bab ii kajian pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 hasil...

19
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu istilah yang tidak asing bagi kita karena setiap orang di dunia ini dari lahir hingga meninggal dunia pernah mengalami yang namanya belajar sehingga muncul istilah belajar sepanjang hayat. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian tentang belajar berdasarkan argumennya masing-masing. Antara definisi dari pakar pendidikan yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan tetapi ada juga yang mempuyai persamaan, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Menurut Slameto (2003) dalam bukunya Belajar dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhinya. Beliau menjelaskan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Belajar sebagai suatu proses artinya kegiatan belajar terjadi secara dinamis dan terus-menerus yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam diri anak. Perubahan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan (knowledge) atau perilaku (behavior). Sementara itu, menurut The Liang Gie (2000) belajar adalah segenap kegiatan fikiran seseorang yang dilakukan secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang alam semesta, kehidupan masyarakat, perilaku menusia, gejala bahasa, atau perkembangan sejarah. Jadi, seorang siswa yang sedang belajar berarti mengerahkan seluruh kemampuan pikiran secara sungguh–sungguh untuk menggali dan memahami pengetahuan mengenai berbagai pokok soal dari alam semesta sampai perkembangan sejarah.

Upload: doanthuan

Post on 08-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Hasil Belajar

2.1.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu istilah yang tidak asing bagi kita karena

setiap orang di dunia ini dari lahir hingga meninggal dunia pernah mengalami

yang namanya belajar sehingga muncul istilah belajar sepanjang hayat. Para

pakar pendidikan mengemukakan pengertian tentang belajar berdasarkan

argumennya masing-masing. Antara definisi dari pakar pendidikan yang satu

dengan yang lainnya memiliki perbedaan tetapi ada juga yang mempuyai

persamaan, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu

setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan

dalam dirinya.

Menurut Slameto (2003) dalam bukunya Belajar dan Faktor–Faktor

yang Mempengaruhinya. Beliau menjelaskan “belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya”. Belajar sebagai suatu proses artinya

kegiatan belajar terjadi secara dinamis dan terus-menerus yang menyebabkan

terjadinya perubahan dalam diri anak. Perubahan yang dimaksud dapat

berupa pengetahuan (knowledge) atau perilaku (behavior).

Sementara itu, menurut The Liang Gie (2000) belajar adalah segenap

kegiatan fikiran seseorang yang dilakukan secara penuh perhatian untuk

memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang alam semesta,

kehidupan masyarakat, perilaku menusia, gejala bahasa, atau perkembangan

sejarah. Jadi, seorang siswa yang sedang belajar berarti mengerahkan seluruh

kemampuan pikiran secara sungguh–sungguh untuk menggali dan memahami

pengetahuan mengenai berbagai pokok soal dari alam semesta sampai

perkembangan sejarah.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

7

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

aktivitas/kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku baru

dalam diri siswa yang meliputi perubahan dalam aspek kognitif, afektif,

maupun psikomotorik, baik itu yang dapat diamati maupun tidak dapat

diamati sebagai hasil dari pengalaman atau latihan.

2.1.1.2 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang.

Faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri individu sendiri maupun berasal

dari luar individu. Slameto (2003) lebih rinci menggolongkan faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi belajar ke dalam dua jenis, yaitu:

a. Faktor Intern yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar.

Faktor intern, terbagi ke dalam tiga faktor:

1) Faktor Jasmaniah, terdiri atas: faktor kesehatan dan faktor cacat

tubuh.

2) Faktor Psikologis, meliputi: intelligensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan, kesiapan.

3) Faktor Kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

b. Faktor Ekstern yaitu faktor yang ada diluar individu.

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapat

dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu:

1) Faktor keluarga, seperti: cara orang tua mendidik, relasi antaranggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang

tua, latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat

pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan

gedung, metode belajar, tugas rumah.

3) Faktor masyarakat, diantaranya: kegiatan siswa dalam masyarakat,

teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

8

2.1.1.3 Pengertian Hasil Belajar

Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil

belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan

dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap

proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil

belajar yang dicapai siswa.

