bab ii kajian pustaka - repository.uksw.edu

19
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Nasution (2010) memaparkan bahwa belajar terjadi jika ada hasilnya yang dapat diperlihatkan. Belajar terjadi hanya dapat diketahui jika ada sesuatu yang dingat dari apa yang dipelajari. Bloom dalam Sudjana, (2010) mengklasifikasi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotoris. Ranah afektif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan empat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranaf afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, terdiri dari enam aspek yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif serta interpretatif. Diantara ketiga ranah tersebut ranah kognitif yang paling banyak dinilai oleh guru di sekolah berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan ajar. Dipaparkan pula oleh Yamin (2003) bahwa hasil belajar dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, tentunya perubahan tersebut merupakan perubahan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Sudjana (2010), proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Nasution (2010) memaparkan bahwa belajar terjadi jika

ada hasilnya yang dapat diperlihatkan. Belajar terjadi hanya

dapat diketahui jika ada sesuatu yang dingat dari apa yang

dipelajari.

Bloom dalam Sudjana, (2010) mengklasifikasi hasil belajar

menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotoris.

Ranah afektif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan dan ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua

aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan empat aspek

berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranaf afektif

berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil

belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, terdiri dari

enam aspek yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,

kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan

keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif serta

interpretatif. Diantara ketiga ranah tersebut ranah kognitif yang

paling banyak dinilai oleh guru di sekolah berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan ajar.

Dipaparkan pula oleh Yamin (2003) bahwa hasil belajar

dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan, tentunya perubahan tersebut merupakan

perubahan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Sudjana (2010), proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

6

masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) ketrampilan motoris.

Menurut Glaser ada dua macam penilaian hasil belajar

yaitu norm-referenced dan criterion-referenced. Penilaian norm-

referenced didasarkan pada penilaian murid yang dibandingkan

dengan hasil keseluruhan kelas, yang diutamakan disini adalah

perbedaan individu. Penilaian criterion-referenced yaitu

penilaian hasil belajar berdasarkan standar atau kriteria

tertentu, yaitu yang ditentukan oleh tujuan belajar, dalam

penilaian ini yang perlu diketahui adalah sampai dimana siswa

telah mencapai tujuan tersebut, sehingga tujuan harus

dirumuskan secara spesifik. Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam penilaian dengan criterion-referenced yaitu: Soal harus

berhubungan langsung dengan rumusan tujuan pelajaran; Murid

harus diberitahukan dengan jelas hasil apa yang diharapkan

pada akhir pelajaran; Pertanyaan hendaknya jangan mengenai

hal-hal yang dapat dihafal, kecuali sesuatu memang harus

dihafal sebagai hasil belajar yang diharapkan. Siswa yang gagal

memenuhi standar yang ditentukan menurut tujuan, maka siswa

tersebut harus mengulang pelajaran agar dapat menguasai

materi, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam

pelajaran selanjutnya (Nasution, 2010).

Sabri (2007) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi

oleh dua faktor utama yaitu faktor dari lingkungan dan faktor

yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang

dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengarunya

terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan

oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi

oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua

jenis yaitu yang bersumber dari dalam diri manusia (faktor

internal) dan faktor yang bersumber dari luar diri manusia

(faktor eksternal). Faktor internal dapat diklasifikasikan menjadi

dua yaitu faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

7

yaitu usia, kematangan, dan kesehatan. Lain halnya dengan

faktor psikologis yaitu kelelahan, suasana hati, motivasi, minat,

dan kebiasaan belajar. Faktor eksternal juga diklasifikasikan

menjadi dua jenis yaitu faktor manusia (human) dan non

manusia seperti alam benda, hewan, dan lingkungan (Arikunto,

1990).

Berdasarkan pengertian-pengertian yang sudah

dipaparkan oleh pakar tersebut penelitian ini sejalan dengan

pendapat Sudjana (2010), yang menyebutkan bahwa hasil

belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa

dapat dilihat dari kemampuannya setelah siswa mempelajari

suatu materi tertentu.

b. Tujuan dan Fungsi Penilaian Hasil Belajar

Menurut Hamdani (2011) menyebutkan tujuan dan fungsi

penilaian hasil belajar. Tujuan itu sendiri dibagi menjadi dua

yaitu tujuan penilaian secara umum dan khusus. Tujuan umum

penilaian hasil belajar yaitu: Menilai pencapaian kompetensi

siswa; Memperbaiki proses pembelajaran; Sebagai bahan

penyusunan laporan kemajuan belajar siswa. Tujuan khusus

penilaian hasil belajar yaitu: Mengetahui kemajuan dan hasil

belajar siswa; Mendiagnosis kesulitan belajar; Memberikan

umpan balik atau perbaikan proses belajar mengajar;

Menentukan kenaikan kelas; Memotivasi belajar siswa dengan

cara mengenal dan memahami diri serta merangsang untuk

melakukan usaha perbaikan.

