bab ii kajian teori 2.1 gerakan sosial · (deprivasi relatif). dalam deskripsi tarrow dan...

15
11 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Gerakan Sosial Masyarakat merupakan sekumpulan individu yang dibentuk berdasarkan kesamaan pandangan, aturan, dan tujuan yang sama. Dalam perkembangan dinamika kehidupan masyarakat sering kali terdapat fenomena menarik yang muncul dimasyarakat, fenomena tersebut dikenal dengan istilah konflik sosial. Konflik sosial seringkali muncul akibat dari pertentangan atau pun perjuangan atas nilai-nilai dan klaim-klaim atas status, kekuasaan, dan sumber daya. (Harskamp, 1996:5). Konflik sosial seringkali di maknai sebagian masyarakat sebagai hal yang patologis. Namun, secara fungsional konflik sosial dapat membawah pengaruh positif, dimana dengan adanya konflik sosial akan terbangun dan menguat adaptasi atau penyusuaian hubungan-hubungan sosial atau kelompok. (Coser, 1964, Harskamp 1996). Dalam masyarakat Kepentingan-kepentingan yang diperjungankan oleh setiap individu atau kelompok akan menempuh langkah serta membentuk pola-pola strategis demi pencapaian tujuan yang ingin dicapai, dalam konteks ini gerakan sosial sering kali digunakan sebagai instrumen yang efektif untuk menunjang suatu tujuan yang ingin dicapai. Menurut Abdul Wahid Situmorang (Tarrow, 1998: xiii), gerakan sosial adalah tantangan kolektif yang di ajukan sejumlah orang yang memiliki tujuan dan solidaritas yang sama, dalam konteks interaksi yang berkelanjutan dengan kelompok elite, lawan, dan penguasa. Tarrow menambahkan, dalam gerakan terdapat lima aspek penting yang teringklut pada setiap gerakan sosial. Kelima aspek tersebut antara lain: (a) Setiap gerakan sosial terdapat penekanan pada gerakan-gerakan, (b) Menyusun aksi mengacau (distruptive) melawan kelompok elite, dan aturan-aturan budaya tetentu, (c) Dilakukan atas nama tuntutan yang sama terhadap lawan, penguasa dan kelompok elite, (d) Berasal pada rasa solidaritas atau identitas kolektif, dan (e) Terus melanjutkan aksi kolektifnya sampai menjadi sebuah gerakan sosial. Dengan demikian secara

Upload: others

Post on 19-Feb-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

11

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Gerakan Sosial

Masyarakat merupakan sekumpulan individu yang dibentuk berdasarkan

kesamaan pandangan, aturan, dan tujuan yang sama. Dalam perkembangan

dinamika kehidupan masyarakat sering kali terdapat fenomena menarik yang

muncul dimasyarakat, fenomena tersebut dikenal dengan istilah konflik sosial.

Konflik sosial seringkali muncul akibat dari pertentangan atau pun perjuangan

atas nilai-nilai dan klaim-klaim atas status, kekuasaan, dan sumber daya.

(Harskamp, 1996:5).

Konflik sosial seringkali di maknai sebagian masyarakat sebagai hal yang

patologis. Namun, secara fungsional konflik sosial dapat membawah

pengaruh positif, dimana dengan adanya konflik sosial akan terbangun dan

menguat adaptasi atau penyusuaian hubungan-hubungan sosial atau kelompok.

(Coser, 1964, Harskamp 1996). Dalam masyarakat Kepentingan-kepentingan

yang diperjungankan oleh setiap individu atau kelompok akan menempuh

langkah serta membentuk pola-pola strategis demi pencapaian tujuan yang

ingin dicapai, dalam konteks ini gerakan sosial sering kali digunakan sebagai

instrumen yang efektif untuk menunjang suatu tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Abdul Wahid Situmorang (Tarrow, 1998: xiii), gerakan sosial