Menurut Purwanto (2008) hasil belajar adalah perubahan perilaku

yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan

pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat

dididik dan diubah perilakunya yang meliputi domain kognitif, afektif dan

psikomotorik. Belajar mengusahakan perubahan perilaku dalam domain-

domain tersebut sehingga hasil belajar merupakan perubahan perilaku dalam

domain kognitif, afektif dan psikomotorik.

Benyamin Bloom (Sudjana, 2010) secara garis besar membagi

menjadi tiga ranah hasil belajar yakni :

1. Ranah kognitif; berkenan dengan hasil belajar intelektual.

2. Ranah afektif; berkenan dengan sikap.

3. Ranah psikomotorik; berkenaan dengan hasil belajar dan kemampuan

bertindak.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan perubahan perilaku dari proses kegiatan belajar siswa dari

seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima

suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu. Perubahan perilaku

disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang

diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas

tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan

dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar

Untuk mengetahui hasil belajar siswa dan keberhasilan proses

digunakan alat penilaian untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

9

ditetapkan tercapai atau tidak. Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar

dapat diukur dengan menggunakan tes dan non tes. Sistem penilaian yang

digunakan untuk penelitian ini untuk mengukur hasil belajar menggunakan

PAP (penilaian acuan patokan). PAP adalah penilaian yang diacukan kepada

tujuan instruksional yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan demikian,

derajat keberhasilan siswa dibandingkan dengan tujuan yang seharusnya

dicapai, bukan dibandingkan dengan rata–rata kelompoknya (Sudjana, 2010).

Hasil belajar merupakan perwujudan kemampuan akibat perubahan

perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan. Kemampuan tersebut

menyangkut domain kognitif, afektif dan psikomotorik.

Penilaian hasil pembelajaran dan penilaian proses yang dilakukan

pada kegiatan ini adalah menggunakan beberapa sumber, yaitu :

a. Penilaian hasil belajar dengan tes. Tes yang digunakan ini termasuk dalam

tes formatif yang dilaksanakan pada akhir siklus. Sumber penilaian ini

ditekankan pada hasil pembelajaran dilihat dari aspek kognitif mengacu

pada indikator pembelajaran yang telah ditetapkan. Aturan penilaian dari

aspek kognitif ini menggunakan skala 0-100 dan acuan yang digunakan

adalah patokan. Sedangkan standar minimal ketuntasan belajar/KKM

pada mata pelaran IPA di SD 2 Bangsri adalah 62,50. Sehingga dapat

dikatakan jika siswa yang mendapat nilai kurang dari batas KKM

dinyatakan belum tuntas.

b. Penilaian hasil belajar dengan non tes. Sumber penilaian ini untuk

mengukur proses pada pembelajaran dilihat dari aspek afektif dan

psikomotor. Penilaian proses dilakukan pada saat siswa mengikuti

kegiatan belajar mengajar yaitu keterlibatan dan keaktifan siswa serta

partisipasi siswa dalam pembelajaran.

2.1.1.5 Tes Formatif

Tes formatif merupakan salah satu jenis tes yang diberikan kepada

siswa setelah siswa menyelesaikan satu unit pelajaran. Hasil tes formatif

dimanfaatkan untuk memonitor apakah proses pembelajaran yang baru saja

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

10

dilaksanakan telah dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

dalam rencana pembelajaran atau belum (Suryanto, 2009).

Sudjana (2010) juga menyebutkan bahwa penilaian formatif adalah

penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar untuk

melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan

demikian, penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program

pengajaran dan strategi pelaksanaannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tes formatif adalah suatu tes yang

digunakan memantau keberhasilan belajar siswa selama kegiatan belajar

mengajar berlangsung dalam waktu tertentu dan digunakan untuk memonitor

kemajuan siswa.

Sehubungan dengan tujuan penelitian ini, aspek yang diperhatikan

dalam penggunaan tes formatif adalah dari aspek bentuk tes. Dilihat dari

bentuknya, tes formatif dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1) tes objektif dan

(2)tes uraian. (diunduh pada http://p4mriunsri.files.wordpress.com/2009//11

sinopsis_disertasi_ratu_ilma_unsri_20101.pdf).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan bentuk tes objektif yang

penyusunan soalnya berbentuk pilihan jamak (multiple choice) dan

penyusunan soal jawaban singkat (short answer). Di bawah ini akan diuraikan

mengenai bentuk tes tersebut.

