bab ii landasan teori a. tinjauan pustaka · pengertian kepatuhan menurut david g mayer (2012)...

25
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan proses suatu pengalaman khusus yang bertujuan menciptakan perubahan terus-menerus dalam perilaku dan pemikiran (Kelvin, 2010). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan mata pelajaran (KBBI, 2012). Menurut Zulkarimen (2004) pengetahuan sebagai faktor terjadinya perkembangan dan pertumbuhan, dengan pengetahuan yang baik akan meningkatkan kehidupan suatu bangsa. Pengetahuan adalah hasil dari kondisi tahu yang akan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Upload: vuongnga

Post on 25-Aug-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan proses suatu pengalaman khusus yang

bertujuan menciptakan perubahan terus-menerus dalam perilaku dan

pemikiran (Kelvin, 2010).

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui kepandaian

atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan mata pelajaran

(KBBI, 2012).

Menurut Zulkarimen (2004) pengetahuan sebagai faktor

terjadinya perkembangan dan pertumbuhan, dengan pengetahuan yang

baik akan meningkatkan kehidupan suatu bangsa.

Pengetahuan adalah hasil dari kondisi tahu yang akan terjadi

setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu : penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

7

b. Tingkatan Kognitif Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan atau kognitif

merupakan tindakan seseorang, dalam hal ini pengetahuan yang

mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (komprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain.

8

4) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainnya terhadap suatu

teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu meteri atau objek. Penilaian

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria - kriteria yang telah ada.

9

c. Proses Adopsi Perilaku Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum

orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1) Awareness (Kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (Objek) terlebih dahulu.

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3) Evaluation (Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya).

4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

d. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

1) Pendidikan

Mubarak (2012) menjelaskan pendidikan merupakan

bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat

dipahami suatu hal. Tidak dipungkiri semakin tinggi pendidikan

seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada

akhirnya pengetahuan yang dimilikinya semakin banyak.

2) Pekerjaan

Mubarak (2012) lingkungan pekerjaan yang dapat membuat

seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara

langsung maupun tidak langsung.

10

3) Umur

Mubarak (2012) menjelaskan dengan bertambahnya umur

seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis.

Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri dari perubahan proporsi,

hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru.

4) Minat

Mubarak (2012) berpendapat minat sebagai suatu

kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat

menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal,

sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5) Pengalaman

Mubarak (2012) menjelaskan bahwa pengalaman merupakan

suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi

dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan

pengalaman yang kurang baik dan sebaliknya jika pengalaman

tersebut menyenangkan, makan akan secara psikologis mampu

menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam

emosi kejiwaan seseorang.

6) Kebudayaan, Sosial dan lingkungan sekitar

Mubarak (2012) menjelaskan lingkungan sangat berpengaruh

dalam membentuk pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan

lingkungan sekitar tempat kita hidup dan dibesarkan memiliki

pengaruh besar pada pembentukan sikap kita.

11

7) Informasi

Mubarak (2012) Informasi merupakan suatu yang dapat

diketahui atau sebagai kemudahan untuk memperoleh suatu informasi

dapat mempercepat seseorang dalam mendapatkan pengetahuan yang

baru.

e. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara

maupun menggunakan angket yang menanyakan isi materi yang ingin

dukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmojo, 2003).

2. Kepatuhan

a. Pengertian Kepatuhan

Menurut David G Mayer (2012) kepatuhan merupakan

perubahan perilaku atau kepercayaan seseorang sebagai dari akibat

adanya tekanan kelompok yang terdiri dari pemenuhan dan penerimaan,

serta mengikuti peraturan atau perintah langsung yang diberikan kepada

suatu kelompok maupun individu.

Kepatuhan (Obedience) didefinisikan sebagai perubahan

perilaku seseorang untuk mengikuti permintaan atau perintah orang lain

(Feldman, 2003).

Menurut Baron (2005) kepatuhan ialah pengaruh sosial dimana

satu orang memerintahkan seseorang atau lebih untuk melakukan sesuatu

dan mereka melakukannya yang dipengaruhi langsung oleh sosial.

12

Kepatuhan adalah seseorang mentaati dan mematuhi permintaan

orang lain untuk melakukan tingkah laku tertentu karena adanya unsur

power/kekuasaan (Sarlito Sarwono dan Eko Meinarno, 2009).