adalah tantangan kolektif yang di ajukan sejumlah orang yang memiliki tujuan

dan solidaritas yang sama, dalam konteks interaksi yang berkelanjutan dengan

kelompok elite, lawan, dan penguasa. Tarrow menambahkan, dalam gerakan

terdapat lima aspek penting yang teringklut pada setiap gerakan sosial. Kelima

aspek tersebut antara lain: (a) Setiap gerakan sosial terdapat penekanan pada

gerakan-gerakan, (b) Menyusun aksi mengacau (distruptive) melawan

kelompok elite, dan aturan-aturan budaya tetentu, (c) Dilakukan atas nama

tuntutan yang sama terhadap lawan, penguasa dan kelompok elite, (d) Berasal

pada rasa solidaritas atau identitas kolektif, dan (e) Terus melanjutkan aksi

kolektifnya sampai menjadi sebuah gerakan sosial. Dengan demikian secara

12

garis besar gerakan sosial diikuti oleh sejumlah individu yang memiliki tujuan

dan identitas kolektif yang sama yang secara bersama-sama terlibat dalam aksi

kolektif yang bertujuan mengacau. (Bert, 2005: xii).

Sedangkan menurut Klandermans (2005: 366), gerakan sosial adalah

epifenomena dari perubahan sosial dan dari kerusakan tatanan sosial serta

kerusakan pertalian yang berhubungan dengan perubahan sosial. Dalam kajian

ini Klandermans mengungkapkan bahwa gerakan sosial lahir di dasari oleh

beberap faktor yang muncul di dalam suatu komunitas masyarakat, dimana

faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya gerakan sosial tersebut antara

lain: strain (ketegangan), stress (stres), mass society (massa), emotion (emosi),

irrasoinality (ketidakrasionalan), contagion (penularan perasaan), alenation

(keterasingan), frustration (prustasi) atau, relative deprivation (deprivasi

relatif).

Dalam deskripsi Tarrow dan Klandermans atas konsep gerakan sosial di

atas, maka secara jelas dapat dilihat bahwa, gerakan sosial merupakan

gerakan atas perjuangan kelompok dalam memperjungkan kepentingan

kelompok, dimana kepentingan-kepentingan tersebut lahir atas pertimbangan

rasional dari setiap kelompok atas kondisi tertentu (mengacau atau

mengancam eksistensi) kepentingan bersama, sehingga lahir solidaritas

kolektif untuk melawan serta memperjuangkan kepentingannya. Perjungan

atas kepentingan bersama tersebut berakhir ketika tuntutan dari kelompok

yang melakukan gerakan sosial telah terpenuhi oleh para elite, korporasi

maupun pemerintah yang menjadi objek atau sasaran dari gerakan sosial. Dan

selama tuntutan itu belum terpenuhi, maka gerakan-gerakan serupa berupa

pengacauan-pengacauan yang sifatnya mengganggu atau memperhambat

tujuan dari kelompok elite, korporasi maupun pemerintah akan terus

dilakuakan.

Dengan demikian, gambaran dari konsep gerakan sosial dapat disimpulkan

bahwa pandangan-pandangan terhadap gerakan sosial cukup kompleks dan

beragam, hal ini dikarenakan konsep ini mengkaji gerakan masyarakat yang

mempunyai landasan filosofis atas kepentingan yang berbeda-beda dalam

13

wujud suatu gerakan sosial. Sehingga pada pembahasan ini perlu dibatasi

secara prinsip konsep gerakan sosial yang dapat dipakai untuk menunjang

analisis dalam penulisan ini, sehingga berangkat dari alasan tersebut penulis

memilih menggunakan teori gerakan sosial Sidney Tarrow, yakni teori

dinamika protes kolektif, dimana dalam pembahasan teori ini lebih dominan

menjelaskan hubungan dari beberapa aspek pemicu gerakan dan strategi serta

analisis-analisis atas lemah dan kuatnya suatu gerakan sosial (Situmorang:

2013:30).

2.2 Dinamika Protes-Protes Kolektif

Teori dinamika protes-protes kolektif adalah salah satu teori gerakan sosial

yang diperkenalkan oleh Sidney Tarrow dalam menganalisis gerakan-gerakan

kolektif yang terjadi di Italia dari tahun 1965 sampai dengan 1974.Teori

dinamika ini kemudian berkembang dan dipergunakan di beberapa studi

untuk memahami dinamika dan pola-pola protes kolektif serta gerakan sosial

di sejumlah Negara terutama Eropa Barat dan Amerika Utara dalam periode

waktu tertentu (Situmorang, 2013: 29).