Persoalan dalam tes objektif sudah distruktur, sehingga jawaban

terhadap soal-soal tersebut sudah dapat ditentukan secara pasti. Pada tes

objektif ini cenderung dapat mengungkap bahan ajar secara luas, karena

waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan setiap soal relatif singkat. Proses

penyekoran dan pemeriksaan hasilnya juga lebih mudah, sehingga dalam

waktu yang relatif singkat dapat diselesaikan pemeriksaan terhadap pekerjaan

siswa dalam jumlah relatif banyak (Rahmat, 1999)

Penyusunan soal bentuk pilihan jamak (multiple choice) terdiri dari

pokok soal (stem) dan kemungkinan jawaban (option). Persoalan bisa

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan tidak lengkap disamping dalam bentuk

pertanyaan lengkap. Bentuk pilihan jamak dipandang lebih fleksibel. Jenis ini

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

11

mampu mengungkapkan jenjang kemampuan siswa yang komplek

sekalipun (Rahmat, 1999).

Penyusunan soal jawaban singkat (short answer) dirumuskan dalam

kalimat pertanyaan. Kelebihan tes objektif ini adalah tidak ada kesempatan

untuk menebak, karena jawaban harus dicari sendiri oleh testi. Meski

jawabannya dicari oleh testi, tetapi jawabannya sudah pasti sehingga tidak

akan menimbulkan variasi jawaban benar (Rahmat, 1999).

2.1.2 Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD

2.1.2.1 Hakikat Pembelajaran IPA

IPA merupakan salah satu pelajaran wajib di sekolah dasar. Dengan

belajar IPA siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar.

Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pemahaman langsung dan

kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Depdiknas

(Samatowa, 2010) menyatakan pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari

tahu dan berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata–kata dalam

bahasa Inggris yaitu natural science artinya ilmu pengetahuan alam (IPA)

berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science itu

pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang

mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Samatowa, 2010).

Dapat dikatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang

sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala–gejala alam, lahir

dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen

serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan

sebagainya (Trianto, 2010).

Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses

ilmiah dan sikap ilmiah. Menurut Trianto (2010) dalam bukunya Model

Pembelajaran Terpadu dijelaskan bahwa hakikat IPA adalah ilmu

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

12

pengetahuan yang mempelajari gejala–gejala melalui serangkaian

proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap

ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga

komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara

universal.

2.1.2.2 Perlunya IPA Diajarkan di Sekolah Dasar

Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA diajarkan di

sekolah dasar. Menurut Samatowa (2010) ada berbagai alasan yang

menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasukkan ke dalam kurikulum suatu

sekolah. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu :

a. Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan

panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali

tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA

merupakan dasar teknologi, sering disebut–sebut sebagai tulang punggung

pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA.

b. Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu

mata pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis. Contoh IPA

diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan ini

anak dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan

suatu masalah demikian “Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?”. Anak

diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini.

c. Bila IPA diajarkan melalui percobaan–percobaan yang dilakukan sendiri

oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat

hafalan saja.

d. Mata pelajaran ini mempunyai nilai–nilai pendidikan yaitu mempunyai

potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang

benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran

ilmu yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logis,

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

13

sesuai dengan kenyataan atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui

panca indera.

2.1.3 Pembelajaran Kooperatif

2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar

siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

dirumuskan. Dalam pembelajaran kooperatif diterapkan strategi belajar

dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap

anggota kelompoknya harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran. Pada pembelajaran kooperatif ini diajarkan

keterampilan–keterampilan khusus agar siswa dapat bekerja sama dengan

baik dalam kelompoknya, menjadi pendengar yang baik, dan diberi lembar

kegiatan berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.

Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan

(Hamdani, 2010).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil

siswa untuk belajar bersama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk

mencapai tujuan belajar.