Fungsi penilaian hasil belajar, yaitu meliputi: Bahan

pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas; Umpan balik

dalam perbaikan proses belajar mengajar; Meningkatkan

motivasi siswa; dan Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.

2. Modul

a. Pengertian

Hamdani (2011) memaparkan bahwa modul merupakan

sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis atau cetak yang

disusun secara sistematis, memuat materi pembelajaran,

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

8

metode, tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar

atau indikator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan

belajar mandiri (self instructional) dan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menguji diri sendiri melalui latihan yang

disajikan dalam modul.

Pengertian modul juga dikemukan oleh Nasution (2010),

modul merupakan suatu kesatuan yang bulat dan lengkap yang

terdiri atas serangkaian kegiatan belajar yang secara empirik

telah terbukti memberi hasil belajar yang efektif untuk

mencapai tujuan yang dirumuskan secara jelas dan spesifik.

Sejalan dengan pengertian tersebut, Sabri (2007) juga

mengemukakan pengertian modul yaitu modul merupakan

suatu unit yang lengkap yang terdiri dari rangkaian kegiatan

belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai tujuan

yang telah dirumuskan. Modul merupakan suatu paket

kurikulum yang disediakan untuk dapat digunakan siswa belajar

sendiri, sehingga tanpa kehadiran guru siswa dapat belajar

secara mandiri.

Menurut Winkel (2004) modul merupakan satuan

program belajar mengajar terkecil, yang dipelajari oleh siswa

sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada

dirinya sendiri (self instructional), setelah siswa menyelesaikan

satuan yang satu, siswa akan mempelajari satuan berikutnya.

Berdasarkan pengertian di atas maka penelitian akan

menggunakan teori modul dari Nasution (2010) yaitu bahwa

modul merupakan suatu kesatuan yang bulat dan lengkap yang

terdiri atas serangkaian kegiatan belajar yang secara empirik

telah terbukti memberi hasil belajar yang efektif untuk

mencapai tujuan yang dirumuskan secara jelas dan spesifik.

b. Tujuan Pembelajaran Modul

Menurut Sabri (2007) sistem pembelajaran modul

dipandang lebih efektif karena pembelajaran modul merupakan

salah satu bentuk pembelajaran mandiri yang dapat

membimbing siswa untuk belajar sendiri mengenai materi

pembelajaran tanpa adanya campur tangan guru atau dosen.

Tujuan dari pembelajaran modul adalah sebagai berikut: Siswa

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

9

dapat belajar sesuai dengan cara mereka masing-masing; Siswa

mempunyai kesempatan untuk belajar sesuai dengan kecepatan

masing-masing; Siswa dapat memilih topik pembelajaran yang

diminati, karena siswa tidak mempunyai pola minat yang sama

untuk mencapai tujuan yang sama; Siswa diberi kesempatan

untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan

memperbaiki kelemahannya melalui program remidial.

Tujuan pembelajaran modul juga dipaparkan oleh

Nasution (2010) tujuan dengan penggunaan modul yaitu:

Memberi kesempatan siswa untuk memilih diantara banyak

topik dalam rangka suatu program; Mengadakan penilaian yang

sering mengenai kemajuan dan kelemahan siswa; Memberikan

modul remidial untuk mengolah kembali seluruh bahan yang

telah diberikan untuk pemantapan dan perbaikan atau

mengulang bahan dengan metode cara lain untuk

mempermudah siswa dalam memahami materi.

c. Kelebihan dan Kekurangan Pengajaran Modul

Hamdani (2011) memaparkan manfaat modul bagi siswa

dan bagi guru. Manfaat modul bagi siswa yaitu: Siswa memiliki

kesempatan melatih diri belajar secara mandiri; Belajar menjadi

lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan di luar

jam pelajaran; Berkesempatan mengekspresikan cara-cara

belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya;

Berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan

mengerjakan latihan yang disajikan dalam modul; Mampu

membelajarkan diri sendiri; Mengembangkan kemampuan siswa

dalam berinteraksi langsung dengan sumber belajar yang

lainnya.