Secara rasional argumentasi pemakaian teori Sidney Tarrow, yakni teori

dinamika protes kolektif sebagai pisau analisis untuk melihat gerakan

perlawanan pedagang pasar tradisional Cengek terhadap Indomart di

Kelurahan Tengah Kota Salatiga. hal ini dikarenakan dalam teori dinamika

protes kolektif, teori ini dapat mendeskripsikan secara jelas pola-pola

gerakan yang berdasarkan motivasi serta faktor-faktor pendukung yang

melatarbelakangi gerakan protes kolektif. Walaupun dalam kaitannya dengan

penelitian ini terdapat perbedaan dalam konteks unit amatan, dimana unit

amatan dalam teori Sidney Tarrow berbeda halnya dengan apa yang menjadi

unit amatan penulis, namun dari aspek analisa gerakan. teori ini mempunyai

kesamaan, yakni melihat suatu gerakan kolektif yang dilakukan oleh

sekelompok masyarakat.

Dalam teori dinamika protes-protes kolektif, konsepsi dan pola umum

protes kolektif adalah sebuah upaya membangun sebuah sintesa diantara

14

berbagai konsep utama yang menjelaskan tumbuh, berkembang dan

menurunya protes-protes kolektif yang disebabkan oleh faktor-faktor struktur

kesempatan politik, struktur-struktur mobilisasi, kerangka gerakan dan

bentuk-bentuk perlawanan, sehingga dari keempat faktor tersebut

memunculkan upaya-upaya perlawanan dari sekelompok orang yang merasa

di rugikan, atau disingkirkan atas status quo yang sebelumnya telah terbangun

secara mapan.

2.2.1 Faktor Struktur Kesempatan Politik

Asumsi-asumsi pokok dari konsep struktur dan kesematan politik, menurut

Abdul Situmorang (Tarrow dan DoucgMcA, 2013:31):

“faktor kesempatan politik dapat dipergunakan sebagai variabel

utama berkaitan dengan dua prinsip variabel dependent, yaitu,

momentum aksi kolektif dan hasil aktivitas sebuah gerakan”.

McAdam dan Tarrow menambahkan dengan empat variabel tambahan

dalam menjelaskan teori struktur kesempatan politik, pertama, gerakan sosial

muncul ketika tingkat akses terhadap lembaga-lembaga politik mengalami

keterbukaan. Kedua, ketika keseimbangan politik sedang tercerai beraikan

sedangkan keseimbangan politik baru belum terbentuk. Ketika, para elite

politik mengalami konflik besar dan konflik ini dipengaruhi oleh para pelaku

perubahan sebagai kesempatan. Keempat, ketika para pelaku perubahan

menggalang dukungan para elite yang berada di dalam sistem untuk

melakukan perubahan.(Situmorang, 2013:31).

Seperti yang dijelaskan pada pembahasan di atas gerakan sosial lahir atas

suatu kondisi kontra produktif antara sebagian individu atau kelompok dengan

para elite atau pemerintah yang memiliki sumber daya yang mumpuni.

Mengacu pada hal ini studi kasus yang bisa dilihat sebagai acuan dalam

menganalisis aspek-aspek dalam gerakan sosial adalah gerakan penolakan

aktivitas penjualan pasar moderen (Indomart) oleh kelompok masyarakat yang

tergabung dalam pedagang Toko Klontong di Cengek Kelurahan Tingkir Lor

Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Penolakan tersebut didasari oleh beberapa

15

alasan mendasar yakni, kehadiran Indomart dianggap akan mengancam

pendapatan pedagang, mengingat sistem yang ditawarkan Indomart sangat

mengedepankan aspek efisien dan efektivitas sehingga keberadaan Indomart

sangat mudah untuk menarik konsumen untuk datang dan membelanjakan

segala kebutuhannya di Indomart.

Sedangkan, studi kasus yang bisa menggambarkan fenomena munculnya

gerakan sosial atau colective action berdasarkan variabel-variabel pada

pandangan Tarrow mengenai teori struktur kesempatan politik dalam konteks

yang lebih makro (negara), adalah gerakan reformasi pada tahun 1998.

gerakan ini salah satunya dilatarbelakangi oleh sistem pemerintahan secara

internal yang mulai rapuh, dimana banyak orang-orang dekat Soeharto yang

mulai membangkang. Hal ini lah yang dimanfaatkan para aktivis yang sudah

lama geram dengan pemerintahan Soeharto untuk menumbangkan

pemerintahan Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun.

