bab ii kajian pustaka 2.1. 2.1.1. pengertian belajar dan...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
2.1.1.1. Pengertian Belajar
Menurut Skinner dalam Dimyati dan Moedjiono (1999:9), belajar adalah
suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik.
Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Oleh karena itu dalam
belajar dapat ditemukan hal-hal: (1) kesempatan terjadinya peristiwa yang
menimbulkan respon belajar, (2) responsi belajar, (3) konsekuensi yang bersifat
menguatkan respon tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respon yang baik diberi
hadiah, sebaliknya perilaku respon yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.
Adapun menurut Gagne dalam Dimyati dan Moedjiono (1999:10), belajar adalah
kegiatan yang kompleks. Hasil belajar tersebut berupa kapabilitas. Setelah belajar
memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas
tersebut adalah berasal dari: (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2)
proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Dengan demikian belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati
pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Disebut pula oleh Dimyati dan
Moedjiono (13-14), Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh
individu, sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan
lingkungannya. Lingkungan tersebut senantiasa mengalami perubahan. Karena
interaksi dengan lingkungan ini maka fungsi intelek dari individu yang
bersangkutan menjadi berkembang. Perkembangan intelektual ini meliputi tahapan
sebagai berikut: (1) sensori motor (0-2 tahun), (2) pra operasional (2-7 tahun), (3)
operasional konkrit (7-11 tahun), dan (4) operasi formal (11 tahun keatas).
Berdasarkan konsep tersebut, belajar pengetahuan menurut Piaget meliputi tiga
fase yakni fase eksplorasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep. Dalam fase
pengenalan konsep, anak mengenal konsep yang ada hubungannya dengan
gejala. Sedangkan dalam fase aplikasi konsep, anak menggunakan konsep untuk
meneliti gejala lain lebih lanjut (Dimyati, 1999:13-14).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang semakin berkembang pada diri seseorang melalui
pengenalan secara berturut-turut dari suatu situasi ke situasi lain yang diulang-
ulang sehingga menjadi sempurna melalui tahapan-tahapan tertentu.
2.1.1.2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktifitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku
tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar (Tri Anni, 2004 : 4).
Sedangkan Bloom (1981 : 4) menggambarkan hubungan antara hasil
belajar dengan faktor-faktor belajar dengan mengatakan bahwa : “hasil belajar
siswa dipengaruhi oleh kognitif dan afektifnya saat belajar. Dan kualitas
pengajaran yang diterimanya dipengaruhi oleh cara pengolahan proses interaksi
kelas”. Bloom membedakan tiga macam hasil belajar yaitu : (1) pengetahuan
kognitif, (2) hasil belajar afektif, dan (3) psikomotorik.
Hasil belajar menurut Oemar Hamalik, (Dewi Juwita, 2001 ; 15 – 16)
hasil belajar merupakan hasil interaksi anatara kemampuan individu dengan
lingkungan. Menurut (Nasution,1997), hasil belajar adalah suatu perubahan pada
individu yang belajar, perubahan ini tidak hanya pengetahuan saja tetapi juga
kecakapan sikap, penguasaan dan penghargaan dalam individu yang belajar.
Seperti yang dikemukakan oleh Hilgard dan Bower dalam (M, Ngalim Purwanto,
1980) bahwa belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap suatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang–ulang dalam
situasi itu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dari suatu proses
belajar akan menyebabkan terjadi perubahan pada diri seseorang. Tujuan
pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan
para diri siswa. Oleh karena itu, untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang
dialami oleh siswa dilakukan kegiatan penilaian, yaitu suatu tindakan atau
kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai
oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang diperlihatkannya setelah mereka
menempuh proses belajar. Menurut (Nana Sujana, 1991) Hasil belajar pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa setelah
menempuh pengalaman belajar.
2.1.2. Pembelajaran IPA di SD
2.1.2.1. Konsep Dasar IPA
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam
masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi sangat penting untuk dikuasai sejak
dini. Untuk dapat mengajarkan IPA secara tepat perlu dikuasai terlebih dahulu
hakikat IPA.