Manfaat modul bagi kepentingan guru yaitu: Mengurangi

kebergantungan terhadap ketersediaan buku teks; Memperluas

wawasan karena disusun dengan menggunakan berbagai

referensi; Menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman

dalam menulis bahan ajar; Membangun komunikasi yang efektif

antara dirinya dan siswa karena pembelajaran tidak harus

berjalan secara tatap muka; Menambah angka kredit jika

dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

10

Menurut Nasution (2010) modul memiliki keuntungan

baik untuk siswa maupun guru. Keuntungan penggunaan modul

bagi siswa adalah: Modul memberikan feedback, sehingga siswa

dapat mengetahui tingkat hasil belajarnya, dengan demikian

kesalahan dapat segera diperbaiki; Setiap siswa mendapat

kesempatan untuk mencapai angka/nilai tertinggi dengan

menguasai bahan pelajaran secara tuntas, dengan demikian

diharapkan siswa memperoleh dasar yang lebih mantap untuk

memulai materi yang baru; Tujuan modul harus jelas, spesifik,

dan dapat dicapai oleh murid; Memotivasi siswa untuk lebih

memahami materi dengan langkah-langkah yang teratur;

Penggunaan modul bersifat fleksibel, dapat disesuaikan dengan

perbedaan siswa baik dari kecepatan belajar, cara belajar, atau

pun bahan belajar; Timbul rasa kerjasama baik antar murid

maupun guru dengan murid; Memberi kesempatan untuk

pelajaran remidial. Pembelajaran dengan menggunakan modul

juga mempunyai keuntungan bagi guru, yaitu: Rasa puas dari

guru karena kesuksesan yang dicapai oleh siswa; Penggunaan

modul dapat memberikan kesempatan lebih banyak bagi guru

untuk memberi bantuan dan perhatian kepada siswa; Guru lebih

mempunyai banyak waktu untuk memberi ceramah dan

pelajaran tambahan sebagai pengayaan; Guru terbebas dari

rutinitas yaitu melakukan persiapan pelajaran karena semuanya

sudah tersedia di modul; Antar sekolah maupun perguruan

tinggi dapat bertukar modul; Mendorong guru lebih bersikap

ilmiah tentang profesinya; Evaluasi formatif lebih mudah

dilakukan.

Penggunaan modul juga mempunyai kelemahan, menurut

Nasution (2010) meskipun terdapat banyak keuntungan dari

penggunaan modul namun ada kelemahan yang ada baik bagi

guru, siswa, maupun administrator. Kesulitan bagi siswa yaitu

siswa tidak terbiasa dengan metode belajar yang baru seperti

modul karena siswa terbiasa dengan metode mastery learning

yaitu guru sebagai pusat pengetahuan sehingga metode baru

sulit diterima oleh siswa. Kesulitan bagi pengajar yaitu: Pada

saat menyiapkan modul, yaitu untuk modul yang baik

dibutuhkan banyak waktu, keahlian dan keterampilan yang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

11

cukup; Guru merasa kehilangan gengsi karena kedudukan guru

yang tinggi yaitu sebagai pusat pengetahuan akan banyak

berkurang dengan pengajaran modul; Tidak semua siswa

mempelajari bahan yang sama sehingga guru harus menjawab

pertanyaan siswa yang berbeda-beda. Kesulitan yang dialami

oleh administrator yaitu dengan menggunakan modul

membutuhkan lebih banyak biaya dan tenaga.

d. Langkah-Langkah Penyusunan Modul

Langkah-langkah dalam penyusunan modul adalah

sebagai berikut (Sabri, 2007): Merumuskan tujuan secara jelas

dan spesifik dalam bentuk mengamati kelakuan siswa; Urutan

tujuan-tujuan yang menentukan langkah-langkah yang harus

diikuti dalam modul; Tes diagnostik untuk mengukur

pengetahuan dan kemampuan siswa serta latar belakang

mereka sebagai prasyarat untuk menempuh modul; Menyusun

alasan pentingnya modul ini bagi siswa; Kegiatan belajar

direncanakan untuk membantu dan membimbing siswa dalam

mencapai kompetensi-kompetensi dan merumuskan dalam

tujuan; Menyusun posttes untuk mengukur hasil belajar siswa;

Menyiapkan sumber-sumber berupa bacaan yang dibutuhkan

siswa.

Dipaparkan pula oleh Hamdani (2011) tentang urutan

penyusunan sebuah modul: Menetapkan judul modul yang akan

disusun; Menyiapkan buku-buku sumber dan buku referensi

lainnya; Melakukan identifikasi terhadap kompetensi dasar,

melakukan kajian terhadap materi pembelajaran, serta

merancang bentuk kegiatan pembelajaran yang sesuai;

Mengidentifikasi indikator pencapaian kompetensi dan

merancang bentuk dan jenis penilaian yang disajikan;

Merancang format penulisan modul; Penyusunan draf modul;