Meskipun pendekatan dinamika protes kolektif menekankan saling

keterkaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya, struktur kesempatan

politik memainkan peran penting mendorong terjadinya perubahan dari tahap

pertumbuhan protes-protes kolektif menuju tahap perkembangan atau

peningkatan protes-protes kolektif dalam sebuah siklus protes kolektif dan

gerakan sosial seperti yang diutarakan oleh Tarrow (1998),

“itu adalah peluang politik dan kendala yang menterjemahkan mereka

ke dalam tindakan. mereka menghasilkan gerakan sosial dengan

mengembangkan kerangka tindakan kolektif dan identitas dan dengan

membangun memobilisasi struktur sekitar jaringan sosial dan

organisasi”

Menurut Tarrow (1998), terlepas dari peran penting struktur kesempatan

politik yang menyediakan intensif untuk melakukan protes kolektif,

tersedianya sumber daya internal organisasi gerakan sosial menjadi elemen

dasar tumbuhnya gerakan sosial. (situmorang:2013; 29).

16

Sumber daya internal organisasi berupa materi maupun non materi yang

terdapat dalam organisasi tersebut, misalnya sumber daya finansial, sumber

daya ideologi, dan manusia, yakni anggota organisasi yang menjadi

sumberdaya sekaligus unsur penting dalam menjalankan gerakan-gerakan

protes kolektif.

2.2.2 Faktor Struktur Mobilisasi

Selain struktur kesempatan politik, faktor lain yang berperan penting

sebagai pendukung dalam protes-protes kolektif adalah faktor struktur

mobilisasi dan strategi ataupun kerangka gerakan dalam mendukung protes-

protes kolektif. Aspek struktur mobilisasi menurut penjelasan Tarrow (1998)

adalah sebagai berikut:

"Gerakan kolektif informal serta formal, di mana orang memobilisasi

dan terlibat dalam aksi kolektif. Fokus pada kelompok tingkat meso,

organisasi, dan jaringan informal yang terdiri dari blok bangunan

kolektif gerakan sosial dan revolusi "(Situmorang, 2013: 33).

Berdasarkan definisi di atas, aktor-aktor gerakan sosial tidak hanya

mempergunakan organisasi gerakan sosial yang terstruktur, sumber daya

pendanaan formal, memiliki jaringan sampai ke bawah dengan pola

rekrutmen yang sistematis dan teratur tetapi juga organisasi informal seperti

jaringan pertemanan, lingkungan perumahan, etnis dan kekerabatan.

Situmorang, (Kriesi, 1998: 152-154).

Dengan demikian, dalam rangka mengwujudkan keberhasilan gerakan

kolektif para aktor-aktor intelektual yang bertugas merancang gerakan serta

berupaya sekuat mungkin untuk mengakomodir mobilisasi dari berbagai

jaringan, demi tercapainya tujuan dari gerakan kolektif yang di perjungankan.

Berkaitan dengan faktor mobilisasi para aktor intelektual tidak hanya

memanfaatkan jaringan formal yang dipakai sebagai sumber mobilisasi,

namun jaringan informal juga turut dipergunakan sebagai salah satu aspek

penunjang keberhasilan gerakan. Dimana jaringan informal ini seperti yang

17

telah dijelaskan di atas terdiri dari jaringan pertemanan, lingkungan

perumahan, etnis dan kekerabatan.

2.2.3 Faktor Struktur Kerangka Gerakan

Pada tahap perkembangan protes kolektif, kerangka gerakan menjadi

sangat inklusif. Kerangka yang inklusif disini merujuk kepada gagasan, isu

atau ide disebarkan, dijelaskan, diperluas dan ditrasformasikan kepada

organisasi dan jaringan informal yang memiliki potensi bergabung dalam

protes kolektif atau gerakan sosial. Situmorang, (Snow, dkk,1997: 152-154)

Konsep kerangka gerakan yang dimaksudkan sebagai salah satu indicator

protes kolektif sesuai dengan apa yang didefinisikan Snow dkk (1997) adalah

sebagai berikut:

