutro
yang merupakan ras melayu yang merupakan pengembara30. Dan terlepas adanya
berbagai pendekatan dan spekulasi mengenai kehadiran bangsa melayu di Asia
Tenggara, Asia Tenggara tetaplah merupakan tanah dan rumah bagi ras melayu itu
sendiri.
Melayu saat ini dapat dilihat dari negara negara di Asia Tenggara seperti
Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand Selatan, Filipina, Indonesia dan
beberapa daerah di negara Asia Tenggara lainnya. perkembangan ras melayu di
Asia Tenggara ini meliputi dalam aspek bahasa, faktor kebudayaan, dan juga
berbagai aspek kehidupan manusia. Melayu sebagai sosial budaya juga
29 News.usm.my, “Majoriti Melayu Asal Dari Pentas Sunda”, Official Website Universitas Sains
Malaysia, diakses dalam http://eprints.usm.my/35157/1/USM_News_Portal_-
_MAJORITI_MELAYU_ASAL_DARI_PENTAS_SUNDA.pdf (12.02.2018, 21:20 WIB) 30 Mohamed Anwar Omar Din, “ Asal- Usul Orang Melayu : Menulis Semula Sejarahnya”, Jurnal
Melayu (7) 2011: 1 – 82, Journalarticle.ukm.my
32
menyumbangkan integrasi sosial di Asia Tenggara melalui busana, makanan, seni
tari, seni musik, pola pikiran serta filsafat. Meskipun melayu telah berada ribuan
tahun lamanya hal tersebut tidak semata- mata menutup pengaruh dari pendatang
untuk perkembangan nya31. Salah satu faktor terbesar di Melayu yang di pengaruhi
oleh pendatang dan menjadi salah satu ciri utama dari melayu adalah datang nya
islam melalui pedagang Arab di Asia Tenggara yang sangat mempengaruhi corak
melayu identik dengan islam saat ini.
Adapun ciri khas melayu saat ini dapat dilihat dari bahasa (Austronesia),
budaya, adat istiadat yang juga identik dengan agama Islam. Di Asia Tenggara
pemerintahan melayu mulai berjaya ketika saat masuknya Islam dan mulai
berdirinya kerajaan – kerajaan Islam di Asia Tenggara, , hal tersebut bukan berarti
Melayu tidak ada sebelum terbentuknya kerajaan- kerajaan Islam di Asia Tenggara.
Hanya saja masuknya Islam semakin memperkuat perkembangan bangsa melayu di
Asia Tenggara sehingga mencapai masa jayanya. Masuk dan cepatnya penyebaran
Islam di Asia Tenggara dikarenakan letak wilayah yang berada terdepan di jalur
pelayaran laut ke arah timur. Oleh karena itu letak posisi tersebut yang menjadikan
banyaknya kerajaan Melayu Islam Asia Tenggara seperti seperti Samudra Pasai
(1270-1514 M) dan Malaka (1400-1511 M) yang jika dilihat wilayah kekuasaanya
meliputi wilayah Indonesia, Malaysia dan Singapura. Kerajaan-kerajaan Islam ini
31 Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D, “Melayu : Dari Lingua Franca Ke Cultura Franca”,
Universita Sumatera Utara, diakses dalam
https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Takari/publication/256730080_MELAYU_DA
RI_LINGUA_FRANCA_KE_CULTURA_FRANCA/links/00b7d523afa75aae10000000/MELAY
U-DARI-LINGUA-FRANCA-KE-CULTURA-FRANCA.pdf?origin=publication_detail
(12.02.2018, 21:20 WIB)
33
muncul karena pengaruh Pedagang Arab yang dimana berubah menjadi kerajaan
Islam setelah rajanya memeluk agama Islam, sehingga peradaban melayu juga
merupakan faktor utama penyebaran islam di Asia Tenggara32.
Gambar 2.1
Pembagian Wilayah Perjanjian London
Sumber:dinus.ac.id
Selama ratusan tahun dibawah kepemimpinan kerajan– kerajaan melayu
wilayah Asia Tenggara mulai terpecah sejak masuk nya masa kolonialisme. Pada
masa kolonialisme ini wilayah di Asia Tenggara dibagi- bagi berdasarkan wilayah
kekuasaan negara- negara kolonialisme yang berbeda beda, masuknya kolonialisme
di Asia Tenggara ini meruntuhkan kekuasaan kerajaan-kerajaan Melayu yang besar
32 Khairul Huda, “ISLAM MELAYU DALAM PUSARAN SEJARAH: Sebuah Transformasi
Kebudayaan Melayu Nusantara”, Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
34
pada saat tersebut. Pembagian wilayah kolonialisme salah satu nya dilakukan
melalui Perjanjian London tahun 1924 antara kerajaan Inggris dan juga Kerajaan
Belanda, dalam perjanjian tersebut membagi wilayah Asia Tenggara Maritim
sebelah utara akan dikuasai oleh Inggris yang di peta berwarna merah dan
sedangkan Asia Tenggara Maritim bagian selatan dikuasai Belanda yaitu
merupakan wilayah Indonesia di peta yang berwarna biru, sedangkan wilayah lain
dikolonialisme oleh kerajaan lain seperti Portugis dan Spanyol. dari Perjanjian
London inilah yang memisahkan wilayah kerajaan Melayu yang meliputi tiga
negara yaitu Indonesia, Singapura dan Malaysia33.