Melakukan validasi dan finalisasi terhadap draf modul;

e. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Menggunakan Modul

Langkah-langkah belajar menggunakan modul menurut

Suryosubroto (1983) sebagai berikut: Langkah pertama yaitu

pada saat akan dimulainya penggunaan modul. Sebelum modul

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

12

digunakan dalam pembelajaran di kelas guru harus terlebih

dahulu mempelajari bahan modul atau materi yang disajikan

dalam modul. Guru juga harus mempelajari alat-alat dan sumber

belajar yang harus disediakan agar modul tersebut dapat

digunakan secara maksimal. Langkah kedua yaitu pada saat

berlangsungnya proses belajar. Guru harus kreatif dalam

pembelajaran dengan menggunakan modul, guru sebaiknya

melaksanakan pembelajaran berdasarkan pada pedoman guru,

selain itu guru juga menjelaskan kepada siswa jika ada hal-hal

penting yang harus diperhatikan di dalam modul. Guru juga

menegaskan kepada siswa bahwa siswa tidak perlu tergesa-gesa

dalam menyelesaikan modul namun yang lebih penting adalah

siswa menguasai materi yang terdapat di dalam modul. Saat

pembelajaran menggunakan modul siswa boleh bertanya

kepada guru atau teman yang dianggap lebih tahu tentang hal-

hal yang belum jelas. Guru juga harus berkeliling kelas untuk

mengecek seberapa jauh siswa memahami petunjuk di dalam

modul, kesulitan yang dialami siswa, serta seberapa jauh siswa

memahami dan mengerjakan tugas-tugas atau lembar kerja

yang terdapat di dalam modul. Materi boleh dijelaskan di depan

kelas jika semua siswa dirasa mempunyai kesulitan yang sama

dalam mempelajari materi di dalam modul.

Langkah ketiga yaitu pada saat siswa selesai

mengerjakan seluruh lembaran kegiatan siswa dan lembaran

kerja. Siswa baru boleh mengambil tes jika sudah benar-benar

menguasai modul yang dipelajari, untuk mengetahui apakah

siswa sudah menguasai modul atau belum dapat dilihat dengan

memeriksa lembaran kerja siswa. Tes diberikan jika siswa benar-

benar telah menyelesaikan Lembaran Kegiatan dan Lembaran

Kerja dengan baik. Langkah keempat yaitu pada saat siswa telah

menyelesaikan lembaran tes. Siswa yang telah mencapai sekor

75% guru harus segera memberikan tugas-tugas pengayaan atau

memberika modul baru sebagai kelanjutan modul yang diteskan.

Siswa yang belum mencapai sekor 75% guru harus segera

mengadakan identifikasi terhadap bagian-bagian yang membuat

siswa salah dan memberikan bimbingan khusus kepada siswa

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

13

yang masih belum paham atau mempelajari latar belakang

kesulitan siswa tersebut sebelum mengambil suatu keputusan.

f. Unsur-Unsur Administrasi Sistem Modul

Menurut Nasution (2010) administrasi dengan

menggunakan modul ada tiga unsur yaitu pengembangan

modul, pelaksanaan, dan biaya. Hal-hal yang termasuk dalam

pengembangan modul yaitu: Memilih bahan pelajaran dan alat-

alat pelajaran; Menyusun bahan dalam satuan-satuan untuk

setiap modul; Merumuskan tujuan setiap modul; Menyesuaikan

tujuan dengan proses belajar; Merencanakan cara memonitor

dan mencatat kemajuan serta hasil belajar siswa; Merencanakan

evaluasi akhir hasil belajar. Unsur yang kedua yaitu pelaksanaan,

hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan yaitu: Penyebaran dan

penyampaian modul kepada siswa; Mencatat hasil belajar siswa;

Memonitor kemajuan belajar siswa; Memberi balikan kepada

siswa; dan menilai hasil belajar akhir. Unsur ketiga dalam

administrasi sistem modul yaitu biaya. Dibandingkan dengan

pengajaran konvensional, pengajaran dengan menggunakan

modul pada umumnya memakan biaya yang lebih banyak. Biaya

yang dimaksud antara lain: Masalah waktu, pengajar

membutuhkan banyak waktu untuk menyusun modul; Biaya alat

audio-visual, pegawai administrasi, dan alat laboratorium; Biaya

untuk memperbanyak modul, buku bimbingn belajar, dan

komponen yang lain; dan Biaya ruang belajar.

g. Komponen Modul Pembelajaran

Menurut Sabri (2007) Modul pembelajaran merupakan

satuan yang terdiri dari komponen utama sebagai berikut:

Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik; Petunjuk

untuk guru; Petunjuk untuk siswa; Lembaran kegiatan siswa

yang memuat materi pembelajaran yang harus dikuasai siswa;

Lembaran kerja; Kunci evaluasi.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Winkel (2004)

komponen-komponen pada modul adalah: Pedoman

guru/Petunjuk guru, yaitu menguraikan peran guru dalam

kegiatan belajar mengajar, mendiskripsikan unit yang dipelajari,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