Feldman (2003) mengungkapkan bahwa reward dan punishment

merupakan kekuatan efektif untuk menambah derajat kepatuhan

seseorang terhadap orang lain. Penggunaan reward dan punishment ini

terkait dengan adanya usaha penguatan perilaku, yaitu perilaku patuh.

b. Teori Perilaku

Perilaku merupakan perbuatan atau tindakan seseorang dalam

melakukan suatu respon terhadap stimulus dan kemudian dijadikan suatu

kebiasaan karena ada nilai yang diyakini (Mubarak, 2012).

Menurut teori Green (1980) perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama

yaitu :

1) Predisposisi (Predisposing)

Terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, kepercayaan,

nilai-nilai.

2) Pemungkin (Enabling factors)

Terwujud oleh adanya fasilitas daialam lingkungan fisik,

maupun tersedianya fasilitas sarana prasarana kesehatan, misal :

Puskesmas, obat-obatan.

13

3) Penguat (Reinforcing factors)

Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau

petugas sebagai pengawas, peraturan, petugas lainnya, yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

c. Tahap Perubahan Perilaku

Menurut mubarak (2012) proses perubahan perilaku mencakup 5

(lima) fase yaitu :

1) Fase Pencairan (Unfreezing Phase)

Individu mulai mempertimbangkan penerimaan terhadap

perubahan perilaku baru, dalam hal ini dipertimbangkan melalui

tingkat usia dan jenis kelamin individu maupun kelompok terhadap

adanya fasilitas ketersediaan dan pengenalan alat pelindung diri

melalui pelatihan.

2) Fase Diagnosis Masalah (Problem Diagnosis Phase)

Individu mulai mengidentifikasi segala sesuatu, baik yang

mendukung maupun menentang perubahan. Dalam hal ini individu

mempertimbangkan dengan adanya sanksi, hukuman maupun tekanan

yang diberikan.

3) Fase Penentuan Tujuan (Goal Setting Phase)

Individu menentukan tujuan sesuai dengan perubahan yang

diterimanya. Individu menggunakan alat pelindung diri dengan

mempertimbangkan adanya peraturan dan pengawasan tentang

pemakaian alat peindung diri.

14

4) Fase Tingkah Laku Baru (New Behaviour Phase)

Individu mulai mencoba perilaku baru. Pada fase ini individu

mulai mencoba dan membandingkan dengan praktik-praktik yang

telah dilakukan dan diharapkan, dengan mempertimbangan

kenyamanan dari penggunaan alat pelindung diri yang telah

disediakan.

5) Fase Pembekuan Ulang (Refreezing Phase)

Tingkah laku individu yang permanen, apabila dianggap

berguna, perubahan kemudian diasimilasikan menjadi pola tingkah

laku yang permanen, dalam hal ini diharapkan dalam perubahan

perilaku dapat menggunakan alat pelindung diri secara permanen.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan bentuk

respon yang dapat dipengaruhi oleh faktor Internal dan faktor Eksternal.

Pentingnya peran penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja perlu

adanya kesadaran dan kepatuhan oleh tenaga kerja dalam menggunakan

alat pelindung diri yang telah di sediakan oleh perusahaan dan sesuai

dengan resiko dan bahaya ditempat kerja, sebagai kelengkapan untuk

menjaga keselamatan tenaga kerja itu sendiri maupun orang lain di

sekelilingnya.

Faktor internal yang mempengaruhi dalam berperilaku meliputi :

1) Pendidikan (Tingkat Kecerdasan)

2) Jenis Kelamin

15

3) Usia

4) Masa Kerja

5) Pelatihan

Faktor eksternal yang mempengaruhi dalam berperilaku meliputi :

1) Lingkungan

2) Penghasilan

3) Sosial

4) Budaya

Faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan penggunaan APD

menurut penelitian terdahulu :

1) Faktor internal yang mempengaruhi dalam berperilaku patuh

meliputi :

a) Usia

Usia adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai

saat ini dalam satuan tahun. Usia atau umur menurut Word Health

Organitation yaitu :

(1) Remaja : 12-19 Tahun

(2) Dewasa Muda : 20-40 Tahun

(3) Dewasa Tua : > 40 Tahun

Dalam Penelitian Widyaningsih (2012) dengan hasil

analisis uji ststistik koefisien tidak terdapat hubungan antara umur

dan penggunaan APD dengan nilai p-value = 0,885 dengan total

pekerja 54 di PT Swasemesta Surakarta.

16

b) Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan

laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir (Hungu, 2007).