Menurut Iskandar (2001:2) menyatakan bahwa "IPA adalah ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam". Selanjutnya Woolf dalam
Iskandar (2001:2) menyatakan bahwa "natural science is knowledge concerned
with the physical world and its phenomen". Selain itu Kerrod dalam Iskandar
(2001:2) mendefinisikan bahwa "science is the broad field of human knowledge,
acquired by systematic observation and experiment, and explained by means of
rules, laws, principles,theories, and hyphotheses".
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
serta prospek pengembangan lebih lanjut yang diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman secara
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara alamiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk kegiatan menemukan dan
berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar ( BNSP:2006).
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk pada
lingkungan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan dengan pendekatan yang
dapat menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
IPA dapat dikatakan terjadi dari dua unsur, hasil IPA dan cara kerja
memperoleh hasil itu. Hasil produk IPA berupa fakta-fakta seperti hukum-hukum,
prinsip-prinsip, klasifikasi, struktur dan lain sebagainya. Cara kerja memperoleh
hasil itu disebut proses IPA. Dalam proses IPA terkandung cara kerja, sikap dan
cara berpikir. Kemajuan IPA yang pesat disebabkan oleh proses ini. Dalam
memecahkan suatu masalah seorang ilmuwan sering berusaha mengambil sikap
tertentu yang memungkinkan usaha mencapai hasil yang diharapkan. Sikap itu
dikenal dengan nama sikap ilmiah.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang
dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang
terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui
serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian
gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu
dan cara mengerjakan atau melakukan dapat membantu siswa untuk memahami
alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas, 2002:7).
Pengajaran IPA/Sains bertujuan agar siswa:
1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains,
teknologi dan masyarakat.
2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang
akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam
kehidupan sehari-hari.
5) Mengalihgunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang
pengajaran lain.
6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
7) Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk
dipelajari (Depdiknas, 2002:7-8).
2.1.2.2. Ruang Lingkup IPA
Menurut Subiyanto (1988:113), untuk mengajarkan IPA dikenal beberapa
pendekatan, yakni: (1) pendekatan kepada fakta-fakta, (2) pendekatan konsep, dan
(3) pendekatan proses. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan faktual
terutama bermaksud menyodorkan penemuan-penemuan IPA. Pendekatan ini tidak
mencerminkan gambaran yang sebenarnya tentang sifat IPA. Selanjutnya konsep
adalah suatu ide yang mengikat banyak fakta menjadi satu. Untuk memahami suatu
konsep, anak perlu bekerja dengan objek-objek yang konkret, memperoleh fakta-
fakta, melakukan eksplorasi, dan memanipulasi ide secara mental, tidak sekedar
menghafalkan. Oleh karena itu, pendekatan konsep memberikan gambaran yang
lebih jelas tentang IPA dibandingkan dengan pendekatan faktual. Kemudian suatu
pendekatan proses dalam pembelajaran IPA didasarkan atas pengamatan yang
disebut sebagai keterampilan proses dalam IPA.
Pembelajaran dengan keterampilan proses dapat diartikan sebagai anutan
pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang
bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada
dalam diri siswa (Depdikbud dalam Dimyati dan Moedjiono, 1999:138). Selanjutnya
Dimyati dan Moedjiono (1999:138) memberikan gambaran mengenai pembelajaran
dengan keterampilan proses sebagai berikut:
1) Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang
tepat tentang hakikat IPA.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak
sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu
pengatahuan.Dengan demikian siswa menjadi aktif.
3) Keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan membuat siswa belajar
proses dan produk ilmu pengetahuan tersebut.
Dari uraian diatas, pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan
yang sesuai, karena dalam pembelajaran itu siswa mengalami sendiri, sekaligus
belajar proses dan produk. Jadi dalam pembelajaran yang menggunakan
keterampilan proses terkandung dimensi proses, produk dan pengembangan sikap.