Namun setelah berakhirnya masa kolonialisme pada abad ke 20 banyak wilayah
atau negara yang kembali mencari jati diri wilahnya kembali seperti Indonesia,
Malaysia, Brunei Darussalam dan yang lainnya yang menjadikan kembali budaya
Melayu sebagai pemersatu rumpun Melayu di Asia Tenggara untuk dapat
menjadikan Melayu sebagai identitas banyak negara di Asia Tenggara34. Walaupun
pasca masa kolonialisme banyak dari negara serumpun melayu di Asia Tenggara
dalam pembangunan hukum dan sistem pemerintahannya menjadikan pemerintah
pada masa kolonialisme sebagai rujukan, namun hal tersebut tidak menghilangkan
identitas melayu yang sudah berada di Asia Tenggara ribuan tahun lamanya. Seperti
ucapan Hang Tuah “Tak Melayu hilang di bumi, bumi bertuah negeri beradat”, oleh
karena itu Melayu di Asia Tenggara saat ini dapat dilihat tidak hanya sebagai etnis
33 Muhammad Halkis, “ Tinjauan Sosial-Politik terhadap Islam dan Tamadun Melayu di Asia
Tenggara tantangan dan harapan”, Jurnal, Vol.6, No.1 Januari-Juni 2014, ejournal.uin-suska.ac.id 34 Rohani Hj. Ab Ghani & Zulhilmi Paidi, “Malaysia-Indonesia: Pengalaman Hubungan Dua Negara
Serumpun” diakses melalui http://repo.uum.edu.my/3175/1/S11.pdf (12.02.2018, 21:20 WIB)
35
dan bahasa namun juga sebuah identitas yang telah tumbuh dari awal peradaban
dan memiliki akar sejarah selama ribuan tahun lamanya. Oleh karena itu
menggunakan identitas Melayu dapat membawa banyak potensi dalam
pembangunan daerah yang dikarenakan di Asia Tenggara Melayu tidak hanya
sekedar identitas melainkan juga Transboundary Identity karena sifat nya melewati
batas negara.
2.1.1 Melayu Di Malaysia Sebagai Etnis dan identik dengan Islam
Malaysia merupakan negara Asia Tenggara yang menggunakan
Melayu sebagi identitas negaranya yang identik juga dengan nilai- nilai
Islam nya. Melayu di Malaysia ini dalam sejarahnya memiliki kedekatan
dengan Melayu di Indonesia terutama Malasysia bagian Semenanjung yang
berbatasan dengan Riau dan Kepulauan Riau. Namun di Malaysia
mengidentifikasi masuknya Melayu dan Islam dalam waktu bersamaan
sedangakan Indonesia sudah mengidentifikasi masuknya Melayu sebelum
masuknya Islam, hal tersebut menunjukan bahwa identitas Melayu
Malaysia ini berasal dari daerah Sumatera. Oleh karena itu Melayu Malaysia
dan Melayu Sumatera dahulunya berada dalam satu kekuasaan sampai
dengan masuknya penjajah dan terpisah akibat perjanjian London.35
Pada masa akhir penjajahan etnis Melayu Malaysia dan etnis Melayu
di Pulau Sumatera mempunyai cita- cita untuk menyatukan kembali Tanah
Melayu menjadi sebuah kesatuan dan merdeka dibawah bendera yang sama
35 Steve G. Chr. Gaspersz, “Masuk Melayu Menegosiasikan Islam dan Kemelayuan di Malaysia “,
Jurnal, ISSN 2579-9924
36
yang dimana hal tersebut telah di janjikan oleh penjajah. Pada saat proses
persiapan kemerdekaan Melayu Malaysia membentuk Kesatuan Rakyat
Indonesia Semenanjung (KRIS) yang bersamaan juga persiapan
kemerdekaan oleh PPKI di Indonesia. Namun setelah berakhirnya Perang
Dunia II menempatkan posisi Jepang sebagai Penjajah yang menduduki
wilayah Malaysia dan juga Malaysia terpojok dan menyutujui Proklamasi
kemerdekaan oleh Indonesia yang menyatakan Indonesia adalah seluruh
Wilayah bekas jajahan Belanda termasuk Tanah Melayu (Melayu
Sumatera). Dengan kemerdekaan Indonesia yang tidak memasukkan
seluruh tanah Melayu meninggalkan kekecewaan dari pihak Melayu
Malaysia36.
Dengan merdekanya Indonesia , Melayu Malaysia masih berusaha
tetap mendapatkan kemerdekaannya dengan identitas Melayu sampai
dengan di dapatkannnya kemerdekaan di Malaysia sebagai negara
persekutuan Melayu. setelah mendapatkan kemerdekaan Malaysia
melakukan penguatan identitas Melayu bersamaan juga dengan Islam
walaupun Malaysia merupakan negara multi etnis dan juga multi religion,
namun Melayu dan Islam tetap menjadi identitas dari Malaysia sampai saat
ini.37
36 Maman S. Mahayana, “ Gerakan Budaya Menjelang Kemerdekaan Indonesia- Malaysia”,
Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, VOL. 11, NO.
2, DESEMBER 2007: 48-57, diakses melalui https://media.neliti.com/media/publications/4381-ID-
gerakan-budaya-menjelang-kemerdekaan-indonesia-malaysia.pdf 37 Steve G. Chr. Gaspersz, “Masuk Melayu Menegosiasikan Islam dan Kemelayuan di Malaysia “,
Jurnal, ISSN 2579-9924, diakses melalui
https://www.researchgate.net/publication/328281009_Masuk_Melayu
37
2.1.2 Melayu Di Brunei Darussalam Sebagai Etnis dan Melayu
dengan nilai Islam
Brunei Darussalam adalah negara di Asia Tenggara yang
menggunakan Melayu sebagai ideologi dasar negaranya bersamaan dengan
nilai- nilai islam yang merupakan satu kesatuan yang tidak dipisahkan.