Dalam penelitian Ramdayana (2008) tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara jenis kelamin terhadap

penggunaan alat pelindung diri. Terdapat 13 tenaga kerja laki – laki

terlihat bahwa 1 tenaga kerja yang menggunakan APD dengan

persentase (7,7 %) memiliki kepatuhan penggunaan APD rendah

dan dari 69 tenaga kerja perempuan terlihat hanya 18 tenaga kerja

(26,1 %) memiliki kepatuhan pemakaian APD rendah. Dari uji

statistik didapatkan nilai p = 0,236 berarti p value > 0,05.

c) Masa Kerja

Masa kerja yang di maksud merupakan jangka waktu atau

lamanya pekerja, bekerja di suatu tempat.

Menurut Handoko (1992) masa kerja di kategorikan menjadi 2

yaitu:

(1) Baru : > 3 Tahun

(2) Lama : < 3 Tahun

Dalam penelitiaan Trisno (2010) dengan jumlah pekerja

422 orang pekerja di PT BMB. Didapatkan hasil analisis dengan

hasil koefisien R Squere = 0,002 dengan nilai p = 0,813 yang dapat

diartikan secara biologis terdapat hubungan antar masa kerja

17

dengan penggunaan alat pelindung diri dan kecelakaan kerja

dengan dinyatakan 0,2 persen.

d) Pelatihan

Pelatihan Kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk

memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan

kompetensi kerja, Produktivitas, disiplin, sikap, pada tingkat

keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan

kualifikasi jabatan atau pekerjaan (ILO, 2004).

Dalam penelitian Anisyah (2009) terdapat pengaruh atau

efektifitas adanya pelatihan K3 terhadap penggunaan Alat

pelindung diri di PT MAK Yogyakarta. Terdapat 60 orang

karyawan bagian produksi peningkatan pengetahuan penggunaan

APD antara kelompok eksperimen dan kontrol, ditunjukkan dengan

t hitung = 6,067 dan nilai p value < 0,05. Ada pengaruh yang

signifikan efektivitas peningkatan sikap penggunaan APD antara

kelompok eksperimen dan kontrol, ditunjukkan dengan t hitung=

7,034 dan nilai p < 0,05. Ada pengaruh yang signifikan efektivitas

peningkatan motivasi penggunaan APD antara kelompok

eksperimen dan kontrol, ditunjukkan dengan t hitung = 5,695 dan

nilai p value < 0,05.

e) Ketersediaan APD

Adanya ketersediaan alat pelindung diri yang telah

disediakan oleh perusahaan untuk tenaga kerja.

18

Dalam penelitian Ryan Wahyu (2014) ada hubungan

ketersediaan alat pelindung diri dengan tingkat penggunaanya yang

terdapat dari 20 pekerja di bengkel M. Mischan Surabaya.

Persentase pekerja menggunakan APD 78% yang dinyatakan

dengan nilai R= 1,38 yang berarti tingkat pemakaiannya berkorelasi

tinggi.

f) Kenyamanan APD

Alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi

seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi pekerja

dari bahaya di tempat kerja (Permenakertrans

No.08/Men/VII/2010), dalam artian lain kenyamaan dan kefektifan

penggunaan APD contohnya, kaca mata yang terlalu besar akan

merepotkan pekerja dalam kegiatannya, hairnet yang terlalu besar

menimbulkan ketidaknyamanan pada saat digunakan, sepatu yang

terlalu besar atau bahan yang tidak memiliki sirkulasi udara yang

baik membuat kaki pekerja tidak nyaman atau panas saat

digunakan.

Dalam Penelitian Bustanul (2013) Terdapat hubungan

kenyamanan terhadap penggunaan APD dari 32 responden yang

ada di PT.X Unit 3 dan 4 Coal Yard yang dilakukan dengan uji

ststistik didapatkan nilai p-value < 0.05 yang berarti ada hubungan

antara kenyamanan terdapat penggunaannya.

19

2) Faktor eksternal dalam berperilaku patuh dalam menggunakan alat

pelindung diri, meliputi :

a) Adanya Peraturan

Peraturan yang dimaksud adalah peraturan yang dibuat oleh

perusahaan mengenai penggunaan APD sebelum bekerja, yang

bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan juga salah satu upaya

mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

yang terdapat di suatu tempat kerja.