Ruang lingkup pembelajaran IPA kelas 1
Matahari : Matahari terbit disebalah timur dan terbenam di sebelah barat
. Pada siang hari langit terangkarena ada matahari adalah
benda langit yang tampak pada siang hari matahari
mempunyai sumber panas dan cahaya. Matahari di
butuhkan untuk kehidupan mahluk di dunia. Kita bisa melihat
bila ada cahaya pada siang hari ada awan, Matahari condong
tidak panas, matahari tegak lurus panas sekali.
Bulan : Bulan bersinar pada malam hari, bulan mendapatkan
pantulan sinar matahari di langit bulan benderang, bulan
adalah benda langit yang dapat memberi penerangan, tanpa
ada bulan dilangit gelap . bentuk bulan berubah-ubah ada
yang bentuknya sabit,bulan separuh, dan bulan penuh
disebut bulan purnama, bulan mati adalah bulan yang gelap
dan juga dingin.
Bintang : dilangit banyak benda yang kecil benda itu berkelip-kelip,
benda itu adalah bintang, bintang itu adalah benda langit.
Bintang bersinar pada waktu malam hari. Bintang kelihatan
kecil karena letaknya jauh dari bumi
2.1.3. Media Pembelajaran
2.1.3.1. Hakikat Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah
perantara atau penghantar pesan dari pengirim ke penerima (Sadiman ,1993:6).
Sedangkan menurut Gagne dalam Sadiman (1993 : 6) menyatakan media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya
untuk belajar. Briggs (1970:8) berpendapat bahwa Media adalah segala alat fisik
yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Sudjana dan Ahmad Rivai (1989:1) mengatakan bahwa ada dua aspek
yang paling menonjol dalam metodologi pengajaran yakni metode mengajar dan
media pengajaran sebagai alat bantu mengajar.
Pengertian media meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana
pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa) sehingga
proses pembelajaran menjadi jelas, menarik, interaktif, efektif dan efisien serta
dapat mengurangi pemahaman yang abstrak pada diri siswa (Dayton, 1985) dalam
Aristo Rohadi (2003: 8).
Menurut Rohadi (2003: 9) media adalah Segala sesuatu yang dapat
menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi yang
sering digunakan dalam bidang komunikasi dan termasuk ke dalam media meliputi
teaching Aids, AVA dan media belajar atau sering disebut juga alat peraga.
Media gambar adalah Media visual diam yang berupa gambar cetak diam
yang pembuatannya melalui proses pencetakan yang bertujuan membantu
memperjelas objek materi yang dibahas dalam pembelajaran. Media gambar
menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui kata-kata, kalimat, angka-angka, dan
simbol atau gambar grafis yang biasa digunakan untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik dan
diingat orang. Gagne mengungkapkan bhawa media yang berupa berbagai jenis
komponen dalam lingkungan pendidikan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar (AECT,1977). Dari pengertian yang diungkapkan Gagne memperjelas bahwa
media mempunyai peran yang relatif penting dalam proses penyampaian materi
karena dengan media yang digunakan akan membantu mengingat materi yang
dibahas dalam proses belajar.
Media gambar adalah Media yang mengkombinasikan pengungkapan kata-
kata dengan gambar-gambar (Tarigan, 1981 : 1)
Media gambar adalah Media yang tidak diproyeksikan dan dapat dinikmati
oleh semua orang sebagai pindahan dari keadaan yang sebenarnya mengenai
orang, suasana, tempat, barang, pemandangan, dan benda-benda yang lain
Sadiman (1984:14) .
2.1.3.2. Kelebihan Penggunaan Media
Dalam kegiatan pembelajaran, secara umum media mempunyai kelebihan
untuk :
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya objek
benda yang terlalu besar, bisa digauntikan dengan gambar, film bingkai, film atau
model. Contoh yang lain misalnya untuk menjelaskan suatu kejadian atau
peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lewat rekaman film, video,
film, bingkai, maupun foto.