"Untuk hubungan organisasi gerakan individu dan sosial (SMO)

orientasi interpretatif, sehingga beberapa set kepentingan individu,

nilai kegiatan keyakinan dan SMO, tujuan, dan ideologi adalah

kongruen dan saling melengkapi"

Dengan demikian kata kerangka disini dipergunakan oleh para aktor dalam

suatu gerakan sosial untuk menentukan dan memaknai peristiwa dan situasi

yang relevan dengan sejumlah cara, sehingga potensi partisipan dan

pendukung ikut terlibat di dalam protes, menggugah individu-individu yang

hanya bersifat pasif menjadi aktif dan demobilisasi para aktor dan kelompok

masyarakat yang sesunggunya baik secara pasif maupun aktif menentang

protes dan gerakan sosial. Situmorang (McAdam dan Snow 2013:34).

Sejumlah cara yang dimaksud dalam kerangka gerakan adalah bagaimana

konsep kerangka gerakan menjembatani konsep interprestasi gerakan di

tempat dan pusat-pusat ideologi yang serupa tetapi belum dimobilisasi,

memberikan edukasi dan mengemakan ideologi kepercayaan yang diyakini

oleh para aktor-aktor gerakan kepada potensi pengikut gerakan, memperlebar

kerangka interprestasi, mengarahkan kepentingan dan prespektif yang tidak

hanya relevan kepada tujuan utama tetapi juga berpotensi memobilisasi

pengikut baru dan terakhir adalah transformasi makna-makna usang dan

18

pemahaman-pemahaman lama dengan cara menghasilkan makna dan

pemahaman yang baru kepada potensi pengikut protes dan gerakan sosial.

Situmorang( McAdam dan Snow 2013:35).

Kerangka gerakan merupakan aspek penting yang dipakai aktor-aktor

gerakan sebagai instrumen utama dalam melakukan protes kolektif, kerangka

gerakan ini lahir dari hasil interprestasi atau pembacaan secara mendalam

bagaimana dan seharusnya gerakan protes kolektif tersebut harus dilakukun

sehingga mampu mengwujudkan tujuan dari gerakan tersebut, berangkat dari

deskripsi Tarrow atas hal ini, muatan yang terdapat dalam kerangka gerakan

juga dapat memobilisasi massa protes, dikarenakan kerangka gerakan

diwujudkan pada komunikasi-komunikasi intensif dalam proses

penggambaran makna dari gerakan tersebut yang tidak menutup

kemungkinan terjadi proses rasionalisasi motivasi gerakan melalui

pembaharuan-pembaharuan pemikiran yang secara output akhirnya adalah

mencari dukungan dari kelompok lain yang sebelumnya masih berada pada

wilayah apitisme dalam mendukung gerakan protes-protes kolektif tersebut.

2.2.4 Faktor Devrifasi Relatif

Dalam rangka menjelaskan kerangka gerakan protes-protes kolektif,

diperlukan salah satu pendekatan yang komperhensif untuk mengambarkan

secara mendasar bagaimana suatu gerakan protes kolektif tersebut bisa

dilakukan oleh sekelompok orang. pertanyaan yang kemudian muncul pada

aspek ini adalah bagaimana motivasi gerakan serta apa pertimbangan rasional

suatu gerakan dilakukan.

Sehingga dalam menjawab kekurangan dari pandangan Tarrow yang

tidak secara gambalang menjelaskan mengenai dua aspek penting yang sering

melatar belakangi suatu gerakan atau protes kolektif, maka diperlukan suatu

konsep yang mampu melengkapi bagian dari teori protes-protes kolektif

Sidney Tarrow. Pendekatan atau konsep yang paling tepat untuk melengkapi

19

hal ini adalah mengacu pada Situmorang (Robert Gur,1997:369), yakni

konsep devrifasi relative.

Konsep ini menjelaskan tentang mengapa sekelompok orang

melakukan sutu protes kolektif (sosial movment). Konsep defrivasi relative

merujuk pada para aktor melakukan protes kolektif sebagai “Respon

ketidakpuasan terhadap ketidakadilan yang dirasakan atau diterima meskipun

ketidakpuasan sebagai salah satu bentuk devripasi relative bukan satu-satunya

faktor orang melakukan protes. Ketidakpuasan ini seringkali berasal dari

perubahan sosial yang terjadi di masyarakat yang menyebabkan ketimpangan

dan ketidakseimbangan sosial. (Gurr di dalam Kladermans 1997: 369).