Dalam penelitian Ramdayana (2008) ada hubungan antara

peraturan APD terhadap kepatuhan penggunaan APD di RS

Marinir Cilandak yang terdapat 109 tenaga kerja, dengan

dinyatakan memalui uji statstik didapatkan nilai p-value < 0,05

sehingga dapat di simpulkan terdapat hubungan bermakna antara

adanya peraturan APD terhadap kepatuhan penggunaan APD di

RS Marinir Cilandak.

b) Pengawasan

Pengawasan berfungsi untuk memastikan kegiatan yang

dilakukan berjalan dengan baik, kegiatan pengawasan bertujuan

mempromosikan dan memastikan kepatuhan kepada peraturan atau

sistem yang berlaku disemua tempat kerja, seperti dalam

pengawasan penggunaan APD dan aspek lain yang berhubungan

dengan pekerjaan (ILO, 2013).

20

Dalam Penelitian Bustanul (2013) terdapat hubungan

pengawasan terhadap penggunaan APD dari 32 responden yang ada

di PT.X Unit 3 dan 4 Coal Yard yang dilakukan dengan uji ststistik

didapatkan nilai p-value < 0.05 yang berarti ada hubungan antara

pengawasan terdapat penggunaannya.

c) Sanksi atau Hukuman

Saksi atau hukuman merupakan penekanan terhadap suatu

perilaku yang dilakukan seseorang, agar perilaku tersebut sesuai

dengan peraturan yang ada (Skinner, 2013).

Dalam penelitian Rima (2010) terdapat hubungan antara

sanksi terhadap penggunaan APD dari 62 tenaga kerja konstruksi

pembangunan rumah sakit X Jakarta, didapatkan uji statistik nilai

p-value < 0,005 yang berarti memiliki hubungan yang berarti

antara sanksi terhadap penggunaan APD.

e. Pengukuran Perilaku

Pengukuran indikator perilaku yang paling akurat dapat dilakukan

dengan menggunakan cara pengamatan atau observasi. Namun dapat

dilakukan pula dengan cara wawancara dengan pendekatan mengingat

kembali yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu

(Notoatmojo, 2003).

21

3. Penyuluhan

a. Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan

dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa

melakukan suatu anjuran yang ada hubunganya dengan pendidikan

kesehatan (Azwar, 1983).

Menurut Singgih (1992) penyuluhan adalah pemberian bantuan

oleh seseorang kepada orang lain dalam menentukan pilihan,

penyesuaian dan pemecahan masalah, serta bertujuan membantu individu

atau kelompok agar bertambah kemampuan bertanggung jawab atas

dirinya.

Menurut Suma’mur (1993) penyuluhan adalah pemberian

informasi yang menimbulkan kejelasan pada orang-orang yang

bersangkutan.

b. Tujuan Penyuluhan.

1) Mengubah pengetahuan atau pengertian, pendapat serta konsep-

konsep.

2) Mengubah sikap dan presepsi.

3) Menanamkan tingkah laku atau kebiasaan baru (Notoatmodjo, 2003).

c. Langkah - Langkah Penyuluhan.

Dalam melakukan penyuluhan, penyuluhan yang baik harus

melakukan langkah-langkah sebagai berkut :

22

1) Mengkaji kebutuhan masyarakat atau pekerja.

2) Menetapkan masalah yang ada di masyarakat.

3) Menentukan metode penyuluhan.

4) Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani.

5) Perencanaan penyuluhan.

6) Tindak lanjut dari penyuluhan Pelaksanaan penyuluhan.

7) Menentukan isi penyuluhan.

8) Memilih alat peraga atau media penyuluhan yang akan digunakan.

(Mahfoedz, 2005).

d. Metode Penyuluhan.

Beberapa metode pendidikan individual, kelompok dan massa (Public)

dalam tulisan Notoatmodjo (2003) antara lain :

1) Metode Pendidikan Individual (perorangan).

2) Metode Pendidikan Kelompok.

3) Metode Pendidikan Massa (Public).

Untuk mendapatkan dampak terhadap apa yang disampaikan dan

waktu ideal untuk menilai dari pengaruh penyuluhan mengenai

penggunaan apd terhadap pengetahuan dan kepatuhan pentingnya

penggunaan apd di area kerja spinning PT Delta Dunia Textile

Karanganyar. Pretest dan postest tidak dilaksanakan bersamaan dalam

hari yang sama, melainkan berselang waktu antara 15-30 hari, dengan

alasan:

23

1) Untuk menghindari subyek masih mengingat atau pernah melakukan

hal yang sama pada saat pretest, semakin dekat jarak, semakin besar

peluang retensi (Arief, 2004).