2.1.3.2 Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta

harapan masa depan yang berbeda–beda. Karena perbedaan itu, manusia

dapat saling asah, asih, asuh (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif

menciptakan interaksi yang asah, asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat

belajar (Learning Community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi

juga dari sesama siswa. Jadi dasar pembelajaran kooperatif yaitu

pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang

silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

14

dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat

(Mulyono, 2010).

2.1.3.3 Ciri–Ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya

terdapat elemen–elemen yang saling terkait. Elemen–elemen pembelajaran

kooperatif menurut Anita Lie (Mulyono, 2011) adalah :

a. Saling ketergantungan positif

Pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar

siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan

inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi untuk meraih

hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai

melalui: (1) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (2) saling

ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, (3) saling ketergantungan

bahan atau sumber, (4) saling ketergantungan peran, dan (5) saling

ketergantungan hadiah.

b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling

bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya

dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu

memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga

sumber belajar lebih bervariasi.

c. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.

Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan

siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara

individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok

agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok

mengetahui siapa anggota yang memerlukan bantuan dan siapa anggota

kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan

atas rata-rata hasil belajar semua anggotannya, dan karena itu tiap anggota

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

15

kelompok harus memberikan urunan demi kemajuan kelompok. Penilaian

kelompok secara individual inilah yang dimaksudkan dengan akuntabilitas

individual.

d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,

mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan

pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat

lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi

(interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja

diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan anta pribadi tidak

hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa.

2.1.4 Pembelajaran dengan Model Picture and Picture

2.1.4.1 Pengertian Model Picture and Picture

Picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan

gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis (Hamdani,

2010). Model pembelajaran picture and picture ini merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan

suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun

siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut

keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk

melancarkan hubungan kerja dan tugas.

Model picture and picture ini menggunakan media pembelajaran

berupa gambar. Penekanan pada media picture and picture ini adalah pada

proses dan cara mereka berpikir dan mengurutkan yang tersedia. Gambar–

gambar yang tersedia menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran.

Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang

akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk charta dalam

ukuran besar. Atau jika disekolah sudah menggunakan ICT (information

comunication technology) dapat menggunakan power point atau software

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

16

lainnya (Diakses dari http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-

pembelajaran-picture-and-picture.html).

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa model picture and

picture penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar mengutamakan

kelompok-kelompok dan menggunakan media berupa gambar, dimana

gambar tersebut dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis. Dari

gambar tersebut dipersepsikan menjadi simbol-simbol supaya lebih mudah

diterima/dipahami dan lebih mudah diingat siswa. Kemudian dari gambar

tersebut jika siswa sudah lebih mudah memahami dan mengingat maka

pembelajaran tentang materi tersebut akan lebih mudah disimpan dalam

ingatan mereka sehingga jika siswa mendapat pertanyaan atau soal-soal

tentang materi tersebut akan lebih mudah menjawab dan berdampak pada

hasil belajar khususnya mapel IPA dapat meningkat.

2.1.4.2 Kaitan Model Picture and Picture dengan Teori Memori

Model picture and picture ini bermanfaat supaya materi yang

dipelajari dapat disimbolkan atau jika dalam teori memori dengan istilah

encoding. Model picture and picture ini didukung oleh teori memori.

a. Pengertian Memori

Secara etimologi, memori atau memory (Inggris), memoire

(Prancis) adalah keberadaan tentang pengalaman masa lalu yang hidup

kembali, catatan yang berisi penjelasan, alat yang dapat menyimpan atau

merekam informasi (Ahmadi, 2003).

Ilmu Psikologi mendefinisikan memori sebagai sebuah proses

pengkodean, penyimpanan dan pemanggilan kembali informasi (retrieval)

oleh manusia dan organisme lainnya. Pengkodean berkaitan dengan presepsi

awal dan pengenalan. Menurut perspektif psikologi terutama psikologi

kognitif bahwa memori atau ingatan merupakan kekuatan jiwa untuk

menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan. Jadi ada tiga unsur

perbuatan ingatan yaitu menerima kesan-kesan, menyimpan dan

mereproduksikan. Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

17

manusia ini berarti ada suatu indikasi bahwa manusia mampu untuk

menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang pernah dialami

(Ahmadi, 2003).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa memori atau

ingatan tidak hanya kemampuan menyimpan saja tetapi juga termasuk

kemampuan untuk menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali apa

yang dilihat. Kemampuan tersebut lebih dikenal dengan istilah Encoding

(pengkodean apa yang dipersepsikan yaitu proses penerimaan), Storage

(penyimpanan), Retrieval (menimbulkan kembali apa yang di simpan).