14

kegiatan-kegiatan siswa, alat-alat pelajaran yang digunakan, dan

alat evaluasi; Lembar Kegiatan Siswa, yaitu berisi rumusan

tujuan instruksional yang akan dicapai, kegiatan-kegiatan belajar

yang harus dilakukan, alat-alat pelajaran yang digunakan, dan

tugas-tugas yang harus diselesaikan; Lembar Kerja, yaitu

menyertai Lembar Kerja Siswa berisi pertanyaan-pertanyaan

dan tugas-tugas yang harus dikerjakan; Kunci Lembar Kerja,

yaitu berisi jawaban-jawaban atas pertanyaan atau tugas yang

ada dalam Lembar Kerja sehingga siswa dapat mencocokkan

sendiri; Lembar Tes, yaitu berisi soal-soal yang harus dikerjakan

untuk mengukur tingkat keberhasilan/penguasaan setelah

modul dipelajari, ini berisi tes formatif; Kunci Lembar Tes, yaitu

berisi jawaban-jawaban atas soal-soal dalam Lembar Tes,

sehingga siswa dapat mencocokannya sendiri.

h. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Modul

Prinsip pembelajaran dengan menggunakan modul

dipaparkan oleh Sabri (2007) pembelajaran modul memiliki

karakteristik tersendiri yang luas dan berbeda dengan

pembelajaran individual lainnya, yaitu: Prinsip fleksibilitas, yakni

prinsip menyesuaikan perbedaan siswa; Prinsip feed-back;

Prinsip penguasaan tuntas (mastery learning), artinya siswa

belajar tuntas; Prinsip remidial, memberikan kesempatan

kepada siswa untuk memperbaiki kesalahan atau

kekurangannya; Prinsip motivasi dan kerjasama; Prinsip

pengayaan.

i. Tahap-Tahap Pengembangan modul

Banyak pendapat ahli mengenai aspek yang harus

diperhatikan dalam pengembangan modul. Menurut Rowntree

ada 9 aspek dalam pengembangan modul yaitu (Setiawan,

2007): Membantu pembaca untuk menemukan cara

mempelajari modul, misalnya dengan mengulangi bagian-bagian

yang sulit; Menjelaskan apa yang perlu pembaca persiapkan

sebelum mempelajari modul; Menjelaskan apa yang diharapkan

dari pembaca setelah mereka selesai mempelajari modul;

Memberi pengantar tentang cara pembaca ‘menghadapi’

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

15

modul, misalnya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk

mempelajari bagian tertentu atau bagaimana mempersiapkan

diri untuk mengerjakan tugas yang diminta dalam modul;

Menyajikan materi sejelas mungkin sehingga pembaca dapat

mengaitkan materi yang dipelajari dari modul dengan dengan

apa yang sudah diketahui sebelumnya; Memberi dukungan pada

pembaca agar berani mencoba langkah yang diperlukan untuk

memahami materi modul; Melibatkan pembaca dalam latihan

dan kegiatan yang akan membuat mereka berinteraksi dengan

materi yang sedang dipelajari. Sebisa mungkin menghindari agar

pembaca tidak hanya sekedar membaca materi; Memberikan

umpan balik pada latihan dan kegiatan yang dilakukan pembaca.

Hal ini penting bagi pembaca untuk menilai tingkat

keberhasilannya dalam memahami materi dalam modul;

Membantu pembaca untuk meringkas dan merefleksikan apa

yang sudah dipelajari setelah mempelajari modul.

Menurut Nasution (2010) langkah-langkah penyusunan

atau pengembangan modul adalah sebagai berikut:

Merumuskan tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk sikap

siswa yang dapat diamati dan diukur; Mengurutkan tujuan-

tujuan tersebut yang menentukan langkah-langkah yang diikuti

dalam modul; Tes diagnostik untuk mengukur latar belakang

siswa, pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimilikinya

sebagai prasyarat untuk menempuh modul; Menyusun alasan

pentingnya modul ini bagi siswa; Kegiatan-kegiatan belajar

dirancang untuk membantu dan membimbing siswa agar

mencapai kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan;

Menyusun posttest untuk mengukur hasil belajar siswa dan

sampai dimana siswa telah menguasai tujuan modul;

Menyiapkan sumber bacaan bagi siswa jika siswa

memerlukannya.

j. Format Modul

Menurut Hamdani (2011) format dalam penyusunan

modul adalah: Halaman sampul berisi judul pokok bahasan dan

logo. Halaman sampul ini juga berisi nama penulis, nama mata

pelajaran, dan keterangan yang dianggap perlu ditambahkan;

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

16

Pokok bahasan, berisi seperti yang tertulis pada Standar

Kompetensi; Pengantar berisi kedudukan modul dalam suatu

mata pelajaran, ruang lingkup materi modul, serta kaitan antar

pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan; Kompetensi Dasar

dikutip dari standar isi (kurikulum). Satu kompetensi dasar

biasanya dirancang menjadi beberapa kegiatan belajar,

tergantung pada keluasan dan kedalaman materi; Kompetensi

Dasar dikutip dari standar isi kurikulum, satu kompetensi dasar

biasanya dibuat untuk satu kegiatan belajar; Tujuan

pembelajaran yaitu merupakan rumusan gambaran tentang

kemampuan tertentu yang harus dicapai oleh siswa setelah

menyelesaikan pengalaman belajar tertentu.