2) Suatu penilaian alat ukur atau suatu teknik pretest dan postest

penelitan, sebaiknya selang waktu yang diambil jangan terlalu

pendek, kemungkinan responden masih mengingat pertanyaan-

pertanyaan pada test yang pertama. Sedang kalau selang waktu

terlalu lama, kemungkinan pada responden terjadi ;perubahan dalam

variabel yang diukur ( Notoatmodjo, 2010).

e. Media Penyuluhan.

Media penyuluhan merupakan alat bantu yang digunakan

penyuluh untuk memperjelas penyampaian materi penyuluhan, alat bantu

disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap

manusia diterima melalui alat indera. Semakin banyak alat indera yang

digunakan untuk menerima suatu materi, maka semakin banyak dan

semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh

(Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003) media penyuluhan dibagi menjadi 3 :

1) Media Cetak

Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan

kesehatan sebagai berikut : booklet, leafleat, flyer, flif chart, rubrik,

poster dan foto.

24

2) Media Elektronik

Media elektronik sebagi sarana untuk menyampaikan pesan-

pesan atau informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya, yaitu :

Televisi, Radio, Slide, Video dan Film strip (Film Pendek).

3) Media Papan (Billboard)

Media papan dipasang ditempat tempat umum yang strategis

dapat di isi dengan pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang

ditempel pada dinding maupun kendaraan – kendaraan umum (bus-

taksi).

Media yang digunakan dalam penelitian ini ialah media

elektronik yaitu slide dan video. Slide yang berisikan mengenai

definisi APD, Dasar Hukum APD, Jenis-jenis APD, Jenis APD yang

sesuai dengan PT. Delta Dunia Textile, pemutaran video contoh kasus

kecelakaan kerja akibat tidak menggunakan APD, dan disertai

simulasi cara penggunaan macam-macam alat peraga APD yang baik

dan benar.

4. Alat Pelindung Diri

a. Pengertian Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh

tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari adanya

kemungkinan potensi bahaya dan kecelakaan kerja (Permenakertrans No.

08/Men/VII/2010).

25

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health

Administration (2003) pesonal protective equipment atau alat pelindung

diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi

pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak

dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia,

biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

Penggunaan alat pelindung diri harus memberikan perlindungan

yang kuat terhadap bahaya yang spesifik yang dihadapi oleh tenaga kerja.

Menurut Ridley (2006) APD harus disediakan oleh perusahaan secara

gratis, diberikan kepada pekerja perorangan sesuai dengan jenis

pekerjaanya, dijaga kondisinya agar dapat digunakan secara

berkelanjutan dan disimpan ditempat yang sesuai ketika tidak digunakan.

Menurut Buntarto (2015) alat pelindung diri dibagi menjadi 7

(tujuh) macam, yaitu :

1) Apron

Apron dibuat dari karet atau plastik atau kain sebagai suatu

pembatas dibagian depan pekerja. Menutupi bagian tubuh pekerja dari

dada hingga lutut, tebuat dari kain drill, mika sheet, kulit atau plastik

tebal.

2) Kap (Penutup Rambut)

Dipakai untuk menutup rambut dan kepala, tujuan utamanya

untuk melindungi rambut dan kepala dari bahaya terkena jertan mesin.

26

3) Pelindung mata

Pelindung mata digunakan apabila ada kemungkinan

masuknya serat serat kain ke dalam mata.

4) Sarung tangan

Sarung tangan dipakai untuk melindungi tangan pekerja agar

aman dalam melakukan pekerjaannya.

5) Masker

Masker digunakan untuk melindungi pernafasan pekerja agar

terhindar dari masuknya debu dari proses pemintalan kapas, serat-

serat kain ke dalam saluran pernafasan.

6) Sumbat telinga (Ear Plug)

Digunakan untuk mengurangi intensitas suara atau kebisingan

yang masuk ke dalam telinga yang diakibatkan oleh suara mesin

produksi.

7) Alas kaki

Alas kaki atau sepatu dipakai untuk melindungi kaki dari

benturan oleh benda tajam atau dari cairan yang jatuh atau menetes ke

kaki. Sepatu boots dari karet atau kulit lebih melindungi, tetapi harus

selalu bersih dan bebas dari kontaminasi cairan yang berbahaya.

Menurut Ridley (2006) APD yang efektif yaitu

1) Sesuai dengan bahaya yang dihadapi.

2) Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut.

3) Cocok bagi orang yang akan menggunakannya.