b. Teori-Teori Memori

Ahmadi (2003) berpendapat teori yang paling banyak diterima oleh

para ahli adalah teori tentang tiga proses memori, seperti yang telah

disebutkan diatas, yaitu :

1. Proses Encoding (pengkodean apa yang dipersepsikan dengan cara

mengubah menjadi simbol-simbol atau gelombang-gelombang listrik

tertentu sesuai dengan perangkat yang ada pada organisme). Proses

pengubahan informasi dapat terjadi dengan dua cara yaitu sengaja dan

tidak sengaja.

2. Proses Storage (penyimpanan terhadap apa yang telah diproses dalam

encoding). Proses ini disebut juga retensi yaitu suatu proses pengendapan

informasi yang diterimanya. Penyimpanan informasi merupakan

mekanisme yang sangat penting dalam memori. Setiap proses belajar

meninggalkan jejak-jejak (traces) dalam diri seseorang, meskipun jejak

ingatan tersebut memungkinkan untuk mengingat lagi tetapi tidak semua

jejak ingatan tersebut dapat hilang.

3. Proses Retrieval (pemulihan kembali apa yang telah disimpan

sebelumnya). Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu

organisme dalam menghadapi persoalan sehari-hari. Hilgard

menyebutkan tiga jenis proses mengingat, yaitu : recall, recognition dan

redintegrative.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

18

Teori tentang memori yang melibatkan proses encoding, storage,

dan retrieval ini paling banyak disetujui oleh para ahli. Teori yang umum

digunakan adalah teori Information-Processing. Teori ini dikembangkan oleh

Richard Atkinson dan Richard Shiffrin menurut teori mereka, memori juga

melalui proses encoding, storage, dan retrieval.

2.1.4.3 Langkah–Langkah Model Picture and Picture

Hamdani (2010) menyebutkan model pembelajaran picture and

picture mempunyai langkah-langkah sebagai berikut :

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

Pada langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang

menjadi kompetensi dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan

demikian siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus

dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-

indikator ketercapaian kompetensi dasar, sehingga sampai dimana KKM

yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

b. Menyajikan materi sebagai pengantar.

Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini.

Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa

yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam

pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh

tentang materi yang dipelajari.

c. Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar–gambar kegiatan

berkaitan dengan materi.

Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat

aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang

ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan gambar kita akan

menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi

yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat

memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

19

demontrasi yang kegiatan tertentu seperti membuat kopi, menggoreng

tempe dan sebagainya

d. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau

mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis

Pada langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena

penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa

terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa

memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar

yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau

dimodifikasi. Jika menyusunan bagaimana susunannya. Jika melengkapi

gambar mana gambar atau bentuknya, panjangnya, tingginya atau

sudutnya.

e. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut

Setelah itu ajaklah siswa menemukan tuntutan kompetensi dasar

dengan indikator yang akan dicapai. Usahakan agar proses diskusi

berlangsung dengan tertib dan terkendali. Jadi guru harus mampu

mengendalikan situasi yang terjadi sebagai moderator utamanya dengan

memberikan sedikit penjelasan jika terdapat kendala dalam diskusi

sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.

f. Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan

konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus

memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta

siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan

siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian

kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan.

g. Kesimpulan atau rangkuman

Kesimpulan dan rangkuman dilakukan bersama dengan siswa.

Guru membantu dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

20

2.1.4.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Picture and Picture

Setiap model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan

kelemahan. Begitu pula pada model pembelajaraan kooperatif tipe picture

and picture.