Brunei Darussalam melihat Melayu sebagai pemersatu negaranya yang
dimana tak akan ada Brunei tanpa adanya Melayu. Melayu di Brunei ini
sangat erat kaitannya dengan Islam dan tidak dapat dipisahkan hal tersebut
dibuktikan dengan digunakannya Islam sebagai ideologi dan Melayu adalah
gerakannya. Adapun ideologi dari Brunei Darussalam adalah “Melayu
Islam Beraja”, yang dimana makna ideologi disampaikan pada tahun 1990
pada Hari Keputraan Baginada yang ke 44.38
Dari tiga rangkai kata:‘Melayu Islam Beraja, terdapat unsur atau
nilai-nilai yang positif untuk ketahanan negara, umpamanya dari
Melayu itu, ialah bahasanya. Siapapun tidak menyangkal, bahawa
Bahasa Melayu itu adalah satusatunya alat perpaduan kita yang
paling efektif. Tanpa bahasa ini, kita tentunya tidak akan dikenali
sebagai satu bangsa yang berdaulat lagi mempunyai identiti.
Demikian juga Islam, ialah ugama yang menjamin kepentingan
rakyat dan penduduk dengan tidak mengira apa jua agama, suku
kaum dan keturunan. Pendeknya, Ugama Islam adalah jaminan
keselamatan dan kesejahteraan untuk semua. Kerana itu tidak siapa
yang perlu takut atau merasa ragu mengenainya. Sementara
perkataan beraja pula adalah menunjukkan kepada Kerajaan yang
38 Dr.Siti Norkhalbi Haji Wahsalflah, “ Peranan golongan Intelektual Brunei dalam Konsep Melayu
Islam Beraja”, diakses melalui
https://www.researchgate.net/publication/291831382_PERANAN_GOLONGAN_INTELEKTUA
L_BRUNEI_DALAM_KONSEP_MELAYU_ISLAM_BERAJA (22.02.2018, 21:20 WIB)
38
bersultan atau beraja yang sudah wujud dan menjadi warisan
zaman sejak dari beberapa abad lagi.39
Melayu Brunei ini secara ketat menerapkan ideologi Melayu Islam
Beraja, yang dimana pasca kolonialisme dan banyaknya pengaruh dari luar
Brunei beranggapan bahwa identitas Melayu telah perlahan memudar,
sehingga diperlukannya Melayu dengan nilai islam digunakan dalam segala
gerak negara dan masyarakat Brunei Darussalam. Sehingga yang
membedakan Melayu Brunei dengan wilayah Asia Tenggara lain ialah
Brunei menggunakan identitas Melayu dan Islam sebagai dasar yang tidak
dapat dipisahkan dalam berjalannya pemerintahan negara.40
2.1.3 Melayu Di Filipina Sebagai Etnis
Melayu di Filipina berbeda dengan Melayu di daerah lain seperti
Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura dan Juga Indonesia yang
mengakui identitas leluhur berasal dari bangsa Melayu. Filipina mengklaim
dirinya sebagai Ras Filipino terkecuali beberapa wilayah pesisir seperti
Mindanao dan Palawan yang mengakui bahwa asal usul identitas leluhurnya
adalah Melayu. Filipina secara menyeluruh tidak menyatakan diri mereka
sebagai etnis Melayu namun mengakui persamaan antara Melayu dan
tagalog. Filipina dari segi bahasa memiliki kemiripan dari bahasa Melayu
begitu pula dengan logat yang digunakan41.
39 Ibid 40 Abd. Ghofur, “ Islam dan Politik di Brunei Darussalam (suatu tinjauan Sosia- Historis)”, Jurnal,
Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015 41 Rommel A. Curaming, “ Filipinos as Malay: Histocrizing an Identity”, diakses melalui
https://www.researchgate.net/publication/287183183_Filipinos_as_Malay_Historicizing_an_identi
ty (23.02.2018, 21:29 WIB)
39
Melayu di Filipina pada sejarah dijelaskan dipengaruhi oleh Melayu
dari Selat Malaka, yang banyak memberikan pengaruh pada perkembangan
di Filipina baik dari bahasa dan lainnya. Melayu Filipina di wilayah
Mindanao,Palawan melihat Melayu sebagai etnis dan juga asal asul
peradabannya. Sedangkan untuk Filipina bagian lainnya melihat Melayu
sebagai Peradaban yang memberikan pengaruh dalam perkembangan
peradabannya. Selain wilayah pesisisr Filipina Mindanao dan Palawan
merupakan wilayah cakupan Kerajaan Melayu. Sehingga Melayu di Filipina
bukanlah identitas nasional negara namun salah satu etnis di Filipina dan
juga peradaban yang mempengaruhi perkembangan dari peradaban
Tagalog/ Filipina.42
2.1.4 Melayu Di Singapura Sebagai Etnis
Singapura dalam sejarahnya merupakan bagian wilayah kekuasaan
dari kerajaan Melayu yang pernah berkuasa, yang dimana kekuasaannya
berada di wilayah Asia Tenggara khususnya wilayah Selat Malaka. Dan
dalam perkembangan sampai dengan masuknya pendatang dan juga dimulai
masa kolonialisme. Pada masa kolonialisme ini terjadi negosiasi yang
dilakukan Sir Stamforlessd Raffless terhadap Kesultanan Temenggong
(Kesultanan yang berkuasa di Singapura) dimana melalui negosiasi ini
menjadikan wilayah Singapura sebagai pelabuhan kolonial Inggris. Dan
dalam perkembangannya daerah Singapura menjadi pelabuhan utama
Inggris, hal tersebut menjadikan wilayah Singapura mendapat banyak
42 Ibid
40