27

4) Tidak mengganggu kerja karyawan yang sedang bertugas.

5) Memiliki konstruksi yang sangat kuat.

6) Tidak mengganggu APD lain yang sedang dipakai secara bersamaan.

7) Tidak meningkatkan resiko terhadap pemakainya.

Sedangkan alat pelindung diri yang sesuai dengan potensi bahaya di PT.

Delta Dunia Textile adalah

1) Masker

Masker digunakan untuk melindungi saluran pernafasan dari

serat-serat kapas berterbangan yang halus, serta melindungi agar tidak

terkena debu mesin didalam ruangan produksi. Hal ini dapat

mencegah pekerja dari penyakit ispa dan paru-paru. Alat ini harus

dikenakan oleh karyawan terutama yang bekerja di bagian produksi

dalam upaya pencegahan faktor bahaya di ruang produksi unit

spinning.

2) Earplug

Mesin-mesin yang terdapat di unit spinning menghasilkan

suara yang sangat bising dalam pengoperasiannya. Hal ini dapat

menyebabkan ketulian atau gangguan pendengaran pada pekerja yang

berada didalam ruangan mesin tersebut, untuk itu diperlukan alat

pelindung telinga, agar kontak dengan suara yang bising dan terus

menerus selama jam kerja, bahaya dari dampaknya dapat di

minimalisir.

28

3) Apron

Pakaian kerja diperlukan oleh seluruh pekerja terutama yang

bertugas didalam ruangan atau gedung yang berhubungan langsung

dengan proses produksi. Para staf dan tenaga kerja unit produksi juga

menggunakan pakaian kerja, karena perusahaan terdapat aturan

khusus mengenai pemakaian seragam untuk tenaga kerja. Alat

pelindung diri ini harus dikenakan oleh karyawan terutama yang

bekerja di bagian produksi unit spinning berupa apron atau celemek

sebagai usaha pencegahan terhadap paparan uap dan suhu panas yang

keluar dari mesin serta melindungi pakaian tenaga kerja dari debu

kapas.

4) Hairnet

Melindungi rambut pekerja supaya tidak tertarik mesin yang

berputar, melindungi kepala dari benturan benda keras. Pada aspek

kebersihan, melindungi rambut dari serat serat kapas yang bertebaran

diseluruh ruangan. Alat ini harus dikenakan oleh karyawan terutama

yang bekerja di bagian produksi unit spinning.

5. Kajian Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan Kepatuhan Penggunaan

APD.

Pengetahuan merupakan faktor terjadinya perkembangan dan

pertumbuhan, dengan pengetahuan yang baik akan meningkatkan kehidupan

suatu bangsa (Zulkarimen, 2004). Pengetahuan adalah hasil dari kondisi

29

tahu yang akan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni

pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2003).

Menurut Buntarto (2015) alat pelindung diri merupakan kelengkapan

yang wajib digunakan saat bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja

untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri maupun orang

disekelilingnya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.08 MEN/VII/2010 seperangkat alat yang

digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh dan atau sebagian

tubuh dari adanya kemunginan potensi bahaya dan kecelakaan kerja.

Kepatuhan (Obedience) merupakan perubahan perilaku seseorang

untuk mengikuti permintaan atau perintah orang lain (Feldman, 2003).

Penyuluhan merupakan kegiatan yang bersifat edukasi yang nantinya

mampu merubah perilaku di implementasikan melalui perilaku kerja yang

aman yang dikemas dengan berbagai metode, baik secara langsung maupun

melalui alat bantu dan persentasi atau media yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh program penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja

pada perilaku maupun sikap tenaga kerja dan berkurangnya kecelakaan

kerja ( Tri Susilo, 2014).

30

B. Kerangka Pemikiran

Keterangan : Di Teliti

Tidak di teliti

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Ada Pengaruh Pengetahuan terhadap Kepatuhan Penggunaan APD Pada

Pekerja Unit Spinning PT. Delta Dunia Textile Karanganyar.

Penyuluhan APD

Pengetahuan APD

Perilaku Penggunaan APD

Unfreezing Phase

Problem Diagnosis

Goal Setting Phase

New Behaviour Phase

Refreshing Phase

Kepatuhan APD

1. Umur

2. Jenis Kelamin

3. Lama Kerja

4. Pelatihan

5. Ketersediaan

APD

6. Kenyamanan

APD

1. Peraturan

2. Pengawasan

3. Sanksi atau

Hukuman