Fungsi yang lain dari media adalah dapat mengatasi sikap pasif siswa.
Siswa menjadi aktif karena gairah belajar mereka meningkat. Media juga
memungkinkan terjadinya interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan
lingkungan dan memungkinkan siswa belajar mandiri menurut kemampuan dan
minatnya.
2.1.4. Media Benda-benda Langit
Pembelajaran IPA dengan menggunakan media gambar sangat tepat
apabila digunakan dalam konsep bumi dan alam sekitar. Penggunaan media
gambar sangatlah sesuai apabila digunakan untuk menyampaikan materi
pembelajaran ”Benda- Benda Langit” hal ini terbukti dengan ketepatan penggunaan
media gambar yang sangat mendukung pelaksanaan pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar, terutama materi tentang ” Benda-Benda Langit. ”
Konsep tentang benda yang disampaikan di Sekolah Dasar terutama di
kelas I, sangatlah sederhana disesuikan dengan tingkat perkembangan berfikir
siswa kelas I. Benda–benda langit yang dipelajari di kelas I hanyalah
pengenalan dengan pengamatan sederhana yang bisa dilakukan baik melalui
gambar maupun melalui pengamatan langsung terhadap lingkungan sekitar.
Konsep benda-benda langit yang dipelajari oleh siswa kelas I
diantaranya:
* Matahari : Bintang, bola gas yang berpijar (sangat panas
sehingga berbentuk gas).
Gambar 1. Matahari
* Bulan : Benda langit yang mengitari bumi, bersinar pada
malam hari karena pantulan sinar matahari.
Gambar 2. Bulan
* Bintang : Benda langit yang terdiri atas gas menyala seperti
matahari terutama tampak pada malam hari.
Gambar 3. Bintang
* Awan : Uap air yang tampak bergumpal-gumpal melayang di
udara.
Gambar 4. Awan
* Pelangi : Lengkung spektrum warna di langit yang tampak
karena pembiasan sinar matahari oleh titik–titik
hujan/embun.
Gambar 5. Pelangi
* Arah mata angin, tentang terbit dan tenggelamnya matahari.
Gambar 6. Matahari Terbit
Gambar 7. Matahari terbenam
* Cuaca : Keadaan udara ( tentang temperature, cahaya matahari,
kelembaban, kecepatan angin ) pada suatu tempat tertentu
dengan jangka waktu terbatas.
* Contoh musim di Indonesia :
- Musim hujan
- Musim kemarau
Gambar 8. Musim Hujan
Gambar 9. Musim Kemarau
2.2. Penelitian Yang Relevan
Halim Rahmat dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPA di kelas I tentang konsep benda-benda langit dengan media
gambar” menyatakan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar
IPA konsep benda-benda langit pada siswa kelas I SDN I Kartaraharja Kecamatan
Panimbangan Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010.
Kesi Widiyati dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
IPA dengan menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas I SDN Gondang Kabupaten
Batang Tahun Pelajaran 2010/2011” menyatakan penggunaan media gambar dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas I SDN Gondang Kabupaten Batang.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teoretik yang telah diuraikan sebelumnya, diperoleh alur berpikir
dalam penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 10. Kerangka Berpikir
2.4. Hipotesis Tindakan
Penggunaan media gambar benda langit dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas I SD Negeri Pesantren Kab Batang semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kondisi awal
Kondisi akhir
Tindakan
SIKLUS I Guru menggunakan media gambar matahari dan pelangi dalam pem-belajaran IPA. Hasil belajar
meningkat
Hasil belajar IPA siswa kelas I rendah < KKM
Guru menerapkan pembelajaran inovatif dengan menggunakan
media gambar benda langit
Siswa mendapat KKM ≥
(67) 90% (tuntas)
Guru menggunakan pembelajaran konvensional
SIKLUS II Guru menggunakan media gambar bulan dan bintang dalam pembelajaran IPA. Hasil belajar meningkat
Hasil belajar IPA siswa
kelas I meningkat ≥ KKM 67