pendatang. Semasa kolonialisme tersebut Melayu masih tetap merupakan
etnis utama dan mayoritas di Singapura walaupun pendatang secara teruus
menerus berdatangan, sampai pada pertengahan abad ke 19 pendatang dari
China menjadi etnis mayoritas di Singapura yang banyak mengisi tempat-
tempat penting dalam ekonomi dan pemerintahan Singapura. Dan Melayu
Singapura sendiri masih terus ada sampai pada saat ini walaupun bukan lagi
etnis mayoritas. Melayu tetap menjadi Etnis asli dari Singapura yang
dahulunya pernah berkuasa di daerah tersebut, walaupun masih ada
Singapura tidak menggunakan Melayu sebagai salah satu identitas negara
seperti negara tetangga nya lainnya.43
2.2 Melayu di Indonesia Sebagai Identitas dan Budaya
Indonesia merupakan negara multi-kultural yang memiliki banyak suku bangsa,
bahasa dan budaya, melayu merupakan salah satu dari suku bangsa yang tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan Indonesia. Dalam sejarahnya etnis Melayu pada
awalnya datang di wilayah Indonesia khususnya wilayah Sumatera, dan dalam
perkembangannya menyebar ke wilayah Indonesia lainnya. Di wilayah Indonesia
melayu tersebar ke daerah Riau, Minangkabau, Aceh, Medan, Jambi, Bengkulu,
dan wilayah Kalimantan. Melayu di Indonesia di lihat sebagi identitas dan budaya
nasional dan juga penyumbanag bahasa pemersatu bahasa Indonesia.44
43 Noraslinda Muhamad Zuber, “ Singapore Malay Identity: Study of Dominant Perceptions of islam
in post- independences Singapore”, Thesis, Departement Of Malay Studies, National University Of
Singapore, 2010, diakses melalui https://core.ac.uk/download/pdf/48643137.pdf 44 Drs. Alian,M.hum, “ Pertumbuhan Kerajaan Melayu sampai masa Aityawarman”, diakses melalui
http://eprints.unsri.ac.id/3682/1/3._PERTUMBUHAN_KERAJAAN_MELAYU_SAMPAI_MAS
A_ADITYAWARMAN.pdf (23.02.2018, 21:20 WIB)
41
Melayu di Indonesia dalam sejarahnya memberikan banyak pengaruh dalam
perkembangan bangasa Indonesia, seperti dimana banyak nya kerajaan- kerajaan
Melayu yang tersebar di Wilayah Indonesia di Pulau Sumatera dan Juga Kalimantan
seperti beberapa diantaranya kerajaan Melayu islam tertua Samudera Pasai (Aceh),
Kerajaan Siak (Riau), Kerajaan Asahan (Sumatera Utara), Kerajaan Sambas
(Kalimantan Barat) dan bahkan sebelum Melayu identik dengan islam Melayu
sudah ada dan berkembang di Indonesia Khususnya wilayah Sumatera. Kerajaan-
kerajaan Melayu ini meninggalkan budaya, situs- situs budaya Melayu dan juga
peninggalan masa kejayaan kerajaan- kerajaan Melayu.45
Gambar 2.4
Istana Maimun Kesultanan Deli
Sumber: traveldetik.com
45 Ibid
42
Gambar 2.3
Istana Siak- Kerajaan Siak
Sumber: Pesonasiak.co.id
Sebelum kerajaan- kerajaan Melayu Islam di Indonesia bermunculan dan
berkembang pesat menurut berita- berita dari daratan China sudah ada kerajaan
Melayu pada tahu 644- 645 Masehi yang menguasai wilayah Indonesia bagian
Sumatera dan juga bagian Selat Malaka. Masa kekuasaan dari Kerajaan Melayu ini
bersamaan dengan kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang juga merupakan kerajaan
Melayu yang juga berpusat di Pulau Sumatera Indonesia.46
Berdasarkan tulisan dari Anthony Reid Melayu aslinya berawal dan
berpusat di wilayah Sumatera, hal ini didasarkan peninggalan kekuasaannya di
pulau Sumatera misalnya kerajaan Melayu kuno seperti Candi Muara Takus.
Penyebutan identitas Melayu dari Sumatera ini menyebar hingga semenanjung
Malaysia yang sebelumnya disebut sebagai orang Melaka menjadi orang Melayu.
46 Drs. Alian,M.hum, “ Pertumbuhan Kerajaan Melayu sampai masa Aityawarman”, diakses melalui
http://eprints.unsri.ac.id/3682/1/3._PERTUMBUHAN_KERAJAAN_MELAYU_SAMPAI_MAS
A_ADITYAWARMAN.pdf (23.02.2018, 21:20 WIB)
43
Dalam tulisan Anthiny Reid pun mengatakan Sumatera merupakan jantung Melayu,
dan tempat asal dari Melayu itu sendiri, dan dalam perkembangannya tersebar
hingga ke daerah Indonesia dan Asia Tenggara lainnya47.
Selain Melayu sebagai identitas yang berasal dari Indonesia, Melayu juga
merupakan salah satu penggerak lahirnya rasa nasionalisme di Indonesia pada masa
koloonialisme. Lahirnya hari kebangkitan nasional pada tahun 1908 juga
bersamaan dengan lahirnya kesastraan Indonesia menggunakan bahasa Melayu
sebagai wadah perjuangan Indonesia untuk dapat mencapai kemerdekaan yang
menjadi pemersatu Indonesia. Penggunaan Bahasa Melayu sebagai pemersatu
perlahan- perlahan turut menimbulkan rasa persatuan dan kesatuan dan adanya rasa
bertanah air dengan bahasa satu, dan sampai pada pencetusan Sumpah Pemuda pada
tahun 1928 yang mengkumandangkan bahwa Indonesia bertanah air satu,
berbangsa satu, dan menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu.