Selanjutnya yaitu kegiatan belajar, dalam satu modul

biasanya terdiri dari satu sampai tiga kegiatan belajar atau

bahkan lebih, sesuai dengan silabus dan RPP; Judul kegiatan

belajar ditulis secara singkat, tetapi menggambarkan

keseluruhan isi materi pembelajaran; Uraian dan contoh, pada

bagian ini sebelum menuliskan uraian dan contoh harus ditulis

judul dan sub unit kecil terlebih dahulu. Uraian materi ditulis

dengan bahasa sederhana, tetapi tidak mengurangi substansi

materi, uraian disampaikan dalam bentuk bertutur sehingga

memberi kesan seolah-olah guru berada di depan siswa. Contoh

juga harus disertakan secara lengkap dan jelas sehingga dapat

membantu siswa dalam memahami materi; Latihan dalam

modul merupakan alat untuk menguji diri sendiri bagi siswa.

Mengerjakan tugas dan soal-soal dalam latihan, siswa dapat

mengukur seberapa besar kemampuannya menguasai pokok-

pokok materi. Hendaknya latihan juga disertai dengan petunjuk-

petunjuk praktis dan jelas; Bagian rangkuman, ditulis pokok-

pokok materi yang telah disajikan dalam uraian dan contoh.

Tes formatif dalam modul dibuat untuk mengukur

kemajuan belajar siswa dalam satu unit pembelajaran. Tes

formatif biasanya dibuat dalam bentuk tes objektif (benar

salah, pilihan ganda, isian/melengkapi kalimat, menjodohkan

atau memasangkan sesuatu); Umpan balik dan tindak lanjut

yaitu memberikan rumus yang dapat digunakan untuk

memaknai pencapaian hasil belajar siswa sehingga dapat

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

17

diberikan umpan balik dan tindak lanjut yang harus digunakan;

Kunci jawaban, diberikan pada halaman yang berbeda dengan

maksud agar siswa dapat mengukur kemampuan diri sendiri;

Daftar pustaka, mencantumkan daftar kepustakaan yang

dijadikan sumber dalam penyusunan modul.

Berdasarkan pengertian, tujuan, kelemahan, keuntungan,

serta langkah-langkah penyusunan modul penelitian ini sejalan

dengan pendapat Nasution (2010), yaitu bahwa modul merupakan

suatu kesatuan yang bulat dan lengkap yang terdiri atas serangkaian

kegiatan belajar yang secara empirik telah terbukti memberi hasil

belajar yang efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan secara

jelas dan spesifik.

3. Miskonsepsi

a. Pengertian Konsep

Menurut Winkel (2004) konsep merupakan satuan arti

yang mewakili sejumlah obyek yang mempunyai ciri-ciri yang

sama dalam bentuk lambang mental yang penuh gagasan.

Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan

pemahaman dan kerap dikenal dengan concept information.

Orang yang mempunyai konsep mampu melakukan abstraksi

terhadap obyek-obyek yang dihadapinya sehingga obyek

tersebut ditempatkan dalam golongan atau klasifikasi tertentu.

Sejalan dengan pengertian konsep, Berg dalam Widiawati (2010)

menyebutkan bahwa konsep adalah abstraksi dari ciri-ciri

sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan

yang memungkinkan manusia berfikir.

Edwardes (dalam Bintoro, 2010) menyebutkan bahwa

konsep merupakan golongan benda, simbol, atau peristiwa

tertentu yang digolongkan berdasarkan sifat yang dimiliki

masing-masing dan dapat diberikan nama yang khusus atau

dapat diperlihatkan dengan sebuah simbol khusus. Konsep

dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: Object concept (konsep

benda) yaitu konsep yang dapat ditunjukkan dengan gambar,

foto atau model. Misalnya gambar lampu, gambar pohon, foto

rumah, dll; Symbol concept (konsep simbol atau lambang) yaitu

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

18

konsep yang dapat ditunjukkan melalui jenis kata yang khusus,

bilangan, tanda, atau bisa dengan hal lain yang merupakan

benda-benda, peristiwa, atau merupakan hubungan antarnya.

Misalnya kuadrat, akar kuadrat, dll; Event concept (konsep

peristiwa) yaitu konsep yang menunjukkan interaksi antara

benda-benda yang hidup dengan yang mati. Misalnya

percepatan, pertumbuhan, dll.