Ketimpangan yang terjadi dalam suatu kelompok yang berasal dari suatu

kondisi tatanan sosial, ekonomi, maupun politik yang berimbas pada

perubahan suatu tatanan sosial serta memberikan impact yang negative

terhadap masyarakat yang telah lama berjalan pada tatanan-tatanan tersebut,

disini menurut Gurr merupakan salah satu pemicu dalam gerakan sosial.

Joe Fowerker mengutip Mouffe mengatakan faktor keluhan berupa

perampasan, kehilangan, kerugian dan kerusakan dalam bentuk baru yang

dialami secara kolektif, sehingga hal tersebut dapat memicu terjadinya

gerakan sosial. (Situmorang, 2013: 38)

Berdasarkan pada premis-premis mendasar dari konsep Robert Gur

terkait dengan konsep Devripasi relative, ketika konsep tersebut di turunkan

dalam konteks penolakan Indomart di Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota

Salatiga, maka dapat dilihat secara jelas ketika menggunakan pendekatan

Devrivasi Relatif.

Terdapat suatu inteprestasi maupun suatu pertimbangan rasional yang

melatarbelakangi gerakan penolakan berdasarkan keberadaan indomearet

yang memberikan implikasi negative terhadap pedagang pasar tradisional

Cengek yang berasumsi, bahwa kehadiran Indomart akan menjadikan sumber

penghasilan pedagang mengalami penurunan, dikarenakan konsumen akang

20

lebih banyak melakukan proses belanja di Indomart bila dibandingkan ke

pasar tradisional, asumsi ini lahir atas kondisi keberhasilan Indomart dalam

menarik konsumen di wilayah-wilayah lain di Kota Salatiga.

Berdasarkan studi kasus dinamika gerakan kolektif dan gerakan

penolakan Indomart di Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga. Teori

dinamika protes kolektif dipakai berdasarkan beberapa pertimbangan, dimana

teori ini mampu menjadi pisau analisis yang memadai dalam menjelaskan

bagaimana munculnya suatu gerakan, serta faktor mobilisasi dan pola-pola

aktor dalam gerakan penolakan tersebut.

2.3 Indomart dan Sistem Kapitalisme

Manusia sebagai mahluk sosial dalam kenyataan kesehariannya tidak

akan bisa lepas dari kebutuhan sosial ekonomi, dimana aktifitas sosial

ekonomi merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan masyarakat antara lain; sandang, pangan, tingkat pendapatan, mata

pencaharian, dan sebagainya. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan

dengan penghasilan.

Berbicara mengenai pemenuhan kebutuhan, maka keberadaan pasar

merupakan wadah yang secara fungsional dapat menunjang sosial ekonomi

masyarakat, dan mempunyai peran penting didalam masyarakat

Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia pasar berarti tempat orang

berjual beli, secara umum merupakan sarana atau tempat bertemunya antara

penjual dan pembeli untuk melakukan proses transaksi jual beli barang

maupun jasa. Berdasarkan pengertian tersebut dalam kehidupan sehari-hari

pasar dibagi berdasarkan pasar tradisional dan pasar moderen

Klasifikasi pertama yakni pasar tradisional adalah tempat orang barjual

beli yang berlangsung di suatu tempat berdasarkan kebiasaan.Pasar

tradisional dalam pemaknaan tersebut di jadikan sebagai wadah dimana di

21

jadikan masyarakat sebagai tempat untuk melakukan pertukaran barang dan

jasa dengan menggunakan instrumen uang sebagai instrumen utama.

Tradisional dalam konteks ini merupakan pemahaman berdasarkan landasan

nilai dan norma yang telah menjadi konsensus bersama dan dipegang secara

turun temurun atau konsep tradisional yang melekat pada status pasar

tradisional di maknai berdasarkan sikap dan cara berfikir serta bertindak

yang selalu berpegang kepada norma dan adat kebiasaan.