Dalam perkembangannya Melayu tidak hanya sebatas bahasa pemersatu saja
namun juga menyumbang perkembangan dalam ilmu pengetahuan, filsafat, karya
sastra yang tidak dapat dipisahkan dari melayu yang menjadi pemersatu bangsa
Indonesia48. Oleh karena itu pemersatuan Indonesia menggunakan kesastraan
melayu tersebut menjadikan Indonesia sebagai suatu kesatuan bangsa walaupun
dengan berbagai macam etnis, suku dan budaya. Dengan sejarah serta kontribusi
47 Anthony Reid, “Understanding Melayu (Malay) as a Source of Diverse Modern Identities”, Jurnal,
Journal of Southeast Asian Studies Vol. 32, No. 3 (Oct., 2001), pp. 295-313, Cambridge University
Press 48 H.Amdi Muhammad Junus dan Andi Fatimah Junus, “ Searah perkembangan Satra Indonesia”,
ISBN : 978-602-6883-06-3, Badan Penerbit UNM
44
dalam pemersatuan bangsa tersebutlah yang memperkuat identitas Melayu
sehingga tidak dapat dipisahkan dari Republik Indonesia.
2.3 Melayu Provinsi Riau: Identitas Budaya dan Tanah kelahiran Melayu
Provinsi Riau sejak dulu sudah dikenal sebagai daerah tanah tumpah darah
Melayu yang memiliki kekhasan dalam budaya dan adat melayu nya. Budaya
Melayu menjadi sebuah identitas yang sangat kuat bagi Provinsi Riau dan
masyarakatnya. Kuatnya identitas Melayu di Provinsi Riau menjadikan melayu
sebagai salah satu dasar dari visi dan misi Provinsi Riau. Kuatnya identitas melayu
di Riau ini tidak terlepas dari nenek moyang melayu yang sudah ada di daerah Riau,
Melayu pertama yang terdapat di Provinsi Riau awalnya dikenal sebagai Melayu
Talang Mamak dan Melayu Orang Laut yang dimana keduanya dibedakan
berdasarkan daerahnya yang berada di daratan dan di daerah pesisir. Suku Melayu
Talang Mamak terdapat di daerah Provinsi Riau seperti Pasir Penyu, Rengat, dan
Indragiri Hulu. Sedangkan Melayu Orang Laut berada di daerah Reteh, Manda,
Indragiri Hilir, Tambelan dan di Kepulauan Riau yang dimana saat ini merupakan
Provinsi yang berbeda dari Provinsi Riau. Selain itu juga banyak melayu yang lain
yang memang sudah ada mendiami daerah- daerah lainnya di Provinsi Riau49.
Melayu Riau memiliki sejarah yang panjang yang dahulu pernah menjadi pusat
dari peradaban Melayu. Dalam sejarah semua kerajaan berasal dari Pulau Sumatera
baik itu kerajaan besar seperti Kesultanan Malaka yangberdiri sejak 1400 yang
kekuasaannya meliputi daerah Kampar, Indragiri dan juga Siak, dan juga kerajaan-
49 Barbara Watson Andaya, “Recreating a Vision: Daratan and Kepulauan in Historical Context”,
Jurnal, 1949-2018 (Deel 105, No. 1 - Vol. 174, No. 2/3)
45
kerajaan melayu lainnya di wilayah Provinsi Riau. Hal tersebut memperkuat bahwa
Provinsi Riau merupakan daerah dari kampung halaman dari Melayu, dimana
seluruh wilayah Provinsi Riau merupakan tanah Melayu ditambah dengan banyak
nya peninggalan- peninggalan bersejarah yang banyak berasal dari Provinsi Riau.50
Gambar 2.5
Peta Tanah Melayu
Sumber: Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia", PT Pembina Peraga
Jakarta 1996
Dari peta di atas dapat dilihat bahwa wilayah Provinsi Riau merupakan situs
juga pemukiman penting dalam tanah melayu. dari latar belakang sejarah yang
50 50 Bunari, “Mengenang Kegemilangan Kesultanan Melayu Sebagai Catatan Sejarah dan
Membangkitkan Generasi Bangsa”, diakses melalui
https://media.neliti.com/media/publications/22973-ID-mengenang-kegemilangan-kesultanan-
melayu-sebagai-catatan-sejarah-dan-membangkitk.pdf (24.12.2018, 20:18 WIB)
46
sangat erat dan kaya akan budaya Melayu menjadikan Melayu sebagai suku
mayoritas di Provinsi Riau.
Tabel 2.1
Etnis Yang Terdapat Di Provinsi Riau
No Suku Jumlah Persentase (%)
1 Melayu 2.103.659 37,74%
2 Jawa 1.431.598 25,05%
3 Minang 672.621 11,26%
4 Batak 400.837 7,31%
5 Banjar 191.787 3,78%
6 Bugis 139.26 2,27%
7 Sunda 103.012 1,6%
8 Tiongha 188.897 3,72%
Jumlah 5.726.241 100
Sumber data : Dokumentasi LAM Riau
Untuk melihat Melayu Riau terdapat dua pemikiran untuk dapat membantu
menjelaskan aspek- aspek penting dalam Melayu Riau. Pemikiran pertama
menjelaskan bahwa terdapat empat aspek penting dalam melihat Melayu Riau yaitu
bahasa, sastra, sejarah, nilai budaya dan juga pola interaksi. Sedangkan pemikiran
kedua memiliki dua pandangan dalam menjelaskan aspek penting dalam Melayu
Riau yaitu secara esensialis dan kontekstualis. Pandangan esensialis ini melihat
melayu Riau terdiri dari ciri- ciri yang dapat kita lihat melalui unsur- unsur
kehidupan dan budaya Melayu, pandangan ini melihat Melayu Riau sebagai jati diri
atau sebagai identitas Melayu yang dimana melayu sebagai identitas ini dapat
dilihat melalui pola pergaulan, adat istiadat, sistem pemerintahan, kebiasaaan dan
47
juga unsur- unsur kebudayaan. Sedangkan pandangan kontekstualis melihat
Melayu Riau sebagai sebuah budaya yang merupakan bagian dari budaya Republik
Indonesia.51 Dapat dilihat bahwa identitas Melayu Riau sangat kaya akan sejarah,
budaya, kebiasaan, serta peninggalannya yang menjadikan Melayu Riau kental
akan budayanya dan berbeda dengan Melayu dari daerah lainnya, yang menjadikan
Provinsi Riau sebagai Tanah Tumpah Darah Melayu.