Cara seseorang memperoleh konsep menurut Dahar ada

dua cara yaitu (Mulyati, 2005): Cara Formasi konsep yaitu

konsep diperoleh anak sebelum masuk sekolah atau dapat

dikatakan belajar konsep konkret dari pengalaman. Pengalaman

konsep dapat terjadi dengan proses induksi, belajar penemuan,

dan mengikuti pola eg-rule atau pola contoh. Misalnya konsep

ayam, anjing, kucing, bola, dll; Cara Asimilasi konsep yaitu

konsep diperoleh selama atau sesudah anak belajar di sekolah,

pada umumnya anak belajar konsep abstrak. Konsep diperoleh

dengan proses deduktif, belajar sajian, dan belajar konsep

sebagai aturan atau contoh rule-eg.

b. Pengertian Miskonsepsi

Miskonsepsi berarti kesalahpahaman (misconception)

tentang suatu konsep ilmu, kadang-kadang disebut pula teori

siswa, kesalah pengertian (misunderstanding), salah konsep

atau salah alternatif (alternative concept). Miskonsepsi juga

menyangkut pra konsep (pra conception) yang tidak cocok

dengan segi ilmu (Tunu, 2010). Sejalan dengan pengertian

tersebut Mu’Awinah (2010) memaparkan pula bahwa

miskonsepsi menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai

dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima pakar

dalam bidang itu.

Menurut Suparno dalam penelitian Widiawati (2010)

mengidentifikasi ada lima sebab utama miskonsepsi dan masing-

masing ditimbulkan oleh sebab kusus yaitu yang berasal dari

siswa, guru, buku teks, konteks, dan cara mengajar. Penyebab-

penyebab tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut :

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

19

Tabel 1 Sebab Utama Miskonsepsi

Sebab Utama Sebab Kusus

1. Siswa a. Prakonsepsi. b. Pemikiran asosiatif. c. Pemikiran humanistik. d. Reasoning yang tidak lengkap. e. Intuisi yang salah. f. Tahap perkembangan kognitif siswa. g. Kemampuan siswa. h. Minat belajar siswa.

2. Guru a. Tidak menguasai bahan. b. Bukan lulusan dari bidangnya. c. Tidak mengungkapkan prakonsepsi

siswa. d. Relasi guru dan siswa tidak baik.

3. Buku teks a. Penjelasan keliru. b. Salah tulis terutama dalam rumus. c. Tingkat kesulitan penulisan buku terlalu

tinggi bagi siswa. d. Siswa tidak tahu teknik membaca buku

teks. e. Kartun yang sering membuat miskonsepsi.

4. Konteks a. Pengalaman siswa. b. Bahasa sehari-hari berbeda. c. Teman diskusi yang salah. d. Keyakinan dan agama. e. Penjelasan orang tua dan orang lain yang

keliru. f. Konteks hidup siswa (TV, radio, film) yang

keliru. g. Perasaan senang dan tidak senang. h. Bebas dan tertekan.

5. Cara mengajar

a. Hanya berisi ceramah dan menulis. b. Langsung ke dalam bentuk matematika. c. Tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa. d. Tidak mengoreksi PR yang salah. e. Model praktikum. f. Model diskusi.

Menurut Sleeman tipe kesalahan dikelompokkan ke

dalam tiga tipe kesalahan Tunu (2010) dan Widiawati (2010):

Tipe kesalahan I (Precenden Errors) yaitu kesalahan siswa dalam

menerapkan konsep-konsep dasar pada bilangan berpangkat

seperti menjumlahkan bilangan berpangkat, menjumlahkan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

20

koefisien dan variabel, mengabaikan simbol (tidak

memperhatikan tanda kurung) dan tidak memperhatikan letak

pangkat. Tipe kesalahan II (Sustitution Errors) yaitu kesalahan

siswa yang tidak dapat mengingat konsep yang telah diajarkan

seperti mengkalikan pangkat ketika soal menyebutkan perkalian

bilangan berpangkat dan membagi pangkat ketika soal

menyebutkan pembagian pada bilangan berpangkat. Tipe

kesalahan III (Non Modeled Errors) yaitu kesalahan yang tidak

dapat didiagnosa seperti siswa menjawab secara langsung dan

kesalahan karena kecerobohan menjumlahkan, mengurangi,

mengkalikan, dan membagi, serta kecerobohan siswa dalam

penulisan huruf.

4. Materi Ajar

a. Bilangan Pangkat

1. Pangkat Bulat Positif

𝑎𝑛 = 𝑎 × 𝑎 × 𝑎 × … × 𝑎 × 𝑎 × 𝑎

Sifat-sifat pangkat:

Sifat-sifat bilangan berpangkat bulat positif adalah

sebagai berikut, jika a dan b bilangan real serta n, p, dan q

bilangan bulat positif maka berlaku:

a) 𝑎𝑝 × 𝑎𝑞 = 𝑎𝑝+𝑞

b) 𝑎𝑝 ∶ 𝑎𝑞 = 𝑎𝑝−𝑞 dengan 𝑝 > 𝑞

c) 𝑎𝑝 𝑞 = 𝑎𝑝 ×𝑞

d) 𝑎 × 𝑏 𝑛 = 𝑎𝑛 × 𝑏𝑛

e) 𝑎

𝑏 𝑛

= 𝑎𝑛

𝑏𝑛 , dengan b 0

2. Pangkat Bulat Negatif

Misal 𝑎 ∈ 𝑹 dan 𝑎 ≠ 0, maka 𝑎−𝑛 adalah

kebalikan dari 𝑎𝑛 atau sebaliknya, secara matematis

dapat ditulis:

𝑎−𝑛 = 1

𝑎𝑛 atau 𝑎𝑛 = 1

𝑎−𝑛

n faktor

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

21

B. Penelitian yang Relevan

Harahap (2010) penelitiannya tentang Efektifitas Penggunaan

Modul Matematika Pokok Bahasan Fungsi, Persamaan dan

Pertidaksamaan Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA di

Kabupaten Katingan. Berdasarkan penelitiannya menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan hasil belajar matematika pada siswa yang diberikan

pembelajaran matematika dengan menggunakan modul matematika

dan tidak menggunakan modul matematika pada pokok bahasan fungsi,

persamaan dan pertidaksamaan. Siswa yang menggunakan modul

matematika memperoleh hasil yang lebih baik daripada siswa yang tidak

menggunakan modul matematika

Penelitian yang dilakukan oleh Citrawathi (2006) yang berjudul

Pengembangan Pembelajaran Biologi Dengan Menggunakan Modul

Berorientasi Siklus Belajar dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar

Siswa di SMA. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar

siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivistik dengan modul

berorintasi siklus belajar lebih baik dibandingkan dengan menggunakan

cara konvensional, dan secara umum respon siswa dan guru terhadap

pembelajaran biologi menggunakan modul berorientasi siklus belajar

adalah positif atau baik. Pujani (2006) dalam penelitiannya yang

berjudul Peningkatan Kualitas Perkuliahan Termodinamika dengan

Mengintensifkan Penggunaan Tes Formatif Melalui Pembelajaran

Kooperatif Bermodul, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

kualitas proses pembelajaran membaik, hasil belajar mengalami

peningkatan, dan respon mahasiswa terhadap strategi perkuliahan yang

diterapkan positif.

Hasil penelitian Mardana (2007) yang berjudul Pembelajaran

Modul Eksperimen Berbasis ICT Dengan Model Cognitive Apprenticeship

dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika dan Literasi Komputer

Mahasiswa menunjukkan bahwa pembelajaran modul eksperimen

berbasis ICT dapat menurunkan miskonsepsi, meningkatkan aktivitas

belajar, hasil belajar, dan respon mahasiswa

C. Kerangka Berfikir

Keberhasilan proses belajar mengajar khususnya pada

pembelajaran matematika dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan

penguasaan materi. Keberhasilan pembelajaran matematika dapat diukur

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

22

dari kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan berbagai

konsep untuk memecahkan masalah. Siswa dikatakan paham apabila

indikator-indikator pemahaman tercapai. Mengacu pada indikator-

indikator tersebut berarti jika siswa dapat mengerjakan soal-soal yang

diberikan dengan baik dan benar maka siswa dikatakan paham.

Pembelajaran matematika disekolah terutama di SMP kelas IX

dalam materi Bilangan Berpangkat menjadi suatu masalah jika siswa salah

dalam pemahaman dan akan sangat sulit untuk memperbaikinya. Oleh

karena itu penelitian akan mencoba untuk merancang modul dalam

pembelajaran untuk melakukan remidiasi atau menanamkan konsep yang

benar terhadap materi tersebut. Modul ini diharapkan dapat digunakan

dalam pembelajaran dikelas agar siswa dapat memahami materi dengan

tepat.

Penelitian ini merupakan salah satu alternatif yang dapat

dilakukan untuk mengurangi miskonsepsi siswa yang menyebabkan siswa

salah dalam memahami konsep pada pembelajaran matematika.

Prosedur penelitian ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari penelitian

sebelumnya.

Gambar 1 Kerangka Berpikir

Materi Ajar

Siswa Tidak Paham Siswa Paham

Melanjutkan Materi Terjadi Miskonsepsi

Remidiasi Menggunakan

Modul

Miskonsepsi

Berkurang

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu

23

D. Hipotesis

Berdasarkan hasil kajian teori dan kerangka berpikir maka

dirumuskan hipotesis yaitu penggunaan modul pada materi bilangan

berpangkat dapat mengurangi miskonsepsi, sehingga ada perbedaan rata-

rata jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi sebelum dan sesudah

penggunaan modul.

Hipotesis nol (Ho) : Tidak terjadi pengurangan miskonsepsi

siswa pada materi Bilangan Berpangkat.

Hipotesis alternatif (H1) : Terjadi pengurangan miskonsepsi siswa

pada materi Bilangan Berpangkat.