Kalsifikasi kedua, yaitu pasar moderen adalah pasar yang tidak banyak

berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli

tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga

yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan

pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh

pramuniaga. Perbedaan antara dua konsep pasar tersebut berada pada sistem

yang diterapkan, dimana pasar tradisional menerapkan konsep yang fleksibel

dalam harga barang yang diperdagangkan, berbeda dengan sistem, dari pasar

moderen yang menerapkan konsep penjualan yang paten, dimana harga

sudah ditentukan melalui pelebelan pada produk. berangkat dari hal tersebut,

di Kota Salatiga sendiri memiliki beberapa pasar moderen, yaitu Mal Taman

Sari Ramayana, Departement Store, Mal Ada Baru City Walk, Roma Laris

Swalayan, Matahari Department StoreSuper Indo Hypermart. Serta ada pula

minimarket seperti Indomart, Alfamart, Bright, dan Smesco.

Sesuai dengan klasifikasi pasar yang telah dijelaskan di atas, di dalam

masyarakat dikenal dengan dua jenis pasar, yakni pasar tradisional dan pasar

moderen. Sesuai dengan ciri-cirinya pasar moderen sangat indentik dengan

dengan sistem penjualan yang rapi dan sistematis selain itu beberapa point

yang menjadikan pasar moderen mengungguli pasar tradisional adalah

berkaitan dengan ektifitas dan efesiensi, pelayanan yang ramah dan nyaman,

fasilitas yang memadai yang disiapkan oleh pasar-pasar moderen, harga

barang telah paten (terlebelkan), serta menjual lebih dari kebutuhan pokok

masyarakat.

22

Berdasarkan kualifikasi pasar moderen di atas, maka Indomart dan

alfamart yang masuk dalam kategori pasar moderen berdasarkan indikator-

idikator di atas, pada dewasa ini menjadi bagian pasar moderen yang paling

pesat perkembangannya. Sesuai dengan data pertumbuhan Indomart di

Indonesia, diketahui pada tahun 2011 jumlah garai Indomart di Indonesia

sudah mencapai 4.110 gerai yang terdiri dari 2.374 berformat reguler dan

1.783 gerai berformat waralaba, dimana Indomart dengabn format waralaba

merupakan hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan

usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka

memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat

dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian

waralaba.

Berdirinya kedua minimarket (Indomart dan alfamart) yang sangat

populer tersebut, terutama Indomart dalam kronologisnya Indomart berawal

dariPT. Indomarco Prismatama (Indomart) adalah perusahaan swasta

nasional pengelola jaringan minimarket Indomart dengan akta notaries No.

207 dan SIUP No.789/0902/PB/XII/88. Indomart merupakan salah satu

jaringan minimarket di Indonesia yang menyediakan kebutuhan pokok dan

kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 M2. Awal

terbentuknya perusahaan ini dimulai dari sebuah toko Indomart yang

menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari hari yang pertama kali

dibuka pada tahun 1987.

PT. Indomarco Prismatama mulai memperkenalkan sistem kemitraan

kepemilikan dan pengelolaan gerai dengan cara waralaba dan

mengembangkan bisnis gerai waralaba pertama di Indonesia.

(http://Indomart.co.id/ sejarah-dan-visi/).

Bagi Marx, problem modernitas adalah kapitalisme, dimana sistem

kapitalisme merupakan sebuah sistem organisasi ekonomi yang dicirikan oleh

hak milik privat atas alat-alat produksi dan distribusi yang pemanfaatannya

23

untuk mencapai laba dalam kondisi yang sangat kompetitif (Milton H.

Spencer;1990).Selajutnya pengertian sistem ekonomi kapitalis adalah suatu

sistem yang memberikan kebebasan yang cukup besar bagi pelaku-pelaku

ekonomi untuk melakukan kegiatan yang terbaik bagi kepentingan individual

atas sumberdaya-sumberdaya ekonomi atau faktor-faktor produksi. Pada

sistem ekonomi ini terdapat keleluasaan bagi perorangan untuk memiliki

sumberdaya, seperti kompetisi antar individu dalam memenuhi kebutuhan

hidup, persaingan antar badan usaha dalam dalam mencari keuntungan.