Pada dasarnya Melayu lahir dari wilayah Sumatera khususnya bagian Timur
yang mencakupi Riau, Jambi dan juga Palembang. Di dalam tulisan Anthony Reid
berjudul Understanding Melayu (Malay) as a Source of Diverse Modern Identities
menyatakan bahwa pusat dan lahirnya Melayu itu berasal dari wilayah Sumatera
bagian Timur termasuk juga wilayah Provinsi Riau52. Dengan sejarah, kebudayaan
dan peninggalan yang terdapat di Provinsi Riau semakin memperkuat bahwa Riau
merupakan Tanah milik orang Melayu dan kampung dari Melayu53.
Riau merupakan tanah kelahiran Melayu dan juga daerah yang pernah menjadi
pusat kerajaan Melayu kuno dan juga wilayah pusat Kerajaan Melayu Sriwijaya
pada abad ke 14 yang dimana dilihat melalui dari adanya peninggalan Candi
Muaratakus di daerah Kabupaten Kampar yang dimana daerah kekuasaannya
mencakupi daerah Selat Malaka. Hal tersebut yang menjadikan Riau merupakan
wilayah penting dalam kerjaan Melayu. Setelah runtuhnya Kerajaan Melayu kuno
51 Syaraini Tambak, “Implementasi Budaya Melayu dalam kurikulum pendidikan Madrasah
Ibtidaiyah di Riau”, Jurnal, MIQOT Vol. XLI No. 2 Juli-Desember 2017 52 Anthony Reid, “Understanding Melayu (Malay) as a Source of Diverse Modern Identities”, Jurnal,
Journal of Southeast Asian Studies Vol. 32, No. 3 (Oct., 2001), pp. 295-313, Cambridge University
Press 53 Wawancara penulis dengan kepala bagian koordinator pengembangan Museum Dinas Pendidikan
dan Pariwisata Riau, Henrizal, Pekanbaru, 16 Januari 2019
48
munculah Kerajaan Sriwijaya sebagai penerus, dan setelah runtuhnya Sriwijawa
diawali banyaknya kemuncula kerajaan Melayu di wilayah Riau salah satu
Kerajaan Malaka. Pada masa kekuasaan Kerajaan Malaka inipun Riau merupakan
wilayh pusat kerajaannya dan setelah berakhirnya kekuasaan Kerajaan Malaka Riau
masih merupakan salah satu dari empat negeri Melayu utama yang setelahnya
membentuk kerajaan Riau, lingga, Pahang dan juga Johor. Riau sedari dulu
merupakan pusat kerajaan, budaya Melayu, dan ekonomi di wilayah Nusantara saat
itu54.
Penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa Riau merupakan daerah lahir dari
Melayu sampai dengan perkembangannya. Yang dapat membedakan Melayu Riau
dengan Melayu dari wilayah yang ada di Indonesia lain dan negara Asia Tenggara
lainnya adalah keeratan sejarah dan juga bagaimana Provinsi Riau sampai saat ini
masih dapat melestarikan budaya nya walaupun dengan banyaknya pengaruh.
Melayu di Riau sendiri tidak hanya merupakan etnis saja namun sebuah identitas
yang mendasari berjalannya Riau serta masyarakat nya. Selain itu Melayu di Riau
tidak hanya menggunakan nilai- nilai islam seperti Malaysia dan Brunei
Darussalam, namun juga mempertimbangkan banyak nilai yang mempengaruhi
dalam perkembangannya selain nilai islam, hal tersebut karena Riau berada di
wilayah strategis banyak nya pendatang, islam tetap menjadi salah satu ciri dan nilai
dari Melayu namun bukanlah menjadi nilai tunggal dalam identitas Melayu Riau.
54 Bunari, “Mengenang Kegemilangan Kesultanan Melayu Sebagai Catatan Sejarah dan
Membangkitkan Generasi Bangsa”, diakses melalui
https://media.neliti.com/media/publications/22973-ID-mengenang-kegemilangan-kesultanan-
melayu-sebagai-catatan-sejarah-dan-membangkitk.pdf (24.12.2018, 20:18 WIB)
49
Sehingga Melayu di Provinsi Riau merupakan identitas dan juga way of life bagi
masyarakat dan juga pemeritah Riau.