Kelebihan Model Picture and Picture antara lain :

a. Guru lebih mengetahui kemampuan masing–masing siswa.

b. Melatih berfikir logis dan sistematis.

c. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.

d. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

e. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture menitikberatkan pada

gambar. Sebagai media gambar pada model ini juga mempunyai kelemahan,

antara lain :

a. Memakan banyak waktu dan banyak siswa yang pasif.

b. Tafsiran orang yang melihat gambar akan berbeda akan terjadi

ketidaksamaan dalam penafsiran gambar.

c. Gambar hanya menampilkan persepsi indera mata.

d. Gambar hanya disajikan dalam ukuran kecil mengakibatkan kurang efektif

untuk proses pengajaran.

2.2 Penelitan Yang Relevan

Penelitian oleh Dewi Diansari (2011) dengan judul “Penerapan Model

Picture and Picture Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV

SDN Gampingan 01 Pagak” menyimpulkan bahwa model penggunaan

pembelajaran model Picture and Picture dapat meningkatkan pembelajaran

aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada siklus I diperoleh rata-rata aktifitas

belajar siswa yaitu 54,65 meningkat menjadi 75,8 pada siklus II.

Pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture juga

meningkatkan hasil belajar siswa, pada siklus I diperoleh rata-rata nilai

evaluasi siswa 69,1 meningkat menjadi 85,8 pada siklus II.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

21

Penelitian oleh Musnaini (2011) dengan judul “Pengunaan Model

Pembelajaran Picture and Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA

Kelas III SD Negeri 04 Lubuk Pinang Mukomuko”. Hasil penelitian

menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran picture and picture dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran IPA pada

siswa kelas III SD Negeri 04 Lubuk Pinang Mukomuko. Ini ditunjukkan dari

peningkatan minat dan interaksi siswa serta hasil belajar siswa pada setiap

siklusnya, jika dibandingkan dengan tes awal siswa yang rata-rata nilainya

45,8. Setelah diterapkan model pembelajaran picture and picture, nilai rata-

rata siswa meningkat dari 60,50 pada siklus I dan menjadi 67,83 pada siklus

II. Selain itu, juga tampak dari meningkatnya jumlah siswa yang mencapai

ketuntasan belajar dari siklus pertama hingga kedua.

Beberapa hasil penelian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture dapat

meningkatkan hasil belajar IPA. Dengan analisis tersebut maka peneliti

melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran picture and

picture untuk meningkatkan hasil belajar khususnya mata pelajaran IPA.

2.3 Kerangka Berpikir

Pada KBM di kelas V SD 2 Bangsri dalam mengajarkan materi pada

pokok bahasan sifat–sifat cahaya guru menggunakan metode yang

konvensional dan kurang melibatkan siswa sehingga hasil belajar IPA rendah.

Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan siswa pada pokok bahasan sifat–sifat

cahaya dari 34 siswa yang mendapat nilai di atas atau sama dengan KKM

hanya 14 siswa sedangkan 20 siswa lainnya mendapat nilai di bawah KKM.

Penelitian yang akan dilakukan dengan cara kolaborasi antara guru

kelas dan peneliti. Peneliti sebagai pemberi ide dan meminta bantuan guru

kelas VI sebagai observer saat guru yang melaksanakan KBM. Penelitian

dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture

and picture, sehingga diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

22

hasil belajar mereka dalam mata pelajaran IPA khususnya pokok bahasan

sifat–sifat cahaya.

Penerapan pembelajaran pada penelitian ini berdasarkan skema

kerangka berpikir. Adapun skema itu adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

KONDISI AWAL

Strategi pembelajaran yang konvensional

Hasil belajar IPA pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya masih rendah.

TINDAKAN Pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran

Siklus I Menggunakan model pembelajaran picture and picture

KONDISI AKHIR

Diduga hasil belajar IPA siswa kelas V meningkat dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture

Siklus II Menggunakan model pembelajaran picture and picture

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

23

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang akan digunakan untuk memberi arahan pada

penelitian ini adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe picture and

picture dalam pembelajaran IPA pokok bahasan sifat–sifat cahaya dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri 2 Bangsri

Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Semester Genap Tahun Ajaran 2011/

2012.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/879/3/T1_292008130_BAB II.… · 2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar ... objektif ini

23