Prinsif keadailan yang dianut oleh system ekonomi kapitalis adalah setiap

orang menerima imbalan berdasarkan prestasi kerjanya. Dalam hal ini

campur tangan pemerintah sangat minim, sebab pemerintah berkedudukan

sebagai “pengamat” dan “pelindung” dalam ekonomi (Subandi;2005) secara

historis system tersebut lahir dari dari seorang Adam Smith, bukunya yang

terbit pada tahun 1776 dengan judul An Inquiry the nature and Cause of the

wealth of nation yang menghendaki setiap orang diberi kebebasan untuk

bekerja dan berusaha dalam persaingan sempurna dengan meniadakan sama

sekali intervensi pemerintah.

Indomart sebagai bagian dari pasar moderen, berdasarkan sistem yang di

tawarkan dan cukup berhasil, menghasilkan implikasi positif yakni mampu

menarik banyak konsumen. Konsekuensi dari fenomena tersebut, pasar

tradisional ataupun sejenisnya mengalami penurunan konsumen. Hal

dilatarbelakangi oleh beberapa hal, diantaranya pertimbangan rasional

masyarakat, dimana menganggap pasar tradisional tidak senyaman dan

sepraktis pasar-pasar moderen. selain itu menurut hasil penelitian

Wiboonpongse dan Sriboonchitta dalam Dewi (2013) mengemukakan minat

masyarakat berkurang untuk berbelanja di pasar tradisional disebabkan

kurang berkembangnya pasar tradisional dan juga dipengaruhi oleh

minimnya daya dukung karakteristik pedagang tradisional.

Sedangkan menurut hasil penelitian Paesoro (2007) menyimpulkan bahwa

penyebab utama kalah bersaingnya pasar tradisional dengan supermarket

24

adalah lemahnya manajemen dan buruknya infrastruktur pasar tradisional,

bukan semata-mata karena keberadaan supermarket. Berdaraskan poin-poin

di atas maka dapat rangkum tiga faktor utama yang mendorong meresotnya

pasar tradisional terhadap pasar moderen.ketiga faktor tersebut antara lain:

(a)minimnya daya dukung pasar (kelengkapan fasilitas umum), (b) lemahnya

manajemen pasar tradisional, dan (c) pertimbangan aspek kenyamanan pasar.

Dengan demikian berdasarkan system yang ditawarkan Indomart yang

cenderung efektif dan efisien serta di dukung oleh kekuatan finansial yang

cukup, Indomart hadir sebagai konsep sistem ekonomi kapitalis, dimana

terdapat kebebesan untuk bersaing dari segi kualitas dan kuantitas produk

untuk mengembangkan system Indomart yang cenderung kapitalistik.

Berangkat dari hal tersebut keberadaan pasar-pasar tradisional cenderung

akang kalah bersaing dengan Indomart, dikarenakan alasan sederhana yakni

kurangnya sumber daya finansial, alat dan lainya yang tidak sebanding

dibandingkan dengan sumber daya yang di miliki Indomart.

2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Fenomena Pasar

Moderen di Kota

Salatiga

Fenomena Indomart

di Salatiga

Konflik Sosial

Gerakan

Perlawanan

Terhadap aktifitas

Indomart di

Cengek, Tingkir

Kota Salatiga

Dinamika Protes

Kolektif (Sidney

Tarrow)

25

Kerangka berfikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu gejalah

yang menjadi objek permasalahan. Kerangka berfikir juga merupakan suatu

argumentasi dalam merumuskan hipotesis (www. Inforahl.com). Berdasarkan

pada gambaran kerangka pikir di atas maka secara umum alur konseptual dari

penelitian ini adalah bagaimana melihat fenomena menjamurnya pasar modern di

Kota Salatiga yaitu Indomart dan alfamart.

Selain itu melihat secara mendalam beberapa persoalan yang muncul di

Kota Salatiga berdasarkan fenomena Indomart dan alfamart tersebut, serta melihat

gerakan penolakan atas di bangunnya Indomart di daerah Cengek, Kelurahan

Tingkir Lor Kota Salatiga. Berdasarkan gerakan penolakan tersebut melalui

kerangka berfikir di atas penulis mencoba untuk melihat bagaimana upaya

gerakan penolakan Indomart, peran aktor dalam gerakan penolakan serta, faktor-

faaktor pendukung dalamgerakan penolakan, dimana penulis menggunakan teori

gerakan sosial sebagai pisau analisisnya.

Faktor-Faktor

Pendukung

Gerakan

Perlawanan

Indomart di

Cengek Kota

Salatiga

Output Gerakan

(Berhasil/Gagal)