2.4 Keinginan Riau Menggunakan Melayu sebagai Dasar Pembangunan
Daerah
wilayah Indonesia melewati dua masa kepemimpinan dalam pembangunannya
terpusat yang sangat jarang memberikan pemerintah daerah untuk berinisiatif dalam
melakukan pengembangan daerahnya. Dimana pada masa orde lama Indonesia
dibawah kepemimpinan dengan sistem demokrasi terpimpin, dimana seluruh
urusan di bangasa dan negara Indonesia dibawah satu komando oleh pemimpin
pusat yaitu Presiden sitem pemerintaha yang sentralistik. Pada masa orde lama ini
tidak ada kesempatan yang di dapatkan oleh pemerintah daerah. Pada masa orde
Baru Indonesia memasuki masa pemerintahan dengan sifat feodalistik yang
memberikan pengaruh yang besar terhadap birokrasi negara, dengan penyatuan
birokrasi negara dengan Militer sebagi salah satu. Yang menjadikan pemerintahan
Indonesia tetap bersifat sentralistik terhadap peran Presiden dan badan birokrasi
negara yang memiliki peranan penuh. Kepemimpinan yang sentralistik
memberikan pembatasan ruang gerak bagi pemerintah daerah untuk membangun
daerahnya 55
Pada masa pemerintahan orde lama dan orde baru daerah Indonesia yang kaya
akan sumber daya nasional dan juga sumber daya alam tidak dapat mengelola dan
5555 Hartuti Purnaweni, “ Demokrasi Indonesia: dari masa ke masa”, diakseS melalui
https://media.neliti.com/media/publications/73273-ID-demokrasi-indonesia-dari-masa-ke-
masa.pdf (24.12.2018, 20:18 WIB)
50
merasakan hasil dari daerah nya karena semua dikelola dan diatur oleh pemerintah
pusat.56
Pada masa pemerintahan orde lama Riau bukanlah sebuah Provinsi melainkan
bagian dari Sumatera Tengah yang meliputi Sumatera Barat, Jambi dan Riau.
Penggabungan tiga wilayah menjadi satu Provinsi ini mulai membuat sulitnya
pembangunan Riau dan hilangnya kebiasaan- kebiasaan yang ada dalam
masyarakat dan juga dapat menghilangkan nilai- nilai sejarah Melayu Provinsi Riau
sedari kerajaan- kerajaan sebelumnya sebelum kemerdekaan. Kekhawatiran
tersebut datang karena ketakutan akan hilangnya identitas melayu Riau, karena
seluruh pemerintahan terpusat di wilayah Sumatera Barat. Melihat kemungkinan
hilangnya jati diri Melayu Riau berusaha melakukan penyampaian aspirasi terhadap
pemerintah pusat namun tidak mendapatkan sambutan yang baik.57
Pada tahun 1956 merupakan puncak dari perjuangan Riau untuk memisahkan
diri dari Sumatera Tengah yang pada awalnya tidak diperkenankan. Dimana tahun
1956 Riau melalui Panitia Persiapan Provinsi Riau mempersiapkan untuk kongres
Rakyat Riau (KRR), kongres dilakukan 31 januari sampai dengan 2 februari 1956,
berhasil mendapat dukungan dari Gubernur Sumatera Tengah yang mendukung
perjuangan pemisahan diri masyarakat Riau58. Dan setelah perjuangan masyarakat
Riau selama enam tahun membuahkan hasil dengan terbentuknya Provinsi Riau
melaui Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957, lalu di tetapkan melalui
56 Ibid 57 Bunari, “Ma'rifat Marjani Sebagai Salah Seorang Pendiri Provinsi Riau”, diakses melalui
https://media.neliti.com/media/publications/22969-ID-marifat-marjani-sebagai-salah-seorang-
pendiri-provinsi-riau.pdf (24.12.2018, 20:18 WIB) 58 ibid
51
Undang-undang Nomor 61 tahun 1958. Setelah terbentuknya Provinsi Riau ber
ibukota di Kota Tanjungpinang bersifat sementara, dan pada tanggal 20 Januari
1959 dikeluarkan nya Surat Keputusan No. Des.52/1/44-25 dimana ditetapkan nya
Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau. Penetapan Pekanbaru sebagai Ibukota
melalui pertimbangan yangyang kuat dimana dibentuk panitian khusus untuk
mengumpulkan pendapat dari pemuka masyarat Riau serta orang penting dalam
wilayah Riau mengenai ibukota Riau, sampai pada terpilih nya Pekanbaru sebagai
ibukota Provinsi Riau59.
Setelah berhasil berdiri menjadi Provinsi Riau hal tersebut tidak langsung
menghilangkan kekhawatiran masyarakat Riau yang awalnya mengghilangnya jati
diri Melayu Riau. Hal tersebut karena pemerintahan Indonesia masih terpusat,
sehingga pemerintah daerah tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan
pengelolaan sumber daya yang dimiliki Provinsi Riau yang kaya akan sumber daya
nasional dalam bentuk budaya Melayu dan juga sumber daya alam yang berlimpah.
Provinsi Riau sebelum diberlakukannya otonomi daerah bukanlah Provinsi yang
maju seperti saat ini, dimana dari sektor ekonomi sumber daya alam Riau dikuasai
oleh pusat, terutama minyak dan gas alam yang merupakan 80% dari penghasilan
daerah namun dikelola pemerintah pusat. Hal tersebut merupakan salah satu
penyebab pemerintah Riau tidak bisa melakukan pembangunan daerah dengan
maksimal. Begitu pula dengan identitas Melayu Riau yang sudah mendarah daging
59 Bpkad.riau.go.id, “Sejarah Riau: Pengisian Provinsi Riau 1959- 1966”, diakses melalui
http://bpkad.riau.go.id/profil/sejarah.pdf (26.12.2018, 21:17 WIB)
52
sejak ribuan tahun lama nya tidak dapa dilibatkan daalam pembangunan daerah
Provinsi Riau60.
Dan sebelum otonomi darah masyarakat Provinsi Riau melakukan gerakan
sosial yang menuntut hak- hak Provinsi Riau untuk dapat menjadi daerah otonom
dan demokratis serta hak untuk mengelola seluruh sumber daya kekayaan yang
dimiliki Provinsi Riau. Begitu pula hak untuk melakukan pembangunan daerah
secara mandiri. Dalam gerakan yang dilakukan masyarakat Riau ini adalah bentuk
kekecewaan terhadap pemerintah Pusat yang dianggap tidak memberikan hak- hak
yang semestinya di dapatkan oleh Provinsi Riau. Tuntutan yang di berikan
masyarakat Riau ini terus bergulir sampai pada puncaknya dilakukannya deklarasi
Riau Merdeka karena tuntutannya tak di dengar. Pergerakan sosial Riau Merdeka
yang dilakukan masyarakat Riau dan kelompok organisasi sosial budaya Riau ini
terus berjalan sampai dengan pemerintah pusat memberikan 15% keuntungan
minyak dan gas melalui APBD terhadap Provinsi Riau 5% lebih tinggi dibanding
yang diminta oleh masyarakat Riau. Gerakan Riau merdeka ini berhenti melakukan
demonstrasi Pasca Konggres Rakyat Riau II sepanjang tahun 2000 – 200161, dan
keluarnya PP Nomor 25 Tahun 2000 peraturn pemerintah untu penyelanggaraan
dari UU No 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah. Dan setelahnya riau
mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 36 Tahun 2001 yang berisi
pola pembangunan daerah Provinsi Riau dan penetapan Visi dan Misi Riau, yang
60 Hasanudin, “Anatomi gerakan sosial di Riau:Refleksi Atas Dinamika Perlawanan Masyarakat
Riau terhadap Negara 1998 – 2001”, Universitas Riau , Jurnal, Sosiologi Reflektif, Volume 8, N0.
2, April 2014 61 ibid
53
dimana visi Riau antara lain “ Terwujudnya Provinsi Riau sebagai Pusat
Perekonomian dan Kebudayaan Melayu dalam lingkungan masyarakat yang
agamis, sejahtera lahir dan bathin, di Asia Tenggara Tahun 2020” 62.
Keinginan Provinsi Riau untuk mengurus pembangunan daerah dengan nilai-
nilai dan identitas Melayu sudah muncul sejak masa awal kemerdekaan, yang
diperkuat dengan gerakan serta upaya yang dilakukan masyarakat dan pemerintah
Provinsi Riau untuk mewujudkan penggunaan identitas Melayu.
2.5 Melayu Sebagai Dasar Pembangunan Daerah
Dari pemaparan mengenai Melayu diatas dapat disimpulkan bahwa Melayu
merupakan identitas kuat yang memiliki pengaruh yang besar. Dimana
pengaruhnya tidak hanya di wilayah Indonesia juga namun sudah Lintas negara
yaitu hingga negara- negara Asia Tenggara lainnya. Bahkan negara Asia Tenggara
seperti Brunei Darussalam dan Malaysia menggunakn melayu sebagai landasan
negara dan juga pembangunan negara nya.
Melayu sebagai dasar pembangunan daerah di Provinsi Riau merupakan hal
yang wajar berdasarkan sejarah serta kekayaan budaya yang dimiliki. Riau sendiri
dahulunya merupakan wilayah tanah melayu dan pusat ekonomi, politik dan juga
pusat kebudayaan Melayu, serta Melayu memiliki peran besar dalam menyumbang
bahasa dan identitas dalam kemerdekaan Indonesia.63
62 DR. M. Mas’ud Said, “ Arah Baru Otonomi Daerah Di Indonesia”, UMM Press, ISBN(10) : 978-
3602- 64- 3, Malang, 2005. 63 Maman S. Mahayana, “ Gerakan Budaya Menjelang Kemerdekaan Indonesia- Malaysia”,
Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, VOL. 11, NO.
2, DESEMBER 2007: 48-57
54
Riau yang memiliki identitas Melayu yang kuat ini memberikan modal yang
besar untuk dapat membangun Provinsi Riau. Dan dengan adanya penyelanggaraan
otonomi daerah pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengurus urusan
pembangunan daerah nya sendiri.64 Otonomi daerah dilihat sebagai sebuah
kesempatan Provinsi Riau untul menggunakan Melayu sebagai dasar dari
pembangunan daerah Provinsi Riau. Melayu sebagai dasar pembangunan daerah
Riau telah memberikan Provinsi Riau visi yang jelas dengan menggunakan melayu
sebagai salah satu dasar pengembangan daerahnya yaitu menjadikan Riau pusat
kebudayaan Melayu. Pembangunan daerah dengan visi yang jelas dan pelaksanaan
yang baik akan mengantarkan pada keberhasilan dari pembangun daerah. Dalam
hal ini identitas Melayu dapat memberikan dampak yang besar bagi Provinsi Riau
apabila Identitas ini berhasil menjadi alat yang mengantar pada keberhasilan dari
pembangunan daerah, karena sifat dari Melayu sebagai identitas lintas negara
(Transboundary Identity). Namun ide penggunaan identitas Melayu sudah masa
awal kemerdekaan hingga masa orde baru namun pemerintah daerah tidak memiliki
kewenangan untuk melakukan pembangunan daerah secara mandiri, sampai dengan
masuknya masa otonomi daerah yang menjadi momentum awalnya penggunaan
identitas Melayu di Provinsi Riau.65
64 M. Rahmat Yananda, Ummi Salamah, “ Branding Tempat: Mebangun Kota, Kabupaten, dan
Provinsi Berbasis Identitas”,ISBN:978-602-70544-0-0, Makna Informasi, 2014 65 Riau.go.id, “ Visi dan Misi Provinsi riau”, diakses melalui
https://www.riau.go.id/home/content/858/visi-dan-misi (28.12.2018, 20:28 WIB)